Rancangan Penelitian K3

download Rancangan Penelitian K3

of 5

description

Ini merupakan contoh rancangan penelitian k3

Transcript of Rancangan Penelitian K3

RANCANGAN METODOLOGI PENELITIAN

1. Judul PenelitianAnalisis Risiko Kesehatan Terhadap Bahaya Pajanan Benzena Pada Pekerja Industri Sepatu Kulit di PT X Jawa Barat2. Populasi Populasi udara: Seluruh kawasan PT X Jawa BaratAlasan:Karena ingin mengetahui paparan Benzena di lingkungan pekerja Populasi pekerja: Seluruh pekerja (misalnya berjumlah 45 orang) di PT X Jawa Barat

3. Sampel Sampel udara: (misalnya) 12 titik, titik pengambilan sampel ditentukan oleh banyaknya pekerja yang bekerja di unit produksi dan beberapa titik lainnya yang mendukung untuk terpapar Benzena paling banyak misalnya ruang yang terlalu sempit, minim ventilasi.Alasan: Agar mendapatkan hasil yang representative sehingga memilih tempat yang paling besar untuk memungkinkan terpapar Benzena. Sampel pekerja: total sampling, (misalnya) berjumlah 45 orangAlasan: Karena ingin mengetahui besar paparan Benzena yang diterima oleh semua pekerja walau dengan kondisi berbeda.

4. Desain Penelitian Observasional metode Cross Sectional5. Alasan Pemilihan DesainKarena penelitian ini ingin mengetahui besar dosis pajanan yang diterima pekerja di industri sepatu PT X, ingin mengetahui risiko kesehatan yang terjadi akibat dosis pajanan tersebut, serta ingin mengetahui karakteristik risiko yang paling berpengaruh pada satu waktu.6. Kelebihan Desain Penelitian:

1. Dapat mengukur besaran risiko paparan Benzena di lingkungan dan di pekerja industri sepatu PT X.2. Dapat mengetahui dosis pajanan yang diterima pekerja di industri sepatu PT X.3. Dapat menganalisis pajanan dan hubungannya dengan karakteristik risiko, misalnya mengetahui besaran pajanan dengan kondisi wilayah pekerjanya.

7. Kekurangan Desain Penelitian:1. Hanya meniliti sesaat, sehingga tidak bisa mengetahui hasil lebih lanjut akibat bahaya pajanan tersebut hanya menilai risiko saja, seandainya memakai metode kohort kita bisa menganalisis bahaya pajanan dengan kejadian penyakit tertentu.2. Melalui metode penelitian ini, kita tidak bisa mengukur besaran risiko dari waktu ke waktu (day to day misalnya) karena dilakukan hanya pada satu waktu saja, seandainya memakai kohort bisa mengetahui laju insidensi paparan.

8. Pengumpulan data yang dibutuhkan untuk penelitian

1. Data laboratorium hasil konsentrasi pajanan2. Data pekerja yakni antropometri, frekuensi pajanan, durasi pajanan, hasil urin3. Data dosis referensi untuk pajanan Benzena dari IRIS (Integrated Risk Information System)4. Data unit risk Benzena di udara yang dikeluarkan oleh IRIS

9. Untuk menghindari bias maka dilakukan hal sebagai berikut

1. Pengukuran konsentrasi benzena di udara dilakukan satu hari untuk menghindari bias jika mengukur satu kali saja pada setiap titik, namun perhatikan pengukuran pada jam puncak produksi industri, dan pertimbangkan juga suhu sekitar karena semakin panas maka Benzena akan semakin cepat menguap sehingga lebih cepat terdeteksi oleh alat.2. Tempatkan alat ukur pada titik dimana sangat dekat dengan pekerja bekerja, dan posisikan sejajar dengan zona pernafasan pekerja.3. Tempatkan alat ukur untuk analisis Benzena di lingkungan pada lingkungan yang memiliki karakteristik paling mendukung seperti ruang yang sempit, ventilasi minim, paling banyak terkontak dengan Benzena.4. Alat ukur diletakkan dekat dengan pekerja bekerja, hal ini agar pengukuran dapat lebih representative.5. Jangan lupa untuk mempelajari cara kerja alat dan melakukan kalibrasi alat ukur sebelum digunakan.

