rancangan penelitian
-
Upload
dany-prasetyo -
Category
Documents
-
view
29 -
download
0
description
Transcript of rancangan penelitian
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE PADA PERUSAHAAN
PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2011-2013
Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah
Metodologi Penelitian
Disusun Oleh:
ADE FERDIAN
1202030076
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Globalisasi, perkembangan teknologi informasi, dan peningkatan
dalam ilmu pengetahuan turut mengubah cara pandang perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya guna menciptakan nilai perusahaan. Para pelaku
bisnis mulai menyadari bahwa untuk dapat bertahan dalam persaingan yang
ketat di era sekarang, perusahaan tidak bisa hanya dengan mengandalkan
kekayaan fisiknya saja. Inovasi, teknologi informasi dan pengetahuan
sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan dinilai penting dalam proses
penciptaan nilai dan peningkatan kemampuan bersaing. Berbagai hasil
penelitian dan literatur menunjukan bahwa perusahaan yang mampu
bertahan lama, karena perusahaan tersebut menggunakan pengetahuan
(knowladge) sebagai modal (Sangkala, 2006).
Menurut Ulum (2009) Sekarang ini, logika bisnis didasarkan pada
pencapaian keberhasilan pertumbuhan dan penciptaan nilai (value creation)
dalam jangka panjang. Masalahnya adalah bahwa indikator tradisional
tentang keberhasilan bisnis, seperti peningkatan pendapatan, arus kas, laba,
penguasaan pasar, dan kepemimpinan teknologi sesungguhnya tidak mampu
menyediakan informasi apakah perusahaan benar-benar telah menciptakan
nilai bagi pemilik dan pemegang saham atau belum. Selanjutnya dinyatakan
bahwa untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam jangka panjang,
hanya akan dapat dicapai dengan investasi pada sumber daya intelektual,
terutama pada human capital yang merupakan faktor kunci penciptaan nilai
pada bisnis modern.
Moeheriono (2012) menyatakan bahwa, pada era sekarang
keberhasilan dari sebuah korporasi lebih ditekankan pada intellectual capital
dan kemampuan sistem dari pada hanya sekedar aset fisik yang dimiliki.
Selanjutnya dikatakan bahwa sampai saat ini masalah sumber daya manusia
masih menjadi perhatian dan tumpuan bagi semua perusahaan untuk tetap
2
dapat hidup eksis pada era globalisasi ini.
Intellectual capital memiliki pengaruh dalam peningkatan kemampuan
perusahaan sehingga dapat menciptakan keunggulan kompetitif. Oleh karena
itu dengan melaporkan intellectual capital yang dimilikinya,
perusahaan akan memperoleh manfaat yaitu dapat mengkomunikasikan
keunggulan mereka serta mampu menarik sumberdaya yang bernilai
tambah. Peningkatkan pemahaman mengenai pengembangan intellectual
capital dalam aturan sosial politik dan ekonomi yang berbeda merupakan hal
yang penting sebagai akibat dari munculnya keakuratan ekonomi secara
keseluruhan dalam kegiatan dan keseimbangan ekonomi global (Najibullah
dalam Artinah, 2011)
Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan intelectual capital
merupakan hal yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Dengan
melakukan pengelolaan terhadap intellectual capital, maka perusahaan
dapat memaksimalkan sumber daya yang dimiliki, sehingga perusahaan
akan mampu menciptakan nilai lebih dan memiliki keunggulan dalam
persaingan. Guthrie dan Petty (2000) berpendapat bahwa pentingnya modal
intelektual dikarenakan oleh faktor-faktor sebagai berikut, pertama, revolusi
dalam teknologi informasi dan masyarakat informasi. Kedua, mulai diakui
pentingnya pengetahuan dan ekonomi berbasis pengetahuan. Ketiga,
perubahan pola aktivitas antar perseorangan dan masyarakat jaringan serta
timbulnya inovasi sebagai penentu utama keunggulan kompetitif.
Fenomena mengenai intellectual capital dan pengungkapannya telah
tercermin dalam beberapa kasus yang terjadi di dalam ataupun luar negeri.
Lumbantobing (2009) dalam Inspire Management and Business Solution
mengemukakan bahwa modal intelektual suatu korporasi merupakan hal
yang penting dan dianggap sebagai modal utama perusahaan namun sering
luput dari sistem pelaporan keuangan. Menurutnya hal itulah yang
menyebabkan adanya perbedaan antara nilai buku suatu perusahaan dan
market valuenya. permasalahannya adalah ketidakmampuan sistem akuntansi
eksisting dalam menangani hal-hal yang berkaitan dengan intangible assets,
3
sehingga manajemen perusahaan sering kesulitan untuk mengelola
intangible assetsnya secara lebih efektif. Namun beberapa tahun terakhir ini
telah ada beberapa perusahaan yang melengkapi laporan keuangannya
dengan laporan modal intelektual. Hal tersebut disebabnya adanya kesadaran
bahwa laporan keuangan tradisional telah kehilangan relevansinya.
Setiarso (2006) mengemukakan bahwa lima kategori jenis informasi
dalam pengungkapan sukarela yang dinyatakan oleh AICPA 1994, yaitu:
Data keuangan dan non keuangan, Analisis data keuangan dan data non
keuangan, Informasi yang berorientasi pada masa depan, Informasi tentang
manajer dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, dan
Latar belakang perusahaan, perlu ditambah dengan dimensi modal
intelektual sehingga menambah nilai informasi yang disampaikan pada pihak
eksternal perusahaan.
Pengungkapan intellectual capital di Indonesia masih bersifat sukarela
karena belum ada aturan baku yang mengharuskan perusahaan melaporkan
modal intelektual yang dimilikinya. Menurut Widjanarko (dalam Nugroho,
2012) terdapat lima alasan perusahaan – perusahaan melaporkan intellectual
capital. Pertama, pelaporan intellectual capital dapat membantu organisasi
merumuskan strategi bisnis. Dengan mengidentifikasikan dan
mengembangkan intellectual capital suatu organisasi untuk mendapatkan
competitive advantage. Kedua, pelaporan intellectual capital dapat
membawa pada pengembangan indikator-indikator kunci prestasi perusahaan
yang akan membantu mengevaluasi hasil-hasil pencapaian strategi. Ketiga,
pelaporan intellectual capital dapat membantu mengevaluasi merger dan
akuisisi perusahaan, khususnya untuk menentukan harga yang dibayar
oleh perusahaan pengakuisisi. Keempat, menggunakan pelaporan intellectual
capital nonfinansial dapat dihubungkan dengan rencana intensif dan
kompensasi perusahaan. Alasan pertama sampai dengan keempat,
merupakan alasan internal dari perusahaan dalam melaporkan intellectual
capital. Dan yang terakhir, alasan eksternal perusahaan yaitu
mengkomunikasikan pada stakeholder eksternal tentang intellectual
4
property yang dimiliki perusahaan.
