RANCANG BANGUN KENDALI SUHU OTOMATIS ...digilib.unila.ac.id/61244/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of RANCANG BANGUN KENDALI SUHU OTOMATIS ...digilib.unila.ac.id/61244/3/SKRIPSI TANPA BAB...
RANCANG BANGUN KENDALI SUHU OTOMATIS REAKTOR PUPUK
CAIR ORGANIK DARI LIMBAH PADAT KELAPA SAWIT BERBASIS
MIKROKONTROLER
( Skripsi )
Oleh
Wayan Putra Gorangga
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
ABSTRAK
RANCANG BANGUN ALAT KENDALI SUHU OTOMATIS REAKTOR
PUPUK CAIR ORGANIK DARI LIMBAH PADAT KELAPA SAWIT
BERBASIS MIKROKONTROLER
Oleh
WAYAN PUTRA GORANGGA
Kegiatan pertanian yang menghasilkan limbah organik terbanyak salah satunya
dari sektor perkebunan kelapa sawit berupa tandan kosong kelapa sawit. Salah
satu cara dalam mengatasi melimpahnya limbah tandan kosong kelapa sawit agar
bernilai ekonomi yaitu menjadikan tankos sawit sebagai bahan baku pembuat
pupuk organik. Proses pembuatan pupuk organik dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya dari proses dekomposisi. Pada proses dekomposisi ada
hubungan antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi
temperatur, semakin banyak konsumsi oksigen dan semakin cepat pula proses
dekomposisi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perancangan alat
dekomposisi pupuk cair organik otomatis menggunakan mikrokontroler sebagai
sistem kendali dan melakukan uji kinerja alat.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2019 – Oktober 2019 di Laboratorium
Sumber Daya dan Alat Mesin Pertanian , Jurusan Teknik Pertanian dan
Laboratorium Ilmu Tanah, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung. Pengujian kinerja alat membutuhkan waktu selama 30 hari. Analisis
pengujian kinerja berupa RMSE, keakurasian, rerata waktu pengendalian,
stabilitas, respon sistem, pemberian aksi, dan kadar nitrogen.
Hasil dari penelitian ini berupa alat kendali suhu otomatis untuk pengomposan
limbah organik yang memiki tinggi 180 cm, panjang atap sebesar 200 cm, dan
lebar atap 100cm. Alat ini mampu menampung limbah besar 50 liter dengan
konsumsi energi listrik sebesar 31,5 kwh selama 30 hari. Untuk uji kinerjanya,
nilai RMSE pada sensor 1, 2, 3, 4, dan 5 maing-masing sebesar 0,62, 0,19, 0,16,
0,62, dan 0,56. Nilai keakurasian alat yang didapat sebesar 98,05%. Nilai RWP
yang didapat sebesar 302,83 detik. Respon sistem pada masing-masing aktuator
sebesar 90 menit, 145 menit, 260 menit, 325 menit, dan 595 menit. Masing –
masing sensor mempunyai kestabilan yang baik dalam mengendalikan suhu
Kadar nitrogen pada masing-masing sampel sebesar 0,03%, 0,06%, 0,06%,
0,08%, 0,04%, dan 0,05% untuk sampel yang menjadi acuan dalam menentukan
kadar nitrogen terbaik.
Kata kunci : mikrokontroller ATmega 2560, sistem kendali, suhu, tandan kosong
kelapa sawit,
ABSTRACT
AUTOMATIC TEMPERATURE CONTROL TOOL DESIGN OF
ORGANIC LIQUID FERTILIZER FROM SOLID PALM TREE WASTE
BASED ON MICROCONTROLLER
By
WAYAN PUTRA GORANGGA
One of agricultural activities that produce the most organic waste is from palm
tree plantation sector in the form of palm tree empty fruit bunches. One way to
overcome the abundance of palm tree empty fruit bunches waste to add its
economic value is use it as material for making organic fertilizer. The process of
making organic fertilizer is influenced by several factors, one of which is the
decomposition process. In the decomposition process there is a relationship
between the temperature increase and oxygen consumption. The higher the
temperature, the oxygen consumption increase, and the decomposition process
become faster. This study aimed to design an automatic organic liquid fertilizer
decomposition tool using a microcontroller as a control system and to test the
performance of the tool.
This research was conducted in July 2019 - October 2019 in Agricultural
Resources and Machine Tools Laboratory, Department of Agricultural
Engineering and Soil Science Laboratory, Agrotechnology Department,
Agriculture Faculty, Lampung University. The tool testing performance took 30
days. The performance testing analysis was in the form of RMSE, accuracy,
average control time, stability, system response, treatment, and nitrogen level.
The results of this study is an automatic temperature control device for
composting organic waste with a height of 180 cm, a roof length of 200 cm, and a
roof width of 100 cm. This tool is able to accommodate 50 liters waste which
consumes 31.5 kwh of electrical energy for 30 days. For the performance test, the
RMSE values on sensors 1, 2, 3, 4, and 5 each were 0.62, 0.19, 0.16, 0.62, and
0.56. The accuracy value of the tools obtained 98.05%. The RWP value obtained
302.83 seconds. The system response to each actuator was 90 minutes, 145
minutes, 260 minutes, 325 minutes and 595 minutes. Each sensor had good
stability in controlling temperature. Nitrogen level in each sample was 0.03%,
0.06%, 0.06%, 0.08%, 0.04%, and 0.05% for the sample that used as reference in
determining the best nitrogen level.
Keywords: ATmega 2560 microcontroller, control system, temperature, palm tree
empty fruit bunches.
RANCANG BANGUN ALAT KENDALI SUHU OTOMATIS REAKTOR
PUPUK CAIR ORGANIK DARI LIMBAH PADAT KELAPA SAWIT
BERBASIS MIKROKONTROLER
Oleh
Wayan Putra Gorangga
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
pada
Jurusan Teknik Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Mulya Asri pada tanggal 25 April
1997, sebagai anak keempat lima bersaudara, dari
pasangan Bapak Nyoman Sunantre dan Ibu Wayan Riki.
Penulis menempuh pendidikan di SD Negeri 6 Mulya
Asri pada tahun 2003 dan diselesaikan pada tahun 2009.
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di
SMP Negeri 1 Tulang Bawang Tengah pada tahun 2012 dan sekolah menengah
atas diselesaikan di SMA Negeri 1 Tumijajar pada tahun 2015.
Pada tahun 2015, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN undangan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Asisten Mata Kuliah
Kalkulus, dan Kontrol Otomatik. Penulis pernah mendapatkan beasiswa
BIDIKMISI dari DIKTI pada tahun 2015.
Pada tahun 2018, penulis melaksanakan Praktik Umum di PARUNG FARM ,
Bogor dengan judul “Mempelajari Budidaya Tanaman Selada Merah (Lollorosa
Lactuca Sativa var. Acephala) dengan Sistem Hidroponik NFT (Nutrient Film
Technique) di PT. Kebun Sayur Segar (Parung Farm), Kebun Cisarua - Bogor
(Jawa Barat)’’ selama 30 hari mulai tanggal 16 Juli 2018 sampai 17 Agustus
2018. Pada tahun 2018 penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) Tematik periode I tahun 2018 di Tanjung Agung Kecamatan Kota Agung
Barat Kabupaten Tanggamus selama 40 hari.
i
Karya kecil ini ku persembahkan untuk
Papa, Mama, Kakak, Dan Adikku Tercinta,
Serta Untuk Almamaterku
ii
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dalam
penyusunan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul “Rancang Bangun Kendali Suhu Otomatis Reaktor
Pupuk Cair Organik dari Limbah Padat Kelapa Sawit Berbasis
Mikrokontoller” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik (S.T.) di Universitas Lampung.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, doa,
semangat, bimbingan, motivasi, dan dukungan berbagai pihak sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Maka pada kesempatan kali ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian
Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Mareli Telaumbanua. S.TP., M.Sc., selaku pembimbing pertama
yang telah memberikan bimbingan dan saran sehingga terselesaikannya
skripsi ini.
iii
4. Bapak Ir. Oktafri, M.Si., selaku pembimbing dua sekaligus pembimbing
akademik yang telah memberikan berbagai masukan, bimbingan dan
motivasinya dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Ir. Budianto Lanya, M.T., selaku pembahas yang telah memberikan
saran dan masukan selama penyusunan skripsi ini.
6. Kedua orangtua, kakak, dan adikku atas doa dan dukungan dalam penyelesaian
skripsi ini.