GAMBARAN BAHAYA KIMIA YANG ADA DI INDUSTRI SEPATU PT X JAWA BARAT

Untuk mengidentifikasi lebih lanjut tentang hazard kimia yang terkandung di industri pekerja ialah melalui identifikasi berdasarkan alur produksi di industri sepatu. Alur produksi pada industri sepatu pada umumnya terdiri atas beberapa sub proses antara lain sebagai berikut:

a. Cutting / Skiving Dalam proses ini bahan baku utama terutama kulit, dilakukan pemotongan sesuai dengan pola dan model yang dipesan, disini kulit yang berbeda jenis dan ukurannya disesuaikan dengan pola dan bagian sepatu yang membutuhkannya, antara lain untuk membuat upper (bagian atas sepatu) yang memerlukan kulit yang lebih banyak. Selain itu bagian yang mendukung upper ini bagian lining (lapisan kulit yang biasanya dilapisi juga oleh busa atau juga tanpa busa), counter (bagian kulit yang agak keras yang biasanya terletak di sekitar tumit atau belakang sepatu), dan tape ( pita yang terbuat dari kulit).

b. Sewing / Stitching Pada proses ini bahan baku yang berupa kulit yang sudah dipotong sesuai pola dan model yang dipesan disatukan dengan cara penjahitan dan pengeleman. Pada bagian lining dimana lapisan kulit dan busa terlebih dahulu dilakukan pengeleman dan proses agar lebih kuat baru kemudian dilakukan proses penjahitan.

c. Knitting Pada proses ini dilakukan proses penjahitan dan perajutan untuk lebih menguatkan sepatu yang akan diproduksi. Untuk beberapa model sepatu ada yang membutuhkan proses perajutan baik menggunakan tangan atau mesin untuk bagian upper.

d. Sole Dalam proses ini sole yang terdiri dari out sole biasanya berupa karet keras dan mid sole yang berupa kulit lentur atau agak keras disatukan dengan cara pengeleman dan dipress, setelah itu juga bagian heel (bagian tumit pada sole) dan welt (bagian tepi sepatu) dilakukan pengeleman dan dipress.

e. Assembling Pada proses ini upper beserta lining dipadukan dengan sole dengan cara diberi lem dimana terlebih dahulu bagian sole diberikan stabilizer (mangkok belakang) sebagai dudukan.

f. Quality ControlDalam proses ini dilakukan pengecekan terhadap kualitas mutu dari sepatu sebelum masuk ke tahap packing.g. PackingPada proses ini dilakukan tahap pengemasan barang produksi ke dalam kardus atau tempat kemasan yang sudah didesain dan siap untuk dipasarkan. Setelah itu barang yang sudah di-packing akan melewati controlling yang kedua kalinya untuk memastikan bahwa barang tidak cacat luar dalam. h. DistributingPada proses ini, sepatu siap didistribusikan ke pasaran. Barang produksi berupa sepatu diangkut melalui alat angkut dari gudang penyimpanan produksi ke mobil angkut seperti truk. Tahap ini merupakan proses akhir di industri sepatu dan dilakukan pencatatan barang ketika didstribusikan.

Bahaya kimia merupakan bahaya yang terjadi dari lingkungan fisik yang berkaitan dengan pengaruh zat bahan kimia yang digunakan dalam bahan baku dan bahan produksi sepatu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kantor Perburuhan Internasional tahun 2004 dengan objek pengamatan industri sepatu di daerah Cibaduyut, Jawa Barat diketahui bahwa bahaya kimia yang mungkin terjadi di industri sepatu antara lain: bahaya kecanduan karena lem dan primer yang digunakan, dimana di dalamlem mengandung pelarut organik berupa toluena lebih dari 70% dan pelarut benzena sekitar 1-2% (Widjaja, 2008). Menghirup uap kimiawi ketika proses sewing, sole dan assembling. Terserap kulit: lem sering disapukan dengan tangan kosong. Tertelan bahan kimia ketika makan, merokok atau minum di tempat kerja yang mengandung bahan kimia.