STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS...

111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Program Studi Agribisnis Oleh : Eriska Ayu Setyawati H 0808021 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Transcript of STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS...

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS

BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Program Studi Agribisnis

Oleh :

Eriska Ayu Setyawati

H 0808021

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS

BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

yang dipersiapkan dan disusun oleh:

ERISKA AYU SETYAWATI NIM. H0808021

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal : 25 Juli 2012

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Dr. Sapja Anantanyu, SP, M.Si NIP. 19681227 199403 1 002

Anggota I

Ir. Suprapto NIP. 19500612 198003 2 001

Anggota II

Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si NIP. 19671012 199302 1 001

Surakarta,

Mengetahui, Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 001

Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Strategi

Pengembangan Agribisnis Belimbing Dewa di Kota Depok”.

Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas setiap kerja

menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan

skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Agribisnis Belimbing Dewa di Kota

Depok”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan

bantuan baik moril maupun materiil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih ini penulis tujukan terutama kepada :

1. Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada

penulis.

2. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian

UNS Surakarta.

3. Dr. Ir. Mohd. Harisudin. M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian UNS Surakarta dan juga Dosen penguji yang telah

memberikan masukan, arahan, dan petunjuk kepada penulis.

4. Nuning Setyowati, SP, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian UNS Surakarta.

5. Dr. Sapja Anantanyu, SP, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama yang

selalu memberikan pengarahan, nasehat, dan petunjuk kepada penulis.

6. Ir. Suprapto selaku Dosen Pembimbing Pendamping atas masukan, arahan,

serta bimbingannya kepada penulis.

7. Ir. Rina Uchyani F., MS selaku pembimbing akademik yang selalu

memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis.

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

8. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

9. Pemerintah Daerah Kota Depok, Dinas Pertanian Kota Depok, Badan Pusat

Statistik Kota Depok, serta seluruh pihak yang telah memberikan ijin

penelitian serta menyediakan data-data yang diperlukan penulis.

10. Bapak dan Ibuku, Paidjo dan Sri Wartini tercinta yang telah memberi

segenap perhatian, doa, pengorbanan, kasih sayang, perlindungan, dukungan

materi dan spiritual kepada penulis.

11. Kakakku tercinta Inggar Prasetya yang telah memberikan bantuan, doa,

dukungan dan kasih sayang kepada penulis.

12. Seluruh keluarga besar Noto Wiyono tersayang.

13. Keluarga Besar Agribisnis 2008 yang telah memberi doa dan semangat

untuk terus berjuang. Empat tahun bersama sungguh memberi warna

tersendiri dalam hidupku. Semoga Allah senantiasa memberikan kesuksesan

untuk kita semua. Amin.

14. Sahabatku tercinta para kurcaci Tami, Lita, Ocha, Ka Rio, Ka Marco, dan

Ka Bimo atas waktu yang telah kita habiskan bersama sebagai perantau.

15. Sahabatku mba dyna, mba memey, mba tita dan mba cupu yang tersayang.

16. Teman-temanku di Strategy Club 2008 yang telah banyak membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

17. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun di

kesempatan yang akan datang. Akhirnya Penulis berharap semoga skripsi ini

berguna bagi para pembaca.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x

RINGKASAN ........................................................................................................ xi

SUMMARY ........................................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN........................................................................................... 1 A. Latar Belakang............................................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6 D. Kegunaan Penelitian.................................................................................... 6

II. LANDASAN TEORI ..................................................................................... 7 A. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 7 B. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 8

1. Tanaman Belimbing............................................................................. 8 2. Sistem Agribisnis Belimbing Dewa.................................................... 12 3. Manajemen Usahatani ......................................................................... 14 4. Pemasaran dan Pengolahan Hasil ....................................................... 17 5. Kelembagaan ........................................................................................ 18 6. Manfaat Strategi .................................................................................. 20 7. Perumusan Strategi ............................................................................. 21

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ....................................................... 25 D. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ......................... 29 E. Pembatasan Masalah .................................................................................. 31 F. Asumsi ........................................................................................................ 31

III. METODE PENELITIAN.............................................................................. 32 A. Metode Dasar Penelitian ............................................................................ 32 B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian................................................... 32

1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ................................................ 32 2. Metode Pengambilan Informan Kunci ............................................... 34

C. Jenis dan Sumber Data............................................................................... 35 1. Data Primer ......................................................................................... 35 2. Data Sekunder ..................................................................................... 35

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

D. Macam Data................................................................................................ 35 1. Data Kuantitatif ................................................................................... 35 2. Data Kualitatif ..................................................................................... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 36 1. Wawancara .......................................................................................... 36 2. Observasi ............................................................................................. 36 3. Pencatatan ........................................................................................... 36

F. Metode Analisis Data ................................................................................ 37 1. Analisis SWOT…. ............................................................................... 37 2. Matriks SWOT ..................................................................................... 40 3. QSPM .................................................................................................. 42

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ............................................ 45 A. Keadaan Alam ........................................................................................... 45

1. Letak Geografis .. ............................................................................... 45 2. Luas Wilayah dan Pengembangan Wilayah Administrasi ............... 45 3. Keadaan Tanah dan Keadaan Topografi ........................................... 46 4. Keadaan Iklim…. ............................................................................... 47 5. Tata Guna Lahan ............................................................................... 48

B. Keadaan Penduduk..................................................................................... 49 1. Pertumbuhan Penduduk ………………. .......................................... 49 2. Keadaan Penduduk Menurut Umur …...... ........................................ 50 3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ............................... 51

C. Keadaan Pertanian...................................................................................... 53 D. Keadaan Prasarana ..................................................................................... 53 E. Keadaan Perekonomian ............................................................................ 55

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 57 A. Sistem Agribisnis Belimbing Dewa .......................................................... 57

1. Subsitem Pengadaan Sarana Produksi .................................................. 57 2. Subsistem Usahatani ............................................................................. 59 3. Subsistem Pengelohan .......................................................................... 67 4. Subsistem Pemasaran ............................................................................ 68 5. Subsitem Kelembagaan Pendukung ..................................................... 70

B. Identifikasi faktor Internal dan Eksternal Agribisnis Belimbing Dewa di Kota Depok ........................................................................................... 72 1. Faktor Internal ....................................................................................... 72

a. Kekuatan ......................................................................................... 73 b. Kelemahan ...................................................................................... 74

2. Faktor Eksternal .................................................................................... 78 a. Peluang ........................................................................................... 78 b. Ancaman ......................................................................................... 81

C. Perumusan Strategi Pengembangan Agribisnis Belimbing Dewa di Kota Depok ................................................................................................ 82 a. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ....................................... 82 b. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ................................... 84 c. Matriks IE (Internal External) ......................................................... 86

Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

d. Matriks SWOT .................................................................................. 87 e. Penentuan Prioritas Strategi dengan Matriks QSP .......................... 90

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 93 A. Kesimpulan ................................................................................................. 93 B. Saran ........................................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 96

LAMPIRAN .......................................................................................................... 99

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 1 Kandungan Nutrisi Belimbing Manis ................................................................11 2 Model Analisis Matriks SWOT ................................................................24

3 Produksi Buah Belimbing tahun 2005-2009 Menurut Kabupaten dan Kota Di Jawa Barat ................................................................33

4 Luas Areal, Populasi, Produksi dan Produktivitas Tanaman Belimbing di Enam Kecamatan di Kota Depok Tahun 2009 ...............................33

5 Matrik Internal-External ................................................................ 40 6 QSPM ................................................................................................ 42 7 Luas Wilayah dan Presentase menurut Kota Depok Tahun

2010 ................................................................................................ 46 8 Luas Lahan di Kota Depok dan Pemanfaatannya Tahun 2010

................................................................................................................................49 9 Pertumbuhan Penduduk Kota Depok Tahun 2007-2011 …… 50 10 Jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kota

Depok (dalam jiwa) tahun 2011 ................................................................51 11 Banyaknya Penduduk 15 Tahun Keatas yang Bekerja

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kota Depok 2011 ................................................................................................53

12 Luas dan Produksi Tanaman Bahan Makanan di Kota Depok Tahun 2010 ................................................................................................52

13 Jumlah Penumpang Kereta Api Menurut Stasiun Kerata Api di Kota Depok ................................................................................................54

14 Panjang Jalan Menurut Status Pemerintah yang Berwenang dan Kondisi di Kota Depok (Km) 2011…………………………................................................. 54

15 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di Kota Depok Tahun 2010-2011 ................................ 55

16 Dosis pemupukan Buah berdasarkan SOP ............................................................61 17 Ciri-ciri Indeks Kematangan Buah Belimbing Dewa di Kota

Depok ……………………………………………………….. 64 18 Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Belimbing

Dewa Pada Luas Lahan 0,5 Ha Pada Usia Pohon >15 Tahun Untuk Satu Musim Panen …………………………………… 66

19 Matriks Internal Factor Evaluation …………………………….. 83 20 Matriks Eksternal Factor Evaluation …………………………… 85 21 Alternatif Strategi Matriks SWOT …………………………. 88 22 Matriks Quantitave Strategic Planning Agribisnis Belimbing

Dewa di Kota Depok Petani di Kabupaten 91

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

No

Gambar 1.

Gambar 2.

Judul

Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah Strategi pengembangan Agribisnis Belimbing Dewa di Kota Depok ................................................................................................

Alur Pemasaran Belimbing Dewa di Kota Depok ................................

Halaman

28

69

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Lampiran 1.

Lampiran 2.

Lampiran 3.

Lampiran 4.

Lampiran 5.

Lampiran 6.

Lampiran 7.

Lampiran 8.

Lampiran 9.

Lampiran 10.

Lampiran 11.

Lampiran 12.

Judul

Tabulasi Jawaban Responden untuk Penentuan weight (Bobot) ................................................................

Analisis Biaya ................................................................................................

Penerimaan ................................................................................................

Analisis Pendapatan Usahatani ................................................................

Daftar Pertanyaan Faktor Internal dan Eksternal ................................

Penentuan Bobot Faktor Strategis Internal dan Eksternal ................................................................................................

Penentuan Rating Faktor Strategis Internal dan Eksternal ................................................................................................

Penentuan Prioritas Strategi ................................................................

Identitas Responden ................................................................

Dokumentasi Penelitian ................................................................

Peta Kota Depok ................................................................................................

Surat Ijin Penelitian................................................................

Halaman

99

100

101

103

104

109

111

113

115

116

117

118

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS

BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

SKRIPSI

Program Studi Agribisnis

Oleh :

Eriska Ayu Setyawati H 0808021

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

RINGKASAN

Eriska Ayu Setyawati, H0808021. “Strategi Pengembangan Agribisnis Belimbing Dewa di Kota Depok”. Dibimbing oleh Dr. Sapja Anantanyu, SP, M.Si dan Ir. Suprapto. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Indonesia adalah negara agraris dengan beragam agroklimat. Hal ini memungkinkan pengembangan berbagai jenis tanaman baik tanaman hortikultura tropis maupun subtropis. Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi yang tinggi sehingga usaha agribisnis hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat. Agribisnis belimbing dewa merupakan usaha agribisnis yang memiliki prospek yang baik, namun dalam menjalankan agribisnis belimbing dewa masih mengalami kendala. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman), merumuskan alternatif strategi dan prioritas strategi yang memungkinkan untuk diterapkan dalam pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif analitik. Metode penentuan lokasi penelitian secara purposive (sengaja) yaitu Kecamatan Pancoran Mas sebagai penghasil belimbing dewa terbesar di Kota Depok. Jenis dan sumber data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder yang dikumpulkan dengan teknik wawancara, pencatatan dan observasi. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu (1) Analisis SWOT, (2) Matriks SWOT, dan (3) QSPM (Matriks Quantitave Strategic Planning).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kekuatan utama dalam pengembangan agribisnis belimbing dewa adalah lokasi Kota Depok yang strategis dekat dengan daerah pemasar dan akses transportasi yang mendukung. Kelemahan utamanya adalah kuantitas buah yang masih rendah. Peluang pengembangan agribisnis belimbing dewa adalah potensi alam yang sangat sesuai untuk budidaya belimbing dewa dan permintaan buah belimbing yang semakin meningkat, sedangkan ancaman bagi pengembangan agribisnis belimbing dewa adalah semakin berkurangnya lahan pertanian. (2) Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok yaitu: (a) Pengoptimalan kapasitas produksi dengan penerapan SOP, (b) pembentukan agrowisata perkotaan, (c) Pengembangan kelembagaan petani untuk mendapatkan akses ke lembaga pembiayaan, (d) peningkatan peran penyuluh dalam pembinaan dalam manajemen usaha dan melakukan peninjauan secara rutin dalam penerapan SOP, (e) Petani melakukan usaha pembibitan. (f) Peningkatan kualitas dan kuantitas buah belimbing dewa dengan intensifikasi pertanian, (g) Peningkatan kompetensi SDM dan penguatan modal, (h) Pemanfaatan lahan perkarangan yang maksimal. (3) Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok adalah (1) pemanfaatan perkarangan semaksimal mungkin dengan nilai TAS (Total Atractiveness Score) 7,013, (2) Petani melakukan usaha pembibitan nilai TAS 5,079, (3) Peningkatan kualitas dan kuantitas buah belimbing dewa dengan intensifikasi pertanian dengan nilai TAS 3,979.

