Hitung Leukosit Fix

28
HITUNG LEUKOSIT Oleh : Kelompok III Anggota : IGA Arista wedanthi (P0713014022) Agnes Anggita Permatasari (P0713014024) Ni Kadek Sri Jayanti (P0713014026) Made Wulan Kesumasari (P0713014028) Kadek Prandingga Sugama Putra (P0713014030)

Transcript of Hitung Leukosit Fix

HITUNG LEUKOSIT

Oleh :

Kelompok III

Anggota :

IGA Arista wedanthi (P0713014022)

Agnes Anggita Permatasari (P0713014024)

Ni Kadek Sri Jayanti (P0713014026)

Made Wulan Kesumasari (P0713014028)

Kadek Prandingga Sugama Putra (P0713014030)

Jurusan Analis Kesehatan

Politeknik Kesehatan Denpasar

Tahun akademik 2015-2016I. Tujuan

a. Tujuan Instruksional Umum

1. Mahasiswa dapat mengetahui cara hitung jumlah leukosit darah probandus.

2. Mahasiswa dapat memahami cara hitung jumlah leukosit darah probandus.

b. Tujuan Instruksional Khusus

1. Mahasiswa dapat melakukan hitung jumlah leukosit darah probandus.

2. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil hitung leukosit darah probandus.

II. Metode

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan leukosit ini adalah metode manual

dengan menggunakan kamar hitung (Improved Neubauer) dan metode Automatik dengan

Hematology Analyzer.

III. Prinsip

Darah diencerkan dalam pipet leukosit dengan larutan asam lemah dan hipotonis.

Pengenceran darah dilakukan sebanyak 20x dengan larutan Turk yang dapat menyebabkan

lisis sel eritrosit dan trombosit sehingga memudahkan perhitungan jumlah sel leukosit.

Kemudian dimasukkan ke dalam kamar hitung. Jumlah leukosit dihitung dalam volume

tertentu, dengan mengenakan faktor konversi jumlah leukosit perµl darah dapat

diperhitungkan.

IV. Dasar Teori

1. Pengertian Darah

Darah berasal dari kata haima, yang berasal dari akar kata hemo atau hemato.

Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan

dibawa dalam matriks cairan (plasma). Darah terdiri dari 45% korpuskula dan 55%

plasma darah. Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih kental. Cairan ini memiliki

rasa dan bau yang khas, serta PH 7,4 (7,35 - 7,45).

Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan, bergantung

pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah. Volume darah total sekitar 5 liter

pada laki-laki dewasa berukuran rata- rata, dan kurang sedikit pada perempuan dewasa.

Volume ini bervariasi sesuai dengan ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan

jumlah jaringan adiposa dalam tubuh. Volume ini juga bervariasi sesuai dengan

perubahan cairan darah dan konsentrasi elektrolitnya.

Darah memiliki komposisi yang terdiri atas sekitar 55% cairan darah (plasma) dan

45% sel-sel darah. Elemen pembentuk darah meliputi tiga macam sel darah, yaitu sel

darah merah (leukosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Ketiga

sel-sel darah tersebut tergolong dalam unsur padat yang disebut korpuskuler.

2. Leukosit (Sel Darah Putih)

Sel darah putih (leukosit) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih

besardari sel darah merah, tetapi jumlah sel darah putih lebih sedikit. Diameter leukosit

sekitar10 μm. Batas normal jumlah leukosit berkisar 4.000 – 10.000 / mm³ darah.

Secara garis besar, fungsi leukosit ada 2, yaitu:

Fungsi Defensif

Leukosit di dalam tubuh berfungsi untuk mempertahankan tubuh terhadap

benda-benda asing (foreign agents) termasuk kuman – kuman penyebab

penyakit infeksi. Leukosit yang berperan adalah monosit, netrofil, limfosit.

Fungsi Reparatif

Leukosit di dalam tubuh berfungsi untuk memperbaiki kerusakan

vaskuler. Leukosit yang memegang peranan adalah eosinofil dan basofil

yang menghasilkan heparin, sehingga pembentukka thrombus pembulu-

pembuluh darah dapat dicegah.

