makalah leukosit

22
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh, pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnya dengan tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya sistem transportasi dengan darah. Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian. Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar sepertigabelas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter. Jenis sel darah manusia terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit (keping darah)

Transcript of makalah leukosit

Page 1: makalah leukosit

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang

berfungsi sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme

tubuh, pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnya

dengan tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya sistem transportasi

dengan darah.

Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena

berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk

menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat mengalami

gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian.

Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah)

dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu

sekitar sepertigabelas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter. Jenis sel

darah manusia terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit)

dan trombosit (keping darah)

Sel darah putih (leukosit) merupakan unit yang aktif dari system

pertahanan tubuh. Leukosit berfungsi menyediakan pertahanan yang cepat dan

kuat terhadap setiap agen infeksi yang ada. Terdapat beberapa jenis leukosit, yaitu

netrofil, eosinofil, basofil, monosit, limfosit dan megakarosit. Pada orang dewasa

terdapat kira-kira 7000 sel darah putih per millimeter kubik.

Peran sel darah putih (leukosit) yang begitu penting, sehingga seorang

manusia perlu dilakukan pengecekan kadar sel darah putih (leukosit). Oleh karena

itu dilakukannya praktikum patologi klinis ini dimana dilakukan pula praktikum

perhitungan kadar leukosit dalam tubuh manusia.

Page 2: makalah leukosit

2

B. Tujuan

Dilakukan praktikum patologi klinis dalam bab leukosit bertujuan untuk

mengetahui tehnik menghitung kadar sel darah putih (leukosit) , mengetahui

adanya kelainan yang terjadi pada tubuh yang berhubungan dengan kelainan yang

terjadi pada sel darah putih (leukosit), dan membandingkan kadar sel darah putih

(leukosit) tubuh dengan kadar sel darah putih (leukosit) normal.

Page 3: makalah leukosit

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori

Leukosit adalah sel darah yang mengendung inti, disebut juga sel darah

putih. Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral

organisme terhadap zat-zat asingan. Didalam darah manusia, normal didapati

jumlah leukosit rata-rata 6000-10000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000,

keadaan ini disebut leukositosis, bilakurang dari 5000 disebut leukopenia.

Sebenarnya leukosit merupakan kelompok sel dari beberapa jenis. Untuk

klasifikasinya didasarkan pada morfologi inti adanya struktur khusus dalam

sitoplasmanya.

Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih dapat dibedakan yaitu :

1. Granulosit, yaitu leukosit yang mempunyai granula spesifik, yang dalam

keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan

mempunyai bentuk inti yang bervariasi. Terdapat tiga jenis leukosit granuler

yaitu neutrofil, basofil,dan asidofil (atau eosinofil) yang dapat dibedakan

dengan afinitas granula terhadap zat warna netral, basa dan asam.

2. Agranulosit Yang tidak mempunyai granula spesifik, sitoplasmanya homogen

dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit

agranuler yaitu limfosit (sel kecil, sitoplasma sedikit) dan monosit (sel agak

besar mengandung sitoplasma lebih banyak).

NETROFIL

Di antara granulosit, netrofil merupakan merupakan jenis sel yang

terbanyak yaitu sebanyak 60 – 70% dari jumlah seluruh leukosit atau 3000-6000

per mm3 darah normal.

Pada perkembangan sel netrofil dalam sumsum tulang, terjadi perubahan

bentuk intinya, sehingga dalam darah perifer selalu terdapat bentuk-bentuk yang

Page 4: makalah leukosit

4

masih dalam perkembangan. Dalam keadaan normal perbandingan tahap-tahap

mempunyai harga tertentu sehingga perubahan perbandingan tersebut dapat

mencerminkan kelainan. Sel netrofil matang berbentuk bulat dengan diameter 10-

12 μm. Intinya berbentuk tidak bulat melainkan berlobus berjumlah 2-5 lobi

bahkan dapat lebih. Makin muda jumlah lobi akan berkurang. Yang dimaksudkan

dengan lobus yaitu bahan inti yang terpisah-pisah oleh bahan inti berbentuk

benang. Inti terisi penuh oleh butir-butir khromatin padat sehingga sangat

mengikat zat warna basa menjadi biru atau ungu. Oleh karena padatnya inti, maka

sukar untuk untuk memastikan adanya nukleolus.