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

Summary

Eriska Ayu Setyawati, H0808021. “The Strategy of Developing Dewa Star Fruit Agribusiness in Depok”. Advisors: Dr. Sapja Anantanyu, SP, M.Si and Ir. Suprapto. The Faculty of Agriculture. Sebelas Maret University of Surakarta.

Indonesia is an agrarian country with multiple agroclimate. This condition allows the development of various plants both tropical and subtropical horticultural crops. Horticultural commodities have high economic value to horticulture agribusiness that can be a source of income for the society. The agribusiness of dewa star fruit is a kind of agribusiness that has a good prospect, though, there are still have a problem in doing this business. Therefore, this study aims at identify the internal factors (strengths and weaknesses) and external (opportunities and threats), to formulate alternative strategies and priorities of the strategy that can be applied in the development of dewa star fruit agribusinesses in Depok.

The method used in this study is a descriptive analytic. Then, the method of determining the location of this study is used purposive (deliberately) in the District of Pancoran Mas as the largest producer of dewa star fruit in Depok. The types and sources of data used in the form of primary and secondary data which is collected by interview techniques, recording and observation. Data analysis methods used in this study are (1) SWOT Analysis, (2) SWOT Matrix, and (3) QSPM (Matrix Quantitave Strategic Planning).

The results showed that (1) a major force in the development of dewa star fruit agribusinesses is the strategic location of Depok which is close to the marketers and support by transportation access. On the contrary, the main weakness is the quantity of fruit that is low and less of labor. The opportunities of dewa star fruit agribusiness development is the natural potential that is very suitable for the cultivation and the increasing order of this fruit, while the threat to the development of this fruit is the decreasing availability of agricultural land. (2) The alternative strategies that can be applied in the development of dewa star fruit agribusiness in Depok, such as: (a) optimising production capacity through the implementation of SOP, (b) establishing urban ecotourism, (c) developing institutional of farmers in order to get access to a financial institution, (d) increasing the role of counsellor in guiding business management and doing observation frequently to apply SOP, (e) the farmer is conducting the breeding, (f) increasing the quality and quantity of dewa star fruit through agricultural intensification, (g) increasing human resources and strengthening the capital, (h) implementing the land maximally. (3) The priority of strategies that can be applied in the development of dewa star fruit agribusinesses in Depok are (1) the utilization of the land closely as possible with the TAS (Total Atractiveness Score) 7,013, (2) the farmer conducting the breeding (seeding) with the TAS 5,079, (3) the improvement quality and quantity of dewa star fruit by the intensification of agriculture with the TAS 3,979.

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya

bermata pencaharian sebagai petani. Hal tersebut dikarenakan wilayah

Indonesia berbentuk kepulauan dengan topografi bergunung-gunung, sehingga

sangat cocok untuk ditanami berbagai macam tanaman baik itu tanaman

pangan, perkebunan, hortikultura, dan lain-lain. Berdasarkan pertimbangan

inilah, maka sektor pertanian merupakan sektor penting bagi perekonomian

Indonesia dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk untuk

menghasilkan pendapatan.

Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang

mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah

Indonesia dengan keragaman agroklimatnya memungkinkan pengembangan

berbagai jenis tanaman baik tanaman hortikultura tropis maupun hortikultura

subtropis (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2009). Berdasarkan Badan Pusat

Statistik (2011) dalam bidang hortikultura menunjukkan bahwa perkembangan

produksi buah-buahan di Indonesia berfluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun

2007 produksi buah-buahan sebesar 16.011.739 ton dan kemudian naik

menjadi sebesar 17.462.706 ton pada tahun 2008. Tetapi dalam jangka waktu

tiga tahun jumlah produksi buah-buahan tetap mengalami fluktuasi dimana

pada tahun 2009 jumlah produksi buah turun menjadi 15.487.170 ton dan

pada tahun 2010 jumlah produksi buah juga mengalami penurunan menjadi

15.013.113 ton, namun pada tahun 2011 produksi buah meningkat menjadi

517.725.821 ton.

Komoditas hortikultura juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi,

sehingga usaha agribisnis hortikultura (buah, sayur, tanaman hias dan tanaman

biofarmaka) dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani

baik berskala kecil, menengah maupun besar, karena memiliki keunggulan

berupa nilai jual yang tinggi, keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan

1

Page 15: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional

yang terus meningkat.

Sistem dan usaha agribisnis merupakan salah satu ujung tombak

kebangkitan perekonomian di Indonesia yang belum pulih dari krisis. Menurut

saragih (2003), agribisnis akan tampil menjadi tulang punggung pembangunan

ekonomi nasional. Agribisnis mampu mengakomodasikan tuntutan agar

perekonomian nasional terus bertumbuh dan sekaligus memenuhi prinsip

kerakyatan, keberlanjutan dan pemerataan baik antar individu maupun antar

daerah. Atas dasar pemikiran tersebut maka pembangunan sistem dan usaha

agribisnis dipandang sebagai bentuk pendekatan yang paling tepat bagi

pembangunan ekonomi nasional.

Agribisnis belimbing dewa memiliki prospek yang cerah. Buah yang

berwarna kuning-orange keemasan, mengandung vitamin C dan A yang cukup

tinggi. Belimbing dewa memang berbeda dari belimbing jenis lain karena

besarnya buah dapat mencapai 0,8 Kg per buah, kadar air yang dikandungnya

cukup tinggi, sehingga kesegarannya dapat bertahan lama, sekitar satu

minggu. Sedangkan belimbing jenis lain, hanya dapat bertahan selama 2

sampai 3 hari. Belimbing merupakan salah satu komoditas buah unggulan

Kota Depok, bahkan telah dikukuhkan sebagai salah satu maskot kota ini.

Usahatani belimbing dewa di Kota Depok juga dapat menjadi sumber

pendapatan bagi masyarakat.

Menurut Cahyono (2010) prosepek berkebun belimbing manis sangat

baik. Hal ini dapat dilihat dari kesukaan (prefensi) masyarakat terhadap

belimbing manis semakin meningkat. Besarnya permintaan belimbing di

beberapa daerah seperti Jakarta belum mampu dipenuhi sebanyak 1.200-1.500

ton per tahun, sedangkan untuk daerah Jabodetabek dan Bandung permintaan

pasar belimbing adalah 6.119,18 ton (Dinas Pertanian Kota Depok, 2007).

Permintaan pasar belimbing manis akan terus meningkat setiap tahun sejalan

dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk, makin baiknya

pendapatan masyarakat, dan makin tingginya kesadaran masyarakat akan

pentingnya nilai gizi dari buah-buahan. Disamping itu, dewasa ini dengan

Page 16: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

makin meningkatnya industri pengolahan buah-buahan akan pula

meningkatkan permintaan bahan baku buah-buahan di pasaran.

Usahatani belimbing dewa juga dapat dijadikan sumber pendapatan

bagi masyarakat di Kota Depok. Lahan di Kota Depok yang sangat terbatas

menjadikan lahan yang dimiliki petani juga terbatas, hanya beberapa petani

saja yang memiliki lahan yang luas. Rata-rata petani belimbing dewa

memanfaatkan perkarangannya untuk melakukan usaha budidayanya.

Salah satu bentuk perhatian pemeritah Kota Depok dalam

pengembangan buah-buahan khususnya belimbing yaitu pengembangan

agribisnis perkotaan. Pembangunan pertanian di Kota Depok saat ini

diarahkan untuk pengembangan agribisnis perkotaan yang memiliki daya

saing dan nilai tambah, dengan didukung oleh sumber daya daerah dan

pemanfaatan teknologi. Visi Dinas Pertanian Kota Depok Tahun 2007-2011

adalah “Mewujudkan Pertanian Perkotaan yang Mensejahterakan Petani dan

Masyarakat”, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah Kota Depok

cukup serius dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota melalui sektor

pertanian di perkotaan.

Bentuk dukungan nyata Pemerintah Kota Depok dalam mewujudkan

belimbing sebagai ikon kota yaitu dengan mendirikan Pusat Koperasi

Pemasaran Belimbing Dewa Depok (PKPBDD). Tugas utama pendirian

PKPBDD adalah menjalankan fungsi pemasaran belimbing yang berpihak

pada petani. PKPBDD juga diarahkan untuk berperan sebagai lembaga yang

membantu petani dalam permodalan dan membimbing petani dalam

penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP).

Secara ekonomi, kontribusi komoditas belimbing terhadap pendapatan

asli daerah cukup bisa diandalkan. Dengan potensi produksi berkisar 2.818-

3.000 ton per tahun, diperkirakan perputaran ekonomi dari komoditas

belimbing ini berkisar 17-18 Miliar rupiah pertahun (Dinas Pertanian Jawa

Barat, 2007). Hal ini menunjukkan adanya potensi agribisnis belimbing dewa

untuk dikembangkan di Kota Depok. Oleh karena itu perlu dilakukan

penelitian strategi pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok.

Page 17: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

B. Perumusan Masalah

Sistem usahatani budidaya tanaman buah-buahan Indonesia masih

didominasi oleh masyarakat (perkebunan kecil). Pohon buah-buahan masih

ditanam oleh petani di halaman rumah dengan jumlah yang relatif terbatas.

Penguasaan teknologi budidaya tanaman oleh petani perlu ditingkatkan,

sehingga antara faktor iklim dengan teknologi budidaya tanaman dapat

sinergis dalam meningkatkan produktivitas buah-buahan.

Sebagian besar petani hanya berkiprah di bidang usaha tani tingkat

produsen (on-farm) dengan nilai tambah atau keuntungan yang relatif kecil.

Petani belum mengenal dan mengetahui pasar sehingga posisi tawar mereka

sangat lemah. Sementara subsistem pengolahan dan pemasaran (off-farm)

cenderung tidak ditangani oleh petani tetapi oleh pedagang atau pebisnis

lainnya.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan buah-buahan

nasional dialami pula pada komoditas belimbing. Negara yang telah

memperkenalkan produk unggulan belimbing ke pasar internasional adalah

Malaysia dan Australia, padahal ada dua kawasan di Indonesia yang identik

dengan belimbing yaitu Pasar Minggu di Jakarta Selatan dan Demak di Jawa

Tengah. Honey Star Fruit adalah andalan ekspor Malaysia untuk pasar Asia

dan Eropa, sedangkan Australia sudah mulai pula mengembangkan budidaya

belimbing lebih baik daripada di Indonesia. Australia telah mengembangkan

klon-klon unggulannya (Anonima, 2008).

Belimbing Depok yang selama ini beredar dipasaran dan merupakan

tanaman di pekarangan rumah dengan jumlah pohon yang relatif sedikit. Hal

ini dikarenakan lahan pertanian di Kota Depok yang sangat terbatas sehingga

diharapkan pemanfaatan lahan perkarangan semaksimal mungkin sehingga

dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat. Belimbing dewa dapat

dijadikan promosi keunggulan daerah, apabila terintegrasi dengan baik salah

satunya melalui peran kelembagaan, bahkan dapat memiliki nilai jual dan

pasar yang lebih baik apabila mempertahankan kualitasnya.

Page 18: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Pemerintah Kota Depok masih memiliki beberapa permasalahan dalam

menjalankan sistem agribisnis belimbing dewa. Permasalahan pada

usahataninya yaitu petani belum bisa menerapkan sepenuhnya Standard

Opertional Procedure (SOP) yang sudah diterbitkan oleh Dinas Pertanian

Kota Depok dan. Petani belum bisa menerapkan SOP secara penuh diduga

karena modal yang dimiliki petani terbatas dan pengetahuan petani dalam

usahatani tanaman belimbing dengan penerapan SOP masih rendah. Petani

kurang memperhatikan kualitas belimbing khususnya ukuran dan rasanya.

Akibat dari kondisi ini belimbing yang dihasilkan kualitas dan kuantitasnya

rendah.

Pada subsistem layanan pendukung permasalahan yang dihadapi yaitu

keanggotaan petani dalam PKPBDD (Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing

Dewa Depok) masih rendah, padahal peranan PKPBDD dalam peningkatan

keanggotaan petani dan kesejahteraannya cukup banyak. Hal ini dapat dilihat

dari harga pembelian belimbing Dewa oleh PKPBDD lebih menguntungkan

petani dibandingkan harga pembelian oleh tengkulak yang menggunakan

sistem pembelian perbuah.