7. Keluarga Teknik Pertanian angkatan 2015 dan seluruh Civitas Akademika
Jurusan Teknik Pertanian.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bandar Lampung, 21 Januari 2020
Penulis,
Wayan Putra Gorangga
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3
1.4. Batasan Masalah ...................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5
2.1. Pengertian Limbah ................................................................................... 5
2.2. Tandan Kosong Kelapa Sawit .................................................................. 6
2.2.1. Permasalahan Pengolahan Tandan Kosong Kelapa Sawit ............ 7 2.2.2. Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit ................................. 7
2.2.3. TKKS sebagai Pupuk Organik ...................................................... 8
2.3. Pupuk Organik ......................................................................................... 9 2.3.1. Proses Pengomposan ..................................................................... 9
2.3.2. Metode Aerob ............................................................................. 10 2.3.3. Metode Anaerob.......................................................................... 11
2.4. Sistem Kendali ....................................................................................... 11
2.5. Mikrokontroler ....................................................................................... 12
2.6. Sensor dan Aktuator .............................................................................. 17
III. METODE PENELITIAN ............................................................................. 22
v
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................. 22
3.2. Alat dan Bahan ....................................................................................... 22
3.4. Prosedur Penelitian ................................................................................ 23
3.5. Perancangan Alat ................................................................................... 26 3.5.1. Perancangan Struktural ............................................................... 31 3.5.2. Perancangan Fungsional ............................................................. 33
3.6. Mekanisme Kerja ................................................................................... 40
3.7. Analisis Data .......................................................................................... 41 3.7.1. Koefisien Korelasi ...................................................................... 41
3.7.2. Koefisien Determinan ................................................................. 42 3.7.3. Koefisien Root Mean Square Error dan Relatif Root Mean
Square Error ............................................................................. 42
3.8. Uji Kinerja Alat ...................................................................................... 43
3.9. Analisis Kadar Nitrogen ........................................................................ 45
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 47
4.1. Hasil Rancang Bangun Alat Pupuk Kompos Cair ................................. 47 4.1.1. Bagian Alat Kendali ................................................................... 48 4.1.2. Bagian Sistem Pengaduk Limbah ............................................... 52
4.1.3. Bagian Sistem Sirkulasi Udara ................................................... 54
4.2. Kalibrasi dan Validasi Alat .................................................................... 54
4.2.1. Kalibrasi Sensor Suhu LM35DZ water proof ............................ 55
4.2.2. Validasi Sensor Suhu .................................................................. 59
4.3. Hasil Uji Kinerja .................................................................................... 63
4.3.1. Akurasi ....................................................................................... 63 4.3.2. Rerata Waktu Pengendalian (RWP) ........................................... 64 4.3.3. Respon Sistem ............................................................................ 71 4.3.4. Stabillitas .................................................................................... 68
4.3.5. Pemberian Aksi .......................................................................... 74 4.3.6. Analisis Kadar Nitrogen ............................................................. 77
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 80
4.1. Kesimpulan ............................................................................................ 80
4.2. Saran ...................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 82
vi
LAMPIRAN .......................................................................................................... 87
Tabel 8-13 .............................................................................................................88
Gambar 53-56 .......................................................................................................91
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jenis, potensi, dan pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit...........................6
2. Analisa kandungan hara tandan kosong kelapa sawit......................................7
3. Spesifikasi arduino mega 2560.......................................................................15
4. Rujukan penelitian..........................................................................................19
5. Spesifikasi pompa udara.................................................................................38
6. Hasil keakurasian alat.....................................................................................64
7. Nilai rerata waktu pengendalian alat..............................................................65
8. Nilai RMSE pada sensor 1.............................................................................88
9. Nilai RMSE pada sensor 2.............................................................................88
10. Nilai RMSE pada sensor 3...........................................................................89
11. Nilai RMSE pada sensor 4...........................................................................89
12. Nilai RMSE pada sensor 5.............................................................................90
13. Nilai RMSE pada sensor 6.............................................................................90
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
1. Arduino Mega 2560........................................................................................14
2. Sensor suhu LM35..........................................................................................18
3. Diagram alir penelitian....................................................................................25
4. Tampilan layar software Arduino IDE............................................................27
5. Rangkaian Sistem Kendali Untuk 1 Unit........................................................28
6. Diagram proses perancangan alat....................................................................29
7. Diagram proses kalibrasi dan validasi.............................................................30
8. Diagram blok tertutup sistem kendali limbah
TKKS..............................................................................................................31
9. Diagram blok terbuka sistem pengaduk pada
pengolahan limbah..........................................................................................31
10. Alat dekomposisi limbah padat kelapa
sawit………………………………................................................................33
11. Sensor LM35DZ water proof..........................................................................35
12. Mikrokontroler arduino mega 2560................................................................36
13. Micro SD Card................................................................................................36
14. Contoh bentuk fisik Liquid Cristal Display (LCD) 2x16...............................36
15. Relay module...................................................................................................37
16. Printed Circuit Board (PCB)...........................................................................37
17. Real Time Clock (RTC) module......................................................................38
ix
18. Pompa udara...................................................................................................39
19. Lampu pijar.....................................................................................................39
20. Motor pengaduk..............................................................................................40
21. Rerata waktu pengendalian alat......................................................................44
22. Kurva respon transient dan steady state.........................................................45
23. Alat kendali pupuk kompos cair.....................................................................47
24. Komponen alat kendali suhu pupuk cair.........................................................49
25. Aktuator pengaduk dan motor pengaduk.......................................................53
26. Pompa udara...................................................................................................54
27. Kalibrasi sensor 1 untuk aktuator 1................................................................55
28. Kalibrasi sensor 2 untuk aktuator 2................................................................56
29. Kalibrasi sensor 3 untuk aktuator 3................................................................56
30. Kalibrasi sensor 4 untuk aktuator 4................................................................57
31. Kalibrasi sensor 5 untuk aktuator 5................................................................57
32. Kalibrasi sensor 6...........................................................................................58
33. Pengaplikasian persamaan ke dalam program
arduino............................................................................................................59
34. Validasi sensor 1 untuk aktuator 1..................................................................60
35. Validasi sensor 2 untuk aktuator 2..................................................................60
36. Validasi sensor 3 untuk aktuator 3..................................................................61
37. Validasi sensor 4 untuk aktuator 4..................................................................61
38. Validasi sensor 5 untuk aktuator 5..................................................................62
39. Validasi sensor 6.............................................................................................62
40. Rerata waktu pengendalian aktuator 1............................................................66
41. Rerata waktu pengendalian aktuator 2............................................................66
x
42. Rerata waktu pengendalian aktuator 3............................................................67
43. Rerata waktu pengendalian aktuator 4............................................................67
44. Rerata waktu pengendalian aktuator 5............................................................69
45. Respon sistem aktuator 1................................................................................68
46. Respon sistem aktuator 2................................................................................69
47. Respon sistem aktuator 3................................................................................70
48. Respon sistem aktuator 4................................................................................70
49. Respon sistem aktuator 5................................................................................71
50. Stabillitas aktuator 1.......................................................................................72
51. Stabillitas aktuator 2.......................................................................................72
52. Stabillitas aktuator 3.......................................................................................73
53. Stabillitas aktuator 4.......................................................................................73
54. Stabillitas aktuator 5.......................................................................................74
55. Pemberian aksi pada aktuator 1 untuk tong 1.................................................75
56. Pemberian aksi pada aktuator 2 untuk tong 2.................................................75
57. Pemberian aksi pada aktuator 3 untuk tong 3.................................................76
58. Pemberian aksi pada actuator 4 untuk tong 4.................................................76
59. Pemberian aksi pada aktuator 5 untuk tong 5.................................................77
60. Kadar Nitrogen................................................................................................78
61. Rangkaian sistem kendali................................................................................91
62. Skematik rangkaian sistem kendali.................................................................92
63. Proses dekomposisi limbah TKKS..................................................................93
64. Pemotongan TKKS dengan ukuran 2 cm........................................................93
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Limbah merupakan bahan yang tersisa dari suatu aktivitas manusia atau bahan
organik yang belum mempunyai nilai ekonomi, tetapi justru memiliki dampak
negatif terhadap lingkungan. Kegiatan pertanian yang menghasilkan limbah
organik terbanyak salah satunya dari sektor perkebunan kelapa sawit. Produksi
ekspor minyak kelapa sawit meningkat sejak tahun 2010 sampai tahun 2015
dengan nilai 16.291,9 ton menjadi 26.467,6 ton ( BPS, 2017 ). Hal ini
mengakibatkan banyaknya limbah padat dari proses pengolahan kelapa sawit.
Limbah hasil pengolahan kelapa sawit telah digunakan sebagai bahan bakar untuk
menghasilkan listrik. Namun, hal ini mengakibatkan polusi lingkungan karena
menghasilkan gas pembawa boiler dengan partikulat seperti tardan tetesan jelaga
20 -100 mikron dan debu sekitar 3000 sampai 4000 mg/nm ( Igwe and
Onyegbado, 2007) serta menyebabkan emisi metana masuk kedalam atmosfer
(ADB, 2008). Namun, yang menjadi kendala adalah limbah kebun berupa tandan
kosong sawit.
Tandan kosong kelapas (TKKS) merupakan limbah hasil pengolahan kelapa
sawit. Menurut Direktorat Jendral Perkebunan (2009), jumlah TKKS yang
2
dihasilkan di Indonesia mencapai 556.671 ton/hari. Jumlah ini sangat besar dan
berbahaya bagi lingkungan serta dapat menjadi sumber hama dan penyakit. Disisi
lain banyaknya tandan kosong kelapa sawit dapat menimbulkan masalah
operasional pada saat penanaman kembali. Sreekala et al. (1997) serta Reddy dan
Yang (2005) menyatakan apabila limbah pertanian ini hanya dibiarkan saja di
lahan maka akan mengakibatkan masalah lingkungan yang sangat serius. Untuk
itu, diperlukan teknologi untuk memanfaatkan limbah tersebut menjadi bernilai
ekonomi tinggi dan berpeluang untuk meningkatkan kualitas lahan perkebunan.
Salah satu cara dalam mengatasi melimpahnya limbah tandan kosong kelapa sawit
agar bernilai ekonomi yaitu menjadikan tankos sawit sebagai bahan baku pembuat
pupuk organik. Menurut Nurfitriana (2013), pupuk organik adalah pupuk yang
sebagian besar terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan
yang telah melalui proses rekayasa. Pupuk organik dapat berbentuk padat ataupun
cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik
tanah, kimia, dan biologi tanah. Penggunaan pupuk organik dalam jangka
panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah terjadinya
degradasi lahan.
Proses pembuatan pupuk organik dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
dari proses pengomposan. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), kegiatan
pengomposan pada dasarnya merupakan upaya untuk mengaktifkan kegiatan
microorganisme yang berada pada bahan organik agar mampu mempercepat
proses dekomposisi bahan organik. Suhu atau temperatur sangat berpengaruh
terhadap kinerja mikroorganisme dalam merombak bahan organik selama proses
3
pengomposan berlangsung. Menurut Warsidi (2010), ada hubungan langsung
antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur,
semakin banyak konsumsi oksigen dan semakin cepat pula proses dekomposisi.
Temperatur yang berkisar antara 30oC - 60
oC menunjukkan aktivitas
pengomposan yang cepat.
Menurut Talaumbanua (2018), teknologi yang ada pada saat ini belum mencukupi
dalam melakukan pengendalian terhadap aktivitas microorganisme yang mampu
mempercepat proses pengomposan bahan organik secara kontinyu, dan
berkesinambungan. Teknologi saat ini hanya sebatas menerapkan pengolahan
limbah secara tradisional. Untuk itu dibutuhkan terobosan dalam teknologi
pengolah limbah secara terpadu dan bekerja secara otomatis.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana rancang bangun yang sesuai untuk sistem kendali suhu
otomatis dalam pembuatan pupuk cair dengan bahan baku TKKS?
2. Bagaimana hasil kerja sistem kendali tersebut?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tujuan utama penelitian ini adalah membuat alat kendali suhu dalam
pengomposan bahan organik menjadi pupuk cair yang bekerja secara otomatis.
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan kinerja pengolah pupuk cair dari limbah padat kelapa sawit
4
yang sedang dirancang.
2. Mendapatkan pupuk cair dari proses pengomposan bahan organik, suhu
serta unsur N terbaik.
1.4. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini yaitu:
1. Alat kendali otomatis pupuk kompos yang dibuat khusus untuk proses
dekomposisi dengan aktuator lampu pijar.
2. Pengujian alat dilakukan selama 30 hari di Laboratorium Daya dan Alat
Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertnian Universitas
Lampung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Limbah
Limbah merupakan kotoran atau buangan dari sisa aktivitas manusia yang
menyebabkan pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki
manfaat bagi masyarakat. Limbah dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu limbah
organik dan limbah anorganik. Limbah organik merupakan limbah yang memiliki
unsur hidrokarbon (hidrogen dan karbon) yang mudah diuraikan oleh
mikroorganisme. Sedangkan limbah anorganik adalah limbah yang tidak
memiliki unsur hidrokarbon dan sulit terurai oleh mikroorganisme (Doraja,et all.,
2012).
Salah satu penghasil limbah organik terbanyak berasal dari perkebunan kelapa
sawit . Peningkatan luas perkebunan kelapa sawit telah mendorong berdirinya
industri-industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit, diantaranya pabrik
minyak kelapa sawit (PMKS) yang menghasilkan crude palm oil (CPO). PMKS
adalah industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit yang sarat dengan
residu pengolahan. PMKS hanya menghasilkan 25% - 30 % produk utama,
berupa 20% - 23% CPO dan 5% - 7% inti sawit (kernel). Sementara sisanya
sebanyak 70% - 75% adalah residu hasil pengolahan berupa limbah (William,
2011).
6
2.2. Tandan Kosong Kelapa Sawit
Limbah padat tandan kosong kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan dari
proses pengolahan kelapa sawit. Setiap pengolahan 1 ton tandan buah segar akan
dihasilkan tandan kosong kelapa sawit sebanyak 22% - 23% atau 220 kg - 230 kg.
JIka di sebuah pabrik memiliki kapasitas pengolahan sebesar 100 ton/jam dengan
waktu operasi selama 6 jam, maka akan dihasilkan sebanyak 132 ton tandan
kosong kelapa sawit dalam waktu 1 hari (Suherman, 2014). Menurut Fauzi, dkk.
