Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2011 - bi.go.id · Guna mencapai tujuan tersebut, Bank...

101
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2011 Kantor Bank Indonesia Manado

Transcript of Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2011 - bi.go.id · Guna mencapai tujuan tersebut, Bank...

0

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara

Triwulan III 2011 Kantor Bank Indonesia Manado

1

Kata Pengantar

Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah

terakhir dengan UU No. 6 Tahun 2009 , dijelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah

mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai tujuan tersebut, Bank

Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan

moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan

mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah,

setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut

berperan sebagai yang diharapkan mampu

memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini

sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan

kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah

tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara

secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro ekonomi regional, tingkat

harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan

kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang.

Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui

penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder

maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti

pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di

daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas

dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat

memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah

membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.

Manado, 30 September 2011

BANK INDONESIA MANADO

Ramlan Ginting

Pemimpin

2

Daftar Isi

KATA PENGANTAR halaman 1

DAFTAR ISI

halaman 2

RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 5

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 13

Sisi Permintaan halaman 13

Sisi Penawaran halaman 21

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 31

Inflasi Tahunan (yoy) halaman 32

Inflasi Triwulanan (qtq)

Inflasi Bulanan (mtm)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi

Boks 1

halaman 32

halaman 33

halaman 35

halaman 40

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 43

Struktur Aset Perbankan halaman 43

Perkembangan Kantor Bank halaman 43

Perkembangan Bank Umum Konvensional

Stabilitas Sistem Perbankan

Perkembangan Perbankan Syariah

Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat

halaman 45

halaman 52

halaman 55

halaman 56

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 59

Dana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 60

APBD di Tingkat Provinsi halaman 62

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 69

Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69

Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 74

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

halaman 77

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah halaman 77

Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat halaman 80

3

PROSPEK PEREKONOMIAN halaman 87

Prospek Ekonomi Makro halaman 87

Prakiraan Inflasi halaman 92

Prospek Perbankan Halaman 99

Daftar Istilah dan Singkatan halaman 97

4

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431 - 866933

Email : [email protected]; [email protected]; [email protected] website : www.bi.go.id Publikasi ini dapat diunduh dalam bentuk softfile pada: http://www.bi.go.id/web/id/DIBI/Info_Publik/Ekonomi_Regional/

5

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Makro Ekonomi Regional

Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama

triwulan III-2011. Setelah tumbuh 7,14% (yoy) pada triwulan

sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara kembali

tumbuh pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang

sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 7,73% (yoy). Optimisme

semakin membaiknya perekonomian serta prospek kedepan

mendorong meningkatnya kinerja konsumsi dan investasi.

Sementara itu, kinerja perdagangan luar negeri Sulawesi Utara

menunjukkan adanya pertumbuhan negatif.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2011

disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada dengan tingkat

pertumbuhan total sebesar 7,73% (yoy), relatif lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar

7,04% (yoy). Pertumbuhan terutama terjadi sebagai multiplier

effect penyelenggaraan even berskala internasional dan nasional

pada triwulan laporan yang pada tahap selanjutnya akan

mendorong aktivitas pada sektor penopang pertumbuhan ekonomi

Sulut. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada

triwulan III-2011 adalah Sektor Bangunan yang tercatat tumbuh

15,76% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,26% terhadap total

pertumbuhan. Selanjutnya, sektor pertanian dan sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) juga masih menjadi

kontributor pertumbuhan ekonomi dengan sumbangan masing-

masing sebesar 0,52% dan 2% terhadap total pertumbuhan.

Perkembangan Inflasi Daerah

Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama triwulan III-2011.

Tren penurunan tekanan inflasi di Kota Manado secara umum masih terjadi sepanjang triwulan III-2011. Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011 tercatat

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada

6

Tren penurunan tekanan inflasi di Kota Manado secara umum

masih terjadi sepanjang triwulan III-2011. Secara tahunan, inflasi

Kota Manado pada triwulan III-2011 tercatat 1,25% (yoy),

mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama

tahun lalu sebesar 7,38% (yoy) dan masih lebih rendah

dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 4,61% (yoy). Sejalan

dengan pergerakan inflasi tahunan, inflasi bulanan selama triwulan

III-2011 juga mengalami penurunan menjadi deflasi 0,22% (mtm)

pada September 2011 dari 0,08% (mtm) pada Juli 2011, angka ini

jauh lebih rendah dibandingkan inflasi nasional pada September

2011 sebesar 0,27% (mtm). Akumulasi laju inflasi (ytd) Kota

Manado sampai dengan September 2011 tercatat lebih rendah

(0,19%) dibandingkan akumulasi inflasi nasional (2,97%).

Sementara itu, sebagaimana pola musimannya, Kota Manado pada

periode laporan juga mencatat deflasi 0,05% (qtq).

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi

secara tahunan pada triwulan III-2011 terutama didorong oleh

kelompok inti (core inflation), sementara kelompok bahan

makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok

komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered

prices) justru memberikan sumbangan negatif terhadap inflasi pada

periode laporan.

Perkembangan Perbankan Daerah

Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian,

perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara

pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif. Aset,

dana pihak ketiga, dan outstanding kredit mengalami

pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya. Di sisi penghimpunan dana, pertumbuhan

Dana Pihak Ketiga terutama terjadi pada jenis deposito. Sementara

itu, kredit tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya, terutama kredit investasi. Pertumbuhan kredit

yang lebih cepat daripada pertumbuhan DPK menyebabkan Loan

Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian, perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada triwulan II-2011 terutama didorong oleh Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada triwulan III-2011 terutama didorong oleh

7

to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada

level sedikit di atas 100% dan sedikit mengalami peningkatan

dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Beberapa aspek

yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko

kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif

terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada

nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%.

Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi

Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif.

Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai dengan

posisi September 2011 meningkat sebesar 20,46% (yoy), sejalan

dengan pertumbuhan kredit sebesar 48,16%. Sementara itu, DPK

tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 33,13% (yoy) pada

triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to Deposit

Ratio (FDR) meningkat dari 208,33% pada triwulan III-2010

menjadi sebesar 231,85% pada triwulan III-2011.

Sejalan dengan itu kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada

triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif yang

tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Namun

demikian, hal ini tidak diikuti dengan perbaikan kualitas kredit dan

rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Aset BPR pada Juni 2011

mengalami pertumbuhan positif sebesar 68,43% (yoy), menjadi

Rp563,1 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan

terutama didorong oleh pertumbuhan kredit tercatat 70,22%

(yoy) atau mencapai Rp420,1 miliar.

Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)

Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum

(DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat bagi

Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara Tahun 2011

meningkat sebesar 12,05% dibandingkan dengan Tahun 2010.

Secara agregat, jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah

pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai

Rp5,67 triliun. Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi

Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan

Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) ...

Sejalan dengan itu kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif

8

di Tahun 2011 mengalami peningkatan alokasi anggaran

dibandingkan tahun lalu.

Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan III-2011 lebih rendah

dibandingkan triwulan II 2010, hal ini tercermin dari realisasi

pendapatan dan belanja daerah yang mengalami penurunan

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Disisi lain

sampai dengan triwulan laporan tingkat pendapatan secara umum

baru terealisasi 76,4% dari total target pendapatan atau lebih

rendah dibandingkan pencapaian tahun lalu yang tercatat sebesar

85,2%. Sementara itu, sampai dengan triwulan III-2011 realisasi

belanja tercatat sebesar 51,9% dari total anggaran atau lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun

sebelumnya tercatat 67,3% dari total anggaran.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Pada triwulan III-2011, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai

di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan. Transaksi

pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement

(BI-RTGS), untuk wilayah Sulawesi Utara, baik secara nominal

maupun nominal meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sejalan dengan itu, transaksi dan volume pembayaran melalui

kliring di wilayah Sulawesi juga mengalami peningkatan.

Selanjutnya aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang

dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III-

2011 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya.

Selama triwulan III-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk

tercatat sebesar 37,98%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan

triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 64,11%. Secara

nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama

triwulan laporan adalah sebesar Rp376 miliar. Budaya dan perilaku

masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang kertas

seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan mencorat-

coret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena

Pada triwulan III-2011, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan ...

Selama triwulan III-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 100,59%

Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan III-2011 lebih rendah...

9

faktor iklim tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat

kelusuhan uang kertas.

Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong

selama triwulan laporan tercatat 1,57% dari rata-rata lembar

warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami penurunan

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang

tercatat 1,72%.

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Masyarakat

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga terus menunjukkan

perbaikan, hal tersebut sesuai dengan perkembangan

pertumbuhan perekonomian daerah yang semakin meningkat. Hal

ini ditunjukkan melalui Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang

secara konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun

terakhir. Selain itu, penurunan tingkat pengangguran juga

terindikasi dari angka penggunaan tenaga kerja oleh dunia usaha

Sulawesi Utara yang mencatat angka positif. Angka yang diperoleh

dari hasil Survei Konsumen (SK) triwulan III-2011, menunjukkan

masyarakat Sulawesi Utara masih optimis terhadap ketersediaan

lapangan kerja yang ditunjukkan melalui indeks ketersediaan

lapangan kerja yang masih dalam level optimis.

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan

masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat.

Kondisi ini ditandai oleh turunnya tingkat kemiskinan yang

didukung oleh kenaikan indeks penghasilan dan Nilai Tukar Petani

(NTP).

Outlook Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan IV-2011

diperkirakan mengalami pertumbuhan pada kisaran 7,61% -

7,81% (yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh

Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan tercatat 1,57% dari

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga terus menunjukkan perbaikan ...

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan IV-2011 diperkirakan mengalami pertumbuhan pada kisaran 7,61% - 7,81% (yoy)

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat...

10

kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) yang

mengalami peningkatan seiring dengan maraknya even yang

dilaksanakan di Sulawesi Utara serta peningkatan aktivitas

konsumsi masyarakat menjelang perayaan Natal 2011 dan Tahun

Baru 2012. Seiring dengan hal tersebut, sektor Bangunan

diperkirakan akan mengalami pertumbuhan positif yang ditandai

dengan peningkatan realisasi proyek fisik pemerintah menjelang

masa akhir tahun anggaran. Di sisi lain, sektor Pertanian masih

menjadi salah satu sektor yang berkontribusi tinggi terhadap

pertumbuhan ekonomi Sulut meskipun masih mengalami

pertumbuhan yang melambat dibandingkan periode yang sama

tahun lalu.

Outlook Inflasi Regional

Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2011 diperkirakan akan

meningkat, berada pada kisaran 2,30%±1% (yoy). Dari sisi

fundamental, faktor pendorong laju inflasi tahunan Kota Manado

diantaranya bersumber dari harga komoditas internasional

terutama harga emas dunia yang berpotensi masih cenderung

meningkat dan peningkatan permintaan seiring perayaan Hari

Raya Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Peningkatan harga

komoditas serta permintaan masyarakat menjelang hari raya

selanjutnya berdampak terhadap pembentukan ekspektasi

masyarakat akan tingginya laju inflasi pada triwulan IV-2011. Dari

sisi non fundamental tekanan inflasi volatile foods diperkirakan

akan meningkat sebagai faktor berkurangnya pasokan dan

melonjaknya permintaan seiring dengan perayaan Natal 2011 serta

Tahun Baru 2012. Namun demikian, laju inflasi kelompok volatile

foods masih dapat diredam oleh membaiknya suplai ikan di laut

Sulawesi dan perkiraan panen raya beras di Sulut pada akhir tahun

2011 sesuai dengan pola musimannya. Sementara itu, inflasi

kelompok administered price relatif terkendali seiring kebijakan

pemerintah untuk mempertahankan harga bahan bakar bersubsidi

hingga akhir tahun 2012.

Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2011 diperkirakan akan meningkat, berada pada kisaran

11

Prospek Perbankan

Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga

acuannya (BI rate) sebesar 6,75% pada triwulan III-2011

diperkirakan akan direspon oleh perbankan dengan melakukan

penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga pinjaman perbankan

walaupun masih dalam kisaran yang relatif terbatas. Survei

Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan mulai

adanya peningkatan ekspektasi konsumen terhadap peningkatan

tingkat suku bunga.

Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime

Lending Rate, dengan harapan dapat mendorong penurunan suku

bunga perbankan. Dengan adanya kebijakan ini, setiap bulan bank

harus mengumumkan suku bunga kreditnya berdasarkan masing-

masing sektor baik bunga kredit korporasi, retail, kredit pemilikan

rumah (KPR), dan kredit lainnya. Kebijakan ini dikeluarkan agar

tercipta transparansi bunga kredit dan persaingan yang sehat pada

industri perbankan. Di sisi lain, kebijakan ini akan menjadi petunjuk

(guideliness) dari bank sentral untuk menyeragamkan suku bunga

utama kepada nasabah perbankan.

Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6,75% pada triwulan III-2011

Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime Lending Rate, dengan harapan dapat mendorong penurunan suku bunga perbankan .

12

Halaman ini sengaja dikosongkan

13

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi

Provinsi Sulawesi Utara (yoy)

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama triwulan III-2011. Setelah

tumbuh 7,14% (yoy) pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara

kembali tumbuh pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya, yaitu sebesar 7,73% (yoy). Optimisme semakin membaiknya perekonomian

serta prospek kedepan mendorong meningkatnya kinerja konsumsi dan investasi.

Sementara itu, kinerja perdagangan luar negeri Sulawesi Utara menunjukkan adanya

pertumbuhan negatif. Penurunan kinerja ekspor khususnya terjadi pada komoditi perikanan

yang terkendala faktor cuaca. Sementara itu, dari sisi penawaran, peningkatan kinerja

sektor bangunan dan PHR merupakan faktor utama pendorong terjadinya akselerasi

perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III-2011.

1.1 SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan III-2011 terutama ditopang

oleh membaiknya kinerja investasi. Peningkatan kinerja investasi pada triwulan laporan

didorong oleh realisasi ekspor proyek fisik swasta maupun pemerintah. Kegiatan konsumsi,

baik konsumsi swasta maupun pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif,

meskipun melambat apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Faktor

pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi diantaranya: (1) peningkatan

pendapatan masyarakat terutama yang bersumber dari penerimaan Tunjangan Hari Raya

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

%

14

Grafik 1.2. Indeks Ekonomi Saat Ini

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado.

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

(THR) dan pencairan gaji ke-13, (2) peningkatan aktivitas konsumsi seiring tahun ajaran

baru, perayaan Hari Raya Pengucapan Syukur, Bulan Suci Ramadhan dan Idul Fitri.

Sementara itu, kinerja ekspor di triwulan III-2011 tercatat mengalami pertumbuhan negatif,

salah satu faktor penyebab penurunan ini adalah kondisi cuaca buruk yang terjadi telah

berdampak pada penurunan volume ekspor khususnya produk perikanan yang menjadi

salah satu sektor unggulan ekspor Sulut.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)

1.1.1 Konsumsi

Kegiatan konsumsi selama triwulan III-2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 7,34%

(yoy) dengan kontribusi sebesar 4,47% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan

pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya, maka kinerja kegiatan konsumsi selama

triwulan laporan tercatat mengalami sedikit perlambatan. Namun demikian, kinerja

konsumsi masih tercatat sebagai kontributor utama pertumbuhan ekonomi Sulut pada

triwulan III-2011. Faktor pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi diantaranya :

(1) peningkatan pendapatan masyarakat terutama yang bersumber dari penerimaan

Tunjangan Hari Raya (THR) dan pencairan gaji ke-13, (2) peningkatan aktivitas konsumsi

seiring tahun ajaran baru, perayaan Hari Raya Pengucapan Syukur, Bulan Suci Ramadhan

dan Idul Fitri.

Kinerja konsumsi swasta pada triwulan

laporan salah satunya terindikasi melalui

Indeks Ekonomi Saat Ini (IEK) berdasarkan hasil

Survei Konsumen (SK) di Kota Manado pada

triwulan III-2011. Sebagaimana terlihat pada

grafik 1.2, pada akhir triwulan laporan

(September 2011) IEK mencapai 141,33. Jika

dilihat berdasarkan komponennya,

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Q2 Sumb. Q3 Sumb Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb. Q3 Sumb.

Konsumsi 7.26 4.61 8.98 5.55 10.03 6.22 5.48 3.78 6.92 4.42 7.34 4.47

Konsumsi Swasta 6.20 2.62 7.28 3.01 7.96 3.16 4.62 2.09 6.06 2.54 7.47 3.09

Konsumsi Pemerintah 9.35 1.99 12.39 2.54 13.74 3.06 7.12 1.69 8.58 1.87 6.37 1.37

PMTB 2.94 0.61 -0.19 -0.05 1.14 0.27 11.64 2.51 13.90 2.80 15.87 3.73

Stok 15.18 0.22 17.94 0.27 13.43 0.21 10.16 0.10 1.48 0.02 25.31 0.42

Ekspor 13.61 6.58 26.29 10.66 9.87 4.61 9.02 4.36 -1.46 -0.75 -16.58 -7.93

Impor 15.25 5.23 32.32 9.39 10.45 3.54 9.42 3.77 -1.75 -0.65 -19.62 -7.04

PDRB 6.80 6.80 7.04 7.04 7.77 7.77 6.99 6.99 7.14 7.14 7.73 7.73

Jenis Penggunaan2010 2011

-

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

J F M A M J J A S O N D J F M 0 M J J A S

2010 2011

Kondisi Ekonomi Saat Ini

Penghasilan Saat Ini

Pembelian Barang Tahan Lama

Ketersediaan Lap. Kerja

15

Grafik 1.3.

Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini tercermin dari positifnya nilai

indeks seluruh komponen penyusun Indeks Ekonomi Saat Ini yang meliputi Indeks

Penghasilan Saat Ini (117,5) , Indeks Pembelian Barang Tahan Lama/Durable Goods (141,5)

serta Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (165). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi usaha

yang semakin membaik berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja yang lebih besar,

yang selanjutnya mendorong kenaikan penghasilan masyarakat, dan naiknya konsumsi

rumah tangga.

Disamping itu, pertumbuhan konsumsi

selama triwulan laporan tidak lepas dari

membaiknya daya beli petani seiring

dengan meningkatnya harga komoditas

dunia. Hal ini tercermin dari peningkatan

Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan III-

2011 mencapai 103,61 atau tumbuh 1,

71% (yoy). Peningkatan terutama terjadi

pada subsektor pangan, dan peternakan.

Peningkatan subsektor perkebunan

rakyat merupakan imbas kenaikan harga komoditas unggulan Sulut (Pala, Cengkih, dan

Kopra) apabila dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, sub sektor yang masih berada

dibawah batas minimum sejahtera adalah perikanan sebagai dampak turunnya produksi

perikanan karena faktor cuaca buruk. Dalam Indeks NTP yang ditunjukan pada grafik 1.3.,

sepanjang tahun 2010 sampai akhir triwulan III 2011 NTP Sulawesi Utara selalu berada

dalam kategori sejahtera (indeks > 100). Sebagaimana diketahui, berdasarkan komposisinya

hampir 40% masyarakat di Sulawesi Utara bermata pencaharian bertani, sehingga tingkat

kesejahteraan petani mampu memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap aktivitas

konsumsi rumah tangga.

Selanjutnya, pertumbuhan positif kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat

dikonfirmasi melalui penjualan kendaraan roda empat di wilayah Kota Manado yang

mengalami kenaikan sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu dealer utama

penjualan kendaraan roda empat di Kota Manado. Selama triwulan III-2011 penjualan

kendaraan roda empat mengalami terus mengalami pertumbuhan positif hingga mencapai

6,7% (yoy) pada triwulan laporan. Adanya peningkatan penghasilan pada triwulan laporan

90

95

100

105

110

115

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

NTP

batas minimum sejahtera

Pangan

Holtikultura

Perkebunan

Peternakan

Perikanan

16

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado

Grafik 1.5. Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum

Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda empat

Grafik 1.4. Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat

direspon oleh masyarakat dengan melakukan pembelian barang dan jasa khususnya

pembelian barang tahan lama.

Sementara itu, data pernyaluran kredit konsumsi oleh perbankan Sulut tetap menunjukkan

pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila dibandingkan dengan periode yang sama

tahun sebelumnya. Pada September 2011, kredit konsumsi yang berhasil disalurkan bank

umum mencapai Rp7.641 miliar, atau tumbuh sebesar 9,11% (yoy), melambat apabila

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat mengalami

pertumbuhan 26,27% (yoy).

Sejalan dengan pertumbuhan positif konsumsi swasta, kegiatan konsumsi pemerintah

selama triwulan III-2011 juga tumbuh positif sebesar 6,37% (yoy), namun tercatat

mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar

12,39% (yoy). Perlambatan ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan realisasi anggaran

belanja di triwulan III-2011 yang baru mencapai 51,9% dari target belanja APBD P 2011

sebesar Rp1.443 miliar, atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang

menghasilkan pencapaian yang sama (67,3%) dengan target yang lebih rendah yakni

Rp1.093 miliar.

1.1.2 Investasi

Pada triwulan III-2011, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar

25,31% (yoy). Faktor pendorong pertumbuhan kinerja investasi pada triwulan III 2011

diantaranya pembangunan berbagai infrastruktur pendukung terkait persiapan perhelatan

internasional Asean Economic Ministry (AEM), pembangunan jalan ringroad II yang masih

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Total Sales (Unit) - left axis gSales (% yoy) - right axis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Kredit_Konsumsi (Rp miliar) - left axis gKredit_Konsumsi (% yoy) - right axis

17

berjalan, pembangunan PLTS di Miangas dan realisasi pembangunan jaringan internet di

Minahasa Selatan serta kegiatan investasi swasta di bidang properti.

