Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

63
Laporan Tutorial Blok 6 / Semester II Kesehatan dan Kedokteran Keluarga SKENARIO 5 Disusun oleh: KELOMPOK 3 Ketua : Ricky Hamdani Siregar 103307019 Sekretaris : Lidya Melisa 103307013 Anggota : Chandra Wisno Purba 103307001 David Jubelium Siregar 103307003 Irwansyah Putra 103307007 Julianto Tanjaya 103307009 Khiky Augustika Yuana 103307011 Nining Inggrid Fransiska Purba 103307015 Revina Desny 103307017 Dosen Tutorial: Prof. Nerseri Barus,MPH Dosen Pleno: Dr. Adek amansyah,Sp.OG(K)FER 1

description

contoh makalah

Transcript of Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

Page 1: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

Laporan Tutorial Blok 6 / Semester II

Kesehatan dan Kedokteran KeluargaSKENARIO 5

Disusun oleh: KELOMPOK 3

Ketua : Ricky Hamdani Siregar 103307019

Sekretaris : Lidya Melisa 103307013

Anggota :

Chandra Wisno Purba 103307001

David Jubelium Siregar 103307003

Irwansyah Putra 103307007

Julianto Tanjaya 103307009

Khiky Augustika Yuana 103307011

Nining Inggrid Fransiska Purba 103307015

Revina Desny 103307017

Dosen Tutorial: Prof. Nerseri Barus,MPH

Dosen Pleno: Dr. Adek amansyah,Sp.OG(K)FER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

2011

1

Page 2: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-Nya yang telah memberikan kami kesempatan untuk sama-sama belajar mencapai

hidup yang lebih baik lagi dan juga dengan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun

laporan ini dengan sebaik-baiknya sesuai dengan yang diharapkan.

Laporan ini sengaja disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan dan

wawasannya tentang tujuan pembelajaran ini. Kami sadar bahwa banyak hal yang belum

sempurna dalam penyusunannya, oleh sebab itu kami selaku penyusun mengharapkan adanya

masukan berupa kritik dan saran demi kebaikan laporan berikutnya, dan kami mengucapkan

terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut serta membantu dalam penyusunan laporan ini,

semoga semua ini berguna bagi kita, khususnya menunjang pembelajaran di dunia

kedokteran.

Hormat Kami,

Penyusun

2

Page 3: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………………………….. 2

Daftar isi………………………………………………………………………………... 3

Bab 1: Pendahuluan………………………………………………………………….. 4

Bab 2: Data pelaksanaan tutorial…………………………………………………….. 5

Bab 3: Skenario 5……………………………………………………………………. 6

Bab 4: Pembahasan skenario…………………………………………………………. 7

Bab 5: Tinjauan teori…………………………………………………………………. 9

5.1. Fisiologi dan Diagnosis Kehamilan……………………………………… 9

5.2. Ante Natal Care………………………………..………………………… 19

5.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan…………………………… 23

5.4. Fungsi Keluarga dalam kehamilan…...……………………………….….. 25

5.5. Hipertensi pada Kehamilan……………………………………..………… 27

5.6. Penatalaksanaan Preeklamsia…………………………………………….. 37

Bab 6: Kesimpulan akhir……………………………………………………………… 41

Daftar pustaka………………………………………………………………………….. 42

3

Page 4: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

BAB 1

Pendahuluan

Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan

salah satu dari tiga penyebab tertnggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Hal ini

disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas juga oleh perawatan dalam persalinan masih

ditangani oleh petugas nonmedis dan system rujukan yang belum sempuran. Selain

hipertensi, preeklampsia-eklampsia masih merupakan salah satu penyebab utama

kematian maternal dan kematian perinatal yang tinggi.

Oleh karena itu diagnosis dini pre-eklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan

eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka

kematian ibu (AKI) dan anak. Perlu ditekankan bahwa sindrom preeklampsia ringan dengan

hipertensi, edema, dan proteinuria sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan.

pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda preeklampsia

sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat dan eklampsia, di samping

pengendalian terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain

4

Page 5: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

Bab 2

Data Pelaksanaan Tutorial

I. JUDUL BLOK

KESEHATAN DAN KEDOKTERAN KELUARGA

II. JUDUL SKENARIO

PREEKLAMSIA

III. NAMA DOSEN PLENO

Dr. Adek Amansyah,Sp.OG(K)FER

IV. DATA PELAKSANAAN TUTORIAL:

1. TUTORIAL 1

TANGGAL : 15 July 2011

WAKTU : 07.50 – 10.20 WIB

TEMPAT : RUANG TUTORIAL

2. TUTORIAL 2

TANGGAL : 18 July 2011

WAKTU : 07.50 – 10.20 WIB

TEMPAT : RUANG TUTORIAL

3. PLENO

TANGGAL : 26 July 2011

WAKTU : 07.50 – 10.20 WIB

TEMPAT : RUANG KULIAH

5

Page 6: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

BAB 3

Skenario 5Wanita 32 tahun hamil anak kedua 6 bulan, datang ke dokter kebidanan dengan keluhan

kedua tungkai bengkak. Pada pemeriksaan status presents: Sens: CM, TD: 160/110mmHg,

HR:88x/menit, RR:20x/menit, T:36,7 C. Pada pemeriksaan fisik dijumpai wajah oedem, pada

pemeriksaan urine dijumpai proteinuria. Riwayat kejang (-). Riwayat anak pertama lahir

spontan, hidup berat badan normal, sekarang usia 3 tahun, sehat. Apakah yang terjadi pada

ibu ini dan tindakan apa yang harus dilakukan?

6

Page 7: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

BAB 4

Pembahasan Skenario

4.1. Klarifikasi Istilah.

1. Oedema: meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan

interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela

jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat longgar dan rongga-rongga badan). Edema

dapat bersifat setempat (lokal) dan umum (general).

2. Proteinuria: Adanya protein serum yang berlebihan dalam urin.

3. Tungkai bengkak: pembengkakan pada tungkai bawah yang disebabkan oleh

penumpukan cairan pada kaki tersebut..

4. Lahir spontan: Kelahiran yang terjadi dengan kekuatan ibu itu sendiri.

4.2. Penetapan Masalah.

Wanita 32 tahun hamil 6 bulan anak ke dua datang kedokter dengan keluhan:

Kedua tungkai bengkak

Hipertensi (160/110 mmHg)

Wajah Oedema

Proteinuria (tanpa kejang)

4.3. Analisis Masalah.

1. Pasien mengalami gejala tanda-tanda Preeklamsia.

2. Kurangnya perawatan Antenatal Care

3. Pasien tidak mempunyai dokter keluarga

4.4. Kesimpulan Sementara.

Pasien mengalami Preeklamsia dan tidak memiliki dokter keluarga.

7

Page 8: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

4.5. Tujuan Pembelajaran.

1. Fisiologi dan Diagnosis Kehamilan

2. Ante Natal Care

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan

4. Fungsi Keluarga dalam kehamilan

5. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan kehamilan

6. Definisi,pathogenesis,klasifikasi hipertensi dan Preeklamsia

7. Penatalaksanaan Preeklamsia

.

4.7. Belajar Mandiri.

Text book.

Dosen pakar.

Internet.

8

Page 9: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

BAB 5

TINJAUAN TEORI

5.1. Fisiology dan Diagnosis Kehamilan.

TERJADINYA KEHAMILAN

Peristiwa prinsip pada terjadinya kehamilan :

1. Pembuahan / fertilisasi : bertemunya sel telur / ovum wanita dengan sel benih /

spermatozoa pria.

2. Pembelahan sel (zigot).hasil pembuahan tersebut.

3. Nidasi / implantasi zigot tersebut pada dinding saluran reproduksi (pada keadaan normal :

implantasi pada lapisan endometrium dinding kavum uteri).

4. Pertumbuhan dan perkembangan zigot – embrio – janin menjadi bakal individu baru.

Kehamilan dipengaruhi berbagai hormon : estrogen, progesteron, human chorionic

gonadotropin, human somatomammotropin, prolaktin dsb.

Human Chorionic Gonadotropin (hCG) adalah hormon aktif khusus yang berperan selama

awal masa kehamilan, berfluktuasi kadarnya selama kehamilan.

1.1. Fisiologi Kehamilan

Adaptasi maternal yang meliputi adaptasi anatomi, fisiologi dan metabolisme sangat

menentukan keberhasilan hasil kehamilan. Dengan mengetahui perubahan fisiologi

kehamilan tersebut diharapkan tenaga kesehatan dapat mendeteksi perubahan yang bersifat

patologis.

1.1.1. Gastrointestinal Track

Selama kehamilan kebutuhan nutrisi ibu seperti vitamin dan mineral meningkat. Nafsu makan

ibu meningkat sehingga intake makanan juga meningkat. Beberapa wanita hamil mengalami

penurunan nafsu makan atau mengalami mual dan muntah. Gejala tersebut mungkin

berhubungan dengan peningkatan hormon human Chorionic Gonadotrophin (hCG).

1.1.2. Kavitas Mulut (Oral Cavity)

Salivasi meningkat akibat gangguan menelan yang berhubungan dengan mual yang terjadi

terutama pada awal kehamilan. Pengeroposan gigi selama kehamilan bukan terjadi akibat

9

Page 10: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

kurangnya kalsium dalam gigi namun pengeroposan gigi mungkin terjadi akibat penurunan

pH mulut selama kehamilan. Dentalcalciumis bersifat stabil dan tidak berkurang selama

kehamilan seperti halnya kalsium tulang. Hipertrophi dan gusi yang rapuh dapat terjadi akibat

peningkatan hormon estrogen. Defisiensi vitamin C juga dapat mengakibatkan gusi bengkak

dan mudah berdarah. Keadaan gusi dapat kembali normal pada awal masa puerpurium.