(2002) hasil limbah pengolahan kelapa sawit berupa tandan kosong kelapa sawit
dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik karena mempunya kandungan unsur
hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Sebanyak 23% limbah tandan kosong kelapa
sawit hasil dari pengolahan kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai alternatif
pupuk organik, selain itu juga akan memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi.
Petani perkebunan sawit dapat menghemat penggunaaan pupuk sintesis sampai
dengan 50% dari pemanfaatan pupuk organik. Menurut Ditjen PPHP (2006)
limbah kelapa sawit memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan sehingga
mempunyai nilai ekonomi yang tidak sedikit. Seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis, Potensi, dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit Jenis Potensi per Ton TBS
(%)
Manfaat
Tandan Kosong 23,0 Pupuk, kompos, pulp kertas, papan
partikel, energi
Wet Decanter
Solid
4,0 Pupuk, kompos, makanan
Ternak
Cangkang 6,5 Arang, karbon aktif, papan
Partikel
Serabut (fiber) 13,0 Energi, pulp kertas, papan
Partikel
Limbah Cair
Air Kondesat
50,0 Pupuk, kompos
Air umpan broiler
Sumber: tim PT. SP (2000) cit Ditjen PPHP (2006)
7
2.2.1. Permasalahan Pengolahan Tandan Kosong Kelapa Sawit
Pada tandan kosong kelapa sawit terdapat bahan-bahan organik yang sulit terurai,
oleh karena itu diperlukan usaha untuk dapat mempersingkat waktu
pengomposan. Hal yang dapat dilakukan untuk mempersingkat waktu
pengomposan, antara lain seperti perlakuan fisika (pengurangan ukuran,
pemanasan) dan perlakuan kimia (penambahan asam atau basa). Selain itu usaha
lain untuk mempersingkat waktu pengomposan adalah dengan cara penambahan
unsur hara, penambahan inokulum perombak lignin dan selulosa, perbaikan
aerasi, pengaturan kelembaban (Darmosarkoro dan Rahutomo, 2007).
2.2.2. Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit
Tandan kosong kelapa sawit mempunyai potensi yang cukup besar sebagai bahan
pembenah tanah dan sumber hara bagi tanaman. Potensi ini berdasarkan pada
kandungan yang terdapat pada tandan kosong kelapa sawit yang merupakan bahan
organik dan memiliki kadar hara yang cukup tinggi. Salah satu pemanfaatan
tandan kosong kelapa sawit yang dapat dilakukan adalah dengan cara
mengaplikasikannya secara langsung sebagai mulsa atau dibuat menjadi kompos
(Darmosarkoro dan Rahutomo, 2007). Kandungan hara tandan kosong hasil
penelitian dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Analisa Kandungan Hara Tandan Kosong Kelapa Sawit
C
(%)
N
(%)
P
(%)
K
(%)
C/N
(ppm)
Mg
(%)
B
(%)
Cu
(%)
Zn
(%)
42,8 0,80 0,22 2,90 9,4 0,30 10 23,0 51,0
Sumber: Darmosarkoro dan Rahutomo (2007)
8
Pertumbuhan dan produktivitas tanaman kelapa sawit dalam skala besar
membutuhkan unsur hara yang besar untuk mendukungnya. Hal ini menyebabkan
anggaran untuk pemupukan menjadi besar, selain itu pengolahan perkebunan
kelapa sawit saat ini diharuskan memperhatikan kelestarian lingkungan dan trend
isu global perusahaan modern menuju zero waste. Salah satu langkah untuk
menuju pengolahan zero waste adalah pemanfaatan limbah kelapa sawit berupa
tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai sumber hara dan digunakan sebagai
bahan pembenah tanah baik untuk perkebunan maupun pertanian. Tandan kosong
kelapa sawit (TKKS) dapat dimanfaatkan sebagai kompos, karena mempunyai
kandungan unsur hara yang terbilang lengkap seperti unsur hara makro dan mikro,
namun jumlahnya relatif kecil dan bervariasi tergantung dari bahan baku, proses
pembuatan, bahan tambahan, tingkat kematangan dan cara penyimpanan. Untuk
meningkatkan kualitas kompos dapat dilakukan dengan penambahan
mikroorganisme yang bersifat menguntungkan (Simamora dan Salundik, 2006).
2.2.3. TKKS sebagai Pupuk Organik
Menurut Sarwono (2008), tandan kosong kelapa sawit adalah limbah organik
yang kaya akan unsur hara N, P, K, dan Mg. Dalam setiap ton tandan kosong
kelapa sawit mengandung hara N 1,5%; P 0,5%; K 7,3%; dan Mg 0,9% yang
dapat digunakan sebagai pengganti pupuk pada tanaman kelapa sawit. Sedangkan
menurut Ditjen PPHP (2006), tandan kosong kelapa sawit memiliki fungsi ganda
yaitu sebagai penambah hara dalam tanah, juga meningkatkan kandungan bahan
organik tanah yang sangat diperlukan bagi perbaikan sifat fisik tanah.
Peningkatan bahan organik tanah dapat menjadikan struktur tanah semakin
9
mantap dan kemampuan tanah menahan air bertambah baik. Perbaikan sifat fisik
tanah tersebut berdampak positif terhadap pertumbuhan akar dan penyerapan
unsur hara.
2.3. Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari hasil dekomposisi bahan-bahan
organik, baik tumbuhan kering (humus) maupun limbah dari kotoran ternak yang
diurai (dirombak) oleh mikroba sampai dapat menyediakan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman dalam fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk
organik sangat penting sebagai penyangga sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
sehingga dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas lahan (Supartha,
2012). Pupuk organik dapat meningkatkan anion-anion utama untuk pertumbuhan
tanaman seperti nitrat, fosfat, sulfat, borat, dan klorida serta meningkatkan
ketersediaan hara makro untuk kebutuhan tanaman dan memperbaiki sifat fisika,
kimia dan biologi tanah (Lestari, 2015).
2.3.1. Proses Pengomposan
Pengomposan adalah suatu proses penurunan perbandingan (rasio) antara
karbohidrat dan nitrogen. Tanaman pada umumnya hanya bisa menyerap unsur
hara dari zat yang mempunyai rasio C/N yang hampir sama dengan tanah. Tanah
mempunyai perbandingan C/N berkisar 10% - 20%. Sementara itu, rasio C/N
pada bahan kompos lebih dari 50%. Agar bahan kompos bisa diserap oleh
tanaman, maka bahan kompos tersebut harus dihancurkan atau diuraikan menjadi
tanah (Soeryoko, 2011). Semakin tinggi nisbah C/N bahan, maka waktu yang
10
dibutuhkan dalam proses pengomposan menjadi lebih lama. Kecepatan
dekomposisi bahan organik ditentukan oleh bahan C/N rasio, komposisi bahan,
ukuran maupun kondisi linngkungan yang meliputi kemasaman, suhu, dan aerasi
(Yunindanova, 2009).
2.3.2. Metode Aerob
Metode aerob dalam proses pengomposan berlangsung menurut reaksi berikut.
C6H12 + 6O2 = 6HCO2 + 6H2O
Sekitar 60% - 80% C organik dibebaskan menjadi CO2 pada proses ini. Kadar air
mengalami penurunan selama proses pengkomposan berlangsung dengan
terbentuknya uap air, sehingga mengakibatkan terjadinya penyusutan volume
sampah. Pengoksidasian senyawa C menjadi CO2 oleh aktivitas mikroorganisme
pengurai, akan membebaskan sejumlah energi berupa panas pada tumpukan
kompos. Apabila terdapat cukup senyawa C yang mudah terdegradasi (gula,
Karbohidrat, selulosa, dan hemiselulosa) dalam tumpukan yang teraerasi dan
terisolasi dengan baik, peningkatan temperatur akan terjadi dalam beberapa hari.
Keuntungan pengomposan metode aerob antara lain meliputi :
a. Waktu pengomposan dapat berlangsung 10-20 kali lebih singkat
dibandingkan metode anaerob.
b. Tidak menghasilkan bau tidak sedap.
c. Kompos yang dihasilkan higienis (bebas dari mikroorganisme patogen dan
benih gulma) dengan adanya panas hasil samping dekomposisi aerob yang
mampu membunuh patogen dan hama, mencegah inkubasi serangga serta
memecah senyawa organik toksik. (Mulyani, 2014).
11
2.3.3. Metode Anaerob
Metode anaerob pada proses pengomposan berlangsung dalam kondisi konsentrasi
O2 kurang dari 15%. Pada umumnya proses anaerob terjadi secara spontan saat
persediaan O2 dalam tumpukan sampah organik berkurang. Obligatanaerob
adalah jenis bakteri yang berperan dalam proses ini. Proses pengomposan secara
anaerob berlangsung dengan reaksi sebagai berikut.
Bahan organik + H2O + nutrien kompos + sel baru + CO2 + CH4 + NH3+
H2S + energi
Pada metode anaerob bahan baku pengomposan sebaiknya hancurkan sampai
menyerupai bubur dengan jenis bahan baku yang yang digunakan tidak begitu
bervariasi. Hal ini untuk menghindari mikroorganisme mengalami shock. Saat
kondisi optimum, proses ini dapat memungkinkan bakteri penghasil metana
bekerja dengan baik. Dengan kondisi seperti pH 7-7,2, temperatur 50-55° C, dan
nisbah C:N:P bahan baku 150:50:1. Proses anaerob akan menghasilkan bau tak
sedap akibat terbentuknya asam-asam organik (asam asetat, asam butiran, asam
valerat, puttrecine), NH₃ dalam jumlah signifikan, dan H₂ S. Kondisi ini juga
akan menghasilkan phytotoxic (senyawa yang bersifat toksis bagi pertumbuhan
tanaman). Waktu pengomposan juga dapat berkisar antara 1,5 - 2 bulan (Mulyani,
2014).
2.4. Sistem Kendali
Sistem kendali atau sistem kontrol tersusun dari sekumpulan komponen-
komponen dan peralatan - peralatan elektronik yang sanggup menangani
kestabilan, akurasi, dan mengeliminasi transisi status yang berbahaya dalam
12
proses produksi. Setiap komponen pada sistem kontrol proses tersebut
memegang peranan pentingnya masing-masing, tidak peduli ukurannya.
Misalnya, jika sensor tidak ada atau rusak atau tidak bekerja, maka sistem kontrol
proses tidak akan tahu apa yang terjadi dalam proses yang sedang berjalan (Ogata,
1991).
Salah satu penelitian yang menggunakan sistem kendali dilakukan oleh
Telaumbanua (2015). Penelitiannya merancang suatu permodelan sistem kendali
untuk mengendalikan iklim mikro dan nutrisi secara otomatis. Dari penelitian
tersebut didapatkan hasil bahwa aktuator lampu pijar menunjukkan keakurasian
sebesar 98,98 %, kecepatan pengendalian melalui pengukuran langsung selama 1
menit 32 detik dengan kinerja alat yang stabil. Aktuator pompa larutan nutrisi
menunjukkan keakurasian sebesar 96,12 %, kecepatan pengendalian melalui
pengukuran langsung terhadap nutrisi 2,3 mS/cm dengan setting point 2,1 mS/cm
selama 14 detik dengan kinerja alat yang stabil. Pada penelitian tersebut
menunjukkan bahwa nilai keakurasian, kecepatan respon pengendalian, serta
stabilitas alat merupakan parameter keberhasilan suatu rancangan sistem kendali.