Pentingnya intellectual capital disclosure menyebabkan banyak
peneliti di luar ataupun di dalam negeri tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai intellectual capital disclosure. Beberapa diantaranya Bukh et al,
(2005), White et al, (2007), Ulum et al, (2009), Suhardjanto dan Wardhani
(2010), Stephani dan Yuyetta (2012), Ahmadi Nugroho (2012) yang meneliti
faktor-faktor yang mempengaruhi intellectual capital disclosure. Diantara
faktor-faktor yang menjadi variabel independen adalah umur perusahaan,
ukuran perusahaan dan leverage.
Umur perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi intellectual
capital disclosure. Umur perusahaan menunjukan kemampuan perusahaan
untuk tetap eksis dan mampu bersaing dalam dunia usaha. Menurut
widiastuti (2002) dalam Rahmawati (2012) mengemukakan bahwa
perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengalaman lebih banyak
sehingga akan lebih mengetahui kebutuhan konstituennya akan informasi
tentang perusahaan. Dengan demikian, perusahaan yang lebih tua akan
mengungkapkan lebih banyak informasi termasuk informasi mengenai modal
intelektual.
Faktor lain yang diduga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap
intellectual capital disclosure adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan
menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan. Ulum (2009) mengemukakan
bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin banyak perusahaan
tersebut akan mengungkapkan informasi di dalam laporan tahunannya, baik
informasi keuangan maupun non-keuangan, baik mandatory maupun
voluntary.
Leverage memberikan gambaran tentang bagaimana struktur modal
dalam suatu perusahaan. Ghozali & Chariri (2007) mengemukakan bahwa
perusahaan yang makin menggantungkan kepada modal internasional, maka
ada kecenderungan perusahaan tersebut mengungkapkan informasi yang
sesuai dengan pasar uang dimana perusahaan tersebut berharap akan
mendapatkan sumber dananya.
5
Beberapa penelitian sebelumnya yang melakukan penelitian
mengenai intellectual capital disclosure adalah sebagai berikut:
1. Bukh et al, (2005)
Penelitian ini menggunakan tipe teknologi, kepemilikan managerial,
ukuran perusahaan, dan umur perusahaan sebagai variabel independen.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji manakah informasi tentang
intellectual capital yang diungkapkan dalam perspektif IPO (initial public
offering) perusahaan di Dienmark. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tipe teknologi dan kepemilikan managerial berpengaruh signifikan
terhadap luasnya pengungkapan. Perusahaan dengan teknologi lebih
tinggi dan manajemennya memiliki saham di dalam perusahaan pada
waktu listing di bursa efek mengungkapkan lebih banyak informasi
tentang intellectual capital. Sementara ukuran perusahaan dan umr
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap luasnya pengungkapan
tentang intellectual capital.
2. White et al, (2007)
Penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan, konsentrasi kepemilikan,
komisaris independen, umur perusahaan, dan leverage sebagai veriabel
independen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui luasnya
pengukapan sukarela tentang intellectual capital yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan bioteknologi. Hasil penelitian menemukan bahwa
pemicu utama pengungkapan intellectual capital adalah komisaris
independen, umur perusahaan, leverage, dan ukuran perusahaan.
3. Ulum, et al (2009)
Penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan, leverage, jenis industri,
dan umur perusahaan sebagai variabel independen. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengeksplorasi praktek pengungkapan intellectual capital
dalam laporan tahunan perusahaan publik di Indonesia dan
menganalisis faktor- faktor pemicunya. Hasil penelitian menunjukan
bahwa ukuran perusahaan, leverage, jenis industri, dan umur perusahaan
merupakan pemicu praktek pengungkapan intellectual capital perusahaan
6
publik di Indonesia. Ukuran perusahaan, leverage, jenis industri, dan
umur perusahaan secara signifikan berpangaruh terhadap praktek
pengungkapan intellectual capital di perusahaan publik di Indonesia.
4. Suhardjanto dan Wardhani (2010)
Penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage,
dan umur listing di BEI sebagai variabel independen. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menguji pengaruh karakteristik perusahaan terhadap
intellectual capital disclosure dalam annual report. Hasil penelitian
ditemukan bahwa ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap keluasan intellectual capital disclosure.
5. Stephani dan Yuyetta (2012)
Penelitian ini menggunkan ukuran perusahaan, umur perusahaan,
leverage, profitabilitas, dan tipe auditor sebagai variabel independen.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menemukan
bukti empiris pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan, leverage,
profitabilitas, dan tipe auditor terhadap intellectual capital disclosure.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa ukuran perusahaan, leverage, dan
tipe auditor berpengaruh positif terhadap intellectual capital disclosure.
sedangkan faktor umur perusahaan dan profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap luas pengungkapan intellectual capital.
6. Ahmadi Nugroho (2012)
Penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan, umur perusahaan,
komisaris independen, leverage, dan konsentrasi kepemilikan sebagai
variable independen. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan
menemukan bukti empiris pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan,
komisaris independen, leverage, dan tipe auditor terhadap intellectual
capital discosure. Dari hasil penelitian di temukan bahwa ukuran
perusahaan, umur perusahaan, komisaris independen, leverage, dan
konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh terhadap intellectual capital
discosure baik secara parsial maupun simultan.
7
Perbedaan dengan beberapa penelitian tersebut, peneliti hanya
memfokuskan penelitian terhadap variabel umur perusahaan, ukuran
perusahaan, dan leverage. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013.
Perusahaan perbankan dipilih karena perusahaan tersebut merupakan
perusahaan yang berbasis intelektualitas. Menurut Sianipar (2009)
perusahaan perbankan dapat dikategorikan sebagai industri yang berbasis
pada intelektualitas yang berinovasi dalam produk dan jasa, serta
pengetahuan dan fleksibilitas merupakan aspek kritis yang menentukan
kesuksesan bisnis.
Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat topik
mengenai intellectual capital disclosure sabagai bahan panelitian dangan
judul “ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUH
INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE PADA PERUSAHAAN
PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2011 - 2013”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut:
1. Apakah umur perusahaan berpengaruh positif terhadap intellectual capital
disclosure pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI?
2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap intellectual
capital disclosure pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI?
3. Apakah leverage berpengaruh positif terhadap intellectual capital
disclosure pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI?
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini
peneliti dibatasi hanya menguji pengaruh umur perusahaan, ukuran
perusahaan, dan leverage. Dengan objek penelitian perusahaan perbangkan
8
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2013.
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang sudah di jelaskan maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah umur perusahaan berpengaruh positif terhadap
intellectual capital disclosure pada perusahaan perbankan yang terdaftar
di BEI.
2. Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap intellectual capital disclosure pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI.
3. Untuk mengetahui apakah leverage berpengaruh positf terhadap
intellectual capital disclosure pada perusahaan perbankan yang terdaftar
di BEI.
1.5 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
menambah ilmu pengetahuan mengenai umur peusahaan, ukuran
perusahaan, leverage dan pengaruhnya terhadap intellectual capital
disclosure pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
2. Bagi Investor
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan di dalam pengambilan keputusan investasi pada perusahaan
perbangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3. Bagi Akademis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembahan pengetahuan mengenai intellectual capital, terutama
9
mengenai pengaruh umur perusahaan, ukuran perusahaan dan leverage
terhadap intellectual capital disclosure.