3. Pembentukan Leukosit

Dibagi menjadi 3, yaitu granulopoesis, agranulopoesis dan plasmosit:

A. Granulopoesis

Merupakan proses pembentukan leukosit granular yaitu basofil, netrofil, dan

eusinofil.

1. Mieloblast

Sel termuda dengan inti bulat yang berwarna biru kemerahan. Memiliki

satu atau lebih anak inti. Kromatin halus.  Sitoplasma berwarna biru.

2. Promielosit / Proagranulosit

Sitoplasma telah memperlihatkan granula berwarna biru tua. Berbentuk

bulat tidak teratur. Granula tampak menutupi inti. Granula ini terdiri dari

lisozom yang mengandung mieloperoksidase, fosfatase asam, protease dan

lisozim.Inti promielosit biasanya bulat dan besar dengan struktur kromatin

kasar.Anak inti masih ada tetapi biasanya tidak jelas. Jumlah sel ini dalam

sumsum tulang normal adalah 1-5%.

3. Mielosit

Pada mielosit granula sudah menunjukkan diferensiasi yaitu telah

mengandung laktoferin, lisozim peroksidase dan fosfataselindi dan menjadi

basofil, netrofil, atau eusinofil. Inti sel mungkin bulat atau lonjong atau

mendatar pada satu sisi, tidak tampak anak inti, sedangkan kromatin menebal.

Sitoplasma sel lebih banyak dibandingkan dengan promielosit.Jumlahnya dalam

keadaan normal adalah 2-10.

4. Metamielosit

Dalam proses pematangan, inti sel membentuk lekukan sehingga sel

berbentuk seperti kacang merah, kromatin menggumpal walaupun tidak terlalu

padat. Sitoplasma mengandung granula kecil berwarna kemerah-merahan. Sel

ini dalam keadaan normal tetap berada dalam sumsum tulang dengan jumlah 5-

15 %.

5. Neutrofil Batang dan Segmen

Metamielosit menjadi batang apabila lekukan pada inti melebihi setengah

ukuran inti yang bulat sehingga berbentuk seperti batang yang lengkung. Inti

menunjukkan proses degeneratif, kadang-kadang tampak piknotik pada kedua

ujung inti. Sitoplasma mengandung granula halus berwarna kemerah-

merahan.Dalam darah tepi ditemukan hanya 2-6% dari sel-sel leukosit normal.

Selanjutnya sel ini menjadi neutrofil segmen. Dalam sumsum tulang normal sel

ini merupakan 10-40 % dari sel berinti.

B. Agranulopoesis

Limfopoesis

1. Limfoblast dan Prolimfosit

Limfoblast memiliki inti bulat berukuran besar dengan satuatau beberapa

anak inti, kromatin inti tipis rata dan tidak menggumpal.Sitoplasma sedikit

dan berwarna biru. Prolimfosit menunjukkan kromatin lebih kasar tetapi

belum menggumpal seperti limfosit.Kadang-kadang sulit membedakan

limfoblast dari limfosit dan pada keadaan ragu-ragu dianjurkan untuk

menganggap sel itu sebagai limfosit.

2. Limfosit

Besarnya sel 10 – 15 mikron , Ada yang besar (limposit besar), ada, yang

sedang (limposit sedang), ada yang kecil (limposit kecil). Inti sel, letaknya

dalam sel eksentrik, bentuk inti oval / bulat dan relatifbesar, warna inti biru

gelap, kromatin kompak memadat, membran inti kurang jelas terlihat, butir

inti(nucleoli) tidak ada, sitoplasma, luasnya/lebarnya relatif sempit,warna

sitoplasma oxyphil, perinuklear zone umumnya tidak ada,granula dalam

sitoplasma tidakada. Kalau ada granula disebut granula Azurophil. Fungsi

berhubungan aktifitas imunitas seluler dan imunitas humoral.

Monopoesis

1. Monoblast dan Promonosit

Monoblast dan promonosit dalam keadaan normal sulit dikenalatau

dibedakan dari mieloblast dalam sumsum tulang, tetapi padakeadaan

abnormal misalnya pada proliferasi berlebihan sel seri ini,monobalst dan

promonosit dapat dikenali dari intinya yangmemperlihatkan lekukan

terlipat atau menyerupai gambaran otak dansitoplasma dengan

pseudopodia.