1.1.3. Motilitas Gastrointestinal

Selama kehamilan motilitas gastrointestinal mengalami penurunan akibat peningkatan

hormon progesteron yang dapat menurunkan produksi motilin yaitu suatu peptida yang dapat

menstimulasi pergerakan otot usus. Waktu transit makanan yang melewati gastrointestinal

melambat/lebih lama dibanding pada wanita yang tidak hamil. Hal tersebut menyebabkan

peningkatan penyerapan air dan sodium diusus besar yang mengakibatkan konstipasi.

1.1.4. Lambung dan Usofagus

Produksi lambung yaitu asam hidroklorik meningkat terutama pada trimester pertama

kehamilan. Pada umumnya keasaman lambung menurun. Produksi hormon gastin meningkat

secara signifikan mengakibatkan peningkatan volume lambung dan penurunan pH lambung.

Produksi gastrik berupa mukus dapat mengalami peningkatan. Peristaltik usofagus menurun,

menyebabkan refluks gastrik akibat dari lamanya waktu pengosongan lambung dan dilatasi

atau relaksasi cardiac sphincter. Gastric reflux lebih banyak terjadi pada kehamilan lanjut

karena elevasi lambung akibat pembesaran uterus. Disamping menyebabkan heartburn,

perbahan posisi berbaring seperti posisi litotomi, penggunaan anestesi berbahaya karena

dapat meningkatkan regurgitasi dan aspirasi.

1.1.5. Usus besar, usus kecil dan Appendik

Usus besar dan kecil bergeser keatas dan lateral, apendik bergeser secara superior pada ruang

panggul. Posisi organ-organ tersebut kembali ke normal pada awal puerpurium. Pada

umumnya motilitas mengalami penurunan seperti halnya tonus gastrointestinal yang

mengalami penurunan.

1.1.6. Kandung Empedu

Fungsi kandung empedu mengalami perubahan selama kehamilan karena hipotonia pada otot

dinding kandung empedu. Waktu pengosongan lebih lambat dan inkomplit. Empedu

mengalami penebalan dan empedu yang stasis menyebabkan formasi batu empedu.

1.1.7. Liver

Tidak terjadi perubahan morfologi pada hati selama kehamilan normal, namun fungsi hati

mengalami penurunan. Aktifitas serum alkalin fosfatase mengalami gangguan yang mungkin

10

Page 11: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

disebabkan karena peningkatan isoenzim alkalin fosfatase plasenta. Penurunan rasio

albumin/globulin terjadi selama kahamilan merupakan suatu keadaan yang normal.

1.1.8. Ginjal dan Saluran urinary

a. Dilatasi Renal

Selama kehamilan masing-masing ginjal memanjang sekitar 1-1,5cm, dan secara bersamaan

bertambah beratnya. Ureter berdilatasi sampai tepi atas tulang pelvis. Ureter juga memanjang,

melebar dan lebih melengkung (kurve). Hal tersebut meningkatkan kejadian stasis urin yang

menyebabkan infeksi dan tes fungsi renal sulit diinterpretasi.

Penyebab absolut hidronefrosis dan hidroureter selama kehamilan tidak diketahui secara

pasti, namun ada beberapa faktor yang berkontribusi :

a.1. Peningkatan kadar progresteron yang berkontribusi terhadap hipotoni otot ureter

a.2. Vena ovari yang berada pada ligamen yang mengalangi pembesaran ovari

membesar dan menekan ureter pada tepi tulang pelvis.

a.3. Dekstro rotasi uterus selama kehamilan menyebabkan ureter kanan lebih

berdilatasi dibanding ureter kiri.

a.4. Hiperplasia pada 1/3 distal otot ureter menyebabkan reduksi ukuran luminal

b. Fungsi ginjal

Glomerular Filtration Rate (GFR) selama kehamilan mengalami peningkatan sampai 50%.

Aliran plasma renal meningkat 25-50%. Alran urinary dan sekresi sodium pada akhir

kehamilan dapat terganggu karena perubahan posisi, dimana alirannya menjadi dua kali lebih

besar pada posisi lateral rekumbent dibanding pada posisi supinasi.

Meskipun GFR meningkat secara dramatis selama kehamilan, volume urin yang melewati

ginjal perhari tidak mengalami peningkatan. Sistem urinary lebih efektif selama kehamilan.

Dengan kenaikan GFR, terjadi peningkatan creatinin clearen endogen. Konsentrasi kreatinin

dalam serum menurun proporsinya untuk meningkatkan GFR dan konsentrasi nitrogen urin

menurun.

Glukosuria selama kehamilan tidak selalu bersifat abnormal. Hal tersebut terjadi karena

peningkatan GFR dan lemahnya kapasitas reabsorbsi tubuler untuk memfiltrasi glukosa.

Peningkatan kadar glukosa dalam urin berkontribusi terhadap insiden infeksi saluran

perkemihan. Peningkatan proteinuria dianggap abnormal jika lebih dari 500mg/24jam.

Kadar enzim renin yang diproduksi ginjal meningkat pada awal trimester pertama dan

11

Page 12: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

peningkatan tersebut terjadi sampai kehamilan term. Enzim ini bekerja pada substrat

anginotensinogen; dari angiotensin 1, kemudian ke angiotensin 2 yang bekerja sebagai

vasokonstriktor. Kehamilan normal resisten terhadap efek peningkatan kadar angiotensin 2

tapi tidak resisten terhadap preeklamsi.

1.1.9. Bladder (Kandung Kemih)

Uterus yang membesar menyebkabkan kandung kemih terangkat. Penekanan uterus

menyebabkan peningkatan frekuensi bak. Vaskularisasi bladder meningkat dan tonus otot

menurun. Kapasitas bladder meningkat sampai dengan 1500 ml.

1.1.10. Sistem Hematologi

a. Volume darah

Perubahan fisiologi yang paling dirasakan selama kehamilan adalah peningkatan volume

darah. Peningkatan kejadian varises pada ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain jumlah kehamilan, jumlah bayi yang pernah dilahirkan, bayi yang dikandung tunggal

atau multipel. Peningkatan volume darah berlangsung sampai kehamilan term. Rata-rata

peningkatan volume darah pada kehamilan aterm 45-50%. Peningkatan volume darah

diperlukan untuk mengkompensasi aliran darah ekstra ke uterus, kebutuhan metabolisme

fetus, dan peningkatan perfusi pada organ lain terutama ginjal. Ekstra volume juga diperlukan

untuk mengkompensasi kehilangan darah saat persalinan. Rata-rata kehilangan darah pada

persalinan pervagina adalah 500-600ml dan kehilangan darah pada persalinan secara saesar

sekitar 1000 ml.

b. Sel darah merah

Jumlah total leukosit meningkat selama kehamilan. Jumlah leukosit pada wanita non hamil

sekitar 4300-4500/ml dan pada wanita hamil meningkat mencapai 5000-12000/ml pada

kehamilan trimester akhir, meskipun jumlah yang tertinggi 16000/ml pernah ditemukan pada

wanita hamil trimester tiga.

Jumlah sel darah putih yang mencapai 25000-30000/ml merupakan hal yang normal selama

persalinan. Jumlah lymphosit dan monosit sangat esensial selama kehamilan. Leukosit

polymorphonuclear berkontribusi dalam peningkatan sel darah putih.

c. Faktor pembekuan darah

Selama kehamilan, kadar beberapa faktor koagulan meningkat. Hal tersebut ditandai dengan

peningkatan fibrinogen dan faktor VIII. Faktor VII, IX, X, dan XII juga mengalami

peningkatan secara perlahan.

12

Page 13: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

Aktifitas fibrinotik menurun selama kehamilan dan persalinan namun mekanisme yang tepat

belum diketahui. Plasenta mungkin berperan dalam perubahan status fibrinotik tersebut.

Kadar plasminogen meningkat seiring dengan peningkatan kadar fibrinogen yang

menyebabkan keseimbangan aktifitas pembekuan dan lisis darah.

1.1.11. Sitem Kardiovaskuler

a. Posisi dan Ukuran Jantung

Seperti halnya uterus yang membesar dan diafragma yang mengalami elevasi, jentung

bergeser keatas dan sedikit kearah kiri dengan rotasi pada aksis jantung, sehingga denyut

jantung pada apeks bergerak lateral. Kapasitas jantung meningkat 70-80 ml; hal ini mungkin

disebabkan oleh peningkatan volume atau hipertropi otot jantung. Ukuran jantung meningkat

12%.

b. Kardiak Output

Kardiak output meningkat kurang lebih 40% selama kehamilan. Kardiak output maksimum

dicapai pada usia kehamilan 20-24 mgg dan berlangsung terus sampai kehamilan aterm.

Peningkatan kardiak output bisa mencapai 1,5 L/menit diatas kadar orang non hamil. Kardiak

output sangat sensitif terhadap perubahan posisi tubuh. Sensitifitas ini meningkat seiring

dengan tuanya kehamilan, sebab uterus menekan vena kava inferior, dengan demikian

menurunkan aliran darah balik ke jantung.

1.1.12. Tekanan darah

Tekanan darah sistemik sedikit menurun selama kehamilan. Ada sedikit perubahan pada

tekanan darah sistolik, namun tekanan darah diastolik menurun 5-10 mmHg pada usia

kehamilan 12-26 minggu. Tekanan darah diastolik meningkat seperti keadaan prepregnant

pada 36 minggu kehamilan.

Obstruksi yang disebabkan penekanan uterus pada vena kava inferior dan penekanan bagian

presentasi fetus pada vena iliaka dapat menurunkan aliran darah balik ke jantung. Penurunan

kardiak output ini menyebabkan turunnya tekanan darah dan menyebabkan edema pada

ekstremitas bawah.