Selain itu, peran perbankan dalam penyaluran pembiayaan untuk kegiatan investasi juga

terus mengalami peningkatan. Sampai akhir triwulan III-2011, jumlah kredit investasi

tercatat sebesar Rp2.195 miliar atau tumbuh 115,58% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan

triwulan III-2010 yang hanya tumbuh 10,91% (yoy). Pencapaian pertumbuhan kredit

investasi ini diharapkan dapat mendorong kinerja investasi pada tahap selanjutnya.

1.1.3 Ekspor Impor

Kinerja perdagangan Sulawesi Utara yang tercermin dari laju pertumbuhan ekspor dan

impor pada triwulan III-2011 tercatat mengalami kontraksi. Laju pertumbuhan ekspor pada

triwulan laporan tercatat tumbuh negatif 16.58% (yoy). Indikasi penurunan kinerja ekspor

Sulut disumbang oleh perdagangan luar negeri dan perdagangan antar daerah/provinsi.

Kegiatan ekspor antar daerah/ provinsi

mengalami pertumbuhan negatif pada

triwulan laporan. Hal ini dapat dikonfirmasi

dengan kegiatan muat barang melalui

pelabuhan Bitung. Kegiatan muat

didefinisikan sebagai kegiatan pengiriman

barang dari Sulawesi Utara ke luar provinsi.

Selama triwulan III-2011, volume barang asal

Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar

Sumber : Berbagai Media, diolah

Grafik 1.6. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Sumber : PT. PELINDO IV (Persero) Bitung

Grafik 1.7. Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung

0

20

40

60

80

100

120

140

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis gKredit_Investasi (% yoy) - right axis

-120

-70

-20

30

80

130

180

230

280

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Muat (Ribu ton) - left axis gMuat (% yoy) - right axis

18

domestik sebesar 275 ribu ton, tumbuh -64,46% (yoy) dibandingkan periode yang sama

tahun lalu.

Sejalan dengan itu, kegiatan ekspor luar

negeri selama triwulan III-2011 mengalami

pertumbuhan negatif, tercermin dari

perkembangan volume ekspor yang turun

4,13% (yoy) dari 133.13 ribu ton pada triwulan

III-2010 menjadi hanya 127.63 ribu ton pada

triwulan laporan. Penurunan volume ekspor

terutama terjadi pada komoditi perikanan yang

terkendala oleh permasalahan cuaca

buruk.

Berdasarkan jenisnya, komoditi utama

ekspor luar negeri pada triwulan III-2011

terutama didominasi dalam bentuk Lemak

dan Minyak Hewani dengan pangsa

mencapai 76% kemudian daging olahan

dan ikan olahan dengan pangsa

mencapai 9%, sisanya dalam bentuk

ikan&udang (6%), ampas/sisa industri

(4%), berbagai produk kimia (3%) dan produk lainnya (2%).

Grafik 1.9. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.8. Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Sulut

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.11. Negara Tujuan Ekspor s.d. Sept 2011

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.10. Negara Tujuan Ekspor Tahun s.d September 2010

76%

9%

6%

4% 3%2%

Lemak & minyak hewan/nabati

Daging & Ikan olahan

Ikan & Udang

Ampas/ Sisa industri Makaknan

Berbagai produk kimia

Lainnya

8%

22%

17%30%

4%1%3%

15% Belanda

Amerika Serikat

Korea Selatan

Cina

Jepang

Jerman

Meksiko

Lainnya

30%

20%17%

16%

3%3%

2%9%

Belanda

Amerika Serikat

Korea Selatan

Cina

Jepang

Jerman

Meksiko

Lainnya

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0

50

100

150

200

250

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Ekspor_Volume (Ribu ton) - left axis

gEkspor_Volume (% yoy) - right axis

19

Komposisi negara tujuan ekspor Sulut sampai dengan triwulan III-2011 mengalami

pergeseran bila dibandingkan pada tahun 2010. Negara tujuan utama ekspor Sulut sampai

dengan triwulan laporan adalah Belanda (29,53%), Amerika Serikat (20,19%), Korea

Selatan (16,66%), Cina (16,41%) sedangkan pada tahun 2010 negara tujuan ekspor

utarama Sulut adalah Cina (30,42%), Amerika Serikat (21,89%), Korea Selatan (17,38%),

Belanda (8,41%)

Sama halnya dengan kinerja ekspor, kegiatan impor Sulawesi Utara pada triwulan III-2011

juga mengalami pertumbuhan negatif sebesar 19,62% (yoy). Pertumbuhan negatif ini

terutama disebabkan oleh penurunan kinerja impor antar pulau/provinsi. Hal ini sejalan

dengan pangsa impor Sulawesi Utara yang lebih didominasi oleh impor antar pulau/provinsi

(±99%) dibandingkan impor yang didatangkan dari luar negeri (±1%).

Penurunan ini dapat dikonfirmasi dengan

kegiatan bongkar barang melalui pelabuhan

Bitung. Kegiatan bongkar didefinisikan

sebagai masuknya barang dari luar provinsi

ke Sulawesi Utara. Selama triwulan III-2011,

volume barang yang masuk ke Sulawesi

Utara (bongkar) mencapai 790 ribu ton

turun sebesar 68,26% (yoy) apabila

dibandingkan dengan periode yang sama

tahun sebelumnya tercatat 2.489 ribu ton.

Tren penurunan impor yang ditunjukkan dari

penurunan kegiatan bongkar

mengindikasikan bahwa tingkat

ketergantungan Sulawesi Utara terhadap barang dari daerah/provinsi lainnya di luar

Sulawesi Utara sudah semakin kecil.

Sementara itu, kinerja impor luar negeri Sulut masih tetap menunjukkan adanya

pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan kinerja impor luar negeri antara lain dapat

dikonfirmasi dengan data nilai impor selama triwulan III-2011 yang tercatat mencapai

USD97,96 juta meningkat dibanding triwulan III-2010 dengan nilai sebesar USD53,5 juta

atau tumbuh mengalami pertumbuhan sebesar 83,1%.

Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung

Grafik 1.12. Perkembangan Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung

-80

-70

-60

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Bongkar (Ribu ton) - left axis gBongkar (% yoy) - right axis

20

Jan'11 Feb'11 Mar'11 Apr'11 Mei'11 Jun'11 Jul'11 Agst'11 Sep'11Jan-Sep

2011

Jan-Sep

2010

Total Impor 22.09 5.59 37.07 5.50 3.80 2.60 0.90 13.40 7.00 97.96 53.50 83.1

Migas - - - - - - - - -

Non Migas 22.09 5.59 37.07 5.50 3.80 2.60 0.90 13.40 7.00 97.96 53.50 83.1

Uraian

Nilai CIF ( Ribu USD) %

Growth

(yoy)

Berdasarkan komoditasnya, kegiatan impor luar

negeri pada triwulan laporan didominasi oleh

impor komoditas gandum-ganduman dengan

pangsa 26,4% dari total nilai impor. Beberapa

komoditas impor Sulut lainnya diantaranya

mesin-mesin, kapal laut dan besi baja dengan

pangsa berturut-turut 21,7%, 20,3% dan

10,4%.

Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan September 2011 lebih

dominan didatangkan dari negara Vietnam (27%), Jepang (21%), Malaysia (12%), China

(9%), Taiwan (7%). Sedangkan negara asal impor Sulut pada tahun 2010 adalah Jepang

(31,84%), Australia (6,84%), dan Jepang (2,96%). Terdapat perbedaan urutan negara asal

impor di tahun 2010 dan 2011, jika pada tahun 2010, negara Jepang merupakan negara

asal impor barang utama Sulut dengan komoditi impor berupa mesin-mesin, maka pada

tahun 2011, negara asal impor utama adalah negara Vietnam dengan komoditi impor

berupa beras.

Tabel 1.2. Impor Sulut (Juta USD)

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.13. Pangsa Komoditi Utama Impor Sulut

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.14. Negara Asal Impor s.d Sept 2010

Grafik 1.15. Negara Asal Impor s.d. Sept 2011

Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah

5% 2%

13%

58%

22%Jepang

Malaysia

Australia

Cina

Lainnya

27%

21%

12%

11%

9%

7%

13% Vietnam

Jepang

Malaysia

Australia

Cina

Taiwan

Lainnya

Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah

27%

22%21%

11%

5%14% Gandum-ganduman

Mesin-mesin

Kapal Laut

Besi & Baja

Mesin/peralatan listrik

Lainnya

21

1.2 SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2011 disumbangkan oleh

seluruh sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,73% (yoy), relatif

lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,04% (yoy).

Pertumbuhan terutama terjadi sebagai multiplier effect penyelenggaraan even berskala

internasional dan nasional pada triwulan laporan yang pada tahap selanjutnya akan

mendorong aktivitas pada sektor penopang pertumbuhan ekonomi Sulut. Sektor yang

mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan III-2011 adalah Sektor Bangunan yang

tercatat tumbuh 15,76% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,26% terhadap total

pertumbuhan. Selanjutnya, sektor pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

(PHR) juga masih menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi dengan sumbangan masing-

masing sebesar 0,52% dan 2% terhadap total pertumbuhan.

Tabel 1.3.

Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

1.2.1 Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar

2,42% (yoy) walaupun tercatat melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun

sebelumnya yang tercatat 17,4% (yoy). Perlambatan ini antara lain disebabkan oleh

bencana hujan yang disertai angin kencang yang melanda sebagian besar wilayah Sulawesi

Utara pada awal triwulan III 2011 dan adanya bencana banjir dan longsor yang terjadi di

sentra tanaman padi di Bolaang Mongondow. Selain itu, serangan hama tungro di

beberapa kawasan sentra pertanian di Sulut (Minahasa Tenggara dan Bolaang Mongondow)

turut andil dalam perlambatan kinerja sektor pertanian.

Perkembangan kinerja sektor pertanian antara lain dapat dikonfirmasi dengan data dari

Perkembangan Produksi, Produktivitas dan Luas Panen Padi & Palawija Prov. Sulut, dimana

pada 2011 produksi beras diperkirakan mencapai 583.458 ton atau naik 1,55% (yoy)

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, jika dibandingkan

pertumbuhan tahun sebelumnya, maka jumlah produksi beras tercatat mengalami

Q2 Sumb. Q3 Sumb Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb. Q3 Sumb.

Pertanian 12.54 2.55 17.40 3.40 10.31 1.84 6.58 1.29 6.65 1.42 2.42 0.52

Pertambangan & Penggalian 2.65 0.14 0.44 0.02 2.10 0.11 5.89 0.31 5.88 0.30 7.90 0.39

Industri Pengolahan 6.37 0.48 6.63 0.51 7.48 0.58 6.03 0.47 6.93 0.52 6.33 0.49

Listrik, Gas & Air Bersih 3.86 0.03 4.77 0.04 7.35 0.05 4.81 0.04 5.33 0.04 7.22 0.06

Bangunan 2.61 0.39 -4.87 -0.79 0.86 0.15 8.31 1.39 13.59 1.97 15.76 2.26

PHR 6.77 1.07 8.92 1.35 11.11 2.00 8.79 1.31 6.36 1.00 12.97 2.00

Pengangkutan & Komunikasi 6.38 0.84 7.08 0.97 12.41 1.57 7.24 0.89 3.27 0.43 2.55 0.35

Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 6.09 0.40 6.77 0.45 8.26 0.52 5.31 0.36 7.13 0.47 6.51 0.43

Jasa-Jasa 5.82 0.89 7.21 1.08 6.54 0.94 5.89 0.93 6.46 0.98 8.20 1.23

PDRB 6.80 6.80 7.04 7.04 7.77 7.77 6.99 6.99 7.14 7.14 7.73 7.73

Lapangan Usaha2010 2011

22

Grafik 1.16. Pertumbuhan Kredit Pertanian

Sumber: BPS Sulut, diolah

perlambatan sebesar -4,71% (yoy). Perlambatan juga terjadi pada komoditi palawija (Tabel

1.4).

Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran

perbankan untuk membiayai sektor

pertanian semakin menunjukkan adanya

tren peningkatan. Sampai dengan

September 2011, jumlah kredit yang

disalurkan pada sektor pertanian mencapai

Rp319 milliar atau tumbuh 94,75% (yoy)

dibandingkan periode yang sama tahun

lalu. Namun demikian, jika dibandingkan

dengan total kredit yang disalurkan bank,

jumlah kredit pertanian hanya mencapai

2,18% dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di

sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut

tercermin dari tingginya NPL (Non Performing Loan) di sektor pertanian yang mencapai

6,47% pada triwulan laporan.

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado

Tabel 1.4. Perkembangan Produksi, Produktivitas dan Luas Panen Padi & Palawija Prov. Sulut

Jenis Tanaman 2008 2009 ASEM

2010

ARAM I

2011

Perubahan

2010-2011

(%)

Perubahan

2009-2010

(%)

Produksi (Ton)

Padi (Sawah+Ladang) 520,193 549,087 583,458 592,527 1.55 6.26

Jagung 466,061 450,989 492,614 512,799 4.10 9.23

Kedelai 7,217 7,667 9,062 9,312 2.76 18.19

Kacang Tanah 8,640 8,493 9,360 10,075 7.64 10.21

Produktivitas (Ku/Ha)

Padi (Sawah+Ladang) 47.31 47.85 48.77 48.82 0.10 1.92

Jagung 35.36 35.69 36.59 36.62 0.08 2.52

Kedelai 13.81 13.57 31.26 13.28 (57.52) 130.36

Kacang Tanah 13.14 13.17 13.12 13.15 0.23 (0.38)

Luas Panen (Ha)

Padi (Sawah+Ladang) 109,951 114,745 119,626 121,382 1.47 4.25

Jagung 131,791 126,349 134,630 140,014 4.00 6.55

Kedelai 5,227 5,652 6,834 7,011 2.59 20.91

Kacang Tanah 6,573 6,450 7,151 7,662 7.15 10.87

-100

-50

0

50

100

150

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Pertanian (Rp miliar) - left axis

gPertanian (% yoy) - right axis

23

Grafik 1.17. Perkembangan Data Penjualan Semen

Grafik 1.18. Perkembangan Kredit Konstruksi

1.2.2 Sektor Bangunan

Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan III-2011 mencatat pertumbuhan

sebesar 15,76% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,26% terhadap total pertumbuhan.

Pertumbuhan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu tercatat

mengalami kontraksi sebesar 4,87% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan

di sektor bangunan diantaranya adalah penyelesaian beberapa proyek pemerintah dan

swasta seperti pembangunan properti ruko, apartemen dan pembangunan beberapa hotel

serta perbaikan beberapa infrastruktur dalam menunjang penyelenggaraan even domestik

maupun internasional di Sulut .

Pertumbuhan sektor konstruksi tercermin pada peningkatan data penjualan semen di

Provinsi Sulawesi Utara. Selama triwulan laporan, penjualan semen tercatat mencapai

57,681 ton atau mengalami pertumbuhan 78.05% (yoy) pada bulan September 2011.

Dari sisi pembiayaan, peran perbankan terhadap sektor bangunan (konstruksi) menunjukkan

perkembangan yang menggembirakan. Hal ini tercermin dari jumlah kredit yang disalurkan

oleh perbankan sampai dengan September 2011 tercatat sebesar Rp503 miliar atau

mengalami pertumbuhan positif sebesar 27,01% (yoy) dibandingkan periode yang sama

tahun lalu.

1.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan III-2011 menunjukan

pertumbuhan positif sebesar 12,97% (yoy) dengan kontribusi sebesar 2% terhadap total

pertumbuhan. Pertumbuhan sektor ini terutama terjadi pada sub sektor hotel yang

didorong oleh penyelenggaraan beberapa even diantaranya :

Sumber : Data Asosiasi Semen Indonesia

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

160

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S

2010 2011

Volume (ton) - left axis g_semen (% yoy) - right axis

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

-

100

200

300

400

500

600

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Konstruksi (Rp miliar) - left axis

gKonstruksi (% yoy) - right axis

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado

24

a. Perayaan HUT Kota Manado ke-388 yang jatuh pada 14 Juli 2011 yang ditandai dengan

pelaksanaan Manado Expo 2011 seperti pameran, bazaar, perlombaan, Tour de

Bunaken, Manado carnaval dan pemilihan puteri Madex 2011;

b. Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA) XV yang dilaksanakan pada tanggal

12-14 Juli 2011 dengan peserta berjumlah 2.835 orang;

c. Pertemuan perwakilan 152 Kab/Kota dari 8 provinsi di Indonesia pada tanggal 25-27 Juli

2011 guna membahas masterplan percepatan pemberdayaan koperasi dan UMKM

d. Pertemuan ASEAN Economics Ministers (AEM) pada tanggal 9-13 Agustus 2011 yang

akan dihadiri oleh 8 negara anggota ASEAN dan 10 negara mitra wicara.

e. Pertemuan Pengendalian dan Monitoring Evaluasi Awal Pembangunan Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Tahun Anggaran 2011 yang dihadiri oleh kepala Dinas

Pertanian dan Peternakan (Distanak) se Sulawesi Maluku dan Papua yang berlangsung

pada tanggal 9-11 Agustus 2011.

Maraknya berbagai perhelatan yang diselenggarakan di Kota Manado selama triwulan

laporan antara lain dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara

umum memperlihatkan tren peningkatan diantaranya adalah data wisatawan mancanegara,

data jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah

kamar terjual.

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.19. Data Wisatawan Mancanegara Grafik 1.20.

Data Lama Tamu Menginap

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

(60.00)

(40.00)

(20.00)

-

20.00

40.00

60.00

80.00

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Wisman (org) - left axis

gWisman (% yoy) - right axis

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Menginap (org) - left axis

gMenginap (% yoy) - right axis

Grafik 1.21. TPK dan Lama Menginap Grafik 1.22.

Jumlah Kamar Terjual

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4

-

10

20

30

40

50

60

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

TPK (%) - left axis

Ratas Menginap (hari) - right axis

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Kmr Terjual (unit) - left axis

gKmr Terjual (% yoy) - right axis

25

Grafik 1.24. Perkembangan Kredit Sektor PHR

Grafik 1.23. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran per KLUI

Pertumbuhan kinerja sektor PHR tidak terlepas dari peningkatan kinerja sub sektor

pedagangan besar dan eceran yang didorong oleh dampak lanjutan dari membaiknya daya

beli masyarkat akibat peningkatan pendapatan masyarakat yang diperoleh dari penerimaan

THR. Pertumbuhan sub sektor perdagangan besar dan eceran dapat dikonfirmasi dari hasil

Survei Penjualan Eceran (SPE) oleh KBI Manado pada triwulan III-2011 yang menunjukkan

adanya peningkatan indeks pada bahan konstruksi, kerajinan,seni dan peralatan rumah

tangga dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor ekonomi terbesar mendapatkan alokasi

pembiayaan dari perbankan. Sampai dengan bulan September 2011 kredit sektor PHR yang

telah disalurkan bank umum mencapai Rp4.332 miliar atau tumbuh 42,83% dibandingkan

periode yang sama tahun lalu.

1.2.4. Sektor lainnya

A. Sektor Jasa-jasa

Kinerja sektor jasa pada triwulan III-2011 tumbuh

positif sebesar 8,2% (yoy). Kinerja sektor jasa yang

cukup stabil ditopang oleh aktivitas sub sektor

pemerintahan umum. Apabila dibandingkan

dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya

kinerja sektor jasa-jasa mengalami peningkatan

yang tercermin dari kinerja penyaluran kredit

perbankan di sektor ini. Sampai dengan bulan

September 2011 kredit sektor jasa-jasa tercatat

sebesar Rp622 miliar atau tumbuh 19,27% (yoy).

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado

Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado

Grafik 1.25. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado

0200400600800

1000120014001600

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agust

Sep

Okt

Nop

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agust

Sep

2010 2011

Bahan konstruksi Peralatan rumah tangga Kerajinan, seni & mainan

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

5,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Kredit_PHR (Rp miliar) - left axis

gKredit_PHR (% yoy) - right axis

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

-

100

200

300

400

500

600

700

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Kredit_Jasa (Rp miliar) - left axis gJasa (% yoy) - right axis

26

Grafik 1.26. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Kelompok

Bisnis dan Industri

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado

Grafik 1.27. Perkembangan Kredit Sektor Industri

Sumber : PLN Kanwil Suluttenggo

B. Sektor Industri Pengolahan

Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan III-2011 relatif stabil dengan tingkat

pertumbuhan mencapai 6,33% (yoy) atau tumbuh lebih rendah apabila dibandingkan

dengan triwulan III-2010 sebesar 6,63% (yoy). Industri pengolahan di Sulawesi Utara yang

didominasi oleh pengolahan produk kelapa dan turunannya serta pengolahan produk

perikanan tersebar di Kota Bitung, Kota Manado, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten

Minahasa Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Kotamobagu dan Kota Tomohon.

Mayoritas industri pengolahan berlokasi di Kota Bitung dan Kota Manado.

Membaiknya perekonomian dunia yang

tumbuh lebih cepat dibandingkan perkiraan

sebelumnya seiring pemulihan ekonomi

negara-negara maju dan emerging makets

diperkirakan turut berdampak pada kembali

bergairahnya sektor industri di Sulawesi

Utara. Hal ini salah satunya ditandai oleh

pertumbuhan jumlah pelanggan listrik di

sektor bisnis dan industri. Berdasarkan data

PLN, jumlah pelanggan listrik di sektor bisnis

dan industri pada triwulan III-2011 mencapai

14.583 pelanggan atau tumbuh 4,66% (yoy).

