Rangkuman Tugas 1

16
AR 222 – TEORI ARSITEKTUR II TUGAS I : RANGKUMAN BUKU “ PENGENALAN ARSITEKTUR ” JILID 1 & JILID 2 DAN RANGKUMAN TENTANG ARSITEKTUR MODERN, KONTEMPORER, DAN POST- MODERN OLEH : NAMA : FEBRI GUNAWAN NRP : 21. 2008. 040

description

Rangkuman Buku Pengenalan Arsitektur Jilid 1 - 2

Transcript of Rangkuman Tugas 1

Page 1: Rangkuman Tugas 1

AR 222 – TEORI ARSITEKTUR II

TUGAS I :

RANGKUMAN BUKU “ PENGENALAN ARSITEKTUR ” JILID 1 & JILID 2

DAN RANGKUMAN TENTANG ARSITEKTUR MODERN, KONTEMPORER, DAN

POST-MODERN

OLEH :

NAMA : FEBRI GUNAWAN

NRP : 21. 2008. 040

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERNCANAAN

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

SEMESTER GENAP 2013/2014

Page 2: Rangkuman Tugas 1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahuwwata’ala karena atas rahmat dan nikmat-Nya saya

dapat menyelesaikan rangkuman ini.

Rangkuman ini dibuat untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Teori Arsitektur II. Tujuan dari

tugas ini adalah sebagai referensi untuk pengenalan terhadap bidang ilmu arsitektur yang

sedang penulis tempuh saat ini. Harapan penulis semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat

bagi pembaca.

Tugas ini terdiri dari rangkuman buku “Pengenalan Arsitektur” (Introduction to Architecture :

James C. Snyder) jilid 1 dan jilid 2 serta rangkuman dari artikel-artikel yang tersedia di internet

tentang beberapa topik bahasan yang diminta.

Terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan

ini, sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Bandung, 24 April 2014

Penulis

Page 3: Rangkuman Tugas 1

BAB 1 : Asal Mula Budaya Arsitektur

(Amos Rapoport)

Bangunan-bangunan yang pertama adalah tempat tinggal, dan orang memerlukan tempat bernaung agar dapat bertahan hidup. Namun tempat bernaung bukanlah merupakan satu-satunya fungsi, atau bahkan bukan fungsi pokok dari perumahan.

Lingkungan buatan (built environment) mempunyai bermacam-macam kegunaan: melindungi manusia dan kegiatan-kegiatannya serta harta miliknya dari elemen-elemen, dari musuh-musuh berupa manusia dan hewan, dan dari kekuatan-kekuatan adikodrati, membuat tempat, menciptakan suatu kawasan aman yang berpenduduk dalam suatu dunia fana dan cukup berbahaya; menekankan identitas sosial dan menunjukkan status; dan sebagainya. Dengan demikian asal mula arsitektur dapat dipahami dengan sebaik-baiknya bila orang memilih pandangan yang lebih luas dan meninjau faktor-faktor sosio-budaya, dalam arti seluas-luasnya, lebih penting dari iklim, teknologi, dan ekonomi.

Dalam keadaan apa pun, interaksi di antara faktor-faktor inilah yang paling tepat untuk menjelaskan bentuk bangunan. Satu penjelasan saja tidak memadai, karena bangunan – bahkan rumah yang tampaknya sederhana – adalah lebih daripada sekedar objek kebendaan atau struktur. Mereka adalah lembaga gejala budaya dasar.

PEMBEDAAN RUANG

Dikalangan hewan, tempat-tempat diketahui dan ditandai; termasuk lingkungan rumah, kawasan inti, daerah kekuasaan, dan tempat bersarang, mendapatkan makanan, dan bercumbu. Jadi hewan membuat tempat mereka. Hewan juga menata lingkungan dengan membuat abstraksi dan menciptakan bagn-bagan.

Bila demikian halnya, dapatlah kita harapkan bahwa manusia, lebih daripada hewan, seharusnya mengadakan pembedaan antara ruang-ruang dan tempat-tempat sejak zaman purbakala. Hominid dan manusia memerlukan tempat untuk saling bertemu, untuk membagi-bagikan makanan, dan untuk digunakan sebagai daerah kekuasaan pribadi. Jadi hubungan ruang dan sosial tidaklah acak, tetapi teratur. Perbedaanlah yang pertama kali diketahui, kemudian manusia melukiskan-nya melalui bahasa dan menyatakan-nya melalui bangunan. Dalam pengertian ini, bahasa dan arsitektur bertalian; keduanya mengekspresikan proses kognitif untuk membedakan tempat.

