RABU, 2 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA...

1
KEMBAR SIAM: Bayi kembar siam yang dirawat di Rumah Sakit Umum Adam Malik Medan, Sumut, Senin (31/1). Bayi pasangan Helprida, 30, dan Daniel Hutauruk, 32, itu lahir dengan kelainan dempet dada dengan berat 2,6 kg. ANTARA/ SEPTIANDA PERDANA 13 K ESEHAT AN RABU, 2 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Tiga Teknik Pemulih Hati BUKAN tanpa alasan jika pe- doman gaya hidup sehat selalu mencakup berat badan seim- bang. Kegemukan memang menjadi pangkal beragam pe- nyakit. Salah satunya adalah kanker hati. “Kegemukan yang berkem- bang menjadi obesitas, jika tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan penum- pukan lemak pada organ hati. Perlemakan hati inilah yang akan memicu gangguan hati hingga berkembang menjadi kanker,” ujar pakar liver Prof dr LA Lesmana SpPD di sela acara simposium ilmiah bertajuk New Frontiers in Internal Medicine and Related Diseases, di RS Husada, Jakarta, Sabtu (29/1). Simposium digelar sebagai rangkaian peringatan ulang tahun ke-86 RS Husada. Dalam dunia medis, perle- makan hati itu dikenal sebagai non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD). Bagaimana perle- makan hati bisa berujung pada kanker? Secara sederhana, lanjut Les- mana, mekanisme terbentuknya kanker hati akibat kegemukan diawali reaksi oksidasi yang dipicu tumpukan lemak di hati. Reaksi oksidasi itu kemudian memicu sejumlah perubahan hingga memunculkan sel-sel kanker di hati. Berdasar data pasien di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), kasus kanker hati yang diduga akibat perlemakan hati mulai bermunculan. “Selama ini ke- banyakan pasien kanker hati disebabkan penyakit hepatitis kronis. Namun, beberapa pasien kanker hati di RSCM diketahui tidak mengidap virus hepatitis, setelah dianalisis, ternyata me- reka punya riwayat kegemuk- an,” ujar Lesmana. Fenomena itu perlu diwas- padai. Mengingat saat ini ke gemukan dialami banyak orang, tidak peduli kaya mau- pun miskin. Sebuah penelitian pada populasi di daerah De- pok, Jawa Barat, mendapatkan prevalensi perlemakan hati mencapai 30%. “Dapat dilihat, di Depok yang notabene daerah subur- ban pun fenomena kegemuk- an itu merebak,” imbuh Les- mana. Kecurigaan diagnosis per- lemakan hati, lanjut Lesmana, biasanya diarahkan pada orang yang gemuk dan pemeriksaan laboratoriumnya menunjukkan peningkatan enzim-enzim hati seperti alanine aminotransferase (ALT) dan aspartate aminotrans- ferase (AST). Sementara itu, untuk pene- gakan diagnosis diperlukan pemeriksaan USG, CT scan, maupun MRI. Ketika seseorang terdiag- nosis mengalami perlemakan hati, penanganan harus segera dilakukan. Perubahan gaya hidup (diet dan olahraga) menjadi lini pertama bagi semua pasien perlemakan hati. Tindakan lainnya adalah mengidentikasi dan menerapi gangguan-gangguan metabolik terkait yang umum menyertai perlemakan hati, misalnya dia- betes dan kolesterol tinggi. Selanjutnya, dilakukan per- baikan resistensi insulin de- ngan penurunan berat badan, olahraga, maupun obat-obat- an. Pemberian obat hepatopro- tektif seperti antioksidan juga perlu untuk melindungi sel-sel hati dari kerusakan lebih lanjut. (*/S-3) JEC Kedoya Unggulkan Mata Anak PEMBANGUNAN gedung baru rumah sakit Jakarta Eye Center (JEC) yang berlokasi di Kedoya, Jakarta Barat, mencapai tahap topping off (penyelesaian puncak bangunan) kemarin. Rumah sakit ini direncanakan akan dapat memulai pelayanannya pada akhir tahun ini. Seremoni topping off diresmikan Sekretaris Jenderal