4. Bagi Perusahaan
Dengan adanya penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan
dalam menetapkan strategi perusahaan ke depan hubungannya dengan
peningkatan nilai perusahaan melalui pengelolaan dan pengungkapan
intellectual capital.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori Penelitian
2.1.1 Agency theory
Jensen dan Meckling (dalam Istanti, 2009) menyatakan bahwa
teori keagenan membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih
pihak, dimana salah satu pihak disebut agen dan pihak lain disebut
prinsipal. Dalam teori agensi dikenal adanya kontrak kerja yang
mengatur proporsi utilitas masing-masing pihak dengan tetap
memperhitungkan manfaatnya secara menyeluruh.
Masalah yang muncul akibat adanya hubungan keagenan yaitu
timbulnya asimetri informasi antara manajer dan shareholder (Barako,
2007). Pihak manajemen perusahaan merupakan pihak yang paling
mengetahui keadaan perusahaan yang sesungguhnya karena mereka
setiap hari terlibat secara langsung dalam kegiatan perusahaan.
Sedangkan pemilik hanya mengandalkan laporan dari pihak
manajemen untuk mengetahui keadaan perusahaan saat itu. Hal ini
memicu terjadinya asimetri informasi antara agen dan prinsipal
sehingga pihak manajemen dirasa sangat perlu untuk melakukan
pengungkapan sukarela sehingga dapat meningkatkan kepercayaan
pemilik terhadap kredibilitas perusahaan.
Agency theory menempatkan pengungkapan sebagai
mekanisme yang dapat mengurangi biaya yang dihasilkan dari konflik
antara manajer dengan pemegang saham (compensation contracts)
dan dari konflik antara perusahaan dan kreditornya (debt contracts).
Oleh karena itu, pengungkapan merupakan mekanisme untuk
mengontrol kinerja manajer. Sebagai konsekuensinya manajer
didorong untuk mengungkapkan voluntary information seperti
intellectual capital disclosure (Suhardjanto dan Wardhani, 2010).
11
2.1.2 Signaling Theory
Signaling theory sangat erat kaitannya dengan agency theory.
Hal ini dikarenakan dalam hubungan keagenan akan timbul asimetri
informasi, sehingga pengungkapan sangat diperlukan sebagai upaya
pensinyalan yang dilakukan oleh agen kepada prinsipal. Agustini
(2011) menyatakan bahwa teori sinyal (signaling theory) adalah teori
yang menjelaskan bagaimana seharusnya sinyal - sinyal keberhasilan
atau kegagalan manajemen (agen) disampaikan kepada pemilik
(principal).
Salah satu cara penyampaian sinyal - sinyal tersebut yaitu
melalui annual report, karena dalam annual report mencakup
informasi keuangan maupun non keuangan. Informasi tersebut sangat
dibutuhkan pemilik selain sebagai alat pengawasan untuk kinerja
manajer dan dapat pula sebagai alat untuk menentukan imbal hasil
yang diharapkan terhadap investasi yang ditanamkan di dalam
perusahaan tersebut.
Manajer lebih termotivasi untuk mengungkapkan intellectual
capital sebagai private information secara sukarela. Hal ini
disebabkan ekspektasi manajer bahwa menyediakan sinyal yang
bagus mengenai kinerja perusahaan kepada pasar akan mengurangi
asimetri informasi (Oliveira, et al dalam Suhardjanto dan Wardhani,
2010).
2.2 Telaah Pustaka
2.2.1 Umur Perusahaan
Menurut Poerwadarminta (2003) definisi umur adalah lama
waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Sedangkan
dalam undang-undang no.8 tahun 1997 perusahaan didefinisikan
sebagai berikut: “Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang
melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan tujuan
memperoleh keuntungan dan atau laba, baik yang diselenggarakan
12
oleh orang perorangan, maupun badan usaha yang berberentuk badan
hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan di
wilayah Indonesia”. Dari kedua pengertian terpisah tersebut dapat
diketahui bahwa definisi dari umur perusahaan adalah lama waktu
hidup atau ada suatu oraganisasi atau bentuk usaha yang bergerak
dalam bisnis dan memiliki tujuan memperoleh keuntungan atau laba.
Menurut Ulum (2009) umur dalam suatu perusahaan adalah:
“Bagian dari dokumentasi yang menunjukkan tentang apa yang
tengah dan yang akan diraih oleh perusahaan”. Nugroho (2012)
mendefinisikan umur perusahaan sebagai berikut: “Umur perusahaan
merupakan awal perusahaan melakukan aktivitas operasional hingga
dapat mempertahankan going concern perusahaan tersebut atau
mempertahankan eksistensi dalam dunia bisnis”. Harry (2011)
mengemukakan bahwa persero memiliki umur yang tidak terbatas,
sesuai dengan asumsi kesinambungan usaha/going consern. Artinya
umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kesinambungan usahanya.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa umur perusahaan adalah lamanya waktu
hidup suatu perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan tetap
eksis, mampu bersaing dalam dunia usaha dan mampu
mempertahankan kesinambungan usahanya serta merupakan bagian
dari dokumentasi yang menunjukan tujuan dari perusahaan tersebut.
Dalam melakukan suatu pengukuran terhadap umur
perusahaan Ulum (2009) mengemukakan bahwa: Umur perusahaan
dihitung mulai tanggal IPO hingga tanggal laporan tahunan.
Sedangkan Collins dan Porras (2001) mengemukakan bahwa:
Perusahaan termuda yang kami pelajari didirikan pada tahun 1945 dan
perusahaan tertua yang kami pelajari didirikan tahun 1812. Pernyataan
yang dikemukakan oleh Collins dan Porras tersebut menunjukkan
bahwa umur perusahaan juga dapat diukur dari tahun pendirian
13
suatu perusahaan.
2.2.2 Ukuran Perusahaan
Definisi ukuran perusahaan menurut Riyanto (2008) adalah
sebagai berikut: “Besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya
nilai equity, nilai penjualan atau nilai aktiva”. Selanjutnya ukuran
perusahaan menurut Scott dalam Torang (2012) didefinisaikan
sebagai berikut: “Ukuran organisasi adalah suatu variabel konteks
yang mengukur tuntutan pelayanan atau produk organisasi”.
Sedangkan Malleret (2008) mendefinisaikan ukuran perusahaan
sebagai berikut: “Ukuran organisasi adalah seperangkat
kebijaksanaan yang ditetapkan dengan baik yang harus dilaksanakan
oleh perusahaan yang bersaing secara global”.
Menurut Longenecker (2001) mengemukakan bahwa terdapat
banyak cara untuk mendefinisikan skala perusahaan, yaitu dengan
menggunakan berbagai kriteria, seperti jumlah karyawan, volume
penjualan, dan nilai aktiva.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat diketahui
bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang menentukan besar
kecilnya perusahaan yang dapat dilahat dari nilai equity, nilai
penjualan, jumlah karyawan dan nilai total aktiva yang merupakan
variabel konteks yang mengukur tuntutan pelayanan atau produk
organisasi.