1.1.13. Resistensi perifer

Resistensi perifer adalah tekanan darah dibagi kardiak output. Peningkatan tekanan balik

vena kembali normal jika ibu hamil berada pada posisi lateral rekumbent.

A. Efek persalinan terhadap sistem kardiovaskuler

Ketika ibu hamil berada pada posisi supinasi, kontraksi uterus dapat menyebabkan

peningkatan kardiak output sebesar 25%, menurunkan heart rate sebesar 15% dan

13

Page 14: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

meningkatkan stroke volume sebesar 33%. Saat ibu melahirkan pada posisi lateral

rekumbent, keadaan hemodinamik ibu masih dinggap stabil, kardiak output meningkat

sebesar 7,6%, heart rate menurun 0,7%, dan stroke volume meningkat sebesar 7,7%.

Perbedaan signifikan ini yang berkontribusi terhadap oklusi vena kava inferior yang

disebabkan oleh uterus gravid. Selama kontraksi tekanan nadi meningkat 26% pada posisi

supinasi namun hanya 6% pada posisi lateral rekumbent. Tekanan vena sentral meningkat

berhubungan langsung dengan intensitas kontraksi uterus dan peningkatan tekanan intra

abdomen. Volume tekanan darah pulmoner meningkat 300-500 ml selama kontraksi.

Sistem Pulmoner

a. Perubahan anatomi dan fisiologi

Kehamilan menyebabkan perubahan anatomi dan fisiologi yang berpengaruh terhadap

respirasi. Pada awal kehamilan, dilatasi kapiler terjadi pada saluran respirasi ; pembesaran

pada nasofaring, laring, trakhea dan bronkus. Hal tersebut menyebbkan perubahan suara dan

pernapasan melalui hidung mengalami gangguan. Seperti halnya terus yang membesar,

diafragma mengalami elevasi sekitar 4 cm dan tulang rusuk terangkat dan meluas

menyebabkan pertambahan diameter toraks bagian bawah sekitar 2 cm, dan lingkar dada

meningkat sekitar 6 cm. Elevasi diafragma tidak menghalangi pergerakannya. Tonus otot

abdomen mengalami penurunan yang menyebabkan respirasi abdomen lebih sering dibanding

respirasi diafragma.

b. Volume dan kapasitas paru

Perubahan terjadi pada volume dan kapasitas paru selama kehamilan. Dead volume (ruang

mati) meningkat. Tidal volume meningkat secara bertahap (35-50%) seiring dengan usia

kehamilan. Kapasitas paru total menurun 4-5% dengan adanya elevasi diafragma. Kapasitas

residu fungsional, volume residu, dan volume cadangan respirasi semua mengalami

penurunan sekitar 20%. Volume tidal yang lebih besar dan volume residu yang menurun

menyebabkan peningkatan ventilasi alveolar sebesar 65% selama kehamilan. Kapasitas

inspirasi meningkat 5-10%.

Perubahan fungsi respirasi antara lain : Respirasi rate 50% mengalami peningkatan, 40%

pada tidal volume dan peningkatan konsumsi oksigen 15-20% diatas kebutuhan wanita non

hamil. Hiperventilasi yang terjadi pada ibu hamil menyababkan penurunan CO2 alveolar.

Penurunan CO2 ini menurunkan tekanan CO2 darah; namun tekanan oksigen alveolar

dipertahankan pada batas normal. Hiperventilasi maternal melindungi fetus dari paparan CO2

yang terlalu tinggi.

B. Efek persalinan terhadap sistem pulmoner

14

Page 15: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

Terjadi penurunan Fungtional Residual Capacity (FRC) selama fase awal tiap kontraksi

uterus yang diakibatkan retribusi darah dari uterus ke central venosus pool. Sebab penurunan

ini tanpa perubahan ruang mati, terjadi delusi residual menyebabkan pertukaran gas menjadi

lebih efisien.

c. Metabolisme

Seperti halnya fetus dan plasenta yang tumbuh dan kebutuhan tempat yang meningkat pada

maternal, perubahan metabolisme juga terjadi. Peruabahan fisik yang nyata adalah perubahan

berat badan dan bentuk tubuh. Pertambahan berat badan tidak hanya karena perubahan uterus

namun juga karena pertambahan jaringan payudara, darah dan volume air yang membentuk

cairan intraseluler dan ekstraseluler. Deposit lemak dan protein, kenaikan jumlah air seluler

menambah deposit pada ibu. Rata-rata pertambahan berat badan selama hamil 12,5kg.

Selama kehamilan normal sekitar 1000gr pertambahan protein, setengah darinya fetus dan

plasenta dan terdistribusi sebagai protein kontraktil uterus, jaringan glandular payudara,

protein plasma dan hemoglobin. Kadar albumin plasenta menurun dan kadar fibrinogen

meningkat.

Total body fat meningkat selama kehamilan, namun jumlahnya bervariasi dengan total

pertambahan berat badan. Selama pertengahan masa kehamilan, plasma lipid meningkat

namun trigliserida, kolesterol dan lipoprotein menurun segera setelah persalinan. Rasio low

density lipoprotein dan high density lipoprotein meningkat selama kehamilan.

Diagnostik Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, adalah kira-kira 280 hari (40

minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan,

triwulan I dimulai dari konsepsi sampai 12 minggu, triwulan II dari 12 sampai 28 minggu dan

triwulan III dari 28 sampai 40 minggu.

Diagnosis kehamilan dapat ditegakkan dengan riwayat kesehatan dan pemeriksaan klinis

berdasarkan tanda dan gejala kehamilan.

Tanda dan Gejala Kehamilan

1. Tanda mungkin hamil

2. Tanda tidak pasti hamil

3. Tanda pasti hamil

15

Page 16: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

Tanda Mungkin Hamil

Amenorhea – Wanita tidak datang menstruasi 2 bulan berturut-turut.

Nausea (mual) dan emesis (muntah) -Umumnya terjadi pada wanita hamil muda umur

6-8 minggu. Mual-mual pada pagi hari disebut morning sickness. Akibat dari

pengaruh hormon progesteron dan estrogen sehingga pengeluaran asam lambung

berlebihan.

Mastodynia – Payudara terasa nyeri dan kencang disebabkan payudara membesar

karena pengaruh hormon estrogen pada ductus mammae dan progesteron pada alveoli.

Quickening – Perasaan gerakan janin pada minggu ke 18 atau minggu 20

(primigravida) dan umur 14 atau 16 minggu pada multi gravida. Gerakan janin

pertama kali dapat digunakan untuk menentukan umur kehamilan.

Miksi – Wanita hamil trimester I dan III sering merasakan sering kencing karena

uterus yang gravid mendesak vesica urinaria.

Konstipasi – Kesulitan buang air besar karena pengaruh hormon progesteron yang

menghambat peristaltik usus dan karena perubahan pola makan.

Weight gain – Pertambahan berat badan ibu tidak selalu berbanding lurus dengan

pertambahan berat janin. Pertambahan berat badan ibu ada artinya setelah umur 20

minggu.Umumnya pertambahan berat badan normal selama kehamilan adalah 8-14

kg.

Fatigue – Perasaan lelah pada ibu hamil sulit diterangkan, namun kerja jantung

dirasakan lebih berat pada umur 32 minggu.

Nail sign – Umumnya umur 6 minggu wanita hamil mengeluh ujung kuku lunak dan

lebih tipis.

Mengidam – Ingin makanan atau minuman tertentu. Hal ini terjadi pada bulan-bulan

pertama.

Sinkope (pingsan) – Adanya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) sehingga

menyebabkan iskemik susunan saraf pusat.

Pigmentasi kulit – Pengaruh hormon kortikosteroid plasenta, sering dijumpai pada

muka (chloasma gravidarum), dinding perut (striae gravidarum = suatu perubahan

warna seperti jaringan parut), leher dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola

mamae, puting susu menonjol, kelenjar montgomery menonjol, pembuluh darah

menifes).

Epulis – Hipertropi papilla ginggivae (gusi berdarah).

16

Page 17: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

Varises – Pemekaran vena-vena, dapat terjadi pada kaki, betis dan vulva. Biasanya

dijumpai pada triwulan akhir.

Tanda tidak pasti

Perut membesar

Uterus membesar, sesuai dengan umur kehamilan.

Tanda Chadwicks, mukosa vagina berwarna kebiruan karena hipervaskularisasi

hormon estrogen.

Discharge, lebih banyak dirasakan wanita hamil. Ini pengaruh hormon estrogen dan

progesteron.

Tanda Goodell, portio teraba melunak.

Tanda Hegar, isthmus uteri teraba lebih panjang dan lunak.

Tanda Piscaseck, pembesaran dan pelunakan pada tempat implantasi. Biasannya

ditemukan saat umur 10 minggu.

Teraba ballotement (tanda ada benda mengapung/ melayang dalam cairan), pada umur

16-20 minggu.

Kontraksi Braxton Hicks, kontraksi uterus (perut terasa kencang) tetapi tidak disertai

rasa nyeri.

Reaksi kehamilan positif

Tanda pasti

Adanya gerakan janin yang dapat dilihat, dirasakan dan diraba serta ditemukan

bagian-bagian janin.

Terdengar denyut jantung janin secara auskultasi – Dapat didengar dengan stetoscop

monoculer laenec, doppler, alat kardiotograf dan dilihat pada USG.

Terlihat tulang-tulang janin pada foto rontgen – rongten sudah tidak disarankan.

Differential Diagnosa Kehamilan

1. Pseudosiesis – Terdapat amenorea, perut membesar, uterus sebesar biasa, tanda

kehamilan negatif.