2. Monosit

Besarnya sel 10 – 22 mikron, Inti sel, Letaknya dalam seleksentrik.Bentuk

inti menyerupai otak (brain like form), Warna inti

kemerah-merahan/keunguan, Kromatin tersusun lebih kasar, butir inti

(nucleoli) tidak ada, Sitoplasma, Luasnya/lebarnya relatif lebih besar

kadang-kadang ada pseudopodia, Warna sitoplasma biru pucat. Perinuklear

Zone tidak ada, Granula dalam sitoplasma kadang-kadang ada granula

Azurophil, Fungsi melakukan fagositosis.

C. Plasmosit

Sel Plasma (Plasmosit) mempunyai hubungan erat dengan limfosit. Sel

pelopor plasmosit maupun limfosit terdapat dalamjaringan limfoid dan keduanya

merupakan unsur penting dalam sistem imun tubuh. Akibat stimulasi antigen, sel

limfosit B mengalami transformasi blast dan membentuk sel plasma yang

memproduksi immunoglobulin.

Plasmosit dalam keadaan normal tidak tampak dalam darah tepi tetapi

dijumpai dengan jumlah sekitar 1 % dari sel berinti dalam sumsum tulang. Dalam

keadaan normal plasmablast dan proplasmosit tidak dapt dijumpai dalam sumsum

tulang tetapi tampak pada keadaan-keadaan tertentu yang disertai proliferasi

berlebih dan juga peningkatan produksi imunoglobulin. Ukuran, bentuk dan struktur

plasmablast sulit dibedakan dari blast yang lain, tetapi hanya satu cara yang dapat

dipakai untuk membedakan plasmosit dari seri balst yanglain, yaitu bentuk inti yang

eksentrik dan adanya bagian zona jernih melingkar (halo) di sekitar inti.

4. Penggolongan Leukosit

Berdasarkan jenis granula dalam sitoplasma dan bentuk intinya, sel darah putih

digolongkan menjadi dua golongan:

a. Leukosit Bergranula

Eosinofil

Eosinofil adalah granulosit dengan inti yang terbagi 2 lobus dan sitoplasma

bergranula kasar, refraktil dan berwarna merah tua oleh zat warna yang bereaksi

asam yaitu eosin. Walaupun mampu melakukan fagositosis eosinofil tidak

mampu membunuh kuman.

Basofil

Mempunyai bentuk bulat, dan intinya sukar dilihat sebab tertutup oleh

granula. Granulanya sangat besar bulat, berwarna ungu tua, jumlahnya banyak

tetapi letaknya tidak begitu rapat. Kadang – kadang vakuol tampak berwarna

pucat dalam sitoplasma.

Netrofil

Sel-sel ini di sebut leukosit polimorfonuklear karena bentuk intinya

bermacam- macam. Ada dua jenis netrofil yaitu netrofil batang dan netrofil

segment. Ciri –ciri netrofil batang : inti berbentuk seperti batang , bentuk ginjal

atau huruf S, warna ungu tua. Sitoplasma kemerahan dan granula kecil – kecil

halus, warna lembayung muda. Sedangkan netrofil segmen berbentuk bulat,

sitoplasma kemerah-merahan banyak. Mempunyai inti terdiri 2-5 lobus yang di

hubungkan dengan benang kromatin, warna ungu tua padat. Granulanya kecil-

kecil, warna lembayung muda banyak tetapi terpisah.

b. Leukosit Tidak Bergranula

Limfosit

Sel limfosit mempunyai ukuran yang kecil, kira- kira hampir sama dengan

SDM. Limfosit adalah sel leukosit kedua terbanyak di dalam darah sesudah

leukosit netrofil. Antara 25% dan 35% dari jumlah seluruh leukosit darah adalah

limfosit, mempunyai ciri – ciri sebagai berikut : diameter antara 8 – 10 mikron,

nukleous bundar atau lonjong, berlekuk atau berbentuk seperti ginjal dengan

kromatin kasar, sitoplasma sedikit, berwarna biru muda dan tanpa granula.