2.5. Mikrokontroler
Mikrokontroler merupakan suatu Central Processing Unit (CPU) yang diikuti
dengan memori dan sarana input output serta dibuat dalam bentuk chip. CPU ini
tersusun dari dua bagian utama. Pertama adalah unit pengendali dan kedua
adalah unit aritmatika dan logika. Unit pengendali bertugas untuk mengambil
instruksi -instruksi yang tersimpan di dalam memori, memberi kode instruksi-
instruksi tersebut dan melaksanakannya. Unit pengendali memproduksi sinyal
13
pengendali yang bertugas untuk menyamakan operasi serta mengatur aliran
informasi. Sedangkan unit aritmatika dan logika bertugas untuk melakukan
proses - proses perhitungan yang dibutuhkan selama program itu berjalan. Bahasa
basic dan BASCOM - AVR yang dirilis oleh MCS – ELECTRONIC adalah
bahasa penyusun pemrograman yang digunakan. Kemudian bahasa ini juga
digunakan untuk mendownload program. Keunggulan penggunaan bahasa
pemrograman ini adalah programnya sudah mendukung bahasa basik, bahasa
yang lebih manusiawi karena bahasa basic lebih mudah dipahami, berbeda dengan
bahasa assembler ( Bagus, 2012 ).
Menurut Susnea dan Mitescu (2005), mikrokontroler merupakan sebuah sistem
mikroprosesor yang terdiri dari CPU, RAM, ROM, I/O, Clock dan peralatan
internal lainnya yang saling terhubung satu sama lain dan terorganisasi dengan
baik oleh pabrik pembuatnya serta dikemas dalam satu chip yang siap pakai.
Secara umum mikrokontroller bisa disebut “pengendali kecil” dimana sebuah
sistem elektronik yang tadinya banyak memerlukan komponen-komponen
pendukung seperti IC TTL dan CMOS dapat di sederhanakan dan akhirnya
terpusat serta dikendalikan oleh mikrokontroler ini. Pada umumnya terdapat 3
jenis mikrokontroler yang paling banyak digunakan, salah satunya adalah
mikrokontroler jenis AVR.
Advanset Versatile Rich (AVR) merupakan salah satu jenis mikrokontroler yang
mempunyai keunggulan dibandingkan mikrokontroler lainnya. Kecepatan
eksekusi program yang lebih cepat merupakan salah satu keunggulan dari
mikrokontroler AVR, sebab sebagian instruksi dieksekusi dalam satu siklus clock,
14
ini lebih cepat dibandingkan dengan mikrokontroler MSC51. Selain itu,
mikrokontroler AVR juga memiliki memori program yang disusun menjadi 16 bit,
yang membuat kecepatan akses dalam memori program lebih mudah, dan lebih
cepat dari mikroposesor 8-bit (Mitescu, 2005).
ATmega2560 atau sering dikenal dengan sebutan Arduino Mega 2560,
merupakan salah satu dari jenis mikrokontroller AVR yang banyak digunakan
dalam otomatisasi. Menurut Djuandi, F. (2011), yang membuat arduino digemari
banyak orang adalah karena sifatnya open source, baik untuk hardware maupun
software-nya Berbagai papan Arduino menggunakan tipe Atmega yang berbeda-
beda tergantung dari spesifikasinya, sebagai contoh Arduino Uno menggunakan
Atmega328 sedangkan Arduino Mega 2560 yang lebih canggih menggunakan
Atmega2560.
(http://www.indo-ware.com)
Gambar 1. Arduino Mega 2560
Kelebihan penggunaan arduino dibandingkan board mikrokontroller jenis lain,
yaitu: 1) lebih murah, 2) sangat mudah dipelajari dan digunakan, 3) bersifat open
15
source baik dari hardware maupun software. Arduino dikatakan open source
sebab memiliki sebuah platform dari physical computing. Platform adalah
sebuah alat komunikasi dari hardware, bahasa pemrograman, dan IDE
(Integrated Development Environment) yang canggih. IDE adalah sebuah
software yang sangat berperan untuk menulis program, meng-compile menjadi
kode biner dan meng-upload ke dalam memory microcontroller Arduino, selain
itu juga ada banyak modul-modul pendukung (sensor, tampilan, penggerak, dan
sebagainya) untuk bisa disambungkan dengan Arduino (Djuandi F, 2011).
Arduino Mega 2560 terbentuk dari prosessor yang dikenal dengan Mikrokontroler
ATMega 2560. Mikrokontroler ATMega 2560 memiliki beberapa fitur /
spesifikasi yang menjadikannya sebagai solusi pengendali yang efektif untuk
berbagai keperluan. Spesifikasi dari Arduino Mega 2560 dapat dilihat pada Tabel
3.
Tabel 3. Spesifikasi Arduino Mega 2560
Komponen Spesifikasi
Chip mikrokontroller ATmega2560
Tegangan operasi 5V
Tegangan input (yang
direkomendasikan via jack DC)
7V - 12V
Tegangan input (limit, via jack DC) 6V - 20V
Digital I/O pin 54 buah, 6 diantaranya menyediakan
PWM output
Analog Input pin 16 buah
Arus DC per pin I/O 20 mA
Arus DC pin 3.3V 50 mA
Memori Flash 256 KB, 8 KB telah digunakan untuk
bootloader
SRAM 8 KB
EEPROM 4 KB
Clock speed 16 Mhz
Dimensi 101.5 mm x 53.4 mm
Berat 37 g
(Sumber :Arduino Mega 2560 Datasheet.pdf)
16
Diza (2017) melakukan penelitian monitoring suhu dan kelembaban
menggunakan Mikrokontroler ATMega328 pada proses dekomposisi pupuk
kompos. Dari hasil pemantauan tersebut, suhu mengalami fluktuasi mulai dari
awal pembuatan hingga pupuk matang. Pada awal pembuatan suhu sekitar 55℃,
hingga hari ke-15 suhu masih tinggi dan belum stabil. Namun setelah melewati
hari ke-15 suhu berangsur turun hingga berkisar 35℃. Hal ini menunjukkan
bahwa mikroorganisme sangat aktif bereaksi pada proses dekomposisi. Hasilnya
mikrokontoler berjalan dengan baik mengendalikan suhu dengan error ± 3 %.
Kemudian hasil yang didapat oleh sensor kelengasan tanah setelah melakukan
pemantuan, didapat bahwa kelembaban pada awal proses dekomposisi paling
tinggi yaitu sebesar 72% kemudian berangsur turun hingga 53%. Pada hari
pupuk kompos matang, kelembaban stabil di 60% hingga 50% yang mana hal ini
menandakan bahwa proses dekomposisi berjalan dengan baik. Error yang
dihasilkan oleh sensor kelengasan tanah sebesar ± 3,3%.
Wahyono (2017) menggunakan mikrokontroler untuk mengendalikan
temperatur dan kelembaban pada kumbung jamur tiram. Hasil dari
penggunaan mikrokontroler ini mampu mengendalikan temperatur dan
kelembaban dalam kumbung jamur secara real time dengan baik berdasarkan
perubahan nilai temperatur dan kelembaban ruang. Pada penelitian ini
menghasilkan selisih rerata temperatur minimum dan setting point pada tahap
1, 2, dan 3 yaitu sebesar 0,90 oC; 0,59
oC; dan 0,01
oC. Selisih rerata
temperatur maksimum dan setting point pada tahap 1, 2, dan 3 yaitu sebesar
5,19 oC; 0,48
oC; dan 0,90
oC. Selisih rerata kelembaban minimum dan
setting point pada tahap 1, 2, dan 3 yaitu sebesar 15,72 %; 0,16 %; dan 0,84
17
%. Selisih rerata kelembaban maksimum dan setpoint pada tahap 1, 2, dan 3
yaitu sebesar 4,90 %; 3,91 %; dan 4,86 %.
Prabowo (2017) menggunakan mikrokontroler untuk mengendalikan suhu dan RH
pada kumbung jamur merang. Hasilnya mikrokontroler dapat mengendalikan
suhu di dalam kumbung dengan keakurasian mencapai 87,78% dan koefisien
keragamannya mencapai 97,88%. Sedangkan sensor kelengasan tanah memiliki
keakurasian sebesar 83,33% dengan koefisien keragamannya sebesar 94,66%.
Hal ini menunjukan bahwa sensor berjalan dengan cukup baik dalam mengontrol
suhu dan RH pada kumbung jamur merang.
2.6. Sensor dan Aktuator
Sensor merupakan komponen yang bisa mengubah suatu nilai berupa isyarat atau
energi fisik ke nilai fisik yang lain menjadi satuan analog, sehingga dapat dibaca
oleh suatu rangkaian elektronik. Hal fisik yang mampu mendorong sensor untuk
menghasilkan sinyal elektrik meliputi temperatur, tekanan, gaya, medan magnet,
cahaya, pergerakan, dan sebagainya. Dalam aspek sistem kendali dan robotika,
sensor memberikan kesamaan yang menyerupai mata, pendengaran, hidung, lidah
yang kemudian akan diolah oleh kontroler sebagai otaknya. Sedangkan aktuator
adalah sekumpulan alat yang berfungsi untuk memberikan aksi luaran untuk
mempertahankan atau mengubah sebuah sistem ( Ogata, 1991 ).
Sensor merupakan komponen elekronika yang digunakan dalam melakukan
sebuah pengamatan terhadap suatu rangsangan dan kemudian mengubahnya ke
dalam bentuk isyarat sehingga didapat data pengukuran. Rangsangan yang
18
dihasilkan dapat berupa akustik, elektrik, magnetik, optik, termal, maupun
mekanik. Berdasarkan jenis isyarat keluarannya, sensor dapat dibedakan menjadi
dua jenis yaitu sensor analog dan sensor digital. Sensor analog menghasilkan
isyarat berupa sinyal analog sedangkan sensor digital menghasilkan isyarat berupa
sinyal digital ( Kadir, 2015). Dalam proyek Arduino sensor dan aktuator
memiliki keterkaitan, karena sensor merupakan komponen yang digunakan untuk
memberi masukan data ke Arduino, sedangkan aktuator merupakan komponen
yang merupakan hasil keluaran dari Arduino ( Saftari. F, 2015).
Sensor temperatur LM35 merupakan satu diantara seri sensor temperatur dengan
presisi celcius yang diproduksi oleh National Semiconductor. Sensor LM35 ini
berbentuk integrated circuit (IC) yang mempunyai prinsip kerja untuk mengubah
besaran temperatur menjadi tegangan. Sensor ini sangat cocok digunakan untuk
mengukur temperatur pada tempat yang basah dan sulit untuk dijangkau.
Gambar 2. Sensor suhu LM35
Probe sensor LM35 memiliki 3 kabel yang masing-masing kabelnya memiliki
fungsi yaitu kabel merah untuk tegangan masukan +5 volt, kabel kuning untuk
tegangan keluaran sensor, sedangkan kabel hitam sebagai ground. Spesifikasi
probe sensor LM35 yang digunakan adalah sebagai berikut
19
1. Menggunakan sensor temperatur LM35DZ sebagai komponen utama.
2. Dapat digunakan di dalam air.
3. Memiliki semua kelebihan dari sensor LM35DZ, seperti terkalibrasi dalam
satuan celcius, faktor skala linear10mV/0C, rentang pengukuran 00C-
1000C, dan tegangan sumber 4VDC - 30VDC.