Dalam netrofil terdapat adanya bangunan pemukul genderang pada inti

netrofil yang tidak lain sesuai dengan Barr Bodies yang terdapat pada inti sel

wanita. Barr Bodies dalam inti netrofil tidak seperti sel biasa melainkan

menyendiri sebagai benjolan kecil. Hal ini dapat digunakan untuk menentukan

apakah jenis kelamin seseorang wanita.

Dalam sitoplasma terdapat 2 jenis butir-butir ata granul yang berbeda

dalam penampilannya dengan ukuran antara (0.3-0.8μm). Granul pada neutrofil

tersebut yaitu :

Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase, dimana

sudah mulai tampak sejak masih dalam sumsum tulang yang makin

dewasa makin berkurang jumlahnya. Ukurannya lebih besar dari pada

jenis butir yang kedua dan kebanyakan telah kehilangan kemampuan

mengikat warna. Dengan pewarnaan Romanovsky butiran ini tampak ungu

kemerah-merahan.

Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat

bakterisidal (protein Kationik) yang dinamakan fagositin. Dinamakan butir

spesifik karena hanya terdapat pada sel netrofil dengan ukran lebih halus.

Butiran ini baru tampak dalam tahap mielosit, berwarna ungu merah muda

dan pada sel dewasa akan tampak lebih banyak daripada butir azurofil.

Page 5: makalah leukosit

5

Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit

mitokonria, apparatus Golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen. Neutrofil

merupakan garis depan pertahanan seluler terhadap invasi jasad renik, memfagosit

partikel kecil dengan aktif. Dengan adanya asam amino D oksidase dalam granula

azurofilik penting dalam pengenceran dinding sel bakteri yang mengandung asam

amino D. Selama proses fagositosis dibentuk peroksidase. Mielo peroksidase yang

terdapat dalam neutrofil berikatan dengan peroksida dan halida bekerja pada

molekul tirosin dinding sel bakteri dan menghancurkannya.

Dibawah pengaruh zat toksik tertentu seperti streptolisin toksin

streptokokus membran granula-granula neutrofil pecah, mengakibatkan proses

pembengkakan diikuti oleh aglutulasi organel - organel dan destruksi neutrofil.

Neotrofil mempunyai metabolisme yang sangat aktif dan mampu melakukan

glikolisis baik secara aerob maupun anaerob. Kemampuan nautrofil untuk hidup

dalam lingkungan anaerob sangat menguntungkan, karena mereka dapat

membunuh bakteri dan membantu membersihkan debris pada jaringan nekrotik

EOSINOFIL

Jumlah sel eosinofil sebesar 1-3% dari seluruh lekosit atau 150-450 buah

per mm3 darah. Ukurannya berdiameter 10-15 μm, sedikit lebih besar dari

netrofil. Intinya biasanya hanya terdiri atas 2 lobi yang dipisahkan oleh bahan inti

yang sebagai benang. Butir-butir khromatinnya tidak begitu padat kalau

dibandingkan dengan inti netrofil.

Eosinofil berkaitan erat dengan peristiwa alergi, karena sel-sel ini

ditemukan dalam jaringan yaang mengalami reaksi alergi. Eosinofil mempunyai

kemampuan melakukan fagositosis, lebih lambat tapi lebih selektif dibanding

neutrofil. Eosinofil memfagositosis komplek antigen dan antibodi, ini merupakan

fungsi eosinofil untuk melakukan fagositosis selektif terhadap komplek antigen

dan antibodi. Eosinofil mengandung profibrinolisin, diduga berperan

mempertahankan darah dari pembekuan, khususnya bila keadaan cairnya diubah

oleh proses-proses patologi.

