Proposal Terapi Aktifitas Kelompok Belimbing. (Jd)

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schiophrenia selalu diikuti dengan gangguan persepsi sensori halusinasi . terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) : Sosialisasi TAK adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan social. Salah satu gangguan hubungan social pada pasien gangguan jiwa adalah gangguan perepsi sensori. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan yang sebetulnya tidak ada. han sensori persepsi : merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan,penghiduan, gerak, halusinasi yang terjadi sebelum tidur, halusinasi yang terjadi sebelum bangun tidur, serta hlusinasi histerik. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang diderita klien diantaranta dapat menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan asyik dengan fikirannya sendiri. Salah satu penanganannya yaitu dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk S1-Keperawatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. 2010 1

Transcript of Proposal Terapi Aktifitas Kelompok Belimbing. (Jd)

Page 1: Proposal Terapi Aktifitas Kelompok Belimbing. (Jd)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schiophrenia selalu diikuti dengan gangguan

persepsi sensori halusinasi . terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi

menarik diri terhadap lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya

sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya. Terapi Aktivitas

Kelompok (TAK) : Sosialisasi TAK adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi

sejumlah klien dengan masalah hubungan social. Salah satu gangguan hubungan social

pada pasien gangguan jiwa adalah gangguan perepsi sensori. Halusinasi adalah salah satu

gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan yang sebetulnya tidak ada.

han sensori persepsi : merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,

perabaan,penghiduan, gerak, halusinasi yang terjadi sebelum tidur, halusinasi yang terjadi

sebelum bangun tidur, serta hlusinasi histerik. Pasien merasakan stimulus yang

sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang diderita klien diantaranta dapat

menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan asyik dengan fikirannya sendiri. Salah

satu penanganannya yaitu dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan

untuk mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol halusinasi yang dialaminya atas dasar

tersebut, maka kami menganggap dengan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) klien

dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong dan dalam hal sosialisasinya dengan

lingkungan disekitarnya, gtentu saja klien yang mengikuti terapi ini adalah klien yang

sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat

bekerja sama dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain.

S1-Keperawatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. 2010 1

Page 2: Proposal Terapi Aktifitas Kelompok Belimbing. (Jd)

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah selesai mengikuti terapi aktivitas kelompok atau simulasi terapi  aktivitas

kelompok (TAK) klien dapat meningkatkan kernampuan dalam  mempersepsikan

simulasi yang dilakukan sehingga dapat mengontrol  halusinasinya.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Klien mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya.

2. klien dapat mengekspresikan perasaannya melalui gambar

3. klien dapat menyampaikan makna gambar.

1.3 Ruang Lingkup

1.3.1 Ruang Lingkup Tempat

Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) ini dilakukan di RSKD Duren Sawit, ruang

Belimbing.

1.3.2 Ruang Lingkup Waktu

Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) ini dilakukan pada hari Jumat tanggal 1

Februari Jam 16.00 – 16.45 WIB.

S1-Keperawatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. 2010 2

Page 3: Proposal Terapi Aktifitas Kelompok Belimbing. (Jd)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

1. Halusinasi dengar merupakan persepsi sensoriyang salah terhadap stimulus dengar

eksternal yang tidak mampu di identifikasi (Beck dan Wiliam, 2003).

2. Halusinasi dengar merupakan adanya persepsi sensori pada pendengaran individu

tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata (Stuart dan Sundeen, 2001).

3. Halusinasi adalah persepsi yang timbul tanpa stimulus eksternal serta tanpa

melibatkan sumber dari luar yang meliputi semua system panca indra. Halusinasi

adalah persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak

ada (Sheila L Videbeck, 2000).

2.2 Tipe Halusinasi

a. Halusinasi Pendengaran

Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising yang tidak

mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebuah kata atau kalimat yang

bermakna. Suara tersebut dapat dirasakan berasal dari jauh atau dekat, suara biasanya

menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula ancaman, mengejek,

memaki.

b. Halusinasi Penglihatan

Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakitorganik) biasanya sering

muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat

gambaran-gambaran yang mengerikan.

c. Halusinasi Penciuman

Halusinasi ini biasanya berupa mencium bau sesuatu bau tertentu dan dirasakan

tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai

pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu kombinasi moral.