Meskipun harga penerimaan PKPBDD tinggi tetapi petani belum bisa

menjual hasil panen sepenuhnya kepada PKPBDD. Petani belimbing sangat

terikat kepada tengkulak diduga disebabkan karena masih memiliki

keterbatasan modal untuk menjalankan operasional usahataninya sehingga

sering melakukan pinjaman kepada tengkulak dan hubungan kekerabatan

petani dengan tengkulak sangat dekat .

Kegiatan-kegiatan (usaha) dalam sistem agribisnis memiliki kekuatan

dan peluang, tetapi juga dihadapkan pada kendala-kendala yang dapat berupa

kelemahan-kelemahan maupun ancaman. Faktor-faktor tersebut sangat

penting diidentifikasi sebagai pertimbangan alternatif strategi dalam

pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota depok. Berdasarkan uraian

tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

Page 19: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

1. Bagaimana sistem agribisnis belimbing dewa di Kota Depok?

2. Faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang

dan ancaman) bagi agribisnis belimbing dewa di Kota Depok?

3. Alternatif strategi apa saja yang memungkinkan untuk diterapkan dalam

pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok?

4. Prioritas strategi yang dapat diterapkan untuk pengembangan agribisnis

belimbing dewa di Kota Depok?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian Strategi Pengembangan Agribisnis Belimbing

Dewa di Kota Depok adalah:

1. Mengetahui sistem agribisnis belimbing dewa di Kota Depok.

2. Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor internal (kekuatan dan

kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) bagi pengembangan

agribisnis belimbing dewa di Kota Depok.

3. Diperoleh alternatif strategi yang memungkinkan untuk diterapkan dalam

pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok.

4. Diperoleh prioritas strategi yang memungkinkan untuk diterapkan dalam

pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan sebagai

salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret.

2. Bagi pelaku agribisnis belimbing dewa, penelitian ini dapat menambah

referensi dalam pengambilan keputusan pengembangan usaha.

3. Bagi pemerintah daerah, penelitian ini dapat menjadi sumbangan

pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun program yang terkait

dengan pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok.

4. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam

melakukan penelitian yang sejenis.

Page 20: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian Adiyanto (2011) mengenai Strategi Pengembangan Produksi

Buah Naga Merah di Kabupaten Sukoharjo, buah naga merah memiliki

kesamaan karakteristik dengan buah belimbing yaitu keduanya termasuk

tanaman hortikultura yang dapat tumbuh di dataran rendah dan sebagai

tanaman perkarangan. Hasil penelitian menyatakan bahwa alternatif strategi

yang dapat diterapkan dalam pengembangan produksi buah naga merah di

Kabupaten Sukoharjo adalah:

1. Melakukan manajemen dana pinjaman dari KUB PTS dan adopsi

teknologi peningkatan produksi guna mendukung peningkatan hasil buah

naga merah.

2. Menjaga hubungan dengan mitra bisnis dan penyedia sarana produksi serta

pemanfaatan sumber daya alam yang ada untuk menunjang perluasan

lahan budidaya dengan dukungan pemerintah.

3. Optimalisasi pemberdayaan dan pelatihan, peningkatan fungsi control,

serta perbaikan sarana dan prasarana lokasi budidaya.

4. Membentuk tim pengendalian teknis serta peningkatan pemasaran hasil

produk olahan buah naga merah melalui promosi produk unggulan spesifik

lokasi disertai dengan koordinasi antara instansi yanbg terkait dalam

rangka permodalan dan pengembangan pasar produk olahan buah naga

merah.

5. Menjaga hubungan baik antar petani dalam urusan permodalan, teknis

budidaya dan penjualan hasil produksi, dan memeberikan pendampingan

teknis budidaya yang menguntungkan agar petani semakin percaya.

6. KUB-PTS sudah saatnya, memanfaatkan informasi untuk mengetahui

teknologi modern dalam budidaya dan promosi keunggulan buah naga

merah.

7

Page 21: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

7. Meningkatkan kualitas sumber daya petani secara teknis maupun non

teknis melalui kegiatan pembinaan rutin untuk memaksimalkan dan

menjaga kontinuitas produksi serta daya saing buah naga merah.

8. Menjalin kerjasama dengan masyrakat sekitar dalam rangka menjaga

keharmonisan dan menambah kesempatan kerja.

Menurut Yulistia (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis

Pendapatan dan Efisiensi Produksi Usahatani Belimbing Dewa Peserta

Primatani di Kota Depok Jawa Barat. Primatani itu sendiri adalah suatu

konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang dapat mempercepat

penyampaian informasi dan penyebaran inovasi teknologi pertanian.

Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani Belimbing Dewa dapat

disimpulkan bahwa pengaruh hadirnya Primatani di Kota Depok belum

memberikan dampak yang terlalu besar terhadap tingkat pendapatan petani

peserta Primatani. Hal ini tidak hanya dipengaruhi oleh inovasi teknologi saja

tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi awal sebelum Primatani hadir seperti

jarak tanam yang digunakan sehingga berpengaruh pada jumlah pohon yang

ditanam dan kondisi air tanah yang berbeda di kedua lokasi penelitian.

Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat pendapatan atas biaya tunai dan total

pada petani non Primatani lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani

Primatani. Pendapatan atas biaya total per hektar per tahun petani Primatani

dengan umur pohon 5-9 tahun dan 10-15 tahun adalah sebesar

Rp113.631.847,50 dan Rp166.429.243,10. Pendapatan atas biaya total per

hektar per tahun pada petani non Primatani dengan umur pohon 5-9 tahun dan

10-15 tahun adalah sebesar Rp142.801.521,80 dan Rp232.608.691,69.

B. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman Belimbing

Dalam ilmu tumbuh-tumbuhan (botani), belimbing manis dikenal

dengan nama Averrhoa carambola L.. Bersama belimbing wuluh

(Averrhoa bilimbi L.), belimbing manis berasal dari keluarga oxalidaceae,

marga Averrhoa. Walau demikian, kedua tanaman buah ini tidak

Page 22: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

mendapatkan perlakuan yang sama dari masyarakat, petani atau pengusaha

tanaman buah. Lebih banyak mayarakat yang membudidayakan belimbing

manis, baik untuk sekedar hobi maupun sebagai usaha komersial,

dibanding membudidayakan belimbing wuluh (Anonima, 1992).

Belimbing atau carambola adalah buah tropis yang populer dari

timur. Belimbing memiliki rasa yang manis dan sedikit asam, sukulen dan

banyak mengandung air dengan daging yang menarik dan rasa yang khas.

Carambola (Averrhoa carambola L.) berasal dari keluarga Oxalidacceace.

Belimbing banyak dibudidayakan di negara tropis dan subtropis di dunia,

seperti Indonesia, Israel, Malaysia, Florida dan negara dari Amerika

Tengah. Belimbing memiliki daging buah, sangat menarik dalam

penampilan, dan memliki bentuk yang khas dengan 5 rusuk longitudinal,

yang memberikan bentuk bintang pada bagian silang, kulitnya tipis, lunak

dan berwarna kekuningan (Abdullah, 2011).

Berdasarkan ilmu tumbuhan, tanaman belimbing manis

diklasifikasikan berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Division : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisio : Angiosspermae (berbiji tertutup)

Clasiss : Dicotyledoneae (biji berkeping dua)

Sub class : Monoclamydea (Apetalae)

Ordo : Geraniales/Gruinales

Familia : Oxalidaceae (belimbing-belimbingan)

Genus : Averrhoa

Species : Averrhoa carambola Linn

Belimbing dewa merupakan varietas lokal yang juga banyak

terdapat di DKI Jakarta dan Depok. Tanaman berhabistus, pohon tidak

terlalu besar, rimbun, daun berwarna hijau muda dan bentuk daun

ramping. Buah berukuran besar dengan bobot 350-500 gr. Buah berukuran

panjang berkisar antara 10-15 cm dan berbentuk lonjong. Buah yang

Page 23: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

matang berwarna kuning dengan pinggiran belimbing (linggir) berwarna

hijau. Buahnya memiliki rasa manis yang segar (Cahyono, 2010).

Tanaman belimbing memiliki beberapa kelebihan dibanding

tanaman lain, yaitu :

a. Dapat dibudidayakan di kebun atau pekarangan atau pot serta mampu

berbuah lebat

b. Cepat berbuah dan setelah berbuah pertama kali cenderung berbuah

lagi secara terus menerus

c. Rasa manisnya bervariasi sesuai dengan jenis atau varietasnya

Buah belimbing merupakan sumber antioksidan alami yang baik, dan

antioksidan dalam belimbing ditemukan menjadi proanthocyanidins, (À)-

epi- katekin dan vitamin C (Shui & Leong, 2005). Buah belimbing manis

memiliki khasiat untuk kesehatan manusia, diantaranya ialah sebagai

menurunkan tekanan darah fungsi, memperlancar pencernaan, menurunkan

kadar kolestrol darah yang tinggi, mencegah penyakit tumor dan kanker,

anti inflamasi, peluruh kencing (diuretik), wasir, peluruh luar, obat batuk,

demam, sakit tenggorokan, mengobati pembesaran limpa akibat penyakit

malaria, cacar air, kencing batu, mencegah sariawan, gondong, dan untuk

meningkatkan daya tahan tubuh. Adanya khasiat-khasiat tersebut

disebabkan oleh kandungan nutrisi dalam buahnya yang sangat mendukung

kesehatan tubuh manusia. Tabel 2 memberikan gambaran tentang

kandungan nutrisi dalam buah belimbing manis.

Page 24: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Belimbing Manis

Nutrisi Kandungan Kalori (energi) 36,00 kal Protein 0,50 g Lemak 0,70 g Karbohidrat 7,70 g Kalsium 8,00 mg Fosfor 22,00 mg Serat 0,90 g Besi 0,80 g Vitamin A 18,00 RE Vitamin B1 0,03 mg Vitamin B2 0,02 mg Vitamin B3 0,40 mg Vitamin C 33,00 mg Air 90,00 g

Sumber : Cahyono, 2010

Syarat tumbuh belimbing antara lain :

a. Untuk pertumbuhan dibutuhkan angin yang tidak terlalu kencang,

karena dapat menyebabkan gugurnya bunga atau buah.

b. Curah hujan sedang, di daerah yang curah hujannya tinggi seringkali

me- nyebabkan gugurnya bunga dan buah, sehingga produksinya akan

rendah.

c. Tempat tanamnya terbuka dan mendapat sinar matahari secara

memadai dengan intensitas penyinaran 45-50 %, namun juga toleran

terhadap naungan (tempat terlindung).

d. Suhu dan kelembaban ataupun iklimnya termasuk tipe A (amat basah),

B (agak basah), C (basah), dengan 6-12 bulan basah dan 0-6 bulan

kering, namun paling baik di daerah yang mempunyai 7,5 bulan basah

dan 4,5 bulan kering.

Media tanamnya, bisa tanah yang gembur, subur, banyak

mengandung bahan organik, pHnya 5,5-7,5, kandungan air dalam tanah

50-200 cm dibawah permukaan tanah, serta aerasi dan drainasenya baik.

Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman belimbing yaitu di dataran

rendah sampai ketinggian 500 m dpl (Departemen Pertanian. 2011).

Page 25: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

2. Sistem Agribisnis Belimbing Dewa

Sistem agribisnis belimbing dewa adalah suatu kesatuan kegiatan

usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi,

pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian

dalam arti luas. Pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang

menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh

kegiatan pertanian (Firdaus, 2008).

Menurut Saragih (2000) sistem agribisnis terdiri dari empat

subsistem utama dan satu subsistem penunjang, yaitu:

a. Subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness) yang merupakan

kegiatan ekonomi yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian,

seperti industri dan perdagangan agrokimia (pupuk, pestisida, dll),

industri agrootomotif (mesin dan peralatan), dan industri benih/bibit.

Kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi dilakukan

oleh perseorangan, pengusaha swasta, koperasi, dan lembaga

pemerintah. Aspek yang diperhatikan dalam subsistem sarana produksi

adalah macam sarana produksi yang digunakan dan ketersediaan.

b. Subsistem usahatani (on-farm agribusiness) yang merupakan kegiatan

ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan oleh

subsistem agribisnis hulu untuk menghasilkan produk pertanian

primer. Termasuk ke dalam subsistem usahatani ini adalah usaha

tanaman pangan, usaha tanaman hortikultura, usaha tanaman obat-

obatan, usaha perkebunan, usaha perikanan, usaha peternakan, dan

kehutanan. Pelaku dalam subsistem ini adalah produsen yang

terdiri dari petani, peternak, pengusaha tambak, pengusaha

perkebunan, dan pengusaha tanaman hias. Aspek yang diperhatikan

dalam produksi atau usahatani belimbing dewa adalah biaya,

penerimaan dan pendapatan.

c. Subsistem agibisnis hilir (down-stream agribusiness) yang berupa

kegiatan ekonomi yang mengolah produk pertanian primer menjadi

produk olahan, baik produk antara maupun produk akhir, beserta

Page 26: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

kegiatan perdagangan di pasar domestik maupun di pasar

internasional. Kegiatan ekonomi yang termasuk dalam subsistem

agibisnis hilir ini antara lain adalah industri pengolahan makanan,

industri pengolahan minuman, industri pengolahan serat (kayu, kulit,

karet, sutera, jerami), industri jasa boga, industri farmasi dan bahan

kecantikan, dan lain-lain beserta kegiatan perdagangannya.

Perdagangan merupakan rangkaian kegiatan mulai pengumpulan

produk usahatani, pengolahan, penyimpanan dan distribusi.

perdagangan mencakup tataniaga produk olahan yang menggunakan

produk usahatani sebagai bahan baku. Pelaku dalam subsistem ini

terdiri dari pengumpul produk, pedagang dan penyalur pada

konsumen. Aspek yang yang diperhatikan dalam pengolahan hasil

adalah macam pengolahan dan ketersediaan bahan baku, sedangkan

aspek yang diperhatikan dalam pemasaran adalah alur pemasaran,

segmentasi pasar, permintaan dan penawaran.

d. Subsistem keempat ini dikenal sebagai subsistem penunjang.

Subsistem penunjang adalah seluruh kegiatan yang menyediakan jasa

bagi agribisnis, seperti lembaga keuangan, lembaga penelitian dan

pengembangan, lembaga transportasi, lembaga pendidikan, dan

lembaga pemerintah (kebijakan fiskal dan moneter, perdagangan

internasional, kebijakan tata-ruang, serta kebijakan lainnya). Aspek

yang diamati dalam kelembagaan adalah peran atau konstribusi serta

jenis pembinaan yang dilakukan.

Menururt Suprapto (2000) strategi pengembangan agribisnis antara

lain: (1) mengembangkan komoditas unggulan, (2) menumbuh

kembangkan kawasan industri pertanian pada sentra-sentra pengembangan

agribisnis komoditas unggulan, (3) meningkatkan kegiatan-kegiatan

promosi dan penanganan mutu produk serta kemasannya, (4)

menumbuhkembangkan wirausaha dibidang agribisnis, (5)

menumbuhkembangkan teknologi tepat guna berwawasan lingkungan, (6)

menumbuhkembangkan industri-industri pendukung agribisnis, dan (7)

Page 27: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

menumbuhkembangkan usaha kecil dan menengah untuk menjadi motor

penggerak agribisnis.

Untuk memaksimalkan strategi tersebut diperlukan dukungan

antara lain: (1) kebijakan pemerintah yang konsisten melalui perbaikan

iklim usaha sehingga pelaku agribisnis dapat mengembangkan usahanya,

(2) peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana seperti

angkutan dan jalan desa, peningkatan fasilitas pergudangan yang

memadahi, dan (3) peranan teknologi (Anonimb, 2008).

Kualitas sumber daya manusia akan menentukan keberhasilan

agribisnis dalam memasuki persaingan global. Untuk itu perlu

pengembangan kualitas dan kuantitas menejer profesional yang

berwawasan global baik untuk skala kecil maupun menengah dan

peningkatan kemampuan kelembagaan petani-nelayan seperti Kelompok

Usaha Bersama Agribisnis (KUBA), Koperasi Agribisnis Komoditas

Unggulan (KOPAKU), kemitraana antara petani-nelayan dengan

pengusaha penyedia modal, pemasaran dan pengolahan (Anonimc, 2009).

3. Manajemen Usahatani

a. Usahatani Belimbing

Usahatani (farm) adalah organisasi dari alam (lahan), tenaga

kerja, dan modal yang ditunjukan kepada produksi di lapangan

pertanian. Organisasi tersebut ketatalaksanaanya berdiri sendiri dan

sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang sebagai

pengelolanya (Firdaus, 2008).

Di Indonesia hingga dewasa ini pengembangan budidaya

belimbing manis umumnya masih terbatas dalam bentuk penanaman di

perkarangan (kultur pekarangan), baik di lahan perkarangan sempit di

perkotaan maupun di pemukiman perumahan sederhana di pinggiran

kota, ataupun di lahan perkarangan yang cukup luas di pedesaan.

Penanaman pohon belimbing manis dilahan perkarangan lebih banyak

difungsikan sebagai pohon peneduh atau pohon pelindung sekaligus

menghasilkan buah untuk konsumsi. Sementara itu, pengembangan

Page 28: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

budidaya belimbing manis dalam skala perkebunanan belum banyak

dijumpai. Padahal, belimbing manis dikebunkan secara komersial

dapat member keuntungan yang besar. Karena selain memliki pasar

yang baik, harganyapun juga cukup mahal, yaitu antara Rp. 7.000,00 –

Rp. 15.000,00/kg, tergantung dari kualitasnya (Cahyono, 2010).

b. Biaya Usahatani

Biaya produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan

untuk membudidayakan tanaman hingga diperoleh hasil pertanian dan

untuk ongkos pasca panen, bahkan sampai hasil pertanian tersebut

dapat terjual. Disini termasuk pembelian barang-barang dan

pembayaran jasa pihak ketiga, baik itu di dalam maupun diluar

usahatani (Rahardi et all, 1994).

Menurut Prasetya (2008), biaya usahatani akan mempunyai

peranan cukup penting dalam pengambilan keputusan dalam

pengelolaan usahatani. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, dapat

mempengaruhi petani dalam pertimbangan memilih dan menentukan

cabang usahatani yang akan diusahakannya. Biaya usahatani yang

harus dikeluarkan digolongkan menjadi :

1. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang sifatnya tidak

dipengaruhi oleh besarnya produksi (pajak, penyusutan alat-alat

produksi, sewa tanah, dan lain-lain).

2. Biaya varibel (variable cost) adalah biaya yang dipengaruhi oleh

besarnya produksi yang dikehendaki (bibit, makanan ternak, biaya

pengembalaan, pembelian sarana produksi, bahan bakar untuk

traktor, pompa air, dan lain-lain).

3. Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang terdiri dari pengeluaran

untuk pembelian pupuk, pembelian obat-obatan, pembelian bibit,

pembelian makanan ternak, pajak, upah tenaga kerja luar, dan lain-

lain.

Page 29: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

4. Biaya yang tidak dibayarkan adalah biaya yang terdiri dari

penggunaan tenaga kerja keluarga, bunga modal sendiri,

penyusutan modal, dan lain-lain.

5. Biaya yang tidak langsung adalah biaya yang tidak langsung

digunakan dalam proses produksi (penyusutan modal tetap, dan

lain-lain).

Besar dan kecilnya suatu biaya produksi dipengaruhi oleh

beberapa faktor, anatara lain : (1) besar kecilnya usahatani; (2)

efisiensi penggunaan modal, tenaga kerja, alat-alat dan sarana

produksi; (3) produktivitas komoditas bersangkutan; dan (4) cara

pemasaran.

c. Penerimaan

Dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa petani petani

membandingkan antara hasil yang diharapkan akan diterima pada

waktu panen (penerimaan) dengan biaya (pengorbanan) yang harus

dikeluarkan. Hasil yang diperoleh petani pada saat panen disebut

produksi, dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya produksi

(Mubyarto, 1995). Menurut Departemen Pertanian (2011), penerimaan

usahatani adalah jumlah yang diterima petani dari suatu proses

produksi, dimana penerimaan tersebut didapatkan dengan mengalikan

produksi dengan harga yang berlaku saat itu.

d. Pendapatan

Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan biaya yang

dikeluarkan. Pendapatan mempunyai fungsi digunakan untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari dan melanjutkan kegiatan usaha tani.

Sisa dari pendapatan usahatani merupakan tabungan dan juga sebagai

sumber dana untuk memungkinkan petani mengusahakan kegiatan

sektor lain. Besarnya pendapatan usahatani dapat digunakan unuk

menilai keberhasilan petani dalam mengelola usahatanianya (Prasetya,

2007).

Page 30: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

e. Modal

Modal adalah faktor produksi dalam usahatani setelah lahan

dan tenaga kerja. Penggunaan modal berfungsi membantu

meningkatkan produktivitas, baik lahan maupun tenaga kerja untuk

menciptakan kekayaan dan pendapatan usahatani. Modal dalam suatu

usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi serta pengeluaran

selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal diperoleh dari

milik sendiri, pinjaman atau kredit, warisan, usaha lain ataupun

kontrak sewa.

4. Pemasaran dan Pengolahan Hasil

Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai

perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat, dan guna

bentuk yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran (badan usaha

atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan

komoditi akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau

individu lainnya) (Sudiyono, 2004).

Soekartawi (2001), mengungkapkan beberapa penyebab mengapa

rantai pemasaran hasil pertanian menjadi panjang dan produsen (petani)

sering dirugikan adalah :

1. Pasar yang tidak bekerja secara sempurna

2. Lemahnya informasi pasar

3. Lemahnya produsen (petani) memanfaatkan peluang pasar

4. Lemahnya posisi produsen (petani) yntuk melakukan penawaran untuk

mendapatkan harga yang baik

5. Produsen (petani) melakukan usahatani tidak didasarkan pada

permintaan pasar, melainkan karena usahatani yang diusahakan secara

turun-temurun.

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang

menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari

produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan

badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena

Page 31: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

adanya keinginan konsumen untuk memeperoleh komoditi yang yang

sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen.

Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-fungsi

pemasaranserta memenuhi serta memenuhi keinginan konsumen

semaksimal mungkin (Sudiyono, 2004).

Pengolahan hasil pertanian merupakan komponen kedua dalam

kegitan agribisnis setelah produk pertanian. Banyak pula dijumpai petani

tidak melaksanakan pengolahan hasil yang disebabkan oleh berbagai

sebab, padahal disadari bahwa kegiatan pengolahan ini dianggap penting,

karena dapat meningkatkan nilai tambah.

Komponen pengolahan hasil pertanian, menurut Soekartawi

(2001), menjadi penting karena pertimbangan sebagai berikut :

a. Meningkatkan nilai tambah

b. Meningkatkan kualitas hasil

c. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja

d. Meningkatkan keterampilan produsen

e. Meningkatkan pendapatan produsen.

5. Kelembagaan

Keberadaan kelembagaan pendukung pengembangan agribisnis

nasional sangat penting untuk menciptakan agribisnis indonesia yang

tangguh dan kompetitif. Lembaga-lembaga pendukung tersebut sangat

menentukan dalam upaya meningkatkan integrasi agribisnis dalam

mewujudkan tujuan pengembangan agribisnis. Beberapa lembaga

pendukung agribisnis indonesia adalah pemerintah, lembaga pembiayaan,

lembaga pemasaran dan distribusi, koperasi, lembaga pendidikan formal

dan non formal, lembaga penyuluh pertanian lapangan dan lembaga

penjamin dan penaggung risiko (Handayani, 2007).

Pengembangan kelembagaan pertanian baik itu kelompok tani atau

koperasi bagi petani sangat penting terutama dalam peningkatan produksi

dan kesejahteraan petani, dimana: (1) Melalui koperasi petani dapat

memperbaiki posisi rebut tawar mereka baik dalam memasarkan hasil

Page 32: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

produksi maupun dalam pengadaan input produksi yang dibutuhkan.

Posisi rebut tawar (bargaining power) ini bahkan dapat berkembang

menjadi kekuatan penyeimbang (countervailing power) dari berbagai

ketidakadilan pasar yang dihadapi para petani. (2) Dalam hal mekanisme

pasar tidak menjamin terciptanya keadilan, koperasi dapat mengupayakan

pembukaan pasar baru bagi produk anggotanya. Pada sisi lain koperasi

dapat memberikan akses kepada anggotanya terahadap berbagai

penggunaan faktor produksi dan jasa yang tidak ditawarkan pasar. (3)

Dengan bergabung dalam koperasi, para petani dapat lebih mudah

melakukan penyesuaian produksinya melalui pengolahan paska panen

sehubungan dengan perubahan permintaan pasar. Pada gilirannya hal ini

akan memperbaiki efisiensi pemasaran yang memberikan manfaat bagi

kedua belah pihak, dan bahkan kepada masyarakat umum maupun

perekonomian nasional. (4) Dengan penyatuan sumberdaya para petani

dalam sebuah koperasi, para petani lebih mudah dalam menangani risiko

yang melekat pada produksi pertanian, seperti: pengaruh iklim,

heterogenitas kualitas produksi dan sebaran daerah produksi. (5) Dalam

wadah organisasi koperasi, para petani lebih mudah berinteraksi secara

positif terkait dalam proses pembelajaran guna meningkatkan kualitas

SDM mereka

(Anonimd, 2010).