Menandai tempat menjadi lebih penting ketika hominid-hominid pertama meninggalkan pohon-pohon mereka dan mulai pindah melintasi padang rumput terbuka, dan pada waktu berikutnya ketika kebutuhan-kebutuhan kognitif dan simbolik serta kemampuan mereka bertambah. Sementara peranan alat dan bahasa dalam proses ini telah dipelajari, peranan bangunan sebagai cara mengkiaskan bagan dan tempat kognitif dalam bentuk fisik nyaris tidak mendapatkan perhatian sama sekali.

Bila terdapat perbedaan dalam ruangan-ruangan yang didiami, maka transisi adalah penting. Secara sosial terdapat ritus dalam hal melintas, yang menandai transisi sosial, dan seringkali hal ini memiliki padanan ruang. Arsitektur memperjelas transisi ruang, yang tentunya mempunyai arti sosial dan konseptual. Jadi tembok, gerbang, pintu, ambang, dan sebagainya sering menandai peralihan antara di dalam/ di luar, suci/ duniawi, pria/ wanita, umum/ pribadi, dan jenis-jenis domain lainnya.

Page 4: Rangkuman Tugas 1

Peninggalan Arsitektur

Secara lebih umum, dapat ditunjukkan bahwa alam pikiran manusia mempunyai kebutuhan untuk mengadakan pembedaan – menggolongkan, memberi nama, dan membedakan – di antara tempat-tempat; taksonomi dan domain merupakan dasar bagi pengingatan dan untuk menjadikan dunia bermakna.

Dalam tahun-tahun belakangan ini asal-usul manusia telah terdorong mundur dalam waktu. Bangunan-bangunan juga tampaknya mundur lebih jauh daripada yang mungkin diduga orang selama ini. Contoh yang menyolok ialah pembuktian bahwa hominid-hominid seperti Australopithecines. Pliosen Atas memiliki beberapa tempat bernaung. Unsur-unsur batu berbentuk setengah lingkaran yang mungkin menjadi penahan angin atau pondasi untuk gubuk selebar 2 meter terdapat di Olduvai Gorge, Tanzania, dan berasal dari kira-kira 1,8 juta tahun yang lalu. Tampaknya tempat ini telah dibuat dengan baik ketika itu; hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa ‘home-base behavior’ merupakan ciri pokok dari perilaku manusia yang berbeda dengan perilaku hewan tegak lainnya. Fungsi bukan-tempat bernaung dari konstruksi demikian – yang menandai rumah (keluarga) – barangkali setidak-tidaknya sama pentingnya (kalau tidak lebih penting) dengan peranannya sebagai tempat bernaung.

Contoh berikutnya berasal dari kurun waktu yang jauh lebih baru – hanya berasal dari 300.000 tahun lalu! Yaitu suatu perkampungan di Terra Amata, dekat Nice di selatan Perancis. Di situ terdapat 21 gubuk utama dalam satu kelompok dan 11 gubuk dalam kelompok lain. Bentuk tempat-tempat tinggal ini lonjong memanjang, dengan panjang antara 26 dan 49 kaki dan lebar 13 sampai 20 kaki. Mungkin sekali bahwa masing-masing gubuk ditempati oleh lebih dari satu keluarga, dan jumlahnya memberikan petujuk adanya suatu kelompok keluarga. Konstruksi rumah yang dihuni oleh beberapa keluarga menunjukkan adanya organisasi kemasyarakatan yang rumit. Rumah-rumah dibangun dengan memasukkan batang-batang panjang bergaris tengah 3 inci ke dalam tanah secara beraturan, membengkokkannya kebagian dalam, dan mengikatnya pada sederet tiang tengah (tidak diketahui apakah disini digunakan balok bubungan). Batu-batu di letakkan sepanjang dasar tembok. Disebelah dalam, di tengah, terdapat sebuah tungku pendiangan – dapat berupa sebuah parit dangkal atau suatu bidang tumpukan batu.

Di “zaman baru”, tanggal tempat tinggal, dusun, dan hasil-hasil kognitif lainnya juga bergeser mundur. Sebagai contoh terakhir,

Apakah Arsitektur itu?