Tabel 4. Rujukan Penelitian
No Nama Judul Metode Kesimpulan
1 (Nugroho,
W. A. et al,
2011)
Rancang Bangun
Alat Pengontrol
Suhu pada Proses
Pengomposan
Sampah Berbasis
Mikrokontroller
Mikrokontroller
mengendalikan suhu
pada pengomposan
sampah
Sistem kendali
dapat
mengendalikan
suhu
pengomposan
dengan baik
2 (Abdulah,
R. et all,
2016)
Design An
Automatic
Temperature ontrol
Art Tudung Saji
Using Arduino
Microcontroller
Sistem kendali
mengatur suhu yang
berada pada tudung
saji dengan aktuator
2 lampu
Sistem kendali
berhasil
mengendalikan
suhu pada
tudung saji
dengan baik
3 ( Diza, V.
et all,
2017)
Monitoring Suhu
dan Kelembaban
Menggunakan
Mikrokontroller
ATMega328 pada
Proses
Dekomposisi
Pupuk Kompos
Melakukan
pemantauan suhu
dan kelembaban
dengan bantuan
mikrokontroller yang
terbagi menjadi
beberapa tahap
pengujian seperti
pengujian sensor,
pengujian motor
servo, dan pengujian
RTC
Mikrokontrolle
r bekerja
dengan baik
untuk
mengendalikan
suhu dan
kelembaban
pada proses
dekomposisi
pupuk kompos
4 (Mardiyato
, A. et all,
2017)
Rancang Bangun
Sistem Monitoring
Plan Pengontrol
Proses Secara Real
Time Pada
Pembuatan Pupuk
Organik
Sistem monitoring
bekerja secara real
time dan mampu
berperan dalam
mendeteksi proses
untuk menghasilkan
pupuk organik
Sistem ini
bekerja dengan
baik dan dapat
mengukur
obyek yang
diinginkan
dengan baiik
20
5 (Shirsath,
D. O. et all,
2017)
IOT Based Smart
Greenhouse
Automation Using
Arduino
Desain rumah kaca
sistem pemantauan
& pengendalian
berdasarkan
penggunaan IOT
Arduino. Sistem ini
mengendalikan suhu
dan kelembaban
pada rumah kaca.
Sistem kendali
mampu
bekerja dengan
baik dalam
mengendalikan
suhu dan
kelembaban
pada rumah
kaca
6 (Sihombin
g, P. et all,
2017)
Automated
Hydroponics
Nutrition Plants
Systems Using
Arduino Uno
Microcontroller
Based On Android
Mikrokontroller
mengendalikan
aliran nutrisi dengan
cara menghidupkan
dan mematikan
pompa nutrisi
Aliran nutrisi
mampu
dikendalikan
dengan baik
oleh
mikrokontrolle
r
7 (Sihombin
g, P. et all,
2017)
Microcontroller
Based Automatic
Temperature
Control for Oyster
Mushroom Plants
Sensor SHT10
diletakan disekitar
jamur tiram agar
sensor bisa membaca
suhu yang
dihasilkan,
kemudian
mikrokontroller akan
menghidupkan dan
mematikan pompa
air.
Sistem kendali
mampu
mengendalikan
suhu dan
kelembaban
pada
pertumbuhan
jamur tiram
dengan baik
8 (Wahyono,
R. E.. et al,
2017)
Pengendalian
Temperatur dan
Kelembaban dalam
Kumbung Jamur
Tiram ( Pleurotus
sp ) Secara
Otomatis Berbasis
Mikrokontroller
Saat suhu berada di
atas setting point,
mikrokontroller akan
mengaktifkan
exhaust fan dan
nozzle untuk
melakukan
pengkabutan air.
Ketika kelembaban
berada di bawah
setting point, maka
sistem kendali
menyalakan lampu
pijar dan nozzle
melakukan
pengkabutan air
hingga berada pada
setting point.
Sistem kendali
dapat bekerja
dalam
mengendalikan
temperatur dan
kelembaban
dalam
kumbung
jamur
berdasarkan
perubahan
nilai
temperatur dan
kelembaban
yang
dihasilkan
21
9 (Prabowo,
A. H. et all,
2017)
Rancang Bangun
Sistem Kendali
Otomatis Budidaya
Jamur Merang
untuk Mengetahui
sebaran Suhu dan
RH pada Kumbung
Berbasis
Mikrokontroller
Sistem akan bekerja
sesuai kondisi
temperatur dan
kelembaban yang
ada pada kumbung
jamur
Sistem kendali
berjalan
dengan baik
dalam
mengendalikan
suhu dan
kelengasan
tanah pada
kumbungn
jamur merang
10 (Atmojo, S.
H. T. et all,
2019)
Rancang Bangun
Pemantauan Proses
Dekomposisi
Pupuk Kompos
Berbasis LOW
COST dan MULTI
POINT Modul
Board
Sistem kendali akan
mendeteksi suhu dan
kelembaban pada
box composter dan
mendeteksi kadar air
pada pupuk
Sistem ini
dapat
meningkatkan
populasi
mikroba pada
box composter
11 (Telaumba
nua, T. et
all, 2019)
Rancang Bangun
Sistem Pengaduk
dan Pembuat
Pupuk Cair Limbah
Kelapa Sawit dan
Nanas Otomatis
dengan Metode
Aerob, Semiaerob,
dan Anaerob
Sistem kendali
mengatur motor
pengaduk di setiap
metode
pengomposan dan
mengatur sirkulasi
udara pada
pengomposan
semiaerob
sistem berjalan
dengan baik
dalam
mengatur
pengadukan
pupuk dengan
menghasilkan
akurasi dan
respon sistem
yang baik dan
stabilitas yang
stabil.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2019 sampai dengan Oktober
2019 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian (LDAMP), Jurusan
Teknik Pertanian dan Laboratorium Ilmu Tanah, Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tang, obeng, solder, gergaji,
spectro direct, labu Kjeldahl, laptop, software arduino, fritzing dan eagle. Bahan
yang digunakan adalah limbah TKKS yang sudah dicacah dengan ukuran 2 cm
(seperti pada Gambar 63.), lampu pijar 60 watt jenis philips , H2SO4, LM35DZ,
liquid cristal display (LCD), pin deret, kabel warna (kabel jumper), 1 box untuk
modul, airpump AC jenis Amara AA-9904 dengan daya 8 watt, kran air, tong
(chamber) 50 L, relay, power supply, kabel, staker, terminal, RTC, dan SD Card.
3.3. Kriteria Desain
Penelitian ini mengenai rancang bangun kendali suhu otomatis dalam proses
pengomposan bahan organik menjadi pupuk cair. Alat kendali ini dirancang untuk
23
dapat bekerja secara kontinyu dalam mengendalikan suhu pada proses
pengomposan limbah TKKS. Nilai pembacaan diperoleh dari sensor LM35DZ
yang diletakan di tengah media limbah. Tujuan peletakan sensor di tengah media
limbah agar mendapatkan suhu rerata dari media limbah yang diolah.
Penambahkan lampu pijar pada setiap tong pengomposan , diharapkan dapat
mempercepat proses dekomposisi. Sistem akan mengamati proses perubahan
suhu pada pengolahan limbah secara kontinyu. Jika terjadi kenaikan atau
penurunan suhu, maka lampu akan hidup dan mati secara otomatis. Penelitian ini
juga mempunyai target yang ingin dicapai dalam perancangan alat kendali
otomatis, yaitu untuk memudahkan dalam pembuatan pupuk cair (mol) dan
mengurangi jumlah limbah TKKS yang melimpah di masyarakat, serta
mendapatkan akurasi alat sebesar > 90%.
3.4. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dimulai dengan mengonsep rancangan alat terlebih dulu,
selanjutnya melakukan perakitan rangkaian alat kendali otomatis (sensor suhu
LM35DZ water proff, RTC, LCD, relay, dan SD Card dihubungkan ke
mikrokontroller arduino mega2560). Setelah selesai, masuk ke pembuatan
program alat kendali dengan menggunakan software arduino 1.6.12. Kemudian
dilakukan pengujian alat dengan cara menghubungakan sistem kendali dengan
laptop menggunakan kabel USB khusus arduino. Kalibrasi dan validasi sensor
dilakukan setelah alat selesai diuji dan tidak ada masalah pada saat pengujian
berlangsung.
24
Prosedur selanjutnya masuk ke pemotongan TKKS menjadi ukuran kecil
dengan panjang 2 cm (dapat dilihat pada Gambar 53). Selanjutnya menyiapkan
air kelapa dan air cucian beras masing-masing sebanyak 6.000 ml dan 9.000
ml. Setelah semua bahan siap, kemudian dilakukan pemasangan komponen
alat kendali seperti power supply, piting lampu, dinamo pengaduk, kotak panel,
dan pompa udara. Potongan TKKS dimasukan ke tiap tong pengompos
sebanyak 200 gram dan ditambahkan masing-masing 1.000 ml air kelapa dan
1.500 ml air beras ke tiap tong pengompos setelah proses pemasangan
komponen selesai dan komponen sudah terhubung ke mikrokontroller.
Pengambilan data dilakukan selama 30 hari dan dianalisis. Prosedur penelitian
dapat dilihat pada Gambar 3.
25
Gambar 3. Diagram Alir Penelitian
Mulai
Pemotongan TKKS dengan ukuran 2 cm
agar mempermudah proses pengadukan
dan mempercepat proses dekomposisi
Penyiapan air kelapa sebanyak 6000 ml
dan air cucian beras sebanyak 9000 ml
Pemasangan komponen-komponen alat
kendali, seperti power supply, kran
otomatis, dinamo pengaduk, kotak panel,
sensor suhu, pompa udara, piting lampu,
dan lampu pijar
Pemasukan potongan TKKS ke dalam
tong masing-masing 200 gram
Penambahan air kelapa sebanyak 1000
ml dan air cucian beras sebanyak 1500
ml ke masing-masing tong yang
berisikan potongan TKKS
Pengambilan Data
Analisis Data
Sesuai Kriteria
Selesai
Mengonsep perancangan alat
Perakitan rangkaian alat
kendali otomatis
Pembuatan program alat
kendali
Pengujian hasil rakitan
Sesuai
Kalibrasi dan validasi sensor
Ya
Tidak
Ya
Tidak
26
3.5. Perancangan Alat
Perancangan alat meliputi pembuatan skematik sistem kendali, skematik sensor
dan aktuator, pemasangan power supply, serta pemasangan semua komponen ke
mikrokontroler hingga menjadi satu rangkaian alat kendali yang utuh. Setelah itu
dilanjutkan dengan verifikasi rangkaian dengan cara pengecekan ulang seluruh
komponen, jika terdapat kesalahan atau komponen tidak terhubung, maka
dilakukan perbaikan. Tahap kalibrasi merupakan proses untuk menyesuaikan
hasil keluaran dari suatu perangkat pengukuran dengan suatu standar yang sudah
ada baik itu nasional, internasional maupun sumber-sumber yang sudah
mendapatkan sertifikasi (Prasetyo, 2017).
Pada penelitian ini dilakukan uji sensifitas sensor LM35DZ water proof dengan
melihat kecepatan respon dari sensor ketika membaca suhu di dalam tong dengan
respon menghidupkan dan mematikan lampu sebagai aktuator. Serta melakukan
uji kinerja alat dalam pembuatan pupuk cair.
