1
Kata Pengantar
Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah
terakhir dengan UU No. 6 Tahun 2009 , dijelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai tujuan tersebut, Bank
Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan
mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah,
setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut
berperan sebagai yang diharapkan mampu
memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini
sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan
kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah
tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara
secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro ekonomi regional, tingkat
harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan
kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang.
Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui
penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder
maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti
pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di
daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas
dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Manado, 30 September 2011
BANK INDONESIA MANADO
Ramlan Ginting
Pemimpin
2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR halaman 1
DAFTAR ISI
halaman 2
RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 5
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 13
Sisi Permintaan halaman 13
Sisi Penawaran halaman 21
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 31
Inflasi Tahunan (yoy) halaman 32
Inflasi Triwulanan (qtq)
Inflasi Bulanan (mtm)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi
Boks 1
halaman 32
halaman 33
halaman 35
halaman 40
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 43
Struktur Aset Perbankan halaman 43
Perkembangan Kantor Bank halaman 43
Perkembangan Bank Umum Konvensional
Stabilitas Sistem Perbankan
Perkembangan Perbankan Syariah
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
halaman 45
halaman 52
halaman 55
halaman 56
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 59
Dana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 60
APBD di Tingkat Provinsi halaman 62
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 69
Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69
Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 74
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
halaman 77
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah halaman 77
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat halaman 80
3
PROSPEK PEREKONOMIAN halaman 87
Prospek Ekonomi Makro halaman 87
Prakiraan Inflasi halaman 92
Prospek Perbankan Halaman 99
Daftar Istilah dan Singkatan halaman 97
4
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431 - 866933
Email : [email protected]; [email protected]; [email protected] website : www.bi.go.id Publikasi ini dapat diunduh dalam bentuk softfile pada: http://www.bi.go.id/web/id/DIBI/Info_Publik/Ekonomi_Regional/
5
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Makro Ekonomi Regional
Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama
triwulan III-2011. Setelah tumbuh 7,14% (yoy) pada triwulan
sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara kembali
tumbuh pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang
sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 7,73% (yoy). Optimisme
semakin membaiknya perekonomian serta prospek kedepan
mendorong meningkatnya kinerja konsumsi dan investasi.
Sementara itu, kinerja perdagangan luar negeri Sulawesi Utara
menunjukkan adanya pertumbuhan negatif.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2011
disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada dengan tingkat
pertumbuhan total sebesar 7,73% (yoy), relatif lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
7,04% (yoy). Pertumbuhan terutama terjadi sebagai multiplier
effect penyelenggaraan even berskala internasional dan nasional
pada triwulan laporan yang pada tahap selanjutnya akan
mendorong aktivitas pada sektor penopang pertumbuhan ekonomi
Sulut. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada
triwulan III-2011 adalah Sektor Bangunan yang tercatat tumbuh
15,76% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,26% terhadap total
pertumbuhan. Selanjutnya, sektor pertanian dan sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) juga masih menjadi
kontributor pertumbuhan ekonomi dengan sumbangan masing-
masing sebesar 0,52% dan 2% terhadap total pertumbuhan.
Perkembangan Inflasi Daerah
Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama triwulan III-2011.
Tren penurunan tekanan inflasi di Kota Manado secara umum masih terjadi sepanjang triwulan III-2011. Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011 tercatat
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada
6
Tren penurunan tekanan inflasi di Kota Manado secara umum
masih terjadi sepanjang triwulan III-2011. Secara tahunan, inflasi
Kota Manado pada triwulan III-2011 tercatat 1,25% (yoy),
mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama
tahun lalu sebesar 7,38% (yoy) dan masih lebih rendah
dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 4,61% (yoy). Sejalan
dengan pergerakan inflasi tahunan, inflasi bulanan selama triwulan
III-2011 juga mengalami penurunan menjadi deflasi 0,22% (mtm)
pada September 2011 dari 0,08% (mtm) pada Juli 2011, angka ini
jauh lebih rendah dibandingkan inflasi nasional pada September
2011 sebesar 0,27% (mtm). Akumulasi laju inflasi (ytd) Kota
Manado sampai dengan September 2011 tercatat lebih rendah
(0,19%) dibandingkan akumulasi inflasi nasional (2,97%).
Sementara itu, sebagaimana pola musimannya, Kota Manado pada
periode laporan juga mencatat deflasi 0,05% (qtq).
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi
secara tahunan pada triwulan III-2011 terutama didorong oleh
kelompok inti (core inflation), sementara kelompok bahan
makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok
komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered
prices) justru memberikan sumbangan negatif terhadap inflasi pada
periode laporan.
Perkembangan Perbankan Daerah
Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian,
perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara
pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif. Aset,
dana pihak ketiga, dan outstanding kredit mengalami
pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Di sisi penghimpunan dana, pertumbuhan
Dana Pihak Ketiga terutama terjadi pada jenis deposito. Sementara
itu, kredit tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya, terutama kredit investasi. Pertumbuhan kredit
yang lebih cepat daripada pertumbuhan DPK menyebabkan Loan
Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian, perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada triwulan II-2011 terutama didorong oleh Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada triwulan III-2011 terutama didorong oleh
7
to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada
level sedikit di atas 100% dan sedikit mengalami peningkatan
dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Beberapa aspek
yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko
kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif
terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada
nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%.
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi
Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif.
Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai dengan
posisi September 2011 meningkat sebesar 20,46% (yoy), sejalan
dengan pertumbuhan kredit sebesar 48,16%. Sementara itu, DPK
tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 33,13% (yoy) pada
triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to Deposit
Ratio (FDR) meningkat dari 208,33% pada triwulan III-2010
menjadi sebesar 231,85% pada triwulan III-2011.
Sejalan dengan itu kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada
triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif yang
tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Namun
demikian, hal ini tidak diikuti dengan perbaikan kualitas kredit dan
rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Aset BPR pada Juni 2011
mengalami pertumbuhan positif sebesar 68,43% (yoy), menjadi
Rp563,1 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan
terutama didorong oleh pertumbuhan kredit tercatat 70,22%
(yoy) atau mencapai Rp420,1 miliar.
Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)
Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat bagi
Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara Tahun 2011
meningkat sebesar 12,05% dibandingkan dengan Tahun 2010.
Secara agregat, jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah
pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai
Rp5,67 triliun. Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan
Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) ...
Sejalan dengan itu kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif
8
di Tahun 2011 mengalami peningkatan alokasi anggaran
dibandingkan tahun lalu.
Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan III-2011 lebih rendah
dibandingkan triwulan II 2010, hal ini tercermin dari realisasi
pendapatan dan belanja daerah yang mengalami penurunan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Disisi lain
sampai dengan triwulan laporan tingkat pendapatan secara umum
baru terealisasi 76,4% dari total target pendapatan atau lebih
rendah dibandingkan pencapaian tahun lalu yang tercatat sebesar
85,2%. Sementara itu, sampai dengan triwulan III-2011 realisasi
belanja tercatat sebesar 51,9% dari total anggaran atau lebih
rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun
sebelumnya tercatat 67,3% dari total anggaran.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Pada triwulan III-2011, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai
di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan. Transaksi
pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement
(BI-RTGS), untuk wilayah Sulawesi Utara, baik secara nominal
maupun nominal meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sejalan dengan itu, transaksi dan volume pembayaran melalui
kliring di wilayah Sulawesi juga mengalami peningkatan.
Selanjutnya aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang
dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III-
2011 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya.
Selama triwulan III-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk
tercatat sebesar 37,98%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 64,11%. Secara
nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama
triwulan laporan adalah sebesar Rp376 miliar. Budaya dan perilaku
masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang kertas
seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan mencorat-
coret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena
Pada triwulan III-2011, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan ...
Selama triwulan III-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 100,59%
Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan III-2011 lebih rendah...
9
faktor iklim tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat
kelusuhan uang kertas.
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong
selama triwulan laporan tercatat 1,57% dari rata-rata lembar
warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami penurunan
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang
tercatat 1,72%.
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Masyarakat
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga terus menunjukkan
perbaikan, hal tersebut sesuai dengan perkembangan
pertumbuhan perekonomian daerah yang semakin meningkat. Hal
ini ditunjukkan melalui Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang
secara konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun
terakhir. Selain itu, penurunan tingkat pengangguran juga
terindikasi dari angka penggunaan tenaga kerja oleh dunia usaha
Sulawesi Utara yang mencatat angka positif. Angka yang diperoleh
dari hasil Survei Konsumen (SK) triwulan III-2011, menunjukkan
masyarakat Sulawesi Utara masih optimis terhadap ketersediaan
lapangan kerja yang ditunjukkan melalui indeks ketersediaan
lapangan kerja yang masih dalam level optimis.
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan
masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat.
Kondisi ini ditandai oleh turunnya tingkat kemiskinan yang
didukung oleh kenaikan indeks penghasilan dan Nilai Tukar Petani
(NTP).
Outlook Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan IV-2011
diperkirakan mengalami pertumbuhan pada kisaran 7,61% -
7,81% (yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan tercatat 1,57% dari
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga terus menunjukkan perbaikan ...
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan IV-2011 diperkirakan mengalami pertumbuhan pada kisaran 7,61% - 7,81% (yoy)
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat...
10
kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) yang
mengalami peningkatan seiring dengan maraknya even yang
dilaksanakan di Sulawesi Utara serta peningkatan aktivitas
konsumsi masyarakat menjelang perayaan Natal 2011 dan Tahun
Baru 2012. Seiring dengan hal tersebut, sektor Bangunan
diperkirakan akan mengalami pertumbuhan positif yang ditandai
dengan peningkatan realisasi proyek fisik pemerintah menjelang
masa akhir tahun anggaran. Di sisi lain, sektor Pertanian masih
menjadi salah satu sektor yang berkontribusi tinggi terhadap
pertumbuhan ekonomi Sulut meskipun masih mengalami
pertumbuhan yang melambat dibandingkan periode yang sama
tahun lalu.
Outlook Inflasi Regional
Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2011 diperkirakan akan
meningkat, berada pada kisaran 2,30%±1% (yoy). Dari sisi
fundamental, faktor pendorong laju inflasi tahunan Kota Manado
diantaranya bersumber dari harga komoditas internasional
terutama harga emas dunia yang berpotensi masih cenderung
meningkat dan peningkatan permintaan seiring perayaan Hari
Raya Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Peningkatan harga
komoditas serta permintaan masyarakat menjelang hari raya
selanjutnya berdampak terhadap pembentukan ekspektasi
masyarakat akan tingginya laju inflasi pada triwulan IV-2011. Dari
sisi non fundamental tekanan inflasi volatile foods diperkirakan
akan meningkat sebagai faktor berkurangnya pasokan dan
melonjaknya permintaan seiring dengan perayaan Natal 2011 serta
Tahun Baru 2012. Namun demikian, laju inflasi kelompok volatile
foods masih dapat diredam oleh membaiknya suplai ikan di laut
Sulawesi dan perkiraan panen raya beras di Sulut pada akhir tahun
2011 sesuai dengan pola musimannya. Sementara itu, inflasi
kelompok administered price relatif terkendali seiring kebijakan
pemerintah untuk mempertahankan harga bahan bakar bersubsidi
hingga akhir tahun 2012.
Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2011 diperkirakan akan meningkat, berada pada kisaran
11
Prospek Perbankan
Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga
acuannya (BI rate) sebesar 6,75% pada triwulan III-2011
diperkirakan akan direspon oleh perbankan dengan melakukan
penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga pinjaman perbankan
walaupun masih dalam kisaran yang relatif terbatas. Survei
Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan mulai
adanya peningkatan ekspektasi konsumen terhadap peningkatan
tingkat suku bunga.
Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime
Lending Rate, dengan harapan dapat mendorong penurunan suku
bunga perbankan. Dengan adanya kebijakan ini, setiap bulan bank
harus mengumumkan suku bunga kreditnya berdasarkan masing-
masing sektor baik bunga kredit korporasi, retail, kredit pemilikan
rumah (KPR), dan kredit lainnya. Kebijakan ini dikeluarkan agar
tercipta transparansi bunga kredit dan persaingan yang sehat pada
industri perbankan. Di sisi lain, kebijakan ini akan menjadi petunjuk
(guideliness) dari bank sentral untuk menyeragamkan suku bunga
utama kepada nasabah perbankan.
Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6,75% pada triwulan III-2011
Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime Lending Rate, dengan harapan dapat mendorong penurunan suku bunga perbankan .
13
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Sulawesi Utara (yoy)
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama triwulan III-2011. Setelah
tumbuh 7,14% (yoy) pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara
kembali tumbuh pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya, yaitu sebesar 7,73% (yoy). Optimisme semakin membaiknya perekonomian
serta prospek kedepan mendorong meningkatnya kinerja konsumsi dan investasi.
Sementara itu, kinerja perdagangan luar negeri Sulawesi Utara menunjukkan adanya
pertumbuhan negatif. Penurunan kinerja ekspor khususnya terjadi pada komoditi perikanan
yang terkendala faktor cuaca. Sementara itu, dari sisi penawaran, peningkatan kinerja
sektor bangunan dan PHR merupakan faktor utama pendorong terjadinya akselerasi
perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III-2011.
1.1 SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan III-2011 terutama ditopang
oleh membaiknya kinerja investasi. Peningkatan kinerja investasi pada triwulan laporan
didorong oleh realisasi ekspor proyek fisik swasta maupun pemerintah. Kegiatan konsumsi,
baik konsumsi swasta maupun pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif,
meskipun melambat apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Faktor
pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi diantaranya: (1) peningkatan
pendapatan masyarakat terutama yang bersumber dari penerimaan Tunjangan Hari Raya
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
%
14
Grafik 1.2. Indeks Ekonomi Saat Ini
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado.
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
(THR) dan pencairan gaji ke-13, (2) peningkatan aktivitas konsumsi seiring tahun ajaran
baru, perayaan Hari Raya Pengucapan Syukur, Bulan Suci Ramadhan dan Idul Fitri.
Sementara itu, kinerja ekspor di triwulan III-2011 tercatat mengalami pertumbuhan negatif,
salah satu faktor penyebab penurunan ini adalah kondisi cuaca buruk yang terjadi telah
berdampak pada penurunan volume ekspor khususnya produk perikanan yang menjadi
salah satu sektor unggulan ekspor Sulut.
Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)
1.1.1 Konsumsi
Kegiatan konsumsi selama triwulan III-2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 7,34%
(yoy) dengan kontribusi sebesar 4,47% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan
pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya, maka kinerja kegiatan konsumsi selama
triwulan laporan tercatat mengalami sedikit perlambatan. Namun demikian, kinerja
konsumsi masih tercatat sebagai kontributor utama pertumbuhan ekonomi Sulut pada
triwulan III-2011. Faktor pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi diantaranya :
(1) peningkatan pendapatan masyarakat terutama yang bersumber dari penerimaan
Tunjangan Hari Raya (THR) dan pencairan gaji ke-13, (2) peningkatan aktivitas konsumsi
seiring tahun ajaran baru, perayaan Hari Raya Pengucapan Syukur, Bulan Suci Ramadhan
dan Idul Fitri.
Kinerja konsumsi swasta pada triwulan
laporan salah satunya terindikasi melalui
Indeks Ekonomi Saat Ini (IEK) berdasarkan hasil
Survei Konsumen (SK) di Kota Manado pada
triwulan III-2011. Sebagaimana terlihat pada
grafik 1.2, pada akhir triwulan laporan
(September 2011) IEK mencapai 141,33. Jika
dilihat berdasarkan komponennya,
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Q2 Sumb. Q3 Sumb Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb. Q3 Sumb.
Konsumsi 7.26 4.61 8.98 5.55 10.03 6.22 5.48 3.78 6.92 4.42 7.34 4.47
Konsumsi Swasta 6.20 2.62 7.28 3.01 7.96 3.16 4.62 2.09 6.06 2.54 7.47 3.09
Konsumsi Pemerintah 9.35 1.99 12.39 2.54 13.74 3.06 7.12 1.69 8.58 1.87 6.37 1.37
PMTB 2.94 0.61 -0.19 -0.05 1.14 0.27 11.64 2.51 13.90 2.80 15.87 3.73
Stok 15.18 0.22 17.94 0.27 13.43 0.21 10.16 0.10 1.48 0.02 25.31 0.42
Ekspor 13.61 6.58 26.29 10.66 9.87 4.61 9.02 4.36 -1.46 -0.75 -16.58 -7.93
Impor 15.25 5.23 32.32 9.39 10.45 3.54 9.42 3.77 -1.75 -0.65 -19.62 -7.04
PDRB 6.80 6.80 7.04 7.04 7.77 7.77 6.99 6.99 7.14 7.14 7.73 7.73
Jenis Penggunaan2010 2011
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
J F M A M J J A S O N D J F M 0 M J J A S
2010 2011
Kondisi Ekonomi Saat Ini
Penghasilan Saat Ini
Pembelian Barang Tahan Lama
Ketersediaan Lap. Kerja
15
Grafik 1.3.
Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini tercermin dari positifnya nilai
indeks seluruh komponen penyusun Indeks Ekonomi Saat Ini yang meliputi Indeks
Penghasilan Saat Ini (117,5) , Indeks Pembelian Barang Tahan Lama/Durable Goods (141,5)
serta Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (165). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi usaha
yang semakin membaik berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja yang lebih besar,
yang selanjutnya mendorong kenaikan penghasilan masyarakat, dan naiknya konsumsi
rumah tangga.
Disamping itu, pertumbuhan konsumsi
selama triwulan laporan tidak lepas dari
membaiknya daya beli petani seiring
dengan meningkatnya harga komoditas
dunia. Hal ini tercermin dari peningkatan
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan III-
2011 mencapai 103,61 atau tumbuh 1,
71% (yoy). Peningkatan terutama terjadi
pada subsektor pangan, dan peternakan.
Peningkatan subsektor perkebunan
rakyat merupakan imbas kenaikan harga komoditas unggulan Sulut (Pala, Cengkih, dan
Kopra) apabila dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, sub sektor yang masih berada
dibawah batas minimum sejahtera adalah perikanan sebagai dampak turunnya produksi
perikanan karena faktor cuaca buruk. Dalam Indeks NTP yang ditunjukan pada grafik 1.3.,
sepanjang tahun 2010 sampai akhir triwulan III 2011 NTP Sulawesi Utara selalu berada
dalam kategori sejahtera (indeks > 100). Sebagaimana diketahui, berdasarkan komposisinya
hampir 40% masyarakat di Sulawesi Utara bermata pencaharian bertani, sehingga tingkat
kesejahteraan petani mampu memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap aktivitas
konsumsi rumah tangga.
Selanjutnya, pertumbuhan positif kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat
dikonfirmasi melalui penjualan kendaraan roda empat di wilayah Kota Manado yang
mengalami kenaikan sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu dealer utama
penjualan kendaraan roda empat di Kota Manado. Selama triwulan III-2011 penjualan
kendaraan roda empat mengalami terus mengalami pertumbuhan positif hingga mencapai
6,7% (yoy) pada triwulan laporan. Adanya peningkatan penghasilan pada triwulan laporan
90
95
100
105
110
115
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
NTP
batas minimum sejahtera
Pangan
Holtikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
16
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Grafik 1.5. Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum
Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda empat
Grafik 1.4. Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat
direspon oleh masyarakat dengan melakukan pembelian barang dan jasa khususnya
pembelian barang tahan lama.
Sementara itu, data pernyaluran kredit konsumsi oleh perbankan Sulut tetap menunjukkan
pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya. Pada September 2011, kredit konsumsi yang berhasil disalurkan bank
umum mencapai Rp7.641 miliar, atau tumbuh sebesar 9,11% (yoy), melambat apabila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat mengalami
pertumbuhan 26,27% (yoy).
Sejalan dengan pertumbuhan positif konsumsi swasta, kegiatan konsumsi pemerintah
selama triwulan III-2011 juga tumbuh positif sebesar 6,37% (yoy), namun tercatat
mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
12,39% (yoy). Perlambatan ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan realisasi anggaran
belanja di triwulan III-2011 yang baru mencapai 51,9% dari target belanja APBD P 2011
sebesar Rp1.443 miliar, atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang
menghasilkan pencapaian yang sama (67,3%) dengan target yang lebih rendah yakni
Rp1.093 miliar.
1.1.2 Investasi
Pada triwulan III-2011, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar
25,31% (yoy). Faktor pendorong pertumbuhan kinerja investasi pada triwulan III 2011
diantaranya pembangunan berbagai infrastruktur pendukung terkait persiapan perhelatan
internasional Asean Economic Ministry (AEM), pembangunan jalan ringroad II yang masih
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Total Sales (Unit) - left axis gSales (% yoy) - right axis
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Kredit_Konsumsi (Rp miliar) - left axis gKredit_Konsumsi (% yoy) - right axis
17
berjalan, pembangunan PLTS di Miangas dan realisasi pembangunan jaringan internet di
Minahasa Selatan serta kegiatan investasi swasta di bidang properti.
Selain itu, peran perbankan dalam penyaluran pembiayaan untuk kegiatan investasi juga
terus mengalami peningkatan. Sampai akhir triwulan III-2011, jumlah kredit investasi
tercatat sebesar Rp2.195 miliar atau tumbuh 115,58% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan
triwulan III-2010 yang hanya tumbuh 10,91% (yoy). Pencapaian pertumbuhan kredit
investasi ini diharapkan dapat mendorong kinerja investasi pada tahap selanjutnya.