Sudah pasti bahwa asal mula arsitektur lebih dini dari arsitek pertama, yang biasanya dianggap sebagai si perancang piramida berbentuk tangga di Mesir. Bahkan orang memasukkan pembangun rumah kepala-kepala suku dan bangunan-bangunan ritual, sebagian besar dari apa yang dibangun tidak dirancang oleh kalangan profesional tapi lebih merupakan dorongan ekspresi arsitektural yang sama yang mendorong rancangan gaya modern (yang dilakukan oleh para perancang). Jadi dalam mempersoalkan asal mula arsitektur atau pemahaman tentang apakah arsitektur itu, kita harus memperhatikan tradisi rakyat atau tradisi yang disenangi masyarakat – bangunan-bangunan yang disebut “primitif ” atau “asli” yang selalu merupakan bagian terbesar dari lingkungan buatan dan yang hakiki bagi setiap generalisasi yang absah, dan yang pasti penting untuk suatu pembahasan tentang asal mula.

Page 5: Rangkuman Tugas 1

Semua lingkungan berasal dari pilihan yang dibuat dari semua alternatif yang mungkin. Pilihan yang khas cenderung menuruti hukum, mencerminkan kebudayaan manusia yang bersangkutan. Sesungguhnya, salah satu cara untuk memandang kebudayaan ialah dari segi pilihan yang paling umum dibuat. Keabsahan keputusan inilah yang menjadikan tempat – dan bangunan – jelas berbeda satu sama lain; ketaatan pada norma ini juga menghasilkan cara-cara khas dalam berpakaian, berperilaku, makan, dan sebagainya. Ia mempengaruhi cara manusia berinteraksi serta menyusun ruang dan waktu. Pilihan-pilihan yang tetap ini menghasilkan gaya – baik pada lingkungan buatan ataupun pada kehidupan.

Dalam membuat pilihan ini diperlukan nilai-nilai, norma-norma, kriteria, dan anggapan-anggapan tertentu. Semuanya ini sering terwujud dalam bagan yang ideal. Lingkungan, mencerminkan dan mengkiaskan skemata-skemata serta tatanan yang mereka cirikan. Tatanan yang diekspresikan melalui proses pemilihan, citra yang terkandung, dan bentuk yang diberikan merupakan suatu pandangan dari lingkungan ideal yang dikemukakan oleh lingkungan buatan betapapun tidak sempurnanya. Lingkungan-lingkungan demikian diartikan sebagai rona bagi jenis manusia yang menganggap suatu kebudayaan tertentu sebagai normatif, dan bagi jenis gaya hidup yang dianggap penting dan khas dari kelompok tersebut dan yang membedakannya dari kelompok-kelompok lain. Sesungguhnya, apa yang kita sebut kebudayaandapat dilihat dalam tiga cara utama: sebagai suatu cara hidup yang mencirikan suatu kelompok; sebagai suatu sistem lambang, arti, dan skemata kognitif, dan sebagai suatu perangkat strategi penyesuaian diri guna kelangsungan hidup, dalam kaitannya dengan ekologi dan sumber daya.

Dengan demikian, kebudayaan menyangkut sekelompok manusia yang memiliki seperangkat nilai dan keyakinan dan suatu pandangan terhadap dunia yang mewujudkan suatu cita-cita. Ketentuan ini juga menimbulkan pilihan-pilihan yang sistematik dan mantap. Dengan pernyataan kita terdahulu bahwa arsitektur terutama sekali merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, dan dengan definisi kita tentang perancangan yang mencakup pengubahan-pengubahan yang paling berguna terhadap lingkungan fisik, arsitektur dapat dianggap sebagai suatu konstruksi yang dengan sengaja mengubah lingkungan fisik menurut suatu bagan pengaturan. Perbedaan antara bangunan dan permukiman adalah perbedaan dalam skala. Seperti pernah dikatakan Aldo Van Eyck: “Sebuah bangunan adalah suatu kota kecil, sebuah kota adalah suatu bangunan yang besar.”

Untuk menjawab pertanyaan mengapa manusia membuat lingkungan, kita harus mengerti bagaimana pikiran manusia bekerja. Skema merupakan produk dari apa yang tampaknya merupakan proses dasar dari pikiran manusia, untuk memberi arti kepada dunia, untuk memanusiawikannya dengan menyodorkan tatanan kepadanya – suatu tatanan kognitif yang sering dicapai melaui klasifikasi dan penamaan, atau melakukan pembedaan. Dunia bersifat kacau dan tak menentu; pikiran manusia menggolongkan, membedakan, dan menata. Dapat kita katakan, bahwa penataan dipikirkan sebelum dibangun. Permukiman, bangunan, dan pemandangan adalah bagian dari kegiatan ini.