Koperasi Unit Desa (KUD) sebagai wadah pusat pelayanan

kegiatan perekonomian pedesaan harus didirikan serta dikembangkan

dengan perhitungan dan pertimbangan ekonomis yang membutuhkan

pemikiran yang jauh ke masa depan, KUD harus pula melibatkan daya

piker masayarakat. Hal ini perlu sekali diperhatikan jika hendak

memajukan dan mengembangkan KUD sebagai pusat pelayanan kegiatan

perekonomian pedesaan yang menjadi tulang punggung perekonomian

nasional (Widyawati dan Sunindhia, 1998).

Sistem kelembagaan terutama di pedesaan terasa masih lemah

sehingga kondisi seperti ini kurang mendukung berkembangnya kegiatan

Page 33: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

agribisnis, akibat lemahnya kelembagaan ini dapat dilihat dari

berfluktuasinya produksi dan harag komoditi pertanian (Soekartawi 2001).

Menurut Dirjen Hortikultura (2008), Kelompok tani adalah

kelompok petani yang tumbuh berdasarkan keakraban, keserasian dan

kesamaan kepentingan para petani anggotanya. Mereka bekerjasama

dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian yang mereka kuasai dan

bekerjasama untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan

angotanya.

Kelompok tani merupakan ujung tombak pembangunan pertanian

dan perannya sangat strategis dalam mengembangkan sekala usaha

agribisnis yang lebih ekonomis dan efisien. Fungsi dari kelompok tani

adalah sebagai wadah untuk mengembangkan sumberdaya

manusiapertanian agar memiliki kekuatan mandiri, mampu menerapkan

inovasi (teknik, sosial dan ekonomi). Kelompok tani juga diharapkan

dapat mendorong petani agar mampu menghadapi risiko besar, sehingga

mampu memperoleh tingkat pendapatan dan kesejahteraan yang layak

(Dirjen Hortikultura, 2008).

6. Manfaat Strategi

Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta

pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk

mencapai tujuan tersebut (Rangkuti, 2009). Strategi adalah cara untuk

mencapai tujuan jangka panjang. Strategi adalah bakal tindakan yang

menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang

banyak untuk merealisasikannya. Strategi mempengaruhi kehidupan

jangka panjang dalam suatu organisasi. Strategi mempunyai konsep

multifungsional atau multidivisional dan dalam perumusannya perlu

mempertimbangkan faktor-faktor internal atau eksternal yang dihadapi

(David, 2009).

Taghibigloo (2011) mendifinisikan perencanaan strategis sebagai

proses dalam organisasi yang menganalisis dan mengenali lingkungan

eksternal dan internal. Selain itu, perencanaan strategis dapat membantu

Page 34: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

untuk membuat strategi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi itu disebut

perencanaan strategis. Tujuan utama dari prencanaan strategis adalah agar

perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan

eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan

lingkungan eksternal. Dalam hal ini dapat dibedakan secara jelas, fungsi

manajemen, konsumen, distributor dan pesaing. Perencanaan strategis

penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk

yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal

dari sumber daya yang ada (Rangkuti, 2009).

Taghibigloo (2011) mendifinisikan perencanaan strategis sebagai

proses dalam organisasi yang menganalisis dan mengenali lingkungan

eksternal dan internal. Selain itu, perencanaan strategis dapat membantu

untuk membuat strategi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Strategi pembangunan sistem agribisnis yang secara bertahap akan

bergerak dari pembangunan yang mengandalkan sumberdaya alam dan

SDM belum terampil (factor driven), kemudian beralih kepada

pembangunan agribisnis yang digerakkan oleh barang-barang modal dan

SDM lebih terampil (capital driven) dan kemudian beralih kepada

pembangunan agribisnis yang digerakkan ilmu pengetahuan, teknologi dan

SDM terampil (innovation-driven), diyakini mampu mengantarkan

perekonomian Indonesia memiliki daya saing dan bersinergis dalam

perekonomian dunia (Saragih, 2001).

7. Perumusan Strategi

a. Analisis Situasi (Analisis SWOT)

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

(Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan

dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Thteats).

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan

Page 35: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

pengembangan misi, tujuan, strategis, dan kebijakan perusahaan.

Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus

menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada pada saat ini. Hal ini

disebut dengan analisis situasi. Model yang paling populer untuk

analisis situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti, 2009).

Rangkuti (2009) mengatakan bahwa, analisis SWOT

merupakan alat penyusun strategi untuk memenangkan persaingan

bisnis dengan konsep cooperation dan competition. Analisis SWOT

banyak dipakai dalam penyususnan perencanaan strategis bisnis

(Strategis Business Planning) yang bertujuan untuk menyusun strategi-

strategi jangka panjang sehingga arah dan tujuan perusahaan dapat

dicapai dengan jelas dan dapat segera diambil keputusan, berikutnya

semua perubahannya dalam menghadapi pesaing.

1. Faktor Lingkungan Internal

Kekuatan dan kelemahan intenal merupakan aktivitas

terkontrol suatu organisasi yang mampu dijalankan dengan sangat

baik atau buruk. Mereka muncul dalam manajemen, pemasaran,

keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan

pengembangan, dan aktivitas sistem informasi manajemen suatu

bisnis. Mengidentifikasi serta mengevaluasi kekuatan dan

kelemahan organisasional dalam wilayah-wilayah fungsional suatu

bisnis merupakan sebuah aktifitas manajemen strategis yang

esensial. Organisasi berjuang untuk menjalankan strategi yang

mampu mengandalkan kekuatan internal sekaligus meniadakan

kelemahan internal (David, 2009).

Kekuatan dan kelemahan perusahaan atau sering disebut

kompetensi perusahaan bisa silihat dari fungsi-fungsi bisnis yang

ada di dalam perusahaan, yaitu fungsi operasi dan produksi. Fungsi

keuangan, fungsi pemasaran, penelitian dan pengembangan,

Page 36: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

sumber daya manusia, sistem informasi manajemen dan budaya

perusahaan (Dirgantoro, 2001).

2. Faktor Lingkungan Eksternal

Meurut Umar (2001) analisis lingkungan eksternal pada

umumnya dilihat dari sisi politik, ekonomi, sosial dan teknologi.

Sedangkan aspek-aspek internal perusaan konvensional pada

umumnya dibagi atas lima aspek yaitu produksi atau operasi dan

sistem informasi

Peluang dan ancaman melihat pada berbagai tren dan

kejadian ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan hidup,

politik, hukum, pemerintah, dan teknologi. Sebagian besar peluang

dan ancaman berada diluar kendali perusaan (David, 2009).

3. Matriks Internal Eksternal (IE)

Matriks internal eksternal model General Electric (GE-

Model). Parameter yang digunakan meliputi parameter kekuatan

internal perusahaan dan pengaruh eksternal yang dihadapi. Tujuan

penggunaan model ini adalah untuk meperoleh strategi bisnis yang

lebih detail (Rangkuti, 2009).

Matrik IE didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu skor

bobot IFE total pada sumbu x dan skor bobot EFE total pada

sumbu y. setiap divisi dalam suatu organisasi harus membuat

matriks IFE dan matriks EFE dalam kaitannya dengan organisasi.

Skor bobot total yang diperoleh dari divisi-divisi tersebut

memungkinkan susunan matriks IE di tingkat perusahaan (David,

2009).

b. Matriks SWOT

Matriks SWOT adalah sebuah alat pencocokan yang penting

yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi,

yaitu Strategi SO (kekuatan-peluang), Strategi WO (kelemahan-

peluang), Strategi ST (kekuatan-ancaman), dan Strategi WT

(kelemahan-ancaman) (David, 2009). Matriks SWOT ini dapat dapat

Page 37: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman

eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan sengan kekuatan

dan kelemahan yang dimilikinya (Rangkuti, 2009).

Zardeini (2012) menyatakan pada awal abad kedua puluh satu,

SWOT model disarankan dalam kerangka kerja untuk analisis kasus di

banyak manajemen strategis terkemuka dan pemasaran. Senada dengan

Liu (2007) dan Taboli (2011) menyatakan faktor penting dalam

mendefinisikan masa depan perusahaan adalah lingkungan eksternal

dan internal. Faktor tersebut disebut sebagai faktor strategis dan

diringkas dalam analisis SWOT. Matriks SWOT dibangun berdasarkan

analisis SWOT. Hasilnya digunakan dalam pencocokan antara sumber

daya perusahaan dan kemampuan dengan peluang pasar.

Tabel 2. Model Analisis Matriks SWOT Strenght (S)

Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal

Weakness (W) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal

Opportunities (O) Tentukan 5-10 faktor-faktor peluang eksternal

Strategi S-O Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi W-O Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threats (T) Tentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal

Strategi S-T Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi W-T Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti 2009

c. QSPM

QSPM (Quantitatif Strategic Planning Matric) adalah alat yang

direkomendasikan para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan

strategi alternatif secara objektif, berdasarkan key success factor

internal-eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Secara

koseptual tujuan QSPM adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif

(relatif atractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah

Page 38: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

dipilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik

untuk diimplementasikan (Umar, 2001).

Menurut David (2009), keistemewaan dari QSPM adalah

behwa rangkaian-rangkaian strateginya dapat diamati secara brurutan

dan bersamaan dan mendorong para penyusun strategi untuk

memasukkan faktor-faktor eksternal dan internal yang relevan kedalam

proses keputusan.

QSPM bukan tanpa beberapa keterbatasan. Pertama, proses ini

selalu memerlukan penilaian intuitif dan asumsi yang diperhitungkan.

Memberi peringkat dan nilai daya tarik mengharuskan keputusan

subyektif, namun prosesnya harus menggunakan informasi objektif.

Diskusi diantara perencana strategis, termasuk mengembangkan

QSPM, bersifat konstruktif dan memeperbaiki keputusan strategis

yang lalu. Diskusi konstruktif selama analisis dan pilihan strategi dapat

timbul semata-mata karena perbedaan interpretasi informasi opini yang

berbeda. Keterbatasan lain dari QSPM adalah konsep ini hanya dapat

sebaik prasyarat informasi dan analisis pencocokan yang menjadi

landasannya (David, 2009).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Belimbing merupakan salah satu komoditas buah unggulan Kota

Depok, bahkan telah dikukuhkan sebagai salah satu maskot kota ini.

Pengembangan belimbing di Kota Depok telah dilakukan sejak lama dan turun

temurun. Pemerintah Kota Depok masih memiliki beberapa kendala pada

stakeholder terkait. Permasalahan-permasalahan dalam mengembangkan

agribisnis belimbing dewa, yaitu keanggotaan petani belimbing dewa dalam

koperasi masih rendah, petani belum dapat menerapkan SOP (Standard

Opertional Procedure) dalam kegiatan budidaya karena kurangnya modal,

kualitas sumber daya manusia yang masih rendah, penyerapan teknologi yang

terbatas sehingga mempengaruhi daya saing produk, keanggotaan petani

Page 39: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

dalam Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok (PKPBDD) masih

rendah.

Berdasarkan fakta yang terjadi dalam mengembangkan agribisnis

belimbing dewa di Kota Depok menunujukkan bahwa dalam pengembangan

agribisnis belimbing dewa dihadapkan pada berbagai masalah, yaitu baik

masalah yang terjadi pada lingkungan internal maupun lingkungan eksternal

dalam setiap usaha yang berkaitan. Untuk mengatasi masalah tersebut

diperlukan suatu konsep pengembangan agribisnis yang dapat

mengidentifikasi dan dapat menyatukan keterkaitan antar usaha tersebut.

Pengembangan sistem agribisnis perlu diawali dengan indentifikasi

lingkungan intrenal maupun eksternal. Identifikasi tersebut perlu dilakukan

untuk menentukan faktor-faktor yang dianggap berpotensi untuk terjadi dan

mempengaruhi agribisnis belimbing dewa. Lingkungan internal yang

dianalisis meliputi kondisi keuangan, operasional (produksi), SDM (petani),

organisasi, pemasaran dan pemerintah. Sedangkan lingkungan eksternal yang

dianalisis meliputi persaingan, faktor alam pertanian, teknologi dan sosial

budaya.