2. Mioma uteri – Perut membesar, rahim membesar teraba padat kadang berbenjol-

benjol, tanda kehamilan negatif, perdarahan banyak saat menstruasi.

3. Kistoma ovarii – Mungkin ada menopause, perut membesar tapi pada periksa dalam

uterus sebesar biasa, tanda kehamilan negatif, lamanya pembesaran perut dapat

melampaui umur kehamilan.

4. Retensio urine – Uterus sebesar biasa, tanda kehamilan dan reaksi kehamilan negatif.

17

Page 18: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

5. Menopause – Terdapat amenorea, umur wanita kira-kira diatas 43 tahun, uterus

sebesar biasa, tanda dan reaksi kehamilan negatif.

6. Hematometra – Terdapat amenorea yang dapat melampaui umur kehamilan, perut

terasa sakit setiap bulan, terjadi penumpukan darah dalam rahim, reaksi kehamilan

negatif. Hal ini disebabkan oleh himen imperforata.

Tabel 1. Perbandingan Antara Primipara Dan Multipara

Primipara Multipara

Perut Tegang Longgar, terdapat striae

Pusat Menonjol Dapat datar

Rahim Tegang Agak lunak

Payudara Tegang, tegak Menggantung, agak lunak, terdapat striae

Labia bersatu Agak terbuka

Himen Koyak beberapa tempat Karankula himenalis

Vagina Sempit dengan rugae utuh Lebar, rugae berkurang

Serviks Licin, lunak, tertutup Sedikit terbuka, teraba bekas robekan persalinan

PembukaanMendatar lalu membuka Membuka dan mendatar

Perineum Masih utuh Bekas luka episiotomi

18

Page 19: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

5.2. Ante Natal Care.

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah

280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan

dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,

triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai

9 bulan.

Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan

sosial di dalam keluarga. Jarang seorang ahli medik terlatih yang begitu terlibat dalam

kondisi yang biasanya sehat dan normal. Mereka menghadapi suatu tugas yang tidak biasa

dalam memberikan dukungan pada ibu dan keluarganya dalam rencana menyambut anggota

keluarga baru, memantau perubahan-perubahan fisik yang normal yang dialami ibu serta

tumbuh kembang janin, juga mendeteksi serta menatalaksana setiap kondisi yang tidak

normal. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran

bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang

diharapkan. Sulit penilaian risiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah

selama kehamilannya. Oleh karena itu pelayanan / asuhan antenatal merupakan cara penting

untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan

kehamilan normal.

Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin

semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan / asuhan antenatal.

Adapun tujuan dari pelaksanaan antenatal care antara lain:

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang

bayi.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.

3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi

selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun

bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat

tumbuh kembang secara normal.

Perencanaan jadwal pemeriksaan (usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir):

19

Page 20: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

- Sampai 28 minggu: 4 minggu sekali.

- 28 – 36 minggu: 2 minggu sekali.

- Di atas 36 minggu: 1 minggu sekali.

Kecuali jika ditemukan kelainan / faktor risiko yang memerlukan penatalaksanaan medik

lain, pemeriksaan harus lebih sering dan intensif.

Dalam standar pelayanan antenatal yang berkualitas yang ditetapkan oleh Departemen

Kesehatan RI (2003), kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama

kehamilan, yaitu:

- Satu kali pada triwulan pertama.

- Satu kali pada triwulan kedua.

- Dua kali pada triwulan ketiga.

Pelayanan / asuhan standar minimal termasuk “7 T”:

1. Timbang berat badan.

2. Ukur Tekanan darah.

3. Ukur Tinggi fundus uteri.

4. Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toksoid).

5. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan.

6. Tes terhadap penyakit menular seksual.

7. Temu wicara.

1. Timbang berat badan.

Berdasarkan pengamatan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan

dipengaruhi berat badannya sebelum hamil (Kardjati, 1985). Pertambahan yang optimal

adalah kira-kira 20% dari berat badan ibu sebelum hamil (Cunningham dkk., 1997). Jika

berat badan tidak bertambah, lingkar lengan atas <23,5 cm menunjukkan ibu mengalami

kurang gizi. Pertambahan berat > 1 kg seminggu pada pertengahan kedua kehamilan

merupakan pertanda dini kemungkinan timbulnya hipertensi yang diinduksi kehamilan.

Umumnya pertambahan berat badan < 4 kg sebelum kehamilan minggu ke 20, sesudah itu

pertambahan tidak lebih dari 0,5 kg per minggu. Banyak wanita hamil merasa risau

terhadap pertambahan berat badannya. Dalam hal ini, dokter harus menawarkan

penimbangan pasien dan memberikan nasehat yang bijaksana jika pertambahan berat

badannya tidak normal.

2. Ukur Tekanan darah.

20

Page 21: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

Kenaikan tekanan darah dan tekanan diastolik yang mencapai > 140/90 mmHg,

dikatakan hipertensi pada kehamilan, dan bila tidak diatasi, dapat berlanjut hingga

eklamsi.

3. Ukur tinggi fundus uteri.

Tabel 2.1. Pemantauan tumbuh kembang janin (nilai normal).Usia

kehamilan

Tinggi Fundus

Dalam cm Posisi

12 minggu – Teraba di atas simfisis pubis16 minggu – Di tengah, antara simfisis pubis dan

umbilikus20 minggu 20 cm (+/- 2cm) Pada umbilikus22 – 27 minggu Usia kehamilan dalam minggu =

cm (+/- 2cm)–

28 minggu 28 cm (+/- 2cm) Di tengah, antara umbilikus dan prosesus sifoideus

29 – 35 minggu Usia kehamilan dalam minggu = cm (+/- 2cm)

36 minggu 36 cm (+/- 2cm) Pada prosesus sifoideus

Gambar 2.1. Tinggi

pertumbuhan uterus pada

abdomen sesuai dengan

jumlah minggu sejak

menstruasi terakhir.

4. Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toksoid) lengkap.

Tabel 2.2. Imunisasi TTAntigen Interval (selang waktu minimal) Lama perlindungan % perlindungan

TT 1 Pada kunjungan antenatal pertama – –TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun* 80TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95TT 4 1 tahun setalah TT 3 10 tahun 99TT 5 1 tahun setalah TT 4 25 tahun / seumur hidup 99*Apabila dalam waktu 3 tahun wanita tersebut melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari TN(Tetanus Neonatorum).

21

Page 22: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

Pemberian imunisasi TT kepada ibu hamil paling sedikit sebanyak 2 kali dengan

jarak minimal 4 minggu, diharapkan dapat menghindari terjadinya tetanus neonatorum

dan tetanus pada ibu bersalin dan nifas.

5. Pemberian Tablet zat besi.

Dimulai dengan memberikan satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa

mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan Asam Folat

500 ug, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama

teh atau kopi, karena akan mengganggu penyerapan.

Pemeriksaan Hb pada kunjungan pertama dan pada kehamilan 30 minggu. Untuk

saat ini anemia dalam kandungan ditetapkan kadar HB < 11 gr% pada trimester I dan III

atau Hb < 10,5 gr% pada trimester II, Hb < 8 gr% harus dilakukan pengobatan, beri 2-3

kali zat besi perhari, rujuk ibu hamil untuk pengobatan selanjutnya, dengan Hb rendah

harus diberikan suplementasi zat besi dan penyuluhan gizi.

6. Tes terhadap penyakit menular seksual.

Pemeriksaan penyakit-penyakit infeksi (HIV / PMS), pemeriksaan urine jika ada

indikasi (tes protein dan glukosa).

7. Temu wicara.

Memberikan penyuluhan tentang perawatan diri selama hamil, perawatan

payudara, gizi ibu selama hamil, tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan tanda-tanda

pada janin sehingga ibu dan keluarga dapat segera mengambil keputusan dalam

perawatan selanjutnya dan mendengarkan keluhan yang disampaikan oleh ibu dengan

penuh minat, beri nasehat dan rujuk bila diperlukan.

Membicarakan tentang persalinan kepada ibu hamil, suami / keluarga pada

trimester III, memastikan bahwa persiapan persalinan bersih, aman dan suasana yang

menyenangkan, persiapan transportasi, dan biaya untuk merujuk.

Kemudian penilaian klinik merupakan proses berkelanjutan yang dimulai pada kontak

pertama antara petugas kesehatan dengan ibu hamil dan secara optimal berakhir pada

pemeriksaan 6 minggu setelah persalinan. Pada setiap kunjungan antenatal, petugas

mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan

22

Page 23: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

pemeriksaan fisik, untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterin, serta ada tidaknya

masalah atau komplikasi.

5.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan.

Ada tiga faktor yang mempengaruhi kehamilan, yaitu faktor fisik, faktor psikologis dan

faktor sosial budaya dan ekonomi.

1. Faktor fisik

seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut. Status

kesehatan dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan

kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan.  Adapun tujuan

dari pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan Ante Natal Care (ANC) tersebut adalah :

Memantau kemajuan kehamilan. Dengan demikian kesehatan ibu dan janin pun

dapat dipastikan keadaannya.

Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu, karena

dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, petugas kesehatan (bidan atau dokter) akan

selalu memberikan saran dan informasi yang sangat berguna bagi ibu dan janinnya

Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin

terjadi selama kehamilan dengan melakukan pemeriksaan pada ibu hamil dan

janinnya

Mempersiapkan ibu agar dapat melahirkan dengan selamat. Dengan mengenali

kelainan secara dini, memberikan informasi yang tepat tentang kehamilan dan

persalinan pada ibu hamil, maka persalinan diharapkan dapat berjalan dengan lancar,

seperti yang diharapkan semua pihak

Mempersiapkan agar masa nifas berjalan normal. Jika kehamilan dan persalinan

dapat berjalan dengan lancar, maka diharapkan masa nifas pun dapar berjalan dengan

lancar

Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima bayi. Bahwa salah satu

faktor kesiapan dalam menerima bayi adalah jika ibu dalam keadaan sehat setelah

melahirkan tanpa kekurangan suatu apa pun

Karena manfaat memeriksakan kehamilan sangat besar, maka dianjurkan kepada ibu hamil

untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin di tempat pelayanan kesehatan terdekat.

