Prosedur Diagnostik Parkinson

6
Prosedur diagnostik Diskriminasi berbagai kondisi yang menyebabkan parkinsonisme adalah penting dalam Rangka perencanaan terapi dan prognosis. Menggunakan kriteria yang telah diketahui bersama “Kriteria Penyakit Parkinson Inggris pada Komunitas Sosial dan Bank Otak” (UKPDSBB) yang diketahui, maka kami dapat mendiagnosis penyakit parkinson idiopatik dengan atau tanpa kaitan genetik pada sekitar 80% kasus. Faktor lain yang mendeskriminasi parkinsonisme presinaptik idiopati/terkait gen dan parkinsonisme campuran pre/postsinaptik adalah adanya penurunan atau ketidakhadiran respons terhadap levodopa, disautonomia dini yang bermakna (dengan inkontinensia urgensi, disfungsi ereksi, dan hipotensi ortostatik simtomatis), dan fungsi normal olfaktorius pada pemeriksaan berikutnya sama baiknya dengan penggunaan pemeriksaan pencitraan. Pemeriksaan tantangan yakni menggunakan levodopa/karbidopa (200/50mg) dan apomorfin (1.5mg) hanya memiliki sensitivitas sebesar 77% dan 66% dan spesifisitas sebesar 71% dan 71%. Pemeriksaan skrining otonomik termasuk registrasi neurofisik uretral dan sfingter, tidak ditemukan secara konsisten membantu dan pemeriksaan olfaktorius hanya dapat membantu dalam diskriminasi penyakit parkinson dari pasien PSP dan CBD, tetapi tidak dari pasien MSA. Dengan struktur pencitraan, terutama MRI dengan T-2 difus dengan ukuran penutup 3mm, tehnik pencitraan dan putaran echo cepat,

description

blok 18

Transcript of Prosedur Diagnostik Parkinson

Prosedur diagnostikDiskriminasi berbagai kondisi yang menyebabkan parkinsonisme adalah penting dalam Rangka perencanaan terapi dan prognosis. Menggunakan kriteria yang telah diketahui bersama Kriteria Penyakit Parkinson Inggris pada Komunitas Sosial dan Bank Otak (UKPDSBB) yang diketahui, maka kami dapat mendiagnosis penyakit parkinson idiopatik dengan atau tanpa kaitan genetik pada sekitar 80% kasus. Faktor lain yang mendeskriminasi parkinsonisme presinaptik idiopati/terkait gen dan parkinsonisme campuran pre/postsinaptik adalah adanya penurunan atau ketidakhadiran respons terhadap levodopa, disautonomia dini yang bermakna (dengan inkontinensia urgensi, disfungsi ereksi, dan hipotensi ortostatik simtomatis), dan fungsi normal olfaktorius pada pemeriksaan berikutnya sama baiknya dengan penggunaan pemeriksaan pencitraan. Pemeriksaan tantangan yakni menggunakan levodopa/karbidopa (200/50mg) dan apomorfin (1.5mg) hanya memiliki sensitivitas sebesar 77% dan 66% dan spesifisitas sebesar 71% dan 71%. Pemeriksaan skrining otonomik termasuk registrasi neurofisik uretral dan sfingter, tidak ditemukan secara konsisten membantu dan pemeriksaan olfaktorius hanya dapat membantu dalam diskriminasi penyakit parkinson dari pasien PSP dan CBD, tetapi tidak dari pasien MSA. Dengan struktur pencitraan, terutama MRI dengan T-2 difus dengan ukuran penutup 3mm, tehnik pencitraan dan putaran echo cepat, lingkaran putaminal spesifik dan atau reaksi silang nya panas dapat terlihat pada pasien MSA tetapi tidak pada pasien penyakit parkinson (sensitivitas 87% dan spesifisitas 88%), sedangkan pada pasien PSP atropi otak tengah rostral dengan tanda seperti gambaran burung kolibri sangat spesifik untuk dibedakan dari penyakit parkinson. (lihat juga bab 31). Pemeriksaan MRI dapat sangat membantu terutama dalam mendiagnosis beberapa bentuk parkinson sekunder, sama speerti hidrosefalus bertekanan normal, parkinson tipe vaskular (lihat bab 17) dan penyakit Wilson (lihat gambar 5.2). Pemeriksaan terbaru Foto emisi komputer tomografi tunggal (SPECT) dan atau Emisi tomografi positron (PET) dapat dipertimbangkan sebagai alat terbaik dalam mendiskrimiasi berbagai jenis parkinson, melalui pemberian berbagai macam pengobatan ligand radiologi. Sehingga, F-Dop dan C-rakloperid PET dan transporter dopamin FP-CIT dan tetrabenzamin IBZM-SPECT merupakan tehnik biasa untuk menginvestigasi integritas sistem dopamin pre/postsinap; metaiodobenzilguanidin MIBG-SPECT (lihat bab 6) memberikan sebuah pandangan tentang integritas neuron jantung postsinaptik (gangguan pada penyakit parkinson tetapi tidak pada pasien MSA dan atau PSP dan F-deoksiglukosa, pemeriksaan PET menunjukkan metabolisme glukosa serebral (sebagai contoh di striatum, yang sangat sering ditemukan terdapat peningkatan pada penyakit parkinson dan penurunan pada MSA dan PSP, dan di hemisfer dimana penurunan asimetrik terlihat pada CBDG) (lihat bab 32).

