Proses Hematopoiesis Leukosit
-
Upload
erica-fitri -
Category
Documents
-
view
322 -
download
13
Transcript of Proses Hematopoiesis Leukosit
-
7/30/2019 Proses Hematopoiesis Leukosit
1/12
1. Proses Hematopoiesis LeukositA. Hematopoiesis
Normalnya proses hematopoiesis bergantung pada interaksi komplek dari beberapa
tipe sel, terutama sel induk hematopoiesis (stem cell) dan progenitor sel, serta sel
mikroenvironment pada sumsum tulang yaitu sel stroma. Hematopoiesis bermula dari suatu
sel induk pluripoten bersama yang menyebabkan timbulnya berbagai jalur sel yang terpisah.
Fenotip sel induk manusia yang tepat belum diketahui, tapi pada uji imunologik sel tersebut
adalah CD34+ dan CD38-. 2
Diferensiasi sel terjadi dari sel induk menjadi jalur eritroid, granulositik, dan jalur lain
melalui progenitor hemopoietik terikat yang terbatas perkembangannya. Salah satu contohnya
adalah prekusor mieloid campuran yang terdeteksi paling dini, dimana menyebabkan
timbulnya granuloist, erutrosit, monosit, dan megakariosit. Progenitor ini dinamakan CFU
(colony-forming unit). Sumsum tulang juga merupakan tempat asal utama limfosit dan
terdapat bukti adanya sel prekusor sistem mieloid dan limfoid. 3
Selama proses hematopoiesis, stroma sumsum tulang membentuk lingkungan yang
sesuai untuk proliferisasi dan diferensiasi sel induk. Sumsum tulang tersusun atas sel stroma
dan jaringan mikrovaskular. Sel stroma meliputi sel lemak (adiposit), fibroblas, sel retikulum,
sel endotel, dan makrofag.. Sel-sel tersebut mensekresi molekul ekstraselular seperti kolagen,
glikoprotein (fibronektin dan trombospondin), serta glikosaminoglikan ( asam
hialuronat dan dan derivat kondroitin) untuki membentuk suatu matriks ekstraselular. Selain
itu, sel stroma mensekresi beberapa faktor pertumbuhan yang diperlukan bagi kelangsungan
hidup sel induk2,3
-
7/30/2019 Proses Hematopoiesis Leukosit
2/12
Gambar 1. Proses hematopoiesis2
B. SINTESIS LEUKOSIT DAN JENIS-JENIS LEUKOSIT
Sintesis leukosit di sumsum tulang merupakan salah satu bagian dari proses
hematopoiesis pada manusia. Sintesis leukosit dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu
fagosit dan imunosit. Fagosit meliputi sintesis sel-sel granulosit (leukosit dengan sitoplasma
bergranula), yaitu basofil, eosinofil, dan netrofil serta sel agranulosit (leukosit dengan
sitoplasma tidak bergranula) yaitu monosit. Sementara itu, imunosit akan mensintesis limfosit
yang merupakan jenis leukosit agranular.1
1. GranulopoiesisGranulosit dan monosit dalam darah dibentuk dalam sumsum tulang dari suatu
prekusor yang sama, yaitu Colony Forming Unit (CFU)- Granulosit Eritroid, Monosit, dan
Megakariosit (GEMM). Sel prekusor ini merupakan mieloid campuran yang berasal dari sel
induk pluripoten.1 Sel-se granulosit setelah keluar dari sumsum tulang dan masuk ke
peredaran darah biasanya berada dalam peredaran darah selama 8 jam dan 4-5 hari pada
jaringan yang membutuhkan, misalnya jaringan yang megalami peradangan.1,2
Granulopoiesis meliputi enam tahapan, mulai dari mieloblas di sumsum tulang sampai
tahapan segmen yang berada di darah tepi. Tahapan sintesis sel granulopoiesis dimulai dari
