Makalah Masalah Khusus Jd

25
INSIDENSI KUTU PUTIH PADA BUAH MANGGIS KUALIFIKASI EKSPOR DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR FRANCISKUS PARASIAN 15/388594/PPN/3989

Transcript of Makalah Masalah Khusus Jd

Page 1: Makalah Masalah Khusus Jd

INSIDENSI KUTU PUTIH PADA BUAH MANGGIS KUALIFIKASI EKSPOR

DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR

FRANCISKUS PARASIAN

15/388594/PPN/3989

PASCASARJANA ILMU HAMA TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2015

Page 2: Makalah Masalah Khusus Jd

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manggis merupakan salah satu komoditas primadona ekspor yang menjadi andalan

Indonesia untuk meningkatkan pendapatan devisa negara. Di luar negeri manggis dijuluki

sebagai “Queen of the Tropical Fruits” yang merupakan refleksi perpaduan dari rasa asam

dan manis yang tidak dipunyai oleh komoditas buah-buahan lainnya serta bentuknya yang

eksotik yang menjadikan suatu daya tarik tersendiri.

Produksi manggis di Indonesia berfluktuasi dari tahun ke tahun. Produksi manggis pada

tahun 2014 sebesar 114.760 ton. Lima provinsi penghasil manggis terbesar adalah Jawa

Barat, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jawa Timur dan Banten. Ekspor buah manggis pada

tahun 2014 sebesar 10,08 ribu ton menjadi penyumbang devisa terbesar dari buah-buahan

tahunan dengan nilai US$ 6.544.688. Dibandingkan dengan tahun 2013, volume ekspor dan

nilai FOB manggis meningkat sebesar 31,82 persen dan sebesar 14,13 persen. Lima negara

tujuan ekspor manggis terbesar adalah Malaysia, Hongkong, Vietnam, UEA dan China (BPS

2015).

Kabupaten Bogor merupakan sentra perkebunan manggis di Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan data Dinas Pertanian Bogor tahun 2014 bahwa jumlah produksi manggis pada

tahun 2014 sebesar 3238 ton. Sentra produksi manggis di Kab. Bogor antara lain di

Kecamatan Leuwisadeng dan Leuwiliang dengan pohon yang menghasilkan sebanyak 27.425

pohon. Buah manggis yang diekspor dari sentra perkebunan manggis di Kab. Bogor pada

tahun 2014 sebesar 1350 ton dengan negara tujuan Malaysia dan Thailand.

Rantai pemasaran buah manggis di tiap daerah berbeda-beda, namun sebagian besar

petani menjual kepada tengkulak atau pengumpul sebelum dibeli oleh eksportir atau

pedagang besar. Salah satu contoh rantai pemasaran buah manggis dengan studi kasus di

daerah Kecamatan Leuwisadaeng (Lampiran 1)

Buah manggis yang diperdagangkan pada pasar luar negeri (ekspor) sebagian besar

berasal dari kebun rakyat yang belum terpelihara secara baik dan sistem produksinya masih

tergantung pada alam (tradisional) serta sebagian besar kebun manggis di Indonesia belum

teregistrasi.

Salah satu kendala dalam budidaya manggis adalah adanya hama yang menyerang

tanaman manggis. Hal ini mengakibatkan produksi dan kualitas buah manggis menurun.

Hama potensial pada tanaman manggis : Aspidiotus destructor, Helopeltis antonii, Hyposidra

Page 3: Makalah Masalah Khusus Jd

talaca, Phyllocnistis citrella, Pseudococcus spp, Scirtothrips sp., Stictoptera cucullioides,

Tetranychus spp. (Harahap et al. 2009). Data Dinas Pertanian Kab. Bogor menyatakan bahwa

hama yang menyerang perkebunan manggis di Kab. Bogor yaitu Pengorok daun (Liriomyza

sp.) yang menyerang 1 (satu) hektar tanaman pada tahun 2014.

Berdasarkan komunikasi pribadi dengan Bapak Suyana POPT Kab Bogor bahwa

Serangan kutu putih tidak ditemukan pada tanaman manggis di wilayah Kabupaten Bogor

hingga bulan September 2015. Namun, hama kutu putih dapat berpotensi terbawa pada buah

manggis komoditas ekspor. Keberadaan kutu putih pada komoditas-komoditas buah ekspor

dapat menjadi gangguan kerjasama bilateral terutama di bidang perdagangan.