Untuk melakukan pengukuran terhadap ukuran perusahaan
Prasetyantoko (2008) mengemukakan bahwa: “Aset total dapat
menggambarkan ukuran perusahaan, semakin besar aset biasanya
perusahaan tersebut semakain besar.”
Selanjutnya, Yogiyanto (2007) menyatakan bahwa : “Ukuran
aktiva digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan, ukuran aktiva
tersebut diukur sebagai logaritma dari total aktiva”.
Sementara itu, untuk menghitung nilai total asset Asnawi
(2005) mengemukakan bahwa: “Nilai total asset biasanya bernilai
14
sangat besar dibandingkan dengan variabel keuangan lainnya, untuk
itu variabel asset diperhalus menjadi log asset atau ln asset.”
2.2.3 Leverage
Pengertian leverage menurut Sartono (2008) adalah sebagai
berikut: “Leverage adalah penggunaan assets dan sumber dana (source
of funds) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap)
dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang
saham”. Sjahrian (2009) mendefinisikan leverage sebagai berikut:
“Leverage adalah penggunaan aktiva dan sumber dana oleh perusahaan
yang memiliki biaya tetap (beban tetap) berarti sumber dana yang
berasal dari pinjaman karena memiliki bunga sebagai beban tetap
dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang
saham”.
Sedangkan definisi leverage menurut Fakhrudin (2008) adalah
sebagai berikut: “Leverage merupakan jumlah utang yang digunakan
untuk membiayai / membeli aset-aset perusahaan. Perusahaan yang
memiliki utang lebih besar dari equity dikatakan sebagai perusahaan
dengan tingkat leverage yang tinggi”.
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat diketahui
bahwa leverage adalah penggunaan assets dan sumber dana yang
memiliki biaya atau beban tetap yang bersal dari pinjaman dengan
maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham
sehingga dapat menggambarkan hubungan antara utang perusahaan
terhadap utang maupun aset.
Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur leverage. Debt
to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai
utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan
antara seluruh utang, termasuk utang lacar dengan seluruh ekuitas.
Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain,
rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang
15
dijadikan untuk jaminan utang (Kasmir, 2012).
Rumusan untuk mencari debt to equity ratio dapat
digunakan perbandingan antara total utang dengan total ekuitas sebagai
berikut:
Bagi bank (kreditor), semikin besar rasio ini, akan
semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang
ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan.
Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan semakin
baik (Kasmir, 2012).
2.2.4 Intellectual Capital
Pengertian intellectual capital menurut Sangkala (2006)
adalah sebagai berikut: “Pengertian modal intelektual tidak hanya
terkait dengan meteri intelektual yang terdapat dalam diri karyawan
perusahaan seperti pendidikan dan pengalaman. Modal intelektual juga
terkait dengan materi atau aset perusahaan yang berbasis pengetahuan,
atau hasil dari proses pentransformasian pengetahuan yang dapat
berwujud aset intelektual perusahaan.”
Moeheriono (2012) mendefinisikan intellectual capital
sebagai berikut: “Intellectual capital adalah pengetahuan (knowladge)
dan kemampuan (ability) yang dimiliki oleh suatu kolektivitas sosial,
seperti sebuah organisasi komunitas intelektual, atau praktik
profesional serta intellectual capital mewakili sumber daya yang
bernilai tinggi dan berkemampuan untuk bertindak yang didasarkan
pada pengetahuan.”
Sedangkan Suryana” (2011) mengemukanan bahwa: “modal
intelektual dapat diwujudkan dalam bentuk ide-ide sebagai modal
utama yang disertai pengetahuan, kemampuan, keterampilan,
komitmen, dan tanggung jawab sebagai modal tambahan. Ide
merupakan modal utama yang akan membentuk modal lainnya”.
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜=
16
Dari beberapa definisi di atas dapat diketahui bahwa
Intellectual capital merupakan modal utama yang berasal dari
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh suatu organisasi,
termasuk keterampilan dan keahlian dari karyawan di dalamnya, serta
teknologi atau proses pentransformasian pengetahuan tersebut
sehingga dapat berwujud aset intelektual yang akan membentuk
modal lainnya dan bernilai tinggi yang dapat menciptakan nilai bagi
sebuah perusahaan.
2.2.5 Intellectual Capital Disclosure
Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak
menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan data, disclosure berarti
memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan.
Jadi data tersebut harus benar-benar bermanfaat, karena apabila tidak
bermanfaat, tujuan dari pengungkapan tersebut tidak akan tercapai
(Ghozali dan Chariri, 2007).
Hendriksen (2002) mendefinisikan disclosure sebagai berikut:
“Pengungkapan dalam pelaporan keuangan dapat didefinisikan sebagai
penyajian informasi yang diperlukan untuk mencapai operasi yang
optimum dalam pasar modal yang efisien”.
Pengertian intellectual capital disclosure menurut
Abeysekera (dalam Ulum, 2009) adalah sebagai berikut: “Disclosure
IC sebagai suatu laporan yang dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan informasi bagi pengguna yang dapat memertahankan
persiapan laporan tersebut sehingga dapat memenuhi seluruh
kebutuhan mereka”.
Bianchi dan Labory (2004) mendefinisikan intellectual
capital disclosure sebagai berikut: “Fase baru ini memiliki implikasi
yang besar untuk akuntansi dan pelaporan perusahaan. Itu juga
diketahui bahwa ada kesenjangan yang besar antara nilai buku
akuntansi dan nilai pasar perusahaan dari banyak perusahaan terdaftar,
terutama jika mereka beroperasi di sektor pengetahuan dan teknologi
17
intensif. Beberapa perusahaan telah mengakui fase baru ini dan mulai
memproduksi laporan yang berbeda dari tradisional, yang hanya
berorientasi finansial. Laporan ini dapat mengambil nama yang
berbeda (intellectual capital statement, report on intangibles, dll)”.
Selanjutnya Suwarjuwono dan Kadir (2003) mengemukakan
bahwa: “Intellectual capital statement merupakan bentuk laporan yang
kompleks yang mengkombinasikan angka, narasi, dari pengetahuan
yang dimiliki oleh perusahaan dan visualisasi yang dapat berupa sketsa
yang memberikan ilustrasi modal kerja tertentu”.