Penggunaan software Arduino IDE v.1.6.12 seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 4 bertujuan untuk membantu penulisan program yang akan dibuat.
Program yang akan dibuat dicek kebenarannya dengan cara verifikasi pada
software Arduino IDE, jika software tidak memberikan peringatan, maka program
sudah benar dan dapat dijalankan, namun jika software memberikan peringatan
yang ditandai dengan adanya highlight pada pembuatan program, maka terdapat
kesalahan pada program yang sedang dibuat. Program yang telah terverifikasi
selanjutnya melakukan upload program untuk mengirim penulisan pemrograman
tersebut ke mikrokontroler. Mikrokontroler melakukan aksi sesuai dengan
27
penulisan program yang dibuat. Apabila terjadi kesalahan selama melakukan
aksi, maka dilakukan modifikasi dalam penulisan programnya.
Gambar 4. Tampilan layar software Arduino IDE.
(Sumber : Prasetyo, 2017)
28
Keterangan:
1. LCD 4. Arduino Mega2560 7. Arus AC 220V
2. RTC 5. Sensor Suhu 8. Relay
3. Micro SD 6. Motor/Dinamo Pengaduk 9. Lampu Pijar
Gambar 5. Rangkaian Sistem Kendali Untuk 1 Unit
Rangkaian sistem kendali pada Gambar 5 menunjukan bahwa yang menjadi input
sistem yaitu sensor LM35DZ dan Real time clock. Output dari sistem kendali
tersebut adalah lampu dan dinamo. Sebagai sumber daya dari sistem kendali
menggunakan daya dari listrik AC..
7
29
Gambar 6. Diagram proses perancangan alat
MULAI
Skematik Sistem Kendali
Skematik dan Perancangan
Sensor dan Aktuator
Power Supply3 Buah
dihubungkan pada
Mikrokontroller
Sensor Lm35Water
Proofdihubungkan kepinA0,
A2, A4, A6, A10 dan A12
Relay Module 4 channel 2 buah
dan Relay Module 2 channel 2
buah dihubungkan ke
mikrokontroler pada pin digital
2,3,4,5,6,9,10,11,12,22,23,24
Relay danPower Supply
dihubungkan ke Dinamo
Pengaduk
LCD dihubungkan ke
mikrokontroler pada pin A8,
dan A9
RTC dipasang pada pin digital
13 dan 14
SD Card dipasang di pin
50,51,52 dan 53
Verifikasi rangkaian
Seluruh rangkaian
terhubung ke
mikrokontroler
Penulisan Program
Uji program
Terverifikasi software
Arduino IDE
Kalibrasi alat dan validasi
SELESAI
TIDAK
YA
YA
Tidak
30
Tidak
Ya
Sse
Gambar 7. Diagram proses kalibrasi dan validasi
Mulai
Menyiapkan air, termometer, dan sensor
suhu untuk proses kalibrasi
Memanaskan air dan mencatat nilai suhu
pada rentang 25°C - 65°C
Data suhu yang didapat diolah
menggunakan analisis regresi linier pada
MS. Exel
Didapat persamaan kalibrasi sensor suhu
Sensor suhu divalidasi dengan suhu
kalibrator ( 28ºC - 40ºC)
Dicari besaran error dengan uji RMSE
dan RRMSE
Nilai keluaran
sensor sesuai dengan
alat ukur standar
Selesai
31
3.5.1. Perancangan Struktural
Alat kendali suhu dirancang secara otomatis untuk mengendalikan temperatur saat
proses dekomposisi semiaerob, agar sesuai dengan kriteria desain yang
diharapkan. Proses perancangan ini meliputi beberapa tahap, yaitu tahap
perakitan perangkat keras bagian sensor atau penginderaan, perakitan perangkat
keras bagian pengolah data hasil penginderaan, dan perlakuan aksi atau aktuator
terhadap data hasil keluaran. Perakitan perangkat keras sistem kendali dibuat
sebuah diagram blok yang menghubungkan komponen-komponen seperti Gambar
8.
Masukan
Set Point
+
Gambar 8. Diagram blok tertutup sistem kendali suhu limbah TKKS
Masukan
set point Keluaran
Gambar 9. Diagram blok terbuka sistem pengaduk pada pengadukan limbah
Pada perakitan bagian perangkat keras penginderaan, modul sensor suhu
dihubungkan ke mikrokontroler, kemudian diletakan di tengah media limbah yang
bertujuan untuk mendapatkan suhu rerata pada media limbah yang diolah. Sensor
akan membaca suhu pada media limbah setiap jamnya.
Mikrokontroler
Lampu
pijar atau
pemanas Reaktor
Sensor suhu
Suhu (keluaran)
Mikrokontroller Motor
Pengaduk + - - +
32
Alat kendali pembuat pupuk ini pada umumnya terdiri dari beberapa bagian, yaitu
kotak alat kendali, tong, dinamo pengaduk, power supply dan sensor LM35DZ
water proof. Masing-masing bagian alat pembuat pupuk ini dipasang berdasarkan
rancangan desain dan fungsional dari perhitungan secara teoritis
Kerangka alat pembuat pupuk dibuat dengan besi siku berukuran tebal 3 mm.
Kerangka alat ini juga memiliki tinggi sebesar 180 cm dengan lebar 200 cm.
Bagian atas alat berbentuk segitiga berbahan seng dengan ukuran 200 cm x 100
cm. Tong yang digunakan untuk tempat proses dekomposisi memiliki volume
sebesar 50 L. Dinamo pengaduk diletakan di atas tong. Daya yang digunakan
untuk menggerakan dinamo adalah power supply. Power supply yang digunakan
sebanyak 3 buah dengan daya 3A. Kotak sistem kendali terbuat dari kotak panel
dengan ukuran 30 cm x 20 cm x 10cm. Di dalam kotak sistem kendali terdapat
kemponen seperti Arduino mega2560, Real Time Clock (RTC), SD card reader
and writer, Liquid Cristal Display (LCD), serta relay.
Mikrokontroler dihubungkan dengan sensor LM35DZ water proof, Real Time
Clock (RTC), Liquid Crystal Display ( LCD ) dan aktuator. Aktuator yang
digunakan yaitu lampu pijar, dan pengaduk. Desain rancangan alat pembuat
pupuk dapat dilihat pada Gambar 10.
33
Keterangan:
a. Limbah organik c. Aktuator suhu
b. Sensor suhu LM35DZ
Gambar 10. Alat dekomposisi limbah padat kelapa sawit
3.5.2. Perancangan Fungsional
Penelitian ini merancang sebuah alat kendali yang berfungsi untuk mengendalikan
secara otomatis suhu pada proses pengomposan atau dekomposisi limbah TKKS
menjadi pupuk organik cair. Alat ini mampu menampung bahan pengomposan
sebanyak 50 liter, tetapi dalam penelitian ini bahan yang digunakan dalam
pengomposan sebanyak 2,7 liter. Bahan pengomposan terdiri dari cacahan TKKS
dan air kelapa dan air beras. Penambahan air kelapa dan air cucian beras
berfungsi sebagai sumber nutrisi mikroorganisme. Menurut Kalsum (2013), air
beras mengandung unsur hara seperti karbohidrat, protein, nitrogen, pospor,
180 cm
200 cm
a
b
c
34
kalium, dan karbon. Senyawa ini yang dibutuhkan mikroorganisme dalam proses
pertumbuhan.
Prinsip kerja alat ini yaitu saat suhu dalam tong meningkat, maka secara otomatis
sensor akan membaca, kemudian sensor akan memberikan informasi tersebut ke
arduino. Lalu arduino akan memberikan perintah ke relay untuk mematikan atau
menghidupkan lampu yang sudah terpasang pada setiap tong. Pemakaian relay
dalam alat ini sebagai saklar. Hal ini berlangsung secara kontinyu. Alat ini
mempunyai beberapa komponen yang memiliki fungsi kerja masing - masing
yaitu sensor LM35DZ water proof, mikrokontroler, modul Micro SD Card, Liquid
Crystal Display (LCD), relay, dan Printed Circuit Board (PCB).
a. Sensor Suhu LM35DZ water proof
Jenis sensor ini pada prinsipnya sama dengan sensor temperatur LM35 pada
umumnya, baik dari segi tegangan kerja, keluaran sensor dan range kerja sensor.
Sensor ini mempunyai kelebihan yang tahan terhadap air dan banyak
diaplikasikan di lingkungan yang dituntut cenderung lembab atau basah.
Sehingga tidak menyebabkan arus pendek pada rangkaian listrik yang digunakan.
Tegangan kerja sensor ini dalam range antara 4 VDC sampai dengan 20 VDC.
Keluaran tegangan (analog) sensor ini linear terhadap suhu yang diukur.
Perubahan nilai tegangan perderajat celcius yaitu 10mV terhadap ground. Sensor
ini dapat mengukur suhu dari 0-100 derajat celcius. Bentuk sensor LM35DZ
water proof dapat dilihat pada Gambar 11.
35
1 2
(http://www.emmeshop.eu)
Gambar 11. Sensor LM35DZ water proof
b. Mikrokontroler
Komponen ini berfungsi untuk menerima dan mengolah data yang dikirimkan
oleh sensor. Data yang telah diolah akan diteruskan ke komponen lain untuk
disimpan, ditampilkan, dan dieksekusi oleh aktuator. Bentuk mikrokontroler
dapat dilihat paga Gambar 12.
2 Keterangan :
5 1. Mikrokontroler
Atmega2560
1 2. Pin Digital
3. Pin Analog
4. Power Port
5. USB Port
(http://www.arduino.cc)
Gambar 12. Mikrokontroler arduino mega 2560
c. Micro SD card
Micro SDcard berfungsi sebagai data longger yang merekam seluruh aktifitas data
berlangsung selama pengoperasian alat. Data yang terekam micro SD card
Keterangan:
1. Probe
2. Pembaca suhu
3 4
36
disimpan dalam format file *.txt. Bentuk micro SD dapat dilihat pada Gambar 13.
(https://www.makerlab-electronics.com)
Gambar 13. Micro SD Card
d. Liquid crystal display (LCD)
Liquid crystal display (LCD) berfungsi untuk menampilkan informasi waktu dan
nilai suhu yang telah diolah mikrokontroler secara real time. Data yang
ditampilkan dapat diperbarui setiap satu menit. Bentuk dari LCD dapat dilihat
pada Gambar 14.
(Sumber : Datasheet LCD (C-max))
Gambar 14. Contoh bentuk fisik Liquid Cristal Display (LCD) 2x16
e. Relay
Relay merupakan komponen output yang paling sering digunakan pada beberapa
peralatan elektronika dan di berbagai bidang lainnya. Relay berfungsi untuk
menghubungkan atau memutuskan aliran arus listrik yang dikontrol dengan
37
memberikan tegangan dan arus tertentu pada koilnya. Proses pemutusan dan
penyambungan arus listrik diatur oleh mikrokontroler. Bentuk relay dapat dilihat
pada Gambar 15.
(https://www.cytron.io)
Gambar 15. Relay module
f. Printed circuit board (PCB)
Printed Circuit Board atau biasa disingkat PCB adalah sebuah papan yang
digunakan untuk mendukung semua komponen-komponen elektronika yang
berada diatasnya, papan PCB juga memiliki jalur-jalur konduktor yang terbuat
dari tembaga dan berfungsi untuk menghubungkan antara satu komponen dengan
komponen lainnya. Bentuk PCB dapat dilihat pada Gambar 16.