Kemen- terian Kesehatan RI Ratna Rosita. “Semoga JEC nantinya bisa turut membantu meningkatkan kesehatan mata masyarakat untuk mewujudkan visi the right to sight,” ujar Rita. Pada kesempatan sama, Direktur JEC Prof dr Istiantoro SpM mengungkapkan, selain memberi layanan-layanan kesehatan mata seperti penanganan gangguan refraksi, retina, tumor mata, katarak, glaukoma, dan lasik, JEC Kedoya dirancang untuk unggul di bidang pelayanan kesehatan mata anak. ‘’Kami telah menyiapkan sumber daya manusia dengan mengirim dokter-dokter untuk mendalami bidang mata anak di luar negeri,’’ imbuh Istiantoro. (*/S-3) RS Jangan Dibebani Pajak Tinggi PERSATUAN Pemilik Rumah Sakit Swasta Nasional (Persana) meminta pemerintah menghapus beberapa jenis pajak yang membebani mereka. Pasalnya, meski berstatus swasta, selama ini RS swasta lebih banyak melakukan fungsi sosial. Bahasan itu mengemuka dalam seminar bertajuk Investasi & Pengembangan Bisnis Rumah Sakit sekaligus pengukuhan pengurus Persana 2011-2014, di Jakarta, kemarin. ‘’Fungsi sosial RS swasta lebih dominan jika dibandingkan dengan fungsi ekonomi. Untuk menjalankan fungsi sosial tersebut perlu kerja sama dan koordinasi yang baik antara pe- merintah dan pihak swasta,’’ ujar Ketua Persana Rizal Sini. Sayangnya, selama ini pemerintah justru membebani RS swasta dengan beragam regulasi yang menyulitkan RS swasta untuk berkembang. Soal pajak misalnya, impor alat-alat kesehatan dikenai pajak barang mewah sehingga biayanya tinggi. “Sementara itu, di Malaysia, pemerintahnya justru menyub- sidi biaya obat-obatan yang disediakan di seluruh rumah sakitnya,” ujar konsultan keuangan Sugeng Purwanto pada kesempatan sama. (*/S-3) INFO K EBERHASILAN operasi cangkok hati terhadap sejum- lah pasien sirosis (pengerasan) dan kanker hati di RS Cipto Mangunkusumo dan RS Puri Indah, Jakarta, baru-baru ini, membawa angin segar bagi pengembangan tek- nik penanganan gangguan hati di Indonesia. Operasi itu merupakan solu- si pamungkas bagi problem sirosis dan kanker hati tahap lanjut. Sayangnya, selain be- lum begitu berkembang di Indonesia, biaya operasi itu juga sangat mahal, mencapai miliaran rupiah. Sebenarnya, sebelum kanker hati mencapai tahap lanjut, ada sejumlah alternatif terapi yang bisa menjadi solusi. Spesialis hepatobilier-pancreas & liver transplant dari Gastrointestinal, Liver & Pancreas Center RS Puri Indah, dr Tjhang Supardjo SpB menjelaskan tiga teknik terkini penanganan kanker hati. Yaitu, pembedahan, ablasi, dan TACE (transcatheter arterial chemoembolization). ’’Untuk kanker hati, terapi- terapi itulah yang terbukti memberi hasil baik. Sedang- kan kemoterapi umum (general chemotherapy) tidak dianjurkan karena berdasar studi, efeknya tidak signikan,’’ jelas Tjhang, di Jakarta, Senin (31/1). Pemilihan jenis terapi, lanjut Tjhang, disesuaikan dengan kondisi kanker hati. Pembedah- an atau reseksi misalnya, cocok dilakukan pada kanker hati ukuran kecil, belum bermetas- tasis (menyebar ke organ lain), dan fungsi hati relatif masih baik. ’’Pada kanker berukuran le- bih dari 5 cm, pembedahan juga bisa dilakukan asal lokasinya memungkinkan,’’ jelas Tjhang yang juga pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Tri- sakti, Jakarta. Saat ini, teknik pembedah- an kanker semakin terbantu dengan ditemukannya pisau bedah cavitron ultrasonic surgi- cal aspirator (CUSA)). Pisau ini mampu memotong jaringan hati tanpa pembuluh darah di sekitarnya ikut terpotong. De- ngan demikian, pembedahan bisa dilakukan secara lebih aman dan cepat. Teknik