Sedangkan Mouritsen & Bukh (2001) mengemukakan bahwa:
“Pernyataan modal intelektual yang digunakan di sini untuk
melacak kegiatan manajemen pengetahuan yang dipekerjakan untuk
mengatur sumber daya pengetahuan perusahaan. Hai ini mencakup
serangkaian hal-hal kecil seperti perhatian terhadap perekrutan dan
komposisi angkatan kerja, investasi dalam mengembangkan proses
organisasi, perbaikan penggunaan teknologi, dan efektivitas produk
dan layanan bagi pelanggan dan pengguna”.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat
diketahui bahwa Intellectual capital disclosure merupakan
pengungkapan yang mengkombinasikan angka, narasi, dari
pengetahuan yang dimiliki oleh perusahaan yang memberikan
informasi mengenai kekayaan intelektual dan kinerja intelektual
yang dimiliki oleh perusahaan. Hal-hal yang diungkapkan di dalamnya
meliputi informasi mengenai karyawan yang dimiliki suatu
perusahaan, Teknologi informasi yang digunakan, proses yang
dilakukan dalam kegiatan operasionalnya, penelitian dan
pengembangan yang dilakukan, pelanggan, serta strategi perusahaan
tersebut.
2.2.6 Intellectual Capital Disclosure Index
Untuk melakukan pengukuran terhadap tingkat
pengungkapan, maka dapat digunakan disclosure index. Suwarjdono
18
(2006) mengemukakan bahwa: “Daftar butir pengungkapan digunakan
untuk menetukan tingkat ketaatan pengungkapan yang diukur dengan
indeks pengungkapan (disclosure index) yaitu pengungkapan yang
nyatanya dilaksanakan dibanding dengan pengungkapan yang
seharusnya (daftar butir pengungkapan”.
Selanjutnya Ulum (2009) menyatakan bahwa intellectual
capital disclosure diukur dengan menggunakan disclosure index, yaitu
penilaian fakta-fakta informasi pengungkapan dengan menggunakan
skor 1 jika “ya” atau 0 jika “tidak”. Adapun prosentase dari disclosure
index secara keseluruhan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Dimana di mengekspresikan itemi dengan nilai 1 jika itemi
ditemukan dan 0 jika tidak ditemukan. M mengekspresikan jumlah
maksimum item di masing-masing kategori, yaitu 78 item.
2.3 Penelitian Terdahulu
Terdapat penelitian terdahulu tentang analisis intellectual capital
disclosure , antara lain:
No. Nama dan Tahun
Penelitian
Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Bambang
Purnomosidhi
(2006)
Analisis Empiris
Terhadat Diterminan
Praktik
Pengungkapan
Modal Intelektual
Pada Perusahaan
Publik di BEJ
Tingkat pengungkapan modal
intelektual sebesar 56%. Ukuran
perusahaan, leverage, dan kinerja
modal intelektual berpengaruh
tehadap pengungkapan modal
intelektual, sementara tipe
industri dan status listing tidak
berpengaruh terhadap
pengungkapan modal intelektual.
Score =( ∑ 𝑖 ×100%
19
2. White, et., al.
(2007)
Drivers of Voluntary
Intellectual Capital
Disclosure in
Listed Biotechnology
Companies
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemicu utama
pengungkapan intellectual capital
adalah komisaris independen,
umur perusahaan, leverage,
dan ukuran perusahaan.
3. Djoko
Suhardjanto dan
Mari Wardhani
(2010)
Praktik Intellectual
Capital Disclosure
Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Tingkat intellectual capital
disclosure sebear 34,5%. Ukuran
perusahaan dan prifitabilitas
berpengaruh signifikan telhadap
intellectual capital disclosure,
sementara leverage, umur
listing, struktur kepemilikan dan
komposisi komisaris independen
bukan prediktor yang baik
terhadap intellectual capital
disclosure.
4. Thresya Stephani
dan Etna Nur
Afri Yuyetta
(2012)
Analisis Faktor -
Faktor yang
Mempengaruhi
Intellectual Capital
Disclosure (ICD)
Hasil penelitian menunjukkan
Bahwa ukuran perusahaan,
leverage dan tipe auditor
berpengaruh terhadap luas
pengungkapan IC, sementara
umur perusahaan dan ROA tidak
berpengaruh terhadap luas
pengungkapan IC.
20
5. Ahmadi Nugroho
(2012)
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Intellectual Capital
Disclosure (ICD)
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tidak ada pengaruh
ukuran perusahaan, umur
perusahaan, komisaris
independen, leverage dan
konsentrasi kepemilikan
terhadap intellectual capital
disclosure baik secara parsial
maupun simultan.
2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis
Perusahaan adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan oleh orang-
perorangan atau sekelompok orang yang tergabung dalam suatu wadah
organisasi yang menjalankan usahanya secara berkesinambungan dan
memiliki tujuan yang sama yaitu pencapaian laba maksimal.
Dalam suatu perusahaan, intellectual capital merupakan hal yang
sangat penting. Intellectual capital adalah pengetahuan (knowladge)
dan kemampuan (ability) yang dimiliki oleh suatu kolektivitas sosial,
seperti sebuah organisasi komunitas intelektual, atau praktik profesional
serta intellectual capital mewakili sumber daya yang bernilai tinggi dan
berkemampuan untuk bertindak yang didasarkan pada pengetahuan
(Moeheriono, 2012).
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
umur perusahaan, ukuran perusahaan, leverage, dan variabel devenden yang
di gunakan adalah Intellectual Capital Discrosure.
Umur perusahaan di hitung mulai tanggal IPO hingga tanggal
laporan tahunan yang diteliti. Ukuran perusahaan dihitung sebagai
logaritma dari total aktiva. Debt to equty ratio digunakan sebagai proksi
dari leverage.
21
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
H1 (+)
H2 (+)
H3 (+)
2.5 Hipotesis
2.5.1 Hubungan Umur Perusahaan terhadap Intellectual Capital Disclosure
Umur perusahaan diduga sebagai faktor yang berpengaruh
terhadap intellectual capital disclosure. Widiastuti (2002) dalam
Rahmawati (2012) mengemukakan bahwa perusahaan yang berumur
lebih tua memiliki pengalaman lebih banyak sehingga akan lebih
mengetahui kebutuhan konstituennya akan informasi tentang
perusahaan. Dengan demikian, perusahaan yang lebih tua akan
mengungkapkan lebih banyak informasi termasuk informasi
mengenai modal intelektual. (Penelitian Bambang Purnomosidhi,
2006) Umur perusahaan berpengaruh positif terhadap Intellectual
Capital Disclosure. Berdasakan pemikiran-pemikiran tersebut, dapat
diturukan hipotesis sebagai berikut.
H1 : Umur perusahaan berpengaruh positif terhadap intellectual
capital disclosure
Umur Perusahaan
Ukuran Perusahaan
Leverage
Intellectual Capital
Disclosure
22
2.5.2 Hubungan ukuran perusahaan terhadap Intellectual Capital
Disclosure
Ukuran perusahaan duga sebagai faktor yang bepengaruh
terhadap intellectual capital disclosure. Hal ini berkaitan dengan
teori yang dikemukakan oleh Ulum (2009) yang mengatakan bahwa
semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin banyak ia akan
mengungkapkan informasi di dalam laporan tahunannya, baik
informasi keuangan maupun non-keuangan, baik mandatory maupun
voluntary. (Penelitian Thresya Stephani dan Etna Nur Afri Yuyetta
(2012) ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap Intellectual
Capital Disclosure. Berdasakan pemikiran-pemikiran tersebut, dapat
diturukan hipotesis sebagai berikut.