Dukungan perbankan terhadap industri

pengolahan merupakan salah satu faktor

pendorong pertumbuhan sektor ini. Sampai

dengan akhir triwulan III-2011 jumlah kredit

yang disalurkan tumbuh sebesar 34,46% (yoy)

dari Rp266 miliar pada triwulan III-2010

menjadi Rp357 miliar pada triwulan III-2011.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

-

50

100

150

200

250

300

350

400

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Kredit_Industri (Rp miliar) - left axis

gKredit_Industri (%yoy) - right axis

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

12,000

12,500

13,000

13,500

14,000

14,500

15,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Pelanggan Bisnis&Industri - left axis

gPelanggan Bisnis&Industri (% yoy) - right axis

27

C. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan

Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada

triwulan III-2011 tumbuh 6,51% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan

jasa antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas

perbankan antara lain: pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM

(Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan

kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi. Selain itu, pengaruh

meningkatnya laju konsumsi dan aktivitas sistem pembayaran di wilayah Sulawesi Utara

juga turut berkontribusi pada pertumbuhan sektor ini.

D. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Salah satu multiplier effect dari adanya penyelenggaraan berbagai even berskala nasional

maupun internasional di Tahun 2011 adalah semakin dikenalnya Kota Manado sebagai

salah satu kota tujuan wisata baik secara internasional maupun nasional. Hal ini

berpengaruh pada meningkatnya minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara

hingga pada tahap lanjut mampu mendorong kinerja sektor pengangkutan dan

telekomunikasi. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-2011 mengalami

pertumbuhan 2,55% (yoy), dengan sumbangan sebesar 0,35% terhadap total

pertumbuhan.

Pertumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan tercermin

dari tingginya arus penumpang yang keluar/masuk dari/ke Bandar Udara Sam Ratulangi

Manado baik asal/tujuan domestic maupun internasional. Sampai dengan periode laporan,

arus penumpang dan kargo yang berangkat (keluar) dari wilayah Sulawesi Utara tercatat

mengalami pertumbuhan sebesar 5,34% (yoy) untuk penerbangan domestik dan 27,46%

(yoy) untuk penerbangan internasional. Sejalan dengan itu, arus penumpang yang masuk ke

wilayah Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan sebesar 4,55% (yoy) untuk penerbangan

domestik dan 28,34% (yoy) untuk penerbangan internasional. Peningkatan pada arus

masuk bertepatan dengan maraknya even domestik dan internasional yang diselenggarakan

di Sulawesi Utara serta arus mudik seiring perayaan Idul Fitri pada triwulan laporan.

Tabel 1.5. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara

Ket: *) termasuk kantor unit Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Jumlah Bank umum 23 23 24 24 24 25 25 25 25 25 25

Jumlah kantor bank umum*) 195 197 199 206 206 215 219 225 227 234 240

Jumlah BPR 17 17 17 13 13 14 14 16 16 16 16

Jumlah kantor BPR 39 39 39 39 39 39 41 43 43 46 46

2009Data Bank

2010 2011

28

Tabel 1.6. Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi

Sementara itu, relatif stabilnya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan

antara lain didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan, disamping pesatnya

pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada

daerah yang sebelumnya terisolir sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pelanggan

dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan kecanggihan telepon selular dengan

berbagai macam jenis merk, harga, dan fasilitas/fitur baru yang ditawarkan serta gencarnya

promosi yang dilakukan semakin mendorong masing-masing provider untuk lebih bersaing

mendapatkan konsumen, hal ini pada tahap selanjutnya akan berdampak terhadap

peningkatan kinerja sub sektor komunikasi.

Sejalan dengan pertumbuhan positif sektor ini,

keberpihakan perbankan yang diwujudkan dalam

penyaluran kredit di sektor pengangkutan dan

komunikasi juga memperlihatkan adanya

peningkatan. Sampai dengan akhir triwulan III 2011

jumlah kredit yang disalurkan mencap ai Rp95

miliar, atau tumbuh 4,61% (yoy) dibandingkan

periode yang sama tahun lalu.

E. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian pada

triwulan III-2011 tumbuh 7,9% (yoy) dengan

sumbangan sebesar 0,39% terhadap total

pertumbuhan. Berdasarkan pelaku usahanya,

sub sektor penggalian ini lebih banyak

dilakukan oleh penambangan

tradisional/rakyat dan bukan industri

Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara

Grafik 1.29. Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado

Sumber : Bank Indonesia Manado

Grafik 1.28. Perkembangan Kredit Sektor Transportasi &

Komunikasi

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Datang 166,510 202,844 212,656 224,178 198,304 207,648 222,328 4.55%

Berangkat 175,663 200,622 214,014 210,950 208,485 210,985 225,442 5.34%

Datang 7,503 5,377 5,858 5,730 4,856 5,741 7,518 28.34%

Berangkat 7,612 5,243 5,553 5,536 4,623 5,786 7,078 27.46%

Penumpang

Kedatangan/

Keberangkatan

2010 Growth

(YoY)

Domestik

Internasional

Jenis

PengangkutanAsal/Tujuan

2011

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Kredit_Angk&Kom (Rp miliar) - left axis

gKredit_Angk&Kom (% yoy) - right axis

-50

0

50

100

150

200

-

10

20

30

40

50

60

70

80

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Kredit_Pertambangan (Rp miliar) - left axis

gKredit_pertambangan (% yoy) - right axis

29

berskala besar. Hal inilah yang mendorong rendahnya penyaluran kredit pada sektor

pertambangan selain karena faktor risiko yang tinggi dari kegiatan pertambangan. Jika

dilihat berdasarkan trennya, pembiayaan yang diberikan oleh pihak perbankan terhadap

sektor pertambangan pengalami penurunan yang cukup signifikan pada awal tahun 2009,

dan selanjutnya mulai mengalami peningkatan pada triwulan II 2011. Pada triwulan

laporan, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertambangan tercatat sebesar Rp68

miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 68,57% (yoy).

F. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Sementara itu, sektor listrik, gas dan air

bersih pada triwulan III-2011 tumbuh

positif 7,22% (yoy). Jika dilihat dari jumlah

penjualan listrik serta jumlah pelanggan di

triwulan III-2011, terdapat pertumbuhan

positif dalam jumlah pelanggan dan

pemakaian listrik pada triwulan laporan.

Jumlah pelanggan listrik pada triwulan III-

2011 sebesar 427.638 pelanggan atau

tumbuh 12,89% (yoy) dengan jumlah pemakaian 205 MW atau tumbuh 12%

dibandingkan periode yang sama tahun 2010. Sementara itu, pada triwulan III-2011,

kapasitas listrik yang tersedia adalah sebesar 247 MW atau tumbuh 17,62% dibandingkan

triwulan yang sama tahun 2010. Tingkat pertumbuhan kapasitas listrik tersedia didukung

oleh pembangunan sejumlah pembangkit listrik di wilayah Sulawesi Utara.

Grafik 1.30. Perkembangan Jumlah Pemakaian dan Supply Listrik di

Sulawesi Utara

Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah

-

50

100

150

200

250

300

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Jumlah Pemakaian (MW) - left axis

Jumlah listrik yang tersedia (MW) - left axis

30

Halaman ini sengaja dikosongkan

31

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Tren penurunan tekanan inflasi di Kota Manado secara umum masih terjadi sepanjang

triwulan III-2011. Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011 tercatat

1,25% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu

sebesar 7,38% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional sebesar

4,61% (yoy). Sejalan dengan pergerakan inflasi tahunan, inflasi bulanan selama triwulan III-

2011 juga mengalami penurunan menjadi deflasi 0,22% (mtm) pada September 2011 dari

0,08% (mtm) pada Juli 2011, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan inflasi nasional

pada September 2011 sebesar 0,27% (mtm). Akumulasi laju inflasi (ytd) Kota Manado

sampai dengan September 2011 tercatat lebih rendah (-0,19%) dibandingkan akumulasi

inflasi nasional (2,97%). Sementara itu, sebagaimana pola musimannya, Kota Manado pada

periode laporan juga mencatat deflasi 0,05% (qtq).

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada

triwulan III-2011 terutama didorong oleh kelompok inti (core inflation), sementara

kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok

komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) justru memberikan

sumbangan negatif terhadap inflasi pada periode laporan.

Grafik 2.2. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (qtq)

Grafik 2.1. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010 2011

yoy Manado yoy Nasional

%

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010 2011

qtq Manado qtq Nasional

%

32

2.1. PERKEMBANGAN INFLASI

2.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy)

Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011 tercatat 1,25% (yoy),

mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,38%

(yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 4,61% (yoy).

Penurunan laju inflasi tahunan pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh

berkurangnya tekanan inflasi pada kelompok pangan. Hal ini ditandai dengan berlanjutnya

penurunan harga beberapa komoditas pangan bergejolak (volatile foods). Tingginya

permintaan kebutuhan masyarakat menjelang Idul Fitri tidak memberikan dampak terhadap

kenaikan harga, hal ini disebabkan oleh kecukupan pasokan baik pasokan dari luar daerah

maupun pasokan lokal. Produksi beras di Sulut hingga September 2011 masih dalam

kondisi surplus. Selain itu, jumlah pasokan dari luar daerah (Sulsel dan Jawa Timur) juga

meningkat.

Berdasarkan kelompoknya, kelompok bahan makanan dan kelompok sandang mencatat

deflasi tertinggi dibandingkan kelompok lainnya. Angka deflasi kelompok bahan makanan

tercatat 1,23% (yoy) pada triwulan laporan yang disebabkan oleh penurunan harga bumbu-

bumbuan, sayur-sayuran serta daging dan hasil-hasilnya. Sementara itu, kelompok transpor,

komunikasi dan jasa keuangan juga mengalami deflasi 0,87% (yoy) yang didorong oleh

mulai normalnya harga angkutan udara.

2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq)

Searah dengan inflasi tahunan, tekanan inflasi Kota Manado selama triwulan III-2011

cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara

triwulanan, Kota Manado pada triwulan III-2011 mencatat deflasi 0,05% (qtq), jauh lebih

rendah dibandingkan triwulan III-2010 yang mengalami inflasi sebesar 3,81% (qtq).

Tabel 2.1.

Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

1 Bahan Makanan 21.82 4.75 -0.82 5.82 -2.19 6.39 18.14 15.23 21.69 14.72 -1.23

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 8.03 7.5 6.15 4.88 8.13 5.96 4.83 5.36 0.43 1.50 1.45

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3.54 2.07 -0.15 0.44 1.45 1.83 2.58 2.35 1.85 2.14 1.58

4 Sandang 6.05 4.94 4.67 6.37 2.83 6.84 7.02 5.15 5.03 4.28 8.32

5 Kesehatan 9.16 5.43 4.84 4.12 4.98 2.56 1.87 0.96 0.61 2.62 3.20

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 2.58 2.03 2.63 1.81 1.97 1.75 1.19 1.62 0.91 0.86 9.70

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1.05 -8.66 -8.76 -5.33 1.63 2.60 3.26 0.59 0.80 -0.38 -0.87

8.85 2.25 -0.01 2.31 1.84 4.21 7.38 6.28 6.90 5.15 1.25

2009No Kelompok

Umum

20112010

33

Grafik 2.3. Inflasi Triwulanan Sub Kelompok Bahan Makanan

TriwulanI III-2011

Berdasarkan kelompoknya, deflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu

sebesar 3,59% (qtq). Deflasi pada sub kelompok bahan makanan didorong oleh penurunan

tekanan inflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran. Penurunan

tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh masih

berlanjutnya penurunan harga komoditi cabe rawit, tomat sayur, bawang merah, beras dan

bawang putih akibat panen raya yang terjadi di sejumlah wilayah asal komoditi tersebut.

2.1.3 INFLASI BULANAN (mtm)

Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan III-2011 menunjukkan tren

penurunan. Pada Juli 2011 Kota Manado tercatat mengalami inflasi 0,08% (mtm),

kemudian sedikit mengalami kenaikan pada Agustus 2011 menjadi 0,10% (mtm) yang

didorong oleh faktor musiman liburan, persiapan menjelang tahun ajaran baru dan

perayaan Hari Raya Idul Fitri. Kemudian kembali mengalami penurunan pada September

2011 menjadi deflasi sebesar 0,23% (mtm).

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Tabel 2.2.

Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

1 Bahan Makanan 6.58 -7.86 0.84 6.86 -1.50 0.23 11.98 4.23 4.03 -5.51 -3.59

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1.54 1.07 1.85 0.34 4.68 -0.95 0.77 0.84 -0.22 0.10 0.72

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar -0.26 -0.29 0.23 0.77 0.74 0.09 0.96 0.55 0.24 0.38 0.41

4 Sandang 3.97 -1.93 0.92 3.36 0.52 1.89 1.09 1.56 0.40 1.17 5.02

5 Kesehatan 1.18 2.32 0.99 -0.42 2.02 -0.04 0.32 -1.32 1.66 1.96 0.90

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.57 0.22 0.91 0.10 0.72 0.01 0.36 0.52 0.02 -0.04 9.15

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -7.03 0.28 -0.02 1.57 -0.20 1.23 0.62 -1.06 0.02 0.05 0.13

1.18 -2.08 0.74 2.50 0.72 0.20 3.81 1.44 1.31 -1.43 -0.05Umum

No Kelompok2009 20112010

2.50

6.75

4.08

3.05

2.95

(4.26)

4.77

(0.88)

(32.73)0.13

2.79

-35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10

Padi-padian, Umbi-umbian & Hasilnya

Daging & Hasil-hasilnya

Ikan Segar

Ikan Diawetkan

Telur, Susu & Hasil-hasilnya

Sayur-sayuran

Kacang - kacangan

Buah - buahan

Bumbu - bumbuan

Lemak & Minyak

Lainnya

Sub Kelompok

34

Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado

Menurut Kelompok Barang & Jasa Juli 2011

Grafik 2.4. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (mtm)

JULI 2011

Memasuki triwulan III-2011, Kota Manado tercatat

mengalami inflasi sebesar 0,08% (mtm). Inflasi

terutama terjadi pada kelompok pendidikan sebesar

2,08% (mtm) dengan sumbangan sebesar 0,09%

terhadap total inflasi bulanan. Berdasarkan sub

kelompoknya, sub kelompok pendidikan mengalami

inflasi 3,62% (mtm), diikuti oleh sub kelompok

perlengkapan/peralatan pendidikan (2,49%) dan

sub kelompok rekreasi (0.02%). Tingginya inflasi

pada kelompok pendidikan tidak terlepas dari faktor

musiman liburan sekolah dan persiapan memasuki

tahun ajaran baru.

AGUSTUS 2011

Kota Manado pada Agustus 2011 mengalami

inflasi sebesar 0.10% (mtm) atau sedikit

mengalami peningkatan dibandingkan bulan

sebelumnya. Seperti halnya pendorong inflasi

pada bulan Juli 2011, inflasi pada Mei 2011

masih disumbangkan oleh kelompok

pendidikan sebesar 0,31% dengan angka

inflasi tercatat sebesar 6,91% (mtm).

Penyesuaian harga di tiap-tiap level

Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut

Kelompok Barang dan Jasa Agustus 2011

Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2010 2011

%

mtm Manado mtm Nasional

-0.83

0.18

0.18

0.75

0.56

2.08

0.64

-0.25

0.03

0.04

0.05

0.02

0.09

0.09

-1 0 1 2 3

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Andil Inflasi (mtm) Juli 2011

-1.90

0.43

0.14

3.00

0.08

6.91

0.23

-0.55

0.08

0.03

0.19

0.00

0.31

0.03

-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Andil Inflasi (mtm) Agst 2011

35

pendidikan khususnya pendidikan tingkat akademi/Perguruan Tinggi pada saat memasuki

tahun ajaran baru menjadi faktor utama tingginya inflasi pada kelompok ini. Sementara itu,

perayaan Idul Fitri yang jatuh pada akhir Agustus 2011 diperkirakan tidak memberikan

dampak terhadap tekanan inflasi, hal ini tercermin dari inflasi pada bahan makanan yang

justru memberikan sumbangan deflasi sebesar 0,55%. Pasokan bahan makanan yang

mencukupi telah mampu meredam peningkatan harga akibat tingginya permintaan

masyarakat terhadap kebutuhan pokok.

SEPTEMBER 2011

Pada akhir triwulan III 2011, laju

perkembangan harga barang dan jasa secara

umum kembali mengalami penurunan

dibandingkan bulan sebelumnya hingga

menyentuh angka deflasi 0,22% (mtm) pada

September 2011. Deflasi pada September 2011

terutama disebabkan oleh (1) masih

berlanjutnya penurunan harga komoditas

volatile foods (cabai rawit, tomat sayur,

bawang merah, beras, bawang putih) akibat

jumlah pasokan yang meningkat, (2) mulai

normalnya harga angkutan udara. Hal ini tercermin dari kelompok bahan makanan yang

mengalami deflasi 0,90% (mtm) dan kelompok transportasi yang mengalami deflasi 0,74%

(mtm).

2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada

triwulan III-2011 terutama didorong oleh kelompok inti (core inflation), sementara

kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok

komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) justru memberikan

sumbangan yang negatif terhadap inflasi.

Grafik 2.7. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok

Barang dan Jasa September 2011

Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.

-0.90

0.11

0.09

1.21

0.26

0.02

-0.74

-0.26

0.02

0.02

0.08

0.01

0.00

-0.10

-2 -1 -1 0 1 1 2

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Andil Inflasi (mtm) Sept 2011

36

Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah. Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.

2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL

Inflasi Inti (core inflation) pada September 2011 tercatat 3,32% (yoy) dengan sumbangan

1,74% terhadap total inflasi tahunan pada triwulan III-2011. Tekanan inflasi inti relatif tidak

mengalami perubahan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar

3,13% (yoy) dengan sumbangan 1,71% terhadap total inflasi triwulan III-2010. Namun jika

dibandingkan dengan dibandingkan sebelumnya, inflasi inti menunjukkan adanya tren

peningkatan, dengan inflasi yang tercatat 2,10% (yoy) dengan sumbangan 1,14% terhadap

total inflasi triwulan III 2010. Dari sisi domestik, sumber inflasi diperkirakan antara lain

berasal dari faktor musiman liburan, tahun ajaran baru serta hari raya Idul Fitri. Dari sisi

eksternal, tekanan inflasi terutama bersumber dari harga komoditas internasional khususnya

emas yang masih cenderung meningkat. Sementara itu, terjaganya ekspektasi masyarakat

terhadap tingkat harga kedepan menjadi salah satu faktor yang mampu sedikit meredam

gejolak pada inflasi inti.

Interaksi Permintaan dan Penawaran

Faktor musiman yang terjadi sepanjang triwulan III-2011 seperti musim liburan, tahun ajaran

baru serta hari raya Idul Fitri dapat berpotensi menekan tingkat harga sebagai dampak dari

tingginya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Kenaikan harga yang

disebabkan oleh faktor musiman ini telah mampu diantisipasi oleh pemerintah daerah

dengan melakukan berbagai kegiatan diantaranya operasi pasar dalam rangka menjamin

ketersediaan pasokan sehingga mampu menahan laju kenaikan harga dari sisi permintaan.

Selain itu, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado, persentase

kapasitas produksi dari dunia usaha menujukkan peningkatan dari 96,91% pada triwulan II-

2011 menjadi 98,26% pada triwulan laporan. Tingginya permintaan masyarakat di respon

Grafik 2.8.

Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya Grafik 2.9.

Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2010 2011

UMUM Volatile Administered Core-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2009 2010 2011

Volatile Administered CORE IHK

37

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado dan Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado

dengan baik oleh peningkatan penggunaan kapasitas produksi sehingga mampu menjamin

ketersediaan pasokan, hal inilah yang pada tahap selanjutnya mampu menahan laju inflasi

Kota Manado yang tercatat inflasi hanya 1,25% (yoy) pada triwulan laporan.

Ekspektasi Inflasi

Selanjutnya dari sisi ekspektasi, berdasarkan hasil SKDU KBI Manado, sebagian besar

konsumen di Sulut memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6

bulan yang akan datang. Adanya tambahan pendapatan berupa pencairan beberapa

tunjangan pegawai khususnya PNS yang disesuaikan dengan masa tahun ajaran baru (Juli-

Agustus 2011) serta realisasi THR menjelang hari raya telah mendorong peningkatan

ekspektasi konsumen terhadap tingkat harga. Sementara itu, berdasarkan hasil SPE KBI

Manado, ekspektasi harga dari sisi produsen atau pedagang juga menunjukkan hal yang

sama, hal ini salah satunya didorong oleh masih adanya isu kelangkaan BBM yang terlihat

dari tingginya antian BBM di setiap SPBU di Sulut. Peningkatan ekspektasi dari sisi produsen

tercermin dari tren peningkatan indeks Ekspektasi Pedagang terhadap harga 3 dan 6 bulan

yang akan datang yang menunjukkan adanya peningkatan. Namun demikian, relatif

terkendalinya harga kebutuhan pokok di Sulut sepanjang tahun 2011 turut memberikan

andil dalam meredam dampak ekspektasi inflasi sehingga mampu menjaga harga tetap

berada pada level yang rendah.

Grafik 2.10. Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran dan

Kapasitas Produksi

0

100

200

300

400

500

600

0

20

40

60

80

100

120

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010 2011

% indeksKapasitas Produksi (left axis)

Indeks Riil Penjualan (right axis)

38

Grafik 2.11. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap

Harga Barang dan Jasa di Kota Manado

Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado

Grafik 2.12. Perkembangan Indeks Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado

Grafik 2.14.

Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional

Sumber: http://blogs.worldbank.org/

Grafik 2.13. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

Sumber: Bloomberg

Eksternal

Sementara itu, dari sisi eksternal, tekanan inflasi terutama bersumber dari harga

komoditas internasional yang masih cenderung meningkat, terutama harga emas dunia

yang ditransmisikan pada kenaikan harga emas perhiasan di pasar domestik khususnya

Manado. Inflasi emas pada September 2011 tercatat 5,52% (mtm). Selain pengaruh

harga global, permintaan yang semakin besar memicu kenaikan harga emas perhiasan

dan logam mulia yang lebih tinggi. Kenaikan permintaan emas sebagai sarana investasi

ditandai dengan meningkatnya transaksi di Pegadaian dan Gadai Emas Syariah. Tekanan

inflasi dari sisi eksternal tersebut diprakirakan dapat diredam dengan nilai tukar rupiah

yang bergerak stabil. Penguatan rupiah ini merupakan bagian dari respon kebijakan

Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi, khususnya yang berasal dari

kenaikan harga komoditi internasional (imported inflation).

Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado

8,000

8,500

9,000

9,500

10,000

10,500

11,000

11,500

12,000

12,500

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010 2011

Rp/USD

Kurs

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2009 2010 2011

$/Oz

Emas

0

50

100

150

200

250

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2008 2009 2010 2011

Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datang

Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang akan datang

0

50

100

150

200

250

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2008 2009 2010 2011

Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yang akan datang

Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yang akan datang

39

Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI Manado

Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI Manado

2.2.2 Non Fundamental

Volatile foods

Kelompok volatile foods masih mengalami deflasi sebesar -0,94% (mtm) sehingga secara

tahunan tercatat mengalami deflasi -1,4% (yoy) dengan sumbangan -0,4% (yoy) terhadap

inflasi umum. Berlanjutnya penurunan harga komoditas volatile foods disebabkan oleh

kecukupan pasokan baik pasokan dari luar daerah maupun pasokan lokal. Produksi beras di

Sulut hingga September 2011 masih dalam kondisi surplus. Selain itu, jumlah pasokan dari

luar daerah (Sulsel dan Jawa Timur) juga meningkat. Sementara itu, pasokan bumbu-

bumbuan (bawang merah, bawang putih dan cabai rawit) cukup melimpah sebagai dampak

dari: (1) panen di sentra produksi bawang di Indonesia (Brebes dan Bima) dan melimpahnya

produksi bawang merah di Sulteng (2) Produksi cabai rawit yang cukup baik di Sulut dan

Gorontalo.

Administered Price

Laju inflasi administered price Kota Manado pada triwulan III-2011 cenderung menurun.

Kelompok administered price mengalami deflasi sebesar -0,5% (mtm) atau -0,48% (yoy)

dengan sumbangan -0.09% (yoy) terhadap inflasi umum. Deflasi pada kelompok

administered price disebabkan menurunnya harga angkutan udara sebesar 20,29%

dibandingkan periode sebelumnya sebagai faktor mulai normalnya arus penumpang dari

dan ke Manado. Disamping itu masih belum ada kebijakan pemerintah yang memberikan

tekanan harga pada kelompok administered price. Upaya TPID dalam mengurangi

kelangkaan bensin di Sulut membuahkan hasil yang ditandai dengan mencairnya

kelangkaan sejumlah antrian di SPBU di Sulut. Hal ini dilakukan dengan menambah pasokan

BBM oleh Pertamina menjelang hari raya Idul Fitri yang lalu.

Grafik 2.18. Perkembangan Harga Komoditas Beras di Kota Manado

s.d. September 2011

Grafik 2.19. Perkembangan Harga Komoditas Cabe Rawit dan

Bawang Merah di Kota Manado

7,500

8,000

8,500

9,000

9,500

10,000

10,500

I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept

Superwin Sultan

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

100,000

I III I III I III V II IV II IV I III I III I III V II

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept

Cabe Rawit Merah Bawang Merah

40

POLA DISTRIBUSI BENSIN DI SULAWESI UTARA

Suplai Bahan Bakar Minyak (BBM) di Sulawesi Utara berasal dari Kilang Balikpapan. BBM

didistribusikan dari Kilang Balikpapan ke Terminal BBM Bitung yang bertugas mendistribusikan BBM

tersebut ke Terminal BBM Tahuna, Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPBU) Sam Ratulangi dan

Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) yang berlokasi di seluruh Sulawesi Utara kecuali

SPBU yang berlokasi Lirung dan Beo. Selanjutnya Terminal BBM Tahuna akan melakukan

pendistribusian BBM ke wilayah Lirung dan Beo.

BOX : POLA DISTRIBUSI BBM & KONDISI SUPLAI BBM DI SULUT

Pola Distribusi BBM

Suplai Bahan Bakar Minyak (BBM) di Sulawesi Utara berasal dari Kilang Balikpapan. BBM

didistribusikan dari Kilang Balikpapan ke Terminal BBM Bitung yang bertugas mendistribusikan BBM

tersebut ke Terminal BBM Tahuna, Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPBU) Sam Ratulangi dan

Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) yang berlokasi di seluruh Sulawesi Utara kecuali

SPBU yang berlokasi Lirung dan Beo. Selanjutnya Terminal BBM Tahuna akan melakukan

pendistribusian BBM ke wilayah Lirung dan Beo.

BA

LIK

PA

PA

N/S

TS

KA

LB

UT

BITUNG

GORONTALO

TOLI-TOLI

MOUTONG

PARIGI

POSO

AMPANA

LUWUK

BANGGAI

KOLONEDALE

MAKASSAR

WAYAME

SIAU

TAHUNA

LIRUNGBEO

R : RegulerSuplai langsung ex Kil.BBP/STS Kalbut

A : AlternatifSplit cargo ex Inst.Makassar

E : EmergencyBantuan Suplai T.Wayame

TAGULANDANG

Pola Distribusi BBM Sulawesi Utara

Pola Suply BBM Premium/ Solar PSO/ Pertamax

Instalasi/DepotPERTAMINA

Konsumen Akhir

Konsumen Akhir

Harga Di Konsumen)

Warung

Agen Minyak Tanah

Pangkalan

MINYAK TANAH

Harga EceranTertinggi (HET)

Pola Suply BBM Minyak Tanah PSO

SPBU

APMS

Terminal BBM SPDN/SPBN

41

Dalam pendistribusian BBM di wilayah Kepulauan di Sulawesi Utara yang meliputi Kabupaten

Kepulauan Sitaro, Kepulauan Sangihe, dan Kepulauan Talaud terdapat beberapa kendala

diantaranya:

a. Cuaca buruk

b. Pengangkutan BBM dari Agen Premium, Minyak, dan Solar (APMS) ke wilayah pulau-pulau lain

hanya mengandalkan sarana transportasi tradisional (kapal kayu/pamboat).

c. Aksi borong spekulan/pengecer BBM

d. Alokasi dan penyaluran BBM ke masyarakat di Kep. Sitaro dan Talaud belum merata karena

kurangnya lembaga penyalur.

Kelangkaan BBM di Provinsi Sulawesi Utara

Sejalan dengan fenomena antrian pembelian dan kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di

sejumlah daerah di Indonesia, hal serupa juga terjadi di Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini diperkirakan

merupakan dampak:

1) Meningkatnya permintaan BBM di Sulut yang disebabkan :

Maraknya perhelatan internasional maupun domestik yang diselenggarakan di Sulut

Aksi ambil untung oleh pedagang eceran

Meningkatnya aktivitas ekonomi menjelang perayaan Hari Raya Keagamaan pada triwulan

laporan.

2) Normalisasi suplai oleh PT. Pertamina Manado kepada SPBU di Kota Manado setelah sebelumnya

mengalami peningkatan suplai sebesar 5% di masing-masing SPBU menjelang perayaan Hari Raya

Idul Fitri. PT. Pertamina Manado menahan suplai pada akhir triwulan laporan untuk mengantisipasi

lonjakan permintaan di akhir tahun 2011.

Kelangkaan BBM tersebut diperkirakan membawa dampak pada perekonomian Sulut baik secara

langsung maupun tidak langsung. Salah satu sub sektor yang terkena dampak langsung kelangkaan

BBM tersebut adalah sub sektor perikanan. Kelangkaan BBM menyebabkan nelayan kesulitan dalam

melaut dan pada akhirnya berdampak pada melambatnya pertumbuhan perikanan tangkap sampai

dengan akhir triwulan laporan.

Perkembangan Sub Sektor Perikanan Provinsi Sulawesi Utara (ton)

Sumber : Dinas Perikanan Prov. Sulut, diolah

42

Dalam rangka mengatasi kelangkaan BBM dan mengantisipasi lonjakan permintaan di akhir tahun,

Tim Pengendali Inflasi Daerah Sulut (TPID) mengadakan rapat dan membuahkan upaya-upaya

penanggulangan kelangkaan BBM sebagai berikut :

1) Menyesuaikan Kuota BBM tahun 2011.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan penambahan kuota BBM bersubsidi jenis premium

dan solar yang akan dibebankan pada APBD-P 2011. Sedangkan BBM bersubsidi jenis minyak tanah

mengalami pengurangan kuota seiring dengan mulai terealisasinya konversi penggunaan minyak

tanah ke LPG. Sampai dengan akhir September 2011 PT. Pertamina Manado telah menyalurkan

sebanyak 390.150 tabung gas atau sebesar 95% dari total target penerima tabung gas yakni

sebanyak 409.881 orang di Kabupaten/Kota di Prov. Sulut.

2) Memberlakukan pembatasan pembelian BBM

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan penjatahan pembelian BBM bersubsidi yakni

maksimal Rp100 ribu untuk kendaraan roda empat dan Rp20 ribu untuk kendaraan roda dua

yang ditujukan untuk menjaga ketersediaan pasokan hingga akhir tahun 2011 mengingat akan

terjadi lonjakan permintaan menjelang perayaan Natal 2010 dan Tahun Baru 2011. PT. Pertamina

Manado akan melaksanakan penambahan kuota sebesar 10% s.d 20% menjelang perayaan Natal

2011 dan Tahun Baru 2012.

3) Melaksanakan penertiban pedagang eceran

Kembali menjamurnya pedagang bensin eceran menyebabkan permintaan BBM bersubsidi

semakin meningkat. Modus operasi yang digunakan pedagang eceran dimaksud adalah

melakukan pembelian ke depot SPBU dengan kendaraan pribadi untuk kemudian dijual kembali

seharga Rp.6000–Rp. 6500/liter. Penertiban dilakukan dengan operasi penertiban di wilayah

Sulawesi Utara oleh pihak kepolisian dimana semua pedagang bensin eceran harus memiliki

kelengkapan izin usaha seperti halnya bentuk usaha lainnya.

Sumber : PT PERTAMINA Manado

Kuota BBM di Provinsi Sulut tahun 2011 (Kilo Liter)

Sebelum Setelah

Premium 253,780 272,640 18,860

Solar 76,480 84,243 7,763

Minyak Tanah 144,290 121,365 (22,925)

Kuota 2011 Jenis

Penambahan

(Pengurangan)

43

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian, perkembangan berbagai

indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan

positif. Aset, dana pihak ketiga, dan outstanding kredit mengalami pertumbuhan yang lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi penghimpunan dana,

pertumbuhan Dana Pihak Ketiga terutama terjadi pada jenis deposito. Sementara itu, kredit

tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama kredit

investasi. Pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada pertumbuhan DPK menyebabkan

Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada level sedikit di atas

100% dan sedikit mengalami peningkatan dibandingkan posisi yang sama tahun

sebelumnya. Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek

risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non

Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu

dibawah 5%.

Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara

Sumber : Bank Indonesia Manado

3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA

Aset perbankan Sulawesi Utara, baik Bank umum konvensional, Bank umum syariah

maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan III-2011 tumbuh positif seiring

membaiknya kondisi perekonomian secara makro. Struktur aset perbankan Sulawesi Utara

masih didominasi oleh aset bank umum konvensional dengan pangsa mencapai 95,87%

dari total aset perbankan. Sementara itu, pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional

masing-masing sebesar 1,64% dan 2,66%. Apabila dilihat pertumbuhan pangsa asetnya,

BPR terus menunjukkan tren pertumbuhan yang positif.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Total Aset 13,635 14,235 14,860 14,769 15,114 15,925 16,695 17,504 17,984 19,202 20,219

Tumbuh Y.o.Y (%) 26.33 21.76 20.24 9.17 10.85 11.87 12.35 18.52 18.99 20.58 21.11

DPK (Rp Miliar) 8,907 9,448 9,725 9,987 10,220 10,604 11,114 11,428 11,797 12,601 13,298

Tumbuh Y.o.Y (%) 23.90 21.67 22.64 12.72 14.74 12.24 14.28 14.42 15.43 18.83 19.66 Kredit outstanding (Rp Miliar) 9,095 9,627 10,004 10,485 10,846 11,457 11,904 12,681 12,955 13,958 14,627

Plafond Kredit (Rp Miliar) 10,187 10,647 11,031 11,731 13,133 13,620 14,079 14,986 15,436 16,375 17,271

Tumbuh Y.o.Y (%) 33.30 22.60 18.34 17.36 19.25 19.00 18.98 20.95 19.44 21.83 22.88

LDR (%) 102.11 101.90 102.88 104.98 106.12 108.04 107.11 110.97 109.81 110.76 110.00

NPL (%) 3.86 3.72 3.58 2.83 3.57 3.51 3.54 3.18 3.83 3.74 3.54

kredit UMKM 5,841 6,185 6,270 6,414 8,767 9,408 9,926 10,533 11,158 11,757 12,535

Share UMKM 64.22 64.25 62.67 61.17 80.83 82.12 83.38 83.06 86.13 84.23 85.70

NPL UMKM (%) 4.91 4.96 5.18 4.32 3.49 3.49 3.37 2.94 3.44 3.47 3.23

20112009 2010Komponen

44

Lebih lanjut, dari keseluruhan aset bank, sebesar 66,84% merupakan aset bank pemerintah

dan sisanya sebesar 28,86% merupakan aset bank swasta.

3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANK

Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 25 Bank

Umum Konvensional, 3 Bank Umum Syariah, dan 17 Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Berdasarkan jaringan kantornya, Bank Umum konvensional maupun syariah memiliki 240

kantor (termasuk kantor unit), sedangkan BPR terdiri dari 46 kantor. Jumlah Bank Umum

dan BPR Konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan apabila dibandingkan

Grafik 3.1. Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. III-2011

Sumber: Bank Indonesia Manado

Grafik 3.2. Pertumbuhan Pangsa Aset Perbankan

Sulawesi Utara Tw. III-2010

Sumber: Bank Indonesia Manado

BPR Konvensional2.66%

Bank Umum Syariah1.64%

Bank Umum Konvensional Pemerintah

66.84%

Bank Umum Konvensional

Swasta28.86%

Bank Umum Konvensional

95.87%

BPR Konvensional Bank Umum Syariah

Bank Umum Konvensional Pemerintah Bank Umum Konvensional Swasta

94.50

95.00

95.50

96.00

96.50

97.00

97.50

98.00

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Total Asset BPR Konvensional (left axis)Total Asset BU Syariah (left axis)Bank Umum Konvensional (right axis)

45

dengan triwulan lalu. Pertambahan jumlah bank menggambarkan semakin besarnya

aktivitas perekonomian di Sulawesi Utara seiring dengan pertumbuhan perekonomian di

wilayah ini.

3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL

3.3.1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter

Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang cukup baik ditengah

meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi

triwulan III-2011 diperkirakan masih akan tumbuh tinggi terutama didorong oleh kinerja

ekspor, konsumsi dan investasi. Nilai tukar Rupiah cenderung menguat meskipun relatif

terbatas, sementara tingkat inflasi cenderung mengalami penurunan yang didorong oleh

berlanjutnya koreksi harga pangan. Ke depan, Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah

risiko yang berpotensi memberikan tekanan pada stabilitas makroekonomi, khususnya

masih akan berlanjutnya arus modal asing, semakin kuatnya permintaan domestik, dan

meningkatnya tekanan inflasi khususnya pada tahun 2012. Sebagai langkah antisipatif

untuk mengendalikan ekspektasi inflasi kedepan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank

Indonesia pada 8 September 2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar

6,75%.

Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara terus

berlanjut meskipun masih dalam kisaran yang relatif terbatas. Hal ini ditandai dengan

kembali menurunnya tren suku bunga perbankan hingga akhir triwulan III-2011.

Berdasarkan data yang bersumber dari Bank Indonesia, sampai dengan akhir September

2011, rata-rata tingkat suku bunga kredit tercatat sebesar 13,67% atau mengalami

penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 14,01%. Menurut jenis

penggunaannya, rata-rata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 13,82% per

tahun, rata-rata kredit investasi sebesar 13,89% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi

sebesar 13,52% per tahun. Sementara itu, pergerakan tingkat suku bunga deposito juga

menunjukkan respon yang positif terhadap penetapan BI Rate, hal ini tercermin dari

peningkatan rata-rata tingkat suku bunga deposito perbankan di Sulut. Sampai dengan

September 2011, rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan tercatat sebesar 6,81%,

sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya (Juni 2011) sebesar

6,76%.

46

3.3.2. Penyerapan Dana Masyarakat

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah Sulawesi Utara pada

triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 19,66% (yoy) menjadi

Rp13.298 miliar. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada jenis

deposito yang tumbuh 24,13% (yoy) kemudian disusul oleh tabungan sebesar 21,45% (yoy)

dan giro sebesar 7,79% (yoy). Terjadinya pertumbuhan penghimpunan DPK

mengindikasikan masih terdapat kelebihan likuiditas di masyarakat yang mampu diserap

oleh bank. Upaya menumbuh kembangkan kesadaran menabung dilakukan Bank Indonesia

melalui serangkaian program yaitu program TabunganKu dan Gerakan Siswa Menabung

(GSM) yang diperkirakan sedikit banyak turut andil dalam pertumbuhan DPK.

Grafik 3.6. Share Dana Pihak Ketiga (DPK)

Grafik 3.5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar)

Sumber: Bank Indonesia Manado

Sumber: Bank Indonesia Manado

Sumber: Bank Indonesia Manado

Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata

Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%)

Grafik 3.4. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit

Menurut Jenis Penggunaan (%)

Sumber: Bank Indonesia Manado

5.50

6.00

6.50

7.00

7.50

13.0

14.0

15.0

16.0

17.0

Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

Jul

Aug

Sep

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Aug

Sep

2010 2011

Sk. Bunga Kredit (Left Axis) BI Rate (Right Axis) Sk. Bunga Deposito (Right Axis)

13.0

13.5

14.0

14.5

15.0

15.5

16.0

16.5

17.0

17.5

Jan

Feb

Mar

April

May

Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Aug

Sep

2010 2011

Modal Kerja Investasi Konsumsi

17.84%

35.20%

46.96%

Giro Deposito Tabungan

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Giro Deposito Tabungan

47

Grafik 3.7. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)

Tabel 3.2. Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

Sumber: Bank Indonesia Manado

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Minahasa 833 827 794 686 841 905 923 800 1,000 1,067 1,078

Bolmong 553 669 697 632 795 885 948 891 1,011 1,047 1,054

Sangihe Talaud 440 473 575 488 559 594 680 614 736 763 802

Manado 6,443 6,835 6,989 7,509 7,320 7,520 7,830 8,375 8,275 8,890 9,478

Bitung 639 642 669 673 705 701 734 748 775 834 887

Total 8,907 9,448 9,725 9,987 10,220 10,604 11,114 11,428 11,797 12,601 13,298

Sebaran DPK20112009 2010

Minahasa

1,

2,000

3,000

4,000

5,

6,000

7,

8,

9,000

Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh

jenis simpanan tabungan sebesar 46,96% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK),

disusul kemudian deposito (35,20%) dan giro (17,84%).

Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap 64,40% dari total DPK

sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta (35,60%). Berdasarkan laju

pertumbuhannya, dana di bank pemerintah berhasil tumbuh 17,14% (yoy) sedangkan dana

di bank swasta tumbuh lebih tinggi yaitu sebesar 24,49% (yoy).

Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga

yang dihimpun, sebesar 71,27% atau Rp9.478 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi

di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa (8,10%), Kabupaten Bolaang

Mongondow (7,93%), Kota Bitung (6,67%), dan Kabupaten Sangihe Talaud (6,03%).

Sumber: Bank Indonesia Manado

Sumber: Bank Indonesia Manado

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Bank Pemerintah Bank Swasta

48

Berdasarkan wilayah administratifnya, DPK yang berhasil dihimpun pada triwulan laporan

seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tertinggi dialami

oleh Kota Manado sebesar 21,05% (yoy). Selanjutnya Kota Bitung, Kabupaten Kepulauan

Sangihe Talaud, Kabupaten Minahasa, dan Kabupaten Bolaang Mongondow tumbuh

masing-masing sebesar 20,91% (yoy), 17,91% (yoy), 16,77% (yoy) dan 11,24% (yoy).

3.3.3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor

Pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara terus menunjukkan adanya

tren peningkatan. Pada triwulan III-2011, jumlah kredit secara umum tercatat Rp14.627

miliar atau tumbuh 22,88% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu

(18,98%). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit paling signifikan dialami

oleh kredit investasi yang mencapai jumlah Rp2.195 miliar atau tumbuh 115,58% (yoy).

Sementara itu, untuk jenis kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing sebesar

Rp4.791 miliar dan Rp7.641 miliar atau tumbuh 23,41% (yoy) dan 9,11% (yoy). Tingginya

pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja pada periode laporan diperkirakan didorong

oleh meningkatnya minat pelaku usaha untuk berinvestasi di Sulut, hal ini tercermin dari

pembangunan infrastruktur penunjang serta sarana dan prasarana daerah yang terus

ditingkatkan seiring dengan semakin banyaknya perhelatan berskala nasional dan

internasional yang dilaksanakan di Sulawesi Utara.