-
7/30/2019 Proses Hematopoiesis Leukosit
3/12
mieloblas, promielosit, mielosit, metamielosit, staf/batang, dan segmen. Tahapan ini berlaku
bagi semua seri, baik basofil, eosinofil, dan netrofil.4
a. MieloblasMerupakan tahapan paling awal dari granulopoiesis. Mieloblas merupakan sel muda
dengan ukuran yang besar dan hanya terdapat di dalam sumsum tulang saja pada kondisi
normal. Ciri-ciri mieloblas adalah sebagai berikut ; Ukuran sel: 15 - 25 m, bentuk sel:
oval, kadang-kadang bulat. Warna sitoplasma: biru, tanpa halo perinuklear jelas atau
dengan halo dengan halo perinuklear melebar. Granularitas: sitoplasma nongranular atau
sedikit granula azurofilik atau tanpa granula azzurofilik. Bentuk inti: biasanya oval, kadang-
kadang tidak teratur, jarang bulat. Tipe kromatin: halus, dengan tampilan reticular,
nukleolus: tampak, ukuran sedang atau besar 1 sampai 4; lebih terang dari kromatin. Rasio
inti/sitoplasma: tinggi atau sangat tinggi . Keberadaan di darah tepi tidak ada,
keberadaan di sumsum tulang: < 5% .4
b. PromielositPromielosit masih merupakan sel muda dan hanya berada di sumsum tulang saja. Sel
ini sudah dapat dibedakan serinya dengan melihat warna sitoplasma dan ukuran granula.
Promielosit memiliki ciri-ciri sebagai berikut ; ukuran sel 15 - 30 m, bentuk sel oval atau
bulat, warna sitoplasma biru muda, dengan halo jelas, granularitas pekat, azurofilik
banyak. Bentuk inti oval, tipe kromatin awal kondensasi, nucleolus tampak ukuran sedang
atau besar ,lebih terang, kromatin, 1-2, kadang-kadang tak terlihat. Ratio inti/sitoplasma
tinggi.. Keberadaan di peredaran darah tidak ada, sementara di sumsum tulang: < 5 %
(netrofil), < 1% (eosinofil), < 1% (basofil).4
c. MielositSama seperti mieloblas dan promielosit, mielosit masih merupakan stadium muda dari
leukosit agranular dan normalnya hanya ditemukan di sumsum tulang saja. Ciri-ciri mielosit
adalah sebagai berikut ; Ukuran sel 15 - 25 m, bentuk sel oval, kadang-kadang bulat,
warna sitoplasma biru, tanpa halo perinuklear jelas atau dengan halo perinuklear melebar.
Sitoplasma nongranular atau sedikit granula azurofilik, bentuk inti biasanya oval, kadang-
kadang tidak teratur, jarang bulat. Tipe kromatin halus, dengan tampilan reticular, nucleolus
tampak, ukuran sedang atau besar 1 sampai 4; lebih terang dari kromatin. Rasio
inti/sitoplasma sedang. Keberadaan di darah tidak ada, sementara di sumsum tulang
sumsum tulang: < 5% .4
d. Metamielosit
-
7/30/2019 Proses Hematopoiesis Leukosit
4/12
Metamielosit juga masih merupakan stadium muda dari sel granulosit, sama seperti
mielosit. Metamielsoit sudah dapat dibedakan jenisnya dengan melihat warna sitoplasma dan
ukuran granula. Metamielosit normalnya hanya berada pada sumsum tulang saja. Ciri-ciri
metamielosit adalah sebagai berikut ; ukuran sel: 14 - 20 m, bentuk sel: oval atau bulat,
warna sitoplasma pink, granula sedikit azurofilik dan neutrofilik, berbeda dalam jumlah.
Bentuk inti lonjong, semicircular, tipe kromatin padat , nucleolus tidak terlihat. Rasio
inti/sitoplasma sedang. Keberadaan darah tidak ada, sementara di sumsum tulang: 10 - 25
% 4.