Dalam sistem perdagangan internasional komoditas pertanian yang dilaksanakan saat

ini, WTO memberlakukan ketentuan-ketentuan non tarif yang dituangkan dalam bentuk

Sanitary and Phytosanitary (SPS) Agreement. Negara-negara anggota WTO, termasuk

Indonesia harus melaksanakan ketentuan dalam “Agreement” tersebut dalam kegiatan ekspor

dan impor komoditas pertanian. Semua ketentuan ini diberlakukan dalam kerangka

implementasi International Plant Protection Convention (IPPC). Implementasi SPS

Agreement adalah dalam bentuk International Standard for Phytosanitary Measures (ISPM).

Dalam ISPM ditentukan bahwa negara pengimpor dapat melakukan analisis risiko masuk dan

berkembangnya OPT yang mungkin terbawa oleh komoditas yang diimpor serta produk

ekspor Indonesia ke negara tersebut harus terbebas dari hama dan penyakit tanaman (Hidayat

2012).

Kegiatan ekspor manggis dari Indonesia khususnya ke Australia dan New Zealand

masih mengalami kendala karena persyaratan dari negara tersebut sangat ketat. Berdasarkan

hasil dari Pest Risk Analysis (PRA)/ analisis risiko OPT dari negara tersebut bahwa beberapa

spesies kutu putih yang sudah ada di Indonesia termasuk dalam quarantine pest/ OPT

Karantina sehingga buah manggis yang diekspor ke negara tersebut harus terbebas dari kutu

putih.

Insidensi hama merupakan proporsi tanaman atau bagiannya yang terserang dalam

suatu populasi tanaman tertentu, tanpa memperhitungkan berat atau ringannya tingkat

serangan serta dengan identifikasi hama yang jelas. Informasi tentang insidensi kutu putih

pada buah manggis di Indonesia terutama di sentra perkebunan di wilayah Kab. Bogor masih

belum ada. Oleh karena itu, perlu dilakukan surveilans tentang insidensi kutu putih pada buah

manggis.

Page 4: Makalah Masalah Khusus Jd

Perumusan Masalah

a. Identifikasi bagian tanaman yang sering diserang pada tanaman Manggis

b. Insidensi kutu putih di sentra pertanaman manggis di Kabupaten Bogor

c. Pest Risk Analysis untuk kutu putih pada buah manggis yang diekspor ke negara tujuan

Australia dan New Zealand

Tujuan

1. Mengetahui spesies kutu putih yang menyerang pada buah manggis

2. Mengetahui insidensi kutu putih

3. Mengetahui inang alternatif kutu putih di sekitar pertanaman manggis

4. Memberikan informasi tentang PRA Manggis untuk kutu kutih terutama untuk negara

tujuan Australia dan New Zealand

Page 5: Makalah Masalah Khusus Jd

METODOLOGI

Tempat dan Waktu

Surveilans kutu putih ini dilaksanakan di perkebunan manggis di Desa Sadeng,

Kecamatan Leuwisadeng, Kabuaten Bogor, Jawa Barat dan identifikasi kutu putih

dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok. Surveilans dan

identifikasi berlangsung sejak 31 Oktober hingga 21 November 2015.

Penentuan Contoh Tanaman dan Pengambilan Kutu Putih

Areal pertanaman manggis yang dijadikan lokasi surveilans yaitu lahan milik Pak

Misnan Ketua kelompok tani dengan luas areal 1 hektar. Umur tanaman manggis tersebut

sekitar 10-15 tahun. Pada pertanaman manggis tersebut ditentukan garis diagonal dan

sebanyak 4 pohon manggis di masing-masing ujung garis diagonal serta di bagian tengah

lahan (Gambar 1). Total tanaman contoh untuk pengamatan ini adalah 20 pohon. Bagian

tanaman manggis yang diamati adalah bunga dan buah. Pengamatan dilakukan terhadap

keberadaan kutu putih.

Apabila ditemukan kutu putih, lalu dimasukkan ke dalam botol 15 ml yang berisi

alkohol 70%. Pengamatan juga dilakukan disekitar areal pertanaman manggis untuk

mengetahui keberadaaan kutu putih selain di tanaman manggis.