Gambar 5.3 Pencitraan MR pada pasien yang menderita penyakit wilson (dengan cincin Kayser Fleisher) menunjukkan karakteristik perubahan intensitas sinyal di kaudatus, putamen dan talamus (kiri) sama baiknya dengan tipe tipikal sehingga disebut tanda muka panda yang besar, disebabkan penenkanan nukleus merah dengan intensitas rendah yang normal dan substansi nigra disekeliling intensitas sinyal abnormal yang tinggi di tegmentum otak tengah.(kanan)

(Presinaptik) Pencitraan FP-CIT transporter dopaminPemberian penanda analog kokain FP-CIT, DAT, atau -CIT pada SPECT dan bahkan hasil yang lebih baik ditunjukkan oleh PET, sebuah kehilangna bermakna dari reseptor striatal dopamin, berkaitan dengan gejala parkinsonistik, dapat dikeluarkan pada pasien yang menderita kelainan presinaptik dan atau kombinasi pre/postsinaptik-yang menginduksi parkinsonisme (PD/DLB/MSA/PSP). Distonia yang respons dengan dopa, AD, tremor penting atau postsinaptik yang diinduksi oleh sistem dopaminergik. Pemeriksaan kemampuan reproduksi dari tehnik ini ditemukan sangat tinggi dan obat dopaminergik seperti selegrin, levodopa sama seperti agonis levodopa gagal menempatkan ligand ini pada manusia, mencetuskan studi pada hewan sebelumnya.Studi ini mengindikasikan bahwa ikatan transporter dopamin PET dan SPECT adalah metode yang sangat sensitif untuk mendiskriminasi presinaptik dan atau kombinasi parkinsonisme pre/postsinaptik dari postsinaptik murni (parkinsonisme iatrogenik) dan/atau sekunder lainnya (manganisme dan lain lain) atau yang bukan parkinsonisme (tremor penting, distonia, parkinsonisme psikogenik). Fluorodopa scan PET juga membantu dalam mendiferensiasikan transmisi dopaminergik dan nondopaminergik yang gagal menginduksi parkinsonisme (lihat gambar 5.3). tehnik ini juga digunakan untuk emndeteksi secara langsung hilangnya sel dopaminergik secara dini dan untuk memonitoring kemajuan hilangnya sel ini (lihat gambar 5.4). Sebagai usul awal dari bermaknanya rasio cudatus/putamen yang rendah sama seperti hilangnya striatum simetris terikat radioaktif pada MSA dan PSP Vs Penyakit parkinson dapat terkonfirmasi, hal ini tidak benar-benar nyata dapat membedakan kelainan tersebut pada kasus individu berlandaskan transporter pencitraan sendiri.

Pencitraan reseptor Dopamin D2 IBZM PostsynaptikDengan Menggunakan SPECT dengan ligand tetrabenzamin, pengambilan normal dari radioaktif terlihat pada reseptor dopamin D2 striatal pada penyakit parkinson dan gejala sebelum parkinson sama baiknya pada pasien yang tidak menderita parkinson, namun begitu, menurut studi postmortem, hilangnya reseptor D2 yang mengikat dopamin striatal dipublikasikan pada pasien yang menderita MSA atau PSP, beberapa tahun setelah gejala pertama muncul, meskipun data individual menunjukkan tumpang tindih antara pasien dan kontrol. Menurut, follow up klinis tidak ada pasien dengan penurunan ikatan IBZM yang menunjukkan respons positif terhadap pengobatan dopaminergik. Pada garis respons klinis dramatis terhadap L-DOPA pada pasien yang menderita distonia responsif terhadap dopa, terdapat peningkatan reseptor D2 yang mengikat dopamin ditemukan. Pada neuroleptik mengindiksi parkinsonisme, seperti yang diharapkan, sebuah penurunan bermakna daro ikatan IBZM dipublikasikan.

Dapat disimpulkan, pencitraan SPECT baik pada struktur presinaptik dan postsinaptik sistem dopaminergik pada sistem saraf pusat menyediakan sebuah metode unik untuk membedakan pasien parkinsonisme dengan hilangnya presinaptik selektif sel dopaminergik dari kombinasi penurunan ekspresi ketersediaan reseptor dopaminergik dan pada pasien yang menderita bukan dari transmisi dopaminergik namun terkait parkinsonisme.