Grafik 3.9. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan

Kab/Kota (%)

Grafik 3.8. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan

Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

Sumber: Bank Indonesia Manado

Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Bitung 639 642 669 673 705 701 734 748 775 834 887

Manado 6,44 6,83 6,98 7,50 7,32 7,52 7,83 8,37 8,27 8,89 9,47

Sangihe Talaud 440 473 575 488 559 594 680 614 736 763 802

Bolmong 553 669 697 632 795 885 948 891 1,01 1,04 1,05

Minahasa 833 827 794 686 841 905 923 800 1,00 1,06 1,07

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

Bitung Manado Sangihe Talaud Bolmong Minahasa

0 10 20 30 40

Minahasa

Bolmong

Sangihe Talaud

Manado

Bitung

Q3-11 Q2-11 Q3-10

49

Grafik 3.11. Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

(Rp. Miliar)

Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar

52,24% dari total kredit yang disalurkan. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat

sebesar 32,75%, kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 15,01%.

Mendominasinya share kredit konsumsi dibandingkan jenis kredit lainnya searah dengan

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang terutama didorong oleh aktivitas konsumsi.

Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian

besar ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar

29,62% dari total kredit. Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, sampai dengan

triwulan laporan, bank umum pemerintah mendominasi penyaluran kredit dibandingkan

dengan bank umum swasta nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan

Rp10.329 miliar atau mencapai pangsa pasar 70,61% sedangkan sisanya disalurkan oleh

kelompok bank swasta sebesar Rp4.298 miliar dengan pangsa pasar 29,39% dari total

kredit.

Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%)

Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado

Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado

Grafik 3.13. Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank

Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

gModal Kerja (%) gInvestasi (%)

gKonsumsi (%) gTotal Kredit (%)

- 2,000 4,000 6,000 8,000

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

2010

2011

Investasi

Modal Kerja

Konsumsi

56.82%29.62%

3.44% 3.10% 7.01%

Lainnya (Konsumsi)

Perdagangan, Hotel & Restoran

Konstruksi

Jasa Dunia Usaha

Sektor Lainnya

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Bank Swasta Bank Pemerintah

Sumber: Bank Indonesia Manado

50

Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp14.627 miliar, tercatat

65,64% atau sebesar Rp9.602 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya diikuti

oleh Kabupaten Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 12,47% (Rp1.825 miliar),

Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 9,68% (Rp1.416 miliar), Kota Bitung sebesar

6,15% (Rp.899 miliar) dan Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 6,06% (Rp.886 miliar).

Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi

dialami Kota Manado sebesar 25,18% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kabupaten

Bolmong 16,84% (yoy). Sementara itu Kota Bitung, Kabupaten Sangihe Talaud dan

Kabupaten Minahasa dan masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 20,10% (yoy),

20,04% (yoy) dan 18,88% (yoy).

3.3.4. Kredit MKM

Pertumbuhan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) yang disalurkan oleh bank umum

konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan. Hal ini mencerminkan

keberpihakan perbankan terhadap UMKM. Sampai dengan triwulan III-2011, posisi kredit

MKM tercatat Rp12.535 miliar atau tumbuh 26,29% (yoy). Jika dilihat berdasarkan

skalanya, kredit kecil (di atas Rp50 juta namun di bawah Rp500 juta) memiliki pangsa

terbesar yakni 63,39%, kredit menengah (di atas Rp500 juta namun di bawah Rp5 miliar)

pangsanya mencapai 26,42%, dan sisanya 10,19% merupakan kredit mikro (di bawah

Rp50 juta).

Sementara itu, jika dilihat tren pertumbuhan laju kredit MKM pada grafik 3.16, nampak

bahwa pada triwulan I-2011, persentase pertumbuhan kredit MKM mengalami penurunan

Grafik 3.15.

Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)

Grafik 3.14. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

Sumber: Bank Indonesia Manado

Sumber: Bank Indonesia Manado

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Sangihe Talaud Bitung Bolmong Minahasa Manado

- 5 10 15 20 25 30

Minahasa

Bolmong

Sangihe Talaud

Manado

BitungQ3 2010

Q2 2011

Q3 2011

Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado

51

yang cukup signifikan. Penurunan pertumbuhan kredit MKM disebabkan oleh perubahan

definisi kredit MKM dari Bank Indonesia yang mulai diimplementasikan oleh bank pelapor

melalui Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) pada pertengahan tahun 2009. Sebelum

adanya perubahan definisi kredit ini, bank pelapor masih memasukkan data kredit konsumsi

kedalam komponen kredit MKM. Dalam masa transisi, beberapa bank pelapor telah

menghilangkan kredit konsumsi dari komponen kredit MKM sehingga jika dilakukan

perbandingan dengan data sebelumnya akan menghasilkan penurunan laju pertumbuhan.

Namun demikian pada triwulan III-2011, laju pertumbuhan kredit MKM sudah mulai

menunjukkan adanya tren peningkatan dari 24,97% (yoy) pada triwulan II-2011 menjadi

26,29% (yoy) pada triwulan III-2011.

Jika melihat pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan

pada triwulan III-2011, pangsa kredit MKM tercatat 85,70%, lebih tinggi dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 83,38% (yoy). Kenaikan pangsa kredit MKM

ditopang oleh semakin membaiknya kualitas kredit yang disalurkan tercermin dari rasio Non

Performing Loan (NPL) sebesar 3,23% pada akhir triwulan III-2011.

Grafik 3.16. Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit (%)

Grafik 3.18. Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)

Grafik 3.17. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)

Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado

Sumber: Bank Indonesia Manado

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Kredit Umum Kredit UMKM

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Mikro Kecil Menengah - 50 100 150 200

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

2010

2011

Menengah

Kecil

Mikro

52

3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs)

relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas ketentuan BI yaitu 5%. Sementara itu,

aspek penyerapan dana yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level

sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar

terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi.

Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, NIM, ROA dan BOPO)

menunjukkan perkembangan yang positif.

3.4.1 Risiko Kredit

Pada triwulan III-2011 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang

tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPLs) dan konsentrasi kredit secara

keseluruhan. Ratio NPLs (bruto) tetap terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia (5%) tercatat sebesar 3.54%. Dengan nilai NPLs yang relatif terjaga maka

terdapat peluang untuk terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit, terutama pada

sektor-sektor yang produktif. Lebih lanjut, terdapat penurunan NPLs pada hampir semua

sektor ekonomi terutama pada sektor pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-upaya

perbankan dalam perbaikan kualitas kredit. Selain itu, perbaikan kualitas kredit pertanian

pada triwulan laporan diperkirakan merupakan dampak membaiknya kemampuan debitur

dalam mengembalikan pinjamannya seiring dengan naiknya harga beberapa komoditi

perkebunan seperti cengkih, kopra dan pala.

Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat

terlihat bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang

relatif rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi) dengan pangsa mencapai 56,82% dari total

kredit memiliki tingkat NPL sebesar 2,02%.

Grafik 3.19. Kredit & NPLs Sektoral Tw. III-2011

Keterangan : 1 = Pertanian 2 = Pertambangan 3 = Industri 4 = Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 = Konstruksi 6 = PHR 7 = Transportasi&Komunikasi 8 = Jasa-jasa 9 = Lainnya (Konsumsi)

Sumber: Bank Indonesia Manado

0.00

4.00

8.00

12.00

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kredit (Rp miliar)

NPL (%)

53

3.4.2 Risiko Likuiditas

Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber

dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada

triwulan laporan cukup terkendali, walaupun perlu terus mendapat perhatian.

Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu sumber pembiayaannya, Dana Pihak Ketiga

(DPK) di Sulawesi Utara cenderung didominasi oleh dana-dana jangka pendek (tabungan)

yang berpotensi menciptakan maturity mismatch karena kredit yang disalurkan perbankan

jangka waktunya relatif lebih panjang daripada penempatan dana masyarakat. Kondisi ini

perlu dikelola dengan baik oleh perbankan, dimana perbankan dituntut untuk mampu

memproyeksikan profil DPK yang dimiliki.

Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan tercatat 110%,

meningkat dari posisinya di periode yang sama tahun lalu sebesar 107,11%. Perlu digaris

bawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan

dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya

rasio LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan DPK yang berhasil dihimpun bank.

Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR

terendah dialami oleh Kota Manado sebesar

101,31%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh

Kabupaten Minahasa sebesar 169,30%, disusul

kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Bolaang

Mongondow sebesar 134,28%, Kabupaten Sangihe

Talaud sebesar 110,48%, dan Kota Bitung sebesar

101,40%. Tingginya rasio LDR di wilayah-wilayah

tersebut mengindikasikan bahwa wilayah tersebut

merupakan kawasan yang sedang berkembang dan

membutuhkan banyak kucuran dana, yang

diantaranya diperoleh dari penyaluran kredit oleh perbankan di wilayah tersebut.

3.4.3 Risiko Pasar

Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin

dari rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga. Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI

Rate) yang cenderung tetap, menyebabkan pergerakan suku bunga perbankan di Sulut pun

Grafik 3.20.

Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota

Sumber: Bank Indonesia Manado

- 50 100 150 200

Minahasa

Bolmong

Sangihe Talaud

Manado

Bitung Q3 2010

Q2 2011

Q3 2011

54

Sumber: Bank Indonesia Manado

bergerak dalam batasan yang relatif kecil. Sementara itu, volatilitas kurs diperkirakan tidak

akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena minimnya

transaksi valuta asing di perbankan Sulawesi Utara.

3.4.4 Indikator perbankan lainnya

Rasio Kelonggaran Tarik Kredit

Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank

umum pada triwulan III-2011 memperlihatkan

adanya kecenderungan peningkatan. Tercatat rasio

kelonggaran tarik pada September 2011 sebesar

3,34%, mengalami kenaikan dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 2,62%.

Kondisi ini mencerminkan bertambahnya jumlah

kredit yang tidak dicairkan oleh nasabah, sehingga

risiko idle money pada perbankan Sulawesi Utara

meningkat.

Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai

salah satu indikator penilaian terkait kemampuan

bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan

neraca konsolidasi bank umum di Sulut, saldo

bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya

bunga atau yang biasa disebut Net Interest

Margin (NIM) pada triwulan laporan

menunjukkan angka yang positif sebesar Rp1.279

miliar, mengalami penurunan bila dibandingkan

periode yang sama tahun lalu yang tercatat

Rp1.585 miliar.

Rasio BOPO

Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.

Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kinerja bank yang belum optimal dan efisien.

Sampai dengan triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan menurun yang

Grafik 3.22. Net Interest Margin Bank Umum

(Rp Miliar)

Grafik 3.21. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum

Sumber: Bank Indonesia Manado

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Plafond 10,1 10,6 11,0 11,7 13,1 13,6 14,0 14,9 15,4 16,3 17,2

Outstanding 9,09 9,62 10,0 10,4 10,8 11,4 11,9 12,6 12,9 13,9 14,6

Rasio UL (%) 6.20 5.50 5.38 6.31 2.32 2.15 2.62 2.50 2.62 2.43 3.34

-

1

2

3

4

5

6

7

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

%Rp Miliar

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Pend.Bunga 363 748 1,15 1,58 490 1,00 2,01 2,09 576 1,15 1,78

Biaya Bunga 78 235 348 456 134 276 426 589 162 332 503

NIM 285 513 805 1,12 356 730 1,58 1,50 414 827 1,27

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

55

Grafik 3.24. Return On Asset Bank Umum

Grafik 3.23.

Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum

tercermin dari peningkatan rasio BOPO bank umum dari 71,46% pada triwulan yang sama

tahun sebelumnya menjadi 85,79% pada triwulan laporan. Hal ini dapat diartikan bahwa

bank masih belum efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk

menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan III-2011, rasio

ROA bank umum tercatat sebesar 2,01%, mengalami penurunan bila dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,20%. Kondisi ini mencerminkan

sedikit menurunnya kinerja perbankan dalam menghasilkan return dari asset yang

dikelolanya pada triwulan laporan.

3.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH

Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan

mengalami pertumbuhan positif. Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai

dengan posisi September 2011 meningkat sebesar 20,46% (yoy), sejalan dengan

pertumbuhan kredit sebesar 48,16%. Sementara itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan

sebesar 33,13% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to Deposit

Ratio (FDR) meningkat dari 208,33% pada triwulan III-2010 menjadi sebesar 231,85%

pada triwulan III-2011. Kedepan, diperlukan upaya penguatan inovasi produk dan

infrastruktur industri serta penguatan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan

kinerja perbankan syariah.

Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

BO 322 683 997 1,32 377 847 1,20 1,62 421 921 1,66

PO 423 880 1,35 1,85 538 1,09 1,68 2,29 632 1,27 1,93

Rasio 76.0 77.6 73.4 71.5 70.0 77.0 71.4 70.5 66.6 72.0 85.7

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500 %Rp Miliar

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Aset (Rp Juta) - Left Axis 13,63514,23514,86014,76915,11415,92816,69517,50417,98419,20220,782

L/R (Rp Juta) - Right Axis 134 253 459 428 167 313 534 527 212 423 418

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

550

600

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

56

Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)

Sumber: Bank Indonesia Manado

3.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan

positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Aset BPR pada September

2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 68,43% (yoy), menjadi Rp563,1 miliar.

Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit

tercatat 70,22% atau mencapai Rp420,1 miliar. Secara sektoral, kredit terutama disalurkan

pada sektor lain-lain (konsumsi) dengan pangsa 78,32% dan sektor PHR dengan pangsa

11,78%. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit yang disalurkan BPR

merupakan kredit konsumsi dengan pangsa mencapai 73,03% dari total kredit. Hal ini

diperkirakan tidak lepas dari kegiatan konsumsi masih menjadi lokomotif pertumbuhan

Tabel 3.3. Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar)

Sumber: Bank Indonesia Manado

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Asset 129.31 142.58 149.30 161.37 165.76 199.25 288.12 304.69 331.31 330.49 347.06

DPK 155.29 167.43 164.40 94.68 83.20 90.29 104.37 125.46 128.38 133.03 138.95

Giro 11.94 13.78 14.80 13.71 7.89 9.10 11.85 13.81 13.12 12.14 12.76

Tabungan 91.70 101.52 98.27 61.22 50.51 59.52 67.33 79.98 76.95 86.02 90.31

Deposito 51.65 52.12 51.33 19.76 24.80 21.68 25.20 31.67 38.30 34.87 35.88

Kredit 120.94 134.27 139.50 145.25 150.07 185.92 217.44 240.06 246.04 285.07 322.15

Investasi 114.90 127.07 129.54 133.15 135.83 170.57 199.82 215.85 217.87 243.62 248.81

Modal Kerja 2.41 2.74 2.73 2.84 2.99 3.33 3.55 3.60 3.62 3.96 5.71

Konsumsi 3.63 4.45 7.23 9.26 11.25 12.02 14.07 20.61 24.55 37.49 67.63

FDR (%) 77.88 80.19 84.85 153.41 180.37 205.91 208.33 191.35 191.65 214.29 231.85

20112009 2010

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Aset 207.9 220.4 237.8 241.1 272.0 301.9 334.3 402.0 430.6 496.2 563.1

DPK 153.0 160.3 171.5 170.9 192.8 221.8 255.0 281.8 308.4 348.5 395.0

Deposito 108.8 113.1 120.3 119.7 135.7 155.2 189.7 207.0 236.5 267.9 318.6

Tabungan 44.2 47.2 51.2 51.3 57.0 66.7 65.4 74.8 71.9 80.6 76.4

Kredit 163.7 181.5 195.6 202.7 212.3 230.3 246.8 288.3 322.5 383.6 420.1

Jenis Penggunaan

Modal Kerja 39.6 45.7 51.0 54.4 56.4 63.3 74.1 81.9 104.4 92.4 100.1

Investasi 14.5 13.5 13.4 13.5 13.1 14.1 12.3 10.9 15.7 14.1 13.2

Konsumsi 109.5 122.3 131.2 134.8 142.8 152.9 160.5 195.5 202.4 277.1 306.8

Sektoral

Pertanian 3.1 3.2 3.9 4.4 4.8 4.5 4.8 4.4 4.5 4.7 5.6

Perindustrian 0.5 0.6 0.5 0.6 0.6 0.7 0.9 3.9 5.4 3.6 2.8

PHR 28.1 28.2 31.6 31.7 34.1 37.8 41.4 43.8 41.8 46.2 49.5

Jasa-jasa 14.3 15.1 18.1 16.2 18.6 18.5 20.5 18.7 53.6 33.6 33.2

Lain-lain 117.7 134.4 141.5 149.8 154.2 168.6 179.2 217.5 217.2 295.4 329.0

LDR (Persen) 107.0 113.2 114.0 118.6 110.1 103.8 96.8 102.3 104.6 110.1 106.3

NPL (Persen) 3.5 3.2 3.3 2.9 3.4 3.8 4.4 4.2 4.7 3.8 4.2

Komponen2009 2010 2011

57

ekonomi daerah disamping meningkatnya aktivitas ekonomi khususnya di sektor konsumsi

yang didorong oleh kenaikan pendapatan sebagian besar masyarakat di Sulawesi Utara.

Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar

54,89%(yoy) dengan jumlah nominal sebesar Rp395 miliar. Berdasarkan komponen

pembentuknya, deposito masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 80,66%.

Pertumbuhan DPK BPR jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK

bank umum. Hal ini diduga terkait dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga

simpanan di BPR dibandingkan suku bunga perbankan. Melihat kondisi tersebut, diperlukan

perhatian lebih pada penataan ulang efisiensi BPR, terutama bagaimana dapat menekan

suku bunga pinjaman yang saat ini berada pada tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya

suku bunga sumber dana pembiayaan BPR.

Fungsi intermediasi pada BPR juga menunjukkan adanya peningkatan, hal ini tercermin dari

kenaikan rasio LDR dari 96,80% pada triwulan III-2010 menjadi 106,3% pada triwulan

laporan. Sementara itu, kualitas kredit BPR juga mengalami perbaikan seperti ditunjukkan

oleh tren penurunan persentase kredit bermasalah (NPL gross) dari 4,4% pada triwulan III-

2010 menjadi 4,2% pada triwulan III-2011.

58

Halaman ini sengaja dikosongkan

59

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen untuk mengatur

pengeluaran dan pendapatan pemerintah daerah dalam rangka membiayai pelaksanaan

kegiatan pemerintahan dan pembangunan, meningkatkan output, mencapai pertumbuhan

dan stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara

umum. Selain itu, APBD merupakan kebijakan operasional yang menjadi turunan dari

strategi pembangunan pemerintah daerah yang telah ditetapkan, sehingga dapat terlihat

arah keberpihakan pemerintah daerah. APBD seharusnya menggambarkan angka-angka

ekonomis yang mencerminkan kebutuhan masyarakat untuk memecahkan masalah dan

meningkatkan kesejahteraannya. Pada hakikatnya anggaran daerah merupakan alat untuk

meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.

Pembahasan dan analisa kinerja APBD dalam laporan ini meliputi perkembangan kinerja

anggaran pemerintah daerah di tingkat Provinsi, sedangkan kinerja anggaran untuk 15

Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Utara belum dapat tersajikan dalam laporan karena

terkendala oleh keterbatasan data yang diperoleh.

Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja

Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2011 khususnya

Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU) mencapai Rp5,67 Triliun atau

naik 12,05% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen penyusunnya,

kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari DAU yang naik 10,72%

(yoy), mencapai Rp4,96 triliun. Sejalan dengan itu, DAK juga mengalami peningkatan

1,33% (yoy) atau mencapai Rp709,18 miliar pada periode laporan.

Tabel 4.1.

Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara

Dana Alokasi Umum (DAU) 3,071,594 3,427,845 4,059,322 4,431,419 4,963,779

Dana Alokasi Khusus (DAK) 501,621 673,556 887,196 699,748 709,185

TOTAL 3,573,215 4,101,401 4,946,518 5,131,167 5,672,964

Dana 2007 2008 2009 2010 2011

Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu

60

4.1. Dana Perimbangan di Sulawesi Utara

4.1.1 Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara

Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi

Khusus (DAK) dari pemerintah pusat bagi Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara Tahun

2011 meningkat sebesar 12,05% dibandingkan dengan Tahun 2010. Secara agregat,

jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di

Sulawesi Utara mencapai Rp5,67 triliun. Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi

di Tahun 2011 mengalami peningkatan alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu.

Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun

2011, Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan alokasi terbesar yakni Rp648,99 miliar dengan

pangsa 11,44%. Berikutnya adalah Kota Manado sebesar Rp525,41 miliar dengan pangsa

9,26% dari total anggaran, Kabupaten Minahasa sebesar Rp.460,14 miliar dengan pangsa

8,11% dan Kabupaten Sangihe sebesar Rp382,78 miliar dengan pangsa 6,75%. Alokasi

dana terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa

4,21% dari total dana perimbangan atau sebesar Rp238,56 milliar.