1.1.3 Ekspor Impor
Kinerja perdagangan Sulawesi Utara yang tercermin dari laju pertumbuhan ekspor dan
impor pada triwulan III-2011 tercatat mengalami kontraksi. Laju pertumbuhan ekspor pada
triwulan laporan tercatat tumbuh negatif 16.58% (yoy). Indikasi penurunan kinerja ekspor
Sulut disumbang oleh perdagangan luar negeri dan perdagangan antar daerah/provinsi.
Kegiatan ekspor antar daerah/ provinsi
mengalami pertumbuhan negatif pada
triwulan laporan. Hal ini dapat dikonfirmasi
dengan kegiatan muat barang melalui
pelabuhan Bitung. Kegiatan muat
didefinisikan sebagai kegiatan pengiriman
barang dari Sulawesi Utara ke luar provinsi.
Selama triwulan III-2011, volume barang asal
Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar
Sumber : Berbagai Media, diolah
Grafik 1.6. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Sumber : PT. PELINDO IV (Persero) Bitung
Grafik 1.7. Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung
0
20
40
60
80
100
120
140
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis gKredit_Investasi (% yoy) - right axis
-120
-70
-20
30
80
130
180
230
280
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Muat (Ribu ton) - left axis gMuat (% yoy) - right axis
18
domestik sebesar 275 ribu ton, tumbuh -64,46% (yoy) dibandingkan periode yang sama
tahun lalu.
Sejalan dengan itu, kegiatan ekspor luar
negeri selama triwulan III-2011 mengalami
pertumbuhan negatif, tercermin dari
perkembangan volume ekspor yang turun
4,13% (yoy) dari 133.13 ribu ton pada triwulan
III-2010 menjadi hanya 127.63 ribu ton pada
triwulan laporan. Penurunan volume ekspor
terutama terjadi pada komoditi perikanan yang
terkendala oleh permasalahan cuaca
buruk.
Berdasarkan jenisnya, komoditi utama
ekspor luar negeri pada triwulan III-2011
terutama didominasi dalam bentuk Lemak
dan Minyak Hewani dengan pangsa
mencapai 76% kemudian daging olahan
dan ikan olahan dengan pangsa
mencapai 9%, sisanya dalam bentuk
ikan&udang (6%), ampas/sisa industri
(4%), berbagai produk kimia (3%) dan produk lainnya (2%).
Grafik 1.9. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.8. Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Sulut
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.11. Negara Tujuan Ekspor s.d. Sept 2011
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.10. Negara Tujuan Ekspor Tahun s.d September 2010
76%
9%
6%
4% 3%2%
Lemak & minyak hewan/nabati
Daging & Ikan olahan
Ikan & Udang
Ampas/ Sisa industri Makaknan
Berbagai produk kimia
Lainnya
8%
22%
17%30%
4%1%3%
15% Belanda
Amerika Serikat
Korea Selatan
Cina
Jepang
Jerman
Meksiko
Lainnya
30%
20%17%
16%
3%3%
2%9%
Belanda
Amerika Serikat
Korea Selatan
Cina
Jepang
Jerman
Meksiko
Lainnya
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
0
50
100
150
200
250
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Ekspor_Volume (Ribu ton) - left axis
gEkspor_Volume (% yoy) - right axis
19
Komposisi negara tujuan ekspor Sulut sampai dengan triwulan III-2011 mengalami
pergeseran bila dibandingkan pada tahun 2010. Negara tujuan utama ekspor Sulut sampai
dengan triwulan laporan adalah Belanda (29,53%), Amerika Serikat (20,19%), Korea
Selatan (16,66%), Cina (16,41%) sedangkan pada tahun 2010 negara tujuan ekspor
utarama Sulut adalah Cina (30,42%), Amerika Serikat (21,89%), Korea Selatan (17,38%),
Belanda (8,41%)
Sama halnya dengan kinerja ekspor, kegiatan impor Sulawesi Utara pada triwulan III-2011
juga mengalami pertumbuhan negatif sebesar 19,62% (yoy). Pertumbuhan negatif ini
terutama disebabkan oleh penurunan kinerja impor antar pulau/provinsi. Hal ini sejalan
dengan pangsa impor Sulawesi Utara yang lebih didominasi oleh impor antar pulau/provinsi
(±99%) dibandingkan impor yang didatangkan dari luar negeri (±1%).
Penurunan ini dapat dikonfirmasi dengan
kegiatan bongkar barang melalui pelabuhan
Bitung. Kegiatan bongkar didefinisikan
sebagai masuknya barang dari luar provinsi
ke Sulawesi Utara. Selama triwulan III-2011,
volume barang yang masuk ke Sulawesi
Utara (bongkar) mencapai 790 ribu ton
turun sebesar 68,26% (yoy) apabila
dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya tercatat 2.489 ribu ton.
Tren penurunan impor yang ditunjukkan dari
penurunan kegiatan bongkar
mengindikasikan bahwa tingkat
ketergantungan Sulawesi Utara terhadap barang dari daerah/provinsi lainnya di luar
Sulawesi Utara sudah semakin kecil.
Sementara itu, kinerja impor luar negeri Sulut masih tetap menunjukkan adanya
pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan kinerja impor luar negeri antara lain dapat
dikonfirmasi dengan data nilai impor selama triwulan III-2011 yang tercatat mencapai
USD97,96 juta meningkat dibanding triwulan III-2010 dengan nilai sebesar USD53,5 juta
atau tumbuh mengalami pertumbuhan sebesar 83,1%.
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung
Grafik 1.12. Perkembangan Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung
-80
-70
-60
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Bongkar (Ribu ton) - left axis gBongkar (% yoy) - right axis
20
Jan'11 Feb'11 Mar'11 Apr'11 Mei'11 Jun'11 Jul'11 Agst'11 Sep'11Jan-Sep
2011
Jan-Sep
2010
Total Impor 22.09 5.59 37.07 5.50 3.80 2.60 0.90 13.40 7.00 97.96 53.50 83.1
Migas - - - - - - - - -
Non Migas 22.09 5.59 37.07 5.50 3.80 2.60 0.90 13.40 7.00 97.96 53.50 83.1
Uraian
Nilai CIF ( Ribu USD) %
Growth
(yoy)
Berdasarkan komoditasnya, kegiatan impor luar
negeri pada triwulan laporan didominasi oleh
impor komoditas gandum-ganduman dengan
pangsa 26,4% dari total nilai impor. Beberapa
komoditas impor Sulut lainnya diantaranya
mesin-mesin, kapal laut dan besi baja dengan
pangsa berturut-turut 21,7%, 20,3% dan
10,4%.
Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan September 2011 lebih
dominan didatangkan dari negara Vietnam (27%), Jepang (21%), Malaysia (12%), China
(9%), Taiwan (7%). Sedangkan negara asal impor Sulut pada tahun 2010 adalah Jepang
(31,84%), Australia (6,84%), dan Jepang (2,96%). Terdapat perbedaan urutan negara asal
impor di tahun 2010 dan 2011, jika pada tahun 2010, negara Jepang merupakan negara
asal impor barang utama Sulut dengan komoditi impor berupa mesin-mesin, maka pada
tahun 2011, negara asal impor utama adalah negara Vietnam dengan komoditi impor
berupa beras.
Tabel 1.2. Impor Sulut (Juta USD)
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.13. Pangsa Komoditi Utama Impor Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.14. Negara Asal Impor s.d Sept 2010
Grafik 1.15. Negara Asal Impor s.d. Sept 2011
Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah
5% 2%
13%
58%
22%Jepang
Malaysia
Australia
Cina
Lainnya
27%
21%
12%
11%
9%
7%
13% Vietnam
Jepang
Malaysia
Australia
Cina
Taiwan
Lainnya
Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah
27%
22%21%
11%
5%14% Gandum-ganduman
Mesin-mesin
Kapal Laut
Besi & Baja
Mesin/peralatan listrik
Lainnya
21
1.2 SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2011 disumbangkan oleh
seluruh sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,73% (yoy), relatif
lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,04% (yoy).
Pertumbuhan terutama terjadi sebagai multiplier effect penyelenggaraan even berskala
internasional dan nasional pada triwulan laporan yang pada tahap selanjutnya akan
mendorong aktivitas pada sektor penopang pertumbuhan ekonomi Sulut. Sektor yang
mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan III-2011 adalah Sektor Bangunan yang
tercatat tumbuh 15,76% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,26% terhadap total
pertumbuhan. Selanjutnya, sektor pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
(PHR) juga masih menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi dengan sumbangan masing-
masing sebesar 0,52% dan 2% terhadap total pertumbuhan.
Tabel 1.3.
Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1.2.1 Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar
2,42% (yoy) walaupun tercatat melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat 17,4% (yoy). Perlambatan ini antara lain disebabkan oleh
bencana hujan yang disertai angin kencang yang melanda sebagian besar wilayah Sulawesi
Utara pada awal triwulan III 2011 dan adanya bencana banjir dan longsor yang terjadi di
sentra tanaman padi di Bolaang Mongondow. Selain itu, serangan hama tungro di
beberapa kawasan sentra pertanian di Sulut (Minahasa Tenggara dan Bolaang Mongondow)
turut andil dalam perlambatan kinerja sektor pertanian.
Perkembangan kinerja sektor pertanian antara lain dapat dikonfirmasi dengan data dari
Perkembangan Produksi, Produktivitas dan Luas Panen Padi & Palawija Prov. Sulut, dimana
pada 2011 produksi beras diperkirakan mencapai 583.458 ton atau naik 1,55% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, jika dibandingkan
pertumbuhan tahun sebelumnya, maka jumlah produksi beras tercatat mengalami
Q2 Sumb. Q3 Sumb Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb. Q3 Sumb.
Pertanian 12.54 2.55 17.40 3.40 10.31 1.84 6.58 1.29 6.65 1.42 2.42 0.52
Pertambangan & Penggalian 2.65 0.14 0.44 0.02 2.10 0.11 5.89 0.31 5.88 0.30 7.90 0.39
Industri Pengolahan 6.37 0.48 6.63 0.51 7.48 0.58 6.03 0.47 6.93 0.52 6.33 0.49
Listrik, Gas & Air Bersih 3.86 0.03 4.77 0.04 7.35 0.05 4.81 0.04 5.33 0.04 7.22 0.06
Bangunan 2.61 0.39 -4.87 -0.79 0.86 0.15 8.31 1.39 13.59 1.97 15.76 2.26
PHR 6.77 1.07 8.92 1.35 11.11 2.00 8.79 1.31 6.36 1.00 12.97 2.00
Pengangkutan & Komunikasi 6.38 0.84 7.08 0.97 12.41 1.57 7.24 0.89 3.27 0.43 2.55 0.35
Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 6.09 0.40 6.77 0.45 8.26 0.52 5.31 0.36 7.13 0.47 6.51 0.43
Jasa-Jasa 5.82 0.89 7.21 1.08 6.54 0.94 5.89 0.93 6.46 0.98 8.20 1.23
PDRB 6.80 6.80 7.04 7.04 7.77 7.77 6.99 6.99 7.14 7.14 7.73 7.73
Lapangan Usaha2010 2011
22
Grafik 1.16. Pertumbuhan Kredit Pertanian
Sumber: BPS Sulut, diolah
perlambatan sebesar -4,71% (yoy). Perlambatan juga terjadi pada komoditi palawija (Tabel
1.4).
Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran
perbankan untuk membiayai sektor
pertanian semakin menunjukkan adanya
tren peningkatan. Sampai dengan
September 2011, jumlah kredit yang
disalurkan pada sektor pertanian mencapai
Rp319 milliar atau tumbuh 94,75% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun
lalu. Namun demikian, jika dibandingkan
dengan total kredit yang disalurkan bank,
jumlah kredit pertanian hanya mencapai
2,18% dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di
sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut
tercermin dari tingginya NPL (Non Performing Loan) di sektor pertanian yang mencapai
6,47% pada triwulan laporan.
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Tabel 1.4. Perkembangan Produksi, Produktivitas dan Luas Panen Padi & Palawija Prov. Sulut
Jenis Tanaman 2008 2009 ASEM
2010
ARAM I
2011
Perubahan
2010-2011
(%)
Perubahan
2009-2010
(%)
Produksi (Ton)
Padi (Sawah+Ladang) 520,193 549,087 583,458 592,527 1.55 6.26
Jagung 466,061 450,989 492,614 512,799 4.10 9.23
Kedelai 7,217 7,667 9,062 9,312 2.76 18.19
Kacang Tanah 8,640 8,493 9,360 10,075 7.64 10.21
Produktivitas (Ku/Ha)
Padi (Sawah+Ladang) 47.31 47.85 48.77 48.82 0.10 1.92
Jagung 35.36 35.69 36.59 36.62 0.08 2.52
Kedelai 13.81 13.57 31.26 13.28 (57.52) 130.36
Kacang Tanah 13.14 13.17 13.12 13.15 0.23 (0.38)
Luas Panen (Ha)
Padi (Sawah+Ladang) 109,951 114,745 119,626 121,382 1.47 4.25
Jagung 131,791 126,349 134,630 140,014 4.00 6.55
Kedelai 5,227 5,652 6,834 7,011 2.59 20.91
Kacang Tanah 6,573 6,450 7,151 7,662 7.15 10.87
-100
-50
0
50
100
150
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Pertanian (Rp miliar) - left axis
gPertanian (% yoy) - right axis
23
Grafik 1.17. Perkembangan Data Penjualan Semen
Grafik 1.18. Perkembangan Kredit Konstruksi
1.2.2 Sektor Bangunan
Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan III-2011 mencatat pertumbuhan
sebesar 15,76% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,26% terhadap total pertumbuhan.
Pertumbuhan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu tercatat
mengalami kontraksi sebesar 4,87% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan
di sektor bangunan diantaranya adalah penyelesaian beberapa proyek pemerintah dan
swasta seperti pembangunan properti ruko, apartemen dan pembangunan beberapa hotel
serta perbaikan beberapa infrastruktur dalam menunjang penyelenggaraan even domestik
maupun internasional di Sulut .
Pertumbuhan sektor konstruksi tercermin pada peningkatan data penjualan semen di
Provinsi Sulawesi Utara. Selama triwulan laporan, penjualan semen tercatat mencapai
57,681 ton atau mengalami pertumbuhan 78.05% (yoy) pada bulan September 2011.
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan terhadap sektor bangunan (konstruksi) menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan. Hal ini tercermin dari jumlah kredit yang disalurkan
oleh perbankan sampai dengan September 2011 tercatat sebesar Rp503 miliar atau
mengalami pertumbuhan positif sebesar 27,01% (yoy) dibandingkan periode yang sama
tahun lalu.
1.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan III-2011 menunjukan
pertumbuhan positif sebesar 12,97% (yoy) dengan kontribusi sebesar 2% terhadap total
pertumbuhan. Pertumbuhan sektor ini terutama terjadi pada sub sektor hotel yang
didorong oleh penyelenggaraan beberapa even diantaranya :
Sumber : Data Asosiasi Semen Indonesia
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2010 2011
Volume (ton) - left axis g_semen (% yoy) - right axis
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
-
100
200
300
400
500
600
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Konstruksi (Rp miliar) - left axis
gKonstruksi (% yoy) - right axis
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
24
a. Perayaan HUT Kota Manado ke-388 yang jatuh pada 14 Juli 2011 yang ditandai dengan
pelaksanaan Manado Expo 2011 seperti pameran, bazaar, perlombaan, Tour de
Bunaken, Manado carnaval dan pemilihan puteri Madex 2011;
b. Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA) XV yang dilaksanakan pada tanggal
12-14 Juli 2011 dengan peserta berjumlah 2.835 orang;
c. Pertemuan perwakilan 152 Kab/Kota dari 8 provinsi di Indonesia pada tanggal 25-27 Juli
2011 guna membahas masterplan percepatan pemberdayaan koperasi dan UMKM
d. Pertemuan ASEAN Economics Ministers (AEM) pada tanggal 9-13 Agustus 2011 yang
akan dihadiri oleh 8 negara anggota ASEAN dan 10 negara mitra wicara.
e. Pertemuan Pengendalian dan Monitoring Evaluasi Awal Pembangunan Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Tahun Anggaran 2011 yang dihadiri oleh kepala Dinas
Pertanian dan Peternakan (Distanak) se Sulawesi Maluku dan Papua yang berlangsung
pada tanggal 9-11 Agustus 2011.
Maraknya berbagai perhelatan yang diselenggarakan di Kota Manado selama triwulan
laporan antara lain dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara
umum memperlihatkan tren peningkatan diantaranya adalah data wisatawan mancanegara,
data jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah
kamar terjual.
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.19. Data Wisatawan Mancanegara Grafik 1.20.
Data Lama Tamu Menginap
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
(60.00)
(40.00)
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Wisman (org) - left axis
gWisman (% yoy) - right axis
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Menginap (org) - left axis
gMenginap (% yoy) - right axis
Grafik 1.21. TPK dan Lama Menginap Grafik 1.22.
Jumlah Kamar Terjual
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4
-
10
20
30
40
50
60
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
TPK (%) - left axis
Ratas Menginap (hari) - right axis
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Kmr Terjual (unit) - left axis
gKmr Terjual (% yoy) - right axis
25
Grafik 1.24. Perkembangan Kredit Sektor PHR
Grafik 1.23. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran per KLUI
Pertumbuhan kinerja sektor PHR tidak terlepas dari peningkatan kinerja sub sektor
pedagangan besar dan eceran yang didorong oleh dampak lanjutan dari membaiknya daya
beli masyarkat akibat peningkatan pendapatan masyarakat yang diperoleh dari penerimaan
THR. Pertumbuhan sub sektor perdagangan besar dan eceran dapat dikonfirmasi dari hasil
Survei Penjualan Eceran (SPE) oleh KBI Manado pada triwulan III-2011 yang menunjukkan
adanya peningkatan indeks pada bahan konstruksi, kerajinan,seni dan peralatan rumah
tangga dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor ekonomi terbesar mendapatkan alokasi
pembiayaan dari perbankan. Sampai dengan bulan September 2011 kredit sektor PHR yang
telah disalurkan bank umum mencapai Rp4.332 miliar atau tumbuh 42,83% dibandingkan
periode yang sama tahun lalu.
1.2.4. Sektor lainnya
A. Sektor Jasa-jasa
Kinerja sektor jasa pada triwulan III-2011 tumbuh
positif sebesar 8,2% (yoy). Kinerja sektor jasa yang
cukup stabil ditopang oleh aktivitas sub sektor
pemerintahan umum. Apabila dibandingkan
dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya
kinerja sektor jasa-jasa mengalami peningkatan
yang tercermin dari kinerja penyaluran kredit
perbankan di sektor ini. Sampai dengan bulan
September 2011 kredit sektor jasa-jasa tercatat
sebesar Rp622 miliar atau tumbuh 19,27% (yoy).
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado
Grafik 1.25. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
0200400600800
1000120014001600
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
Okt
Nop
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
2010 2011
Bahan konstruksi Peralatan rumah tangga Kerajinan, seni & mainan
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Kredit_PHR (Rp miliar) - left axis
gKredit_PHR (% yoy) - right axis
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
-
100
200
300
400
500
600
700
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Kredit_Jasa (Rp miliar) - left axis gJasa (% yoy) - right axis
26
Grafik 1.26. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Kelompok
Bisnis dan Industri
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Grafik 1.27. Perkembangan Kredit Sektor Industri
Sumber : PLN Kanwil Suluttenggo
B. Sektor Industri Pengolahan
Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan III-2011 relatif stabil dengan tingkat
pertumbuhan mencapai 6,33% (yoy) atau tumbuh lebih rendah apabila dibandingkan
dengan triwulan III-2010 sebesar 6,63% (yoy). Industri pengolahan di Sulawesi Utara yang
didominasi oleh pengolahan produk kelapa dan turunannya serta pengolahan produk
perikanan tersebar di Kota Bitung, Kota Manado, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten
Minahasa Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Kotamobagu dan Kota Tomohon.
Mayoritas industri pengolahan berlokasi di Kota Bitung dan Kota Manado.
Membaiknya perekonomian dunia yang
tumbuh lebih cepat dibandingkan perkiraan
sebelumnya seiring pemulihan ekonomi
negara-negara maju dan emerging makets
diperkirakan turut berdampak pada kembali
bergairahnya sektor industri di Sulawesi
Utara. Hal ini salah satunya ditandai oleh
pertumbuhan jumlah pelanggan listrik di
sektor bisnis dan industri. Berdasarkan data
PLN, jumlah pelanggan listrik di sektor bisnis
dan industri pada triwulan III-2011 mencapai
14.583 pelanggan atau tumbuh 4,66% (yoy).
Dukungan perbankan terhadap industri
pengolahan merupakan salah satu faktor
pendorong pertumbuhan sektor ini. Sampai
dengan akhir triwulan III-2011 jumlah kredit
yang disalurkan tumbuh sebesar 34,46% (yoy)
dari Rp266 miliar pada triwulan III-2010
menjadi Rp357 miliar pada triwulan III-2011.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
-
50
100
150
200
250
300
350
400
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Kredit_Industri (Rp miliar) - left axis
gKredit_Industri (%yoy) - right axis
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
12,000
12,500
13,000
13,500
14,000
14,500
15,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Pelanggan Bisnis&Industri - left axis
gPelanggan Bisnis&Industri (% yoy) - right axis
27
C. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan
Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada
triwulan III-2011 tumbuh 6,51% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan
jasa antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas
perbankan antara lain: pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM
(Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan
kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi. Selain itu, pengaruh
meningkatnya laju konsumsi dan aktivitas sistem pembayaran di wilayah Sulawesi Utara
juga turut berkontribusi pada pertumbuhan sektor ini.
D. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Salah satu multiplier effect dari adanya penyelenggaraan berbagai even berskala nasional
maupun internasional di Tahun 2011 adalah semakin dikenalnya Kota Manado sebagai
salah satu kota tujuan wisata baik secara internasional maupun nasional. Hal ini
berpengaruh pada meningkatnya minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara
hingga pada tahap lanjut mampu mendorong kinerja sektor pengangkutan dan
telekomunikasi. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-2011 mengalami
pertumbuhan 2,55% (yoy), dengan sumbangan sebesar 0,35% terhadap total
pertumbuhan.
Pertumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan tercermin
dari tingginya arus penumpang yang keluar/masuk dari/ke Bandar Udara Sam Ratulangi
Manado baik asal/tujuan domestic maupun internasional. Sampai dengan periode laporan,
arus penumpang dan kargo yang berangkat (keluar) dari wilayah Sulawesi Utara tercatat
mengalami pertumbuhan sebesar 5,34% (yoy) untuk penerbangan domestik dan 27,46%
(yoy) untuk penerbangan internasional. Sejalan dengan itu, arus penumpang yang masuk ke
wilayah Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan sebesar 4,55% (yoy) untuk penerbangan
domestik dan 28,34% (yoy) untuk penerbangan internasional. Peningkatan pada arus
masuk bertepatan dengan maraknya even domestik dan internasional yang diselenggarakan
di Sulawesi Utara serta arus mudik seiring perayaan Idul Fitri pada triwulan laporan.
Tabel 1.5. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara
Ket: *) termasuk kantor unit Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Jumlah Bank umum 23 23 24 24 24 25 25 25 25 25 25
Jumlah kantor bank umum*) 195 197 199 206 206 215 219 225 227 234 240
Jumlah BPR 17 17 17 13 13 14 14 16 16 16 16
Jumlah kantor BPR 39 39 39 39 39 39 41 43 43 46 46
2009Data Bank
2010 2011
28
Tabel 1.6. Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi
Sementara itu, relatif stabilnya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan
antara lain didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan, disamping pesatnya
pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada
daerah yang sebelumnya terisolir sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pelanggan
dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan kecanggihan telepon selular dengan
berbagai macam jenis merk, harga, dan fasilitas/fitur baru yang ditawarkan serta gencarnya
promosi yang dilakukan semakin mendorong masing-masing provider untuk lebih bersaing
mendapatkan konsumen, hal ini pada tahap selanjutnya akan berdampak terhadap
peningkatan kinerja sub sektor komunikasi.
Sejalan dengan pertumbuhan positif sektor ini,
keberpihakan perbankan yang diwujudkan dalam
penyaluran kredit di sektor pengangkutan dan
komunikasi juga memperlihatkan adanya
peningkatan. Sampai dengan akhir triwulan III 2011
jumlah kredit yang disalurkan mencap ai Rp95
miliar, atau tumbuh 4,61% (yoy) dibandingkan
periode yang sama tahun lalu.
E. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian pada
triwulan III-2011 tumbuh 7,9% (yoy) dengan
sumbangan sebesar 0,39% terhadap total
pertumbuhan. Berdasarkan pelaku usahanya,
sub sektor penggalian ini lebih banyak
dilakukan oleh penambangan
tradisional/rakyat dan bukan industri
Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara
Grafik 1.29. Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Sumber : Bank Indonesia Manado
Grafik 1.28. Perkembangan Kredit Sektor Transportasi &
Komunikasi
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Datang 166,510 202,844 212,656 224,178 198,304 207,648 222,328 4.55%
Berangkat 175,663 200,622 214,014 210,950 208,485 210,985 225,442 5.34%
Datang 7,503 5,377 5,858 5,730 4,856 5,741 7,518 28.34%
Berangkat 7,612 5,243 5,553 5,536 4,623 5,786 7,078 27.46%
Penumpang
Kedatangan/
Keberangkatan
2010 Growth
(YoY)
Domestik
Internasional
Jenis
PengangkutanAsal/Tujuan
2011
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Kredit_Angk&Kom (Rp miliar) - left axis
gKredit_Angk&Kom (% yoy) - right axis
-50
0
50
100
150
200
-
10
20
30
40
50
60
70
80
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Kredit_Pertambangan (Rp miliar) - left axis
gKredit_pertambangan (% yoy) - right axis
29
berskala besar. Hal inilah yang mendorong rendahnya penyaluran kredit pada sektor
pertambangan selain karena faktor risiko yang tinggi dari kegiatan pertambangan. Jika
dilihat berdasarkan trennya, pembiayaan yang diberikan oleh pihak perbankan terhadap
sektor pertambangan pengalami penurunan yang cukup signifikan pada awal tahun 2009,
dan selanjutnya mulai mengalami peningkatan pada triwulan II 2011. Pada triwulan
laporan, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertambangan tercatat sebesar Rp68
miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 68,57% (yoy).
F. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Sementara itu, sektor listrik, gas dan air
bersih pada triwulan III-2011 tumbuh
positif 7,22% (yoy). Jika dilihat dari jumlah
penjualan listrik serta jumlah pelanggan di
triwulan III-2011, terdapat pertumbuhan
positif dalam jumlah pelanggan dan
pemakaian listrik pada triwulan laporan.
Jumlah pelanggan listrik pada triwulan III-
2011 sebesar 427.638 pelanggan atau
tumbuh 12,89% (yoy) dengan jumlah pemakaian 205 MW atau tumbuh 12%
dibandingkan periode yang sama tahun 2010. Sementara itu, pada triwulan III-2011,
kapasitas listrik yang tersedia adalah sebesar 247 MW atau tumbuh 17,62% dibandingkan
triwulan yang sama tahun 2010. Tingkat pertumbuhan kapasitas listrik tersedia didukung
oleh pembangunan sejumlah pembangkit listrik di wilayah Sulawesi Utara.
Grafik 1.30. Perkembangan Jumlah Pemakaian dan Supply Listrik di
Sulawesi Utara
Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah
-
50
100
150
200
250
300
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Jumlah Pemakaian (MW) - left axis
Jumlah listrik yang tersedia (MW) - left axis
31
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tren penurunan tekanan inflasi di Kota Manado secara umum masih terjadi sepanjang
triwulan III-2011. Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011 tercatat
1,25% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu
sebesar 7,38% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional sebesar
4,61% (yoy). Sejalan dengan pergerakan inflasi tahunan, inflasi bulanan selama triwulan III-
2011 juga mengalami penurunan menjadi deflasi 0,22% (mtm) pada September 2011 dari
0,08% (mtm) pada Juli 2011, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan inflasi nasional
pada September 2011 sebesar 0,27% (mtm). Akumulasi laju inflasi (ytd) Kota Manado
sampai dengan September 2011 tercatat lebih rendah (-0,19%) dibandingkan akumulasi
inflasi nasional (2,97%). Sementara itu, sebagaimana pola musimannya, Kota Manado pada
periode laporan juga mencatat deflasi 0,05% (qtq).
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada
triwulan III-2011 terutama didorong oleh kelompok inti (core inflation), sementara
kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok
komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) justru memberikan
sumbangan negatif terhadap inflasi pada periode laporan.
Grafik 2.2. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (qtq)
Grafik 2.1. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (yoy)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009 2010 2011
yoy Manado yoy Nasional
%
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009 2010 2011
qtq Manado qtq Nasional
%
32
2.1. PERKEMBANGAN INFLASI
2.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy)
Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011 tercatat 1,25% (yoy),
mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,38%
(yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 4,61% (yoy).
Penurunan laju inflasi tahunan pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh
berkurangnya tekanan inflasi pada kelompok pangan. Hal ini ditandai dengan berlanjutnya
penurunan harga beberapa komoditas pangan bergejolak (volatile foods). Tingginya
permintaan kebutuhan masyarakat menjelang Idul Fitri tidak memberikan dampak terhadap
kenaikan harga, hal ini disebabkan oleh kecukupan pasokan baik pasokan dari luar daerah
maupun pasokan lokal. Produksi beras di Sulut hingga September 2011 masih dalam
kondisi surplus. Selain itu, jumlah pasokan dari luar daerah (Sulsel dan Jawa Timur) juga
meningkat.
Berdasarkan kelompoknya, kelompok bahan makanan dan kelompok sandang mencatat
deflasi tertinggi dibandingkan kelompok lainnya. Angka deflasi kelompok bahan makanan
tercatat 1,23% (yoy) pada triwulan laporan yang disebabkan oleh penurunan harga bumbu-
bumbuan, sayur-sayuran serta daging dan hasil-hasilnya. Sementara itu, kelompok transpor,
komunikasi dan jasa keuangan juga mengalami deflasi 0,87% (yoy) yang didorong oleh
mulai normalnya harga angkutan udara.
2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq)
Searah dengan inflasi tahunan, tekanan inflasi Kota Manado selama triwulan III-2011
cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara
triwulanan, Kota Manado pada triwulan III-2011 mencatat deflasi 0,05% (qtq), jauh lebih
rendah dibandingkan triwulan III-2010 yang mengalami inflasi sebesar 3,81% (qtq).
Tabel 2.1.
Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
1 Bahan Makanan 21.82 4.75 -0.82 5.82 -2.19 6.39 18.14 15.23 21.69 14.72 -1.23
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 8.03 7.5 6.15 4.88 8.13 5.96 4.83 5.36 0.43 1.50 1.45
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3.54 2.07 -0.15 0.44 1.45 1.83 2.58 2.35 1.85 2.14 1.58
4 Sandang 6.05 4.94 4.67 6.37 2.83 6.84 7.02 5.15 5.03 4.28 8.32
5 Kesehatan 9.16 5.43 4.84 4.12 4.98 2.56 1.87 0.96 0.61 2.62 3.20
6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 2.58 2.03 2.63 1.81 1.97 1.75 1.19 1.62 0.91 0.86 9.70
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1.05 -8.66 -8.76 -5.33 1.63 2.60 3.26 0.59 0.80 -0.38 -0.87
8.85 2.25 -0.01 2.31 1.84 4.21 7.38 6.28 6.90 5.15 1.25
2009No Kelompok
Umum
20112010
33
Grafik 2.3. Inflasi Triwulanan Sub Kelompok Bahan Makanan
TriwulanI III-2011
Berdasarkan kelompoknya, deflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu
sebesar 3,59% (qtq). Deflasi pada sub kelompok bahan makanan didorong oleh penurunan
tekanan inflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran. Penurunan
tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh masih
berlanjutnya penurunan harga komoditi cabe rawit, tomat sayur, bawang merah, beras dan
bawang putih akibat panen raya yang terjadi di sejumlah wilayah asal komoditi tersebut.
2.1.3 INFLASI BULANAN (mtm)
Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan III-2011 menunjukkan tren
penurunan. Pada Juli 2011 Kota Manado tercatat mengalami inflasi 0,08% (mtm),
kemudian sedikit mengalami kenaikan pada Agustus 2011 menjadi 0,10% (mtm) yang
didorong oleh faktor musiman liburan, persiapan menjelang tahun ajaran baru dan
perayaan Hari Raya Idul Fitri. Kemudian kembali mengalami penurunan pada September
2011 menjadi deflasi sebesar 0,23% (mtm).
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Tabel 2.2.
Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
1 Bahan Makanan 6.58 -7.86 0.84 6.86 -1.50 0.23 11.98 4.23 4.03 -5.51 -3.59
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1.54 1.07 1.85 0.34 4.68 -0.95 0.77 0.84 -0.22 0.10 0.72
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar -0.26 -0.29 0.23 0.77 0.74 0.09 0.96 0.55 0.24 0.38 0.41
4 Sandang 3.97 -1.93 0.92 3.36 0.52 1.89 1.09 1.56 0.40 1.17 5.02
5 Kesehatan 1.18 2.32 0.99 -0.42 2.02 -0.04 0.32 -1.32 1.66 1.96 0.90
6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.57 0.22 0.91 0.10 0.72 0.01 0.36 0.52 0.02 -0.04 9.15
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -7.03 0.28 -0.02 1.57 -0.20 1.23 0.62 -1.06 0.02 0.05 0.13
1.18 -2.08 0.74 2.50 0.72 0.20 3.81 1.44 1.31 -1.43 -0.05Umum
No Kelompok2009 20112010
2.50
6.75
4.08
3.05
2.95
(4.26)
4.77
(0.88)
(32.73)0.13
2.79
-35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10
Padi-padian, Umbi-umbian & Hasilnya
Daging & Hasil-hasilnya
Ikan Segar
Ikan Diawetkan
Telur, Susu & Hasil-hasilnya
Sayur-sayuran
Kacang - kacangan
Buah - buahan
Bumbu - bumbuan
Lemak & Minyak
Lainnya
Sub Kelompok
34
Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado
Menurut Kelompok Barang & Jasa Juli 2011
Grafik 2.4. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (mtm)
JULI 2011
Memasuki triwulan III-2011, Kota Manado tercatat
mengalami inflasi sebesar 0,08% (mtm). Inflasi
terutama terjadi pada kelompok pendidikan sebesar
2,08% (mtm) dengan sumbangan sebesar 0,09%
terhadap total inflasi bulanan. Berdasarkan sub
kelompoknya, sub kelompok pendidikan mengalami
inflasi 3,62% (mtm), diikuti oleh sub kelompok
perlengkapan/peralatan pendidikan (2,49%) dan
sub kelompok rekreasi (0.02%). Tingginya inflasi
pada kelompok pendidikan tidak terlepas dari faktor
musiman liburan sekolah dan persiapan memasuki
tahun ajaran baru.
AGUSTUS 2011
Kota Manado pada Agustus 2011 mengalami
inflasi sebesar 0.10% (mtm) atau sedikit
mengalami peningkatan dibandingkan bulan
sebelumnya. Seperti halnya pendorong inflasi
pada bulan Juli 2011, inflasi pada Mei 2011
masih disumbangkan oleh kelompok
pendidikan sebesar 0,31% dengan angka
inflasi tercatat sebesar 6,91% (mtm).
Penyesuaian harga di tiap-tiap level
Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut
Kelompok Barang dan Jasa Agustus 2011
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2010 2011
%
mtm Manado mtm Nasional
-0.83
0.18
0.18
0.75
0.56
2.08
0.64
-0.25
0.03
0.04
0.05
0.02
0.09
0.09
-1 0 1 2 3
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Andil Inflasi (mtm) Juli 2011
-1.90
0.43
0.14
3.00
0.08
6.91
0.23
-0.55
0.08
0.03
0.19
0.00
0.31
0.03
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Andil Inflasi (mtm) Agst 2011
35
pendidikan khususnya pendidikan tingkat akademi/Perguruan Tinggi pada saat memasuki
tahun ajaran baru menjadi faktor utama tingginya inflasi pada kelompok ini. Sementara itu,
perayaan Idul Fitri yang jatuh pada akhir Agustus 2011 diperkirakan tidak memberikan
dampak terhadap tekanan inflasi, hal ini tercermin dari inflasi pada bahan makanan yang
justru memberikan sumbangan deflasi sebesar 0,55%. Pasokan bahan makanan yang
mencukupi telah mampu meredam peningkatan harga akibat tingginya permintaan
masyarakat terhadap kebutuhan pokok.
SEPTEMBER 2011
Pada akhir triwulan III 2011, laju
perkembangan harga barang dan jasa secara
umum kembali mengalami penurunan
dibandingkan bulan sebelumnya hingga
menyentuh angka deflasi 0,22% (mtm) pada
September 2011. Deflasi pada September 2011
terutama disebabkan oleh (1) masih
berlanjutnya penurunan harga komoditas
volatile foods (cabai rawit, tomat sayur,
bawang merah, beras, bawang putih) akibat
jumlah pasokan yang meningkat, (2) mulai
normalnya harga angkutan udara. Hal ini tercermin dari kelompok bahan makanan yang
mengalami deflasi 0,90% (mtm) dan kelompok transportasi yang mengalami deflasi 0,74%
(mtm).
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada
triwulan III-2011 terutama didorong oleh kelompok inti (core inflation), sementara
kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok
komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) justru memberikan
sumbangan yang negatif terhadap inflasi.
Grafik 2.7. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa September 2011
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
-0.90
0.11
0.09
1.21
0.26
0.02
-0.74
-0.26
0.02
0.02
0.08
0.01
0.00
-0.10
-2 -1 -1 0 1 1 2
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Andil Inflasi (mtm) Sept 2011
36
Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah. Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.
2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL
Inflasi Inti (core inflation) pada September 2011 tercatat 3,32% (yoy) dengan sumbangan
1,74% terhadap total inflasi tahunan pada triwulan III-2011. Tekanan inflasi inti relatif tidak
mengalami perubahan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar
3,13% (yoy) dengan sumbangan 1,71% terhadap total inflasi triwulan III-2010. Namun jika
dibandingkan dengan dibandingkan sebelumnya, inflasi inti menunjukkan adanya tren
peningkatan, dengan inflasi yang tercatat 2,10% (yoy) dengan sumbangan 1,14% terhadap
total inflasi triwulan III 2010. Dari sisi domestik, sumber inflasi diperkirakan antara lain
berasal dari faktor musiman liburan, tahun ajaran baru serta hari raya Idul Fitri. Dari sisi
eksternal, tekanan inflasi terutama bersumber dari harga komoditas internasional khususnya
emas yang masih cenderung meningkat. Sementara itu, terjaganya ekspektasi masyarakat
terhadap tingkat harga kedepan menjadi salah satu faktor yang mampu sedikit meredam
gejolak pada inflasi inti.
Interaksi Permintaan dan Penawaran
Faktor musiman yang terjadi sepanjang triwulan III-2011 seperti musim liburan, tahun ajaran
baru serta hari raya Idul Fitri dapat berpotensi menekan tingkat harga sebagai dampak dari
tingginya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Kenaikan harga yang
disebabkan oleh faktor musiman ini telah mampu diantisipasi oleh pemerintah daerah
dengan melakukan berbagai kegiatan diantaranya operasi pasar dalam rangka menjamin
ketersediaan pasokan sehingga mampu menahan laju kenaikan harga dari sisi permintaan.
Selain itu, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado, persentase
kapasitas produksi dari dunia usaha menujukkan peningkatan dari 96,91% pada triwulan II-
2011 menjadi 98,26% pada triwulan laporan. Tingginya permintaan masyarakat di respon
Grafik 2.8.
Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya Grafik 2.9.
Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2010 2011
UMUM Volatile Administered Core-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2009 2010 2011
Volatile Administered CORE IHK
37
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado dan Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado
dengan baik oleh peningkatan penggunaan kapasitas produksi sehingga mampu menjamin
ketersediaan pasokan, hal inilah yang pada tahap selanjutnya mampu menahan laju inflasi
Kota Manado yang tercatat inflasi hanya 1,25% (yoy) pada triwulan laporan.
Ekspektasi Inflasi
Selanjutnya dari sisi ekspektasi, berdasarkan hasil SKDU KBI Manado, sebagian besar
konsumen di Sulut memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6
bulan yang akan datang. Adanya tambahan pendapatan berupa pencairan beberapa
tunjangan pegawai khususnya PNS yang disesuaikan dengan masa tahun ajaran baru (Juli-
Agustus 2011) serta realisasi THR menjelang hari raya telah mendorong peningkatan
ekspektasi konsumen terhadap tingkat harga. Sementara itu, berdasarkan hasil SPE KBI
Manado, ekspektasi harga dari sisi produsen atau pedagang juga menunjukkan hal yang
sama, hal ini salah satunya didorong oleh masih adanya isu kelangkaan BBM yang terlihat
dari tingginya antian BBM di setiap SPBU di Sulut. Peningkatan ekspektasi dari sisi produsen
tercermin dari tren peningkatan indeks Ekspektasi Pedagang terhadap harga 3 dan 6 bulan
yang akan datang yang menunjukkan adanya peningkatan. Namun demikian, relatif
terkendalinya harga kebutuhan pokok di Sulut sepanjang tahun 2011 turut memberikan
andil dalam meredam dampak ekspektasi inflasi sehingga mampu menjaga harga tetap
berada pada level yang rendah.
Grafik 2.10. Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran dan
Kapasitas Produksi
0
100
200
300
400
500
600
0
20
40
60
80
100
120
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009 2010 2011
% indeksKapasitas Produksi (left axis)
Indeks Riil Penjualan (right axis)
38
Grafik 2.11. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap
Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado
Grafik 2.12. Perkembangan Indeks Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
Grafik 2.14.
Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
Sumber: http://blogs.worldbank.org/
Grafik 2.13. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
Sumber: Bloomberg
Eksternal
Sementara itu, dari sisi eksternal, tekanan inflasi terutama bersumber dari harga
komoditas internasional yang masih cenderung meningkat, terutama harga emas dunia
yang ditransmisikan pada kenaikan harga emas perhiasan di pasar domestik khususnya
Manado. Inflasi emas pada September 2011 tercatat 5,52% (mtm). Selain pengaruh
harga global, permintaan yang semakin besar memicu kenaikan harga emas perhiasan
dan logam mulia yang lebih tinggi. Kenaikan permintaan emas sebagai sarana investasi
ditandai dengan meningkatnya transaksi di Pegadaian dan Gadai Emas Syariah. Tekanan
inflasi dari sisi eksternal tersebut diprakirakan dapat diredam dengan nilai tukar rupiah
yang bergerak stabil. Penguatan rupiah ini merupakan bagian dari respon kebijakan
Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi, khususnya yang berasal dari
kenaikan harga komoditi internasional (imported inflation).
Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado
8,000
8,500
9,000
9,500
10,000
10,500
11,000
11,500
12,000
12,500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008 2009 2010 2011
Rp/USD
Kurs
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2009 2010 2011
$/Oz
Emas
0
50
100
150
200
250
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2008 2009 2010 2011
Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datang
Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang akan datang
0
50
100
150
200
250
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2008 2009 2010 2011
Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yang akan datang
Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yang akan datang
39
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI Manado
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI Manado
2.2.2 Non Fundamental
Volatile foods
Kelompok volatile foods masih mengalami deflasi sebesar -0,94% (mtm) sehingga secara
tahunan tercatat mengalami deflasi -1,4% (yoy) dengan sumbangan -0,4% (yoy) terhadap
inflasi umum. Berlanjutnya penurunan harga komoditas volatile foods disebabkan oleh
kecukupan pasokan baik pasokan dari luar daerah maupun pasokan lokal. Produksi beras di
Sulut hingga September 2011 masih dalam kondisi surplus. Selain itu, jumlah pasokan dari
luar daerah (Sulsel dan Jawa Timur) juga meningkat. Sementara itu, pasokan bumbu-
bumbuan (bawang merah, bawang putih dan cabai rawit) cukup melimpah sebagai dampak
dari: (1) panen di sentra produksi bawang di Indonesia (Brebes dan Bima) dan melimpahnya
produksi bawang merah di Sulteng (2) Produksi cabai rawit yang cukup baik di Sulut dan
Gorontalo.
Administered Price
Laju inflasi administered price Kota Manado pada triwulan III-2011 cenderung menurun.
Kelompok administered price mengalami deflasi sebesar -0,5% (mtm) atau -0,48% (yoy)
dengan sumbangan -0.09% (yoy) terhadap inflasi umum. Deflasi pada kelompok
administered price disebabkan menurunnya harga angkutan udara sebesar 20,29%
dibandingkan periode sebelumnya sebagai faktor mulai normalnya arus penumpang dari
dan ke Manado. Disamping itu masih belum ada kebijakan pemerintah yang memberikan
tekanan harga pada kelompok administered price. Upaya TPID dalam mengurangi
kelangkaan bensin di Sulut membuahkan hasil yang ditandai dengan mencairnya
kelangkaan sejumlah antrian di SPBU di Sulut. Hal ini dilakukan dengan menambah pasokan
BBM oleh Pertamina menjelang hari raya Idul Fitri yang lalu.
Grafik 2.18. Perkembangan Harga Komoditas Beras di Kota Manado
s.d. September 2011
Grafik 2.19. Perkembangan Harga Komoditas Cabe Rawit dan
Bawang Merah di Kota Manado
7,500
8,000
8,500
9,000
9,500
10,000
10,500
I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept
Superwin Sultan
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
100,000
I III I III I III V II IV II IV I III I III I III V II
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept
Cabe Rawit Merah Bawang Merah
40
POLA DISTRIBUSI BENSIN DI SULAWESI UTARA
Suplai Bahan Bakar Minyak (BBM) di Sulawesi Utara berasal dari Kilang Balikpapan. BBM
didistribusikan dari Kilang Balikpapan ke Terminal BBM Bitung yang bertugas mendistribusikan BBM
tersebut ke Terminal BBM Tahuna, Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPBU) Sam Ratulangi dan
Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) yang berlokasi di seluruh Sulawesi Utara kecuali
SPBU yang berlokasi Lirung dan Beo. Selanjutnya Terminal BBM Tahuna akan melakukan
pendistribusian BBM ke wilayah Lirung dan Beo.
BOX : POLA DISTRIBUSI BBM & KONDISI SUPLAI BBM DI SULUT
Pola Distribusi BBM
Suplai Bahan Bakar Minyak (BBM) di Sulawesi Utara berasal dari Kilang Balikpapan. BBM
didistribusikan dari Kilang Balikpapan ke Terminal BBM Bitung yang bertugas mendistribusikan BBM
tersebut ke Terminal BBM Tahuna, Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPBU) Sam Ratulangi dan
Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) yang berlokasi di seluruh Sulawesi Utara kecuali
SPBU yang berlokasi Lirung dan Beo. Selanjutnya Terminal BBM Tahuna akan melakukan
pendistribusian BBM ke wilayah Lirung dan Beo.
BA
LIK
PA
PA
N/S
TS
KA
LB
UT
BITUNG
GORONTALO
TOLI-TOLI
MOUTONG
PARIGI
POSO
AMPANA
LUWUK
BANGGAI
KOLONEDALE
MAKASSAR
WAYAME
SIAU
TAHUNA
LIRUNGBEO
R : RegulerSuplai langsung ex Kil.BBP/STS Kalbut
A : AlternatifSplit cargo ex Inst.Makassar
E : EmergencyBantuan Suplai T.Wayame
TAGULANDANG
Pola Distribusi BBM Sulawesi Utara
Pola Suply BBM Premium/ Solar PSO/ Pertamax
Instalasi/DepotPERTAMINA
Konsumen Akhir
Konsumen Akhir
Harga Di Konsumen)
Warung
Agen Minyak Tanah
Pangkalan
MINYAK TANAH
Harga EceranTertinggi (HET)
Pola Suply BBM Minyak Tanah PSO
SPBU
APMS
Terminal BBM SPDN/SPBN
41
Dalam pendistribusian BBM di wilayah Kepulauan di Sulawesi Utara yang meliputi Kabupaten
Kepulauan Sitaro, Kepulauan Sangihe, dan Kepulauan Talaud terdapat beberapa kendala
diantaranya:
a. Cuaca buruk
b. Pengangkutan BBM dari Agen Premium, Minyak, dan Solar (APMS) ke wilayah pulau-pulau lain
hanya mengandalkan sarana transportasi tradisional (kapal kayu/pamboat).
c. Aksi borong spekulan/pengecer BBM
d. Alokasi dan penyaluran BBM ke masyarakat di Kep. Sitaro dan Talaud belum merata karena
kurangnya lembaga penyalur.
Kelangkaan BBM di Provinsi Sulawesi Utara
Sejalan dengan fenomena antrian pembelian dan kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di
sejumlah daerah di Indonesia, hal serupa juga terjadi di Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini diperkirakan
merupakan dampak:
1) Meningkatnya permintaan BBM di Sulut yang disebabkan :
Maraknya perhelatan internasional maupun domestik yang diselenggarakan di Sulut
Aksi ambil untung oleh pedagang eceran
Meningkatnya aktivitas ekonomi menjelang perayaan Hari Raya Keagamaan pada triwulan
laporan.
2) Normalisasi suplai oleh PT. Pertamina Manado kepada SPBU di Kota Manado setelah sebelumnya
mengalami peningkatan suplai sebesar 5% di masing-masing SPBU menjelang perayaan Hari Raya
Idul Fitri. PT. Pertamina Manado menahan suplai pada akhir triwulan laporan untuk mengantisipasi
lonjakan permintaan di akhir tahun 2011.
Kelangkaan BBM tersebut diperkirakan membawa dampak pada perekonomian Sulut baik secara
langsung maupun tidak langsung. Salah satu sub sektor yang terkena dampak langsung kelangkaan
BBM tersebut adalah sub sektor perikanan. Kelangkaan BBM menyebabkan nelayan kesulitan dalam
melaut dan pada akhirnya berdampak pada melambatnya pertumbuhan perikanan tangkap sampai
dengan akhir triwulan laporan.
Perkembangan Sub Sektor Perikanan Provinsi Sulawesi Utara (ton)
Sumber : Dinas Perikanan Prov. Sulut, diolah
42
Dalam rangka mengatasi kelangkaan BBM dan mengantisipasi lonjakan permintaan di akhir tahun,
Tim Pengendali Inflasi Daerah Sulut (TPID) mengadakan rapat dan membuahkan upaya-upaya
penanggulangan kelangkaan BBM sebagai berikut :
1) Menyesuaikan Kuota BBM tahun 2011.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan penambahan kuota BBM bersubsidi jenis premium
dan solar yang akan dibebankan pada APBD-P 2011. Sedangkan BBM bersubsidi jenis minyak tanah
mengalami pengurangan kuota seiring dengan mulai terealisasinya konversi penggunaan minyak
tanah ke LPG. Sampai dengan akhir September 2011 PT. Pertamina Manado telah menyalurkan
sebanyak 390.150 tabung gas atau sebesar 95% dari total target penerima tabung gas yakni
sebanyak 409.881 orang di Kabupaten/Kota di Prov. Sulut.
2) Memberlakukan pembatasan pembelian BBM
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan penjatahan pembelian BBM bersubsidi yakni
maksimal Rp100 ribu untuk kendaraan roda empat dan Rp20 ribu untuk kendaraan roda dua
yang ditujukan untuk menjaga ketersediaan pasokan hingga akhir tahun 2011 mengingat akan
terjadi lonjakan permintaan menjelang perayaan Natal 2010 dan Tahun Baru 2011. PT. Pertamina
Manado akan melaksanakan penambahan kuota sebesar 10% s.d 20% menjelang perayaan Natal
2011 dan Tahun Baru 2012.
3) Melaksanakan penertiban pedagang eceran
Kembali menjamurnya pedagang bensin eceran menyebabkan permintaan BBM bersubsidi
semakin meningkat. Modus operasi yang digunakan pedagang eceran dimaksud adalah
melakukan pembelian ke depot SPBU dengan kendaraan pribadi untuk kemudian dijual kembali
seharga Rp.6000–Rp. 6500/liter. Penertiban dilakukan dengan operasi penertiban di wilayah
Sulawesi Utara oleh pihak kepolisian dimana semua pedagang bensin eceran harus memiliki
kelengkapan izin usaha seperti halnya bentuk usaha lainnya.
Sumber : PT PERTAMINA Manado
Kuota BBM di Provinsi Sulut tahun 2011 (Kilo Liter)
Sebelum Setelah
Premium 253,780 272,640 18,860
Solar 76,480 84,243 7,763
Minyak Tanah 144,290 121,365 (22,925)
Kuota 2011 Jenis
Penambahan
(Pengurangan)
43
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian, perkembangan berbagai
indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan
positif. Aset, dana pihak ketiga, dan outstanding kredit mengalami pertumbuhan yang lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi penghimpunan dana,
pertumbuhan Dana Pihak Ketiga terutama terjadi pada jenis deposito. Sementara itu, kredit
tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama kredit
investasi. Pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada pertumbuhan DPK menyebabkan
Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada level sedikit di atas
100% dan sedikit mengalami peningkatan dibandingkan posisi yang sama tahun
sebelumnya. Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek
risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non
Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu
dibawah 5%.
Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara
Sumber : Bank Indonesia Manado
3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA
Aset perbankan Sulawesi Utara, baik Bank umum konvensional, Bank umum syariah
maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan III-2011 tumbuh positif seiring
membaiknya kondisi perekonomian secara makro. Struktur aset perbankan Sulawesi Utara
masih didominasi oleh aset bank umum konvensional dengan pangsa mencapai 95,87%
dari total aset perbankan. Sementara itu, pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional
masing-masing sebesar 1,64% dan 2,66%. Apabila dilihat pertumbuhan pangsa asetnya,
BPR terus menunjukkan tren pertumbuhan yang positif.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Total Aset 13,635 14,235 14,860 14,769 15,114 15,925 16,695 17,504 17,984 19,202 20,219
Tumbuh Y.o.Y (%) 26.33 21.76 20.24 9.17 10.85 11.87 12.35 18.52 18.99 20.58 21.11
DPK (Rp Miliar) 8,907 9,448 9,725 9,987 10,220 10,604 11,114 11,428 11,797 12,601 13,298
Tumbuh Y.o.Y (%) 23.90 21.67 22.64 12.72 14.74 12.24 14.28 14.42 15.43 18.83 19.66 Kredit outstanding (Rp Miliar) 9,095 9,627 10,004 10,485 10,846 11,457 11,904 12,681 12,955 13,958 14,627
Plafond Kredit (Rp Miliar) 10,187 10,647 11,031 11,731 13,133 13,620 14,079 14,986 15,436 16,375 17,271
Tumbuh Y.o.Y (%) 33.30 22.60 18.34 17.36 19.25 19.00 18.98 20.95 19.44 21.83 22.88
LDR (%) 102.11 101.90 102.88 104.98 106.12 108.04 107.11 110.97 109.81 110.76 110.00
NPL (%) 3.86 3.72 3.58 2.83 3.57 3.51 3.54 3.18 3.83 3.74 3.54
kredit UMKM 5,841 6,185 6,270 6,414 8,767 9,408 9,926 10,533 11,158 11,757 12,535
Share UMKM 64.22 64.25 62.67 61.17 80.83 82.12 83.38 83.06 86.13 84.23 85.70
NPL UMKM (%) 4.91 4.96 5.18 4.32 3.49 3.49 3.37 2.94 3.44 3.47 3.23
20112009 2010Komponen
44
Lebih lanjut, dari keseluruhan aset bank, sebesar 66,84% merupakan aset bank pemerintah
dan sisanya sebesar 28,86% merupakan aset bank swasta.
3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANK
Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 25 Bank
Umum Konvensional, 3 Bank Umum Syariah, dan 17 Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Berdasarkan jaringan kantornya, Bank Umum konvensional maupun syariah memiliki 240
kantor (termasuk kantor unit), sedangkan BPR terdiri dari 46 kantor. Jumlah Bank Umum
dan BPR Konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan apabila dibandingkan
Grafik 3.1. Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. III-2011
Sumber: Bank Indonesia Manado
Grafik 3.2. Pertumbuhan Pangsa Aset Perbankan
Sulawesi Utara Tw. III-2010
Sumber: Bank Indonesia Manado
BPR Konvensional2.66%
Bank Umum Syariah1.64%
Bank Umum Konvensional Pemerintah
66.84%
Bank Umum Konvensional
Swasta28.86%
Bank Umum Konvensional
95.87%
BPR Konvensional Bank Umum Syariah
Bank Umum Konvensional Pemerintah Bank Umum Konvensional Swasta
94.50
95.00
95.50
96.00
96.50
97.00
97.50
98.00
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Total Asset BPR Konvensional (left axis)Total Asset BU Syariah (left axis)Bank Umum Konvensional (right axis)
45
dengan triwulan lalu. Pertambahan jumlah bank menggambarkan semakin besarnya
aktivitas perekonomian di Sulawesi Utara seiring dengan pertumbuhan perekonomian di
wilayah ini.
3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL
3.3.1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter
Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang cukup baik ditengah
meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi
triwulan III-2011 diperkirakan masih akan tumbuh tinggi terutama didorong oleh kinerja
ekspor, konsumsi dan investasi. Nilai tukar Rupiah cenderung menguat meskipun relatif
terbatas, sementara tingkat inflasi cenderung mengalami penurunan yang didorong oleh
berlanjutnya koreksi harga pangan. Ke depan, Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah
risiko yang berpotensi memberikan tekanan pada stabilitas makroekonomi, khususnya
masih akan berlanjutnya arus modal asing, semakin kuatnya permintaan domestik, dan
meningkatnya tekanan inflasi khususnya pada tahun 2012. Sebagai langkah antisipatif
untuk mengendalikan ekspektasi inflasi kedepan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank
Indonesia pada 8 September 2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar
6,75%.
Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara terus
berlanjut meskipun masih dalam kisaran yang relatif terbatas. Hal ini ditandai dengan
kembali menurunnya tren suku bunga perbankan hingga akhir triwulan III-2011.
Berdasarkan data yang bersumber dari Bank Indonesia, sampai dengan akhir September
2011, rata-rata tingkat suku bunga kredit tercatat sebesar 13,67% atau mengalami
penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 14,01%. Menurut jenis
penggunaannya, rata-rata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 13,82% per
tahun, rata-rata kredit investasi sebesar 13,89% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi
sebesar 13,52% per tahun. Sementara itu, pergerakan tingkat suku bunga deposito juga
menunjukkan respon yang positif terhadap penetapan BI Rate, hal ini tercermin dari
peningkatan rata-rata tingkat suku bunga deposito perbankan di Sulut. Sampai dengan
September 2011, rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan tercatat sebesar 6,81%,
sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya (Juni 2011) sebesar
6,76%.
46
3.3.2. Penyerapan Dana Masyarakat
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah Sulawesi Utara pada
triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 19,66% (yoy) menjadi
Rp13.298 miliar. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada jenis
deposito yang tumbuh 24,13% (yoy) kemudian disusul oleh tabungan sebesar 21,45% (yoy)
dan giro sebesar 7,79% (yoy). Terjadinya pertumbuhan penghimpunan DPK
mengindikasikan masih terdapat kelebihan likuiditas di masyarakat yang mampu diserap
oleh bank. Upaya menumbuh kembangkan kesadaran menabung dilakukan Bank Indonesia
melalui serangkaian program yaitu program TabunganKu dan Gerakan Siswa Menabung
(GSM) yang diperkirakan sedikit banyak turut andil dalam pertumbuhan DPK.
Grafik 3.6. Share Dana Pihak Ketiga (DPK)
Grafik 3.5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar)
Sumber: Bank Indonesia Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado
Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata
Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%)
Grafik 3.4. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit
Menurut Jenis Penggunaan (%)
Sumber: Bank Indonesia Manado
5.50
6.00
6.50
7.00
7.50
13.0
14.0
15.0
16.0
17.0
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Aug
Sep
2010 2011
Sk. Bunga Kredit (Left Axis) BI Rate (Right Axis) Sk. Bunga Deposito (Right Axis)
13.0
13.5
14.0
14.5
15.0
15.5
16.0
16.5
17.0
17.5
Jan
Feb
Mar
April
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Aug
Sep
2010 2011
Modal Kerja Investasi Konsumsi
17.84%
35.20%
46.96%
Giro Deposito Tabungan
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Giro Deposito Tabungan
47
Grafik 3.7. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)
Tabel 3.2. Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sumber: Bank Indonesia Manado
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Minahasa 833 827 794 686 841 905 923 800 1,000 1,067 1,078
Bolmong 553 669 697 632 795 885 948 891 1,011 1,047 1,054
Sangihe Talaud 440 473 575 488 559 594 680 614 736 763 802
Manado 6,443 6,835 6,989 7,509 7,320 7,520 7,830 8,375 8,275 8,890 9,478
Bitung 639 642 669 673 705 701 734 748 775 834 887
Total 8,907 9,448 9,725 9,987 10,220 10,604 11,114 11,428 11,797 12,601 13,298
Sebaran DPK20112009 2010
Minahasa
1,
2,000
3,000
4,000
5,
6,000
7,
8,
9,000
Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh
jenis simpanan tabungan sebesar 46,96% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK),
disusul kemudian deposito (35,20%) dan giro (17,84%).
Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap 64,40% dari total DPK
sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta (35,60%). Berdasarkan laju
pertumbuhannya, dana di bank pemerintah berhasil tumbuh 17,14% (yoy) sedangkan dana
di bank swasta tumbuh lebih tinggi yaitu sebesar 24,49% (yoy).
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga
yang dihimpun, sebesar 71,27% atau Rp9.478 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi
di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa (8,10%), Kabupaten Bolaang
Mongondow (7,93%), Kota Bitung (6,67%), dan Kabupaten Sangihe Talaud (6,03%).
Sumber: Bank Indonesia Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Bank Pemerintah Bank Swasta
48
Berdasarkan wilayah administratifnya, DPK yang berhasil dihimpun pada triwulan laporan
seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tertinggi dialami
oleh Kota Manado sebesar 21,05% (yoy). Selanjutnya Kota Bitung, Kabupaten Kepulauan
Sangihe Talaud, Kabupaten Minahasa, dan Kabupaten Bolaang Mongondow tumbuh
masing-masing sebesar 20,91% (yoy), 17,91% (yoy), 16,77% (yoy) dan 11,24% (yoy).
3.3.3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor
Pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara terus menunjukkan adanya
tren peningkatan. Pada triwulan III-2011, jumlah kredit secara umum tercatat Rp14.627
miliar atau tumbuh 22,88% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu
(18,98%). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit paling signifikan dialami
oleh kredit investasi yang mencapai jumlah Rp2.195 miliar atau tumbuh 115,58% (yoy).
Sementara itu, untuk jenis kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing sebesar
Rp4.791 miliar dan Rp7.641 miliar atau tumbuh 23,41% (yoy) dan 9,11% (yoy). Tingginya
pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja pada periode laporan diperkirakan didorong
oleh meningkatnya minat pelaku usaha untuk berinvestasi di Sulut, hal ini tercermin dari
pembangunan infrastruktur penunjang serta sarana dan prasarana daerah yang terus
ditingkatkan seiring dengan semakin banyaknya perhelatan berskala nasional dan
internasional yang dilaksanakan di Sulawesi Utara.