e. Staf/ BatangStaf/ batang juga masih merupakan stadium muda sel granulosit, banyak ditemukan di
sumsum tulang, tapi juga sudah ditemukan dalam jumlah sedikit di dalam peredaran darah
(
-
7/30/2019 Proses Hematopoiesis Leukosit
5/12
yang tidak menutup inti. Segmen dibedakan dari staf dengan melihat bentuk inti yang lebih
kecil, dimana diameter inti kurang dari 1/3 ukuran sel, sedangkan pada batang, diameter inti
kurang lebih sepertiga ukuran sel. Sel ini normalnya ditemukan di peredaran darah dengan
presentase 40-70% (netrofil), 2-4% (eosinofil), dan
-
7/30/2019 Proses Hematopoiesis Leukosit
6/12
atau sedikit granul halus azurofilikBentuk inti biasa tidak teratur, tipe kromatin kasar atau
berkelompok . Nukleolus hampir tak tampak, ukuran sedang atau besar; lebih terang dari
kromatin, 1 sampai 3. Rasio inti/sitoplasma sedang Distribusi di peredaran darah tidak
ada, di sumsum tulang: < 1 % .5
c. MonositMonosit merupakan stadium akhir dari monopoiesis, sel ini merupakan sel
dewasa/matur yang normalnya lebih banyak berada pada peredaran darah. Monosit
merupakan leukosit yang memiliki ukuran paling besar dengan bentuk tidak beraturan. Dalam
peredaran darah, monosit memiliki waktu transit yang lebih singkat, yaitu 10-20 jam,
sebelum menembus membrane kapiler menuju jaringan. Sel monosit di jaringan jika
teraktivasi akan membengkak dan ukuranya menjadi lebih besar menjadi makrofag jaringan.
Makrofag dapat bertahan kurang lebih satu bulan dan didestruksi jika melakukan fungsi
fagosit. Ciri-ciri monosit adalah sebagai berikut ; ukuran 15 - 25 m, bentukbulat, oval
atau tidak teratur, warna sitoplasma abu-abu biru, granula tidak ada atau sedikit granul
azurofilik halus. Bentuk inti biasanya tidak teratur, tipe kromatin kromatin kasar,
berkelompok, nucleolus tidak terlihat. Rasio inti/sitoplasma sedang. Distribusi di peredaran
darah: 1-6 %, di sumsum tulang: < 2 % .5
Gambar 4. Monosit pada peredaran darah, Monosit khas dengan sitoplasma biru
lembayung, mengandung vakuola dan bentuk nukleus sangat tidak teratur
3. LimfopoiesisLimfopoiesis sedikit berbeda dengan granulopoiesis dan monopoiesis, karena tidak
berasal dari CFU-GEMM, melainkan dari Limfoid Stem Cell (LSC) yang sama-sama berasal
dari sel progenitor yang sama. Pada awal kehidupan pascanatal, sumsum tulang dan timus
adalah organ limfoid primer tempat berkembangnya limfosit. Organ limfoid sekunder tempat
pembentukan respon imun spesifik adalah kelenjar getah bening, limpa, dan jaringan limfoid
-
7/30/2019 Proses Hematopoiesis Leukosit
7/12
salaurn cerna dan pernapasan. Hoffbrand. Limfosit sangat berperan sebagai salah satu system
imuntas tubuh. Respon imun bergantung pada dua jenis limfosit, yaitu sel B dan Sel T. Sel B
bersifat humoral, berasal dari sel induk sumsum tulang. Sel ini jika teraktivasi akan menjadi
sel plasma, kemudian menghasilkan immunoglobulin yang merupakan protein heterogen. 1,2
Sementara itu, sel T yang awalnya diproduksi oleh sumsum tulang akan bermigrasi ke
kelenjar timus untuk berdiferensiasi menjadi sel T matur. Sel T merupakan system imun
sellular yang memiliki dua jenis, yaitu T-helper (CD4+) dan T- sitolitik (CD8+). Tahapan
sintesis limfosit di sumsum tulang dimulai dari Limoblas, prolimfosit, dan limfosit.6
a. LimfoblasLimfoblas merupakan stadium paling awal dari limfopoiesis, sel ini merupakan sel
muda dengan ukuran yang besar. Normalnya sel ini hanya ditemukan di sumsum tulang saja.