Page 6: makalah leukosit

6

BASOFIL

Jenis sel ini terdapat paling sedikit diantara sel granulosit yaitu sekitar

0.5%, sehingga sangat sulit diketemukan pada sediaan apus. Ukurannya sekitar

10-12 μm sama besar dengan netrofil. Kurang lebih separuh dari sel dipenuhi oleh

inti yang bersegmen-segmen ata kadang-kadang tidak teratur. Inti satu, besar

bentuk pilihan irreguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil terisi granul

yang lebih besar, dan seringkali granul menutupi inti, sehingga tidak mudah untuk

mempelajari intinya.

Granul spesifik bentuknya ireguler berwarna biru tua dan kasar tampak

memenuhi sitoplasma. Granula basofil mensekresi histamin yang berperan dalam

dalam proses alergi basofil merupakan sel utama pada tempat peradangan ini

dinamakan hypersesitivitas kulit basofil.

LIMFOSIT

Limfosit dalam darah berukuran sangat bervariasi sehingga pada

pengamatan sediaan apus darah dibedakan menjadi limfosit kecil (7-8 μm),

limfosit sedang dan limfosit besar (12 μm).

Jumlah limfosit menduduki nomer dua setelah netrofil yaitu sekitar 1000-

3000 per mm3 darah atau 20-30% dari seluruh leukosit. Di antara tiga jenis

limfosit, limfosit kecil terdapat paling banyak. Limfosit kecil ini mempunyai inti

bulat yang kadang-kadang bertakik sedikit. Intinya gelap karena khromatinnya

berkelompok dan tidak nampak nukleolus. Sitoplasmanya yang sedikit tampak

mengelilingi inti sebagai cincin berwarna biru muda. Kadang-kadang

sitoplasmanya tidak jelas mungkin karena butir-butir azurofil yang berwarna

ungu. Limfosit kecil kira-kira berjumlah 92% dari seluruh limfosit dalam darah.

Limfosit mempunyai kedudukan yang penting dalam sistem imunitas

tubuh, sehingga sel-sel tersebut tidak saja terdapat dalam darah, melainkan dalam

jaringan khusus yang dinamakan jaringan limfoid. Berbeda dengan sel-sel leukosit

yang lain, limfosit setelah dilepaskan dari sumsum tulang belum dapat berfungsi

Page 7: makalah leukosit

7

secara penuh oleh karena hars mengalami differensiasi lebih lanjut. Apabila sudah

masak sehingga mampu berperan dalam respon immunologik, maka sel-sel

tersebut dinamakan sebagai sel imunokompeten. Sel limfosit imunokompeten

dibedakan menjadi limfosit B dan limfosit T, walaupun dalam sediaan apus kita

tidak dapat membedakannya. Limfosit T sebelumnya mengalami diferensiasi di

dalam kelenjar thymus, sedangkan limfosit B dalam jaringan yang dinamakan

Bursa ekivalen yang diduga keras jaringan sumsum tulang sendiri. Kedua jenis

limfosit ini berbeda dalam fungsi immunologiknya.

Sel-sel limfosit T bertanggung jawab terhadap reaksi immune seluler dan

mempunyai reseptor permukaan yang spesifik untuk mengenal antigen asing. Sel

limfosit B bertugas untuk memproduksi antibodi humoral antibodi response yang

beredar dalam peredaran darah dan mengikat secara khusus dengan antigen asing

yang menyebabkan antigen asing tersalut antibodi, kompleks ini mempertinggi

fagositosis, lisis sel dan sel pembunuh (killer sel atau sel K) dari organisme yang

menyerang. Sel T dan sel B secara marfologis hanya dapat dibedakan ketika

diaktifkan oleh antigen.