Monosit

Monosit adalah sel darah yang kasar. Konsentrasi sel monosit ini di dalam

darah antara 5% sampai 10%. Sel monosit ini hanya berada dalam darah selama

24 jam saja, untuk selanjutnya bermigrasi ke berbagai jaringan, menetap disana

dan berubah menjadi sel dengan sitoplasma yang lebih besar dan kerap kali

berlekuk-lekuk, dengan diameter antara 16 – 20 mikron, nukleous bervariasi

biasanya berbentuk ginjal, kromatin tersusun dalam untaian dengan warna

lembayung muda, sitoplasma banyak berwarna biru keabu – abuan.

Sel Plasma

Sel Plasma mempunyai ciri-ciri : ukuran 8-20 um, berbentukbulat, berwarna

keungu-unguan , kromatin tersusun retikulair seperi jari-jari sepeda , membran

inti tidak jelas,danbutir inti tidak ada.

5. Pemeriksaan Leukosit

Metode pemeriksaan leukosit ada 2, yaitu cara manual dan Automatik.

A. Cara Manual (Haemocytometer)

Hemositometer adalah alat yang dipakai untuk menghitung jumlah seldarah

dan terdiri dari kamar hitung, kaca penutupnya dan dua macam pipet. Mutu kamar

hitung serta pipet-pipet harus memenuhi syarat-syarat ketelitian tertentu :

Kamar Hitung.

Kamar hitung yang sebaiknya dipakai ialah yang memakai garis bagi

“improved Neubauer”. “Luas seluruh bidang yang dibagi” adalah 9 mm2 dan

bidang ini dibagi menjadi Sembilan “bidang besar” yang luasnya masing-

masing 1 mm2. Bidang besar dibagi lagi menjadi 16 ”bidang sedang” yang

luasnya masing-masing 1/4 x 1/4 mm2. Bidang besar yang letaknya di tengah-

tengah berlainan pembaginya: ia dibagi menjadi 25 bidang dan tiap bidang itu

dibagi lagi menjadi 16 “bidang kecil”. Dengan demikian jumlah bidang kecil itu

seluruhnya 400 buah,masing-masing luasnya 1/20 x 1/20 mm2. Tinggi kamar

hitung, yaitu jarak antara permukaan yang bergaris-garis dan kaca penutup yang

berpasangan adalah 1/10 mm.Maka volume diatas tiap-tiap bidang menjadi

sebagai berikut :

1 bidang kecil = 1/20 x 1/20 x1/10 =1/4000 mm3

1 bidang sedang = 1/4 x 1/4 x 1/10 =1/160 mm3

1 bidang besar = 1 x 1 x 1/10 = 1/10 mm3

Seluruh bidang yang dibagi = 3 x 3 x 1/10 = 9/10 mm3

Kaca Penutup

Hendaknya memakai kaca penutup yang khusus diperuntukkan bagi

kamar hitung. Kaca penutup itu lebih tebal dari yang biasa, sedangkan ia dibuat

dengan sangat datar. Hanya dalam keadaan darurat kaca penutup biasa boleh

dipakai. Kaca penutup untuk menghitung jumlah trombosit dengan teknik fase

kontras lebih tipis daripada yang dipakai untuk mikroskop biasa.

Pipet

Pipet Thoma untuk pengenceran leukosit (pipet leukosit) terdiri dari

sebuah pipa kapiler yang bergaris – bagi dan membesar pada salah satu ujung

menjadi bola. Dalam bola itu terdapat sebutir kaca putih. Pada pertengahan pipa

kapiler itu ada garis bertanda angka ”0,5” dan ada bagian atasnya, yaitu dekat

bola, terdapat garis bertanda “1,0”. Di atas bola ada angka lain lagi, yaitu pada

garistanda “11”.

Larutan Pengencer

Larutan Pengencer yang biasa digunakan adalah larutan turk. Larutan ini

hipotonis dan dapat menyebabkan lisis sel eritrosit dan trombosit sehingga

memudahkan menghitung leukosit dan mencegah hemolisis leukosit.

Perhitungan Jumlah Leukosit

Leukosit dihitung dalam 4 bidang besar yang terletak di bagian paling

pinggir. 4 bidang tersebut, tiap-tiap bidang ini dibagi lagi menjadi 16 bidang

sedang.