Gambar 1 Diagram penentuan tanaman contoh pada pengamatan tanaman manggis

Page 6: Makalah Masalah Khusus Jd

Gambar 2 Pertanaman manggis dan pengambilan kutu putih

Pembuatan Preparat Kutu Putih

Kutu putih hasil koleksi dilubangi pada bagian dorsal, kemudian dimasukkan ke dalam

gelas arloji, lalu diteteskan ke dalam gelas arloji cairan Essig sekitar 6-8 ml, diambahkan 3-4

ml kloroform sampai spesimen tenggelam, lau ditambahkan 4-5 ml Asam Fuchsin untuk

pewarnaan dan tutup dengan kaca. Gelas arloji yang berisi kutu putih dipanaskan selama 20

menit pada suhu 80oc. Setelah itu kaca arloji dilepaskan dan gelas arloji didinginkan. Setelah

dingin, tubuh kutu putih diremas-remas dengan jarum yang telah dimodifikasi untuk

mengeluarkan isi dari dalam tubuh. Kutu putih yang telah bersih dipindahkan ke slide

preparat yang telah diteteskan cairan Heinz lalu di bawah mikroskop diatur posisi tubuh

bagian ventral menghadap ke atas, letak spesimen disesuaikan, kaki dan antena dilebarkan

agar saat identifikasi lebih jelas, kemudian kaca penutup diletakkan diatas spesimen dan

cairan. Slide preparat yang sudah jadi dipanaskan pada suhu 40oc selama semalam. Setelah

kering, pinggiran kaca penutup ditetesi dengan pewarna kutu berwarna bening untuk

mencegah bergeraknya kaca penutup.

Identifikasi Kutu Putih

Kutu putih yang yang telah dibuat preparat di identifikasi di bawah mikroskop comppond

dengan perbesaran 100x dan berdasarkan kunci identifikasi Williams (2004).

Penghitungan Insidensi Kutu Putih

Untuk nilai insidensi kutu putih, digunakan rumus:

KH = (n / N) x 100 %

KH : Insidensi HamaN : jumlah buah yang terserang pada tanaman contoh yang diamatiN : jumlah seluruh buah pada tanaman contoh yang diamati

Page 7: Makalah Masalah Khusus Jd

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kebun manggis milik Pak Misnan lokasi surveilans berada di koordinat – 06o 55’90.5”

LS dan 106o 58’33.7” BT dengan ketinggian sekitar 250 mdpl. Berdasarkan komunikasi

langsung dengan Pak Misnan, teknik budidaya yang dilakukan di kebunnya telah sesuai

dengan good agricultural practice (GAP) dan beliau telah mengikuti pelatihan pendampingan

program peningkatan produksi dan kualitas kebun manggis serta setiap tahun buah hasil

panen dari kebunnya selain didistribusikan untuk pasar domestik juga untuk diekspor.

Identifikasi Kutu Putih

Pada surveilans ini ditemukan 2 (dua) spesies kutu putih yang menyerang tanaman

manggis yaitu: Dysmicoccus neobrevipes Beardsley dan Exallomochlus hispidus Morrison.

1. Exallomochlus hispidus Morrison (Hemiptera: Pseudococcidae)

Pada surveilans ini ditemukan Exallomochlus hispidus pada surveillance ini ditemukan

di bagian bawah dan atas calyx (Gambar 1). Keberadaan kutu putih ini di Indonesia telah

dilaporkan oleh Sartiami et al. (1999) dan spesies ini telah dinyatakan menghuni 12 tanaman

buah-buahan sebagai tanaman inangnya. Menurut Williams (2004) mengatakan bahwa

spesies ini telah ditemukan di Pulau Sumatera oleh Green pada tahun 1930 dan Betrem pada

tahun 1937 di Pulau Jawa, saat itu E. hispidus diidentifikasi sebagai Pseudococcus jacobsoni.

Williams melaporkan temuan kutu putih di dukuh manggis, durian, jambu biji, jeruk pomelo,

sawo, lengkeng, nangka dan sirsak. Pada tanaman inangnya, kutu putih ini ditemukan pada

daun, ranting, batang, dan buah tanaman inang. Namun, pada surveilans ini bagian daun,

batang dan ranting tidak ditemukan spesies ini.

Gambar 3. Exallomochlus hispidus (Morrison) pada buah manggis (A) ditemukan di bawah

calyx (B) ditemukan di atas calyx.