H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
Intellectual Capital Disclosure
2.5.3 Hubungan Leverage terhadap Intellectual Capital Disclosure
Leverage merupakan salah satu faktor lain yang duga sebagai
faktor yang mempengaruhi intellectual capital disclosure. Hal ini
berkaitan dengan teori yang dikemukakan oleh Ulum (2009) yang
menyatakan bahwa teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan
dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan
lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan
struktur modal yang seperti itu lebih tinggi. Tambahan informasi
diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi
terhadap terpenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur. Oleh
karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memliki
kewajiban untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka
panjang, sehingga perusahaan akan menyediakan informasi secara
lebih komprehensif. (Penelitian Bambang Purnomosidhi, 2006) dan
(Etna Nur Afri Yuyetta, 2012) Leverage berpengaruh positif
terhadap Intellectual Capital Disclosure. Berdasakan pemikiran-
23
pemikiran tersebut, dapat diturukan hipotesis sebagai berikut
H3 : Leverage berpengaruh positif terhadap terhadap Intellectual
Capital Disclosure
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
yaitu penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui
pengukuran variabel penelitian dengan angka yang bertujuan untuk menguji
hipotesis. Penguji dapat mengidentifikasi fakta atau peristiwa tersebut sebagai
variabel yang dipengaruhi (variabel dependen) dan melakukan penyelidikan
terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi (variabel independen).
3.2 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan perbankan yank terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Data perusahaan tersebut diambil dari laporan keuangan yang
diterbitkan oleh perusahaan dalam periode 2011 sampai 2013.
3.3 Data yang diperlukan
3.3.1 Jenis data dan Sumber data
Jenis data penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu berupa
laporan keuangan tahunan perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan akhir tahun pembukuan pada
tanggal 31 Desember 2011, 2012 dan 2013 yang dilaporkan dari
website Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id
3.3.2 Data yang di perlukan
Data diperoleh dari www.idx.co.id untuk data laporan keuangan
perusahaan perbangkan periode 2011-2013.
3.3.3 Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini data bersumber
dari www.idx.co.id selain itu data juga diperoleh dari jurnal, buku-buku
yang berkaitan dengan masalah yang sedang di teliti.
25
3.4 Populasi dan Sample
3.4.1 Populasi
Populasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mengeluarkan
laporan keuangan sejak tahun 2011 sampai dengan 2013.
3.4.2 Sample
Pemilihan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2011,
2012 dan 2013.
3.5 Teknik Sampling
Teknik sampling ditentukan secara purporsive sampling dengan
tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan
kriteria yang ditentukan. Kriteria untuk dipilih menjadi sampel adalah:
1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dan konsisten ada
selama periode penelitian (tahun 2011 sampai dengan 2013).
2. Perusahaan perbankan yang menyediakan data laporan keuangan
selama kurun waktu penelitian (tahun 2011 sampai dengan 2013).
3. Perusahaan tidak menghasilkan laba negatif selama periode 2011
sampai dengan 2013.
3.6 Definisi Operasional
3.6.1 Variabel Devenden
Menurut Ulum (2009) intellectual capital disclosure diukur
dengan menggunakan disclosure index, yaitu penilaian fakta-fakta
informasi pengungkapan dengan menggunakan skor 1 jika “ya” atau 0
jika “tidak”. Adapun prosentase dari disclosure index secara
keseluruhan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Score =( ∑ 𝑖 ×100%
26
Dimana:
Score = intellectual capital disclosure index
di = jumlah pengungkapan intellectual capital yang dilakukan
oleh perusahaan
M = jumlah maksimum pengungkapan intellectual capital yang
seharusnya dilakukan perusahaan.
3.6.2 Variabel Indevenden
1) Umur Perusahaan
Umur dalam suatu perusahaan adalah Bagian dari
dokumentasi yang menunjukkan tentang apa yang tengah dan
yang akan diraih oleh perusahaan (Ulum, 2009). Umur perusahaan
dihitung mulai tanggal IPO hingga tanggal laporan tahunan yang
diteliti.
2) Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan menurut Riyanto (2008) adalah sebagai
berikut: “Besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya
nilai equity, nilai penjualan atau nilai aktiva”. Yogiyanto (2007)
menyatakan bahwa : “Ukuran aktiva digunakan untuk mengukur
besarnya perusahaan, ukuran aktiva tersebut diukur sebagai
logaritma dari total aktiva”.
3) Leverage
Leverage merupakan jumlah utang yang digunakan untuk
membiayai / membeli aset-aset perusahaan. Perusahaan yang
memiliki utang lebih besar dari equity dikatakan sebagai
perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi (Fakhrudin,
2008).
Leverage dihitung menggunakan Debt to equity ratio
dengan rumus sebagai berikut:
(Kasmir, 2012)
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜=
27
3.7 Metode Analisis Data
3.7.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif untuk mengembangkan profil perusahaan
yang menjadi sample statistik deskriptif berhubungan dengan
pengumpulan data peningkatan data serta penyajian hasil peningkatan
tersebut. Analisis deskriptif meliputi jumlah sample, nilai minimum,
nilai rata-rata, median dan standar dari masing-masing variabel yang
digunakan dalam penelitian (Ghozali, 2006).
3.7.2 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi, variabel dependen dan variabel independen memiliki
distribusi normal atau tidak. Untuk menghindari terjadinya bias, data
yang digunakan harus terdistribusi dengan normal. Model regresi
yang baik adalah memiliki data normal atau mendekati normal
(Ghozali, 2006). Pengujian normalitas yang akan digunakan yaitu uji
one sample kolmogorov-smirnov test variabel-variabel yang
mempunyai asymp. Sig (2-tailed) di bawah tingkat signifikan sebesar
0,05 maka diartikan bahwa variabel-variabel memiliki distribusi
normal.
2. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari
nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Batas untuk nilai
tolerance adalah 0,10 dan batas VIF adalah 10. Jika nilai tolerance ≤
0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10, maka terjadi Multikolonieritas
(Ghozali,2006).
28
3. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dapat dilakukan dengan cara uji Durbin-
Watson (DW test) yang menggunakan titik kritis, yaitu batas bawah
(dl) dan batas atas (du) (Ghozali, 2006). Pengambilan keputusan ada
tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:
1. Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan (4-du), maka
koefisien autokorelasi sama dengan nol berarti tidak ada
autokorelasi.
2. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah (dl), maka
koefisien autokorelasi lebih dari nol berarti ada autokorelasi
positif.
3. Bila nilai DW lebih dari pada (4-dl), maka koefisien autokorelasi
lebih kecil dari nol berarti ada autokorelasi negatif.
4. Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan batas bawah (dl)
atau DW terletak antara (4-du) dan (dl), maka hasilnya tidak
dapat disimpulkan.