MONOSIT

Jenis sel agranulosit ini berjumlah sekitar 3-8% dari seluruh leukosit. Sel

ini merupakan sel yang terbesar diantara sel leukosit karena diameternya sekitar

12-15 μm. Bentuk inti dapat berbentuk oval, sebagai tapal kuda atau tampak

seakan-akan terlipat-lipat. Butir-butir khromatinnya lebih halus dan tersebar rata

dari pada butir khromatin limfosit.

Sitoplasma monosit terdapat relatif lebih banyak tampak berwarna biru

abu-abu. Berbeda dengan limfosit, sitoplasma monosit mengandung butir-butir

yang mengandung perioksidase seperti yang diketemukan dalam netrofil.

Monosit mampu mengadakan gerakan dengan jalan membentuk

pseudopodia sehingga dapat bermigrasi menembus kapiler untuk masuk ke dalam

jaringan pengikat. Dalam jaringan pengikat monosit berbah menjadi sel makrofag

atau sel-sel lain yang diklasifikasikan sebagai sel fagositik.

Page 8: makalah leukosit

8

Didalam jaringan mereka masih mempunyai membelah diri. Selain

berfungsi fagositosis makrofag dapat berperan menyampaikan antigen kepada

limfosit untuk bekerja sama dalam sistem imun.

B. Kelainan pada leukosit

1. PERGESERAN KE KIRI (Shift To The Left), Peningkatan jumlah leukosit

muda dalam darah tepi. Misalnya peningkatan jumlah netrofil batang > 10 %

dalam darah tepi.

2. NETROFILIA, Peningkatan jumlah neutrofil dalam darah tepi lebih dari

normal, ini bisa disebabkan  :

- Infeksi akut contoh : radang paru, pneumonia, meningitis

- Infeksi lokal yang disertai dengan produksi dan penimbunan nanah

- Intoksikasi, missal pada zat-zat kimia, uremia.

- Selain itu ada juga Netrofilia Fisiologik yang disebabkan oleh olah

raga yang berlebihan, stress, ini disebut juga Pseudonetrofilia.

3. EOSINOFILIA, Peningkatan jumlah eosinofil dalam darah tepi, ditemukan

pada :

- Penyakit alergi (Urticaria, Asthma bronchiale).

- Infeksi parasit misal pada : Schistosomiasis, Trichinosis, Cacing

tambang)

- Sesudah penyinaran

- Hodgkin’s disease, Poli arthritis nodosa,dll

- Keganasan, penyakit kulit misal Eksim

4. BASOFILIA, Peningkatan jumlah basofil dalam darah, ditemukan pada :

- Infeksi oleh virus (Smallpox, Chickenpox)

- Kadang-kadang sesudah Spleenektomi, Anemia hemolitik kronis

5. MONOSITOSIS, Peningkatan jumlah monosit dalam darah, ditemukan pada :

- Infeksi Basil (TBC, Endocarditis sub akut)

- Infeksi Protozoa (Malaria, dysentri amoeba kronik)

- Hodgkin’s disease, Artritis Rheumatoid

Page 9: makalah leukosit

9

6. LIMPOSITOSIS, Peningkatan jumlah limposit dalam darah, ditemukan

pada  :

- Infeksi akut (Pertusis, hepatitis, Mononucleusis infeksiosa) dan Infeksi

menahun

- Pada infant (bayi dan anak-anak)

- Radang kronis misal Kolitis Ulseratif

- Kelainan metabolic (Hipertiroidisme)

7. NEUTROPENIA, Penurunan jumlah netrofil dalam darah tepi, penyebabnya :

- Penyakit infeksi

- Demam thypoid, Hepatitis, Influenza, campak, malaria, juga tiap jenis

infeksi akut.

- Bahan kimia dan fisika misal pada radiasi dan obat, Hiperspleenisme,

penyakit hati.

8. LIMFOPENIA, Penurunan jumlah limposit dalam darah tepi, penyebab  :

- Kematian kortikosteroid misalnya akibat terapi dengan obat Steroid.

- Penyakit berat misal : Gagal jantung, gagal ginjal, TBC berat.