A B

Page 8: Makalah Masalah Khusus Jd

Exallomochlus hispidus dicirikan dengan tidak adanya oral rim tubular ducts dan

bagian anal ring dengan 2 baris sel. Tubuh imago betina E. hispidus pada preparat mikroskop

berbentuk oval melebar Antena berjumlah 8 ruas. Cerari terdiri dari 18 pasang dan cerari

setae pada bagian dorsal meruncing atau berbentuk kerucut. Anal lobe cerari dengan 4

conical setae pada area membran atau area yang mengalami sklerotisasi (Gambar 4).

Gambar 4. Exallomochlus hispidus (Morrison) dalam preparat mikroskop (A) tubuh utuh imago betina (B) antena (C) cerari (D) betina memiliki anal lobe terseklerotisasi

2. Dysmicoccus neobrevipes Beardsley

Pada surveilans ini ditemukan Dysmicoccus neobrevipes pada surveillance ini

ditemukan di bagian bawah dan atas calyx (Gambar 1). Keberadaan kutu putih ini di

Indonesia telah dilaporkan oleh Saumiati (2006) pada tanaman palem hias (Veitchia merrillii)

di Bogor dan Nasution (2012) melaporkan di tanaman manggis, pisang, sawo dan srikaya.

A B

C D

Page 9: Makalah Masalah Khusus Jd

Gambar 5. Dysmicoccus neobrevipes pada buah manggis (A, B) ditemukan di bagian bawah.

D. neobrevipes dicirikan dengant tubuh imago betina pada preparat mikroskop

berbentuk oval melebar. Antena berjumlah 8 ruas. Cerari terdiri dari 17 pasang, Anal lobe

cerari jumlahnya lebih dari 2 (dua) conical setae. Transclucent pores pada femur dan tibia

tidak ada (Gambar 6).

Gambar 6. Dysmicoccus neobrevipes (Morrison) dalam preparat mikroskop (A) tubuh utuh imago betina (B) setae pada anal lobe(C) cerari (D) femur dan tibia

Kutu putih dapat menimbulkan kerusakan langsung dan tidak langsung. Gejala

kerusakan langsung pada tanaman yang disebabkan oleh hama ini berupa bercak-bercak

A B

A B

C D

Page 10: Makalah Masalah Khusus Jd

klorosis, daun layu dan mengeriting, burik pada buah, tanaman tumbuh kerdil hingga

kematian tanaman. Secara tidak langsung, hama ini dapat merusak tanaman karena mampu

menjadi vektor beberapa penyakit tanaman. Kutu putih mengeluarkan semacam tepung putih

yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Kutu putih dewasa mengeluarkan cairan seperti gula

yang selanjutnya dapat menarik semut hitam dan menyebabkan timbulnya jelaga pada buah.

Kulit buah yang kotor menyebabkan kualitas buah menurun. (Kuntarsih, 2005).

Sampai saat ini belum ada laporan serangan E. hispidus dan D. neobrevipes

menyebabkan kehilangan hasil di tanaman manggis. Namun, spesies kutu putih D.

neobrevipes ini merupakan hama yang merusak pada tanaman nanas (Ananas comosus L.

Merryl) karena merupakan vektor utama Pineapple Mealybug Wilt-associated Virus

(PMWaV). Asosiasi kutu putih dan virus tersebut oleh Sether and Hu (2002) dilaporkan

menyebabkan kehilangan hasil sebesar 35% di Hawai. Kutu putih ini juga menyebabkan

kerusakan pada tanaman sisal (Agave sisalana Perrine), tahun 2010 dilaporkan outbreak di

Cina bagian selatan (Qin et al. 2010) serta di Srilanka dilaporkan tingkat infestasinya tinggi

pada tanaman pisang (Watson et al. 2013)

Pengamatan di sekitar tanaman manggis terdapat pertanaman pepaya namun di tanaman

pepaya tidak ditemukan kutu putih spesies E. hispidus dan D. neobrevipes. Spesies yang

ditemukan yaitu Paracoccus marginatus.