23

Page 24: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

Selain itu status gizi ibu hamil juga merupakan hal yang sangat berpengaruh selama masa

kehamilan. Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi si ibu dan

janinnya. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen dan

makanan pada janinnya akan terhambat, sehingga janin akan mengalami gangguan

pertumbuhan dan perkembangan. Di lain pihak kelebihan gizi pun ternyata dapat berdampak

yang tidak baik juga terhadap ibu dan janin. Janin akan tumbuh besar melebihi berat normal,

sehingga ibu akan kesulitan saat proses persalinan.

Yang harus diperhatikan adalah ibu hamil harus banyak mengkonsumsi makanan kaya serat,

protein (tidak harus selalu protein hewani seperti daging atau ikan, protein nabati seperti tahu,

tempe sangat baik untuk dikonsumsi) banyak minum air putih dan mengurangi garam atau

makanan yang terlalu asin.

2. Faktor Psikologis .

yang turut mempengaruhi kehamilan biasanya terdiri dari :

Stressor. Stress yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin.

Janin dapat mengalami keterhambatan perkembangan atau gangguan emosi saat lahir nanti

jika stress pada ibu tidak tertangani dengan baik.

Dukungan keluarga juga merupakan andil yang besar dalam menentukan status kesehatan

ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan

dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih

bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas.

3. Faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi .

Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan

dan tentu saja ekonomi. Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil.

Seorang ibu hamil sebaiknya tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu menghindari asap

rokok, kapan dan dimana pun ia berada. Perilaku makan juga harus diperhatikan, terutama

yang berhubungan dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang dipantang adat padahal baik

untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Demikian juga sebaliknya. Yang tak

kalah penting adalah personal hygiene. Ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dirinya,

mengganti pakaian dalamnya setiap kali terasa lembab, menggunakan pakaian yang

menyerap keringat.

Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga

dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan

24

Page 25: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik. Namun dengan

adanya perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan bersalin, maka kehamilan dan

proses persalinan dapat berjalan dengan baik.

Yang patut diperhatikan adalah bahwa kehamilan bukanlah suatu keadaan patologis yang

berbahaya. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang akan dialami oleh wanita usia subur

yang telah berhubungan seksual. Dengan demikian kehamilan harus disambut dan

dipersiapkan sedemikian rupa agar dapat dilalui dengan aman.

5.4. Fungsi Keluarga dalam kehamilan.

Dengan makin tuanya kehamilan, maka perhatian dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada

sesuatu yang dianggap klimaks, sehingga kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil

akan semakin intensif saat menjelang persalinan(Kartono, 1992).

Oleh karena itu diperlukannya dukungan keluarga, Dukungan keluarga didefinisi dari

dukungan sosial.

Definisi dukungan sosial sampai saat ini masih diperdebatkan bahkan menimbulkan

kontradiksi (Yanuasti, 2001). Dukungan sosial sering dikenal dengan istilah lain yaitu

dukungan emosi yang berupa simpati, yang merupakan bukti kasih sayang, perhatian, dan

keinginan untuk mendengarkan keluh kesah orang lain. Sejumlah orang lain yang potensial

memberikan dukungan tersebut disebut sebagai significant other, misalnya sebagai seorang

istri significant other nya adalah suami, anak, orang tua, mertua, dan saudara-saudara.

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh individu dalam proses

sosialisasinya. Dukungan keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan kepada keluarga

lain berupa barang, jasa, informasi dan nasehat, yang mana membuat penerima dukungan

akan merasa disayang, dihargai, dan tentram (Taylor, 1995).

Fungsi Keluarga

Friedman (1992) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga. Fungsi

keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga

tersebut. Proses ini termasuk komunikasi diantara anggota keluarga, penetapan tujuan,

resolusi konflik, pemberian makanan, dan penggunaan sumber dari internal maupun eksternal

Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalam keluarga memerlukan

dukungan secara psikologi antar anggota keluarga, apabila dukungan tersebut tidak

25

Page 26: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

didapatkan maka akan menimbulkan konsekuensi emosional seperti marah, depresi dan

perilaku yang menyimpang

Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila terjadi komunikasi

yang jelas dan secara langsung. Komunikasi tersebut akan mempermudah menyelesaikan

konflik dan pemecahan masalah.

Fungsi keluarga menurut Friedman (1992) adalah:

Fungsi afektif dan koping

Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam

membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi stress.

Fungsi sosialisasi

Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme

koping, memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah.

Fungsi reproduksi

Keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan keturunan.

Fungsi ekonomi

Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan di

masyaraka.

Fungsi fisik

Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.

26

Page 27: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

5.5. Hipertensi pada Kehamilan.

5.1. Etiologi.

Teori yang mengemukakan tentang bagaimana dapat terjadi hipertensi pada

kehamilan cukup banyak, sehingga Zweifel (1922) menyebutkan sebagai “disease of theory”.

Karena banyaknya teori dan tidak satupun dari teori tersebut dapat menerangkan berbagai

gejala yang timbul.

Beberapa landasan teori dikemukakan sebagai berikut2:

1. Teori genetik.

2. Teori immunologis.

3. Teori iskemia regio uteroplasenter.

4. Teori kerusakan endotel pembuluh darah.

5. Teori radikal bebas.

6. Teori trombosit.

7. Teori diet.

5.2. Patologi.

Pada preeklamsia yang berat dan eklamsia dijumpai perburukan patologis fungsi

sejumlah organ dan sistem, mungkin akibat vasospasme dan iskemia. Untuk mempermudah

penjelasan, efek-efek ini dipisahkan menjadi efek pada ibu dan janin; namun, kedua efek

merugikan ini sering terjadi bersamaan. Walaupun terdapat banyak kemungkinan

konsekuensi gangguan hipertensi akibat kehamilan, untuk memudahkan, efek-efek tersebut

dibahas berdasarkan analisis terhadap perubahan kardiovaskular, hematologis, endokrin dan

metabolik, serta aliran darah regional disertai gangguan end-organ. Kausa utama gangguan

janin adalah berkurangnya perfusi utero plansenta.

27

Page 28: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

Tabel 5.1. Perubahan gejala klinis dalam hipertensi kehamilan.2

Sistem/Organ Manifestasi Patologi Gambaran Klinis

Kardiovaskular CO menurun. Tahanan perifer meningkat tajam. Vasokonstriksi menimbulkan berbagai

variasi tahanan pembuluh darah perifer. Kompensasi jantung harus dapat mengatasi

tahanan sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan O2.

Tergantung dari derajat penyakitnya dapat terjadi variasi tekanan darah dan curah jantung.

Hipertensi dengan derajat bervariasi bergantung pada tahanan pembuluh darah perifer.

Dapat terjadi:- CO tinggi dengan tahanan perifer

rendah.- CO rendah dengan tahanan

perifer tinggi.Kompensasi detak jantung

maternal bervariasi jumlahnya.Kegagalan kompensasi

menimbulkan dekompensasio kordis dengan berbagai gambaran klinisnya.

Volume darah Normalnya voolume darah 5000 cc. Pada preeklampsia/eklampsia menjadi sekitar 3500 cc.

Penurunan disebabkan oleh vasokonstriksi umum sehingga volume darah normal dan tidak mempunyai tempat.

Hipertensi dalam kehamilan sensitif terhadap tambahan volume cairan, yang dapat menimbulkan hipertensi atau ekstravasasi cairan bertambah banyak.

Sebagai kompensasinya terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah.

Terjadi ekstravasasi plasma darah:- Edema.- Hilangnya protein darah dan

menimbulkan tekanan osmotik yang semakin rendah.

- Hilangnya elektrolit plasma menimbulkan gangguan elektrolit darah.

Terjadi hemokonsentrasi:- Eritrosit meningkat.

Pemberian diuretik untuk mengurangi edema harus dengan indikasi yang jelas.

Perubahan hematologis

Perlukaan pembuluh darah menyebabkan terjadi koagulasi trombosit, yang dipermudah oleh fibronektin (perekat trombosit) timbunan fibrin mengikuti, tetapi diikuti fibrinolisis.

Akibatnya terjadi trombositopenia. Trombositopenia memudahkan terjadi

hemolisis eritrosit. Meningkatnya fragmen darah:

- Skizositosis.- Sperositosis.- Retikulosit osis.- Hemoglobinemia.- Hemoglobinuria.

Terjadi peningkatan tromboksan A2 yang menimbulkan vasokonstriksi bertambah hebat.

Trombositopenia mengakibatkan terjadinya peningkatan perdarahan postpartum atau solusio plasenta.

Lebih mengganggu metabolisme umum dan menimbulkan asidosis.

Perubahan bentuk eritrosit yang lebih banyak mengandung cairan pada membrannya menunjukkan mudah terjadi koagulasi darah dan hemolisis.

Faktor pembekuan

Antitrombin III turun pada preeklampsia atau eklampsia.

Timbunan trombosit dan eritrosit makin meningkat pada perlukaan

28

Page 29: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

Memudahkan trombin mengubah fibrinogen menjadi fibrin sehingga pembekuan darah menjadi lebih cepat.

Fibronektin makin meningkat sebagai glikoprotein, yang dapat melekatkan trombosit pada tempat perlukaan pembuluh darah.

arterioli.Koagulasi darah akan diikuti lisis

menimbulkan kembali peningkatan tromboksan A2 (vasokonstriksi) dan hemolisis eritrosit.