Manusia memikirkan lingkungan sebelum mereka membangunnya. Alam pikiran menata ruang, waktu, kegiatan, status, peranan, dan perilaku. Tapi adalah berharga untuk memberikan penampilan fisik pada gagasan. Mengkiaskan gagasan menjadikannya bantuan ingatan yang bermanfaat; gagasan membantu perilaku dengan mengingatkan manusia tentang bagaimana bertindak, bagaimana berperilaku, dan apa yang diharapkan dari mereka.

Page 6: Rangkuman Tugas 1

PENATAAN LINGKUNGAN

Tujuan penyusunan ruang dan waktu adalah untuk mengatur dan menyusun komunikasi (interaksi, penghindaran, dominasi, dan sebagainya). Melalui perilaku yang suci dan berbagai cara menandai wilayah kekuasaan, makna diberikan pada tempat dan perilaku. Makna dengan demikian juga ditata.

Dalam kasus manusia, ketika lingkungan diatur, keempat unsur inilah – ruang, makna, komunikasi, dan waktu – yang diatur. Artinya, lingkungan dapat dianggap sebagai serangkaian hubungan antara benda dengan benda lain, benda dengan manusia, dan antara manusia dengan manusia lain. Hubungan ini teratur; ada pola dan strukturnya. Lingkungan bukanlah suatu kumpulan benda acak. Hubungan terutama adalah mengenai ;obyek dan manusia dihubungkan melalui berbagai tingkat pemisahan dalam dan oleh ruang.

dalam keadaan tradisional, keempat pengaturan ini – ruang, makna, komunikasi, dan waktu – lebih seragam dan lebih berkaitan.

Sistem Penataan

Tata lingkungan merupakan penampilan fisik dari sistem dan bagan penataan, suatu sifat dasar dari alam pikiran manusia. Proses ini selalu sama, walaupun bentuk khas penataan dan cara yang digunakan untuk menampilkannya secara fisik secara budaya adalah khas.

Dalam segala keadaan tradisional, dan khususnya keadaan awal mula arsitektur, bagan penataan sering didasarkan atas hal suci, karena religi dan ritual menjadi pusat. Bila lingkungan buatan merupakan lingkungan yang dimanusiawikan, yaitu tempat yang dapat didiami, maka bagi sebagian besar bangsa tradisional, lingkungan ini berdasarkan definisi haruslah suci atau disucikan. Karena pandangan dunia masyarakat tradisional adalah religius, maka lingkungan buatan – yang mengkiaskan cita-cita – harus mengkiaskan yang suci, karena hal itulah yang menunjukkan makna yang paling berarti.

TUJUAN ARSITEKTUR

Arsitektur dapat memberikan rona bagi kegiatan-kegiatan tertentu; mengingatkan orang tentang kegiatan-kegiatan apakah ini; menyatakan kekuasaan, status, atau hal-hal pribadi; menampilkan dan mendukung keyakinan-keyakinan kosmologis; menyampaikan informasi; membantu menetapkan identitas pribadi atau kelompok; dan mengkiaskan sistem-sistem nilai. Arsitektur juga dapat memisahkan wilayah dan membedakan antara sini dan sana, suci dan duniawi, pria dan wanita, depan dan belakang, pribadi dan umum, yang dapat dan tak dapat dialami, dan sebagainya. Walaupun pembedaan antara tempat-tempat merupakan pusat masalah, tujuan dilakukannya hal itu dan cara-cara yang digunakan untuk melakukannya mungkin sangat berbeda.

Page 7: Rangkuman Tugas 1

BAB 2 : Teori, Kritik, dan Sejarah Arsitektur

(Wayne O. Attoe)

TEORI

Teori adalah ungkapan umum tentang apakah arsitektur itu, apa yang harus dicapai dengan arsitektur, dan bagaimana cara yang paling baik untuk merancang.

Teori dalam arsitektur cenderung tidak seteliti dan setepat teori dalam ilmu pengetahuan alam. Teori ilmiah secara khas mengemukakan perangkat hukum yang telah diperoleh secara empiris, kebenaran yang dengan sendirinya terbukti dalam bentuk aksioma, atau penguraian peristiwa sebab-akibat. Perancangan arsitektural sebagian besar lebih merupakan kegiatan merumuskan daripada kegiatan menganalisis. Arsitektur tidak memilahkan bagian-bagian, tetapi mencernakan dan memadukan bermacam ragam unsur dalam cara-cara baru dan keadaan-keadaan baru, sehingga hasilnya tidak seluruhnya dapat diramalkan. Teori dalam arsitektur mengemukakan arah, tapi tidak dapat menjamin hasilnya.

Apa sebenarnya Arsitektur itu?