(https://www.amazingsynth.com)
Gambar 16. Printed Circuit Board (PCB)
38
g. Real time clock ( RTC)
Real Time Clock ( RTC) berfungsi memberikan waktu selama pengoperasian alat,
kemudian diolah oleh mikrokontroler dan disimpan pada micro SD card. Bentuk
dari RTC dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Real Time Clock (RTC) module
h. Pompa Udara
Pompa udara berfungsi untuk mengalirkan oksigen ke dalam tong pengomposan
agar mikroorganisme yang berada pada tong memperoleh oksigen yang cukup
dalam merombak bahan organik. Pada penelitian ini, pompa udara yang
digunakan adalah pompa udara tipe Amara AA-9904, dengan spesifikasi seperti
terlihat pada tabel 5.
Tabel 5. Spesifikasi pompa udara
No Keterangan Jumlah
1 Tegangan operasi 220-240 V
2 Daya 8 watt
3 Pressure > 0,015 Mpa
4 Output 4x3 L/min
39
(www.aquatee-fishland.com)
Gambar 18. Pompa udara
i. Lampu Pijar
Lampu merupakan sebuah benda yang berfungsi sebagai penerang, tetapi pada
peneletian ini lampu berfungsi sebagai pengatur suhu dalam tong pengomposan.
Lampu yang terpasang pada alat adalah lampu pijar tipe Philips dengan
spesifikasi: (1) tegangan operasi 220-240 V, dan (2) daya sebesar 60 watt.
Gambar 19. Lampu pijar
40
j. Motor pengaduk
Motor pengaduk berfungsi sebagai penggerak aktuator besi pengaduk dalam
proses pengadukan bahan organik pupuk cair. Pada penelitian ini menggunakan
motor pengaduk tipe gearbox 570, dengan tegangan operasi sebesar 6-12 V, daya
sebesar 65 watt, dan kecepatan putaran sebesar 9.000 rpm.
(www.amazon.in.com)
Gambar 20. Motor Pengaduk
3.6. Mekanisme Kerja
Pada penelitian ini alat kendali suhu dibuat untuk dapat bekerja secara kontinyu.
Limbah TKKS yang sudah di cacah dengan ukuran 2 cm dimasukan ke dalam
masing-masing tong yang berjumlah 6 unit. Kemudian masukan air kelapa
sebanyak 1000 ml dan air cucian beras sebanyak 1500 ml ke dalam masing-
masing tong yang berisikan cacahan TKKS. Pengaduk yang ada pada tong akan
41
mengaduk limbah setiap 6 jam sekali selama 5 menit, hal ini berlangsung secara
kontinu selama 30 hari. Proses pengadukan bertujuan untuk menghomogenkan
cacahan TKKS dengan air kelapa dan air cucian beras agar proses dekomposisi
terjadi secara merata. Penambahan air kelapa dan air cucian beras pada proses
dekomposisi bertujuan untuk mempercepat aktivitas mikroorganisme sehingga
proses dekomposisi akan selesai dalam waktu yang singkat .
Terdapat sebuah sensor yang diletakan di dalam tong pengomposan, yaitu sensor
suhu tipe LM35DZ water proof. Sensor akan membaca suhu yang didapat selama
proses dekomposisi berlangsung. Pembacaan sensor dilakukan secara kontinu
selama 30 hari, kemudian LCD akan menampilkan suhu yang diperoleh dari
sensor dan disimpan pada micro SD card. Proses penyimpanan data oleh micro
SD Card dilakukan setiap 4 jam sekali. Nilai hasil pembacaan suhu ini akan
dijadikan faktor utama untuk pemberian aksi dari mikrokontroler ke relay agar
lampu “hidup” atau “mati”.
3.7. Analisis Data
Pada tahap ini data direkam oleh mikrokontroler setiap 4 jam sekali. Setelah
direkam, data disimpan kedalam Micro SD card dengan format *.txt. Selanjutnya
data dipindahkan ke Microsoft Excel untuk dilakukan analisis, kemudian disajikan
dalam bentuk tabel atau grafik dan mengacu pada uji kinerja alat, sensitifitas alat,
koefisien determinasi (R2), dan koefisien kolerasi.
3.7.1. Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua
42
variabel. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefisien korelasi
menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua
variabel acak. Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai
hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan
tinggi pula. Sebaliknya, jika koefisien korelasi negatif, maka kedua variabel
mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai
variabel Y akan menjadi rendah (dan sebaliknya).
3.7.2. Koefisien Determinan
Koefisien determinasi (R2) pada intinya digunakan untuk mengukur seberapa besar
kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variabel terikat. Nilai koefisien
determinasi terbesar adalah 1 dan terkecil adalah 0. Hasil prediksi model
dianggap baik apabila nilai R2 = 1 atau R
2 ≈ 1. Jika nilai R
2 = 0 atau R
2 ≈ 0,
berarti garis regresi tidak dapat digunakan untuk membuat perkiraan variabel
bebas (x). Hal ini karena variabel-variabel bebas yang dimasukkan dalam
persamaan regresi tidak mampu menjelaskan atau tidak berpengaruh terhadap
variabel terikat (y). Nilai R2 dicari dengan membuat grafik scatter nilai
observasi versus nilai prediksi pada Microsoft Excel. Pada grafik,
ditambahkan treadline lalu dipilih tipe regresi linier dan menampilkan nilai R2
(Saputra, 2016).
3.7.3. Koefisien Root Mean Square Error dan Relatif Root Mean Square Eror
RMSE merupakan suatu cara untuk mengukur besarnya kesalahan pendugaan dari
43
suatu model yang dikembangkan. Pada penelitian ini, uji RMSE di dapat dari
pengakaran total kuadratis rata-rata simpangan antara data keluaran kalibrator
dengan nilai keluaran sensor. Selain RMSE, penelitian ini juga menghitung
besaran RRMSE yang dihasilkan. Menurut Qodari (2015), RMSE merupakan
metode pendugaan error yang baik karena memberikan gambaran tentang
kekonsistenan dari sebuah data yang dikembangkan. Dan menurut Saputra
(2016), semakin kecil nilai RMSE yang dihasilkan dari data yang didapat, maka
data tersebut mampu memberikan hasil yang relatif lebih konsisten untuk semua
variabel bebas yang dimasukkan. Uji RMSE menggunakan rumus :
RMSE = √
∑
2
..............................( 3.1 )
Keterangan :
n = jumlah data
Oi = nilai keluaran kalibrator
Pi = nilai keluaran sensor
RRMSE ∑
∑
....................................... ( 3.2 ) (Willmot, 2005).
3.8. Uji Kinerja Alat
Pengujian alat berupa keakurasian aktuator, rerata waktu pengendalian, respon
sistem, dan kestabilan aktuator. Keakurasian menunjukan bahwa seberapa dekat
nilai keluaran dari suatu alat dengan setting point yang diinginkan. Nilai
keakurasia dapat dihitung menggunakan selisih dari nilai ketidakakurasian. Dapat
dilihat pada persamaan (3.3) (Telaumbanua, 2015).
44
Keakurasian = 1-
∑
x 100% ..........................(3.3)
Keterangan:
SP = Nilai setting point
NAi = Nilai aktual ke-i
n = Jumlah data
Rerata waktu pengendalian menunjukkan kecepatan kinerja alat mampu
mengendalikan suatu nilai untuk mencapai setting point yang ditentukan. Cara
perhitungannya dengan menggunakan Persamaan (3.4).
RWP = ∑
…………………………………………. (3.4)
Keterangan:
RWP = Rerata waktu pengendalian (menit)
Aon i = Aktuator hidup ke-i (menit)
Delay = Waktu Tunggu (menit)
n = Jumlah data
Gambar 21. Rerata waktu pengendalian alat pengompos
32
34
36
38
40
42
44
32
34
36
38
40
42
44
5
25
45
65
85
10
5
12
5
14
5
16
5
18
5
20
5
22
5
24
5
26
5
28
5
30
5
32
5
34
5
36
5
Suh
u
Suh
u
Waktu (menit)
suhu sp bwh sp ats
a
(a)
Aon
Aon
45
Stabilitas menunjukkan daya tahan suatu alat mampu menghasilkan kinerja
yang tetap atau tidak mengalami perubahan. Ketidakstabilan pada sistem
kendali ini berpengaruh terhadap pengendalian nilai suhu pada proses
dekomposisi limbah TKKS. Jika suhu yang dikendalikan menyimpang terlalu
jauh melewati batas, maka syarat untuk digunakan sebagai acuan dalam
mempercepat dekomposisi limbah tidak terpenuhi.
Uji kinerja selanjutnya yaitu respon sistem. Respon sistem menunjukkan
kecepatan kinerja alat terhadap adanya gangguan dan waktu. Respon sistem
dibedakan menjadi dua, yaitu respon transient dan respon steady state seperti
pada Gambar 22. Respon transient digunakan untuk mengukur waktu saat
sistem pertama kali digunakan (pada titik 0) hingga mencapai steady state.
Respon steady state digunakan untuk mengukur waktu saat sistem sudah
berada pada keadaan stabil hingga waktu tidak terhingga (Ogata, 1985).
Gambar 22. Kurva respon transient dan steady state
3.9. Analisis Kadar Nitrogen
Pengomposan limbah TKKS dilakukan selama 30 hari. Hasil yang didapat dari
46
proses pengomposan TKKS berupa pupuk cair organik. Pupuk cair yang sudah
didapat, kemudian dibawa ke Laboratorium untuk diukur kandungan nitrogennya.
Jumlah sampel pupuk cair yang akan diukur sebanyak 6 sampel, dimana dari
keenam sampel yang didapat, lima sampel mendapatkan perlakuan otomatisasi
sedangkan untuk satu sampel lainnya tidak menggunakan perlakuan otomatisasi
dan sampel yang tidak diberi perlakuan otomatisasi ini dijadikan acuan untuk
menentukan sampel mana yang memiliki kandungan nitrogen terbaik. Dari tiap
sampel yang didapat, mempunyai suhu pengomposan yang berbeda-beda ,seperti
pada sampel 1 memilki suhu kontrol sebesar 38ºC, dan suhu kontrol pada sampel
2 – 5 berturut-turut sebesar 43ºC, 48ºC, 53ºC, dan 58ºC.
Cara untuk mengukur kandungan nitrogen pada pupuk adalah sampel hasil
dekomposisi diambil sebanyak 10 mL, lalu dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl,
kemudian ditambahkan dengan 10 mL H2SO4 pekat dan satu sendok spatula tablet
Kjeldahl. Selanjutnya didestruksi (dipanaskan) sampai mendidih dan larutan
menjadi jernih. Setelah didestruksi larutan dibiarkan beberapa saat sampai dingin.