Penghitungan Leukosit

(lingkaran besar: daerah penghitungan leukosit)

Cara menghitung leukosit di dalam kamar hitung Improved Neubaur. Mulai

menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan; kemudian turun ke bawah dan dari

kanan ke kiri; lalu turun lagi ke bawah dan mulai lagi dari kiri ke kanan. Cara

seperti ini dilakukan pada 4 bidang besar tersebut. Ada 2 teknik penghitungan sel

dalam kotak Improved Neubauer yaitu; teknik kiri bawah dan kanan atas. Jika

menggunakan teknik kiri bawah, semua sel yang menyentuh garis batas sebelah

bawah dan kiri, dianggap masuk ke dalam ruangan dan dihitung. Sedangkan sel

yang menyentuh garis batas sebelah kanan dan atas dianggap tidak masuk dan tidak

dihitung.

B. Cara Otomatids (Auto Hematology Analyzer)

Hematology Analyzer adalah alat untuk mengukur sampel berupa darah.

Alat ini biasa digunakan dalam bidang kesehatan untuk memeriksa darah lengkap

dengan cara menghitung dan mengukur sel darah secara Automatik berdasarkan

impedansi aliran listrik atau berkas cahaya terhadap sel-sel yang di lewatkan.

Prinsip kerja :

Cara kerja alat ini adalah darah di cuci selama 200x kemudian dicampur

dengan hemolizying kemudian akan dihitung HB dan WBC, kemudian untuk

penghitungan RBC dan platelet darah dicuci 200x dan kemudian semua data diolah

di mikroprosesor yang kemudian akan ditampilkan dalam display.

6. Kelebihan dan Kelebihan dari Metode Manual dan Metode Automatik

a. Metode Manual

Kelebihan :

Baik digunakan untuk konfirmasi hasil pemeriksaan karena yang dihitung di

kamar hitung benar-benar sel leukosit dengan pengenceran turk yang

menyebabkan lisisnya sel lain kecuali leukosit.

Sedikit memerlukan energi listrik

Harga lebih murah jika dibandingkan dengan Hematology Analyzer

Kekurangan :

Memerlukan waktu yang lama untuk pemeriksaan satu sampel. Jadi tidak

efisien untuk banyak sampel

Memerlukan reagen tertentu dan sampel darah yang dibutuhkan lebih

banyak

Memiliki kesalahan ± 10%

b. Metode automatik

Kelebihan :

Waktu pengerjaan sampel lebih singkat sehingga efisien untuk pemeriksaan

banyak sampel

Sampel yang digunakan sedikit

Memiliki kesalahan yang kecil yaitu ± 2%.

Kekurangan :

Harga lebih mahal

Memerlukan energi listrik dengan tegangan yang lebih tinggi

Memerlukan teknis khusus jika terjadi kerusakan alat

Alat harus rajin dikalibrasi dengan reagen tertentu

7. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Leukosit

Berikut faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah putih :

a) Jenis Kelamin

Pada laki-laki dan wanita normal leukosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit

daripada eritrosit dengan rasio 1 : 700 (Frandson, 1992). Leukosit adalah bagian dari

sel darah yang berinti, disebut juga sel darah putih. Di dalam darah normal didapati

jumlah leukosit rata-rata 4000- 11.000 sel/cc.

b) Usia

Orang dewasa memiliki jumlah leukosit lebih banyak dibanding anak - anak.

c) Kondisi Tubuh Seseorang

Sakit dan luka yang mengeluarkan banyak darah dapat mengurangi jumlah

leukosit dalam darah.

V. Alat Dan Bahan

A. Cara Manual

a. Alat

Pipet thoma leukosit

Kamar Hitung Improved Neubauer

Cover glass

Mikroskop

b. Bahan

Darah vena dengan antikoagulan EDTA atau oxalat

Darah Kapiler

c. Reagen

Larutan Turk

B. Cara Automatik

a. Alat

Hematology Analyzer

b. Bahan

Sampel darah vena EDTA

Reagen untuk kalibrasi

VI. Cara Kerja

A. Cara Manual

Mengisi pipet Leukosit

1. alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan diatas meja praktikum.