Perubahan hormonal

Pengeluaran renin, angiotensin II dan aldosteron turun pada hipertensi dalam kehamilan.

Deoxycoticosteroid (DOC) meningkat pada trimester III.

Vasopressin dalam batas normal. Atrial natriuric peptide, naik untuk dapat

melebarkan dinding pembuluh darah bila terdapat penambahan volume darah.

Pada hipertensi dalam kehamilan fungsinya tidak menonjol oleh karena faktor lainnya lebih dominan.

Perubahan elektrolit dalam darah

Peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan ekstravasasi plasma air dan garam.

Sebab sebagian besar karena gangguan fungsi ginjal yang mengeluarkan protein sehingga tekanan osmotik darah menurun.

Menimbulkan ekstravasasi air dan garam. Pada konvusi terjadi penurunan bikarbonat

karena tidak terdapat kompensasi dari paru.

Tekanan osmotik darah turun sehingga terjadi ekstravasasi edema.

Kuantitas dan kualitas edema tergantung dari preeklampsia dan eklampsianya.

Aktivitas sel Endotelial

Kerusakan endotelium pembuluh darah menyebabkan terjadi perubahan sebagai berikut:- Perlukaan meningkatkan terjadi koagulasi

trombosit dan gumpalan darah.- Mioepitelium pembuluh darah sensitif

terhadap vasopresor menimbulkan konstriksi.

Kapiler bertambah sifat permeabilitasnya sehingga melepaskan cairan plasma menuju ekstravaskular dan menimbulkan edema.

Permeabilitas glumerulus meningkat sehingga mengeluarkan protein dari ginjal.

Terjadinya lisis terhadap trombosit akan meningkatkan pembentukan tromboksan A2 sebagai faktor vasokonstriksi yang kuat.

Mengenal kerusakan pembuluh darah arterioli dan kapilernya akan dapat menerangkan gangguan fungsi organ vital.

Endothelium derived relaxing factor (EDRF) atau nitric oxide merupakan vasodilatator potensial sehingga turunnya akan menimbulkan vasokonstriksi yang kuat.

Endotelin dibuat oleh endotelium pembuluh darah.

Pada preeklampsia, endotelin semakin

Terdapat perlekatan trombosit sehingga terjadi gumpalan darah.

Diikuti fibrinolisis sehingga fibrinogen darah turun menimbulkan keadaan mudah berdarah.

Gangguan fungsi ginjal sehingga kreatinin naik menimbulkan lisis eritrosit.

Dampaknya akan terjadi:- Trombositopenia.- Hemolisis eritrosit dengan

bagiannya akan meningkat dalam darah.

Pada organ akan terjadi kombinasi:- Vasokonstriksi pembuluh darah

menimbulkan nekrosis jaringan.- Permeabilitas kapiler

menimbulkan ekstravasasi dan edema jaringan.

- Iskemia jaringan sekitarnya menimbulkan bentuk perdarahan.

- Vasokonstriksi pembuluh darah makin mengganggu aliran darah menuju plasenta sehingga iskemia semakin meningkat.

- Lingkaran iskemia pada preeklampsia-eklampsia akan

29

Page 30: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

meningkat sehingga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah.

makin bertambah berat.

Perubahan metabolisme lemak

Terjadi peningkatan:- Lipid peroksida.- Radikal bebas.- Penurunan antioksidan dalam darah

preeklampsia dan eklampsia. Meningkatkan lipid peroksida

menunjukkan tingkat derajatnya penyakit komplikasi hipertensi di kehamilan.

Platelet gultathione peroxidase semakin meningkat pada hipertensi dalam kehamilan.

Alur metabolismenya masih belum diketahui dengan pasti.

Bersifat sitotoksik terhadap dinding sel dengan mengadakan ikatan: membrane lipid peroxide.

Ikatan ini akan lebih merusak membran sehingga permeabilitasnya makin besar.

Aliran cairan menuju ekstravasasi semakin besar menimbulkan edema.

Terjadi iskemia, nekrosis, bahkan perdarahan.

Platelet glutathione peroxide menyebabkan IUGR dan asfiksia.

Radikal bebas sangat reaktif progresif menimbulkan kerusakan pada jaringan.

Bila bereaksi dengan eritrosit dapat terjadi hemolisis.

Ginjal Konsep permeabilitas kapiler ekstravasasi, nekrosis, perdarahan merupakan proses penting terjadinya kerusakan pada ginjal.

Spasme pembuluh darahnya menimbulkan gangguan fungsi filtrasi glomerulurus.

Kapilernya membengkak sehingga sel endotelialnya menutup lumen kapilernya.

Tubulus mengalami nekrosis dan fungsinya berkurang.

Permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi pengeluaran molekul besar (glomerulopati).

Terjadi oligouria sampai anuria (kurang dari 400 cc/24 jam).

Meningkatkan kreatinin 2-3 mg/dl, dapat menimbulkan hemolisis eritrosit.

Gangguan produksi urin menimbulkan azotemia dengan peningkatan kreatinin 1 mg/dl-hari.

Proteinuria makin bertambah 0,3 gr/24jam.

Kerusakan semakin berat sehingga protein besar akan muncul, seperti:- Hemoglubin.- Globulin.- Transferin.

Renal kortikal nekrosis terjadi bila sebagian besar korteks ginjal mengalami nekrosis.

Liver Resistensi pembuluh darah liver meningkat, permeabilitas naik, dan menimbulkan edema.

Terjadi perdarahan:- Perdarahan periportal sistem.- Perdarahan subkapsuler liver.- Mungkin ruptur liver.

Gangguan fungsinya:- Pengeluaran bromosulphtalein.- Pengeluaran aspartat amniotransferase

dalam serum

Nyeri pada epigastrium karena perdarahan intrahepatik/subkapsularnya.

Tanda menuju eklampsia.Pengeluaran enzim liver meningkat

sebagai tanda kerusakan berat.

Sistem saraf pusat

Peredaran darah otak mempunyai kemampuan untuk regulasi sendiri sehingga jumlah darahnya relatif tetap.

Dalam keadaan preeklampsia-eklampsia

Gambaran klinisnya:- Nyeri kepala terutama bagian

frontal.- Pandangan kabur-diplopia.

30

Page 31: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

berat kemampuan regulasinya tidak dapat menahan hipertensi.

Akibatnya terjadi: Edema dan perdarahan serta nekrosis dapat

mencapai retina. Tingginya tekanan intra kranial dapat

menimbulkan “herniasi” medula oblongata menuju foramen magnum sehingga menimbulkan gangguan fungsi pusat vital.

- Gangguan pada pusat vital medula oblongata menimbulkan fungsi alat yang dipeliharanya terganggu.

Dapat terjadi acute vascular accident:- Kesadaran menurun.- Sampai koma.- Disertai konvulsi jika pusat

motorik terganggu.HELLP sindrom Keterlibatan liver dalam proses

preeklampsia-eklampsia menunjukkan komplikasi hipertensi dalam kehamilan menjadi serius.

Sebagian besar keterlibatan liver bersama dengan ginjal dan CNS.

Hemolisis yang terjadi disebabkan oleh faktor berikut ini:- Kreatinin naik.- Lipid peroksida-radikal bebas.- Fibrinolisis dari gumpalan darah pada

perlukaan endotelial pembuluh darah.- Bahan toksik seperti sitokin meningkat.

Trombositopenia:- Perlukaan endotelial, meningkatnya

fibronektin, perlekatan trombosit (platelet).

- Terjadinya lisis trombosit berkelanjutan yang menimbulkan turunnya trombosit sampai di bawah 100.000/uL.

- Menimbulkan tendensi perdarahan makin meningkat.

Keluarnya enzim liver terutama aspartate amniotransferase karena kerusakan dan perdarahan terutama pada lobus dekstra.

Dampak klinisnya dapat menimbulkan perdarahan:- Acute vascular accident.- Solusio plasenta.

Keadaan yang lebih ringan terjadi:- Persalinan prematur.- I.U.G.R

5.3. Diagnosis.

Terdapat 5 jenis gangguan hipertensi yang menjadi penyulit kehamilan:

1. Hipertensi gestasional (dahulu hipertensi yang dipicu oleh kehamilan atau hipertensi

transien).

2. Preeklamsia.

3. Eklamsia.

4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia.

5. Hipertensi kronik.

31

Page 32: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

Hipertensi didiagnosis apabila tekanan darah mencapai ≥ 140/90 mmHg. Pengukuran

tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah

sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekana darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter

hipertensi sudah tidak dipakai lagi.3

1. Hipertensi gestasional.

Diagnosis hipertensi gestasional ditegakkan pada wanita yang tekanan darahnya

mencapai 140/90 mmHg atau lebih untuk pertama kali selama kehamilan, tetapi belum

mengalami proteinuria. Hipertensi gestasional disebut hipertensi transien apabila tidak terjadi

preeklamsia dan tekanan darah telah kembali ke normal dalam 12 minggu postpartum. Dalam

klasifikasi ini, diagnosis final bahwa wanita yang bersangkutan tidak mengidap preeklamsia

hanya dapat di buat postpartum. Dengan demikian, hipertensi gestasional merupakan

diagnosis eksklusi. Namun, perlu diketahui bahwa wanita dengan hipertensi gestasional dapat

memperlihatkan tanda-tanda lain yang berkaitan dengan preeklamsia, misalnya nyeri kepala,

nyeri epigastrium, atau trombositopenia, yang mempengaruhi penatalaksanaan.