Dalam menganjurkan cara-cara khusus untuk memandang arsitektur, para ahli teori seringkali mendasarkan diri pada analogi. Analogi-analogi seperti ini memberikan jalan untuk mengatur tugas-tugas perancangan dalam tatanan hirarki, sehingga arsitek dapat mengetahui hal-hal mana yang pertama-tama harus dipikirkan dan hal-hal mana dapat dibiarkan pada tahap berikutnya dari proses perancangan.

Berikut ini adalah beberapa analogi yang berulang-ulang digunakan oleh para ahli teori untuk menjelaskan arsitektur.

Analogi matematis. Beberapa ahli teori berpendapat bahwa ilmu hitung dan geometri merupakan dasar penting bagi pengambilan keputusan dalam arsitektur. Mereka yakin bahwa bangunan yang dirancang menurut bentuk-bentuk murni dan angka-angka primer atau lambang akan sesuai dengan tatanan alam semesta:

Arsitektur adalah permainan massa yang luar biasa, tepat, dan dasyat dalam cahaya. Mata kita diciptakan untuk melihat bentuk-bentuk dalam cahaya; cahaya dan bayangan mengungkapkan bentuk-bentuk ini; kubus, kerucut, bulatan, silinder, atau piramida adalah bentuk-bentuk primer utama yang diungkapkan cahaya hingga terlihat dengan baik; citra benda-benda ini jelas dan nyata di dalam diri kita dan tanpa keragu-raguan. Karena alasan itulah bentuk-bentuk ini merupakan bentuk-bentuk yang indah, bentuk-bentuk yang paling indah.

“Penampang emas” atau “nomor emas” paling sering disebut sebagai panduan yang tepat untuk rancangan arsitektur. Yaitu perbandingan 1:1,618.

Analogi Biologis. “Membangun adalah proses biologis... membangun bukanlah proses estetis.” Teori arsitektur yang didasarkan atas analogi biologis mempunyai dua bentuk. Yang satu sangat umum dan memusatkan perhatian pada hubungan antara bagian-bagian bangunan atau antara bangunan dan ronanya. Mengikuti rintisan Frank Lloyd Wright, hal ini umum disebut sebagai “organik”. Bentuk lain dari analogi ini yang lebih khusus disebut “biomorfik”, yang memusatkan perhatian pada proses pertumbuhan dan kemampuan pergerakan yang berkaitan dengan organisme.

Arsitektur organik dari Wright memiliki empat karakteristik: Pertama, ia berkembang ke luar dari dalam, selaras dengan kondisi keberadaannya; ia tidak dapat diterapkan begitu

Page 8: Rangkuman Tugas 1

saja. Kedua, konstruksi terjadi dalam sifat bahan. “Dimana kaca digunakan sebagai kaca, batu sebagai batu, kayu sebagai kayu”. Ketiga, unsur-unsur suatu bangunan adalah terpadu.

Kata organik menunjuk pada kesatuan: barangkali terpadu atau intrinsik adalah kata yang lebih tepat untuk dipakai. Sebagaimana mulanya digunakan dalam arsitektur, organik berarti bagian-pada-keseluruhan sebagai keseluruhan-pada-bagian. Jadi keseluruhannya adalah terpadu adalah apa yang sesungguhnya diartikan oleh kata organik.

“Yang dibangun oleh masyarakat di atas tanah dengan peralatan mereka sendiri – setia pada waktu, tempat, lingkungan, dan tujuan. Kita dapat menyebutnya sebagai bangunan rakyat”.

Arsitektur biomorfik memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berubah melalui perluasan, pergandaan, pemisahan, regenerasi, dan perbanyakan.

Analogi Romantik. Ciri pokok dari arsitektur romantik adalah bahwa ia bersifat mengemban. Ia mendatangkan atau melancarkan tanggapan emosional dalam diri si pengamat. Ini dilakukan dengan dua cara – dengan menimbulkan asosiasi atau melalui pernyataan yang dilebih-lebihkan. Bila menggunakan asosiasi, rancangan romantik akan mengacu kepada alam (baik dalam bentuk rona alam maupun dalam bentuk proses alami, seperti pembusukan), masa lalu, tempat-tempat eksotis, benda primitif, atau asosiasi masa kanak-kanak.

Analogi Linguistik. Analogi linguistik menganut pandangan bahwa bangunan dimaksudkan untuk menyampaikan informasi kepada para pengamat dengan salah satu dari tiga cara berikut:

Model Tatabahasa. Arsitektur ada kalanya dianggap terdiri dari unsur-unsur (kata-kata) yang ditata menurut aturan (tatabahasa dan sintaksis) yang memungkinkan masyarakat dalam suatu kebudayaan tertentu cepat memahami dan menafsirkan apa yang disampaikan oleh bangunan tersebut.