S1-Keperawatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. 2010 3

Page 4: Proposal Terapi Aktifitas Kelompok Belimbing. (Jd)

d. Halusinasi Pengecapan

Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penghidung,

penderita merasa mengecap sesuatu.

e. Halusinasi Perabaan

Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak dibawah kulit

terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.

f. Halusinasi Gerak

Halusinasi yang seolah-olah merasa badannya bergerak di sebuah ruang tertentu

dan merasa anggota badannya bergerak dengan sendirinya.

g. Halusinasi Viseral

Halusinasi alat tubuh bagian dalam seolah-olah ada perasaan tertentu yang timbul di

tubuh bagian dalam (missal : Lambung seperti ditusuk-tusuk jarum)

h. Halusinasi Hipnagonik

Persepsi sensori bekerja yang salah yang terdapat pada orang normal, terjadi

sebelum tidur.

i. Halusinasi Hipnopompik

Persepsi sensori bekerja yang salah yang terdapat pada orang normal, terjadi

sebelum bangun tidur.

j. Halusinasi Histerik

Halusinasi yang timbul pada neurosis histerik karena konflik emosional.

2.3 Definisi Tak (Terapi Aktivitas Kelompok)

Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada

sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang

digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam

kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan

menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki

perilaku lama yang maladaptive.

S1-Keperawatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. 2010 4

Page 5: Proposal Terapi Aktifitas Kelompok Belimbing. (Jd)

2.4 Jenis - Jenis Tak (Terapi Aktivitas Kelompok)

Terapi Aktifitas Kelompok berdasarkan masalah keperawatan jiwa yang paling

banyak ditemukan dikelompok sebagai berikut : 

1. TAK sosialisasi (untuk klien dengan menarik diri yang sudah sampai pada tahap

mampu berinteraksi dalam kelompok kecil dan sehat secara fisik). 

2. TAK stimulasi sensori (untuk klien yang mengalami gangguan sensori). 

3. TAK orientasi realita (untuk klien halusinasi yang telah mengontrol halusinasinya,

klien waham yang telah dapat berorientasi kepada realita dan sehat secara fisik).

4. TAK stimulasi persepsi : halusinasi (untuk klien dengan halusinasi)

5. TAK peningkatan harga diri (untuk klien dengan HDR) 

6. TAK penyaluran energy (untuk klien perilaku kekerasan yang telah dapat

mengekspresikan marahnya secara konstruktif, klien menarik diri yang dapat

berhubungan dengan orang lain secara bertahap dan sehat secara fisik).

2.5 Peran Dan Fungsi Terapis

2.5.1 Leader 

Tugas: 

a. Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.

b. Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya terapi.

c. Membuka acara

d. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.

e. Memimpin diskusi kelompok

f. Menutup acara diskusi.

2.5.2 Co Leader 

Tugas: 

a. Mendampingi Leader

b. Mengambil alih posisi Leader jika Leader blocking

c. Menyerahkan kembali posisi kepada leader

S1-Keperawatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. 2010 5

Page 6: Proposal Terapi Aktifitas Kelompok Belimbing. (Jd)

2.5.3 Fasilitator 

Tugas: 

a. Ikut serta dalam kegiatan kelompok

b. Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif

mengikuti jalannya terapi

2.5.4 Observer

Tugas

a. Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia).

b. Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga

penutupan.

2.5.5 Operator

Tugas

a. Mengatur alur permainan

b. Timer (Mengatur waktu).

2.6 Pengorganisasian

A. Struktur Organisasi

1. Leader : Lukman Sulistiyadi

2. Co. Leader : Desi Miranti

3. Fasilitator : M. Ari Tri Wibowo

Suci Octavianty

Tri Wahyudi

4. Observer : Eka Saktiana O

5. Operator : Dessyana Paulus

B. Waktu

- Hari/tanggal : Jumat, 1 Februari 2013

- Waktu : 10.00 s.d 10.45 WIB (45 menit)

S1-Keperawatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. 2010 6

Page 7: Proposal Terapi Aktifitas Kelompok Belimbing. (Jd)

- Tempat : Ruang Belimbing

C. Tim terapis

- Setting : Peserta dan terapis duduk bersama di kursi meja panjang

- Ruangan nyaman dan tenang

Keterangan:

: Klien : Leader : Co Leader

: Observer : Fasilitator : Operator

D. Metode dan media

2. Metode yang digunakan, antara lain:

- Dinamika kelompok

3. Media

- Kertas HVS

- Kertas warna

- Lem

S1-Keperawatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. 2010 7

Page 8: Proposal Terapi Aktifitas Kelompok Belimbing. (Jd)

- Permen

2.7 Tahap – Tahap Dalam Terapi Aktivitas Kelompok.

Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase – fase dalam terapi

aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :

a. Pre kelompok

Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader,

anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses

evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber – sumber yang

diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika memungkian biaya dan

keuangan.

b. Fase awal

Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik

atau kebersamaan.