Selanjutnya larutan jernih yang telah didestruksi diencerkan sampai volume 100
mL. Sampel yang telah diencerkan kemudian diambil masing-masing sebanyak
10 mL dan dimasukkan ke dalam 3 buah vial (tempat sampel berukuran 10 mL
yangbentuknya menyerupai botol) untuk dianalisis menggunakan alat spectro
direct (Warsito, 2016).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Alat kendali suhu otomatis berbasis mikrokontroler Arduino ATmega2560 dengan
dimensi (tinggi 180 cm, panjang atap 200 cm, dan lebar atap 100 cm), kapasitas
limbah yang dapat ditampung sebesar 50 liter dengan energi listrik yang
diperlukan dalam mengoperasikan sebesar 31,5 kwh dalam 30 hari telah dirancang
sesuai dengan kriteria rancang yang diberikan berdasarkan variabel suhu dan
waktu RTC. Simpulan yang didapat dari penelitian ini adalah
1. Hasil dari pengujian alat sebagai berikut:
a. Tingkat keakurasian aktuator 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut sebesar
98,88%, 97,55%, 97,83%, 97,76%, dan 98,23%, sedangkan nilai
akurasi keseluruhan sebesar 98,05%.
b. Rerata waktu pengendalian aktuator 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut
selama 300,76 detik, 303,68 detik, 301,98 detik, 302,28 detik, dan
301,83 detik, sedangkan rerata waktu keseluruhan selama 302,11 detik.
c. Stabilitas alat menghasilkan kinerja yang stabil.
d. Respon sistem saat mencapai batas setting point pada aktuator 1
selama 90 menit. Dan untuk aktuator 2, 3, 4, dan 5 masing-masing
selama 145 menit, 260 menit, 325 menit, dan 595 menit.
81
e. Jumlah konsumsi listrik yang digunakan di setiap aktuator sebesar 6,6
kwh, 6,3 kwh, 6,1 kwh, 6,2kwh, dan 6,3 kwh.
2. Hasil yang diperoleh dari uji N total dari sampel 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-
turut sebesar 0,03%, 0,06%, 0,06%, 0,08%, 0,04%, dan 0,05%. Dari hasil
ini didapatkan nilai kadar N terbaik sebesar 0,08% dengan suhu 49ºC
sampai 53ºC.
4.2. Saran
Saran yang didapat untuk memperbaiki penelitian selanjutnya adalah
1. Melakukan uji kenerja menggunakan metode pengomposan yang berbeda.
2. Memperbaiki posisi motor pengaduk agar bekerja lebih stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, R., Rizman, Z. I., Dzulkefli,N. N. S. N., Ismail, S., Shafie, R., And
Jusoh, M. H. 2016. Design An Automatic Temperature ontrol Art
Tudung Saji Using Arduino Microcontroller. ARPN Journal of
Engineering and Applied Sciences. 11(16). 1819-6608.
ADB. 2008 . Appendix VII : Technology Overview – Palm Oil Waste
Management http://www.adb.org/Documents/Reports/Consultant/36557-
INO/36557-INO-TACRAppendix VII. pdf accessed on 27th November,
2008.
Atmojo, R. S. T. 2019. Rancang Bangun Pemantauan Proses Dekomposisi
Pupuk Kompos Berbasis LOW COST dan MULTI POINT Modul Board.
(Skripsi). Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Lampunng. 52 hlm.
Bagus Hari, S. 2012. Pemrograman Mikrokontroler dengan Bahasa C. ANDI.
Yogyakarta.
BPS. 2017. Ekspor minyak kelapa sawit menurut Negara tujuan utama, 2000-
2015. https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/08/1026/ekspor-minyak-
kelapa-sawit-menurut-negara-tujuan-utama-2000-2015.html. diakses
pada tanggal 4 Februari 2019.
Darmosarkoro, W. dan Rahutomo, S. 2007. Tandan Kosong Kelapa Sawit
Sebagai Bahan Pembenah Tanah. Jurnal Lahan dan Pemupukan Kelapa
Sawit Edisi1. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 3(3):167-180.
Ditjen perkebunan. 2009. Stastistik Perkebunan Indonesia 2008-2010
:KelapaSawit (Oil Palm). Jakarta: Sekretariat Departemen Pertanian
Direktorat Jendral Perkebunan. 65 hlm.
Ditjen PPHP. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit.
Subdit Pengelolaan Lingkungan Diretorat Pengolahan Hasil
Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian. 134 hlm.
83
Diza, V. K. 2017. Monitoring Suhu dan Kelembaban Menggunakan
Mikrokontroler ATMega328 pada Proses Dekomposisi Pupuk Kompos.
Jurnal Online Teknik Elektro, 2(3): 91-98.
Djuandi, F. 2011. Pengenalan Arduino. Elexmedia. Jakarta.
Doraja, P. H., Shovitri, M., dan Kuswytasari, N. D. 2012. Biodegradasi Limbah
Domestik dengan Menggunakan Inokulum Alami dari tangki Septik.
Jurnal Sains dan Seni ITS, 1: 44-47.
Fauzi, Y., Widiastuti, Y.E., Setyawibawa, I., dan Hartono, R. 2002. Kelapa
Sawit, Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisi dan
Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta. 61 hlm.
Igwe, J. C. and Onyegbado, C. C. 2007. A Review of Palm Oil Mill Effluent
(Pome) Water Treatment, Global. Journal of Environmental Research,
1(2): 54-62.
Kadir, A. 2015. From Zero to a Pro Arduino. ANDI. Yogyakarta.
Kalsum, U. 2011. Efektifitas Pemberian Air Leri Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Jurnal. Fakultas
Pertanian Universitas Trunojoyo Madura.
KBBI. 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia. https://kbbi.web.id/stabil.
Diakses pada tanggal 11 November 2019.
Lestari, A. P. 2015. Manfaat Jerami Padi (Oman dan Damen). (online)
http://www.hipwee.com. diakses pada tanggal 04 februari 2019.
Mardiyanto, A., Akhyar, dan Suherman. 2017. Rancang Bangun Sistem
Monitoring Plan Pengontrol Proses Secara Real Time Pada Pembuatan
Pupuk Organik. Jurnal Seminar Nasional, Jurusan Teknik Elektro,
Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Mulyani, H. 2014. Kajian Teori dan Aplikasi Optimasi Perancangan Model
Pengomposan. CV. Trans Info Media. Jakarta.
Murbandono, H. L. 2000. Membuat Kompos (edisi refisi). Penebar Swadaya :
Jakarta
Nugroho, W. A., Prasetyo, J., dan Luthfi, M. 2011. Rancang Bangun Alat
Pengontrol Suhu pada Proses Pengomposan Sampah Berbasis
Mikrokontroller. Jurnal Rekayasa Mesin, Jurusan Teknik Pertanian,
Universitas Brawijaya, 2(1): 29-37.
84
Nurfitriana, A. 2013. Karakteristik Dan Uji Potensi Bionutrien PBAG yang
Diaplikasikan Pada Tanaman Padi. http://repository.upi edu. diakses
11 Februari 2019.
Ogata, K. 1991. Modern Control Engineering (Fifth Edition). Person Education.
New Jersey.
Qodari, A. 2015. Kapan Menggunakan MAE dan MSE.
https://arifqodari.wordpress.com/2015/09/22/kapan-menggunakan-
mae-dan-mse/. Diakses pada tanggal 2 Februari 2019.
Reddy, N., and Yang, Y. 2005. Biofibers From Agricultural by Products For
Industrial Applications. TRENDS in Biotechnology ,23(1): 22-27.
Rosmarkam, A. dan Yuwono, N. W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Yogyakarta.
Saftari, F. 2015. Proyek Robotik Keren dengan Arduino. Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Sarwono, E. 2008. Pemanfaatan Janjang Kosong Sebagai Substitusi Pupuk
Tanaman Kelapa Sawit. Jurnal APLIKA, 8 (1): 19-23.
Saputra, T.W. 2016. Prediksi Umur Tanaman, Berat Segar, Total Luas Daun dan
Tinggi Tanaman Menggunakan Teknik Pengolahan Citra Multi Kamera.
(Tesis). Program Pascasarjana, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta. 110 hlm.
Saputro, J.H. 2013. Analisa Penggunaan Lampu LED pada Penerangan Dalam
Rumah. Jurnal Teknik Elektro, 15(1).
Shirsath, D.O., Kamble, P., Mane, R., Kolap, A., and More, R.S. 2017. IOT
Based Smart Greenhouse Automation Using Arduino. International
Journal of Innovative Research in Computer Science & Technology
(IJIRCST), 5(2): 2347-5552.
Sihombing, P., Karina, N.A., Tarigan, J.T., and Syarif M.I. 2017. Automated
Hydroponics Nutrition Plants Systems Using Arduino Uno
Microcontroller Based On Android. Journal of Physics: Conference
Series, 1742-6596.
Sihombing, P., Astuti, T.P., Herriyance, and Sitompul, D. 2017. Microcontroller
Based Automatic Temperature Control for Oyster Mushroom Plants.
Journal of Physics: Conference Series, 1742-6596.
Simamora, S. dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualiatas Kompos. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
85
Soeryoko, H. 2011. Kiat Pintar Memproduksi Kompos. Andi Offset.
Yogyakarta.
Sreekala, M. S., Kumaran, M. G., and Thomas, S. 1997. “Oil palm fibers:
Morphology, chemical composition, surface modification and mechanical
properties,”. J. Applied Polymer Sc, 66: 821-835.
Suherman, I., Awalludiun, A., dan Itnawita. 2014. Analisi Kualitas Kompos dari
Campuran Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan Kotoran Ayam
Menggunakan EM-4. http://jom.unri.ac.id. diakses pada tanggal 4
februari 2019.
Susnea I. dan Mitescu, M. 2005. Microcontrollers in Practice. Springer. New
York.
Telaumbanua, M. 2015. Model Pengendalian Iklim Mikro dan Nutrisi Otomatis
Pada Pertumbuhan Sawi (Brassica rappa var. parachinensis L.) Secara
Hidroponik. (Disertasi). Program Pascasarjana, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 264 hlm.
Telaumbanua, M., Dermiyati, dan Suharjo, R. 2019. Rancang Bangun Sistem
Pengaduk dan Pembuat Pupuk Cair Limbah Kelapa Sawit dan Nanas
Otomatis dengan Metode Aerob, Semi Aerob, dan Anaerob. Jurnal
Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, 8(4): 234-
242.
Prabowo, A. H. 2017. Rancang Bangun Sistem Kendali Otomatis Berbasis
Mikrokontroler untuk Mengendalikan Temperatur dan RH pada
Kumbung Jamur Merang (Volvariella volvaceae L.). (Skripsi). Jurusan
Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Bandar
Lampung. 70 hlm.
Wahyono, R.E. 2017. Rancang Bangun Sistem Kendali Otomatis Temperatur
dan Kelembaban Kumbung Jamur Tiram (Pleurotus sp) Berbasis
Mikrokontroler. (Skripsi). Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung. Bandar Lampung. 101 hlm.
Warsito, J. 2016. Pembuatan Pupuk Organik dari Limbah Tandan Kosong
Kelapa Sawit. Jurnal Akad. Kim, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas
Tadulako, Palu, 5(1): 8-15.
Wilmot, M., Leonardi-Bee, J., Bath, P. M. W. 2005. High Blood Pressure in
Acute Stroke and Subsequent Outcome : A Systematic Review.
Hypertension, 43:18-24.
Yunindanova. 2009. Tingkat Pematangan Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit
dan Penggunaan Berbagai Jenis Mulsa terhadap Tumbuhan dan
Produksi Tanaman Tomat (Lycopersiconesculentun Mill) dan Cabai
86
(Capsicum annum L.). (Skripsi). Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 76 hal.
Zhang, W. 2011. Limbah Kelapa Sawit. Online at:
http://williamzeva.blogspot.com/2011/01/limbah-kelapa-sawit.html.
diakses tanggal 4 februari 2019.