Tabel 4.2. Dana Perimbangan ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara

Sumber : BAPPEDA Sulut, diolah

2010 2011 2010 2011Sulawesi Utara 17,439 29,288 558,635 619,711 Bolaang Mongondow 42,412 52,681 295,800 320,510 Minahasa 41,869 50,652 374,744 409,491 Sangihe 56,607 60,702 286,315 322,079 Bitung 25,800 28,000 274,296 304,672 Manado 28,014 42,959 420,481 482,454 Kepualuan Talaud 45,112 45,301 256,908 278,873 Minahasa Selatan 44,944 43,241 289,949 331,072 Tomohon 20,799 34,560 219,721 247,394 Minahasa Utara 39,959 47,726 266,587 307,575 Kotamobagu 45,704 27,514 201,553 223,190 Bolaang Mongondow Utara 43,760 45,454 208,127 228,525 Kepualuan Sitaro 40,859 46,520 222,678 256,258 Minahasa Tenggara 35,234 44,095 220,929 254,096 Bolmong Timur 53,204 56,185 161,164 182,376 Bolmong Selatan 46,889 54,309 176,192 195,503 TOTAL 628,605 709,185 4,434,079 4,963,779

DAKDaerah

DAU

61

11.38%

6.68%

8.23%

6.77%

5.93%

8.86%5.97%

6.61%4.75%

6.06%

4.88%

4.98%

5.21%

5.06%

4.23%4.41%

Provinsi Bolmong

Minahasa Sangihe

Bitung Manado

Kep. Talaud Minsel

Tomohon Minut

Kotamobagu Bolmut

Kep. Sitaro Minteng

Boltim Bolsel

11.44%

6.58%

8.11%

6.75%

5.86%

9.26%5.71%

6.60%4.97%

6.26%

4.42%

4.83%

5.34%

5.26%

4.21%4.40%

Provinsi Bolmong

Minahasa Sangihe

Bitung Manado

Kep. Talaud Minsel

Tomohon Minut

Kotamobagu Bolmut

Kep. Sitaro Minteng

Boltim Bolsel

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

DAU

DAK

Dana Perimbangan

Berdasarkan komponennya, alokasi dana perimbangan di masing – masing kabupaten/kota

di Sulawesi Utara pada APBD Tahun 2011 sebagian besar berasal dari Dana Alokasi Umum

dengan pangsa mencapai 87,50%.

4.1.2. Struktur Belanja (Alokasi Dana Perimbangan)

Struktur Belanja Pemerintah Daerah di Provinsi Sulawesi Utara secara umum didominasi oleh

belanja tidak langsung (belanja pegawai) tercermin dari Rasio APBD 2011 Belanja Tidak

Langsung yang rata-rata berada diatas 30%. Rasio terbesar terjadi pada Kabupaten Bolaang

Mongondow Timur (Boltim) tercatat 70,29% sedangkan rasio terendah terjadi pada

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) tercatat 33,22%.

Grafik 4.1. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2010

Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011

Grafik 4.3. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu

Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah

Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah

62

Tingginya Rasio APBD 2011 Belanja Tidak Langsung mencerminkan bahwa kinerja belanja

APBD masih didorong pembelanjaan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) seiring dengan semakin

meningkatnya jumlah PNS di Sulut. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

sektor konsumsi semakin dominan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Sulut. Untuk

menggiatkan kinerja kegiatan produktif perlu didukung oleh aktivitas belanja modal dan

belanja tidak langsung.

Daerah DAU

(Rp miliar)

Belanja Tidak

Langsung

(Rp miliar)

Rasio APBD

Belanja Tdk

Langsung (%)

Jumlah

PNS

(Orang)

Prov. Sulut 619,70 689,40 53,12 6.115

Manado 482,45 514,40 64,10 8.760

Bitung 304,67 277,50 66,73 4.445

Tomohon 247,39 191,20 55,23 3.287

Minahasa 409,49 411,22 70,25 7.167

Minsel 331,07 265,68 65,02 6.300

Minut 307,57 260,08 59,28 4.330

Mitra 254,09 217,03 53,42 2.612

Bolmong 320,51 273,20 56,70 5.067

Kotamobagu 223,19 171,70 51,22 2.808

Bolmut 228,52 127,70 33,22 1.593

Boltim 182,37 244,24 70,29 1.300

Bolsel 195,50 118,55 40,44 1.235

Sangihe 322,07 318,42 69,71 5.125

Sitaro 256,09 170,52 40,24 3.112

Talaud 278,87 229,55 59,94 4.183

Jumlah 4.963,55 4.480,39 57,39 67.439

4.3. APBD di Tingkat Provinsi

4.2.1. Pendapatan Daerah di Tingkat Provinsi

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkatkan target pendapatan secara umum. Hal ini

tercermin dari peningkatan target pendapatan pada APBD P 2011 dibandingkan APBD P

2010 dan APBD 2011 (sebelum perubahan). Peningkatan terutama berasal dari

meningkatnya anggaran alokasi transfer pemerintah pusat ke daerah (dana perimbangan).

Sampai dengan periode laporan, total target dana perimbangan mencapai Rp722,36 miliar,

mengalami peningkatan 8,37% dibandingkan tahun lalu atau mengalami peningkatan 3%

dibandingkan target APBD 2011 (sebelum perubahan). Peningkatan ini sejalan dengan

Tabel 4.4. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011

Sumber : Biro Keuangan Prov. Sulut

63

Tabel 4.3. Ringkasan Perubahan APBD tahun 2011

komitmen pemerintah pusat untuk meningkatkan kapasitas daerah serta mengurangi

kesenjangan publik.

Sejalan dengan itu, Pemerintah Provinsi Sulawesi

Utara juga meningkatkan target Pendapatan Asli

Daerah (PAD) menjadi Rp516 miliar pada APBD P

2011, meningkat 47,44% dibandingkan tahun lalu

atau meningkat 14% dibandingkan dengan target

PAD pada APBD 2011 (sebelum perubahan). Hal ini

merupakan komitmen Pemerintah Provinsi Sulut

dalam mengurangi ketergantungan Pemerintah

Provinsi terhadap Pemerintah Pusat mengingat

masih besarnya rasio dana perimbangan

dibandingkan total pendapatan Provinsi Sulut yang

menandakan kegiatan ekonomi dan sosial

masyarakat Sulawesi Utara sebagian besar masih

digerakkan oleh dana yang berasal dari pemerintah pusat (grafik 4.3). Namun demikian,

proporsi Dana Perimbangan terhadap Total Pendapatan Provinsi menunjukkan tren

penurunan selama 5 (lima) tahun terakhir hingga tercatat sebesar 54% pada tahun 2011.

Grafik 4.3. Komposisi Pendapatan Daerah Prov. Sulawesi Utara

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

2007 2008 2009 2010 2011

Dana Perimbangan

PAD

Proporsi Dana Perimbangan thd Total Pendapatan Provinsi

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

I Pendapatan 1,339,429 1,259,702 6%

Pendapatan Asli Daerah 516,085 451,755 14%

Dana Perimbangan 722,359 703,999 3%

Lain-lain PAD yang Sah 100,985 103,947 -3%

II Belanja 1,443,703 1,297,908 11%

Belanja Tidak Langsung 715,513 689,406 4%

• Belanja Pegawai 424,083 420,523 1%

• Belanja Hibah 43,783 35,383 24%

• Belanja Bantuan Sosial 39,720 45,720 -13%

• Belanja Bagi Hasil 205,147 172,000 19%

• Belanja Bantuan Keuangan 1,280 5,780 -78%

• Belanja Tidak Terduga 1,500 10,000 -85%

Belanja Langsung 728,189 608,503 20%

• Belanja Pegawai 60,999 55,793 9%

• Belanja Barang dan Jasa 397,869 329,125 21%

• Belanja Modal 269,321 223,584 20%

III Surplus/(Defisit) (104,273) (38,207) 173%

IV Pembiayaan 104,273 38,207 173%

No UraianAPBD-P 2011

(Rp Juta)

APBD 2011

(Rp Juta)

Bertambah/

(Berkurang)

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

64

Tabel 4.4. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2011

Sementara itu, tingkat realisasi pendapatan sampai dengan triwulan III 2011 lebih rendah

dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sampai dengan triwulan laporan

tingkat pendapatan secara umum baru terealisasi 76,4% dari total target pendapatan atau

lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun lalu yang tercatat sebesar 85,2%.

Apabila dilihat berdasarkan komponennya, pencapaian terbesar terjadi pada Dana

Perimbangan dengan tingkat pencapaian sampai dengan triwulan III 2011 sebesar 80,1%.

Realisasi dana perimbangan terutama bersumber pada Dana Alokasi Umum (DAU) dengan

proporsi 85,8% Selanjutnya tingkat realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Lain-lain

PAD yang sah tercatat masing-masing sebesar 72,5% dan 70,2%. Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Provinsi Sulawesi Utara sampai dengan triwulan III 2011 masih didominasi oleh

pendapatan yang bersumber dari pajak daerah dengan proporsi 90.6%.

4.2.2. Belanja Daerah di Tingkat Provinsi

Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi

belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,44 triliun atau meningkat 32,02% dari

tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini tidak diikuti dengan

peningkatan realisasinya.

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Nominal % Nominal %

PENDAPATAN 1,066,545 100.0 908,495 85.2 1,339,429 100.0 1,023,876 76.4

Pendapatan Asli Daerah 350,031 32.8 306,971 87.7 516,085 38.5 374,352 72.5

- Pajak Daerah 311,927 60.4 268,632 86.1 467,523 90.6 353,203 75.5

- Retribusi Daerah 11,589 2.2 8,193 70.7 6,591 1.3 4,607 69.9

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 16,500 3.2 13,554 82.1 23,000 4.5 0 0.0

- Lain-lain 10,015 1.9 16,592 165.7 18,970 3.7 16,542 87.2

Dana Perimbangan 666,514 62.5 526,589 79.0 722,359 53.9 578,679 80.1

- Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil

Bukan Pajak (SDA)55,000 8 47,858 151 73,360 10.2 40,287

54.9

- Dana Alokasi Umum 558,635 77.3 465,651 83.4 619,711 85.8 516,426 83.3

- Dana Alokasi Khusus 52,879 7.3 13,079 24.7 29,288 4.1 21,966 75.0

Lain-lain Pendapatan yang Sah 50,000 4.7 74,936 149.9 100,985 7.5 70,845 70.2

Realisasi APBD

UraianAPBD 2010

(Rp Juta)

Proporsi

APBD 2010

(%)

Realisasi APBDAPBD-P 2011

(Rp Juta)

Proporsi

APBD-P

2011

(%)

65

Tabel 4.5. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2011

Total belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD-P 2011 adalah sebesar Rp1,44 triliun,

mengalami peningkatan dibandingkan total belanja pada APBD 2010 yang tercatat sebesar

Rp1,09 triliun. Namun, peningkatan pada alokasi anggaran belanja ini tidak diikuti dengan

peningkatan realisasinya. Sampai dengan triwulan III-2011 realisasi belanja tercatat sebesar

51,9% dari total anggaran atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama

tahun sebelumnya tercatat 67,3% dari total anggaran.

Menurut komponen pembentuknya, belanja Provinsi terdiri atas belanja langsung dan tidak

langsung dengan pangsa masing-masing 49,6% dan 50,4%. Belanja tidak langsung

didominasi oleh belanja pegawai dengan pangsa 59,3% atau mencapai Rp424,08 miliar,

sisanya merupakan belanja hibah (6,1%), belanja bantuan sosial (5,6%), belanja bagi hasil

(28,7%), belanja bantuan keuangan (0,2%), dan belanja tidak terduga (0,2%). Sementara

itu belanja langsung didominasi oleh belanja barang dan jasa dengan pangsa 54,6%,

sisanya merupakan belanja modal (37%) dan belanja pegawai (8,4%). Komposisi tersebut

mengkonfirmasi data pertumbuhan ekonomi Sulut yang terutama didorong oleh sektor

konsumsi.

Sementara itu, tingkat realisasi belanja modal pada triwulan laporan menunjukkan

peningkatan dari 36,3% pada triwulan II-2010 menjadi 43,5% pada triwulan laporan.

Peningkatan belanja modal ini sejalan dengan realisasi proyek fisik pemerintah seperti

pembangunan/perbaikan jalan, irigasi dan lainnya yang telah berjalan.

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Nominal % Nominal %

BELANJA 1,093,545 100.0 736,000 67.3 1,443,703 100.0 749,793 51.9

Belanja Tidak Langsung 607,711 55.6 464,096 76.4 715,513 49.6 416,039 58.1

• Belanja Pegawai 355,711 58.5 247,155 69.5 424,083 59.3 280,090 66.0

• Belanja Hibah 63,500 10.4 108,498 170.9 43,783 6.1 16,642 38.0

• Belanja Bantuan Sosial 45,000 7.4 29,951 66.6 39,720 5.6 17,350 43.7

• Belanja Bagi Hasil 132,000 21.7 74,086 56.1 205,147 28.7 101,192 49.3

• Belanja Bantuan Keuangan 4,000 0.7 4,000 100.0 1,280 0.2 265 20.7

• Belanja Tidak Terduga 7,500 1.2 405 5.4 1,500 0.2 500 33.3

Belanja Langsung 485,834 44.4 271,905 56.0 728,189 50.4 333,754 45.8

• Belanja Pegawai 46,677 9.6 27,336 58.6 60,999 8.4 28,762 47.2

• Belanja Barang dan Jasa 231,236 47.6 169,153 73.2 397,869 54.6 187,883 47.2

• Belanja Modal 207,921 42.8 75,416 36.3 269,321 37.0 117,109 43.5

Realisasi APBD Uraian

APBD 2010

(Rp Juta)

Proporsi

APBD 2010

Realisasi APBD APBD -P 2011

(Rp Juta)

Proporsi

APBD

66

Tabel 4.6. Rekapitulasi Proyek Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara

No Instansi Jumlah Paket

Nilai Paket (Rp) Nilai Total Paket

(Rp)

A. Pemerintah Provinsi Sulut 67 - 30.316.178.660 1. Badan Perpustakaan 1 940.000.000

2. Dinas PU 26 4.241.000.000

3. Dinas Pertanian & Peternakan 6 3.763.500.000 4. Dinas Kelautan & Perikanan 11 8.702.829.000

5. Dinas Kesejahteraan Sosial 6 3.219.110.000

6. DPRD 2 1.557.598.000 7. Dinas Perhubungan 5 1.555.000.000

8. Inspektorat 1 300.000.000

9. Dinas Perkebunan 4 4.088.986.060 10. Dinas Kesehatan 4 1.696.405.400

11. Perbatasan 1 231.750.200

B. Kabupaten/Kota 387 - 357.079.064.890 1. Kota Bitung 39 28.190.710.000

2. Kab. Minahasa 3 6.105.000.000

3. Kab. Sitaro 128 84.501.683.965

4. Kab. Kep. Sangihe 20 13.142.349.700 5. Kab. Bolmong 17 9.477.745.260

6. Kota Manado 16 12.920.760.810

7. Kab. Kep. Talaud 1 20.582.566.500 8. Kab. Bolsel 54 67.367.024.000

9. Kab. Boltim 66 89.679.324.657

10. Kab. Mitra 33 21.000.000.000

11. Kab. Minsel 10 4.111.899.998

4.2.3. Pangsa APBD Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar

Realisasi konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar 6,89% terhadap PDRB harga

berlaku Provinsi Sulawesi Utara di triwulan III-2011. Kontribusi di tingkat kabupaten dan

kota relatif sulit untuk diperoleh sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki.

Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar

sampai dengan posisi 30 September 2011 berada pada kondisi kontraksi yang berarti

jumlah pendapatan pemerintah lebih besar dibandingkan jumlah pengeluaran (belanja

pemerintah).

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

67

Tabel 4.7. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil s.d. 30 September 2011

PENDAPATAN 1,632,995 15.00

Pendapatan Asli Daerah 374,352 3.44

- Pajak Daerah 353,203 3.24

- Retribusi Daerah 4,607 0.04

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 0 -

- Lain-lain 16,542 0.15

Dana Perimbangan 842,604 7.74 - Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil

Bukan Pajak (SDA)859,147 7.89

- Dana Alokasi Umum 516,426 4.74

- Dana Alokasi Khusus 21,966 0.20

Lain-lain Pendapatan yang Sah 70,845 0.65

BELANJA 749,793 6.89

Belanja Tidak Langsung 416,039 3.82

• Belanja Pegawai 280,090 2.57

• Belanja Hibah 16,642 0.15

• Belanja Bantuan Sosial 17,350 0.16

• Belanja Bagi Hasil 101,192 0.93

• Belanja Bantuan Keuangan 265 0.00

• Belanja Tidak Terduga 500 0.00

Belanja Langsung 333,754 3.07

• Belanja Pegawai 28,762 0.26

• Belanja Barang dan Jasa 187,883 1.73

• Belanja Modal 117,109 1.08

UraianRealisasi APBD

Tw.III-2011% thd PDRB

1

Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah

68

Halaman ini sengaja dikosongkan

69

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari

satu pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran.

Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun

Real Time Gross Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

nasional baik tunai maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang

diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang

Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang

Republik Indonesia No.6 tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat

memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis

pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy).

Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk

menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap

memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai representasi Bank Indonesia di

daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai di

Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Manado.

Pada triwulan III-2011, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai di Sulawesi Utara

menunjukkan peningkatan. Transaksi pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross

Settlement (BI-RTGS), untuk wilayah Sulawesi Utara, baik secara nominal maupun nominal

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan itu, transaksi dan volume

pembayaran melalui kliring di wilayah Sulawesi juga mengalami peningkatan. Selanjutnya

aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia

Manado pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya.

5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai

5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow)

Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan III-2011 di wilayah kerja KBI Manado

menunjukkan terjadinya net outflow. KBI Manado mengalami net outflow sebesar Rp252

70

miliar, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami net inflow sebesar

Rp183 miliar.

Aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia

Manado pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya. Hal ini tercermin pada peningkatan jumlah uang kartal yang dikeluarkan

Kantor Bank Indonesia Manado (outflow), yakni dari Rp799 miliar pada triwulan III-2010

menjadi Rp1.240 miliar pada triwulan laporan. Sejalan dengan hal tersebut, aliran uang

kartal yang masuk dari masyarakat dan perbankan ke Kantor Bank Indonesia Manado

(inflow) pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan

triwulan yang sama tahun sebelumnya maupun triwulan lalu. Secara nominal, jumlah uang

kartal yang masuk ke KBI Manado adalah sebesar Rp989 miliar, mengalami peningkatan

105,28% (yoy) atau 202,37% (qtq). Secara total aliran uang kartal di KBI Manado masih

menunjukkan adanya net outflow Rp252 miliar dimana secara nominal uang kartal yang

keluar (Rp1.240 miliar) lebih besar dari uang kartal yang masuk (Rp989 miliar). Hal ini tidak

terlepas dari peningkatan konsumsi masyarakat sebagai pengaruh pola musiman perayaan

bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada periode laporan.

Secara bulanan, KBI Manado mengalami baik net outflow maupun net inflow selama

triwulan III-2011. Net outflow terjadi pada Juli dan Agustus 2011 masing-masing secara

berturut-turut sebesar Rp146,1 miliar dan Rp530,7 miliar. Selanjutnya pada September

2011 aliran kas mengalami net inflow yang tercatat sebesar Rp425,2 miliar.

Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado

Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Inflow (+) 613 160 122 235 617 303 482 383 750 327 989

Outflow (-) -18 -355 -235 -687 -0.77 -525 -799 -896 -155 -510 -1,240

Net Flow 595 -195 -113 -453 616 -222 -317 -513 595 -183 -252

(1,500)

(1,000)

(500)

-

500

1,000

1,500 miliar

71

5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar

Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Bank Indonesia Manado melaksanakan

kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan melakukan Pemberian

Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah lusuh/rusak. Proses

pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat

terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan.

Selama triwulan III-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 37,98%,

jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat

64,11%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan

laporan adalah sebesar Rp376 miliar. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik

dalam memperlakukan uang kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan

mencorat-coret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena faktor iklim

tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas.

Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow

5.1.3. Perkembangan Kas Titipan

Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan

likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank

Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan

khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia.

Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Inflow 613 160 122 235 617 303 482 383 750 327 989

PTTB 53 78 490 209 261 297 309 474 326 329 376

Rasio 8.57 49.0 402. 89.1 42.3 97.8 64.1 123. 43.5 100. 37.9

-

40

80

120

160

200

240

280

320

360

400

440

-

200

400

600

800

1,000

1,200 % Miliar

72

Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado

bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.

Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo

(Rp. Miliar)

Kondisi aliran kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan III-2011 menunjukkan posisi net

inflow sebesar Rp214 miliar. Pada triwulan laporan jumlah kas titipan yang masuk (inflow)

di Gorontalo tercatat Rp553 miliar, sedangkan jumlah kas keluar (outflow) tercatat Rp339

miliar.

Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Tahuna (Rp. Miliar)

Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna, Kabupaten

Kepulauan Sangihe. Pada triwulan III-2011, kas titipan di Tahuna mengalami net inflow

Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Inflow 621 542 645 629 672 547 726 649 779 739 553

Outflow -443 -611 -566 -673 -537 -586 -652 -716 -638 -773 339

Netflow 178 -69 80 -44 135 -39 74 -67 141 -34 214

-800

-600

-400

-200

0

200

400

600

800

.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011

Inflow 57 27 40 108 40 39 24 20 77 29 35

Outflow -39 -78 -63 -111 -50 -97 -105 -131 -63 -71 29

Netflow 18 -51 -23 -3.49 -11 -58 -81 -110 14 -42 6

-150

-100

-50

0

50

100

150

73

sebesar Rp6 miliar, setelah mengalami net outflow sebesar Rp42 miliar pada triwulan

sebelumnya.

5.1.4. Penemuan Uang Palsu

Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III-

2011 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Total

uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan III-

2011 tercatat sebanyak 126 lembar atau secara nominal tercatat sebesar Rp9,25 juta , lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 75 lembar atau secara

nominal Rp3,98 juta. Secara historis, pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan

selama dua tahun terakhir adalah uang kertas pecahan Rp100,000 dan Rp50,000 dengan

pangsa secara berturut-turut masing-masing sebesar 69,12% dan 20,48%.

Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi KBI Manado terus

berupaya menekan perkembangan peredaran uang palsu, diantaranya melalui sosialisasi

ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat. Kegiatan sosialisasi tidak

hanya dilakukan di Kantor Bank Indonesia, kalangan perbankan, di instansi-instansi

pemerintah daerah, akademisi dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat

perbelanjaan dan sentra perekonomian di kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat

pusat perbelanjaan juga sangat rentan terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena

tingginya tingkat perputaran uang yang digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu,

secara represif pihak Bank Indonesia juga menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian

Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan proses hukum. Peran serta aktif

masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk dapat membongkar

sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara

Tabel 5.2. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado

Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

- Rp100.000,- 14 - 94 35 12 21 73

- Rp50.000,- 19 3 10 8 8 32 32

- Rp20.000,- - - 2 6 5 6 14

- Rp10.000,- 1 - - - 1 16 7

- Rp5.000,- 3 - - - - - -

- Rp1.000,- - - - - - - -

Total 37 3 106 49 26 75 126

2011Pecahan

2010

74

5.2. Perkembangan Alat Pembayaran Non-Tunai

Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan

kebutuhan masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan

penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya

melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).

5.2.1. Perkembangan Kliring (Tunai)

Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan III-2011 mengalami

peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 91.486 lembar dengan nilai

Rp2.167 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 10,41% (yoy) dibandingkan triwulan

yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang

dikliringkan selama periode laporan tercatat sebanyak 1.501 lembar dengan nilai sebesar

Rp35,55 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 14,12% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah

nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara

mengalami pertumbuhan positif yang berkelanjutan.

Tabel 5.3.

Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Perputaran Kliring

a. Lembar 75,799 80,399 82,862 89,523 80,909 86,567 91,486

b. Nominal (Rp miliar) 1,658 1,674 1,914 2,083 1,915 2,093 2,167

Rata-rata perputaran kliring per hari

a. Lembar 1,221 1,299 1,315 1,400 1,310 1,418 1,501

b. Nominal (Rp miliar) 26.73 27.08 30.39 32.52 31.01 34.31 35.55

Persentase rata-rata penolakan

a. Lembar (%) 1.02 2.16 1.72 1.33 1.78 1.71 1.57

b. Nominal (%) 1.01 2.44 1.54 1.82 1.99 2.23 1.40

KETERANGAN2010 2011

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan

tercatat 1,57% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami

penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat

1,72%.

75

5.2.2. RTGS (Real Time Gross Settlement)

Implementasi sistem BI-RTGS di Indonesia yang bermanfaat sebagai sarana penyelesaian

akhir transaksi pembayaran semakin menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal

ini dikarenakan BI-RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi

(seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian nominal

transaksi RTGS selama triwulan III-2011 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai

Rp3.007 miliar atau mengalami peningkatan nilai sebesar 10,28% (yoy). Sejalan dengan

jumlah nilainya yang mengalami peningkatan, volume RTGS pada triwulan laporan juga

mengalami kenaikan 6,21% (yoy) dari 5.858 transaksi di triwulan III-2010 menjadi 6.222

transaksi pada triwulan III-2011. Peningkatan transaksi RTGS pada triwulan laporan

diperkirakan merupakan salah satu dampak dari pembangunan perekonomian Sulawesi

Utara yang terus mengalami pertumbuhan.

Tabel 5.4. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement

Sumber : www.bi.go.id, diolah

Nilai Nilai Nilai

(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)

Jan 183 694 709 1,102 892 1,796

Feb 192 638 553 1,339 746 1,977

Mar 239 833 727 1,120 966 1,953

Tw I-2010 615 2,165 1,989 3,561 2,604 5,726

Apr 214 740 582 968 796 1,708

Mei 195 676 523 932 718 1,608

Jun 244 800 639 1,077 884 1,877

Tw II-2010 653 2,216 1,744 2,977 2,397 5,193

Jul 240 832 767 1,120 1,007 1,952

Agust 244 795 684 1,324 928 2,119

Sep 186 666 606 1,121 792 1,787

Tw III-2010 670 2,293 2,056 3,565 2,727 5,858

Oct 234 885 590 1,115 824 2,000

Nov 242 933 667 1,226 909 2,159

Dec 284 1,018 825 1,338 1,110 2,356

Tw IV-2010 761 2,836 2,082 3,679 2,843 6,515

Jan 226 887 673 1,085 899 1,972

Feb 220 826 583 1,063 803 1,889

Mar 251 981 760 1,366 1,011 2,347

Tw I-2011 697 2,694 2,016 3,514 2,712 6,208

Apr 241 745 456 1,012 698 1,757

Mei 229 870 639 1,034 868 1,904

Jun 257 861 709 1,219 966 2,080

Tw II-2011 727 2,476 1,804 3,265 2,531 5,741

Juli 234 875 684 1,201 918 2,076

Agustus 262 887 839 1,322 1,101 2,209

September 230 833 759 1,104 988 1,937

Tw III-2011 725 2,595 2,282 3,627 3,007 6,222

Pertumbuhan (YoY %) 8.19 13.17 10.97 1.74 10.28 6.21

Periode

FROM TO FROM + TO

Volume Volume Volume

76

Halaman ini sengaja dikosongkan

77

BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH &

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga terus menunjukkan perbaikan, hal tersebut

sesuai dengan perkembangan pertumbuhan perekonomian daerah yang semakin

meningkat. Hal ini ditunjukkan melalui Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang secara

konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir. Selain itu, penurunan

tingkat pengangguran juga terindikasi dari angka penggunaan tenaga kerja oleh dunia

usaha Sulawesi Utara yang mencatat angka positif. Angka yang diperoleh dari hasil Survei

Konsumen (SK) triwulan III-2011, menunjukkan masyarakat Sulawesi Utara masih optimis

terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan melalui indeks ketersediaan

lapangan kerja yang masih dalam level optimis.

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi

Utara juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh turunnya tingkat

kemiskinan yang didukung oleh kenaikan indeks penghasilan dan Nilai Tukar Petani (NTP).

6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

Berbagai indikator ketenagakerjaan pada triwulan III-2011 di Sulawesi Utara

mengindikasikan adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja. Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) mengalami peningkatan dari 63,31% pada Agustus 2010 menjadi

65,32% pada Agustus 2011. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terus

mengalami penurunan, pada Februari 2010 tercatat sebesar 9,61% turun menjadi 8,62%

pada Agustus 2011. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan jumlah lapangan kerja di

Sulawesi Utara. Namun demikian, TPT Sulawesi Utara masih lebih tinggi apabila

dibandingkan dengan TPT nasional.

Halaman ini sengaja dikosongkan

78

Tabel 6.1.

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 6.2. Pengangguran Terbuka Menurut Daerah

Agustus 2011

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Penduduk 15 Thn ke atas 1,685.5 1,694.1 1,710.9 1,637.4 1,651.0 1,659.8

Angkatan Kerja 1,077.2 1,051.1 1,074.3 1,036.6 1,068.4 1,084.2

Bekerja 962.6 940.2 961.6 936.9 970.2 990.7

Mencari Kerja 114.5 111.0 112.6 99.6 98.2 93.5

Bukan Angkatan Kerja 608.3 643.0 636.7 600.8 582.6 575.6

TPAK 63.91 62.0 62.79 63.31 64.71 65.32

TPT 10.63 10.56 10.48 9.61 9.19 8.62

A ug-11A ug-10 F eb-11F eb-09 A gs-09 F eb-10

Berdasarkan lokasinya, dari total pengangguran terbuka pada Agustus 2011 sebesar 93,5

ribu orang, tingkat pengangguran lebih tinggi terjadi di wilayah perkotaan. Persentase

tingkat pengangguran di daerah perkotaan tercatat sebesar 11,37% atau sekitar 57,3 ribu

orang. Sementara itu, di daerah pedesaan tingkat pengangguran tercatat sebesar 6,24%

atau 36,2 ribu orang. Dibandingkan dengan posisi Februari 2011, baik pedesaan maupun

perkotaan mencatat penurunan tingkat pengangguran meski secara absolut mencatat

kenaikan jumlah pengangguran. Kondisi ini perlu mendapat perhatian pemerintah daerah,

dimana pusat-pusat pertumbuhan ekonomi agar diusahakan lebih merata ke daerah-daerah

non perkotaan yang menjadi pusat pertumbuhan saat ini.

Jumlah (ribu

jiwa) %

Jumlah

(ribu jiwa) %

Perkotaan 54.6 11.4 57.3 11.4

Pedesaan 43.6 7.4 36.2 6.2

Sulawesi Utara 98.2 9.2 93.5 8.6

Daerah

Februari 2011 Agustus 2011

Berdasarkan sektornya, sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan

perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang

bekerja yaitu sebanyak 321,1 ribu orang (32,4%). Namun, bila dibandingkan dengan posisi

yang sama tahun sebelumnya terjadi penurunan sebesar 10.2%. Penurunan tenaga kerja

pada sektor tersebut diperkirakan beralih ke sektor lainnya yang justru mengalami

peningkatan yaitu Industri, Perdagangan dan Jasa Kemasyarakatan. Sementara itu, sektor

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Peroangan menempati urutan kedua dengan jumlah

tenaga kerja sebanyak 207,8 ribu orang (21%).

79

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 6.3. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut

Lapangan Usaha

Grafik 6.1. Share Penduduk Yang Bekerja Di Sulawesi Utara

Menurut Lapangan Usaha - Ags 2011

Tabel 6.4. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus

Pertanian, Perkebunan,

Kehutanan dan Perikanan

386.9 345.6 333.0 357.6 338.9 321.1

Industri 57.1 57.5 57.5 50.6 69.2 66.0

Perdagangan, Rumah Makan

dan Jasa Akomodasi

175.0 173.4 178.3 172.7 186.7 196.2

Jasa Kemasyarakatan, Sosial

dan Perorangan

150.6 162.9 183.0 182.3 182.1 199.6

Lainnya * 193.1 200.8 209.9 173.8 193.3 207.8

Total 962.6 940.2 961.6 936.9 970.2 990.7

Lapangan Pekerjaan Utama2009 2010 2011

Berdasarkan status pekerjaannya, dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan

pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori

buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan indentifikasi ini, pada

Agustus 2011 sebesar 390,1 ribu orang (39,4%) bekerja pada kegiatan formal dan 600,6

ribu orang (60.6%) bekerja pada kegiatan informal. Dari 990.7 ribu orang yang bekerja

pada Agustus 2011, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan

sebesar 347.7 ribu orang (35.1%), diikuti oleh berusaha sendiri sebesar 270.8 ribu orang

(27,3%), dan berusaha dibantu buruh tidak tetap sejumlah 114.5 ribu orang (11.6%).

Berusaha Sendiri 287.2 286.7 259.6 242.9 250.2 270.8

Berusaha Dibantu Buruh

Tidak Tetap - Buruh Tidak

Dibayar

130.4 129.3 128.0 102.4 131.9 114.5

Berusaha Dibantu Buruh

Tetap-Buruh Dibayar

41.2 42.9 41.0 45.9 47.0 42.4

Buruh/Karyawan 279.2 284.8 322.3 332.7 335.9 347.7

Pekerja Bebas Pertanian 64.1 48.0 52.0 74.3 43.3 55.1

Pekerja Bebas Non Pertanian 39.9 55.1 58.5 40.4 52.3 60.3

Pekerja Tak Dibayar 120.6 93.4 100.3 98.6 109.6 99.9

T o tal 962.6 940.2 961.6 936.9 970.2 990.7

A gs-11F eb-10Status P ekerjaan A gs-09F eb-09 F eb-11A ug-10

Optimisme membaiknya kondisi ketenagakerjaan pada periode laporan juga sejalan dengan

hasil survei yang dilakukan oleh KBI Manado. Berdasarkan survei yang dilakukan, jumlah

pelaku usaha yang menyatakan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih

meningkat. Perkembangan ketenagakerjaan juga dapat dikonfirmasi melalui sikap

-

5

10

15

20

25

30

35

1

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan

Industri

Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan

Lainnya *

80

Sumber: Survei Konsumen KBI Manado

Grafik 6.2. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

optimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja yang tercermin dari indeks

ketersediaan lapangan kerja hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado yang masih berada

diatas level optimis. Pada akhir triwulan III-2011, angka indeks ketersediaan lapangan kerja

adalah sebesar 113 .

40

60

80

100

120

140

160

180

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2009 2010 2011

Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Penghasilan

Ekspektasi Ekonomi Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja

6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi

Utara pada semester pertama tahun 2011 menunjukkan perkembangan yang

menggembirakan. Hal ini terjadi karena tingkat penghasilan masyarakat Sulawesi Utara

memiliki kecenderungan untuk meningkat, tercermin dari indeks penghasilan hasil Survei

Konsumen (SK) KBI Manado yang berada pada level optimis yakni sebesar 130,3.

Apabila ditinjau kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor ekonomi

dominan Sulawesi Utara sekaligus sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar dapat

dilihat pada grafik 6.3. bahwa tren kesejahteraan petani mulai mengalami peningkatan. Hal

ini tercermin dari pertumbuhan NTP yang merupakan perbandingan antara indeks harga

yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani untuk keperluan

konsumsi rumah tangga dan biaya produksi.

81

Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Yang Diterima dan Dibayar Petani

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 6.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

-3%

-2%

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

97.00

98.00

99.00

100.00

101.00

102.00

103.00

104.00

105.00Ja

n

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

Jul

Ags

Sep

2009 2010 2011

Nilai Tukar Petani (indeks) batas minimum sejahtera

Nilai Tukar Petani (growth yoy)

105.00

110.00

115.00

120.00

125.00

130.00

135.00

140.00

97.00

98.00

99.00

100.00

101.00

102.00

103.00

104.00

105.00

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

2009 2010 2011

Nilai Tukar Petani (indeks) batas minimum sejahtera

Indeks Dibayar Petani Indeks Diterima Petani

Rata-Rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan III-2011 sebesar 103,61,

lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar

100,83. Kedua komponen, baik Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun Indeks yang

Dibayar Petani (IB) mengalami peningkatan, namun karena kenaikan IT lebih besar

dibandingkan kenaikan IB, maka terjadi kenaikan NTP pada triwulan III-2011. Adapun

kenaikan IB terutama datang dari naiknya harga bahan makanan dan makanan jadi (untuk

82

Tabel 6.5. Komponen Indeks Dibayar Petani (IB)

kelompok konsumsi rumah tangga), serta harga penambahan barang modal dan obat-

obatan serta pupuk (untuk kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal).

Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara kembali mengalami penurunan pada tahun

2011. Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada

bulan Maret 2011 diketahui Tingkat Kemiskinan di Sulawesi Utara sebesar 8 ,51% atau

sebanyak 194,90 ribu jiwa, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 9,1% atau sebanyak 206,72 ribu jiwa.

Penurunan angka kemiskinan pada tahun 2011 ini merupakan lanjutan dari tren yang

terjadi sejak tahun 2007. Tahun tersebut adalah titik balik setelah terjadi peningkatan pada

beberapa periode sebelumnya. Penurunan ini juga sejalan dengan tren perkembangan

tingkat kemiskinan pada tingkat nasional. Apabila dibandingkan dengan tingkat kemiskinan

nasional sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi

Utara selalu berada dibawah angka nasional.

Sumber: BPS Provinsi Sulut, diolah

83

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh Garis

Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong

sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2010 Maret 2011, garis kemiskinan

meningkat sebesar Rp.18.489,- yaitu dari Rp. 194.334,- per kapita per bulan pada Maret

2010 menjadi Rp. 212.823,- per kapita per bulan pada Maret 2011. Walaupun terjadi

peningkatan nilai Garis Kemiskinan, faktanya tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Hal

ini mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan penduduk yang miskin pada tahun lalu

mengalami peningkatan dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan Garis

Grafik 6.5. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov.

Sulut

Sumber : BPS Provinsi

Sulawesi Utara

Grafik 6.6. Persebaran Penduduk Miskin

Provinsi Sulut

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10

Sulut 10.76 11.42 10.10 9.79 9.1

Nasional 16.90 16.58 15.42 14.15 13.33

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18%

Tabel 6.6. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara

Sumber : BPS Provinsi

Sulawesi Utara

0

5

10

15

20

25

Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10 Mar 11

Desa Kota

MakananBukan

MakananTotal

Perdesaan

Maret 2007 117,516 31,924.00 149,440 171.00 13.80

Maret 2008 128,498 33,935.00 162,433 150.90 12.04

Maret 2009 141,599 36,672.00 178,271 140.31 11.05

Maret 2010 149,372 38,724.00 188,096 130.35 10.14

Maret 2011 163,264 42,977 206,241 118 9

Kota & Desa

Maret 2007 119,827 36,723.00 156,550 250.10 11.42

Maret 2008 129,781 38,378.00 168,160 223.50 10.10

Maret 2009 143,512 41,260.00 184,772 219.57 9.79

Maret 2010 150,595 43,739.00 194,334 206.72 9.10

Maret 2011 164,964 47,859.00 212,823 194.90 8.51

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)

Tahun

Jumlah

Penduduk

Miskin

% Penduduk

Miskin

Tahun Kota Desa Total

Maret 2007 1.30 2.33 1.88

Maret 2008 1.08 1.87 1.53

Maret 2009 1.27 1.77 1.55

Maret 2007 0.31 0.60 0.47

Maret 2008 0.30 0.45 0.38

Maret 2009 0.32 0.39 0.36

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

84

Kemiskinan sehingga sebagian dari mereka (11,8 ribu orang) mampu keluar dari

kemiskinan. Peningkatan pendapatan menyebabkan mereka mampu mengkonsumsi

komoditi makanan dan non makanan dengan kualitas atau volume yang lebih tinggi.

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis

Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa

peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan

makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada bulan Maret 2010,

sumbangan GKM terhadap GK sebesar 77,49 %, pada bulan Maret 2011, peranannya

sedikit mengalami kenaikan menjadi 77,51%. Dengan kata lain peningkatan Garis

Kemiskinan dari Maret 2009 ke Maret 2010 lebih disebabkan karena kenaikan harga yang

lebih tinggi pada komoditi makanan dibandingkan pada komoditi non makanan.

Pada periode Maret 2010 - Maret 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung tidak mengalami perubahan yang berarti. Nilai

indeks (P1) menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing

penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin besar

rata-rata kesenjangan terhadap garis kemiskinan. Indeks ini digunakan sebagai dasar

penghitungan berapa subsidi yang diperlukan untuk mengentaskan penduduk miskin.

Sementara itu nilai indeks (P2) menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk

miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara

penduduk miskin. Dengan penurunan pada indeks (P1) tersebut berarti selama periode

Maret 2010-Maret 2011 ada indikasi bahwa rata-rata jarak kedalaman kemampuan

konsumsi penduduk miskin semakin bergerak naik mendekati ke garis kemiskinan.

Tabel 6.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan

Kemiskinan Menurut D erah di Sulawesi Utara

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

85

Sedangkan penurunan indeks (P2) menunjukkan bahwa variasi pengeluaran konsumsi

penduduk miskin semakin merata dan semakin kecil ketimpangannya.Kedalaman

kemiskinan di perdesaan dan perkotaan tidak signifikan berbeda terlihat dari nilai indeks

(P1) yang hampir sama yakni 1,16 berbanding 1,11. Sedangkan dari sisi ketimpangan

pengeluaran, penduduk miskin di perkotaan cenderung memiliki tingkat ketimpangan yang

lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin di perdesaan yang ditunjukkan dari disparitas

nilai indeks (P2) dimana di perdesaan 0,19 sedangkan di perkotaan mencapai 0,30

86

Halaman ini sengaja dikosongkan

87

Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi

Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Manado Triwulan I-1010

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN

7.1. Prospek Ekonomi Makro

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan IV-2011 diperkirakan mengalami

pertumbuhan pada kisaran 7,61% - 7,81% (yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didorong

oleh kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) yang mengalami peningkatan

seiring dengan maraknya even yang dilaksanakan di Sulawesi Utara serta peningkatan

aktivitas konsumsi masyarakat menjelang perayaan Natal 2011 dan Tahun Baru 2012.

Seiring dengan hal tersebut, sektor Bangunan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan

positif yang ditandai dengan peningkatan realisasi proyek fisik pemerintah menjelang masa

akhir tahun anggaran. Di sisi lain, sektor Pertanian masih menjadi salah satu sektor yang

berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulut meskipun masih mengalami

pertumbuhan yang melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

yang dilakukan secara triwulanan oleh

Bank Indonesia Manado menunjukkan

adanya optimisme terhadap pertumbuhan

ekonomi dan peningkatan ekspektasi

pelaku usaha terhadap dunia usaha yang

ditandai dengan kenaikan indikator

ekspektasi kegiatan usaha pada triwulan

IV-2011 dengan persentase Saldo Bersih

Tertimbang (SBT) sebesar 45,67%, lebih

tinggi dari realisasi kegiatan kegiatan usaha

pada triwulan IV-2010 dengan SBT sebesar

31,44%.

Dari sisi permintaan, konsumsi swasta khususnya konsumsi rumah tangga diperkirakan akan

tumbuh positif seiring dengan peningkatan peningkatan aktivitas konsumsi sebagai faktor

musiman perayaan Hari Raya Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Hasil Survei Konsumen (SK)

yang dilakukan KBI Manado menunjukkan tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi

(40.00)

(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

2008 2009 2010 2011

Realisasi Kegiatan Usaha Perkiraan Kegiatan Usaha

88

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI)

Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado

perekonomian saat ini masih berada pada level optimis (indeks > 100) yang terutama

dikontribusikan oleh optimisme meningkatnya penghasilan.

Sumber: Survei Konsumen (SK) KBI Manado

Konsumsi Pemerintah juga diperkirakan tetap tumbuh positif meskipun masih mengalami

perlambatan dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Kinerja konsumsi pemerintah

pada triwulan IV 2011,didorong oleh peningkatan anggaran yang tercermin pada APBD-P

2011 dan peningkatan realisasi proyek fisik pemerintah menjelang berakhirnya tahun

anggaran.