Model Ekspresionis. Dalam hal ini bangunan dianggap sebagai suatu wahana yang digunakan arsitek untuk mengungkapkan sikapnya terhadap proyek bangunan tersebut.

Model Semiotik. Semiologi adalah ilmu tentang tanda-tanda. Suatu penafsiran semiotik tentang arsitektur menyatakan bahwa suatu bangunan merupakan suatu tanda penyampaian informasi mengenai apakah ia sebenarnya dan apa yang dilakukannya.

Analogi Mekanik. Penegasan Le Corbusier Bahwa rumah adalah sebuah mesin untuk dihuni memberikan contoh penggunaan analogi mekanik dalam arsitektur. Keindahan menerima harapan fungsi: objek-objek yang langsung, yang hanya menyatakan apakah mereka itu dan apa yang mereka lakukan, dengan sendirinya akan menjadi indah.

Analogi Pemecahan Masalah. “Arsitektur adalah seni yang menuntut lebih banyak penalaran daripada ilham, dan lebih banyak pengetahuan faktual daripada semangat.” Walaupun ada kalanya disebut sebagai pendekatan rasionalis, logis, sistematis,atau parametrik terhadap perancangan arsitektur, metode pemecahan masalah beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan lingkungan merupakan masalah yang dapat diselesaikan melalui analisis yang seksama dan prosedur-prosedur khusus dirumuskan untuk itu. Merancang tidak dianggap sebagai proses intuitif yang bercirikan ilham saja, tapi sebagai proses langkah-demi-langkah yang tergantung pada informasi yang padat. Suatu persyaratan dari metode-metode perancangan yang sering demikian adalah bahwa

Page 9: Rangkuman Tugas 1

masalahnya harus dinyatakan secara baik dan khusus. Suatu ciri lain dari metode-metode pemecahan masalah dalam perancangan adalah prosedur yang seksama dan terpadu. Agar dianggap rasional, prosedurnya harus memuat sedikit-dikitnya tiga tahapan: analisis, sintesis, dan evaluasi.

Analogi Adhocis. Bila pandangan seorang tradisionalis mengenai arsitektur akan menyatakan bahwa tugas perancang adalah memilih unsur-unsur yang layak dan membentuknya untuk memperkirakan suatu cita-cita, pendekatan adhocis ditujukan untuk menanggapi kebutuhan langsung dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah diperoleh dan tanpa mengacu kepada suatu cita-cita. Tidak ada pedoman baku dari luar untuk mengukur rancangan tersebut; apa saja dapat dipakai.

Analogi Bahasa Pola. Pendekatan tipologis atau pola menganggap bahwa hubungan-hubungan lingkungan-perilaku dapat dipandang dalam pengertian satuan-satuan yang digabungkan oleh perancang untuk membuat sebuah bangunan atau suatu rona kota.

Analogi Dramaturgi. Analogi dramaturgi digunakan dengan dua cara – dari titik pandang para aktor, dan dari titik pandang dramawan. Dalam hal pertama, arsitek memperhatikan penyediaan alat-alat perlengkapan dan rona-rona yang diperlukan untuk memainkan suatu peranan tertentu. Penggunaan analogi dramaturgi lain ialah dari titik pandang dramawan. Dalam hal ini perhatian sang arsitek terutama tidak banyak pada kebutuhan tokoh-tokoh untuk muncul secara khusus atau dapat dihilangkan dari peranan seperti pada pengarahan gerak. Para arsitek dapat menyebabkan orang bergerak ke suatu arah atau arah yang lain dengan memberikan petunjuk-petunjuk visual.

KRITIK

Kritik dalam arsitektur merupakan rekaman dari tanggapan terhadap lingkungan buatan. Kritik pada hakikatnya bermaksud menyaring dan melakukan pemisahan. Pembedaan, bukan penilaian, adalah ciri pokok dari kritik.

Kritik Normatif. Mempunyai dasar berupa suatu doktrin, sistem, tipe, atau ukuran. Suatu doktrin adalah suatu pernyataan prinsip yang abstrak.

Kritik Penafsiran. Sifat kritik penafsiran sangat pribadi. Kritikus adalah seorang penafsir yang pandanganya sendiri lebih penting daripada pedoman baku dari luar apa pun.