Grafik 3.9. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kab/Kota (%)
Grafik 3.8. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sumber: Bank Indonesia Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Bitung 639 642 669 673 705 701 734 748 775 834 887
Manado 6,44 6,83 6,98 7,50 7,32 7,52 7,83 8,37 8,27 8,89 9,47
Sangihe Talaud 440 473 575 488 559 594 680 614 736 763 802
Bolmong 553 669 697 632 795 885 948 891 1,01 1,04 1,05
Minahasa 833 827 794 686 841 905 923 800 1,00 1,06 1,07
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
Bitung Manado Sangihe Talaud Bolmong Minahasa
0 10 20 30 40
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
Bitung
Q3-11 Q2-11 Q3-10
49
Grafik 3.11. Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
(Rp. Miliar)
Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar
52,24% dari total kredit yang disalurkan. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat
sebesar 32,75%, kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 15,01%.
Mendominasinya share kredit konsumsi dibandingkan jenis kredit lainnya searah dengan
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang terutama didorong oleh aktivitas konsumsi.
Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian
besar ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar
29,62% dari total kredit. Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, sampai dengan
triwulan laporan, bank umum pemerintah mendominasi penyaluran kredit dibandingkan
dengan bank umum swasta nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan
Rp10.329 miliar atau mencapai pangsa pasar 70,61% sedangkan sisanya disalurkan oleh
kelompok bank swasta sebesar Rp4.298 miliar dengan pangsa pasar 29,39% dari total
kredit.
Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%)
Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado
Grafik 3.13. Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
gModal Kerja (%) gInvestasi (%)
gKonsumsi (%) gTotal Kredit (%)
- 2,000 4,000 6,000 8,000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
2011
Investasi
Modal Kerja
Konsumsi
56.82%29.62%
3.44% 3.10% 7.01%
Lainnya (Konsumsi)
Perdagangan, Hotel & Restoran
Konstruksi
Jasa Dunia Usaha
Sektor Lainnya
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Bank Swasta Bank Pemerintah
Sumber: Bank Indonesia Manado
50
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp14.627 miliar, tercatat
65,64% atau sebesar Rp9.602 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya diikuti
oleh Kabupaten Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 12,47% (Rp1.825 miliar),
Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 9,68% (Rp1.416 miliar), Kota Bitung sebesar
6,15% (Rp.899 miliar) dan Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 6,06% (Rp.886 miliar).
Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi
dialami Kota Manado sebesar 25,18% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kabupaten
Bolmong 16,84% (yoy). Sementara itu Kota Bitung, Kabupaten Sangihe Talaud dan
Kabupaten Minahasa dan masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 20,10% (yoy),
20,04% (yoy) dan 18,88% (yoy).
3.3.4. Kredit MKM
Pertumbuhan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) yang disalurkan oleh bank umum
konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan. Hal ini mencerminkan
keberpihakan perbankan terhadap UMKM. Sampai dengan triwulan III-2011, posisi kredit
MKM tercatat Rp12.535 miliar atau tumbuh 26,29% (yoy). Jika dilihat berdasarkan
skalanya, kredit kecil (di atas Rp50 juta namun di bawah Rp500 juta) memiliki pangsa
terbesar yakni 63,39%, kredit menengah (di atas Rp500 juta namun di bawah Rp5 miliar)
pangsanya mencapai 26,42%, dan sisanya 10,19% merupakan kredit mikro (di bawah
Rp50 juta).
Sementara itu, jika dilihat tren pertumbuhan laju kredit MKM pada grafik 3.16, nampak
bahwa pada triwulan I-2011, persentase pertumbuhan kredit MKM mengalami penurunan
Grafik 3.15.
Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
Grafik 3.14. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sumber: Bank Indonesia Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Sangihe Talaud Bitung Bolmong Minahasa Manado
- 5 10 15 20 25 30
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
BitungQ3 2010
Q2 2011
Q3 2011
Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado
51
yang cukup signifikan. Penurunan pertumbuhan kredit MKM disebabkan oleh perubahan
definisi kredit MKM dari Bank Indonesia yang mulai diimplementasikan oleh bank pelapor
melalui Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) pada pertengahan tahun 2009. Sebelum
adanya perubahan definisi kredit ini, bank pelapor masih memasukkan data kredit konsumsi
kedalam komponen kredit MKM. Dalam masa transisi, beberapa bank pelapor telah
menghilangkan kredit konsumsi dari komponen kredit MKM sehingga jika dilakukan
perbandingan dengan data sebelumnya akan menghasilkan penurunan laju pertumbuhan.
Namun demikian pada triwulan III-2011, laju pertumbuhan kredit MKM sudah mulai
menunjukkan adanya tren peningkatan dari 24,97% (yoy) pada triwulan II-2011 menjadi
26,29% (yoy) pada triwulan III-2011.
Jika melihat pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan
pada triwulan III-2011, pangsa kredit MKM tercatat 85,70%, lebih tinggi dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 83,38% (yoy). Kenaikan pangsa kredit MKM
ditopang oleh semakin membaiknya kualitas kredit yang disalurkan tercermin dari rasio Non
Performing Loan (NPL) sebesar 3,23% pada akhir triwulan III-2011.
Grafik 3.16. Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit (%)
Grafik 3.18. Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)
Grafik 3.17. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)
Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Kredit Umum Kredit UMKM
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Mikro Kecil Menengah - 50 100 150 200
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
2011
Menengah
Kecil
Mikro
52
3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs)
relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas ketentuan BI yaitu 5%. Sementara itu,
aspek penyerapan dana yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level
sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar
terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi.
Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, NIM, ROA dan BOPO)
menunjukkan perkembangan yang positif.
3.4.1 Risiko Kredit
Pada triwulan III-2011 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang
tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPLs) dan konsentrasi kredit secara
keseluruhan. Ratio NPLs (bruto) tetap terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia (5%) tercatat sebesar 3.54%. Dengan nilai NPLs yang relatif terjaga maka
terdapat peluang untuk terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit, terutama pada
sektor-sektor yang produktif. Lebih lanjut, terdapat penurunan NPLs pada hampir semua
sektor ekonomi terutama pada sektor pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-upaya
perbankan dalam perbaikan kualitas kredit. Selain itu, perbaikan kualitas kredit pertanian
pada triwulan laporan diperkirakan merupakan dampak membaiknya kemampuan debitur
dalam mengembalikan pinjamannya seiring dengan naiknya harga beberapa komoditi
perkebunan seperti cengkih, kopra dan pala.
Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat
terlihat bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang
relatif rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi) dengan pangsa mencapai 56,82% dari total
kredit memiliki tingkat NPL sebesar 2,02%.
Grafik 3.19. Kredit & NPLs Sektoral Tw. III-2011
Keterangan : 1 = Pertanian 2 = Pertambangan 3 = Industri 4 = Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 = Konstruksi 6 = PHR 7 = Transportasi&Komunikasi 8 = Jasa-jasa 9 = Lainnya (Konsumsi)
Sumber: Bank Indonesia Manado
0.00
4.00
8.00
12.00
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kredit (Rp miliar)
NPL (%)
53
3.4.2 Risiko Likuiditas
Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber
dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada
triwulan laporan cukup terkendali, walaupun perlu terus mendapat perhatian.
Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu sumber pembiayaannya, Dana Pihak Ketiga
(DPK) di Sulawesi Utara cenderung didominasi oleh dana-dana jangka pendek (tabungan)
yang berpotensi menciptakan maturity mismatch karena kredit yang disalurkan perbankan
jangka waktunya relatif lebih panjang daripada penempatan dana masyarakat. Kondisi ini
perlu dikelola dengan baik oleh perbankan, dimana perbankan dituntut untuk mampu
memproyeksikan profil DPK yang dimiliki.
Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan tercatat 110%,
meningkat dari posisinya di periode yang sama tahun lalu sebesar 107,11%. Perlu digaris
bawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan
dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya
rasio LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan DPK yang berhasil dihimpun bank.
Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR
terendah dialami oleh Kota Manado sebesar
101,31%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh
Kabupaten Minahasa sebesar 169,30%, disusul
kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Bolaang
Mongondow sebesar 134,28%, Kabupaten Sangihe
Talaud sebesar 110,48%, dan Kota Bitung sebesar
101,40%. Tingginya rasio LDR di wilayah-wilayah
tersebut mengindikasikan bahwa wilayah tersebut
merupakan kawasan yang sedang berkembang dan
membutuhkan banyak kucuran dana, yang
diantaranya diperoleh dari penyaluran kredit oleh perbankan di wilayah tersebut.
3.4.3 Risiko Pasar
Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin
dari rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga. Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI
Rate) yang cenderung tetap, menyebabkan pergerakan suku bunga perbankan di Sulut pun
Grafik 3.20.
Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota
Sumber: Bank Indonesia Manado
- 50 100 150 200
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
Bitung Q3 2010
Q2 2011
Q3 2011
54
Sumber: Bank Indonesia Manado
bergerak dalam batasan yang relatif kecil. Sementara itu, volatilitas kurs diperkirakan tidak
akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena minimnya
transaksi valuta asing di perbankan Sulawesi Utara.
3.4.4 Indikator perbankan lainnya
Rasio Kelonggaran Tarik Kredit
Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank
umum pada triwulan III-2011 memperlihatkan
adanya kecenderungan peningkatan. Tercatat rasio
kelonggaran tarik pada September 2011 sebesar
3,34%, mengalami kenaikan dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 2,62%.
Kondisi ini mencerminkan bertambahnya jumlah
kredit yang tidak dicairkan oleh nasabah, sehingga
risiko idle money pada perbankan Sulawesi Utara
meningkat.
Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai
salah satu indikator penilaian terkait kemampuan
bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan
neraca konsolidasi bank umum di Sulut, saldo
bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya
bunga atau yang biasa disebut Net Interest
Margin (NIM) pada triwulan laporan
menunjukkan angka yang positif sebesar Rp1.279
miliar, mengalami penurunan bila dibandingkan
periode yang sama tahun lalu yang tercatat
Rp1.585 miliar.
Rasio BOPO
Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kinerja bank yang belum optimal dan efisien.
Sampai dengan triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan menurun yang
Grafik 3.22. Net Interest Margin Bank Umum
(Rp Miliar)
Grafik 3.21. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
Sumber: Bank Indonesia Manado
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Plafond 10,1 10,6 11,0 11,7 13,1 13,6 14,0 14,9 15,4 16,3 17,2
Outstanding 9,09 9,62 10,0 10,4 10,8 11,4 11,9 12,6 12,9 13,9 14,6
Rasio UL (%) 6.20 5.50 5.38 6.31 2.32 2.15 2.62 2.50 2.62 2.43 3.34
-
1
2
3
4
5
6
7
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
%Rp Miliar
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Pend.Bunga 363 748 1,15 1,58 490 1,00 2,01 2,09 576 1,15 1,78
Biaya Bunga 78 235 348 456 134 276 426 589 162 332 503
NIM 285 513 805 1,12 356 730 1,58 1,50 414 827 1,27
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
55
Grafik 3.24. Return On Asset Bank Umum
Grafik 3.23.
Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum
tercermin dari peningkatan rasio BOPO bank umum dari 71,46% pada triwulan yang sama
tahun sebelumnya menjadi 85,79% pada triwulan laporan. Hal ini dapat diartikan bahwa
bank masih belum efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk
menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan III-2011, rasio
ROA bank umum tercatat sebesar 2,01%, mengalami penurunan bila dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,20%. Kondisi ini mencerminkan
sedikit menurunnya kinerja perbankan dalam menghasilkan return dari asset yang
dikelolanya pada triwulan laporan.
3.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan
mengalami pertumbuhan positif. Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai
dengan posisi September 2011 meningkat sebesar 20,46% (yoy), sejalan dengan
pertumbuhan kredit sebesar 48,16%. Sementara itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan
sebesar 33,13% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to Deposit
Ratio (FDR) meningkat dari 208,33% pada triwulan III-2010 menjadi sebesar 231,85%
pada triwulan III-2011. Kedepan, diperlukan upaya penguatan inovasi produk dan
infrastruktur industri serta penguatan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan
kinerja perbankan syariah.
Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
BO 322 683 997 1,32 377 847 1,20 1,62 421 921 1,66
PO 423 880 1,35 1,85 538 1,09 1,68 2,29 632 1,27 1,93
Rasio 76.0 77.6 73.4 71.5 70.0 77.0 71.4 70.5 66.6 72.0 85.7
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500 %Rp Miliar
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Aset (Rp Juta) - Left Axis 13,63514,23514,86014,76915,11415,92816,69517,50417,98419,20220,782
L/R (Rp Juta) - Right Axis 134 253 459 428 167 313 534 527 212 423 418
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
56
Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)
Sumber: Bank Indonesia Manado
3.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan
positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Aset BPR pada September
2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 68,43% (yoy), menjadi Rp563,1 miliar.
Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit
tercatat 70,22% atau mencapai Rp420,1 miliar. Secara sektoral, kredit terutama disalurkan
pada sektor lain-lain (konsumsi) dengan pangsa 78,32% dan sektor PHR dengan pangsa
11,78%. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit yang disalurkan BPR
merupakan kredit konsumsi dengan pangsa mencapai 73,03% dari total kredit. Hal ini
diperkirakan tidak lepas dari kegiatan konsumsi masih menjadi lokomotif pertumbuhan
Tabel 3.3. Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar)
Sumber: Bank Indonesia Manado
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Asset 129.31 142.58 149.30 161.37 165.76 199.25 288.12 304.69 331.31 330.49 347.06
DPK 155.29 167.43 164.40 94.68 83.20 90.29 104.37 125.46 128.38 133.03 138.95
Giro 11.94 13.78 14.80 13.71 7.89 9.10 11.85 13.81 13.12 12.14 12.76
Tabungan 91.70 101.52 98.27 61.22 50.51 59.52 67.33 79.98 76.95 86.02 90.31
Deposito 51.65 52.12 51.33 19.76 24.80 21.68 25.20 31.67 38.30 34.87 35.88
Kredit 120.94 134.27 139.50 145.25 150.07 185.92 217.44 240.06 246.04 285.07 322.15
Investasi 114.90 127.07 129.54 133.15 135.83 170.57 199.82 215.85 217.87 243.62 248.81
Modal Kerja 2.41 2.74 2.73 2.84 2.99 3.33 3.55 3.60 3.62 3.96 5.71
Konsumsi 3.63 4.45 7.23 9.26 11.25 12.02 14.07 20.61 24.55 37.49 67.63
FDR (%) 77.88 80.19 84.85 153.41 180.37 205.91 208.33 191.35 191.65 214.29 231.85
20112009 2010
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Aset 207.9 220.4 237.8 241.1 272.0 301.9 334.3 402.0 430.6 496.2 563.1
DPK 153.0 160.3 171.5 170.9 192.8 221.8 255.0 281.8 308.4 348.5 395.0
Deposito 108.8 113.1 120.3 119.7 135.7 155.2 189.7 207.0 236.5 267.9 318.6
Tabungan 44.2 47.2 51.2 51.3 57.0 66.7 65.4 74.8 71.9 80.6 76.4
Kredit 163.7 181.5 195.6 202.7 212.3 230.3 246.8 288.3 322.5 383.6 420.1
Jenis Penggunaan
Modal Kerja 39.6 45.7 51.0 54.4 56.4 63.3 74.1 81.9 104.4 92.4 100.1
Investasi 14.5 13.5 13.4 13.5 13.1 14.1 12.3 10.9 15.7 14.1 13.2
Konsumsi 109.5 122.3 131.2 134.8 142.8 152.9 160.5 195.5 202.4 277.1 306.8
Sektoral
Pertanian 3.1 3.2 3.9 4.4 4.8 4.5 4.8 4.4 4.5 4.7 5.6
Perindustrian 0.5 0.6 0.5 0.6 0.6 0.7 0.9 3.9 5.4 3.6 2.8
PHR 28.1 28.2 31.6 31.7 34.1 37.8 41.4 43.8 41.8 46.2 49.5
Jasa-jasa 14.3 15.1 18.1 16.2 18.6 18.5 20.5 18.7 53.6 33.6 33.2
Lain-lain 117.7 134.4 141.5 149.8 154.2 168.6 179.2 217.5 217.2 295.4 329.0
LDR (Persen) 107.0 113.2 114.0 118.6 110.1 103.8 96.8 102.3 104.6 110.1 106.3
NPL (Persen) 3.5 3.2 3.3 2.9 3.4 3.8 4.4 4.2 4.7 3.8 4.2
Komponen2009 2010 2011
57
ekonomi daerah disamping meningkatnya aktivitas ekonomi khususnya di sektor konsumsi
yang didorong oleh kenaikan pendapatan sebagian besar masyarakat di Sulawesi Utara.
Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar
54,89%(yoy) dengan jumlah nominal sebesar Rp395 miliar. Berdasarkan komponen
pembentuknya, deposito masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 80,66%.
Pertumbuhan DPK BPR jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK
bank umum. Hal ini diduga terkait dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga
simpanan di BPR dibandingkan suku bunga perbankan. Melihat kondisi tersebut, diperlukan
perhatian lebih pada penataan ulang efisiensi BPR, terutama bagaimana dapat menekan
suku bunga pinjaman yang saat ini berada pada tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya
suku bunga sumber dana pembiayaan BPR.
Fungsi intermediasi pada BPR juga menunjukkan adanya peningkatan, hal ini tercermin dari
kenaikan rasio LDR dari 96,80% pada triwulan III-2010 menjadi 106,3% pada triwulan
laporan. Sementara itu, kualitas kredit BPR juga mengalami perbaikan seperti ditunjukkan
oleh tren penurunan persentase kredit bermasalah (NPL gross) dari 4,4% pada triwulan III-
2010 menjadi 4,2% pada triwulan III-2011.
59
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen untuk mengatur
pengeluaran dan pendapatan pemerintah daerah dalam rangka membiayai pelaksanaan
kegiatan pemerintahan dan pembangunan, meningkatkan output, mencapai pertumbuhan
dan stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara
umum. Selain itu, APBD merupakan kebijakan operasional yang menjadi turunan dari
strategi pembangunan pemerintah daerah yang telah ditetapkan, sehingga dapat terlihat
arah keberpihakan pemerintah daerah. APBD seharusnya menggambarkan angka-angka
ekonomis yang mencerminkan kebutuhan masyarakat untuk memecahkan masalah dan
meningkatkan kesejahteraannya. Pada hakikatnya anggaran daerah merupakan alat untuk
meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.
Pembahasan dan analisa kinerja APBD dalam laporan ini meliputi perkembangan kinerja
anggaran pemerintah daerah di tingkat Provinsi, sedangkan kinerja anggaran untuk 15
Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Utara belum dapat tersajikan dalam laporan karena
terkendala oleh keterbatasan data yang diperoleh.
Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2011 khususnya
Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU) mencapai Rp5,67 Triliun atau
naik 12,05% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen penyusunnya,
kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari DAU yang naik 10,72%
(yoy), mencapai Rp4,96 triliun. Sejalan dengan itu, DAK juga mengalami peningkatan
1,33% (yoy) atau mencapai Rp709,18 miliar pada periode laporan.
Tabel 4.1.
Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara
Dana Alokasi Umum (DAU) 3,071,594 3,427,845 4,059,322 4,431,419 4,963,779
Dana Alokasi Khusus (DAK) 501,621 673,556 887,196 699,748 709,185
TOTAL 3,573,215 4,101,401 4,946,518 5,131,167 5,672,964
Dana 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
60
4.1. Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
4.1.1 Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) dari pemerintah pusat bagi Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara Tahun
2011 meningkat sebesar 12,05% dibandingkan dengan Tahun 2010. Secara agregat,
jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di
Sulawesi Utara mencapai Rp5,67 triliun. Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi
di Tahun 2011 mengalami peningkatan alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu.
Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun
2011, Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan alokasi terbesar yakni Rp648,99 miliar dengan
pangsa 11,44%. Berikutnya adalah Kota Manado sebesar Rp525,41 miliar dengan pangsa
9,26% dari total anggaran, Kabupaten Minahasa sebesar Rp.460,14 miliar dengan pangsa
8,11% dan Kabupaten Sangihe sebesar Rp382,78 miliar dengan pangsa 6,75%. Alokasi
dana terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa
4,21% dari total dana perimbangan atau sebesar Rp238,56 milliar.
Tabel 4.2. Dana Perimbangan ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara
Sumber : BAPPEDA Sulut, diolah
2010 2011 2010 2011Sulawesi Utara 17,439 29,288 558,635 619,711 Bolaang Mongondow 42,412 52,681 295,800 320,510 Minahasa 41,869 50,652 374,744 409,491 Sangihe 56,607 60,702 286,315 322,079 Bitung 25,800 28,000 274,296 304,672 Manado 28,014 42,959 420,481 482,454 Kepualuan Talaud 45,112 45,301 256,908 278,873 Minahasa Selatan 44,944 43,241 289,949 331,072 Tomohon 20,799 34,560 219,721 247,394 Minahasa Utara 39,959 47,726 266,587 307,575 Kotamobagu 45,704 27,514 201,553 223,190 Bolaang Mongondow Utara 43,760 45,454 208,127 228,525 Kepualuan Sitaro 40,859 46,520 222,678 256,258 Minahasa Tenggara 35,234 44,095 220,929 254,096 Bolmong Timur 53,204 56,185 161,164 182,376 Bolmong Selatan 46,889 54,309 176,192 195,503 TOTAL 628,605 709,185 4,434,079 4,963,779
DAKDaerah
DAU
61
11.38%
6.68%
8.23%
6.77%
5.93%
8.86%5.97%
6.61%4.75%
6.06%
4.88%
4.98%
5.21%
5.06%
4.23%4.41%
Provinsi Bolmong
Minahasa Sangihe
Bitung Manado
Kep. Talaud Minsel
Tomohon Minut
Kotamobagu Bolmut
Kep. Sitaro Minteng
Boltim Bolsel
11.44%
6.58%
8.11%
6.75%
5.86%
9.26%5.71%
6.60%4.97%
6.26%
4.42%
4.83%
5.34%
5.26%
4.21%4.40%
Provinsi Bolmong
Minahasa Sangihe
Bitung Manado
Kep. Talaud Minsel
Tomohon Minut
Kotamobagu Bolmut
Kep. Sitaro Minteng
Boltim Bolsel
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
DAU
DAK
Dana Perimbangan
Berdasarkan komponennya, alokasi dana perimbangan di masing – masing kabupaten/kota
di Sulawesi Utara pada APBD Tahun 2011 sebagian besar berasal dari Dana Alokasi Umum
dengan pangsa mencapai 87,50%.