lainnya adalah ablasi. Prinsipnya, menghancurkan sel-sel kanker dengan suatu energi. ’’Cryoablation termasuk dalam teknik ini, tapi itu tergo- long teknik lama,’’ ujar Tjhang yang lulusan Zhejiang Uni- versity School of Medicine, Hangzhou, China. Yang terbaru adalah radio- frequency ablation (RFA). RFA menggunakan gelombang radiofrekuensi yang meng- hasilkan panas bersuhu 90-110 derajat celsius untuk menghan- curkan sel-sel kanker. Caranya, sebuah alat se- rupa jarum diarahkan langsung menuju tumor dengan panduan USG atau CT scan. Sesampainya di jaringan tumor, ujung jarum membuka sehingga bercabang- cabang dan menjangkau ham- pir seluruh area tumor. Selan- jutnya, gelombang frekuensi radio disalurkan melalui jarum tersebut untuk menghancurkan sel-sel kanker. Kriteria penggunaan RFA antara lain, tumor masih kecil, jumlahnya hanya satu atau paling banyak tiga titik, lokasi- nya tidak di permukaan hati dan tidak berdekatan dengan pembuluh darah besar. Mengurung tumor Teknik lainnya yang cukup menjanjikan adalah TACE. Prinsip TACE adalah memberi obat kemoterapi langsung pada sel-sel kanker. TACE didahului penentuan pembuluh-pembu- luh darah di sekeliling tumor yang menjadi saluran suplai darah dan nutrisi yang selama ini menghidupi sel-sel kanker. Selanjutnya, melalui pem- buluh vena besar di pangkal paha (vena portal), sebuah kateter (serupa selang halus) dimasukkan. Dipandu gambar pencitraan pada layar monitor, kateter diarahkan menyusuri pembuluh darah hingga sam- pai pada pembuluh-pembuluh darah sekeliling tumor. Kemu- dian, melalui kateter itu obat kemoterapi dialirkan lang- sung menuju pembuluh darah sekeliling kanker. Dengan de- mikian, sel-sel kanker dalam jaringan tumor terkurung oleh obat kemoterapi. Ini berbeda dengan kemote- rapi konvensional, obat diberi- kan melalui suntikan atau diminum sehingga obat harus melewati jalur panjang sebelum sampai pada sel-sel kanker. Penelitian menunjukkan, de- ngan TACE, konsentrasi obat yang mencapai jaringan tumor 100 kali lebih banyak daripada dengan kemoterapi konven- sional. Itulah sebabnya, dengan TACE dosis obat yang dibutuh- kan hanya seperlima dosis obat kemoterapi konvensional. Tak hanya itu, setelah pem- berian obat, pada TACE juga dilakukan penutupan saluran pembuluh darah di sekeliling tumor (embolisasi) dengan zat khusus. Embolisasi bertujuan menutup jalur suplai darah yang selama ini menghidupi sel-sel kanker. Ketiga teknik penanganan kanker hati itu umumnya ber- biaya puluhan juta rupiah. Un- tuk TACE misalnya, di RS Puri Indah tarifnya sekitar Rp20 juta per sesi. Biasanya pasien membutuhkan 1-3 sesi. Bagi sebagian orang, biaya puluhan juta bukan nilai sedikit, namun menurut CEO Pondok Indah Healthcare Group, dr Yanwar Hadiyanto, tarif itu jauh lebih ringan daripada di Singapura yang bisa tiga kali lipat lebih mahal. ’’Tarif itu disesuaikan dengan harga peralatan yang juga ma- hal. Unit alat TACE misalnya, harganya mencapai tujuh mili- ar rupiah. Selain itu banyak alat yang sifatnya sekali pakai dan hanya bisa diperoleh melalui impor,’’ jelas Yanwar. Lepas dari faktor biaya, ke- beradaan teknik-teknik pe- nanganan kanker hati yang terbukti memberi hasil baik itu perlu dioptimalkan. Dalam hal ini, peran pemerintah diper- lukan agar masyarakat bisa menjangkau layanan kesehatan yang diperlukan.(S-2) [email protected] ENI KARTINAH Teknik penanganan kanker hati kian canggih. Mulai dari pembedahan dengan pisau khusus hingga menutup jalur suplai nutrisi yang dibutuhkan sel-sel kanker. Ada Sel Ganas di Kegemukan