Selanjutnya kinerja investasi pada triwulan IV-2011 diperkirakan terus membaik sejalan

dengan realisasi proyek fisik baik pemerintah maupun swasta. Hal ini tercermin dari

penjualan semen di Sulawesi Utara yang mengalami peningkatan sebesar 20,9% (yoy) pada

bulan September 2011. Indikator lainnya yang menunjukkan peningkatan kinerja investasi

adalah hasil Survei Penjualan Eceran yang memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan

konstruksi sebesar sebesar 95.65% (yoy) dari 80.95 pada Oktober 2010 menjadi 158.37

pada Oktober 2011.

Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Konsumen

Grafik 7.3. Perkembangan Penjualan Semen

Grafik 7.4. Indeks Bahan Konstruksi

-

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O

2010 2011

Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Saat Ini

Pembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lap. Kerja

-200

-100

0

100

200

300

400

500

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Me

i

Jun

Jul

Agu

st

Sep

Okt

No

p

De

s

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Me

i

Jun

Jul

Agu

st

Sep

Okt

2010 2011

Indeks Bahan konstruksi - left axis

growth (% yoy) - right axis

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

160

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S

2010 2011

Volume (ton) - left axis g_semen (% yoy) - right axis

89

Perkembangan ekspor pada triwulan IV-2011 diprediksi tumbuh positif meskipun tidak

setinggi periode yang sama tahun lalu. Sebagai komoditi unggulan ekspor, komoditi

pertanian perkebunan (kelapa dan turunannya, cengkih, biji pala dan fuli) masih

mendominasi volume ekspor Sulut. Namun demikian, saat ini komoditi rumput laut juga

menjadi komoditi ekspor dengan target pasar Eropa dan Asia khususnya China.

Dari sisi penawaran, sektor PHR serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprediksi akan

mengalami pertumbuhan positif yang didorong oleh penyelenggaraan beberapa even

berskala nasional maupun internasional di Sulawesi Utara. Sektor bangunan juga

diperkirakan akan tetap tumbuh positif sejalan dengan maraknya pembangunan proyek fisik

pemerintah dan swasta yang sedang berjalan.

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Kinerja sektor PHR diindikasikan tumbuh positif terutama didorong oleh subsektor

perdagangan dan subsektor hotel seiring meningkatnya aktivitas perdagangan dan

penyelenggaraan even di Sulawesi Utara. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja

sektor ini diantaranya :

Tingginya aktivitas perhelatan nasional dan internasional yang dilaksanakan di Kota

Manado telah mendorong peningkatan kinerja pada sektor PHR. Beberapa even yang

akan dilaksanakan di Kota Manado pada awal triwulan IV 2011 diantaranya:

- Pelaksanaan The 19th Biennial General Conference of Association of Asian Social

Science Research Councils (AASSREC) pada tanggal 16-19 Oktober 2011 yang akan

dihadiri oleh 12 Negara diantaranya Australia, Jepang, Cina, Bangladesh, New

Zaeland, Malaysia, Filipina dan Amerika Serikat dan sekitar 300 peneliti ilmu sosial.

Pertemuan ini akan membahas mengenai tantangan dan peluang trans-nasionalisme

dari perspektif ilmu sosial.

- Pertemuan Asosiasi Bapelkes Indonesia (ABI) yang akan berlangsung pada 12-14

Oktober 2011 dengan peserta 23 Bapelkes se-Indonesia.

- Rapat Kerja dan Seminar Ilmiah Nasional Ikatan Pustakawan Indonesia pada tanggal

11-13 Oktober 2011 yang menghadirkan sekitar 300 pustakawan se-Indonesia.

- Pemilihan Bintang Radio ASEAN pada tanggal 19-23 Oktober 2011 dengan peserta

sebanyak 200 perwakilan RRI dari seluruh Indonesia serta perwakilan dari negara

ASEAN.

Berdasarkan informasi yang dihimpun melalui hasil liaison maupun dari media cetak

lokal, tingkat hunian di beberapa hotel utama di Kota Manado mengalami peningkatan

mencapai 100% dibandingkan tahun lalu. Peningkatan tersebut merupakan dampak

90

dari berbagai kegiatan pertemuan berskala lokal hingga internasional yang

diselenggarakan di Kota Manado.

Pertumbuhan pada sektor PHR diperkirakan akan terus mengalami peningkatan hingga

akhir tahun yang didorong oleh faktor musiman perayaan hari Natal dan Tahun Baru.

Tabel 7.1. Pergerakan Arus Penumpang di Bandara Sam Ratulangi Manado

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Datang 174,013 208,221 218,514 229,908 203,160 213,389 229,846 5.19%

Berangkat 183,275 205,865 219,567 216,486 213,108 216,771 232,520 5.90%

Growth

(YoY)

Penumpang

Jenis

Pengangkutan

Kedatangan/

Keberangkatan

2010 2011

Sumber: Angkasa Pura I Sam Ratulangi

Sektor Bangunan

Perkembangan sektor bangunan pada triwulan IV-2011 diperkirakan akan mengalami

peningkatan seiring dengan realisasi belanja proyek fisik pemerintah menjelang masa akhir

tahun anggaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja sektor ini diantaranya :

Realisasi belanja proyek di Dinas Pekerjaan Umum pada akhir triwulan III telah mencapai

70%, dan diprediksikan seluruh program dan kegiatan akan terealisasi menjelang akhir

tahun. Salah satu pekerjaan proyek fisik yang saat ini masih berlangsung adalah

pengerjaan jembatan di kawasan Boulevard yang baru mencapai 75% dengan total

anggaran sebesar Rp473 juta yang bersumber dari APBD.

Sementara itu, salah satu proyek swasta masih dalam proses pengerjaan sampai dengan

Oktober 2011 adalah pembangunan Manado Town Square (Mantos) II yang rencananya

akan dibuka pada awal Desember 2011.

Kinerja sektor bangunan juga tidak terlepas dari dorongan kredit yang disalurkan oleh

perbankan. Pameran perumahan yang dilakukan oleh salah satu Bank Pemerintah di

Sulut telah berhasil menjaring 165 aplikasi dengan menargetkan pengajuan kredit

perumahan sebesar Rp150 miliar.

Sektor Pertanian

Sektor Pertanian masih menjadi salah satu sektor yang berkontribusi tinggi terhadap

pertumbuhan ekonomi Sulut meskipun masih mengalami pertumbuhan yang melambat

dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kinerja sektor pertanian diperkirakan akan

melambat. Namun demikian pada akhir tahun (Desember 2011) diperkirakan akan terjadi

panen raya di beberapa kawasan sentra tanaman padi, sehingga diharapkan tetap mampu

menahan laju perlambatan di sektor pertanian. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja

sektor pertanian diantaranya :

91

Serangan hama Tungro dan Kepinding yang menyerang beberapa sentra tanaman padi

di Sulawesi Utara diperkirakan menjadi salah satu penyebab penurunan produksi padi di

Sulawesi Utara menurun. Berdasarkan data Angka Ramalan (ARAM) II BPS, produksi

beras periode September-Desember 2011 mengalami penurunan sebesar -1,36%

dibanding periode yang sama tahun sebelumnya atau turun sebesar -13.46% bila

dibandingkan dengan subround sebelumnya (Mei-Agustus 2011).

Serangan hama Tungro di Kabupaten Minahasa Tenggara semakin meluas, setelah

sebelumnya melanda Kecamatan Tombatu Timur kini hama juga meluas ke wilayah

kecamatan Tombatu Utara dengan luas lahan yang terkena hama ± 100 hektar padi.

Sementara itu, di wilayah Bolaang Mongondow Selatan, serangan hama Kepinding

telah menyebabkan tanaman padi yang siap panen menguning.

Selain disebabkan oleh serangan hama, penurunan produksi padi juga diperkirakan

disebabkan oleh penurunan penyerapan pupuk bersubsidi. Dari kuota sebanyak 26 ribu

ton pupuk di tahun 2011, hanya sekitar 15 ribu ton yang baru tersalurkan kepada

petani.

Kinerja subsektor perikanan diperkirakan akan semakin membaik di akhir tahun 2011,

hal ini salah satunya disebabkan oleh datangnya puncak musim ikan. Berdasarkan data

dari pusat pelelangan ikan di Aertembaga produksi ikan tuna dan cakalang mampu

mencapai ±300 ton untuk setiap kapal kecil. Sementara itu berdasarkan data dari Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara, produksi perikanan tangkap pada

Januari-September 2011 meningkat 0.66% dibandingkan periode yang sama tahun lalu

dan produksi perikanan budidaya untuk periode yang sama juga mengalami kenaikan

sebesar 26.49%.

Dalam rangka mengantisipasi ancaman krisis pangan tahun 2012, pemerintah Propinsi

Sulawesi Utara dan 14 bupati/walikota di Sulawesi Utara melakukan penandatanganan

kesepakatan (MoU) dalam mencapai swasembada beras 2012 dengan penetapan target

produksi gabah kering (GBK) sebesar 660 ribu ton di tahun 2012.

Hasil liaison pada beberapa lokasi sentra produksi beras di Bolaang Mongondow

menunjukkan adanya panen raya pada bulan November-Desember 2011. Panen raya

tersebut sedikit mendorong kinerja sektor pertanian di Sulut.

92

Grafik 7.6. Perkembangan dan Perkiraan Inflasi Kota Manado (% yoy)

Ket: *Proyeksi Inflasi Bank Indonesia Manado Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara

Urea NPK Pelangi

Bolaang Mongondow 679 15

Bolmong Timur - 2

Bolmong Selatan - -

Bolmong Utara - -

Kotamobagu 92 4

Minahasa 505 13

Minahasa Selatan 219 10

Minahasa Tenggara 60 -

Minahasa Utara 121 3

Kepulauan Sangihe 6 5

Sitaro - -

Kepulauan Talaud - -

Manado 7 1

Bitung - -

Tomohon 73 2

Total 1,786 54

Kab/KotaRealisasi (Ton)

Tabel 7.2. Produksi dan Luas Panen Padi Palawija Propinsi Sulut 2010-2011

7.2. Prakiraan Inflasi

Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2011

diperkirakan akan meningkat, berada pada kisaran

2,30%±1% (yoy). Dari sisi fundamental, faktor

pendorong laju inflasi tahunan Kota Manado

diantaranya bersumber dari harga komoditas

internasional terutama harga emas dunia yang

berpotensi masih cenderung meningkat dan

peningkatan permintaan seiring perayaan Hari Raya

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)

2008 2009 2010 2011

0

50

100

150

200

250

05

10

15

202530

35

4045

50

Jan-Apr Mei-AugSep-Des Jan-Apr Mei-AugSep-Des Jan-Apr Mei-AugSep-Des

2009 2010 2011

ribu ha ribu tonLuas Panen (ribu ha) Produksi (ribu ton)

Grafik 7.5

Perkembangan Luas Panen dan Produksi Padi Sulut

Tabel 7.3. Realisasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi per September 2011

Sumber: BPS Provinsi Sulut, diolah Ket: Tanda (-) tidak ada realisasi/permintaan

Sumber: PT. Pupuk Kaltim Kantor Pemasaran Sulut & Gorontalo

L.Panen

(Ha)

Produksi

(ton)

L.Panen

(Ha)

Produksi

(ton)

L.Panen

(Ha)

Produksi

(ton)

L.Panen

(Ha)

Produksi

(ton)

ARAM II (2011) 40,332 190,339 43,156 207,162 34,756 179,271 118,244 576,772

ATAP 2010 40,824 192,346 43,700 209,950 35,247 181,734 119,771 584,030

ARAM II (2011) 40,915 149,422 54,614 199,560 28,362 103,521 123,891 452,503

ATAP 2010 39,280 143,293 54,390 199,448 28,260 103,403 121,930 446,144

ARAM II (2011) 1,963 2,619 2,405 3,199 1,035 1,362 5,403 7,180

ATAP 2010 2,083 2,779 2,555 3,401 1,101 1,447 5,739 7,627

Jagung

Kedelai

Jan-April Mei-Aug Sep-Des Jan-DesKomoditas/Tahun

Padi

Grafik 7.5. Perkembangan Luas Lahan & Produksi Padi Prov. Sulut

93

Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Peningkatan harga komoditas serta permintaan

masyarakat menjelang hari raya selanjutnya berdampak terhadap pembentukan ekspektasi

masyarakat akan tingginya laju inflasi pada triwulan IV-2011.

Dari sisi non fundamental tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat

sebagai faktor berkurangnya pasokan dan melonjaknya permintaan seiring dengan

perayaan Natal 2011 serta Tahun Baru 2012. Namun demikian, laju inflasi kelompok volatile

foods masih dapat diredam oleh membaiknya suplai ikan di laut Sulawesi dan perkiraan

panen raya beras di Sulut pada akhir tahun 2011 sesuai dengan pola musimannya.

Sementara itu, inflasi kelompok administered price relatif terkendali seiring kebijakan

pemerintah untuk mempertahankan harga bahan bakar bersubsidi hingga akhir tahun

2012.

Faktor Fundamental

Dari sisi eksternal, potensi berlanjutnya

peningkatan harga komoditas internasional

terutama harga emas dunia akibat tekanan

permintaan telah mendorong tren peningkatan

harga emas perhiasan domestik. Sementara dari

sisi domestik, tekanan inflasi disebabkan oleh (i)

peningkatan permintaan seiring pola perayaan

Hari Raya Natal 2011 dan Tahun Baru 2011 (ii)

meningkatnya aktivitas perekonomian yang

didorong oleh maraknya perhelatan internasional

dan domestik di Sulut, dan (iii) meningkatnya permintaan bahan bangunan yang ditandai

oleh pembangunan berbagai proyek swasta dan penyelesaian proyek fisik pemerintah pada

periode laporan.

Ekspektasi masyarakat Sulut terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang

dicerminkan oleh ekspektasi pelaku usaha dan konsumen. Berdasarkan Survei Pedagang

Eceran (SPE) yang dilaksanakan oleh KBI Manado, terjadi perbaikan persepsi ekspektasi

Indeks Ekspektasi Pedagang terhadap harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang (Grafik

7.8). Hal ini disebabkan karena adanya jaminan kebijakan pemerintah yang tidak menaikkan

harga BBM bersubsidi hingga akhir tahun. Disamping itu relatif terkendalinya harga

kebutuhan pokok di Sulut sepanjang tahun 2011 turut andil dalam menjaga ekspektasi

Grafik 7.7. Perkembangan Harga Komoditas Internasional

Sumber : Bloomberg, diolah

700

900

1100

1300

1500

1700

1900

20

40

60

80

100

120

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2009 2010 2011

USD/Barrel $/Oz

WTI (left axis) Emas (right axis)

94

terhadap harga pada level yang rendah. Sementara itu, dari sisi konsumen terdapat tendensi

memburuknya ekspektasi konsumen. Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) yang

dilaksanakan oleh KBI Manado 2011 terjadi peningkatan Indeks Ekspektasi Konsumen

terhadap harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang (Grafik 7.9). Tendensi memburuknya

ekspektasi konsumen merupakan dampak mulai dilaksanakannya pengurangan jatah

minyak tanah bersubsidi di sebagian Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara.

Faktor Non Fundamental

Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat.

Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional dan modern di Kota Manado melalui

Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Manado menunjukkan adanya tren

peningkatan harga beberapa komoditas volatile foods (terutama beras dan cabai merah).

Faktor yang diperkirakan meningkatkan laju inflasi kelompok volatile foods pada triwulan III

2011 diantaranya :

Potensi berkurangnya pasokan lokal sayur mayur dan komoditas volatile foods lainnya

sebagai pengaruh :

- Curah hujan yang tinggi pada akhir tahun 2011 (Gambar 7.2)

- Kembali meningkatnya aktivitas Gunung Lokon yang berlokasi di salah satu sentra

pertanian Sulut.

- Terganggunya pasokan akibat kondisi infrastruktur yang kurang memadai dan

distribusi yang kurang lancar akibat keterbatasan stock BBM bersubsidi.

Berkurangnya pasokan luar daerah

Melonjaknya permintaan sebagai pengaruh perayaan Natal 2011 & Tahun Baru 2012

Namun demikian, laju kenaikan inflasi kelompok volatile foods dapat diredam oleh faktor-

faktor sebagai berikut :

Grafik 7.8. Ekspektasi Pedagang Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado Dalam Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) Kota Manado

Grafik 7.9. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado Dalam Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Sumber : Survei Konsumen (SK) Kota Manado

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2008 2009 2010 2011

1 Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad 2 Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2008 2009 2010 2011

3 Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad 4 Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad

95

Berlalunya musim muson timur yang menyebabkan pasokan ikan di laut Sulawesi mulai

membaik.

Bulog Divre Sulut melaksanakan impor beras dari Vietnam sebesar 6.400 ton sehingga

jumlah stock mencapai 16.623 ton atau memenuhi kebutuhan 6 (enam) bulan kedepan.

Panen raya padi pada Desember 2011 sesuai dengan pola musimannya (Gambar 7.1).

Sementara itu, inflasi kelompok administered price relatif terkendali seiring kebijakan

pemerintah untuk mempertahankan harga bahan bakar bersubsidi hingga akhir tahun

Kabupaten /

KotaRTSPM*)

Alokasi/

BulanTotal Alokasi

Manado 148,995 148,995 1,787,940

Bitung 8,033 120,495 1,445,940

Tomohon 5,636 84,540 1,014,480

Minahasa 14,184 212,760 2,553,120

Minsel 4,613 169,185 930,330

Minut 12,620 189,300 2,271,600

Minteng 4,487 67,305 807,660

Bolmong 9,757 146,355 1,756,260

Bolmut 4,914 73,710 884,520

Kotamobagu 2,878 43,170 518,040

Boltim 2,877 43,155 517,860

Bolsel 4,100 61,500 738,000

Sangihe 12,251 183,765 2,205,180

Talaud 8,237 123,555 1,482,660

Sitaro 4,609 69,135 829,620

0

5000

10000

15000

20000

25000H

ek

tar

2009 7794 9213 12278 10792 7900 10595 10542 11951 7540 8035 7883 10222

2010 4848 8535 9561 17880 8640 10197 12669 12194 4362 9598 5842 15445

2011 4562 7933 11959 15878 6016 7509 8474 23507

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des

Tabel 7.4.

Alokasi Raskin di Provinsi Sulut th. 2011

Sumber : BULOG Divre Sulut, diolah

Gambar 7.1. Pola Panen Padi Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2009-2011

Sumber : BPS Sulut

Gambar 7.2. Perkiraan Curah Hujan November & Desember 2011

Sumber : BMKG Sulut

96

Grafik 7.8. Indeks Ekspektasi Tingkat Suku Bunga (SBT)

2012. Potensi peningkatan laju inflasi kelompok ini terutama bersumber dari harga

angkutan udara berkenaan dengan (1) semakin maraknya penyelenggaran even domestik

dan internasional di Sulut (2) meningkatnya arus penumpang seiring perayaan Natal 2011

dan Tahun Baru 2012.

7.3. Prospek Perbankan

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 September 2011

memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Dalam rangka mendorong

kegiatan di pasar uang antar bank di tengah besarnya ekses likuiditas selama ini, Bank

Indonesia memperlebar batas bawah koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100

bps menjadi 150 bps di bawah BI rate. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan

perlunya menjaga stabilitas perekonomian di tengah meningkatnya ketidakpastian sistem

keuangan global yang dipicu masalah utang AS dan Eropa. Meskipun gejolak yang

ditimbulkan ketidakpastian perekonomian global masih terbatas, Bank Indonesia terus

mencermati dampak penurunan kinerja ekonomi dan keuangan global terhadap kinerja

perekonomian Indonesia ke depan. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan mengambil

respon suku bunga serta bauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk

memitigasi potensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetap

mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1%

pada tahun 2012. Bank Indonesia juga akan mempererat koordinasi kebijakan dengan

Pemerintah dalam rangka mengantisipasi dampak penurunan ekonomi dan keuangan

global tersebut.

Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan

suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6,75% pada

triwulan III-2011 diperkirakan akan direspon oleh

perbankan dengan melakukan penyesuaian terhadap

kenaikan suku bunga pinjaman perbankan walaupun

masih dalam kisaran yang relatif terbatas. Survei

Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia

menunjukkan mulai adanya peningkatan ekspektasi

konsumen terhadap peningkatan tingkat suku bunga.

Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime Lending Rate, dengan harapan

dapat mendorong penurunan suku bunga perbankan. Dengan adanya kebijakan ini, setiap

Sumber : Survei Konsumen Kota Manado

60

80

100

120

140

160

180

200

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Ag

ust

Sep

Okt

No

p

Des

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Ag

ust

Sep

Okt

No

p

Des

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

i

Juli

Ag

ust

Sep

t

Okt

2009 2010 2011

97

bulan bank harus mengumumkan suku bunga kreditnya berdasarkan masing-masing sektor

baik bunga kredit korporasi, retail, kredit pemilikan rumah (KPR), dan kredit lainnya.

Kebijakan ini dikeluarkan agar tercipta transparansi bunga kredit dan persaingan yang sehat

pada industri perbankan. Di sisi lain, kebijakan ini akan menjadi petunjuk (guideliness) dari

bank sentral untuk menyeragamkan suku bunga utama kepada nasabah perbankan.

98

Halaman ini sengaja dikosongkan

99

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya. yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.

Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.

Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Administered Price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.

M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral

M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).

Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank sentral.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.

Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.

NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.

NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.

100

Restrukturisasi kredit

Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.

UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.

UYD

Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.

Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.

Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.

Netflow Selisih antara outflow dan inflow. PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik

uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.