2. Darah diisap dengan pipet thoma leukosit hingga skala 0,5 tepat.

3. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.

4. Masukkan ujung pipet dalam larutan Turk sambil menahan darah pada garis tanda

tadi. Pipet dipegang dengan sudut 45 derajat dan larutan Turk diisap perlahan-

lahan sampai garis tanda 11. Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.

5. Angkatlah pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan

karet penghisap.

6. Pipet tersebut dikocok selama 15-30 detik. Jika tidak segera akan dihitung,

letakkanlah dalam sikap horisontal.

Mengisi Kamar Hitung

1. Letakkanlah kamar hitung yang bersih dengan kaca penutupnya terpasang

mendatar diatas meja.

2. Kocoklah pipet yang diisi tadi selama 3 menit terus menerus, jagalah jangan

sampai ada cairan terbuang dari dalam pipet itu selama waktu mengocok.

3. Buanglah semua cairan yang ada didalam batang kapiler pipet (3 atau 4 tetes)

daan segeralah sentuhkan ujung pipet itu dengan sudut 30 derajat pada permukaan

kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkan kamar hitung

itu terisi cairan perlahan-lahan dengan daya kapilaritasnya.

4. Biarkan kamar hitung itu selama 2 atau 3 menit supaya leukosit dapat dihitung.

Jika tidak segera dihitung maka kamar hitung dapat diletakkan pada sebuah cawan

petri tertutup yang berisi segumpal kapas basah.

Menghitung Jumlah Sel

1. Pakailah lensa objektif kecil, yaitu dengan perbesaran 10x. Turunkan lensa

kondensor atau kecilkan diafragma. Meja mikroskop harus dalam posisi datar.

2. Kamar hitung dengan bidang bergarisnya diletakkan dibawah obyektif dan focus

mikroskop diarahkan kepada garis bagi itu. Dengan sendirinya leukosit jelas

terlihat.

3. Hitunglah semua leukosit yang terdapat dalam keempat bidang besar pada sudut –

sudut seluruh permukaan yang dibagi.

a. Mulailah menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan, kemudian turun

kebawah dan kanan ke kiri, lalu turun lagi ke bawah dan dimulai lagi dari

kiri ke kanan. Cara seperti ini dilakukan pada keempat bidang besar.

b. Kadang – kadang ada sel – sel yang letaknya menyinggung garis batas

sesuatu bidang. Sel – sel yang menyinggung garis batas sebelah kiri atau

garis bawah haruslah dihitung. Sebaiknya sel – sel yang menyinggung garis

batas sebelah kanan atau atas tidak boleh dihitung.

B. Cara Automatik (Hematology Analyzer)

1. Masukkan darah ke dalam tabung EDTA kemudian campur dengan baik hingga

homogen.

2. Masukkan darah ke dalam alat sampai ke dasar tabung.

3. Kemudian tekan tombol start untuk memulai pengisapan.

4. Setelah terdengar suara beep 2 kali, tabung dikeluarkan.

5. Kemudian alat akan memeriksa secara Automatik dan akan menampilkan hasil

pada layar dan setelah itu akan diprint.

VII. Perhitungan

Pengenceran yang terjadi dalam pipet adalah 20 kali. Jumlah semua sel yang

dihitung dalam keempat bidang itu dibagi 4. Kalikan angka itu dengan 10 (untuk tinggi)

dan 20 (untuk pengenceran) untuk jumlah leukosit dalam 1 uL darah. Singkatnya : jumlah

sel yang dihitung kali 50 = jumlah leukosit per uL darah.

Vol. Kotak Leukosit = 1x1x0.1= 0.1 mm3

Vol. 64 kotak-W = 4x0.1 = 0.4 mm3

Jumlah Leukosit dalam 4 kotak-W mis = P/0.4 mm3

Leukosit = 1/0.4 x 20 x P = 50 P/mm3

VIII. Nilai Rujukan

4000 - 10.000 /mm3 darah

IX. Masalah Klinis

a. Peningkatan Jumlah Leukosit (Leukositosis)