Transcript of RABU, 2 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA...

Page 1: RABU, 2 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA …ftp.unpad.ac.id/koran/mediaindonesia/2011-02-02/media...KEMBAR SIAM: Bayi kembar siam yang dirawat di Rumah Sakit Umum Adam Malik Medan,

KEMBAR SIAM: Bayi kembar siam yang dirawat di Rumah Sakit Umum Adam Malik Medan, Sumut, Senin (31/1). Bayi pasangan Helprida, 30, dan Daniel Hutauruk, 32, itu lahir dengan kelainan dempet dada dengan berat 2,6 kg.

ANTARA/ SEPTIANDA PERDANA

13KESEHATANRABU, 2 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA

Tiga Teknik Pemulih Hati

BUKAN tanpa alasan jika pe-doman gaya hidup sehat selalu mencakup berat badan seim-bang. Kegemukan memang men jadi pangkal beragam pe-nyakit. Salah satunya adalah kanker hati.

“Kegemukan yang berkem-bang menjadi obesitas, jika tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan penum-pukan lemak pada organ hati. Perlemakan hati inilah yang akan memicu gangguan hati hingga berkembang menjadi kanker,” ujar pakar liver Prof dr LA Lesmana SpPD di sela acara

simposium ilmiah bertajuk New Frontiers in Internal Medicine and Related Diseases, di RS Husada, Jakarta, Sabtu (29/1).

Simposium digelar sebagai rangkaian peringatan ulang tahun ke-86 RS Husada.

Dalam dunia medis, perle-makan hati itu dikenal sebagai non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD). Bagaimana perle-makan hati bisa berujung pada kanker?

Secara sederhana, lanjut Les-

mana, mekanisme terbentuknya kanker hati akibat ke gemukan diawali reaksi oksidasi yang dipicu tumpukan lemak di hati. Reaksi oksidasi itu kemudian memicu sejumlah perubahan hingga memunculkan sel-sel kanker di hati.

Berdasar data pasien di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), kasus kanker hati yang diduga akibat perlemakan hati mulai bermunculan. “Selama ini ke-banyakan pasien kanker hati

disebabkan penyakit hepatitis kronis.

Namun, beberapa pasien kanker hati di RSCM diketahui tidak mengidap virus hepatitis, setelah dianalisis, ternyata me-reka punya riwayat kegemuk-an,” ujar Lesmana.

Fenomena itu perlu diwas-padai. Mengingat saat ini ke gemukan dialami banyak orang, tidak peduli kaya mau-pun miskin. Sebuah penelitian pada populasi di daerah De-

pok, Jawa Barat, mendapatkan prevalensi perlemakan hati mencapai 30%.

“Dapat dilihat, di Depok yang notabene daerah subur-ban pun fenomena kegemuk-an itu merebak,” imbuh Les-mana.

Kecurigaan diagnosis per-lemakan hati, lanjut Lesmana, biasanya diarahkan pada orang yang gemuk dan pemeriksaan laboratoriumnya menunjukkan peningkatan enzim-enzim hati

seperti alanine aminotransferase (ALT) dan aspartate aminotrans-ferase (AST).

Sementara itu, untuk pene-gakan diagnosis diperlukan pemeriksaan USG, CT scan, maupun MRI.

Ketika seseorang terdiag-nosis mengalami perlemakan hati, penanganan harus segera dilakukan.

Perubahan gaya hidup (diet dan olahraga) menjadi lini pertama bagi semua pasien

perlemakan hati. Tindakan lainnya adalah

meng identifi kasi dan menerapi gangguan-gangguan metabolik terkait yang umum menyertai perlemakan hati, misalnya dia-betes dan kolesterol tinggi.

Selanjutnya, dilakukan per-baikan resistensi insulin de-ngan penurunan berat badan, olahraga, maupun obat-obat-an.

Pemberian obat hepa to pro-tek tif seperti antioksidan juga per lu untuk melindungi sel-sel hati dari kerusakan lebih lanjut. (*/S-3)

JEC Kedoya Unggulkan Mata Anak PEMBANGUNAN gedung baru rumah sakit Jakarta Eye Center (JEC) yang berlokasi di Kedoya, Jakarta Barat, mencapai tahap topping off (penyelesaian puncak bangunan) kemarin. Rumah sakit ini direncanakan akan dapat memulai pelayanannya pada akhir tahun ini.

Seremoni topping off diresmikan Sekretaris Jenderal Kemen-terian Kesehatan RI Ratna Rosita. “Semoga JEC nantinya bisa turut membantu meningkatkan kesehatan mata masyarakat untuk mewujudkan visi the right to sight,” ujar Rita.