4.1.2. Struktur Belanja (Alokasi Dana Perimbangan)
Struktur Belanja Pemerintah Daerah di Provinsi Sulawesi Utara secara umum didominasi oleh
belanja tidak langsung (belanja pegawai) tercermin dari Rasio APBD 2011 Belanja Tidak
Langsung yang rata-rata berada diatas 30%. Rasio terbesar terjadi pada Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur (Boltim) tercatat 70,29% sedangkan rasio terendah terjadi pada
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) tercatat 33,22%.
Grafik 4.1. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2010
Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011
Grafik 4.3. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah
Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah
62
Tingginya Rasio APBD 2011 Belanja Tidak Langsung mencerminkan bahwa kinerja belanja
APBD masih didorong pembelanjaan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) seiring dengan semakin
meningkatnya jumlah PNS di Sulut. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
sektor konsumsi semakin dominan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Sulut. Untuk
menggiatkan kinerja kegiatan produktif perlu didukung oleh aktivitas belanja modal dan
belanja tidak langsung.
Daerah DAU
(Rp miliar)
Belanja Tidak
Langsung
(Rp miliar)
Rasio APBD
Belanja Tdk
Langsung (%)
Jumlah
PNS
(Orang)
Prov. Sulut 619,70 689,40 53,12 6.115
Manado 482,45 514,40 64,10 8.760
Bitung 304,67 277,50 66,73 4.445
Tomohon 247,39 191,20 55,23 3.287
Minahasa 409,49 411,22 70,25 7.167
Minsel 331,07 265,68 65,02 6.300
Minut 307,57 260,08 59,28 4.330
Mitra 254,09 217,03 53,42 2.612
Bolmong 320,51 273,20 56,70 5.067
Kotamobagu 223,19 171,70 51,22 2.808
Bolmut 228,52 127,70 33,22 1.593
Boltim 182,37 244,24 70,29 1.300
Bolsel 195,50 118,55 40,44 1.235
Sangihe 322,07 318,42 69,71 5.125
Sitaro 256,09 170,52 40,24 3.112
Talaud 278,87 229,55 59,94 4.183
Jumlah 4.963,55 4.480,39 57,39 67.439
4.3. APBD di Tingkat Provinsi
4.2.1. Pendapatan Daerah di Tingkat Provinsi
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkatkan target pendapatan secara umum. Hal ini
tercermin dari peningkatan target pendapatan pada APBD P 2011 dibandingkan APBD P
2010 dan APBD 2011 (sebelum perubahan). Peningkatan terutama berasal dari
meningkatnya anggaran alokasi transfer pemerintah pusat ke daerah (dana perimbangan).
Sampai dengan periode laporan, total target dana perimbangan mencapai Rp722,36 miliar,
mengalami peningkatan 8,37% dibandingkan tahun lalu atau mengalami peningkatan 3%
dibandingkan target APBD 2011 (sebelum perubahan). Peningkatan ini sejalan dengan
Tabel 4.4. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011
Sumber : Biro Keuangan Prov. Sulut
63
Tabel 4.3. Ringkasan Perubahan APBD tahun 2011
komitmen pemerintah pusat untuk meningkatkan kapasitas daerah serta mengurangi
kesenjangan publik.
Sejalan dengan itu, Pemerintah Provinsi Sulawesi
Utara juga meningkatkan target Pendapatan Asli
Daerah (PAD) menjadi Rp516 miliar pada APBD P
2011, meningkat 47,44% dibandingkan tahun lalu
atau meningkat 14% dibandingkan dengan target
PAD pada APBD 2011 (sebelum perubahan). Hal ini
merupakan komitmen Pemerintah Provinsi Sulut
dalam mengurangi ketergantungan Pemerintah
Provinsi terhadap Pemerintah Pusat mengingat
masih besarnya rasio dana perimbangan
dibandingkan total pendapatan Provinsi Sulut yang
menandakan kegiatan ekonomi dan sosial
masyarakat Sulawesi Utara sebagian besar masih
digerakkan oleh dana yang berasal dari pemerintah pusat (grafik 4.3). Namun demikian,
proporsi Dana Perimbangan terhadap Total Pendapatan Provinsi menunjukkan tren
penurunan selama 5 (lima) tahun terakhir hingga tercatat sebesar 54% pada tahun 2011.
Grafik 4.3. Komposisi Pendapatan Daerah Prov. Sulawesi Utara
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
2007 2008 2009 2010 2011
Dana Perimbangan
PAD
Proporsi Dana Perimbangan thd Total Pendapatan Provinsi
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
I Pendapatan 1,339,429 1,259,702 6%
Pendapatan Asli Daerah 516,085 451,755 14%
Dana Perimbangan 722,359 703,999 3%
Lain-lain PAD yang Sah 100,985 103,947 -3%
II Belanja 1,443,703 1,297,908 11%
Belanja Tidak Langsung 715,513 689,406 4%
• Belanja Pegawai 424,083 420,523 1%
• Belanja Hibah 43,783 35,383 24%
• Belanja Bantuan Sosial 39,720 45,720 -13%
• Belanja Bagi Hasil 205,147 172,000 19%
• Belanja Bantuan Keuangan 1,280 5,780 -78%
• Belanja Tidak Terduga 1,500 10,000 -85%
Belanja Langsung 728,189 608,503 20%
• Belanja Pegawai 60,999 55,793 9%
• Belanja Barang dan Jasa 397,869 329,125 21%
• Belanja Modal 269,321 223,584 20%
III Surplus/(Defisit) (104,273) (38,207) 173%
IV Pembiayaan 104,273 38,207 173%
No UraianAPBD-P 2011
(Rp Juta)
APBD 2011
(Rp Juta)
Bertambah/
(Berkurang)
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
64
Tabel 4.4. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2011
Sementara itu, tingkat realisasi pendapatan sampai dengan triwulan III 2011 lebih rendah
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sampai dengan triwulan laporan
tingkat pendapatan secara umum baru terealisasi 76,4% dari total target pendapatan atau
lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun lalu yang tercatat sebesar 85,2%.
Apabila dilihat berdasarkan komponennya, pencapaian terbesar terjadi pada Dana
Perimbangan dengan tingkat pencapaian sampai dengan triwulan III 2011 sebesar 80,1%.
Realisasi dana perimbangan terutama bersumber pada Dana Alokasi Umum (DAU) dengan
proporsi 85,8% Selanjutnya tingkat realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Lain-lain
PAD yang sah tercatat masing-masing sebesar 72,5% dan 70,2%. Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Provinsi Sulawesi Utara sampai dengan triwulan III 2011 masih didominasi oleh
pendapatan yang bersumber dari pajak daerah dengan proporsi 90.6%.
4.2.2. Belanja Daerah di Tingkat Provinsi
Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi
belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,44 triliun atau meningkat 32,02% dari
tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini tidak diikuti dengan
peningkatan realisasinya.
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Nominal % Nominal %
PENDAPATAN 1,066,545 100.0 908,495 85.2 1,339,429 100.0 1,023,876 76.4
Pendapatan Asli Daerah 350,031 32.8 306,971 87.7 516,085 38.5 374,352 72.5
- Pajak Daerah 311,927 60.4 268,632 86.1 467,523 90.6 353,203 75.5
- Retribusi Daerah 11,589 2.2 8,193 70.7 6,591 1.3 4,607 69.9
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 16,500 3.2 13,554 82.1 23,000 4.5 0 0.0
- Lain-lain 10,015 1.9 16,592 165.7 18,970 3.7 16,542 87.2
Dana Perimbangan 666,514 62.5 526,589 79.0 722,359 53.9 578,679 80.1
- Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil
Bukan Pajak (SDA)55,000 8 47,858 151 73,360 10.2 40,287
54.9
- Dana Alokasi Umum 558,635 77.3 465,651 83.4 619,711 85.8 516,426 83.3
- Dana Alokasi Khusus 52,879 7.3 13,079 24.7 29,288 4.1 21,966 75.0
Lain-lain Pendapatan yang Sah 50,000 4.7 74,936 149.9 100,985 7.5 70,845 70.2
Realisasi APBD
UraianAPBD 2010
(Rp Juta)
Proporsi
APBD 2010
(%)
Realisasi APBDAPBD-P 2011
(Rp Juta)
Proporsi
APBD-P
2011
(%)
65
Tabel 4.5. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2011
Total belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD-P 2011 adalah sebesar Rp1,44 triliun,
mengalami peningkatan dibandingkan total belanja pada APBD 2010 yang tercatat sebesar
Rp1,09 triliun. Namun, peningkatan pada alokasi anggaran belanja ini tidak diikuti dengan
peningkatan realisasinya. Sampai dengan triwulan III-2011 realisasi belanja tercatat sebesar
51,9% dari total anggaran atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama
tahun sebelumnya tercatat 67,3% dari total anggaran.
Menurut komponen pembentuknya, belanja Provinsi terdiri atas belanja langsung dan tidak
langsung dengan pangsa masing-masing 49,6% dan 50,4%. Belanja tidak langsung
didominasi oleh belanja pegawai dengan pangsa 59,3% atau mencapai Rp424,08 miliar,
sisanya merupakan belanja hibah (6,1%), belanja bantuan sosial (5,6%), belanja bagi hasil
(28,7%), belanja bantuan keuangan (0,2%), dan belanja tidak terduga (0,2%). Sementara
itu belanja langsung didominasi oleh belanja barang dan jasa dengan pangsa 54,6%,
sisanya merupakan belanja modal (37%) dan belanja pegawai (8,4%). Komposisi tersebut
mengkonfirmasi data pertumbuhan ekonomi Sulut yang terutama didorong oleh sektor
konsumsi.
Sementara itu, tingkat realisasi belanja modal pada triwulan laporan menunjukkan
peningkatan dari 36,3% pada triwulan II-2010 menjadi 43,5% pada triwulan laporan.
Peningkatan belanja modal ini sejalan dengan realisasi proyek fisik pemerintah seperti
pembangunan/perbaikan jalan, irigasi dan lainnya yang telah berjalan.
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Nominal % Nominal %
BELANJA 1,093,545 100.0 736,000 67.3 1,443,703 100.0 749,793 51.9
Belanja Tidak Langsung 607,711 55.6 464,096 76.4 715,513 49.6 416,039 58.1
• Belanja Pegawai 355,711 58.5 247,155 69.5 424,083 59.3 280,090 66.0
• Belanja Hibah 63,500 10.4 108,498 170.9 43,783 6.1 16,642 38.0
• Belanja Bantuan Sosial 45,000 7.4 29,951 66.6 39,720 5.6 17,350 43.7
• Belanja Bagi Hasil 132,000 21.7 74,086 56.1 205,147 28.7 101,192 49.3
• Belanja Bantuan Keuangan 4,000 0.7 4,000 100.0 1,280 0.2 265 20.7
• Belanja Tidak Terduga 7,500 1.2 405 5.4 1,500 0.2 500 33.3
Belanja Langsung 485,834 44.4 271,905 56.0 728,189 50.4 333,754 45.8
• Belanja Pegawai 46,677 9.6 27,336 58.6 60,999 8.4 28,762 47.2
• Belanja Barang dan Jasa 231,236 47.6 169,153 73.2 397,869 54.6 187,883 47.2
• Belanja Modal 207,921 42.8 75,416 36.3 269,321 37.0 117,109 43.5
Realisasi APBD Uraian
APBD 2010
(Rp Juta)
Proporsi
APBD 2010
Realisasi APBD APBD -P 2011
(Rp Juta)
Proporsi
APBD
66
Tabel 4.6. Rekapitulasi Proyek Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
No Instansi Jumlah Paket
Nilai Paket (Rp) Nilai Total Paket
(Rp)
A. Pemerintah Provinsi Sulut 67 - 30.316.178.660 1. Badan Perpustakaan 1 940.000.000
2. Dinas PU 26 4.241.000.000
3. Dinas Pertanian & Peternakan 6 3.763.500.000 4. Dinas Kelautan & Perikanan 11 8.702.829.000
5. Dinas Kesejahteraan Sosial 6 3.219.110.000
6. DPRD 2 1.557.598.000 7. Dinas Perhubungan 5 1.555.000.000
8. Inspektorat 1 300.000.000
9. Dinas Perkebunan 4 4.088.986.060 10. Dinas Kesehatan 4 1.696.405.400
11. Perbatasan 1 231.750.200
B. Kabupaten/Kota 387 - 357.079.064.890 1. Kota Bitung 39 28.190.710.000
2. Kab. Minahasa 3 6.105.000.000
3. Kab. Sitaro 128 84.501.683.965
4. Kab. Kep. Sangihe 20 13.142.349.700 5. Kab. Bolmong 17 9.477.745.260
6. Kota Manado 16 12.920.760.810
7. Kab. Kep. Talaud 1 20.582.566.500 8. Kab. Bolsel 54 67.367.024.000
9. Kab. Boltim 66 89.679.324.657
10. Kab. Mitra 33 21.000.000.000
11. Kab. Minsel 10 4.111.899.998
4.2.3. Pangsa APBD Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar
Realisasi konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar 6,89% terhadap PDRB harga
berlaku Provinsi Sulawesi Utara di triwulan III-2011. Kontribusi di tingkat kabupaten dan
kota relatif sulit untuk diperoleh sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki.
Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar
sampai dengan posisi 30 September 2011 berada pada kondisi kontraksi yang berarti
jumlah pendapatan pemerintah lebih besar dibandingkan jumlah pengeluaran (belanja
pemerintah).
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
67
Tabel 4.7. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil s.d. 30 September 2011
PENDAPATAN 1,632,995 15.00
Pendapatan Asli Daerah 374,352 3.44
- Pajak Daerah 353,203 3.24
- Retribusi Daerah 4,607 0.04
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 0 -
- Lain-lain 16,542 0.15
Dana Perimbangan 842,604 7.74 - Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil
Bukan Pajak (SDA)859,147 7.89
- Dana Alokasi Umum 516,426 4.74
- Dana Alokasi Khusus 21,966 0.20
Lain-lain Pendapatan yang Sah 70,845 0.65
BELANJA 749,793 6.89
Belanja Tidak Langsung 416,039 3.82
• Belanja Pegawai 280,090 2.57
• Belanja Hibah 16,642 0.15
• Belanja Bantuan Sosial 17,350 0.16
• Belanja Bagi Hasil 101,192 0.93
• Belanja Bantuan Keuangan 265 0.00
• Belanja Tidak Terduga 500 0.00
Belanja Langsung 333,754 3.07
• Belanja Pegawai 28,762 0.26
• Belanja Barang dan Jasa 187,883 1.73
• Belanja Modal 117,109 1.08
UraianRealisasi APBD
Tw.III-2011% thd PDRB
1
Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah
69
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari
satu pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun
Real Time Gross Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
nasional baik tunai maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang
Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang
Republik Indonesia No.6 tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat
memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis
pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy).
Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk
menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap
memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai representasi Bank Indonesia di
daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai di
Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Manado.
Pada triwulan III-2011, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai di Sulawesi Utara
menunjukkan peningkatan. Transaksi pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross
Settlement (BI-RTGS), untuk wilayah Sulawesi Utara, baik secara nominal maupun nominal
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan itu, transaksi dan volume
pembayaran melalui kliring di wilayah Sulawesi juga mengalami peningkatan. Selanjutnya
aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia
Manado pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya.
5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow)
Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan III-2011 di wilayah kerja KBI Manado
menunjukkan terjadinya net outflow. KBI Manado mengalami net outflow sebesar Rp252
70
miliar, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami net inflow sebesar
Rp183 miliar.
Aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia
Manado pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Hal ini tercermin pada peningkatan jumlah uang kartal yang dikeluarkan
Kantor Bank Indonesia Manado (outflow), yakni dari Rp799 miliar pada triwulan III-2010
menjadi Rp1.240 miliar pada triwulan laporan. Sejalan dengan hal tersebut, aliran uang
kartal yang masuk dari masyarakat dan perbankan ke Kantor Bank Indonesia Manado
(inflow) pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun sebelumnya maupun triwulan lalu. Secara nominal, jumlah uang
kartal yang masuk ke KBI Manado adalah sebesar Rp989 miliar, mengalami peningkatan
105,28% (yoy) atau 202,37% (qtq). Secara total aliran uang kartal di KBI Manado masih
menunjukkan adanya net outflow Rp252 miliar dimana secara nominal uang kartal yang
keluar (Rp1.240 miliar) lebih besar dari uang kartal yang masuk (Rp989 miliar). Hal ini tidak
terlepas dari peningkatan konsumsi masyarakat sebagai pengaruh pola musiman perayaan
bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada periode laporan.
Secara bulanan, KBI Manado mengalami baik net outflow maupun net inflow selama
triwulan III-2011. Net outflow terjadi pada Juli dan Agustus 2011 masing-masing secara
berturut-turut sebesar Rp146,1 miliar dan Rp530,7 miliar. Selanjutnya pada September
2011 aliran kas mengalami net inflow yang tercatat sebesar Rp425,2 miliar.
Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Inflow (+) 613 160 122 235 617 303 482 383 750 327 989
Outflow (-) -18 -355 -235 -687 -0.77 -525 -799 -896 -155 -510 -1,240
Net Flow 595 -195 -113 -453 616 -222 -317 -513 595 -183 -252
(1,500)
(1,000)
(500)
-
500
1,000
1,500 miliar
71
5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar
Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Bank Indonesia Manado melaksanakan
kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan melakukan Pemberian
Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah lusuh/rusak. Proses
pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat
terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan.
Selama triwulan III-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 37,98%,
jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat
64,11%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan
laporan adalah sebesar Rp376 miliar. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik
dalam memperlakukan uang kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan
mencorat-coret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena faktor iklim
tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas.
Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow
5.1.3. Perkembangan Kas Titipan
Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank
Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan
khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia.
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Inflow 613 160 122 235 617 303 482 383 750 327 989
PTTB 53 78 490 209 261 297 309 474 326 329 376
Rasio 8.57 49.0 402. 89.1 42.3 97.8 64.1 123. 43.5 100. 37.9
-
40
80
120
160
200
240
280
320
360
400
440
-
200
400
600
800
1,000
1,200 % Miliar
72
Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado
bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.
Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo
(Rp. Miliar)
Kondisi aliran kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan III-2011 menunjukkan posisi net
inflow sebesar Rp214 miliar. Pada triwulan laporan jumlah kas titipan yang masuk (inflow)
di Gorontalo tercatat Rp553 miliar, sedangkan jumlah kas keluar (outflow) tercatat Rp339
miliar.
Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Tahuna (Rp. Miliar)
Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna, Kabupaten
Kepulauan Sangihe. Pada triwulan III-2011, kas titipan di Tahuna mengalami net inflow
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Inflow 621 542 645 629 672 547 726 649 779 739 553
Outflow -443 -611 -566 -673 -537 -586 -652 -716 -638 -773 339
Netflow 178 -69 80 -44 135 -39 74 -67 141 -34 214
-800
-600
-400
-200
0
200
400
600
800
.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010 2011
Inflow 57 27 40 108 40 39 24 20 77 29 35
Outflow -39 -78 -63 -111 -50 -97 -105 -131 -63 -71 29
Netflow 18 -51 -23 -3.49 -11 -58 -81 -110 14 -42 6
-150
-100
-50
0
50
100
150
73
sebesar Rp6 miliar, setelah mengalami net outflow sebesar Rp42 miliar pada triwulan
sebelumnya.
5.1.4. Penemuan Uang Palsu
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III-
2011 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Total
uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan III-
2011 tercatat sebanyak 126 lembar atau secara nominal tercatat sebesar Rp9,25 juta , lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 75 lembar atau secara
nominal Rp3,98 juta. Secara historis, pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan
selama dua tahun terakhir adalah uang kertas pecahan Rp100,000 dan Rp50,000 dengan
pangsa secara berturut-turut masing-masing sebesar 69,12% dan 20,48%.
Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi KBI Manado terus
berupaya menekan perkembangan peredaran uang palsu, diantaranya melalui sosialisasi
ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat. Kegiatan sosialisasi tidak
hanya dilakukan di Kantor Bank Indonesia, kalangan perbankan, di instansi-instansi
pemerintah daerah, akademisi dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat
perbelanjaan dan sentra perekonomian di kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat
pusat perbelanjaan juga sangat rentan terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena
tingginya tingkat perputaran uang yang digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu,
secara represif pihak Bank Indonesia juga menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian
Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan proses hukum. Peran serta aktif
masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk dapat membongkar
sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara
Tabel 5.2. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
- Rp100.000,- 14 - 94 35 12 21 73
- Rp50.000,- 19 3 10 8 8 32 32
- Rp20.000,- - - 2 6 5 6 14
- Rp10.000,- 1 - - - 1 16 7
- Rp5.000,- 3 - - - - - -
- Rp1.000,- - - - - - - -
Total 37 3 106 49 26 75 126
2011Pecahan
2010
74
5.2. Perkembangan Alat Pembayaran Non-Tunai
Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan
kebutuhan masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan
penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya
melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
5.2.1. Perkembangan Kliring (Tunai)
Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan III-2011 mengalami
peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 91.486 lembar dengan nilai
Rp2.167 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 10,41% (yoy) dibandingkan triwulan
yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang
dikliringkan selama periode laporan tercatat sebanyak 1.501 lembar dengan nilai sebesar
Rp35,55 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 14,12% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah
nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara
mengalami pertumbuhan positif yang berkelanjutan.
Tabel 5.3.
Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Perputaran Kliring
a. Lembar 75,799 80,399 82,862 89,523 80,909 86,567 91,486
b. Nominal (Rp miliar) 1,658 1,674 1,914 2,083 1,915 2,093 2,167
Rata-rata perputaran kliring per hari
a. Lembar 1,221 1,299 1,315 1,400 1,310 1,418 1,501
b. Nominal (Rp miliar) 26.73 27.08 30.39 32.52 31.01 34.31 35.55
Persentase rata-rata penolakan
a. Lembar (%) 1.02 2.16 1.72 1.33 1.78 1.71 1.57
b. Nominal (%) 1.01 2.44 1.54 1.82 1.99 2.23 1.40
KETERANGAN2010 2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan
tercatat 1,57% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami
penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat
1,72%.
75
5.2.2. RTGS (Real Time Gross Settlement)
Implementasi sistem BI-RTGS di Indonesia yang bermanfaat sebagai sarana penyelesaian
akhir transaksi pembayaran semakin menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal
ini dikarenakan BI-RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi
(seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian nominal
transaksi RTGS selama triwulan III-2011 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai
Rp3.007 miliar atau mengalami peningkatan nilai sebesar 10,28% (yoy). Sejalan dengan
jumlah nilainya yang mengalami peningkatan, volume RTGS pada triwulan laporan juga
mengalami kenaikan 6,21% (yoy) dari 5.858 transaksi di triwulan III-2010 menjadi 6.222
transaksi pada triwulan III-2011. Peningkatan transaksi RTGS pada triwulan laporan
diperkirakan merupakan salah satu dampak dari pembangunan perekonomian Sulawesi
Utara yang terus mengalami pertumbuhan.
Tabel 5.4. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement
Sumber : www.bi.go.id, diolah
Nilai Nilai Nilai
(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)
Jan 183 694 709 1,102 892 1,796
Feb 192 638 553 1,339 746 1,977
Mar 239 833 727 1,120 966 1,953
Tw I-2010 615 2,165 1,989 3,561 2,604 5,726
Apr 214 740 582 968 796 1,708
Mei 195 676 523 932 718 1,608
Jun 244 800 639 1,077 884 1,877
Tw II-2010 653 2,216 1,744 2,977 2,397 5,193
Jul 240 832 767 1,120 1,007 1,952
Agust 244 795 684 1,324 928 2,119
Sep 186 666 606 1,121 792 1,787
Tw III-2010 670 2,293 2,056 3,565 2,727 5,858
Oct 234 885 590 1,115 824 2,000
Nov 242 933 667 1,226 909 2,159
Dec 284 1,018 825 1,338 1,110 2,356
Tw IV-2010 761 2,836 2,082 3,679 2,843 6,515
Jan 226 887 673 1,085 899 1,972
Feb 220 826 583 1,063 803 1,889
Mar 251 981 760 1,366 1,011 2,347
Tw I-2011 697 2,694 2,016 3,514 2,712 6,208
Apr 241 745 456 1,012 698 1,757
Mei 229 870 639 1,034 868 1,904
Jun 257 861 709 1,219 966 2,080
Tw II-2011 727 2,476 1,804 3,265 2,531 5,741
Juli 234 875 684 1,201 918 2,076
Agustus 262 887 839 1,322 1,101 2,209
September 230 833 759 1,104 988 1,937
Tw III-2011 725 2,595 2,282 3,627 3,007 6,222
Pertumbuhan (YoY %) 8.19 13.17 10.97 1.74 10.28 6.21
Periode
FROM TO FROM + TO
Volume Volume Volume
77
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH &
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga terus menunjukkan perbaikan, hal tersebut
sesuai dengan perkembangan pertumbuhan perekonomian daerah yang semakin
meningkat. Hal ini ditunjukkan melalui Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang secara
konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir. Selain itu, penurunan
tingkat pengangguran juga terindikasi dari angka penggunaan tenaga kerja oleh dunia
usaha Sulawesi Utara yang mencatat angka positif. Angka yang diperoleh dari hasil Survei
Konsumen (SK) triwulan III-2011, menunjukkan masyarakat Sulawesi Utara masih optimis
terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan melalui indeks ketersediaan
lapangan kerja yang masih dalam level optimis.
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi
Utara juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh turunnya tingkat
kemiskinan yang didukung oleh kenaikan indeks penghasilan dan Nilai Tukar Petani (NTP).
6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
Berbagai indikator ketenagakerjaan pada triwulan III-2011 di Sulawesi Utara
mengindikasikan adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja. Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) mengalami peningkatan dari 63,31% pada Agustus 2010 menjadi
65,32% pada Agustus 2011. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terus
mengalami penurunan, pada Februari 2010 tercatat sebesar 9,61% turun menjadi 8,62%
pada Agustus 2011. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan jumlah lapangan kerja di
Sulawesi Utara. Namun demikian, TPT Sulawesi Utara masih lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan TPT nasional.
Halaman ini sengaja dikosongkan
78
Tabel 6.1.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 6.2. Pengangguran Terbuka Menurut Daerah
Agustus 2011
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Penduduk 15 Thn ke atas 1,685.5 1,694.1 1,710.9 1,637.4 1,651.0 1,659.8
Angkatan Kerja 1,077.2 1,051.1 1,074.3 1,036.6 1,068.4 1,084.2
Bekerja 962.6 940.2 961.6 936.9 970.2 990.7
Mencari Kerja 114.5 111.0 112.6 99.6 98.2 93.5
Bukan Angkatan Kerja 608.3 643.0 636.7 600.8 582.6 575.6
TPAK 63.91 62.0 62.79 63.31 64.71 65.32
TPT 10.63 10.56 10.48 9.61 9.19 8.62
A ug-11A ug-10 F eb-11F eb-09 A gs-09 F eb-10
Berdasarkan lokasinya, dari total pengangguran terbuka pada Agustus 2011 sebesar 93,5
ribu orang, tingkat pengangguran lebih tinggi terjadi di wilayah perkotaan. Persentase
tingkat pengangguran di daerah perkotaan tercatat sebesar 11,37% atau sekitar 57,3 ribu
orang. Sementara itu, di daerah pedesaan tingkat pengangguran tercatat sebesar 6,24%
atau 36,2 ribu orang. Dibandingkan dengan posisi Februari 2011, baik pedesaan maupun
perkotaan mencatat penurunan tingkat pengangguran meski secara absolut mencatat
kenaikan jumlah pengangguran. Kondisi ini perlu mendapat perhatian pemerintah daerah,
dimana pusat-pusat pertumbuhan ekonomi agar diusahakan lebih merata ke daerah-daerah
non perkotaan yang menjadi pusat pertumbuhan saat ini.
Jumlah (ribu
jiwa) %
Jumlah
(ribu jiwa) %
Perkotaan 54.6 11.4 57.3 11.4
Pedesaan 43.6 7.4 36.2 6.2
Sulawesi Utara 98.2 9.2 93.5 8.6
Daerah
Februari 2011 Agustus 2011
Berdasarkan sektornya, sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan
perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang
bekerja yaitu sebanyak 321,1 ribu orang (32,4%). Namun, bila dibandingkan dengan posisi
yang sama tahun sebelumnya terjadi penurunan sebesar 10.2%. Penurunan tenaga kerja
pada sektor tersebut diperkirakan beralih ke sektor lainnya yang justru mengalami
peningkatan yaitu Industri, Perdagangan dan Jasa Kemasyarakatan. Sementara itu, sektor
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Peroangan menempati urutan kedua dengan jumlah
tenaga kerja sebanyak 207,8 ribu orang (21%).
79
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 6.3. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut
Lapangan Usaha
Grafik 6.1. Share Penduduk Yang Bekerja Di Sulawesi Utara
Menurut Lapangan Usaha - Ags 2011
Tabel 6.4. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
Pertanian, Perkebunan,
Kehutanan dan Perikanan
386.9 345.6 333.0 357.6 338.9 321.1
Industri 57.1 57.5 57.5 50.6 69.2 66.0
Perdagangan, Rumah Makan
dan Jasa Akomodasi
175.0 173.4 178.3 172.7 186.7 196.2
Jasa Kemasyarakatan, Sosial
dan Perorangan
150.6 162.9 183.0 182.3 182.1 199.6
Lainnya * 193.1 200.8 209.9 173.8 193.3 207.8
Total 962.6 940.2 961.6 936.9 970.2 990.7
Lapangan Pekerjaan Utama2009 2010 2011
Berdasarkan status pekerjaannya, dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan
pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori
buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan indentifikasi ini, pada
Agustus 2011 sebesar 390,1 ribu orang (39,4%) bekerja pada kegiatan formal dan 600,6
ribu orang (60.6%) bekerja pada kegiatan informal. Dari 990.7 ribu orang yang bekerja
pada Agustus 2011, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan
sebesar 347.7 ribu orang (35.1%), diikuti oleh berusaha sendiri sebesar 270.8 ribu orang
(27,3%), dan berusaha dibantu buruh tidak tetap sejumlah 114.5 ribu orang (11.6%).
Berusaha Sendiri 287.2 286.7 259.6 242.9 250.2 270.8
Berusaha Dibantu Buruh
Tidak Tetap - Buruh Tidak
Dibayar
130.4 129.3 128.0 102.4 131.9 114.5
Berusaha Dibantu Buruh
Tetap-Buruh Dibayar
41.2 42.9 41.0 45.9 47.0 42.4
Buruh/Karyawan 279.2 284.8 322.3 332.7 335.9 347.7
Pekerja Bebas Pertanian 64.1 48.0 52.0 74.3 43.3 55.1
Pekerja Bebas Non Pertanian 39.9 55.1 58.5 40.4 52.3 60.3
Pekerja Tak Dibayar 120.6 93.4 100.3 98.6 109.6 99.9
T o tal 962.6 940.2 961.6 936.9 970.2 990.7
A gs-11F eb-10Status P ekerjaan A gs-09F eb-09 F eb-11A ug-10
Optimisme membaiknya kondisi ketenagakerjaan pada periode laporan juga sejalan dengan
hasil survei yang dilakukan oleh KBI Manado. Berdasarkan survei yang dilakukan, jumlah
pelaku usaha yang menyatakan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih
meningkat. Perkembangan ketenagakerjaan juga dapat dikonfirmasi melalui sikap
-
5
10
15
20
25
30
35
1
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan
Industri
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
Lainnya *
80
Sumber: Survei Konsumen KBI Manado
Grafik 6.2. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
optimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja yang tercermin dari indeks
ketersediaan lapangan kerja hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado yang masih berada
diatas level optimis. Pada akhir triwulan III-2011, angka indeks ketersediaan lapangan kerja
adalah sebesar 113 .
40
60
80
100
120
140
160
180
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2009 2010 2011
Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Penghasilan
Ekspektasi Ekonomi Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja
6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi
Utara pada semester pertama tahun 2011 menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan. Hal ini terjadi karena tingkat penghasilan masyarakat Sulawesi Utara
memiliki kecenderungan untuk meningkat, tercermin dari indeks penghasilan hasil Survei
Konsumen (SK) KBI Manado yang berada pada level optimis yakni sebesar 130,3.
Apabila ditinjau kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor ekonomi
dominan Sulawesi Utara sekaligus sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar dapat
dilihat pada grafik 6.3. bahwa tren kesejahteraan petani mulai mengalami peningkatan. Hal
ini tercermin dari pertumbuhan NTP yang merupakan perbandingan antara indeks harga
yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani untuk keperluan
konsumsi rumah tangga dan biaya produksi.
81
Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Yang Diterima dan Dibayar Petani
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 6.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
-3%
-2%
-1%
0%
1%
2%
3%
4%
97.00
98.00
99.00
100.00
101.00
102.00
103.00
104.00
105.00Ja
n
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Ags
Sep
2009 2010 2011
Nilai Tukar Petani (indeks) batas minimum sejahtera
Nilai Tukar Petani (growth yoy)
105.00
110.00
115.00
120.00
125.00
130.00
135.00
140.00
97.00
98.00
99.00
100.00
101.00
102.00
103.00
104.00
105.00
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
2009 2010 2011
Nilai Tukar Petani (indeks) batas minimum sejahtera
Indeks Dibayar Petani Indeks Diterima Petani
Rata-Rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan III-2011 sebesar 103,61,
lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar
100,83. Kedua komponen, baik Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun Indeks yang
Dibayar Petani (IB) mengalami peningkatan, namun karena kenaikan IT lebih besar
dibandingkan kenaikan IB, maka terjadi kenaikan NTP pada triwulan III-2011. Adapun
kenaikan IB terutama datang dari naiknya harga bahan makanan dan makanan jadi (untuk
82
Tabel 6.5. Komponen Indeks Dibayar Petani (IB)
kelompok konsumsi rumah tangga), serta harga penambahan barang modal dan obat-
obatan serta pupuk (untuk kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal).
Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara kembali mengalami penurunan pada tahun
2011. Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada
bulan Maret 2011 diketahui Tingkat Kemiskinan di Sulawesi Utara sebesar 8 ,51% atau
sebanyak 194,90 ribu jiwa, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan periode
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 9,1% atau sebanyak 206,72 ribu jiwa.
Penurunan angka kemiskinan pada tahun 2011 ini merupakan lanjutan dari tren yang
terjadi sejak tahun 2007. Tahun tersebut adalah titik balik setelah terjadi peningkatan pada
beberapa periode sebelumnya. Penurunan ini juga sejalan dengan tren perkembangan
tingkat kemiskinan pada tingkat nasional. Apabila dibandingkan dengan tingkat kemiskinan
nasional sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi
Utara selalu berada dibawah angka nasional.
Sumber: BPS Provinsi Sulut, diolah
83
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh Garis
Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong
sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2010 Maret 2011, garis kemiskinan
meningkat sebesar Rp.18.489,- yaitu dari Rp. 194.334,- per kapita per bulan pada Maret
2010 menjadi Rp. 212.823,- per kapita per bulan pada Maret 2011. Walaupun terjadi
peningkatan nilai Garis Kemiskinan, faktanya tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Hal
ini mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan penduduk yang miskin pada tahun lalu
mengalami peningkatan dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan Garis
Grafik 6.5. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov.
Sulut
Sumber : BPS Provinsi
Sulawesi Utara
Grafik 6.6. Persebaran Penduduk Miskin
Provinsi Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10
Sulut 10.76 11.42 10.10 9.79 9.1
Nasional 16.90 16.58 15.42 14.15 13.33
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18%
Tabel 6.6. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara
Sumber : BPS Provinsi
Sulawesi Utara
0
5
10
15
20
25
Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10 Mar 11
Desa Kota
MakananBukan
MakananTotal
Perdesaan
Maret 2007 117,516 31,924.00 149,440 171.00 13.80
Maret 2008 128,498 33,935.00 162,433 150.90 12.04
Maret 2009 141,599 36,672.00 178,271 140.31 11.05
Maret 2010 149,372 38,724.00 188,096 130.35 10.14
Maret 2011 163,264 42,977 206,241 118 9
Kota & Desa
Maret 2007 119,827 36,723.00 156,550 250.10 11.42
Maret 2008 129,781 38,378.00 168,160 223.50 10.10
Maret 2009 143,512 41,260.00 184,772 219.57 9.79
Maret 2010 150,595 43,739.00 194,334 206.72 9.10
Maret 2011 164,964 47,859.00 212,823 194.90 8.51
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
Tahun
Jumlah
Penduduk
Miskin
% Penduduk
Miskin
Tahun Kota Desa Total
Maret 2007 1.30 2.33 1.88
Maret 2008 1.08 1.87 1.53
Maret 2009 1.27 1.77 1.55
Maret 2007 0.31 0.60 0.47
Maret 2008 0.30 0.45 0.38
Maret 2009 0.32 0.39 0.36
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
84
Kemiskinan sehingga sebagian dari mereka (11,8 ribu orang) mampu keluar dari
kemiskinan. Peningkatan pendapatan menyebabkan mereka mampu mengkonsumsi
komoditi makanan dan non makanan dengan kualitas atau volume yang lebih tinggi.
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis
Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa
peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan
makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada bulan Maret 2010,
sumbangan GKM terhadap GK sebesar 77,49 %, pada bulan Maret 2011, peranannya
sedikit mengalami kenaikan menjadi 77,51%. Dengan kata lain peningkatan Garis
Kemiskinan dari Maret 2009 ke Maret 2010 lebih disebabkan karena kenaikan harga yang
lebih tinggi pada komoditi makanan dibandingkan pada komoditi non makanan.
Pada periode Maret 2010 - Maret 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung tidak mengalami perubahan yang berarti. Nilai
indeks (P1) menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing
penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin besar
rata-rata kesenjangan terhadap garis kemiskinan. Indeks ini digunakan sebagai dasar
penghitungan berapa subsidi yang diperlukan untuk mengentaskan penduduk miskin.
Sementara itu nilai indeks (P2) menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk
miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara
penduduk miskin. Dengan penurunan pada indeks (P1) tersebut berarti selama periode
Maret 2010-Maret 2011 ada indikasi bahwa rata-rata jarak kedalaman kemampuan
konsumsi penduduk miskin semakin bergerak naik mendekati ke garis kemiskinan.
Tabel 6.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan
Kemiskinan Menurut D erah di Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
85
Sedangkan penurunan indeks (P2) menunjukkan bahwa variasi pengeluaran konsumsi
penduduk miskin semakin merata dan semakin kecil ketimpangannya.Kedalaman
kemiskinan di perdesaan dan perkotaan tidak signifikan berbeda terlihat dari nilai indeks
(P1) yang hampir sama yakni 1,16 berbanding 1,11. Sedangkan dari sisi ketimpangan
pengeluaran, penduduk miskin di perkotaan cenderung memiliki tingkat ketimpangan yang
lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin di perdesaan yang ditunjukkan dari disparitas
nilai indeks (P2) dimana di perdesaan 0,19 sedangkan di perkotaan mencapai 0,30
87
Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi
Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Manado Triwulan I-1010
BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN
7.1. Prospek Ekonomi Makro
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan IV-2011 diperkirakan mengalami
pertumbuhan pada kisaran 7,61% - 7,81% (yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didorong
oleh kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) yang mengalami peningkatan
seiring dengan maraknya even yang dilaksanakan di Sulawesi Utara serta peningkatan
aktivitas konsumsi masyarakat menjelang perayaan Natal 2011 dan Tahun Baru 2012.
Seiring dengan hal tersebut, sektor Bangunan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan
positif yang ditandai dengan peningkatan realisasi proyek fisik pemerintah menjelang masa
akhir tahun anggaran. Di sisi lain, sektor Pertanian masih menjadi salah satu sektor yang
berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulut meskipun masih mengalami
pertumbuhan yang melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
yang dilakukan secara triwulanan oleh
Bank Indonesia Manado menunjukkan
adanya optimisme terhadap pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan ekspektasi
pelaku usaha terhadap dunia usaha yang
ditandai dengan kenaikan indikator
ekspektasi kegiatan usaha pada triwulan
IV-2011 dengan persentase Saldo Bersih
Tertimbang (SBT) sebesar 45,67%, lebih
tinggi dari realisasi kegiatan kegiatan usaha
pada triwulan IV-2010 dengan SBT sebesar
31,44%.
Dari sisi permintaan, konsumsi swasta khususnya konsumsi rumah tangga diperkirakan akan
tumbuh positif seiring dengan peningkatan peningkatan aktivitas konsumsi sebagai faktor
musiman perayaan Hari Raya Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Hasil Survei Konsumen (SK)
yang dilakukan KBI Manado menunjukkan tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi
(40.00)
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2008 2009 2010 2011
Realisasi Kegiatan Usaha Perkiraan Kegiatan Usaha
88
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado
perekonomian saat ini masih berada pada level optimis (indeks > 100) yang terutama
dikontribusikan oleh optimisme meningkatnya penghasilan.
Sumber: Survei Konsumen (SK) KBI Manado
Konsumsi Pemerintah juga diperkirakan tetap tumbuh positif meskipun masih mengalami
perlambatan dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Kinerja konsumsi pemerintah
pada triwulan IV 2011,didorong oleh peningkatan anggaran yang tercermin pada APBD-P
2011 dan peningkatan realisasi proyek fisik pemerintah menjelang berakhirnya tahun
anggaran.