Kritik Deskriptif. Metode deskriptif berusaha mencirikan fakta-fakta yang menyangkut perjumpaan seseorang dengan suatu lingkungan tertentu. Kritik deskriptif juga menjelaskan bagaimana bangunan itu atau rona perkotaan berlaku sebagai lingkungan yang dinamis.

Page 10: Rangkuman Tugas 1

Rangkuman II : Arsitektur modern, kontemporer, dan Post modern

ARSITEKTUR MODERN

Sepanjang sejarah manusia, Arsitektur hanya mengalami satu kali perubahan yang mendasar, yaitu di saat hadirnya Arsitektur Modern. Sampai dengan masa Neo-klasik abad ke-19, Arsitektur dianggap sebagai pengetahuan kesenian, yaitu seni bangunan. Artinya Arsitektur dianggap sebagai suatu ‘olah rasa’ yang dibuat berdasarkan perasaan sebagai sumber idenya dan tidak ada rumusnya.

Di pertengahan abad ke-18, tahun 1750-an di Perancis, muncul orang-orang yang berambisi untuk menghasilkan Arsitektur dengan menggunakan akal dan idenya sebagai sumber idenya, bukan seni dengan perasaan. Beberapa nama tersebut adalah :

1. Boulle

2. Blondel,

3. Quatremere de Quincy (Tipologi misalnya, dimunculkan pertama kali pada abad ke-18 oleh Quatremere de Quincy.)

Bagi mereka ini, Arsitektur adalah olah pikir, bukan olah seni. Bagi dunia Arsitektur, apa yang dilakukan oleh orang-orang Perancis ini adalah sebuah reformasi, perubahan. tak ayal lagi, sejarah menobatkan orang-orang ini sebagai the first Modern. Dengan demikian, dapat saj dikatakan bahwa Arsitektur Modern ini sudah hadir pada abad ke-18 bukan abad ke-20. Tetapi, yang dimaksud Arsitektur Modern bukan karya Arsitektur, bukan bangunan atau gedung tapi adalah ide, gagasan, pikiran atau pengetahuan dasar tentang Arsitektur. Oleh sebab itu seringkali dikatakan bahwa pikiran-pikiran dasar/pokok mengenai Arsitektur Modern telah dimunculkan di abad ke-18.

Pikiran-pikiran dasar yang baru tadi, baru mendapat kesempatan untuk direalisasikan pada pertengahan abad 19, karena beberapa hal :

1.  Di pertengahan abad 19 itu secara resmi pendidikan Arsitektur telah terbagi menjadi dua yaitu :

Ecole des Beaux Arts – yang mengajarkan Arsitektur sebagai kesenianEcole Polytechnique  – yang mengajarkan Arsitektur sebagai ilmu teknik sipil

2.  Munculnya industri bahan bangunan, yang mampu menghasilkan keseragaman ukuran dan kecepatan membangun. Kedua hal ini menjadi faktor yang sangat mendorong percepatan dari Arsitektur Modern tersebut.

Tahun 1851 di Inggris, diselenggarakan sebuah Expo , dimana gedung utamanya adalah rancangan dari seorang ahli botani. Gedung tersebut dikenal sebagai “Crystal Palace” karya Joseph Paxton yang oleh sejarah Arsitektur dinyatakan sebagai karya Arsitektur Modern yang pertama, karena dalam perwujudannya mampui memperlihatkan keberadan dari Arsitektur yang mendominasikan unsur space sebagai.

Sebelumnya, form merupakan unsur utama perancangan Arsitektur.Eiffel Tower karyaGustav Eiffel, seorang insinyur sipil.

Page 11: Rangkuman Tugas 1

Kesimpulan:Ide tahun 1750: ide tentang Arsitektur adalah ‘olah pikir’ dan bukan ‘olah rasa’Ide tahun 1851: ide tentang Arsitektur adalah permainan ‘ruang’ dan bukan ‘bentuk’

ARSITEKTUR KONTEMPORER

Sejarah Arsitektur Kontemporer IndonesiaAwal tahun 1990-an ditandai pengaruh postmodernisme pada bangunan umum dan

komersil di Jakarta dan kota besar lainnya. Hadirnya kontribusi signifikan dari para arsitek muda yang berusaha menghasilkan desain yang khas dan inovatif untuk memperkaya khasanah arsitektur kontemporer di Indonesia. Di antaranya adalah mereka yang terhimpun dalam kelompok yang sering dianggap elitis, yaitu Arsitek Muda Indonesia (AMI). Dengan motto “semangat, kritis, dan keterbukaan” kiprah AMI juga didukung oleh kelompok muda arsitek lainnya seperti di Medan, SAMM di Malang, De Maya di Surabaya dan BoomArs di Manado. Untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha kreatif di kalangan arsitek praktisi, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) juga mulai memberikan penghargaan desain (design award) untuk berbagai kategori tipe bangunan. Karya-karya arsitektur yang memperoleh penghargaan dimaksudkan sebagai tolok ukur bagi pencapaian desain yang baik dan sebagai pengarah arus bagi apresiasi arsitektural yang lebih tinggi.