Pada kesempatan sama, Direktur JEC Prof dr Istiantoro SpM mengungkapkan, selain memberi layanan-layanan kesehatan mata seperti penanganan gangguan refraksi, retina, tumor mata, katarak, glaukoma, dan lasik, JEC Kedoya dirancang untuk unggul di bidang pelayanan kesehatan mata anak.

‘’Kami telah menyiapkan sumber daya manusia dengan mengirim dokter-dokter untuk mendalami bidang mata anak di luar negeri,’’ imbuh Istiantoro. (*/S-3)

RS Jangan Dibebani Pajak TinggiPERSATUAN Pemilik Rumah Sakit Swasta Nasional (Persana) meminta pemerintah menghapus beberapa jenis pajak yang membebani mereka. Pasalnya, meski berstatus swasta, selama ini RS swasta lebih banyak melakukan fungsi sosial.

Bahasan itu mengemuka dalam seminar bertajuk Investasi & Pengembangan Bisnis Rumah Sakit sekaligus pengukuhan pengurus Persana 2011-2014, di Jakarta, kemarin.

‘’Fungsi sosial RS swasta lebih dominan jika dibandingkan dengan fungsi ekonomi. Untuk menjalankan fungsi sosial tersebut perlu kerja sama dan koordinasi yang baik antara pe-merintah dan pihak swasta,’’ ujar Ketua Persana Rizal Sini.

Sayangnya, selama ini pemerintah justru membebani RS swasta dengan beragam regulasi yang menyulitkan RS swasta untuk berkembang. Soal pajak misalnya, impor alat-alat kesehatan dikenai pajak barang mewah sehingga biayanya tinggi.

“Sementara itu, di Malaysia, pemerintahnya justru menyub-sidi biaya obat-obatan yang disediakan di seluruh rumah sakitnya,” ujar konsultan keuangan Sugeng Purwanto pada kesempatan sama. (*/S-3)

INFO

KE B E R H A S I L A N ope rasi cangkok hati terhadap sejum-lah pasien sirosis

(pengerasan) dan kanker hati di RS Cipto Mangunkusumo dan RS Puri Indah, Jakarta, baru-baru ini, membawa a ngin segar bagi pengembangan tek-nik penanganan gangguan hati di Indonesia.

Operasi itu merupakan solu-si pamungkas bagi problem sirosis dan kanker hati tahap lanjut. Sayangnya, selain be-lum begitu berkembang di Indo nesia, biaya operasi itu juga sangat mahal, mencapai miliaran rupiah.

Sebenarnya, sebelum kanker hati mencapai tahap lanjut, ada sejumlah alternatif terapi yang bisa menjadi solusi. Spesialis hepatobilier-pancreas & liver transplant dari Gastrointestinal, Liver & Pancreas Center RS Puri Indah, dr Tjhang Supardjo SpB menjelaskan tiga teknik terkini penanganan kanker hati. Yaitu, pembedahan, ablasi, dan TACE (transcatheter arterial chemoembolization).

’’Untuk kanker hati, terapi-terapi itulah yang terbukti memberi hasil baik. Sedang-kan kemoterapi umum (general chemotherapy) tidak dianjurkan karena berdasar studi, efeknya tidak signifi kan,’’ jelas Tjhang, di Jakarta, Senin (31/1).

Pemilihan jenis terapi, lanjut Tjhang, disesuaikan dengan kondisi kanker hati. Pembedah-an atau reseksi misalnya, cocok dilakukan pada kanker hati ukuran kecil, belum bermetas-tasis (menyebar ke organ lain), dan fungsi hati relatif masih baik.

’’Pada kanker berukuran le-bih dari 5 cm, pembedahan juga bisa dilakukan asal lokasinya memungkinkan,’’ jelas Tjhang

yang juga pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Tri-sakti, Jakarta.

Saat ini, teknik pembedah-an kanker semakin terbantu dengan ditemukannya pisau bedah cavitron ultrasonic surgi-cal aspirator (CUSA)). Pisau ini mampu memotong jaringan hati tanpa pembuluh darah di sekitarnya ikut terpotong. De-ngan demikian, pembedahan bisa dilakukan secara lebih aman dan cepat.