Ciri-ciri limfoblas adalah sebagai berikut ; ukuran 12 - 18 m, bentuk bulat, kadang-
kadang oval, warna sitoplasma biru, biasanya gelap, lebih gelap dari promieloblas,
granularitas tidak ada. Bentuk inti bulat, tipe kromatin homogen,, nucleolus terlihat,
ukuran kecil atau sedang,lebih terang daripada kromatin, jumlah 1sampai 2. Rasio
inti/sitoplasma tinggi. Distribusi dalam darah tidak ada, di sumsum tulang: < 1 % .6
b. ProlimfositProlimfosit juga masih merupakan stadium muda dari limfosit, normalnya hanya
terdapat pada sumsus tulang saja. Ciri-ciri prolimfosit adalah sebagai berikut ; ukuran 12 -
18 m, bentuk oval, kadang-kadang bulat, warna sitoplasma biru gelap, tanpa granul,
Bentuk inti biasa tidak teratur, tipe kromatin kasar atau berkelompok . Nukleolus hampir
tak tampak, ukuran sedang atau besar; lebih terang dari kromatin, 1 sampai 2. Rasio
inti/sitoplasma tinggi Distribusi di peredaran darah tidak ada, di sumsum tulang: < 1 %
.6
c. LimfositLimfosit merupakan sel matur yang normalnya berada di peredaran darah dan
keberadaan di sumsum tulang lebih sedikit. Limfosit memiliki ciri khas yaitu ukuran
sama/hampir sama dengan eritrosit normositik, berbentuk bulat, dan berwarna ungu intinya.
Ciri-ciri limfosit adalah sebagai berikut ; ukuran 10 - 15 m, bentuk bulat, kadang-kadang
oval, warna sitoplasma biru, granularitas tidak ada. Bentuk inti bulat atau agak oval, tipe
kromatin homogen, padat, nukleolus tidak terlihat, kadang-kadang hampir tidak terlihat ,
satu nukleolus kecil. Rasio inti/sitoplasma tinggi atau sangat tinggi .Distribusi darah 20 -
40 % sumsum tulang 5 - 20 % .6
-
7/30/2019 Proses Hematopoiesis Leukosit
8/12
Gambar 5. Limoosit pada peredaran darah (ungu), di sekitarnya terdapat eritrosit
(merah), dan trombosit (ungu kecil).
C. FUNGSI MASING-MASING JENIS LEUKOSIT DAN APLIKASI KLINIS
1. Neutrofil
Netrofil yang sudah matur akan masuk ke jaringan melalui proses yang disebut
diapedesis, yaitu suatu lubang/celah pada pembuluh darah yang berukuran lebih kecil
daripada sel. Netrofil matur masuk ke jaringan karena adanya chemotaxis yang dipicu oleh
inflamasi jaringan, baik karena toxin bakteri atau virus, procuk degenerative dari jaringan
yang inflamasi, reaksi berat baik komplek komplemen maupun plasma clotting pada daerah
yang terinflamasi. Sel ini di jaringan akan melakukan fungsi fagositosis. Netrofil mendekati
partikel yang akan difagosit, kemudian membentuk pseudopodia untuk mengelelingi partikel
yang akan difagosit, sehingga terbentuk ruang tertutup di sekitar partikel. Partikel akan
masuk ke dalam rongga sitoplasma dan keluar dari membrane sel untuk membentuk vesikel
fagositik yang mengapung (fagosom) di dalam sitoplasma. Satu netrofil dapat memfagosit 3-
20 bakteri sebelum netrofil menjadi inaktif dan mati.1,2,3
Netrofil dapat mengalami peningkatan hitung jenis (leukositosis netrofil) jika
ditemukan lebih dari 70% segmen netrofil. Kondisi ini dijumpai pada : infeksi bakteri
(khususnya bakteri piogenik, lokal, atau generalisata), inflamasi dan nekrosis jaringan
(miositis, vaskulitis, infark jantung, dan trauma), kelainan metabolic (uremia, eklampsia,
asidosis, gout), semua jenis neoplasma (karsinoma, limfoma, melanoma), perdarahan akut
atau hemolisis, terapi kortikosteroid, penyakit mieloproliferatif (CML, polisitemia vera,
mielosklerosis), pengobatan dengan factor pertumbuhan myeloid (G-CSF, GM-CSF).1,7
Sementara itu, netrofil dapat mengalami peurunan hitung jeis (netropeni) jikaditemukan < 40%. Penyebab netropeni antara lain : congenital ( sindrom kostman), induksi
-
7/30/2019 Proses Hematopoiesis Leukosit
9/12
obat ( anti inflamasi : aminopirin, fenilbutazon, antibakteri : kloramfenikol, kotrimoxazole,