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tdk ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tdk ada autokorelasi positif No desicison dl < d< du
Tdk ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl < d < 4
Tdk ada autokorelasi negatif No desicison 4-du ≤ d ≤ 4-dl
Tdk ada autokorelasi, positif dan negatif Tdk ditolak du < d < 4-du
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi terjadi ketidak samaan variance dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah
model yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Cara
untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu melihat
grafik plot antara variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya
29
yaitu SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y
yang diprediksi, dan X adalah residual (Y prediksi-Y sesunguhnya)
yang telah di studentized. Dasar analisisnya adalah:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyamping), maka teridentifikasi telah terjadi
heteroskedastisitas.
2. Jika terjadi ada pola yang jelas, secara titik –titik menyebar di atas
dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
3.7.3 Pengujian Hipotesis
3.7.3.1 Metode analisis regresi linier berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengukur
kekuatan hubungan dan juga menunjukan arah hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2006).
Yt = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e
Keterangan:
Yt = Intellectual capital disclosure
α = Koefsien Konstanta
β = Koefisien Variabel Independen
X1 = Umur perusahaan
X2 = Ukuran perusahaan
X3 = Leverage
e = Error
30
3.7.3.2 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data
silang (Crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar
antara masing-masing pengamat, sedangkan data untuk runtutan
waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi
yang tinggi (Ghozali, 2006).
3.7.3.3 Uji Statistik F
Menurut Ghozali (2006) uji statistik F bertujuan untuk
mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukan
dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah
apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau:
H0: β1,β2,β3 ≤ 0
Artinya apakah semua variabel independen bukan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Ha: β1,β2,β3 >0
Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
3.7.3.4 Uji Statistik t
Ghozali (2006), menyatakan uji t digunakan untuk menguji
seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual
31
dalam mengarahkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (H0)
yang hendak di uji adalah apakah suatu parameter (βi) sama dengan
nol (H0: βi = 0) artinya apakah suatu variabel independen bukan
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Sedangkan Hipotesis alternatifnya (Ha) adalah parameter suatu
variabel tidak sama dengan nol (Ha: βi ≠ 0) artinya, variabel tersebut
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Untuk menguji pengaruh variabel umur perusahaan
terhadap Intellectual capital disclosure digunakan uji t. Langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis nol dan hipotesis alternatif
H0: β1 = 0, artinya variabel umur perusahaan tidak berpengaruh
positif terhadap intellectual capital disclosure.
Ha: β1 ≠ 0, artinya variabel umur perusahaan berpengaruh
positif terhadap intellectual capital disclosure.
b. Tingkat signifikan
Tingkat signifikan α yang digunakan dalam penelitian ini
ditentukan sebesar 0,05 (5%) dan tingkat keyakinan atau
kepercayaan 0,95 (95%) (Ghozali, 2006).
c. Kriteria Pengujian
H0 ditolak: thitung > ttabel Ha diterima
H0 diterima: thitung ≤ ttabel Ha ditolak
d. Kriteria Signifikan
- Jika Sig < 0,05 maka hubungan variabel independen
dengan variabel dependen signifikan.
- Jika Sig ≥ 0,05 maka hubungan variabel independen
dengan variabel dependen tidak signifikan.
32
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Untuk menguji pengaruh variabel ukuran perusahaan
terhadap intellectual capital disclosure digunakan uji t. Langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis nol dan hipotesis alternatif
H0: β2 = 0, artinya variabel ukuran perusahaan tidak
berpengaruh positif terhadap intellectual capital disclosure.
Ha: β2 ≠ 0, artinya variabel ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap intellectual capital disclosure.
b. Tingkat signifikan
Tingkat signifikan α yang digunakan dalam penelitian ini
ditentukan sebesar 0,05 (5%) dan tingkat keyakinan atau
kepercayaan 0,95 (95%) (Ghozali, 2006).
c. Kriteria Pengujian
H0 ditolak: thitung > ttabel Ha diterima
H0 diterima: thitung ≤ ttabel Ha ditolak
d. Kriteria Signifikan
- Jika Sig < 0,05 maka hubungan variabel independen
dengan variabel dependen signifikan.
- Jika Sig ≥ 0,05 maka hubungan variabel independen
dengan variabel dependen tidak signifikan.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Untuk menguji pengaruh variabel leverage terhadap
intellectual capital disclosure digunakan uji t. Langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis nol dan hipotesis alternatif
H0: β3 = 0, artinya variabel leverage tidak berpengaruh positif
terhadap intellectual capital disclosure.
Ha: β3 ≠ 0, artinya variabel leverage berpengaruh positif
terhadap intellectual capital disclosure.
33
b. Tingkat signifikan
Tingkat signifikan α yang digunakan dalam penelitian ini
ditentukan sebesar 0,05 (5%) dan tingkat keyakinan atau
kepercayaan 0,95 (95%) (Ghozali, 2006).
c. Kriteria Pengujian
H0 ditolak: thitung > ttabel Ha diterima
H0 diterima: thitung ≤ ttabel Ha ditolak
d. Kriteria Signifikan
- Jika Sig < 0,05 maka hubungan variabel independen
dengan variabel dependen signifikan.
- Jika Sig ≥ 0,05 maka hubungan variabel independen
dengan variabel dependen tidak signifikan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Artinah, 2011.” Pengaruh intellectual capital terhadap probabilitas (studi empitis
pada perusahaan perbangkan)”. Jurnal STIE, Banjarmasin.vol.3;No.1
Asnawi, Said Kelana dan Chandra Wijaya.2005.Riset Keuangan:Pengujian-
Pengujian Empiris. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Collins, James C and Jerry I Porras.2001.Build to Last: Tradisi Sukses
Perusahaan-Perusahaan Visioner.Jakarta: Erlangga.
Fakhrudin, Hendy M.2008. Istilah Pasar Modal A-Z.Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang. Badan Penerbit: Universitas Dipenegoro.
Ghozali, Imam dan Anis Chariri.2007.Teori Akuntansi.Semarang: Badan Penerbit
Universitas Dipenogoro.
Guthrie, J dan Petty.2000.Intellectual Capital: Australian annual reporting
practise. Journal of Intellectual Capital. Vol.1. No.3. pp.241-251
Harry, 2011.Akuntansi Perusahaan Dagang dan Jasa.Bandung: Alfa Beta.
Hendriksen, Eldon S and Michel F Van Breda. 2002. Teori Akuntansi.Batam:
Interaksara.
Istanty, 2009. “Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela
Modal Intelektual (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Yang
Listing di BEI)”.Jurnal Universitas diponegoro. vol.1.No.2
Kasmir, 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Labory, Sandrine and Patrizio Bianchi.2004.The Economic Importance of
Intangible Assets. Burlington: Ashgate Publising Company.
Longenecker, Justin G. Carlos W Moore And Petty J William.2001.
Kewirausahaan: Manajemen Usaha Kecil. Jakarta: Salemba Empat.
Lumbantobing, Kowlage Management: Intellectual Capital
Disclosure.Inspire Management & Business Solution.Edisi 04 Juni 2009.
MCC Publishing. Hal 90.