Insidensi Kutu Putih

Gambar 7. Insidensi kutu putih di tanaman manggis

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, kutu putih ini ditemukan hampir pada

semua tanaman contoh. Hasil pengamatan menunjukan rata-rata insidensi relatif cukup tinggi,

nilai rata-rata insidensi pada pengamatan minggu pertama mencapai 8,46% dan minggu

Page 11: Makalah Masalah Khusus Jd

kedua mencapai 10,97% (Gambar 7). Saat pengamatan insidensi terjadi saat akhir musim

kemarau dan memasuki musim penghujan. Kondisi lahan saat pengamatan juga ditemukan

kepadatan tajuk tanaman dan tumbulnya gulma di bawah tanaman dan gawangan. Faktor

lingkungan tersebut dapat memberikan keuntungan untuk pertumbuhan dan perkembangan

dari kutu putih. Faktor lainnya yang mendukung ialah faktor dalam yaitu potensi biologi dari

serangga kutu putih, dimana serangga ini memiliki ukuran tubuh yang kecil serta kepiridian

tinggi dan kemampuan berkembang biak yang cepat karena sifat dari serangga ini yang

mampu bereproduksi tanpa terjadinya fertilisasi (perbanyakan secara partenogenesis). Musim

kemarau telur-telur betina hasil pembiakan secara partenogenesis akan menghasilkan

individu jenis jantan maupun betina, yang selanjutnya meng- hasilkan telur-telur yang

dibuahi lebih banyak. Curah hujan juga berpengaruh pada kehidupan kutu putih sebab dengan

ukuran tubuh yang kecil serangga hama kutu putih bisa terjatuh, penyebaran kutu putih oleh

serangga contohnya semut juga berpengaruh karena disetiap kutu putih yang ditemukan di

buah manggis ditemukan berasosiasi dengan semut yang berada di bawah calyx manggis.

Perkebunan manggis di Leuwisadeng dalam teknik budidayanya tidak menggunakan

insektisida, sehingga untuk mengendalikan kutu putih tersebut di lapangan dapat

menggunakan kultur teknis dengan cara kultur teknis antara lain :

a. Mengurangi kepadatan tajuk agar tidak terlalu rapat dan saling menutupi;

b. Mengurangi kepadatan buah.

c. Pembungkusan buah

d. Sanitasi terhadap areal pertanaman (Balai Penelitian Tanaman Buah, 2006)

Pemangkasan dan penyiangan gulma telah dilakukan maksimal 2 (dua) bulan sekali.

Berdasarkan pengamatan di lapangan tajuk sudah rapat dan gulma cukup tinggi sehingga

untuk mengantisipasi agar populasi kutu putih di buah manggis tidak semakin tinggi dapat

segera dilakukan kembali pemangkasan untuk mengurangi kepadatan tajuk dan penyiangan

gulma untuk menjaga sanitasi di areal pertanaman.

Pengendalian kutu putih pada buah manggis juga harus dilakukan saat buah telah

dipanen yaitu saat pengumpulan dari petani yang biasanya dilakukan di tempat ketua

kelompok tani. Pada saat itu, buah harus dilakukan pemeriksaan dan penyortiran sehingga

buah yang ditemukan adanya kutu putih dapat dipisahkan atau dibersihkan dari buah yang

tidak ada kutu putih. Tindakan itu harus dilakukan sebelum pengemasan dan pengiriman ke

gudang eksportir.

Berdasarkan hasil insidensi kutu putih di tanaman pengamatan perlu melakukan

antisipasi terhadap pengeluaran buah yang akan diekspor agar tidak terjadi penolakan dari

Page 12: Makalah Masalah Khusus Jd

negara tujuan. Infestasi kutu putih pada buah manggis ekspor pernah terjadi. Berdasarkan

sumber dari Pusat Karantina Tumbuhan, negera tujuan yang menemukan kutu putih yang

terbawa di buah manggis mengirimkan notification for non compliance (NNC) akibat temun

tersebut dan manggis tersebut harus di fumigasi di negara tujuan (Lampiran 2). Tindakan

tersebut dapat memperburuk citra negara kita dan menyebabkan tambahan biaya sehingga

akan memberatkan eksportir. Oleh karena itu, perlu adanya surveilans lanjutan untuk

memberikan informasi yang lebih akurat tentang serangan kutu putih ini dan rekomendasi

untuk penanganan di pertanaman dan pasca panen untuk antisipasi agar kutu putih tidak

terbawa di buah manggis.