sulfasalazin, selazopirin, imipenem, antikonvulsan : fenitoin, karbamazein, antitiroid :
karbimazol), autoimun ( SLE, sindrom felty, hipersensitivitas dan anafilaksis), leukemia
limfositik granular besar, infeksi (virus : hepatitis, influenza, HIV, bakteri fulminan : tifoid,
tuberculosis millier), kegagalan sumsum tulang, spleenomegali.1,7
2. Eosinofil
Eosinofil ditemukan pada peredaran darah sekitar 2-4 %, sel ini memiliki daya fagosit yang
lemah dan menghambat chemotaxis. Jika dibandingkan dengan netrofil, eosinofil masih
diragukan dalam perannya terhadap beberapa infeksi. Eosinofil diproduksi dalam jumlah
banyak pada infeksi parasit, dimana sel ini akan bermigrasi ke tempat yang terinfeksi.
Eosinofil tidak memfagosit parasit, karena ukuran parasit jauh lebih besar, tapi selini
mengeluarkan molekul permukaan dan substansi yang membunuh parasit, terutama stadium
yang masih muda. Proses ini melalui cara berikut : melepaskan enzim hidrolisis dari granula
yaitu lisosom yang telah dimodifikasi, melepaskan oksigen reaktif kekuatan tinggi yang
bersifat lethal terhadap parasit, dan melepaskan larvasidal polipeptida (mayor basic protein).
Selain terhadap parasit, eosinofil juga berperan dalam proses alergi, misalnya pada jaringan
peribronchial pada asthma dan pada reaksi alergi kulit. Pada alergi, sel mast dan basofil
melepaskan eosinofil chemotaktil factor yang menyebabkan eosinofil bermigrasi ke
jaringanyang mengalami reaksi alergi. Eosinofil akan mendetoksifikasi substansi yang
menginduksi inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan kemungkinan memfagosit dan
merusak komplek alergan-antibodi yang tersebar pada proses inflamasi lokal.1,2,3
Eosinofil dapat mengalami peningkatan hitung jenis jika ditemukan >4% dari seratus
sel atau disebut Eosinofilia. Kondisi ini dijumpai pada penyekit alergi (hipersensitivitas jenis
atopic : asthma bronchial, hay fever, urtikaria, dan hipersensitif terhadap makanan), penyakit
parasit (amubiasis, infeksi cacing : askariasis, anchylostomiasis, skistosomiasis, trikonosis,
filariasis, cacing pita), pemulihan dari infeksi akut, penyakit kulit tertentu :SSJ, psoriasis,
pemfigus, dermatitis herpetiformis, eosinofilia pulmonum, sindrom hipereosinofilik,
sensitivitas obat, poliareritis nodusa, penyakit Hodgkin dan beberapa tumor lain, keganasan
metastasis dengan nekrosis tumor, leukemia eosinofilik (jarang), pengobatan dengan GM-
CSF.1,7
3. Basofil
Basofil dalam sirkulasi darah menyerupai sel mast, yang banyak terdapat terutama di luar
kapiler. Baik sel mast maupun basofil akan membawa heparin ke dalam darah, sehingga
mencegah pembekuan darah. Basofil dan sel mast akan melepaskan histamine, dan sedikit
-
7/30/2019 Proses Hematopoiesis Leukosit
10/12
bradikinin dan serotonin. Basofil memiliki peranan yang penting pada beberapa tipe reaksi
alergi, karena tipe antibody yang mengakibatkan reaksi alergi, yaitu IgE akan menempel pada
basofil. Saat spesifik antigen untuk spsesfik antibody (IgE) bereaksi dengan antibody, akan
mengakibatkan basofil pecah dan akan melepaskan histamine, bradikinin, serotonin, heparin,
slow-reacting substance of anaphylaxis, dan enzim lisosomal. Ini mengakibatka lokal
vascular berupa vasodilatasi dan reaksi jaringan yang memunculkan alergi.1,2
Peningkatan hitung jenis basofil (Basophilia) terjadi jika ditemukan > 1 % basofil dalam 100
sel leukosit. Basophilia terjadi pada myeloproliverative disorder (CGL, CML, PRV,
myelofibrosis, esensial trombositemia, basofilik leukemia), AML, Hipotiroidisme, reaksi
hipersensitivitas yang dimediasi oleh IgE, inflammatory disorder (rheumatoid diseases, colitis
ulserative), estrogen, inveksi virus, radiasi, hiperlipidemia.1,7
Sementara itu, jika jumlah hitung basofil < 1 % dalam 100 sel leukosit disebut basopenia.