Apabila tekanan darah meningkat cukup besar selama paruh terakhir kehamilan, akan

berbahaya (terutama bagi janin) seandainya tidak dilakukan tindakan semata-mata karena

proteinuria belum terjadi. 10% kejang eklamsia terjadi sebelum proteinuria muncul dengan

jelas.1 Karenanya, jelaslah bahwa apabila tekanan darah mulai meningkat, baik ibu maupun

janinnya mengalami peningkatan risiko lebih besar. Proteinuria adalah tanda memburuknya

penyakit hipertensi, terutama preeklamsia; dan apabila proteinuria tersebut jelas dan menetap,

risiko pada ibu dan janin menjadi semakin besar.

2. Preeklamsia.

Proteinuria adalah tanda penting preeklamsia. Proteinuria didefinisikan sebagai

terdapatnya 300 mg atau lebih protein dalam urin per 24 jam atau 30 mg / dl (+1 pada

dipstick) secara menetap pada sampe acak urin.

Edema, dahulu edema tungkai, dipakai sebagai tanda-tanda preeklamsia, tetapi

sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata (anasarka). Perlu

dipertimbangkan faktor timbulnya hipertensi dalam kehamilan, bila didapatkan edema

generalisata, atau kenaikan berat badan > 0,57 kg/minggu.

Pengukuran proteinuria, dapat dilakukan dengan :

a. Urin dipstick : 100 mg/l atau +1, sekurang-kurangnya diperiksa 2 kali urin acak

selang 6 jam.

32

Page 33: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

b. Pengumpulan proteinuria dalam 24 jam. Dianggap patologis bila besaran proteinuria

≥ 300 mg/24 jam.

Tabel 1. Gangguan hipertensi pada kehamilan: indikasi keparahan.1

Abnormal Ringan Berat

Diastolik < 100 mmHg 110 mmHg atau lebih

Proteinuria Sampai +1 +2 atau lebih

Sakit kepala Tidak ada Ada

Gangguan penglihatan Tidak ada Ada

Sakit epigastrium Tidak ada Ada

Oliguria Tidak ada Ada

Konvulsi Tidak ada Ada (Eklamsia)

Serum kreatinin Normal Meningkat

Trombositopenia Tidak ada Ada

Peningkatan enzim hati Minimal Nyata

Pertumbuhan janin terhambat Tidak ada Jelas

Edema paru Tidak ada Ada

Tabel 2. Gambaran klinis hipertensi dalam kehamilan.2

Preeklamsia Impending eklamsia Eklamsia

Ringan Berat

Tensi 140/90 mmHg.

BB naik melebihi batas normal ½ kg/minggu.

Proteinuria plus 1 edema ringan.

Tensi 160/110 mmHg.

Edema. Oligouria kurang

400 cc/24 jam. Proteinuria 5 g/24

jam plus 4-5. Terdapat dispnea

sianosis. Janin mungkin:

- IUGR.- Asfiksia

Objektifnya:- Hiperaktif refleks.- Sesak sianosis.

Gejala subjektifnya:- Gangguan visus.- Nyeri epigastrium.- Nyeri kepala.

Gejala preeklamsia berat ditambah dengan:- Konvulsi.- Kesadaran turun

sampai koma.

3. Eklamsia.

Eklamsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan preeklamsia, yang

mana tidak dapat disebabkan oleh hal lain. Kejang bersifat grand mal dan mungkin timbul

33

Page 34: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

sebelum, selama, atau setelah persalinan. Namun, kejang yang timbul lebih dari 48 jam

postpartum, terutama pada nulipara, dapat dijumpai sampai 10 hari postpartum.

4 & 5. Hipertensi kronik dan hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia.

Semua gangguan hipertensi kronik, apapun sebabnya, merupakan predisposisi

timbulnya preeklamsia atau eklamsia. Gangguan-gangguan ini dapat menimbulkan kesulitan

dalam diagnosis dan penatalaksanaan wanita yang belum pernah diperiksa sampai

pertengahan kehamilannya. Diagnosis adanya hipertensi kronik diisyaratkan oleh:

1. Hipertensi (140/90 mmHg atau lebih) sebelum hamil.

2. Hipertensi (140/90 mmHg atau lebih) yang terdeteksi sebelum usia kehamilan 20

minggu (kecuali apabila terdapat penyakit trofoblastik gestasional).

3. Hipertensi yang menetap lama setelah melahirkan.

Faktor riwayat lain yang mendukung diagnosis adalah multiparitas dan hipertensi

yang menjadi penyulit kehamilan sebelumnya selain kehamilan pertama. Biasanya juga jelas

terdapat riwayat hipertensi esensial dalam keluarga.

Diagnosis hipertensi kronik mungkin sulit ditegakkan apabila wanita yang

bersangkutan belum pernah diperiksa sampai paruh terakhir kehamilannya. Hal ini

disebabkan oleh penurunan tekanan darah selama trimester kedua dan ketiga awal, baik pada

wanita normotensif maupun hipertensi kronik. Karena itu, seorang wanita dengan penyakit

vaskular kronik, yang pertama kali diperiksa pada usia kehamilan 20 minggu, sering

memperlihatkan tekanan darah yang normal. Namun, selama trimester ketiga tekanan darah

dapat kembali ke tingkat hipertensif semula, sehingga timbul masalah diagnostik dalam

menentukan apakah hipertensinya bersifat kronik atau dipicu oleh kehamilan.

Hipertensi kronik menyebabkan morbiditas tanpa bergantung pada apakah wanita

yang bersangkutan hamil atau tidak. Hipertensi dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel dan

dekompensatio kordis, cedera serebrovaskular, atau kerusakan intrinsik ginjal. Pada sebagian

wanita muda, hipertensi timbul akibat adanya penyakit parenkim ginjal. Bahaya yang spesifik

pada kehamilan yang disertai oleh hipertensi kronik adalah risiko timbulnya preeklamsia,

yang mungkin dijumpai pada hampir 25% diantar para wanita hamil. Selaim itu, risiko

solusio plasenta meningkat nyata, terutama pada mereka yang kemudian mengalami

preeklamsia. Lebih lanjut, janin dari wanita dengan hipertensi kronik berisiko lebih besar

mengalami hambatan pertumbuhan dan kematian.

34

Page 35: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

Pada sebagian wanita, hipertensi kronik yang sudah ada sebelumnya semakin

memburuk setelah usia gestasi 24 minggu. Apabila disertai oleh proteinuria, diagnosisnya

adalah preeklamsia pada hipertensi kronik (superimposed preeklamsia). Preeklamsia pada

hipertensi kronik ini biasanya muncul pada usia kehamilan lebih dini daripada preeklamsia

“murni”, serta cenderung cukup parah dan pada banyak kasus disertai dengan hambatan

pertumbuhan janin.

Diagnosis memerlukan pembuktian adanya hipertensi kroniik yang mendasari.

Hipertensi kronik pada kehamilan ditandai oleh memburuknya hipertensi, dengan selalu

mengingat bahwa baik tekanan diastolik maupun sistolik normalnya meningkat setelah 26

sampai 28 minggu. Indikator keparahan yang diperlihatkan di Tabel 1 juga digunakan untuk

melakukan klasifikasi lebih lanjut pada gangguan-gangguan ini.

35

Page 36: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

Tabel 3. Diagnosis Gangguan Hipertensi yang menjadi Penyulit Kehamilan.1

Hipertensi GestasionalTD ≥ 140/90 mmHg untuk pertama kali selama kehamilan.Tidak ada proteinuria.TD kembali ke normal <12 minggu postpartum.Diagnosis akhir hanya dapat dibuat postpartum.Mungkin memperlihatkan tanda-tanda lain preeklamsia, misalnya nyeri epigastrium atau

trombositopenia.

PreeklamsiaKriteria minimum:

TD ≥ 140/90 mmHg setelah gestasi 20 minggu.Proteinuria ≥300 mg/24 jam atau ≥+1 pada dipstick.

Peningkatan kepastian preeklamsia:TD ≥ 160/100 mmHg.Proteinuria 2,0 g/24 jam atau ≥+2 pada dipstick.Kreatinin serum > 1,2 mg/dl kecuali apabila diketahui teelah meningkat sebelumnya.Trombosit < 100.000/mm3.Hemolisis mikroangiopatik (LDH meningkat).SGPT (ALT) atau SGOT (AST) meningkat.Nyeri kepala menetap atau gangguan serebrum atau penglihatan lainnya.Nyeri epigastrium menetap.

EklamsiaKejang yang tidak disebabkan oleh hal lain pada seorang wanita dengan preeklamsia.

Preeklamsia pada hipertensi kronik (superimposed preeclampsia on chronic hypertension)Proteinuria awitan-baru ≥300 mg/24 jam pada wanita pengidap hipertensi tetapi tanpa

proteinuria sebelum gestasi 20 minggu.Terjadi peningkatan proteinuria atau tekanan darah atau hitung trombosit <100.000/mm3

secara mendadak pada wanita dengan hipertensi dan proteinuria sebelum gestasi 20 minggu.

Hipertensi kronikTD ≥140/90 mmHg sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum gestasi 20 minggu.Hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah gestasi 20 minggu dan menetap setelah 12

minggu postpartum.SGPT = serum glutamic-pyruvate transferase, ALT (alanine aminotransferase); SGOT = serum glutamic-oxalate transferase, AST (aspartate aminotransferase); TD = tekanan darah; LDH = laktat dehidrogenase.

Diadaptasi dari National High Blood Pressure Education Program Working Group Report on High Blood Pressure in Pregnancy (2000).