Teknik lainnya adalah ablasi. Prinsipnya, menghancurkan sel-sel kanker dengan suatu energi. ’’Cryoablation termasuk dalam teknik ini, tapi itu tergo-long teknik lama,’’ ujar Tjhang

yang lulusan Zhejiang Uni-versity School of Medicine, Hangzhou, China.

Yang terbaru adalah radio-frequency ablation (RFA). RFA menggunakan gelombang radiofrekuensi yang meng-hasilkan panas bersuhu 90-110 derajat celsius untuk menghan-curkan sel-sel kanker.

Caranya, sebuah alat se-rupa jarum diarahkan langsung menuju tumor dengan panduan USG atau CT scan. Sesampainya di jaringan tumor, ujung jarum membuka sehingga bercabang-cabang dan menjangkau ham-pir seluruh area tumor. Selan-jutnya, gelombang frekuensi radio disalurkan melalui jarum tersebut untuk menghancurkan sel-sel kanker.

Kriteria penggunaan RFA antara lain, tumor masih kecil, jumlahnya hanya satu atau paling banyak tiga titik, lokasi-nya tidak di permukaan hati

dan tidak berdekatan dengan pembuluh darah besar.

Mengurung tumorTeknik lainnya yang cukup

menjanjikan adalah TACE. Prinsip TACE adalah memberi obat kemoterapi langsung pada sel-sel kanker. TACE didahului penentuan pembuluh-pembu-luh darah di sekeliling tumor yang menjadi saluran suplai darah dan nutrisi yang selama ini menghidupi sel-sel kanker.

Selanjutnya, melalui pem-buluh vena besar di pangkal paha (vena portal), sebuah kateter (serupa selang halus) dimasukkan. Dipandu gambar pencitraan pada layar monitor, kateter diarahkan menyusuri pembuluh darah hingga sam-pai pada pembuluh-pembuluh darah sekeliling tumor. Kemu-dian, melalui kateter itu obat kemoterapi dialirkan lang-sung menuju pembuluh darah

sekeliling kanker. Dengan de-mikian, sel-sel kanker dalam jaringan tumor terkurung oleh obat kemoterapi.

Ini berbeda dengan kemote-rapi konvensional, obat diberi-kan melalui suntikan atau di minum sehingga obat harus melewati jalur panjang sebelum sampai pada sel-sel kanker.

Penelitian menunjukkan, de-ngan TACE, konsentrasi obat yang mencapai jaringan tumor 100 kali lebih banyak daripada dengan kemoterapi konven-sional. Itulah sebabnya, dengan TACE dosis obat yang dibutuh-kan hanya seperlima dosis obat kemoterapi konvensional.

Tak hanya itu, setelah pem-berian obat, pada TACE juga dilakukan penutupan saluran pembuluh darah di sekeliling tumor (embolisasi) dengan zat khusus. Embolisasi bertujuan menutup jalur suplai darah yang selama ini menghidupi sel-sel kanker.

Ketiga teknik penanganan kanker hati itu umumnya ber-biaya puluhan juta rupiah. Un-tuk TACE misalnya, di RS Puri Indah tarifnya sekitar Rp20 juta per sesi. Biasanya pasien membutuhkan 1-3 sesi.

Bagi sebagian orang, biaya puluhan juta bukan nilai sedikit, namun menurut CEO Pondok Indah Healthcare Group, dr Yanwar Hadiyanto, tarif itu jauh lebih ringan daripada di Singapura yang bisa tiga kali lipat lebih mahal.

’’Tarif itu disesuaikan dengan harga peralatan yang juga ma-hal. Unit alat TACE misalnya, harganya mencapai tujuh mili-ar rupiah. Selain itu banyak alat yang sifatnya sekali pakai dan hanya bisa diperoleh melalui impor,’’ jelas Yanwar.

Lepas dari faktor biaya, ke-beradaan teknik-teknik pe-nanganan kanker hati yang terbukti memberi hasil baik itu perlu dioptimalkan. Dalam hal ini, peran pemerintah diper-lukan agar masyarakat bisa menjangkau layanan kesehatan yang diperlukan.(S-2)

[email protected]

ENI KARTINAH

Teknik penanganan kanker hati kian canggih. Mulai dari pembedahan dengan pisau khusus hingga menutup jalur suplai nutrisi yang dibutuhkan sel-sel kanker.

Ada Sel Ganas di Kegemukan