Basopenia terjadi pada inflamasi, termasuk infeksi, tirotoksikosis, perdarahan, sindrom
cushing, reaksi alergi, progesterone.7
4.Monosit
Sama seperti netrofil, makrofag memiliki daya fagosit yang besar. Makrofag
merupakan monosit yang sudah teraktivasi dan masuk ke dalam jaringan. Di dalam tubuh,
makrofag akan menempati jaringan tubuh, ada beberapa makrofag yang menempati jaringa
tertentu, yaitu makrofag di sinusoid hepar (sel Kupffer), makrofag di otak (microglia),
makrofag di kulit dan subkutan (histiosit), makrofag di limfonodi, dan makrofag di paru-paru
(makrofag alveolar). Jika sudah diaktifkan oleh system imun tubuh (TNF alfa, IL-1daya
fagosit jauh lebih besar dari netrofil, karena mampu memfagosit sekitar 100 bakteri.
Makrofag juga memiliki kemampuan untuk memakan partikel yang jauh lebih besar, seperti
eritrosit, parasit malaria. Setelah memfagosit, makrofag dapat menampung produk residu di
sitoplasma dan inti (terbentuk vakuola) dan mampu bertahan beberapa bulan di jaringan. 1,2
Partikel yang difagosit akan dicerna oleh intraselular enzim, partikel asing akan oleh
lisosom setelah kontak dengan vesikel fagosit dan fusi dari membrane. Setelah itu, fagosit
vesikel akan menjadi vesikel digestif yang akan segera mencerna partikel. Selain itu, lisosom
pada makrofag juga mengandung lipase dalam jumlah besar yang akan mencerna lipid yang
tebal pada beberapa dinding sel bakteri, terutama M.tuberkulosis Pada makrofag juga
mengandung bactericidal agent yang akan membunuh bakteri jika enzim lisosom gagal
mencerna bakteri. Efek pencernaan antigen juga berasal dari agen oksidasi yang kuat yang
dibentuk oleh enzim pada membrane fagosome atau oleh special organelle, yaitu peroksisom.