Penghargaan Aga Khan Award dalam arsitektur yang diterima Y.B. Mangunwijaya pada tahun 1992 untuk proyek Kali Code, telah berhasil memotivasi arsitek-arsitek Indonesia untuk melatih kepekaan tehadap tanggung jawab sosial budaya.

Krisis moneter tahun 1997 mengakibatkan jatuhnya pemerintahan Orde Baru telah melumpuhkan sector property dan jasa professional di bidang arsitektur. Diperlukan hampir lima tahun untuk kembali, namun kerusakan yang sedemikian parah mengakibatkan kemunduran pada semua program pembangunan nasional.

Kini, arsitek kontemporer Indonesia dihadapkan pada situasi paradoksikal: Bagaimana melakukan modernisasi sambil tetap memelihara inti dari identitas budaya? Karya-karya kreatif dan kontemporer kini menjadi tonggak baru dalam perkembangan arsitektur Indonesia. Dengan pemikiran dan isu baru yang menjadi tantangan arsitek muda. Seiring pergerakan AMI memberikan semangat modernisme baru yang lebih sensitif terhadap isu lokalitas dan perubahan paradigma arsitektur di Indonesia.

Page 12: Rangkuman Tugas 1

ARSITEKTUR POST MODERNPengertian postmodern :

Arsitektur yang sudah melepaskan diri dari aturan-aturan modernisme. Tapi kedua-duanya masih eksis.

Anak dari Arsitektur Modern. Keduanya masih memiliki sifat/ karakter yang sama.

Koreksi terhadap kesalahan Arsitektur Modern. Jadi hal-hal yang benar dari Arsitektur Modern tetap dipakai.

Merupakan pengulangan periode 1890-1930.

Arsitektur yang menyatu-padukan Art dan Science, Craft dan Technology, Internasional dan Lokal. Mengakomodasikan kondisi-kondisi paradoksal dalam arsitektur.

Tidak memiliki hubungan sama sekali dengan Arsitektur Modern.

Perubahan mendasar dalam sejarah dunia arsitektur adalah saat hadirnya arsitektur modern. Arsitektur sampai abad ke-19 dianggap sebagai seni bangunan. Reformasi pemikiran Arsitektur Modern ini mulai muncul pada abad ke-18, dimana yang dimaksud Arsitektur Modern bukan karya arsitektur, melainkan ide, gagasan, pikiran atau pengetahuan dasar tentang arsitektur. Pemikiran tersebut baru dapat direalisasikan pada pertengahan abad ke-19 dikarenakan pendidikan Arsitektur yang dibagi menjadi dua, sebagai kesenian dan sebagai ilmu teknik sipil, dan munculnya industri bahan bangunan.

Antara tahun 1890-1930 muncul berbagai macam pergerakan, antara lain : Art and Craft, Art Noveau, Ekspresionisme, Bauhaus, Amsterdam School, Rotterdam School, dll.  Periode tersebut merupakan puncak sekaligus titik awal dari arsitektur modern.

Pada tahun 1950-1960, terdapat 2 pihak yang berlawanan :1.     Kelompok yang berpihak pada teknologi dan industrialisasi; tahun 1950 dikatakan

sebagai titik puncak kejayaan Arsitektur Modern.2.     Kelompok yang memuja estetik dan artistik; tahun 1950-an dilihat sebagai titik

awal kemerosotan Arsitektur Modern.Sekitar tahun 1960-an, pertentangan antara kedua pihak itu terjadi lagi dikarenakan

adanya perbedaan pendapat tentang ‘untuk siapa arsitektur itu diciptakan?’. Hal tersebut yang menjadi titik awal lahirnya Post Modernisme yang melawan Modernisme dengan pernyataan: Less Is Bore. Media massa juga ikut berperan dalam memicu timbulnya pluralism yang menjadi bahan dasar post modernisme.

Perbedaan karakter Modernisme dan Post Modernisme :      Modernisme : singular, seragam, tunggal.      Post Modernisme : plural, beraneka ragam, bhinneka.