Infeksi akut (pneumonia, tuberkulosis, meningitis, apendisitis, tonsilitis, pielonefritis,

peritonitis, pankreatitis, divertikulitis, septikemia, demam rematik), leukemia, nekrosis

jaringan (infark miokardial, sirosis hati, luka bakar, kanker organ, emfisema, ulkus

peptikum), penyakiy kolagen, anemia hemolitik dan sel sabit, penyakit parasitik, stress

(pembedahn, demam, kekacauan emosional yang berlangsung lama). Pengaruh Obat :

Aspirin, heparin, digitalis, epinefrin, lithium, histamin, antibiotik (ampisilin, eritromisin,

kanamisin, metisilin, tetrasiklin, vankomisin, streptomisin), senyawa emas,

prokainamid, triamteren, alopurinol, kalium iodida, derivat didantoin, sulfonamid.

b. Penurunan Jumlah Leukosit (Leukopenia)

Penyakit hematopoetik (anemia aplastik, anemia pernisiosa, hipersplenisme, penyakit

Gaucher), infeksi virus, malaria, agranulositosis, alkoholisme, SLE, artritis rheumatoid.

Pengaruh Obat : Antibiotik (penisilin, sefalotin, kloramfenikol), asetaminofen,

sulfonamid, propiltiourasil, barbiturat, agen kemoterapi kanker, diazepam, diuretik,

klordiazepoksid, agen hipoglikemik oral, indometasin, metildopa, rifampin, fenotiazin.

X. Sumber- Sumber Kesalahan

Kesalahan – kesalahan pada Tindakan menghitung leukosit :

i. Jumlah darah yang diisap ke dalam pipet tidak tepat, jika:

a. Bekerja terlalu lambat sehingga ada bekuan darah

b. Tidak mencapai garis tanda 0.5

c. Memakai pipet basah

d. Mengeluarkan lagi sebagian darah yang telah diisap karena melewati garis tanda 0.5

ii. Pengenceran dalam pipet salah:

a. Kehilangan cairan dari pipet, karena mengalir kembali kedalam botol berisi larutan

Turk.

b. Tidak menghisap larutan Turk tepat sampai garis tanda 11.

c. Terjadi gelembung udara dalam pipet pada waktu menghisap larutan Turk

d. Terbuang sedikit cairan pada waktu mengocok pipet atau pada waktu mencabut karet

penghisap pipet.

iii. Tidak mengocok pipet segera setelah mengambil larutan Turk.

iv. Tidak mengocok pipet sebentar sebelum mengisi kamar hitung.

v. Tidak membuang beberapa tetes dari isi pipet sebelum mengisi kamar hitung.

vi. Yang bertalian dengan hitung dan teknik menghitung:

a. Kamar hitung atau kaca penutup kotor

b. Ada gelembung udara masuk dalam cairan.

c. Letaknya kaca penutup salah

d. Meja mikroskop tidak rata air

e. Salah menghitung sel yang menyinggung garis batas

f. Kaca penutup tergeser karena tersentuh dengan lensa mikroskop.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati.2012. Bab 2 pdf. [online]. tersedia:

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-ambarwatig-5298-2-

bab2.pdf (Diakses 22 November 2015. Jam 10:05)

Harun. 2005. Perbedaan Jumlah Eritrosit, Leukosit, Dan Trombosit Pada Pemberian

Antikoagulan EDTA Konvesional Dengan EDTA Vacutainer. [online] tersedia :

http://core.ac.uk/download/pdf/11712963.pdf [diakses : 15 November 2015]

Hellen, 2009.SistemPeredaranDarahmanusia.[online]. tersedia : http://9reeners.wordpress.com/2009/01/30/sistem-peredaran-darah-manusia/, (diakses11 november 2015)

Krishnan.2011.Leukosit.[online]. tersedia : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25730/4/Chapter%20II.pdf (diakses 9 november 2015)

Mulyanto.cahyo.20. pemeriksaan darah lengkap. [online]. tersedia : http://www.itd.unair.ac.id/files/pdf/protocol1/PEMERIKSAAN%20DARAH%20LENGKAP.pdf (diakses 9 november 2015)

Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta : Alfamedia Kanal

Medika

Tim Penyusun. 2015. Penuntun Praktikum Hematologi. Denpasar: Jurusan Analis

Kesehatan Poltekkes Denpasar