Kekuatan dapat mendorong usaha untuk memanfaatkan peluang yang

ada di lingkungan dengan sebaik-baiknya atau dapat menghadapi ancaman

dari lingkungan dengan kemampuan yang lebih tinggi sehingga dapat

mempercepat pencapaian tujuan. Sebaliknya kelemahan usaha dapat

memghambat peluang atau memperlemah usaha di dalam menghadapi

ancaman sehingga dapat menghambat pencapaian tujuan usaha.

Langkah selanjutnya adalah memasukkan faktor-faktor internal dan

eksternal tersebut ke dalam matriks SWOT. Matriks SWOT dapat

menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang

dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang

dimilikinya. Matriks SWOT ini akan menghasilkan beberapa alternatif strategi

yang dapat diterapkan dalam pengembangan agribisnis belimbing dewa di

Kota Depok. Dari beberapa alternatif strategi tersebut perlu dilakukan

penilaian atau evaluasi untuk memutuskan prioritas strategi yang dapat

Page 40: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

dilaksanakan. Pada tahap pemilihan strategi/ keputusan (decision stage) ini

alat analisis kuantitatif yang digunakan adalah Quantitative Strategic Planning

Matriks (QSPM). QSPM memungkinkan perencana strategi mengevaluasi

alternatif strategi secara obyektif.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disusun kerangka pemikiran

pendekatan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

Page 41: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah Strategi pengembangan Agribisnis Belimbing Dewa di Kota Depok

Agribisnis Belimbing Dewa

Sistem Agribisnis

Identifikasi faktor Eksternal - Persaingan - Faktor Alam Pertanian - Teknologi - Sosial Budaya

Identifikasi Faktor Internal - Kondisi Keuangan - Sumber Daya Manusia - Pemasaran - Operasional (Produksi) - Organisasi - Pemerintah

Peluang Kelemahan Kekuatan Ancaman

Matriks SWOT

Aternatif Strategi Pengembangan Agribisnis Belimbing Dewa

Subsistem Pengadaan Sarana

Produksi

Subsitem Produksi Belimbing Dewa

Subsitem Pengolahan

Hasil Pertanian dan Pemasaran

Subsitem Kelembagaan Pendukung

1. Usahatani 2. Teknologi

1. Macam 2. Ketersediaan

1. Macam Pengolahan 2. Ketersediaan Bahan

baku 3. Alur pemasaran 4. Segmentasi pasar 5. Permintaan dan

penawaran

1. Peran/ konstribusi

2. Jenis pembinaan

QSPM

Page 42: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

D. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Strategi pengembangan agribisnis belimbing dewa merupakan suatu

strategi pembangunan pertanian yang berusaha meningkatkan nilai tambah

dan daya saing komoditas pertanian dengan konsep agribisnis

2. Alternatif strategi pengembangan agribisnis belimbing dewa merupakan

alternatif cara untuk mencapai tujuan pengembangan agribisnis.

3. Analisis SWOT adalah analisis yang mengkombinasikan antara faktor

eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan

kelemahan) yang dihadapi oleh setiap subsistem agribisnis.

4. Lingkungan internal adalah faktor-faktor dari dalam setiap susbsistem

agribisnis blimbing dewa yang dapat mengidentifikasi kekuatan dan

kelemahan susbsistem agribisnis belimbing dewa.

5. Lingkungan eksternal adalah faktor-faktor di luar susbsistem agribisnis

belimbing dewa yang merupakan peluang dan ancaman dari tiap

susbsistem agribisnis belimbing dewa.

6. Kekuatan adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam masing-masing

subsistem agribisnis dan merupakan keunggulan masing-masing subsistem

agribisnis belimbing dewa.

7. Kelemahan adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam masing-masing

subsistem agribisnis dan merupakan keterbatasan/kekurangan masing-

masing subsistem agribisnis.

8. Peluang atau kesempatan adalah faktor-faktor yang berasal dari luar

masing-masing subsistem agribisnis dan bersifat menguntungkan bagi

masing-masing subsistem agribisnis belimbing dewa.

9. Ancaman adalah faktor-faktor yang berasal dari luar masing-masing

subsistem agribisnis dan bersifat mengganggu keberlangsungan masing-

masing subsistem agribisnis belimbing dewa.

10. Analisis SWOT adalah analisis yang mencangkup tentang kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan.

11. Matriks SWOT adalah matriks yang akan digunakan untuk menyusun

berbagai alternatif strategi pengembangan agribisnis melalui strategi

Page 43: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Strategi SO (kekuatan-peluang), Strategi WO (kelemahan-peluang),

Strategi ST (kekuatan-ancaman), dan Strategi WT (kelemahan-ancaman).

12. Matriks QSPM adalah alat yang digunakan untuk menentukan prioritas

strategi pengembangan agribisnis belimbing dewa.

13. Usahatani belimbing dewa adalah usaha pembudidayaan belimbing dewa

pada lahan pekarangan.

14. Biaya usahatani belimbing dewa adalah biaya mengusahakan yang

meliputi biaya untuk pembelian saprodi (benih, pupuk, pestisida), upah

tenaga kerja, pajak, transportasi, sewa lahan yang dinyatakan dalam rupiah

(Rp/Ha).

15. Penerimaan usahatani belimbing dewa adalah nilai uang yang diterima

petani dari hasil produksi usahatani belimbing dewa, merupakan hasil

perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual produk per kg,

dinyatakan dalam rupiah (Rp/Ha).

16. Pendapatan usahatani belimbing dewa adalah selisih antara penerimaan

dan biaya usahatani belimbing dewa selama satu musim tanam dan

dinyatakan dalam rupiah (Rp/Ha).

17. Pedagang besar adalah orang yang tidak hanya menampung hasil panen

dari petani, tetapi juga dari para pengepul kecil dan selanjutnya akan dijual

kembali.

18. Subsistem pengadaan sarana produksi belimbing dewa yang merupakan

kegiatan ekonomi yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian.

19. Subsistem produksi belimbing dewa yang merupakan kegiatan ekonomi

yang menggunakan sarana produksi untuk menghasilkan produk pertanian.

20. Subsistem pengolahan hasil pertanian dan pemasaran belimbing dewa

yang berupa kegiatan ekonomi yang mengolah produk pertanian primer

menjadi produk olahan beserta kegiatan perdagangan di pasar.

21. Subsistem kelembagaan pendukung belimbing dewa adalah seluruh

kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis, seperti lembaga

keuangan, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga transportasi,

lembaga pendidikan, dan lembaga pemerintah.

Page 44: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

E. Pembatasan Masalah

1. Data penelitian yang dianalisis adalah data usahatani belimbing dewa pada

periode musim panen Januari 2012 s/d Februari 2012. Penelitian dilakukan

pada bulan April - Mei 2012.

2. Petani sampel adalah petani pemilik penggarap di Kecamatan Pancoran

Mas Kota Depok.

3. Analisis usaha yang dilakukan adalah usahatani budidaya belimbing dewa.

4. Analisis lingkungan internal dan eksternal berupa data kualitatif yang

disajikan dalam bentuk hasil wawancara dengan responden dan hasil

pengamatan selama penelitian.

5. Faktor-faktor internal yang diamati meliputi kondisi keuangan, operasional

(produksi), SDM (petani), pemasaran, organisasi dan pemerintah.

6. Faktor-faktor eksternal yang diamati meliputi kebijakan persaingan, faktor

alam pertanian, teknologi, dan sosial budaya.

F. Asumsi

1. Petani dalam mengelola usahatani belimbing dewa ingin memperoleh

keuntungan maksimal dengan menggunakan keterbatasan sumber daya

yang dimiliki.

2. Hasil produksi dijual seluruhnya oleh petani sampel.

3. Harga input dan output usahatani belimbing dewa adalah harga yang

berlaku di daerah penelitian selama periode penelitian.

Page 45: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan tujuannya metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah deskriptif analitik. Penelitian deskriptif adalah penelitian

yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi

pada saat ini. Penelitian desktiptif memusatkan perhatian pada masalah aktual

sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung (Noor, 2011). Analitik

dilakukan dengan cara menyusun data-data yang telah terkumpul disusun,

dijelaskan, dianalisis dan selanjutnya disimpulkan serta didukung teori-teori

yang ada dari hasil penelitian terdahulu (Surakhmad, 2006).

B. Metode Penentuan Sampel penelitian

1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan metode purposive,

yaitu penentuan daerah diambil secara sengaja berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian

dilakukan di Kota Depok, karena Kota Depok merupakan salah satu kota

yang memiliki letak sangat strategis untuk dijadikan sebagai salah satu

sentra hortikultura. Wilayah Kota Depok sangat strategis karena

mengingat dekat dengan daerah pemasaran yaitu daerah Jakarta dan

sekitarnya. Kondisi iklim dan kondisi tanah yang sesuai untuk

pertumbuhan tanaman belimbing dewa juga menjadi pertimbangan dalam

pemilihan lokasi penelitianan. Kota Depok merupakan daerah penghasil

buah belimbing dewa terbesar di Provinsi Jawa barat dengan produktivitas

50.051 kwintal pada tahun 2009 dari jumlah tanaman belimbing dewa

sebanyak 36.228 pohon seperti pada Tabel 3.

32

Page 46: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Tabel 3. Produksi Buah Belimbing tahun 2005-2009 Menurut Kabupaten dan Kota Di Jawa Barat

No KABUPATEN/ KOTA

Produksi (Kwintal) 2005 2006 2007 2008 2009

1 KOTA DEPOK 53.686 8.047 39.551 42.732 50.051 2 BOGOR 24.682 24.754 26.668 19.627 15.009 3 CIANJUR 9.504 6.361 12.364 3.618 7.249 4 MAJALENGKA 5.453 5.042 2.668 11.545 4.271 5 GARUT 4.304 14.017 4.015 5.015 5.330

Sumber : Dinas Pertanian Jawa Barat

Kecamatan yang terpilih menjadi lokasi penelitian di Kota Depok

adalah Kecamatan Pancoran Mas. Menurut Dinas Pertanian Kota Depok

(2007), Keacamatan Pancoran Mas merupakan kecamatan penghasil

Belimbing Dewa terbesar di Kota Depok. Data yang tertera pada Tabel 5

menggambarkan bahwa luas areal yang telah diusahakan Kecamatan

Pancoran Mas paling tinggi bila dibandingkan dengan kecamatan lain di

Kota Depok. Dengan demikian, peluang pengembangan agribisnis

belimbing dewa masih terbuka lebar.

Pada Tabel 4 juga dapat diamati tingkat produksi dan

produktivitas tanaman belimbing di enam kecamatan Kota Depok. Rata-

rata produktivitas tanaman belimbing pada tahun 2009 adalah sebesar 160

kilogram per pohon per tahun. Jumlah tersebut masih jauh dari yang

diharapkan oleh Dinas Pertanian Kota Depok yang saat ini mengupayakan

untuk meningkatkan produksi belimbing menjadi lebih dari 200 kilogram

per pohon per tahun

Tabel 4. Luas Areal, Populasi, Produksi dan Produktivitas Tanaman Belimbing di Enam Kecamatan di Kota Depok Tahun 2009

Kecamatan

Luas Areal yang Telah Diusahakan

(Ha)

Populasi (Pohon)

Tanaman Produksi (Pohon)

Produksi (Kuintal)

Rata-rata Produktivitas

Kg/Pohon/ Tahun

Sawangan 14,30 5.840 3.576 5.067 142 Pancoran Mas 74,00 18.155 18.065 28.190 156 Sukmajaya 1,00 1.245 1.145 1.763 154 Cimanggis 20,30 6.158 4.250 7.575 178 Beji 5,00 3.197 3.054 5.412 177 Limo 5,00 1.633 1.283 2.044 159

Total 119,60 36.228 31.373 50.051 160

Sumber : Dinas Pertanian Kota Depok (2010)

Page 47: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

2. Metode Pengambilan Informan Kunci

Penentuan Menurut Bungin (2005) penelitian kualitatif lebih

terfokus pada representasi terhadap fenomena sosial sehingga prosedur

sampling yang terpenting adalah bagaimana menentukan informasi kunci

(Key Information) atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai

dengan fokus penelitian. Untuk memilih sampel atau informan kunci lebih

tepat dilakukan secara sengaja (purposive).

Sampel yang digunakan (informan kunci) yaitu berdasarkan bahan

pertimbangan bahwa informan kunci tersebut merupakan orang yang ahli

dengan kriterian dalam penguasaan terhadap objek penelitian. Kriteria ahli

tersebut berarti responden tersebut masih aktif, berpengalaman dan

dianggap benar-benar mengetahui obyek penelitian. Responden digunakan

pada setiap subsitem agribisnis belimbing dewa adalah sebagai berikut:

1. Petani belimbing dewa yaitu terdiri dari 3 responden dimana petani

tersebut dipilih sebagai ahli karena telah memiliki pengalaman

budidaya lebih dari 10 tahun dalam budidaya belimbing dewa.