Oksidasi agen meliputi superoksida (O2-) dalam jumlah besar, jidrogen peroksida (H2O2)
-
7/30/2019 Proses Hematopoiesis Leukosit
11/12
dan ion hidroksil (-OH-) yang semuanya bersifat lethal terhadap bakteri meskipun dalam
jumlah terbatas. Selain itu juga enzim lisosomal, myeloperoksidase, katalisasi reaksi antara
H2O2 dan ion clorida yang membentuk hipochlorit yang sangat bakterisidal. 2
Monosit dalam peredaran darah jumlahnya 8-10%, jika >10% dalam 100 sel leukosit
disebut monositosis. Monositosis antara lain disebabkan oleh : infeksi bakteri kronik (TBC,
bruselosis, endokarditis bakterialis, tifoid), infeksi protozoa (malaria, trypanosomiasis),
netropenia kronik, penyakit Hodgkin dan keganasan lain, mielodisplasia (khususnya
leukemia mielomonositik kronik), pengobatan dengan GM-CSF atau M-CSF. Apabila dalam
peredaran darah jumlahnya < 8% dalam 100 sel leukosit, disebut Monositopenia, misalnya
pada penyakit autoimmune (SLE), hairy cell leukemia, obat-obatan : glukokortikoid,
chemotherapy.1,7
5.Limfosit
Limfosit merupakan leukosit agranular dengan rasio inti/sitoplasma tinggi. Limfosit
jenis natural killer (NK) memiliki prominen pada granula sitoplasma. Leukosit secara prinsip
dibagi dua, yaitu sel B dan sel T. Sel B mengekspresikan monoclonal permukaan (bukan
sitoplasma) berupa IgM dan seringnya IgD. Stimulasi Sel B melalui keterkaitan lintas
permukaan molekul Immunoglobulin atau melalui sel efektor sel T menyebabkan diferensiasi
menjadi sel plasma. Sel plasma berperan dalam imunitas humoral melalui sekresi
Immunoglobulin.1
Sel T berasal dari sel induk yang mengalami pematangan di kelenjar Timus dan
mengekspresikan molekul reseptor sel T (CD3) pada permukaan sel. Sel T bertanggung
jawab sebagai sel mediasi imun, misalnya hipersensitivitas tipe lambat (tipe 4), graft rejeksi,
kontak alergi, dan reaksi sitotoksik.1,7
Dalam peredaran darah, jumlah limfosit normalnya 20-40 % dalam 100 sel leukosit.
Jika jumlahnya lebih dari 40 %, disebut leukositosis. Penyebabny antara lain : leukemia dan
limfoma (CLL, NHL, Hodgkins diseases, ALL, hairy cell leukemia, Waldenstorms
macroglobulinemia, heavy chain diseases, mycosis fungoides, Sezary syndrome, large
granular limfosit leukemia, adult T-cell leukemia limfoma (ATLL), infeksi (Ebstein-Barr
virus, Cito Megalo Virus, Toxoplasma gondii, rickettsial infeksi, Bordotella pertussis,,
mumps, varicella, coxsackievirus, rubella, hepatitis virus, adenovirus), stress (Miocardial
infark, sickle crisis, trauma, rheumatoid diseases, adrenalin, vigrouse exercise, post
spleenectomy, thalassemia intermedia.1,7
Sementara itu, jika hitung jenis limfosit kurang
-
7/30/2019 Proses Hematopoiesis Leukosit
12/12
NHL, non-haematopoietic cancers, angioimmunoblastic lymphadenopathy), MDS, Collagen
vascular disease (rheumatoid, SLE, GvHD), Infections HIV, Chemoterapi, pembedahan, luka
bakar, gagal hati, ARF dan CRF, anoreksia nervosa, defisiensi besi, anemia aplastik, sindrom
cushing, sarcoidosis, kelainan congenital (SCID, reticular disgenesis, agammaglobulinemia,
aplasia timus, ataksia telangiectasia.1,7
Sumber :
1. Hoffbrand, A.V, J.E Pettit, P.A.H Moss. 2005.Pembentukan sel darah (hemopoiesis).Dalam Kapita Selekta Hematologi edisi 4. Jakarta : EGC.
2. Guyton, Arthur C. and John E. Hall. 2006. Blood cell, immunity, and blood clotting.Textbook of Medical Physiology Eleventh edition. Pennsylvania : Elsevier Saunders.
3. Theml, Harald, Heinz Diem, and Torsten Haferlach. 2004. Physiology andPathophysiology of Blood cell. Colour Atlas of Hematologysecond edition. Stutgart :
Thieme.
4. Lewandowski, Krzysztof and Andrzej Hellmann. 2006.Atlas of Granulopoiesis.Poland : Gdansk.
5. Lewandowski, Krzysztof and Andrzej Hellmann. 2006.Atlas of Monopoiesis. Poland: Gdansk.
6. Lewandowski, Krzysztof and Andrzej Hellmann. 2006. Atlas of Limfopoiesis.Poland : Gdansk.
7. Provan, Drew, Charles R.J. Singer, Trevor Baglin, and John Lilleyman. 2004. Whitecell abnormalities. Oxford Handbook of Clinical Haemotology second edition..
Oxford University press.