Selanjutnya kinerja investasi pada triwulan IV-2011 diperkirakan terus membaik sejalan
dengan realisasi proyek fisik baik pemerintah maupun swasta. Hal ini tercermin dari
penjualan semen di Sulawesi Utara yang mengalami peningkatan sebesar 20,9% (yoy) pada
bulan September 2011. Indikator lainnya yang menunjukkan peningkatan kinerja investasi
adalah hasil Survei Penjualan Eceran yang memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan
konstruksi sebesar sebesar 95.65% (yoy) dari 80.95 pada Oktober 2010 menjadi 158.37
pada Oktober 2011.
Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Konsumen
Grafik 7.3. Perkembangan Penjualan Semen
Grafik 7.4. Indeks Bahan Konstruksi
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O
2010 2011
Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Saat Ini
Pembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lap. Kerja
-200
-100
0
100
200
300
400
500
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Me
i
Jun
Jul
Agu
st
Sep
Okt
No
p
De
s
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Me
i
Jun
Jul
Agu
st
Sep
Okt
2010 2011
Indeks Bahan konstruksi - left axis
growth (% yoy) - right axis
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2010 2011
Volume (ton) - left axis g_semen (% yoy) - right axis
89
Perkembangan ekspor pada triwulan IV-2011 diprediksi tumbuh positif meskipun tidak
setinggi periode yang sama tahun lalu. Sebagai komoditi unggulan ekspor, komoditi
pertanian perkebunan (kelapa dan turunannya, cengkih, biji pala dan fuli) masih
mendominasi volume ekspor Sulut. Namun demikian, saat ini komoditi rumput laut juga
menjadi komoditi ekspor dengan target pasar Eropa dan Asia khususnya China.
Dari sisi penawaran, sektor PHR serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprediksi akan
mengalami pertumbuhan positif yang didorong oleh penyelenggaraan beberapa even
berskala nasional maupun internasional di Sulawesi Utara. Sektor bangunan juga
diperkirakan akan tetap tumbuh positif sejalan dengan maraknya pembangunan proyek fisik
pemerintah dan swasta yang sedang berjalan.
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Kinerja sektor PHR diindikasikan tumbuh positif terutama didorong oleh subsektor
perdagangan dan subsektor hotel seiring meningkatnya aktivitas perdagangan dan
penyelenggaraan even di Sulawesi Utara. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja
sektor ini diantaranya :
Tingginya aktivitas perhelatan nasional dan internasional yang dilaksanakan di Kota
Manado telah mendorong peningkatan kinerja pada sektor PHR. Beberapa even yang
akan dilaksanakan di Kota Manado pada awal triwulan IV 2011 diantaranya:
- Pelaksanaan The 19th Biennial General Conference of Association of Asian Social
Science Research Councils (AASSREC) pada tanggal 16-19 Oktober 2011 yang akan
dihadiri oleh 12 Negara diantaranya Australia, Jepang, Cina, Bangladesh, New
Zaeland, Malaysia, Filipina dan Amerika Serikat dan sekitar 300 peneliti ilmu sosial.
Pertemuan ini akan membahas mengenai tantangan dan peluang trans-nasionalisme
dari perspektif ilmu sosial.
- Pertemuan Asosiasi Bapelkes Indonesia (ABI) yang akan berlangsung pada 12-14
Oktober 2011 dengan peserta 23 Bapelkes se-Indonesia.
- Rapat Kerja dan Seminar Ilmiah Nasional Ikatan Pustakawan Indonesia pada tanggal
11-13 Oktober 2011 yang menghadirkan sekitar 300 pustakawan se-Indonesia.
- Pemilihan Bintang Radio ASEAN pada tanggal 19-23 Oktober 2011 dengan peserta
sebanyak 200 perwakilan RRI dari seluruh Indonesia serta perwakilan dari negara
ASEAN.
Berdasarkan informasi yang dihimpun melalui hasil liaison maupun dari media cetak
lokal, tingkat hunian di beberapa hotel utama di Kota Manado mengalami peningkatan
mencapai 100% dibandingkan tahun lalu. Peningkatan tersebut merupakan dampak
90
dari berbagai kegiatan pertemuan berskala lokal hingga internasional yang
diselenggarakan di Kota Manado.
Pertumbuhan pada sektor PHR diperkirakan akan terus mengalami peningkatan hingga
akhir tahun yang didorong oleh faktor musiman perayaan hari Natal dan Tahun Baru.
Tabel 7.1. Pergerakan Arus Penumpang di Bandara Sam Ratulangi Manado
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Datang 174,013 208,221 218,514 229,908 203,160 213,389 229,846 5.19%
Berangkat 183,275 205,865 219,567 216,486 213,108 216,771 232,520 5.90%
Growth
(YoY)
Penumpang
Jenis
Pengangkutan
Kedatangan/
Keberangkatan
2010 2011
Sumber: Angkasa Pura I Sam Ratulangi
Sektor Bangunan
Perkembangan sektor bangunan pada triwulan IV-2011 diperkirakan akan mengalami
peningkatan seiring dengan realisasi belanja proyek fisik pemerintah menjelang masa akhir
tahun anggaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja sektor ini diantaranya :
Realisasi belanja proyek di Dinas Pekerjaan Umum pada akhir triwulan III telah mencapai
70%, dan diprediksikan seluruh program dan kegiatan akan terealisasi menjelang akhir
tahun. Salah satu pekerjaan proyek fisik yang saat ini masih berlangsung adalah
pengerjaan jembatan di kawasan Boulevard yang baru mencapai 75% dengan total
anggaran sebesar Rp473 juta yang bersumber dari APBD.
Sementara itu, salah satu proyek swasta masih dalam proses pengerjaan sampai dengan
Oktober 2011 adalah pembangunan Manado Town Square (Mantos) II yang rencananya
akan dibuka pada awal Desember 2011.
Kinerja sektor bangunan juga tidak terlepas dari dorongan kredit yang disalurkan oleh
perbankan. Pameran perumahan yang dilakukan oleh salah satu Bank Pemerintah di
Sulut telah berhasil menjaring 165 aplikasi dengan menargetkan pengajuan kredit
perumahan sebesar Rp150 miliar.
Sektor Pertanian
Sektor Pertanian masih menjadi salah satu sektor yang berkontribusi tinggi terhadap
pertumbuhan ekonomi Sulut meskipun masih mengalami pertumbuhan yang melambat
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kinerja sektor pertanian diperkirakan akan
melambat. Namun demikian pada akhir tahun (Desember 2011) diperkirakan akan terjadi
panen raya di beberapa kawasan sentra tanaman padi, sehingga diharapkan tetap mampu
menahan laju perlambatan di sektor pertanian. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja
sektor pertanian diantaranya :
91
Serangan hama Tungro dan Kepinding yang menyerang beberapa sentra tanaman padi
di Sulawesi Utara diperkirakan menjadi salah satu penyebab penurunan produksi padi di
Sulawesi Utara menurun. Berdasarkan data Angka Ramalan (ARAM) II BPS, produksi
beras periode September-Desember 2011 mengalami penurunan sebesar -1,36%
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya atau turun sebesar -13.46% bila
dibandingkan dengan subround sebelumnya (Mei-Agustus 2011).
Serangan hama Tungro di Kabupaten Minahasa Tenggara semakin meluas, setelah
sebelumnya melanda Kecamatan Tombatu Timur kini hama juga meluas ke wilayah
kecamatan Tombatu Utara dengan luas lahan yang terkena hama ± 100 hektar padi.
Sementara itu, di wilayah Bolaang Mongondow Selatan, serangan hama Kepinding
telah menyebabkan tanaman padi yang siap panen menguning.
Selain disebabkan oleh serangan hama, penurunan produksi padi juga diperkirakan
disebabkan oleh penurunan penyerapan pupuk bersubsidi. Dari kuota sebanyak 26 ribu
ton pupuk di tahun 2011, hanya sekitar 15 ribu ton yang baru tersalurkan kepada
petani.
Kinerja subsektor perikanan diperkirakan akan semakin membaik di akhir tahun 2011,
hal ini salah satunya disebabkan oleh datangnya puncak musim ikan. Berdasarkan data
dari pusat pelelangan ikan di Aertembaga produksi ikan tuna dan cakalang mampu
mencapai ±300 ton untuk setiap kapal kecil. Sementara itu berdasarkan data dari Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara, produksi perikanan tangkap pada
Januari-September 2011 meningkat 0.66% dibandingkan periode yang sama tahun lalu
dan produksi perikanan budidaya untuk periode yang sama juga mengalami kenaikan
sebesar 26.49%.
Dalam rangka mengantisipasi ancaman krisis pangan tahun 2012, pemerintah Propinsi
Sulawesi Utara dan 14 bupati/walikota di Sulawesi Utara melakukan penandatanganan
kesepakatan (MoU) dalam mencapai swasembada beras 2012 dengan penetapan target
produksi gabah kering (GBK) sebesar 660 ribu ton di tahun 2012.
Hasil liaison pada beberapa lokasi sentra produksi beras di Bolaang Mongondow
menunjukkan adanya panen raya pada bulan November-Desember 2011. Panen raya
tersebut sedikit mendorong kinerja sektor pertanian di Sulut.
92
Grafik 7.6. Perkembangan dan Perkiraan Inflasi Kota Manado (% yoy)
Ket: *Proyeksi Inflasi Bank Indonesia Manado Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara
Urea NPK Pelangi
Bolaang Mongondow 679 15
Bolmong Timur - 2
Bolmong Selatan - -
Bolmong Utara - -
Kotamobagu 92 4
Minahasa 505 13
Minahasa Selatan 219 10
Minahasa Tenggara 60 -
Minahasa Utara 121 3
Kepulauan Sangihe 6 5
Sitaro - -
Kepulauan Talaud - -
Manado 7 1
Bitung - -
Tomohon 73 2
Total 1,786 54
Kab/KotaRealisasi (Ton)
Tabel 7.2. Produksi dan Luas Panen Padi Palawija Propinsi Sulut 2010-2011
7.2. Prakiraan Inflasi
Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2011
diperkirakan akan meningkat, berada pada kisaran
2,30%±1% (yoy). Dari sisi fundamental, faktor
pendorong laju inflasi tahunan Kota Manado
diantaranya bersumber dari harga komoditas
internasional terutama harga emas dunia yang
berpotensi masih cenderung meningkat dan
peningkatan permintaan seiring perayaan Hari Raya
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)
2008 2009 2010 2011
0
50
100
150
200
250
05
10
15
202530
35
4045
50
Jan-Apr Mei-AugSep-Des Jan-Apr Mei-AugSep-Des Jan-Apr Mei-AugSep-Des
2009 2010 2011
ribu ha ribu tonLuas Panen (ribu ha) Produksi (ribu ton)
Grafik 7.5
Perkembangan Luas Panen dan Produksi Padi Sulut
Tabel 7.3. Realisasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi per September 2011
Sumber: BPS Provinsi Sulut, diolah Ket: Tanda (-) tidak ada realisasi/permintaan
Sumber: PT. Pupuk Kaltim Kantor Pemasaran Sulut & Gorontalo
L.Panen
(Ha)
Produksi
(ton)
L.Panen
(Ha)
Produksi
(ton)
L.Panen
(Ha)
Produksi
(ton)
L.Panen
(Ha)
Produksi
(ton)
ARAM II (2011) 40,332 190,339 43,156 207,162 34,756 179,271 118,244 576,772
ATAP 2010 40,824 192,346 43,700 209,950 35,247 181,734 119,771 584,030
ARAM II (2011) 40,915 149,422 54,614 199,560 28,362 103,521 123,891 452,503
ATAP 2010 39,280 143,293 54,390 199,448 28,260 103,403 121,930 446,144
ARAM II (2011) 1,963 2,619 2,405 3,199 1,035 1,362 5,403 7,180
ATAP 2010 2,083 2,779 2,555 3,401 1,101 1,447 5,739 7,627
Jagung
Kedelai
Jan-April Mei-Aug Sep-Des Jan-DesKomoditas/Tahun
Padi
Grafik 7.5. Perkembangan Luas Lahan & Produksi Padi Prov. Sulut
93
Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Peningkatan harga komoditas serta permintaan
masyarakat menjelang hari raya selanjutnya berdampak terhadap pembentukan ekspektasi
masyarakat akan tingginya laju inflasi pada triwulan IV-2011.
Dari sisi non fundamental tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat
sebagai faktor berkurangnya pasokan dan melonjaknya permintaan seiring dengan
perayaan Natal 2011 serta Tahun Baru 2012. Namun demikian, laju inflasi kelompok volatile
foods masih dapat diredam oleh membaiknya suplai ikan di laut Sulawesi dan perkiraan
panen raya beras di Sulut pada akhir tahun 2011 sesuai dengan pola musimannya.
Sementara itu, inflasi kelompok administered price relatif terkendali seiring kebijakan
pemerintah untuk mempertahankan harga bahan bakar bersubsidi hingga akhir tahun
2012.
Faktor Fundamental
Dari sisi eksternal, potensi berlanjutnya
peningkatan harga komoditas internasional
terutama harga emas dunia akibat tekanan
permintaan telah mendorong tren peningkatan
harga emas perhiasan domestik. Sementara dari
sisi domestik, tekanan inflasi disebabkan oleh (i)
peningkatan permintaan seiring pola perayaan
Hari Raya Natal 2011 dan Tahun Baru 2011 (ii)
meningkatnya aktivitas perekonomian yang
didorong oleh maraknya perhelatan internasional
dan domestik di Sulut, dan (iii) meningkatnya permintaan bahan bangunan yang ditandai
oleh pembangunan berbagai proyek swasta dan penyelesaian proyek fisik pemerintah pada
periode laporan.
Ekspektasi masyarakat Sulut terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang
dicerminkan oleh ekspektasi pelaku usaha dan konsumen. Berdasarkan Survei Pedagang
Eceran (SPE) yang dilaksanakan oleh KBI Manado, terjadi perbaikan persepsi ekspektasi
Indeks Ekspektasi Pedagang terhadap harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang (Grafik
7.8). Hal ini disebabkan karena adanya jaminan kebijakan pemerintah yang tidak menaikkan
harga BBM bersubsidi hingga akhir tahun. Disamping itu relatif terkendalinya harga
kebutuhan pokok di Sulut sepanjang tahun 2011 turut andil dalam menjaga ekspektasi
Grafik 7.7. Perkembangan Harga Komoditas Internasional
Sumber : Bloomberg, diolah
700
900
1100
1300
1500
1700
1900
20
40
60
80
100
120
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2009 2010 2011
USD/Barrel $/Oz
WTI (left axis) Emas (right axis)
94
terhadap harga pada level yang rendah. Sementara itu, dari sisi konsumen terdapat tendensi
memburuknya ekspektasi konsumen. Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) yang
dilaksanakan oleh KBI Manado 2011 terjadi peningkatan Indeks Ekspektasi Konsumen
terhadap harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang (Grafik 7.9). Tendensi memburuknya
ekspektasi konsumen merupakan dampak mulai dilaksanakannya pengurangan jatah
minyak tanah bersubsidi di sebagian Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara.
Faktor Non Fundamental
Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat.
Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional dan modern di Kota Manado melalui
Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Manado menunjukkan adanya tren
peningkatan harga beberapa komoditas volatile foods (terutama beras dan cabai merah).
Faktor yang diperkirakan meningkatkan laju inflasi kelompok volatile foods pada triwulan III
2011 diantaranya :
Potensi berkurangnya pasokan lokal sayur mayur dan komoditas volatile foods lainnya
sebagai pengaruh :
- Curah hujan yang tinggi pada akhir tahun 2011 (Gambar 7.2)
- Kembali meningkatnya aktivitas Gunung Lokon yang berlokasi di salah satu sentra
pertanian Sulut.
- Terganggunya pasokan akibat kondisi infrastruktur yang kurang memadai dan
distribusi yang kurang lancar akibat keterbatasan stock BBM bersubsidi.
Berkurangnya pasokan luar daerah
Melonjaknya permintaan sebagai pengaruh perayaan Natal 2011 & Tahun Baru 2012
Namun demikian, laju kenaikan inflasi kelompok volatile foods dapat diredam oleh faktor-
faktor sebagai berikut :
Grafik 7.8. Ekspektasi Pedagang Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado Dalam Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) Kota Manado
Grafik 7.9. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado Dalam Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
Sumber : Survei Konsumen (SK) Kota Manado
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 2009 2010 2011
1 Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad 2 Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008 2009 2010 2011
3 Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad 4 Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad
95
Berlalunya musim muson timur yang menyebabkan pasokan ikan di laut Sulawesi mulai
membaik.
Bulog Divre Sulut melaksanakan impor beras dari Vietnam sebesar 6.400 ton sehingga
jumlah stock mencapai 16.623 ton atau memenuhi kebutuhan 6 (enam) bulan kedepan.
Panen raya padi pada Desember 2011 sesuai dengan pola musimannya (Gambar 7.1).
Sementara itu, inflasi kelompok administered price relatif terkendali seiring kebijakan
pemerintah untuk mempertahankan harga bahan bakar bersubsidi hingga akhir tahun
Kabupaten /
KotaRTSPM*)
Alokasi/
BulanTotal Alokasi
Manado 148,995 148,995 1,787,940
Bitung 8,033 120,495 1,445,940
Tomohon 5,636 84,540 1,014,480
Minahasa 14,184 212,760 2,553,120
Minsel 4,613 169,185 930,330
Minut 12,620 189,300 2,271,600
Minteng 4,487 67,305 807,660
Bolmong 9,757 146,355 1,756,260
Bolmut 4,914 73,710 884,520
Kotamobagu 2,878 43,170 518,040
Boltim 2,877 43,155 517,860
Bolsel 4,100 61,500 738,000
Sangihe 12,251 183,765 2,205,180
Talaud 8,237 123,555 1,482,660
Sitaro 4,609 69,135 829,620
0
5000
10000
15000
20000
25000H
ek
tar
2009 7794 9213 12278 10792 7900 10595 10542 11951 7540 8035 7883 10222
2010 4848 8535 9561 17880 8640 10197 12669 12194 4362 9598 5842 15445
2011 4562 7933 11959 15878 6016 7509 8474 23507
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des
Tabel 7.4.
Alokasi Raskin di Provinsi Sulut th. 2011
Sumber : BULOG Divre Sulut, diolah
Gambar 7.1. Pola Panen Padi Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2009-2011
Sumber : BPS Sulut
Gambar 7.2. Perkiraan Curah Hujan November & Desember 2011
Sumber : BMKG Sulut
96
Grafik 7.8. Indeks Ekspektasi Tingkat Suku Bunga (SBT)
2012. Potensi peningkatan laju inflasi kelompok ini terutama bersumber dari harga
angkutan udara berkenaan dengan (1) semakin maraknya penyelenggaran even domestik
dan internasional di Sulut (2) meningkatnya arus penumpang seiring perayaan Natal 2011
dan Tahun Baru 2012.
7.3. Prospek Perbankan
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 September 2011
memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Dalam rangka mendorong
kegiatan di pasar uang antar bank di tengah besarnya ekses likuiditas selama ini, Bank
Indonesia memperlebar batas bawah koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100
bps menjadi 150 bps di bawah BI rate. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan
perlunya menjaga stabilitas perekonomian di tengah meningkatnya ketidakpastian sistem
keuangan global yang dipicu masalah utang AS dan Eropa. Meskipun gejolak yang
ditimbulkan ketidakpastian perekonomian global masih terbatas, Bank Indonesia terus
mencermati dampak penurunan kinerja ekonomi dan keuangan global terhadap kinerja
perekonomian Indonesia ke depan. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan mengambil
respon suku bunga serta bauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk
memitigasi potensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetap
mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1%
pada tahun 2012. Bank Indonesia juga akan mempererat koordinasi kebijakan dengan
Pemerintah dalam rangka mengantisipasi dampak penurunan ekonomi dan keuangan
global tersebut.
Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan
suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6,75% pada
triwulan III-2011 diperkirakan akan direspon oleh
perbankan dengan melakukan penyesuaian terhadap
kenaikan suku bunga pinjaman perbankan walaupun
masih dalam kisaran yang relatif terbatas. Survei
Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia
menunjukkan mulai adanya peningkatan ekspektasi
konsumen terhadap peningkatan tingkat suku bunga.
Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime Lending Rate, dengan harapan
dapat mendorong penurunan suku bunga perbankan. Dengan adanya kebijakan ini, setiap
Sumber : Survei Konsumen Kota Manado
60
80
100
120
140
160
180
200
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Ag
ust
Sep
Okt
No
p
Des
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Ag
ust
Sep
Okt
No
p
Des
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
i
Juli
Ag
ust
Sep
t
Okt
2009 2010 2011
97
bulan bank harus mengumumkan suku bunga kreditnya berdasarkan masing-masing sektor
baik bunga kredit korporasi, retail, kredit pemilikan rumah (KPR), dan kredit lainnya.
Kebijakan ini dikeluarkan agar tercipta transparansi bunga kredit dan persaingan yang sehat
pada industri perbankan. Di sisi lain, kebijakan ini akan menjadi petunjuk (guideliness) dari
bank sentral untuk menyeragamkan suku bunga utama kepada nasabah perbankan.
99
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan
hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya. yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.
Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Administered Price
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.
M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral
M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank sentral.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
100
Restrukturisasi kredit
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.
UYD
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Netflow Selisih antara outflow dan inflow. PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik
uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.
Top Related