2. Penyedia sarana produksi terdiri dari 3 responden, dimana 2 petani

disini juga merangkap sebagai penyedia sarana produksi. Penyedia

sarana produksi disini dipilih sebagai ahli karena mempunyai

pengalaman lebih dari 5 tahun.

3. Agroindustri pengolahan terdiri dari 2 responden dan pengalaman

mereka dalam usaha pengolahan belimbing dewa lebih dari 5 tahun.

4. Pedagang besar belimbing dewa terdiri dari 3 responden. Pemilihan

sebagai karena pedagang pengumpul lebih dari 10 tahun.

5. Pemerintah Kota Depok terdiri dari 2 responden yaitu yang berasarl

dari Dinas Pertanian Kota Depok yaitu ibu Karwati dan yang berasal

dari DESPERINDAG Kota Depok yaitu Ibu Ema Komariah.

Page 48: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data primer

Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari informan

dan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian (stakeholder). Data

primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara dengan 8 responden

mengenai usahatani belimbing dewa dan agribisnis belimbing dewa baik

faktor eksternal maupun faktor internal, mereka terdiri dari petani

belimbing dewa di Kota Depok, Dinas Pertanian Kota Depok, Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Depok, pedagang besar belimbing

dewa, penyedia sarana produksi, dan agroindustri pengolahan.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi atau

lembaga yang terkait dengan penelitian antara lain Dinas Pertanian Kota

Depok, dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Depok. Data yang

digunakan terkait mengenai keadaan umum wilayah, kependudukan,

keadaan pertanian, prasarana, dan perekonomian.

D. Macam Data

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data usahatani yang diperoleh dari hasil

wawancara dengan 1 responden. Hasil perhitungan usahatani yang

dilakukan adalah sebagai gambaran mengenai biaya, penerimaan dan

pendapatan dari ushatani belimbing dewa di Kota Depok, dimana

dilakukan oleh petani dengan hasil produksi terbaik dan juga luas lahan

yang digunakan mewakili keadaan disana dimana petani belimbing dewa

hanya memiliki lahan 2.000 – 2.500 m2.

2. Data Kualitatif

Data Kualitatif adalah data primer yang digunakan untuk analisis

SWOT, matriks SWOT dan QSPM yang diperoleh dari hasil wawancara

dengan 8 responden ditambah 3 petani mengenai agribisnis belimbing

dewa di Kota Depok.

Page 49: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan untuk pengumpulan data primer

dengan melakukan wawancara secara langsung kepada responden yang

berdasarkan daftar pertanyaan dan kuesioner yang telah dipersiapkan

sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini

adalah wawancara mendalam (in-dept interview). Wawancara mendalam

(in-dept interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sembil bertatap muka antara

pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai untuk

memperoleh informasi dan data yang lebih akurat (Noor, 2011). Peneliti

mewawancarai responden diantaranya mengenai usahatani belimbing

dewa dan strategi pengembangan belimbing dewa.

2. Obeservasi

Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data dimana

peneliti mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama

penelitian di lapangan. Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan

pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti sehingga diperoleh

gambaran yang jelas mengenai objek yang akan diteliti. Dalam hal ini

peneliti mengamati belimbing dewa sebagai objek utama penelitian dan

agribisnis belimbing dewa serta strategi pengembangan belimbing dewa di

Kota Depok.

3. Pencatatan

Teknik pencacatan dilakukan dengan mencatat hasil wawancara

pada kuesioner dan mencatat data sekunder dari instansi atau lembaga

yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder yang dibutuhkan

meliputi Depok dalam angka, Monografi, dan lain sebagainya.

Page 50: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

F. Metode Analisis Data

1. Analisis SWOT

Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi dan

menganalisis faktor-faktor strategis sistem agrbisnis belimbing dewa baik

internal (kekuatan, kelemahan) maupun eksternal (peluang, ancaman)

dalam kondisi saat ini, dan kemudian berusaha membandingkan antara

faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dengan faktor eksternal (peluang

dan ancaman). Lingkungan internal yang dianalisis meliputi kondisi

keuangan, operasional (produksi), SDM (petani), organisasi, pemasaran

dan pemerintah. Lingkungan eksternal yang dianalisis meliputi persaingan,

faktor alam pertanian, teknologi dan sosial budaya.

Pengembangan agribisnis belimbing dewa dapat dianalisis dengan

Analisis SWOT yang dilaksanakan melalui tahap-tahap analisis sebagai

berikut :

a) Analisis Lingkungan Internal atau Internal Factor Evaluation (IFE)

Internal Factor Evaluation digunakan untuk menganalisis

lingkungan internal perusahaan melalui pendekatan fungsional

sehingga dapat diidentifikasi sejauh mana kompetensi (kekuatan dan

kelemahan) yang dimiliki perusahaan.

Faktor-faktor internal kemudian digunakan untuk mengetahui

posisi usaha dan merumuskan alternatif strategi pengembangan. Dari

faktor-faktor internal yang telah teridentifikasi kemudian dianalisis

melalui beberapa tahap yaitu :

1) Membuat daftar faktor-faktor internal yang berpengaruh terhadap

produktivitas perusahaan.

2) Memberikan bobot pada setiap faktor dari 0,0 (tidak penting)

sampai dengan 1,0 (sangat penting). Bobot yang diberikan pada

satu faktor menunjukkan seberapa penting faktor itu menunjang

keberhasilan perusahaan dalam industri yang digelutinya. Tanpa

memperdulikan apakah faktor kunci adalah kekuatan atau

kelemahan internal, faktor-faktor yang dianggap mempunyai

Page 51: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

pengaruh besar terhadap kinerja perusahaan diberi bobot

tertinggi. Jumlah dari semua bobot harus 1,0.

3) Berilah peringkat 1 sampai 4 pada setiap faktor untuk

mengindikasikan apakah faktor tersebut nilai 1 = sangat lemah,

nilai 2 = lemah, nilai 3 = kuat, nilai 4 = sangat kuat. Perhstiksn

bahwa kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4 dan

kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. Oleh karenanya,

peringkat berbasis perusahaan, sementara bobot di langkah 2

berbasis industri.

4) Mengalikan setiap bobot faktor dengan peringkat yang sudah

ditentukan untuk menentukan nilai yang dibobot.

5) Menjumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk

menentukan nilai bobot total bagi organisasi.

Total skor pembobotan pada matrik IFE berkisar antara 1,0

sampai dengan 4,0 dengan rata-rata 2,5. Apabila hasil IFE matriks di

bawah 2,5 berarti perusahaan berada dalam posisi lemah dalam

dinamika lingkungan internal. Tetapi apabila hasil IFE matriks di

atas 2,5 berarti perusahaan berada pada posisi kuat dalam dinamika

lingkungan internal.

b) Analisis Lingkungan Eksternal atau External Factor Evaluation

(EFE)

EFE digunakan untuk menganalisis lingkungan eksternal

yang berpengaruh sehingga dapat diidentifikasi informasi tentang

peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan.

Faktor-faktor eksternal kemudian digunakan untuk

mengetahui posisi usaha dan merumuskan alternatif strategi

pengembangan. Dari faktor-faktor eksternal yang telah teridentifikasi

kemudian dianalisis melalui beberapa 5 tahap antara lain :

1) Membuat daftar faktor-faktor eksternal yang berpengaruh

terhadap produktivitas perusahaan.

Page 52: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

2) Memberikan bobot setiap faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai

1,0 (sangat penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari

faktor tersebut agar berhasil dalam industri tersebut. Jumlah

seluruh bobot yang harus diberikan harus sama dengan 1,0.

3) Memberikan peringkat 1 sampai 4 kepada masing-masing faktor

eksternal kunci untuk menunjukkan seberapa efektif strategi

perusahaan saat itu merespon faktor tersebut, dengan catatan : 4

= respon sangat bagus, 3 = respon diatas rata-rata, 2 = respon

rata-rata, 1 = respon dibawah rata-rata. Penting untuk

diperhatikan bahwa baik peluang maupun ancaman dapat

peringkat 1,2,3, atau 4.

4) Mengalikan setiap bobot dengan peringkat untuk menentukan

nilai yang dibobot.

5) Menjumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk

menentukan nilai bobot total bagi organisasi.

Pada matrik EFE, total skor pembobotan berkisar antara 1,0

sampai dengan 4,0 dengan rata-rata 2,5. Total skor 4,0 menunjukkan

perusahaan mampu merespon peluang untuk menghindari ancaman

dengan baik, sedangkan total skor 1,0 berarti perusahaan tidak

mampu memanfaatkan peluang untuk menghindari ancaman yang

dihadapinya dengan baik.

c) Matrik Internal-Eksternal (IE)

Matrik Internal-External (IE) merupakan gabungan dari

matriks IFE dan matrik EFE. Matrik IE berisi sembilan macam sel

yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari matrik IFE

dan matrik EFE. Sembilan sel strategi pada matrik IE dapat

dikelompokkan menjadi tiga sel strategi utama, yaitu :

1) Sel tumbuh dan bina (sel I, II, IV). Strategi yang mungkin tepat

dikembangkan adalah strategi intensif meliputi penetrasi pasar,

pengembangan produk, pengembangan pasar, serta strategi

Page 53: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

integratif meliputi integrasi ke depan, ke belakang dan

horizontal.

2) Sel pertahanan dan pelihara (sel III, V, VII). Strategi yang

mungkin tepat dikembangkan adalah strategi penetrasi pasar dan

pengembangan produk.

3) Sel panen atau divestasi (sel VI, VIII, IX)

Total nilai IFE yang diberi bobot dari 1,0 – 1,99 menunjukkan

posisi internal yang lemah, nilai 2,0 – 2,99 dianggap sedang dan

nilai 3,0 – 4,0 dianggap kuat. Total nilai EFE yang diberi bobot

dari 1,0 – 1,99 menunjukkan posisi eksternal rendah ; nilai 2,0 –

2,99 dianggap sedang, dan nilai 3,0-4,0 dianggap tinggi. Gambar

matrik IE adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Matrik Internal-External Total Nilai IFE yang Diberi Bobot

Total Nilai EFE Yang Diberi Bobot

Kuat 3,00 – 4,00

Sedang 2,00 – 2,99

Lemah 1,00 – 1,99

Tinggi 3,00 – 4,00

I Tumbuh dan membangun

II Tumbuh dan membangun

III Pertahankan dan Pelihara

Sedang 2,00 – 2,99

IV Tumbuh dan membangun

V Pertahankan dan Pelihara

VI Panen dan Divestasi

Lemah 1,00 – 1,99

VII Pertahankan dan Pelihara

VIII Panen dan Divestasi

IX Panen dan Divestasi

Sumber : David, 2009

2. Matriks SWOT

Matriks SWOT digunakan untuk merumuskan alternatif strategi

pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota depok, Jawa Barat.

Metode ini dapat menggambarkan dengan jelas peluang dan ancaman

lingkungan eksternal yang dihadapi suatu usaha, sehingga dapat

disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki.

Terdapat delapan tahapan dalam penentuan alternatif strategi yang

dibangun melalui matriks SWOT adalah sebagai berikut :

Page 54: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

1. Menuliskan peluang faktor eksternal dalam pengembangan agribisnis

belimbing dewa

2. Menuliskan ancaman faktor eksternal dalam pengembangan agribisnis

belimbing dewa

3. Menuliskan kekuatan faktor internal dalam pengembangan agribisnis

belimbing dewa

4. Menuliskan kelemahan faktor internal dalam pengembangan agribisnis

belimbing dewa

5. Mencocokkan kekuataan faktor internal dengan peluang faktor

eksternal dan mencatat Strategi S-O dalam sel yang sudah ditentukan

6. Mencocokkan kelemahan faktor internal dengan peluang faktor

eksternal dan mencatat Strategi W-O dalam sel yang sudah ditentukan

7. Mencocokkan kekuatan faktor internal dengan ancaman faktor

eksternal dan mencatat Strategi S-T dalam sel yang sudah ditentukan

8. Mencocokkan kelemahan faktor internal dengan ancaman faktor

eksternal dan mencatat Strategi W-T dalam sel yang sudah ditentukan.