35
Moeheriono, 2012. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi.Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Mouritsen, J. Larsen H. T. & Bukh P. N. D.2001.Intellectual Capital And The
„Capable Firm‟: Narrating, Visualising And Numbering For
Managing Knowledge.Acounting, Organizations, and Society.Vol 26. Hal
73762.
Nugroho, Ahmadi.2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intellectual
Capital Disclosure (ICD). Accounting Analysis Journal. Vol 1.No 2.
Poerwadarminta, W. J. S.2003.Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta.
Balai Pustaka.
Prasetyantoko, A.2008.Bencana Finansial, Stabilitas Sebagai Barang
Publik. Jakarta: Kompas Media Nusantara.
Purnomosidhi, Bambang. 2006. Praktik Pengungkapan Modal Intelektual
pada Perusahaan Publik di BEJ. Malang: Univeritas Brawijaya Malang.
Rahmawati, 2012. Teori Akuntansi Keuangan .Yogyakarta: Graha Ilmu.
Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Negara. Yogyakarta:
BPFE.
Sianipar, M.2009.The Impact of Intellectual Capital Towards Financial
Profitability and Investors‟ Capital Gain on Shares: An Empirical
Investigation of Indonesian Banking and Insurance Sector for Year 2005
– 2007. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi
XII. Palembang: 4 - 6 November.
Setiarso, Bambang. 2006. Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge Management)
dan Modal Intelektual (Intellectual Capital) untuk Pemberdayaan UKM.
Bandung: PDII LIPI.
Suhardjanto, Djoko dan Mari Wardhani. 2010. Praktik Intellectual
Capital Disclosure Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. JAAI.Vol 14.No 1.
Sangkala, 2006. Intellectual Capital Manajemen. Jakarta: YAPENSI.
Sartono, Agus. 2008. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Sawarjuwono, Tpitohadi dan Agustine Prihatin Kadir.2003.Intellectual Capital:
Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal
Akuntansi & Keuangan.Vol 5.No. 1.Hal 35-57.
36
Sjahrian, Dermawan.2009.Manajemen Keuangan.Jakarta: Mitra Wacana Media.
Suryan, 2011. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Stephani, Theresya dan Etna Nur Afri Yeyetta.2012. Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Intellectual Capital Disclosure (ICD). Dipenogoro
Journal of Accounting.Vol 01.No 2.
Torang, Samsyir.2012. Metode Riset Struktur Dan Perilaku Organisasi.Bandung:
Alfabeta.
Ulum, Ihyaul. 2009. Intellectual Capital: Konsep dan Kajian
Empiris.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yogiyanto, 2007. Teri Fortofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE.
37
LAMPIRAN
Tabel Item Intellectual Capital Disclosure Index
Karyawan (27 item)
E1 Rincian berdasarkan umur
E2 Rincian berdasarkan senioritas
E3 Rincian berdasarkan gender
E4 Rincian berdasarkan kebangsaan
E5 Rincian berdasarkan departemen
E6 Rincian berdasarkan fungsi pekerjaan
E7 Rincian berdasarkan pendidikan
E8 Tingkat perputaran keryawan
E9 Komentar mengenai perubahan jumlah karyawan
E10 Komentar mengenai kesehatan dan keselamatan pegawai
E11 Tingkat kehadiran karyawan
E12 Diskusi wawancara karyawan
E13 Pernyataan kebijakan tentang pengembangan kompetensi
E14 Deskripsi program dan aktivitas pengembangan kompetensi
E15 Biaya pendidikan dan pelatiahan
E16 Biaya pendidikan dan pelatiahan berdasarkan jumlah karyawan
E17 Biaya karyawan berdasarkan jumlah karyawan
E18 Kebijakan rekruitmen perusahaan
E19 Indikasi terpisah dari perusahaan yang memiliki departemen, divisi atau
fungsi HRM
E20 Rotasi kesempatan pekerjaan
E21 Kesempatan karir
E22 Sitem remunerasi dan insentif
E23 Pensiun
E24 Polis asuransi
E25 Laporan ketergantungan pada personil kunci
38
E26 Pendapatan karyawan
E27 Nilai tambah per karyawan
Pelanggan (14 item)
C1 Jumlah pelanggan
C2 Rincian penjualan berdasarkan pelanggan
C3 Penjualan tahunan per segmen / produk
C4 Ukuran rata-rata pembelian oleh pelanggan
C5 Ketergantungan pada pelanggan utama
C6 Deskripsi keterlibatan pelanggan dalam operasi perusahaan
C7 Deskripsi hubungan pelanggan
C8 Pendidikan dan pelatian pelanggan
C9 Rasio pelanggan untuk karyawan
C10 Nilai tambah per pelanggan / segmen
C11 Pangsa pasar absolute perusahaan dalam industri (persen)
C12 Pangsa pasar relatif perusahaan
C13 Pangsa pasar berdasarkan negara, segmen, produk
C14 Hak membeli kembali
Teknologi Informasi (5 items)
IT1 Deskripsi investasi IT
IT2 Deskripsi sistem IT yang ada
IT3 Aset software yang dimiliki / dikembangkan
IT4 Deskripsi fasilitan IT
IT5 Biaya IT
Proses (8 items)
P1 Informasi dan komunikasi perusahaan
P2 Upaya terkait dengan lingkungan kerja
P3 Bekerja dari rumah
P4 Berbagi pengetahuan dan informasi internal
P5 Berbagi pengetahuan dan informasi eksternal
P6 Mengukur kegagalan proses intenal / eksternal
39
P7 Diskusi balas jasa dan program sosial perusahaan
P8 Persetuajuan lingkungan / pernyataan / kebijakan
Penelitian dan Pengembangan (R&D) (9 item)
RD1 Pernyataan kebijakan, strategi, dan tujuan aktivitas RD
RD2 Biaya RD
RD3 Rasio biaya RD untuk penjualan
RD4 RD yang diinvestasikan dalam penelitian dasar
RD5 RD yang diinvestasikan dalam desain dan pengembangan produk
RD6 Rincian prospek masa depang tentang RD
RD7 Rincian paten perusahaan yang ada
RD8 Jumlah paten, lisensi, dsb.
RD9 Informasi tentang paten yang tertunda
Strategic statement (15 items)
SS1 Deskripsi teknologi produksi baru
SS2 Pernyataan tentang kinerja kualitas perusahaan
SS3 Informasi tentang aliansi strategis perusahaan
SS4 Tujuan dan alasan aliansi strategis
SS5 Komentar dampak aliansi strategis
SS6 Deskripsi jaringan pemasok dan distributor
SS7 Pernyataan citra dan merek
SS8 Pernyataan budaya perusahaan
SS9 Pernyataan tentang praktik terbaik
SS10 Struktur organisasi perusahaan
SS11 Pemanfaatan energi, bahan baku, dan bahan input lainnya
SS12 Investasi di lingkukan
SS13 Deskripsi keterlibatan karyawan
SS14 Informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan dan tujuannya
SS15 Deskripsi kontrak karyawan atau masalah karyawan