Analisis Resiko Hama (Pest Risk Analysis)

Berdasarkan hasil analisis risiko yang telah dilakukan oleh petugas biosecurity

Australia dan New Zealand bahwa E. hispidus termasuk di dalam quarantine pest bagi negara

tersebut dan tidak boleh terbawa di buah manggis karena spesies kutu putih tersebut belum

ada di negara tersebut. Kutu putih tersebut berpotensi untuk masuk kategori high,

kemampuan bertahan kategori high, kemampuan menyebar kategori high dan potensi

menyebabkan kerusakan hasil kategori low sehingga kesimpulan dari hasil analisis risiko

hama tersebut menyatakan kutu putih tersebut kategori low (lampiran 3) (Australian

Government 2012, New Zealand Government 2014).

Kategori kutu putih E. hispidus termasuk low namun, pemerintah Australia dan New

Zealand tetap mempersyaratkan setiap pemasukan buah-buahan terutama manggis antara lain

telah dilakukannya tindakan pembebasan kutu putih pada buah manggis seperti

membersihkan buah termasuk dibawah calyx dengan penyemprotan air dengan tekanan

tinggi, disikat, fumigasi dengan menggunakan methyl bromida dan alternatif pengendalian

yang telah disetujui pemerintah tersebut. Setiap pemasukan manggis harus telah diperiksa

oleh petugas karantina di tempat negara asal.

Hasil analisis risiko ini mewajibkan negara Indonesia melaksanakan persyaratan yang

telah ditetapkan oleh negara tersebut sehingga perlu ada kerjasama antara petani, distributor,

eksportir dan pemerintah agar buah manggis seperti penerapan good agricultural practice

dan good handling practices dengan konsisten serta pemeriksaan komoditas di tempat

pengeluaran secara ketat.

Page 13: Makalah Masalah Khusus Jd

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kutu putih yang ditemukan pada buah manggis di areal yang dilakukan surveilans yaitu

Dysmicoccus neobrevipes Beardsley dan Exallomochlus hispidus Morrison. Di sekitar areal

pertanaman manggis ditemukan tanaman pepaya namun, tidak ditemukan spesies kutu putih

yang sama. Insidensi hama kutu putih pada buah di tanaman contoh yang diamati sebesar 8-

10%. Hasil analisis resiko hama kutu putih oleh Australia dan New Zealand menyatakan

bahwa Exallomochlus hispidus Morrison termasuk ke dalam quarantine pest dengan kategori

low namun, dicegah pemasukkannya karena spesies kutu putih tersebut belum ada di negara

tersebut sehingga perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk membebaskan kutu putih pada

buah manggis sebelum buah tersebut dikirim ke negara tersebut.

Saran

1. Perlu adanya surveilans lanjutan dan di areal pertanaman manggis lainnya untuk

memastikan infestasi kutu putih secara lebih tepat.

2. Perlu memberikan rekomendasi kepada petugas pertanian di Kab. Bogor untuk

menindaklanjuti hasil surveilans ini

3. Perlu adanya antisipasi untuk mencegah kutu putih terbawa pada buah manggis hasil

panen dari kebun milik Pak Misnan.

Page 14: Makalah Masalah Khusus Jd

DAFTAR PUSTAKA

Australian Government. 2012. Final report for the non-regulated analysis of existing policy for fresh mangosteen fruit from Indonesia. Department of Agriculture Fisheries and Forestry Biosecurity Australia. 158p.

Balai Penelitian Tanaman Buah. 2006. Organisme Pengganggu Tanaman Manggis. Warta Penelitian dan Pengembangan 28(2):10-12.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik tanaman buah-buahan dan sayuran tahunan Indonesia tahun 2015 [Internet]. [ diunduh 2016 Januari 3].

Harahap, IS, Maryana N, Sartiami D, Nurmansyah A, Wiyono S, Amalia H. 2009. Laporan akhir kegiatan. Surveilans Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Manggis (Garcinia mangostana L.) di Kabupaten Bogor. Fakultas Pertanian, IPB.15 hal.

Hidayat A. 2012. Mari kita mengenal: sanitary dan phytosanitary (SPS) [Internet]. Jakarta (ID): Kementrian Pertanian Republik Indonesia. [diunduh 2012 Agustus 28]. Tersedia pada: http://pphp.deptan.go.id/disp_informasi.html.

Kuntarsih S. 2005. Standar Prosedur Operasional Manggis Kabupaten Tasikmalaya. Direktorat Budidaya Tanaman Buah. Jakarta.