9. AGRANULOSITOSIS, Menghilangnya granulosit dalam darah tepi secara

mendadak pada seseorang yang sebelumnya normal. Pada agranulositosis

yang umum jumlah leukosit rendah dan limposit matang merupakan satu-

satunya jenis leukosit yang ada dalam darah tepi. Penyebabnya  : Penyakit

autoimmune, juga obat contoh obat : Antalgin dan sulfonamide

10. REAKSI LEUKEMOID, Leukositosis reaktif  yang bukan proses keganasan

(Benigna) dengan sel-sel leukosit belum matang dan matang yang memasuki

sirkulasi dalam jumlah berlebihan.

Page 10: makalah leukosit

10

BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan Praktikum

- Pipet thoma leukosit

- hemositometer

- Lanset steril

- Kamar hitung Improved Neubauer

- Reagen Turk (larutan gentian violet 1% dalam 1 mL air, asam asetat

glacial 1 mL, aquadest ad 100 mL, saring sebelum dipakai)

- Kapas Alkohol

- Mikroskop

- Sampel darah

B. Prosedur Praktikum

- Sterilkan jari, tusukan lanset steril ke jari. Usap darah pertama, kumpulkan

darah sampai kira-kira cukup untuk dijadikan sebagai sampel.

- Darah dihisap dengan pipet thoma leukosit sampai tanda 0,5. Kelebihan

darah pada ujung pipet dibersihkan.

- Hisap reagen Turk sampai tanda 11 pada pipet (pengenceran 20 kali), lalu

buat homogen dengan mengocok pipet selama 3 menit.

- Siapkan kamar hitung, pastikan penutup kamar hitung pada posisi yang

pas agar tidak bergerak. Isikan kamar hitung dengan campuran darah dan

larutan Turk yang sudah homogeny melalui parit pada kamar hitung.

Biarkan campuran menyebar merata. Keringkan parit dengan tisu.

- Biarkan selama 3 menit, lalu lihat dibawah mikroskop perbesaran 40 kali.

- Hitung jumlah leukosit pada kamar hitung leukosit.

Page 11: makalah leukosit

11

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

NO. Nama mahasiswa Jumlah leukosit Kadar leukosit

1. Siti Linda 121 6050 /µl darah

2. Dian S 156 7800 /µl darah

Perhitungan :

Vb = 4 x P x L x t

= 4x1x1x0,1 = 0,4 µl darah

1. FP = 10 : 0,5 = 20

Kadar leukosit = 121x 20

0,4 = 6050 / µl darah

2. FP = 10 : 0,5 = 20

Kadar leukosit = 156x 20

0,4 = 7800 / µl darah

B. Pembahasan

Dari dua data hasil praktikum, diperoleh kadar sel darah putih (leukosit)

dalam kondisi normal yaitu berada pada rentang 6000-10000 sel / µl darah.

Dengan hasil demikian maka tidak ada kelainan yang terdeteksi pada percobaan

yang dilakukan kali ini.

Page 12: makalah leukosit

12

BAB V

KESIMPULAN

Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa sel darah putih

merupakan salah satu unit sel darah yang tidak boleh disepelekan

perannya.sehingga pemeriksaan rutin harus dilakukan guna mendeteksi adanya

kelainan yang terjadi pada sel darah darah putih.

Kadar sel darah putih praktikan dinyatakan tidak mengalami gangguan

apapun atau berada dalam kondisi normal karena kadar yang diperoleh berkisar

antara 6000-10000 sel / µl darah yaitu 6050 / µl darah dan 7800 / µl darah.

Page 13: makalah leukosit

13

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 7.

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Syaifuddin B. Ac. 1992. Anatomi Fisiologi untuk siswa perawat.

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Page 14: makalah leukosit

14

LAMPIRAN

1. Kamar hitung Improved Neubauer

2. Pipet Thoma

Page 15: makalah leukosit

15

3. Perhitungan leukosit, area berwarna biru adalah area hitung leukosit

4. Gambaran jenis – jenis leukosit