1. Orientasi.

Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing, dan leader

mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.

2. Konflik

Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan

siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan

saling ketergantungan yang akan terjadi.

3. Kebersamaan

Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai

menemukan siapa dirinya.

c. Fase Kerja

Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif

dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk

mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih

stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas

kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.

S1-Keperawatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. 2010 8

Page 9: Proposal Terapi Aktifitas Kelompok Belimbing. (Jd)

d. Fase terminasi

Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin

mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.

- Peran Perawat dalam terapi aktivitas kelompok.

1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.

2. Sebagai leader dan co leader

3. Sebagai fasilitator

4. Sebagai observer

5. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan

2.8 Karakteristik Pasien

Berdasarkan pengamatan dan kajian status klien maka karakteristik klien yang dilibatkan

dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah klien dengan masalah keperawatan perubahan

persepsi sensori : halusinasi. Selain itu klien dapat diajak bekerjasama, tidak disorientasi,

tidak inkoheren, tidak sedang mengalami halusinasi, sehat fisik, cukup kooperatif serta

dapat memahami pesan yang diberikan.

2.8.1 Proses Seleksi

Klien diseleksi berdasarkan pengkajian dari perawat. Penyeleksian masalah

berdasarkan masalah keperawatan. Selanjutnya dilakukan kontrak dengan klien.

2.8.2 Jumlah Klien

Terdiri dari 10 orang adalah Tn. O, Tn. P, Tn. I, Tn. A, Tn. R, Tn. Ar, Tn. S, Tn.

R, Tn. H, Tn. K

S1-Keperawatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. 2010 9

Page 10: Proposal Terapi Aktifitas Kelompok Belimbing. (Jd)

2.9 Proses Pelaksanaan

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)

TAK STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI

Tujuan

1. Klien dapat mengekspresikan perasaannya melalui gambar

2. Klien dapat menyampaikan makna gambar.

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama di kursi panjang

2. Tempat tenang dan nyaman

Alat

1. Kertas origami

2. Kertas bergambar

3. Lem

4. Permen

Metode

1. Bermain menempel mozaik

2. Menjelaskan makna gambar

Langkah kegiatan

1. Persiapan

a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan sensori

persepsi: halusinasi

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

1. Salam dari terapis pada klien

S1-Keperawatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. 2010 10

Page 11: Proposal Terapi Aktifitas Kelompok Belimbing. (Jd)

2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)

3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)

b. Evaluasi/validasi

Menanyakan perasaan klien saat ini

c. Kontrak

1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu menempel

mozaik gambar

2. Terapis menjelaskan aturan main berikut

Jika ada klien yang inggin meninggalkan kelompok, harus minta izin

kepada terapis

Lama kegiatan 45 menit

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tahap Kerja

a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu menempel gambar yang

sudah ada dengan kertas origami yang sudah dipotong kecil-kecil seperti

membuat pola dari kertas yang berbeda, kemudian menjelaskan hubungan klien

dengan gambar yang ada.

b. Terapis membagikan gambar beserta kertas origami yang sudah dipotong kecil-

kecil kepada klien.

c. Terapis meminta klien menceritakan menempel gambar yang sudah ada dengan

kertas origami yang sudah dipotong kecil-kecil secara bersamaan dengan waktu

30 menit.

d. Sementara klien menggambar, terapis berkeliling dan memberi penguatan kepada

klien untuk terus menempel gambar. Beri pujian pada klien yang melakukannya

dengan baik

e. Setelah semua selesai menempel, terapis meminta masing-masing klien

memperlihatkan dan menceritakan gambarnya yang telah ditempelnya. Yang

harus diceritakan adalah gambar apa dan makna gambar tersebut bagi klien.