Nasution BA. 2012. Keanekaragaman spesies kutu putih (Hemiptera: Pseudococcidae) pada tanaman buah-buahan di Bogor. [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

New Zealand Government. 2014. Import health standard commodity sub-class: fresh fruit/vegetables mangosteen from Indonesia. Ministry for Primary Industries, New Zealand. 9p.

Saumiati M. 2006. Kutu putih (Hemiptera: Pseudococcidae) pada tanaman palem hias Veitchia merrillii (Becc.) Moore di kota Bogor-Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sartiami D, Sosromarsono S, Buchori D, Suryobroto B. 1999. Keragaman spesies kutu putih pada tanaman buah-buahan di daerah Bogor. Peranan Entomologi dalam Pengendalian Hama yang Ramah Lingkungan dan Ekonomis. Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI); 1999 Feb 16; Bogor. Bogor (ID): PEI. Hlm 429-435.

Sether DM, Hu JS, 2002. Yield impact and spread of Pineapple mealybug wilt associated virus-2 and mealybug wilt of pineapple in Hawaii. Plant Disease, 86(8):867-874.

Qin ZQ, Wu JH, Ren SX, Wan FH. 2010. Risk analysis of the alien invasive gray pineapple mealybug (Dysmicoccus neobrevipes Beardsley) in China. Sci. Agri. Sin. 43, 626e631 (in Chinese).

Watson GW, Hemachandra KS, Wijayagunasekara HNP. 2013. Mealybug (Hemiptera : Pseudococcidae) species on economically important fruit crops in sri lanka. Tropical Agricultural Research Vol 25 (1): 69-82.

Williams DJ. 2004. Mealybug of Southern Asia Key to Genera of Pseudococcidae. The Natural History Museum. United Kingdom.

.

Page 15: Makalah Masalah Khusus Jd

LAMPIRAN

Lampiran 1. Rantai pemasaran manggis dari desa Leuwisadeng

Page 16: Makalah Masalah Khusus Jd

Lampiran 2. Data notification for non compliance (NNC) untuk komoditas buah manggis segar dari negara tujuan

NOTanggal

Negara TujuanEkspor

UPT-KP/LokasiTempat

Pengeluaran

Alasan NNC KomoditasTindakan terhadap Barang kiriman

1 14 Nopember 2012

China Soekarno-Hatta

Karena ditemukannya serangga hidup pada buah segar manggis dan buah salak

Buah Segar Tidak jelas

    Tanjung Priok        Denpasar      

2 04 Desember 2012

China Unknown Ditemukan Hama yang bersifat aktif seperti : Planococcus lilacinus, Exallomochlus hispidus, Dysmicoccus lepelleyi.

Manggis  Tidak jelas

      Ditemukan Hama yang bersifat aktif seperti : Pseudoccocus sp, Dysmicoccus sp, Collectotrichum sp dan Geotrichum candidum

Manggis dan Salak

 Tidak jelas

3 17 February 2014  

New Zealand

Soekarno HattaBandung

Ditemukan serangga hidup dan telur slug pada buah manggis

Manggis (550 kg) Dibersihkan dan difumigasi

4 7 Maret 2014 dan 14 Maret 2014

New Zealand 

Soekarno Hatta 

Ditemukan serangga hidup dan telur slug pada buah manggis

 Manggis (3.300 Kg)

Dibersihkan dan difumigasi

5 03 April 2014 New Zealand 

Bandung Ditemukan serangga hidup dan telur slug pada buah manggis

Manggis (982 Kg) Dibersihkan dan difumigasi

Page 17: Makalah Masalah Khusus Jd

Lampiran 3. Hasil analisis resiko hama (pest risk analysis) kutu putih pada buah manggis asal Indonesia oleh Pemerintah Australia dan New Zealand

Likelihood ofConsequences URE

Pest nameEntry

Establishment Spread P[EES]Importation Distribution Overall

Mealybugs [Hemiptera: Pseudococcidae]  Dysmicoccus lepelleyi

High Moderate Moderate High High Moderate Low Low

Exallomochlus hispidusHordeolicoccus heterotrichusParacoccus interceptusParaputo odontomachiPlanococcus lilacinus EP

Planococcus minor EP, WA

Pseudococcus aurantiacusPseudococcus baliteusPseudococcus cryptus EP

Rastrococcus spinosus EP