36

Page 37: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

5.6. Komplikasi, Prognosis, dan Penatalaksanaan

Hipertensi pada Kehamilan

6.1. Komplikasi Pre-eklamsi

Komplikasi untuk pre-eklamsia adalah jatuh pada keadaan eklamsia, yang kemudian dapat

menyebabkan komplikasi berat, yaitu stroke dan kematian ibu. Komplikasi yang biasa terjadi

pada pre-eklamsia adalah :

a. Hipertensi tak terkontrol

b. DIC (Disseminated intravascular coagulopathy)

c. HELLP (Hemolysis elevated liver enzyme low platelets count), yaitu

pre-eklamsi/eklamsi disertai timbulnya hemolisis, peningkatan enzym hepar,

disfungsi hepar dan trombositopenia

d. Edema paru

e. Aspirasi bronkhial

f. ARDS (Adult respiratory distress syindrome)

g. Cedera hepatoselular

h. Gagal hati

i. Ruptur hati

j. Perlemakan hati

k. Gagal ginjal

l. Oligouria

m. PJT (Pertumbuhan janin terhambat)

n. Oligohidramnion

o. Infark placenta

p. Abruptio placenta

q. Insufisiensi uteroplacenta

r. Prematuritas

s. Perdarahan pascapersalinan

6.2. Prognosis Pre-eklamsi

Bila pasien tidak terlambat dalam pemberian pengobatan dan tidak mengalami cedera

serebrovaskular , maka perbaikan akan tanpak jelas setelah bayi lahir atau akhir kehamilan.

Diuresis terjadi setelah 12 jam kemudian setelah persalinan (>4 liter/hari). Karena ini

merupakan tanda prognosis yang baik, karena hal ini langkah pertama penyembuhan.

37

Page 38: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

6.3. Penatalaksanaan Pre-eklamsi

6.3.1. Penatalaksanaan Pre-eklampsi Ringan

TD ≥ 140/90 mmHg - < 160/110 mmHgProteinuria : ≥ 300 mg/24 jamEdema pada tungkai

Rawat Jalan:Tirah baring, diet regular, tidak perlupemberian diuretik, antihipertensi danantisedativum, kunjungan ke RS

YaTidak

Rawat inap:Pemeriksaan dan monitoring ibu, pemeriksaan labdan pemeriksaan kesejahteraan janin

Terdapat perbaikan gejala preeklampsia dan umur kehamilan ≥ 37 minggu

Ya tidak

Perlu diobservasi 2-3 hari,kemudian boleh dipulangkan

Gambar 1. Penanganan pre-eklampsia Ringan

Ibu hamil dengan preeklampsia ringan dapat dilakukan rawat inap maupun rawat jalan. Pada

rawat jalan ibu hamil dianjurkan banyak istirahat (tidur miring ke kiri). Pada umur kehamilan

diatas 20 minggu tidur dengan posisi miring dapat menghilangkan tekanan rahim pada vena

kava inferior yang mengalirkan darah dari ibu ke janin, sehingga meningkatkan aliran darah

balik dan akan menambah curah jantung. Hal ini berarti pula meningkatkan aliran darah ke

organ-organ vital. Penambahan aliran darah ke ginjal akan meningkatkan laju filtrasi

glomerolus dan meningkatkan diuresis sehingga akan meningkatkan ekskresi natrium,

menurunkan reaktivitas kardiovaskuler, sehingga mengurangi vasospasme.

Peningkatan curah jantung akan meningkatkan pula aliran darah ke rahim, menambah

oksigenasi plasenta dan memperbaiki kondisi janin dan rahim. Pada preeklampsia tidak perlu

38

Hipertensi menetap > 2 minggu,proteinuria menetap > 2 minggu, adanyagejala atau tanda 1 atau lebih preeklampsiaberat, hasil tes lab abnormal

Rawat jalan

Rawat inap

Page 39: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

dilakukan retriksi garam jika fungsi ginjal masih normal. Diet diberikan cukup protein,

rendah karbohidrat, lemak dan garam secukupnya. Tidak diberikan obat-obatan diuretik,

antihipertensi dan sedatif Pada keadaan tertentu ibu hamil dengan preeklampsia ringan perlu

dirawat di rumah sakit yaitu dengan kriteria bila tidak ada perbaikan yaitu tekanan darah, kadar

proteinuria selama lebih dari 2 minggu dan adanya satu atau lebih gejala dan tanda

preeklampsia berat. Selama di rumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

laboratorik. Pemeriksaan kesejahteraan janin, berupa pemeriksaan USG dan Doppler

khususnya untuk evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion.

Perawatan obstetrik yaitu sikap terhadap kehamilan. Menurut Williams, kehamilan

preterm ialah kehamilan antara 22 sampai ≤37 minggu. Pada umur kehamilan <37 minggu

bila tanda dan gejala tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan sampai aterm tapi jika

umur kehamilan >37 minggu persalinan ditunggu sampai timbul onset persalinan atau

dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan dan

tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan persalinan secara spontan.

6.3.2. Penatalaksanaan Pre-eklampsia Berat

Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan salah satu atau lebih gejala dan tanda dibawah ini:TD ≥ 160/90 mmHg.Proteinuria: ≥ 5 gr/jumlah urin selama 24 jamOliguria: produksi urin < 400-500 ml/24 jamKenaikan kreatinin serumEdema paru dan cyanosisGangguan otak dan visusGangguan fungsi hatiTrombositopenia: < 100.000cell/mm3Sindrom Hemolysis Elevated Liver Enzym Low Platelet Count (HELLP)

Pada kehamilan dengan penyulit

Ya Tidak

Dilakukan terapi pada penyulitnya: terapimedikamentosa dengan pemberian obatobatanuntuk penyulitnya

Bila umur kehamilan < 37 minggu :kehamilan dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi medikamentosa.

Gambar 2. Penanganan pre-eklampsia berat

39

Rencana sikap terhadap kehamilan

Bila umur kehamilan ≥ 37 minggu:kehamilan diakhiri setelah mendapat terapimedikamentosa untuk stabilisasi ibu

Page 40: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

Pengelolaan preeklampsia berat mencakup pencegahan kejang, pengobatan hipertensi,

pengelolaan cairan, pelayanan supportif terhadap penyulit organ yang terlibat dan saat yang

tepat untuk persalinan. Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk

rawat inap dan dianjurkan tidur miring ke kiri. Pengelolaan cairan pada preeklampsia

bertujuan untuk mencegah terjadinya edema paru dan oliguria. Diuretikum diberikan jika

terjadi edema paru dan payah jantung. Diuretikum yang dipakai adalah furosemid. Antasida

digunakan untuk menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak kejang dapat

menghindari risiko aspirasi asam lambung.

Pemberian obat anti kejang pada preeklampsia bertujuan untuk mencegah terjadinya

kejang (eklampsia). Obat yang digunakan sebagai antikejang antara lain diazepam, fenitoin,

MgSO4. Berdasarkan buku Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro

Klaten Tahun 2007, antikejang yang digunakan adalah MgSO4 yaitu dengan pemberian dosis

awal 8 gram IM (4 gram bokong kanan dan 4 gram bokong kiri) dengan dosis lanjutan setiap

6 jam diberikan 4 gram. Saat ini magnesium sulfat tetap menjadi pilihan pertama untuk

antikejang pada preeklampsia atau eklampsia. Pemberian magnesium sulfat dapat

menurunkan risiko kematian ibu dan didapatkan 50% dari pemberiannya menimbulkan efek

flusher (rasa panas). Syarat pemberian MgSO4 yaitu reflek patella normal, frekuensi

pernapasan >16 kali per menit, harus tersedia antidotum yaitu Kalsium Glukonat 10% (1

gram dalam 10 cc) diberikan intravena 3 menit. Pemberian MgSO4 harus dihentikan jika

Terjadi intoksikasi maka diberikan injeksi Kalsium Glukonat 10% (1 gram dalam 10 cc) dan

setelah 24 jam pasca persalinan. Bila terjadi refrakter terhadap pemberian MgSO4 maka bisa

diberikan tiopental sodium, sodium amobarbital, diazepam atau fenitoin Penentuan batas

tekanan darah untuk pemberian antihipertensi masih bermacam-macam, menurut POGI

Antihipertensi diberikan jika tekanan darah ≥180/110 mmHg. Jenis antihipertensi yang

diberikan adalah nifedipine 10-20 mg peroral, dosis awal 10 mg, diulangi setelah 30 menit,

dosis maksimumnya 120 mg dalam 24 jam. tekanan darah diturunkan secara bertahap, a)

penurunan awal 25% dari tekanan sistolik, b) tekanan darah diturunkan mencapai <160/105

mmHg.

40

Page 41: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

Bab 6

Kesimpulan Akhir

Preeklamsia berat dialami oleh wanita 32 tahun dengan umur kehamilan anak kedua

24 minggu. Perawatan konservatif dijalankan bila tidak disertai tanda-tanda impending

eklamsia dengan keadaan janin baik, di mana pemberian pengobatan medikamentosa dengan

kehamilan yang tetap dipertahankan karena alasan umur janin yang masih muda dan

dikhawatirkan kematangan paru janin yang belum memadai untuk berada di luar kandungan.

Dilakukan pemantauan ketat, bila pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda

kematangan paru janin, terminasi kehamilan dapat segera dilakukan. Seksio sesarea

dilakukan bila keadaan serviks belum matang.

41

Page 42: Rangka Blok 6 Skenario 5 Preeklamsia

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, dkk., Obstetri Williams. Vol. 1, 21st ed. EGC: 2006.

2. Llewellyn & Jones, Dasar-dasar Obstetri & Ginekologi. 6th ed. Hipokrates: 2002.

3. Manuaba, dkk., Pengantar Kuliah Obstetri. EGC: 2007.

4. Mochtar, Sinopsis Obstetri. EGC, Jakarta: 1998.

5. Mufdlilah, Antenatal Care Focused. Nuha Medika, Yogjakarta: 2009.

6. Sarwono, Buku Acuan Nasional: Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. 1st ed.

Jakarta: 2007.

7. Sarwono, Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: 2008.

42