Kegiatan dilakukan sampai semua klien mendapat giliran

f. Setiap kali klien selesai menceritakan gambarnya, terapis mengajak klien

bertepuk tangan dengan menggunakan tepuk pandu positif sambil mengatakan “

S1-Keperawatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. 2010 11

Page 12: Proposal Terapi Aktifitas Kelompok Belimbing. (Jd)

… memang hebat”. Selain tepuk pandu positif, setiap peserta yang selesai

menceritakan gambarnya diberi permen sebagai reward.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b. Tindak lanjut

Terapis meminta klien untuk mengekspresikan perasaannya untuk menggambar

dan menempel.

c. Kontrak yang akan datang

Menyampaikan bahwa TAK stimulasi sensori adalah bukan TAK terakhir yang

disampaikan perawat mahasiswa UPN “Veteran”. Tapi akan ada TAK selanjutnya

dari mahasiswa lain yang sedang praktek di ruangan sesuai dengan kebutuhan

klien, sehingga waktu dan tempat belum bisa dipastikan. Untuk TAK selanjutnya,

klien akan dihubungi lagi.

5. Evaluasi dan Dokumentasi

a. Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.

Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.

Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi.

1. 100% klien mengikuti TAK dari awal sampai akhir

2. 80% kegiatan dilakukan sesuai dengan jadual kegiatan yang telah dibuat

S1-Keperawatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. 2010 12

Page 13: Proposal Terapi Aktifitas Kelompok Belimbing. (Jd)

2. Format Evaluasi

FORMAT EVALUASI

Stimulasi Sensori : Menempel Gambar

Kemampuan memberi respon terhadap gambar

No. Aspek yang dinilai

Nama Pasien

Tn. O Tn. P Tn. I Tn. A Tn. R Tn. A Tn. S Tn. R Tn. H Tn. K

1. Mengikuti kegiatan dari

awal hingga akhir

2. Menempel gambar sampai

selesai

3. Menyebutkan gambar apa

4. Menceritakan makna

gambar

1. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengikuti, menempel gambar,

menyebutkan dan menceritakan makna gambar. Beri tanda jika klien mampu dan

tanda jika klien tidak mampu.

2. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 3 atau 4 berarti klien lulus

dan meneruskan ke TAK stimulasi sensori berikutnya dapat ; jika nilai ≤ 2 klien belum

lulus dan berarti mengulang TAK stimulasi sensori 2.

S1-Keperawatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. 2010 13

Page 14: Proposal Terapi Aktifitas Kelompok Belimbing. (Jd)

a) Kemampuan verbal : bertanya

No. Aspek yang dinilaiNama Pasien

Tn. O Tn. P Tn. I Tn. A Tn. R Tn. A Tn. S Tn. R Tn. H Tn. K

1.Menyebutkan nama

lengkap

2.Menyebutkan nama

panggilan

3. Menyebutkan gambar apa

4.Menceritakan

makna gambar

b) Kemampuan Non-Verbal

No. Aspek yang dinilaiNama Pasien

Tn. O Tn. P Tn. I Tn. A Tn. R Tn. A Tn. S Tn. R Tn. H Tn. K

1. Kontak Mata

2. Duduk Tegak

3.Menggunakan

Bahasa Tubuh Yang Sesuai

4.Mengikuti Kegiatan Dari Awal Sampai

Akhir

Petunjuk :

1. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan member tanda rumput ( ) jika ditemukan

pada klien atau tanda silang () jika ditemukan.

2. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien dianggap mampu, dan

jika nilai ), 1, atau 2 klien belum mampu.

S1-Keperawatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. 2010 14

Page 15: Proposal Terapi Aktifitas Kelompok Belimbing. (Jd)

3. Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses

keperawatan tiap klien.

Referensi:

Keliat, Budi A., Arkemat. (2004). Keperawatan jiwa: terapi aktivitas kelompok.

Jakarta: EGC

S1-Keperawatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. 2010 15

Page 16: Proposal Terapi Aktifitas Kelompok Belimbing. (Jd)

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

“STIMULASI PERSEPSI”

DI RUANG BELIMBING

RUMAH SAKIT DUREN SAWIT. JAKARTA TIMUR

DISUSUN OLEH :

DESI MIRANTI CITRA . N (1010711015)

DESSYANA PAULUS (1010711075)

EKA SAKTIANA. O (1010711012)

LUKMAN SULISTIYADI (1010711040)

M. ARI TRI WIBOWO (1010711030)

SUCI OCTAVIANTY (1010711049)

TRI WAHYUDI (1010711089)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAKARTA

S1-Keperawatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. 2010 16

Page 17: Proposal Terapi Aktifitas Kelompok Belimbing. (Jd)

2013

S1-Keperawatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. 2010 17