Matriks SWOT menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif

strategi. Strategi SO menuntut perusahaan mampu memanfaatkan peluang

melalui kekuatan internalnya. Strategi WO menuntut perusahaan untuk

meminimalkan kelemahan dalam memanfaatkan peluang. Strategi ST

merupakan pengoptimalan kekuatan dalam menghindari ancaman, dan

strategi WT menitikberatkan pada upaya meminimalkan kelemahan dan

menghindari ancaman. Dari penjelasan tersebut maka dapat dibuat matriks

SWOT adalah :

Page 55: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Tabel 2. Model Analisis Matriks SWOT Strenght (S)

Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal

Weakness (W) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal

Opportunities (O) Tentukan 5-10 faktor-faktor peluang eksternal

Strategi S-O Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi W-O Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threats (T) Tentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal

Strategi S-T Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi W-T Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti 2009

3. QSPM (Quantitatif Strategic Planning Matriks)

Pengembangan agribisnis ini memerlukan beberapa strategi untuk

pengembangan kedepannya. Dari beberapa strategi tersebut akan dipilih

salah satu strategi yang menjadi prioritas yang mudah untuk diterapkan.

Untuk menentukan prioritas strategi dalam pengembangan agribisnis

belimbing dewa yang diterapkan di Kota Depok, jawa barat digunakan

analisis QSPM. QSPM digunakan untuk mengevaluasi dan memilih

strategi terbaik yang paling cocok dengan lingkungan eksternal dan

internal. Alternatif strategi yang memiliki nilai total terbesar pada QSPM

merupakan strategi yang paling baik.

Tabel 6. QSPM

Faktor Faktor Kunci Bobot Alternatif Strategi

Strategi I Strategi 2 Strategi 3 AS TAS AS TAS AS TAS

Faktor-Faktor Kunci Internal

Total Bobot

Faktor-Faktor Kunci Eksternal

Total Bobot

Jumlah Total Nilai Daya Tarik Sumber : David, 2009

Page 56: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Terdapat enam tahapan dalam pembuatan QSPM yang harus

dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Membuat daftar peluang/ancaman dari faktor eksternal dan kekuatan/

kelemahan faktor internal

2. Memberi bobot pada setiap faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0

(amat penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor

tersebut. Jumlah seluruh bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0.

3. Memeriksa matriks SWOT dan mengenali strategi-strategi alternatif

yang harus dipertimbangkan untuk diterapkan.

4. Menentukan Nilai Daya Tarik (AS) yang didefinisikan sebagai angka

yang menunjukkan daya tarik relatif masing-masing strategi pada suatu

rangkaian alternatif tertentu. Nilai Daya Tarik ditentukan dengan

memeriksa masing-masing faktor eksternal atau faktor internal, satu

per satu, sambil mengajukan pertanyaan, “Apakah faktor ini

mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat?” Jika jawaban atas

pertanyaan tersebut adalah ya, maka strategi tersebut harus

dibandingkan secara relatif dengan faktor kunci. Khususnya, Nilai

Daya Tarik harus diberikan pada masing-masing strategi untuk

menunjukkan daya tarik relatif suatu strategi terhadap yang lain,

dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Cakupan Nilai Daya Tarik

adalah : 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = wajar menarik; dan 4

= sangat menarik. Jika jawaban atas pertanyaan tersebut adalah tidak,

hal tersebut menunjukkan bahwa masing-masing faktor kunci tidak

mempunyai pengaruh atas pilihan khusus yang dibuat.

5. Menghitung TAS (Total Nilai Daya Tarik). Total Nilai Daya Tarik

didefinisikan sebagai hasil mengalikan bobot (langkah b) dengan Nilai

Daya Tarik di masing-masing baris (langkah d). Total Nilai Daya

Tarik menunjukkan daya tarik relatif dari masing-masing strategi

alternatif, dengan hanya mempertimbangkan dampak dari faktor

keberhasilan krisis eksternal atau internal yang berdekatan. Semakin

Page 57: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

tinggi Nilai Total Daya Tarik, semakin menarik strategi alternatif

tersebut.

6. Menghitung Jumlah Total Nilai Daya Tarik. Jumlah Total Nilai Daya

Tarik (STAS) mengungkapkan strategi yang paling menarik dalam

rangkaian alternatif. Semakin tinggi nilainya menunjukkan semakin

menarik strategi tersebut. Besarnya perbedaan di antara Jumlah Total

Nilai Daya Tarik dalam suatu rangkaian strategi-strategi alternatif

menunjukkan tingkat relatif dikehendakinya suatu strategi daripada

yang lain.

Page 58: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A.G.Liew. 2011. Optimalization of Headspace Sampling Using Solid-Phase Microextraction (SPME) for Volatile Components in Starfruit Juice. Journal of Industrial Research & Technology. J. Ind. Res. Tech. 1(1), 32-39, 2011.

Adiyanto, Joko. 2011. Strategi Pengembangan Produksi Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) di Kabupaten Sukoharjo. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.

Anonima. 1992. 13 Jenis Belimbing Manis. Penebar Swadaya. Jakarta.

______b. 2008. Star Fruits Malaysia dan Australia.

http://foragri.blogsome.com/star-fruits-malaysia-danaustralia/. Diakses Tanggal 27 November 2011.

______c. 2009. Pengembangan Agribisnis sebagai Terobosan Ekonomi Pedesaan.

http://litbang.patikab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=67:pengembangan-agribisnis-sebagai-terobosan-ekonomi-pedesaan&catid=74:pengembangan-agribisnis-sebagai-terobosan-ekonomi-&Itemid=71. Diakses Tanggal 11 November 2011.

______d. 2010. Peran Koperasi Sebagai Kelembagaan Agribisnis dalam

Peningkatan Posisi Tawar Petani. http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2010/07/12/peran-koperasi-sebagai-kelembagaan-agribisnis-dalam-peningkatan-posisi-tawar-petani/. Diakses tanggal 19 November 2011.

BPS Kota Depok. 2011. Depok dalam Angka Tahun 2011. BPS Depok.

BPS Indonesia. 2011. Produksi Buah-buahan Di Indonesia Tahun 2011. BPS Indonesia.

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Pemahamn Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Cahyono, Bambang. 2010. Cara Sukses Berkebun Belimbing Manis. Pustaka Mina. Jakarta.

David, F.R. 2009. Manajemen Strategis: Konsep-konsep, Alih Bahasa: Dono

Sunardi. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

96

Page 59: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Departemen Pertanian. 2011. Persyaratan Benih Untuk Persemaian Belimbing. http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/persyaratan-benih-untuk persemaian-belimbing. Diakses Tanggal 28 Oktober 2011.

__________________. 2011. Analisis Usahatani Padi Sawah. http://epetani.deptan.go.id/budidaya/analisis-usahatani-padi-sawah-1800. Diakses Tanggal 18 November 2011.

Dinas Pertanian Kota Depok. 2007. Profil Belimbing: Potensi Investasi Hortikultura Kota Depok. Depok: Dinas Pertanian Kota Depok.

Dinas Pertanian Jawa Barat. 2007. Standar Operasional prosedur Belimbing Dewa Kota Depok. Dinas Pertanian Bidang Hortikultura. Jawa Barat.

______________________. 2010. Produksi Buah-buahan tahun 2005-2009 Menurut Kabupaten dan Kota Di Jawa Barat. Dinas Pertanian bidang hortikultura. Jawa Barat

______________________. 2010. Jawa Barat dalam Angka 2010. Jawa Barat.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2009. Membangun Hortikultura Berdasarkan 6 Pilar Pengembangan. Direktorat Jendersl Hortikultura. Jakarta.

Dirgantoro, C. 2001. Manajemen Stratejik: Konsep Kasus dan Implementasi. Gramedia. Jakarta

Firdaus, Muhammad . 2008. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara. Jakarta.

Handayani, Sri. 2007. Strategi Pengembangan Agribisnis Kedelai di Kabupaten Sukoharjo. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.

Liu, C.C. 2007. A Model For Innovation Strategies CDFAs In Taiwan. International Research Journal of Finance and Economics. Euro Journals Publishing. Associate Professor, Department of International Business Chang Jung Christian University, Taiwan.

Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Kencana Pernada Media Group. Jakarta.

Prasetya, Priya. 1995. Ilmu Usahatani II. UNS Press. Surakarta.

Rahardi, F., Yovita Heti indriarti, dan Haryono. 2003. Agribisnis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rangkuti, F. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Page 60: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

_________. 2009. Strategi Promosi Yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing Communication. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Saragih, Bungaran. 2001. Agribisnis Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Dalam Era Millenium Baru. Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol 2, No.1/Feb. 2000, 1-9. Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

_______________. 2001. Pembangunan Sistem Agrobisnis di Indonesia dan Peran Public Relation. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agrobisnis Volume 1 No. 3, 149-226. Fakultas pertania udayana.

Shui & Leong. 2005. Residue from star fruit as valuable source for functional food ingredients and antioxidant nutraceuticals. Food Chemistry 97 (2006) 227-284.

Soekartawi. 2001. Agrobisnis: Teori dan Aplikasinya Cetakan Ke-6. Rajawali Press. Jakarta.

Sudiyono, Armand. 2004. Pemasaran Pertanian. UMM Press. Malang.

Surakhmad, Winarno. 2006. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik Edisi Revisi, Disempurnakan. Penerbit Tarsito. Bandung.

Taghibigloo, N. 2011. Strategies Formulation For Championship Sports In Zanjan Province. International Journal Of Academic Research In Business And Social Sciences. August 2011, vol. 1, Special issue

Umar, Husein. 2001. Strategic Management in Action. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yulistia, Nur. 2009. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi Usahatani Belimbing Dewa Peserta Primatani di Kota Depok Jawa Barat. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen Agribisnis IPB. Bogor.

Zardeini, H.Z. 2012. A SWOT Analysis of Persian Handmade Carpet Exports. International Journal of Business and Management Vol. 7, No. 2; January 2012. University of Isfahan, Isfahan, Iran

Page 61: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Letak Geografis

Letak geografis Kota Depok berada pada 6,190 – 6,280 LS dan

106,430 BT, yang merupakan daerah bentangan dengan dataran rendah

perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 – 140 m diatas

permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen.

Letak wilayah Kota Depok memiliki batas-batas :

a. Sebelah Utara : Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tangerang dan wilayah

Kecamatan pasar Minggu, Pasar Rebo, Cilandak,

Propinsi DKI Jakarta.

b. Sebelah Timur : Kecamatan Pondok Gede Kabupaten Bekasi dan

Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojonggede

Kabupaten Bogor.

d. Sebelah Barat : Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung Sindur

Kabupaten Bogor.

2. Luas Wilayah dan Pembagian Wilayah Administrasi

Kota Depok beribukota di Kecamatan Pancoran Mas, dengan luas

wilayah 200,29 Km2. Kota Depok terdiri dari 6 kecamatan yaitu: Beji,

Limo, Cimanggis, Sawangan, Sukmajaya dan Pancoran Mas. Kecamatan

yang paling luas adalah Kecamatan Cimanggis yaitu 53,54 Km2 (26,73%)

sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan Bejo yaitu seluas 14,30

Km2 (7,14%) dari luas Kota Depok.

45

Page 62: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Tabel 7. Luas Wilayah dan Presentase Menurut Kota Depok Tahun 2010

No. Kecamatan Luas (Km2) Presentase (%) 1 Sawangan 45,69 22,82 2 Pancoran Mas 29,83 14,89 3 Sukmajaya 34,13 17,04 4 Cimanggis 53,54 26,73 5 Beji 14,30 7,14 6 Limo 22,80 11,38

Jumlah 200,29 100,00

Sumber : BPS Kota Depok 2011

3. Keadaan Tanah dan Keadaan Topografi

Secara umum jenis tanah yang terdapat di Kota depok meurut

RTRW Kota Depok terdiri dari:

a. Tanah alluvial, tanah endapan yang masih muda, terbentuk dari

endapan lempung, debu, dan pasir, umumnya tersingkap di jalur-jalur

sunga, tingkat kesuburan sedang-tinggi.

b. Tanah latosol coklat kemerahan, tanah yang belum begitu lanjut

perkembangannya, terbentuk dari tufa vulkan andesitis – basaltis,

tingkat kesuburannya rendah – cukup, mudah meresapkan air, tanah

terhadap erosi, tekstur halus.

c. Asosiasi latosol merah dan laterit air tanah, tanah latosol yang

perkembangannya dipengaruhi air tanah, tingkat kesuburan sedang,

kandungan air tanah cukup banyak, sifat fisik tanah sedang – kurang

baik.

Topografi wilayah Kota Depok di bagian utara merupakan dataran

rendah dengan elevasi antara 40 – 80 m, meliputi kelurahan-kelurahan

yang ada di bagian tengah dan utara, sedangkan di bagian selatan

perbukitan bergelombang lemah dengan elevasi 80 – 140 m meliputi

kelurahan-kelurahan yang berada dalam wilayah Kecamatan Sawangan,

Pancoran Mas, Sukmajaya dan Cimanggis.

Dari analisis kemiringan lereng wilayah Depok dapat dibagi

menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu :

Page 63: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

a. Wilayah dengan kemiringan lereng antara 2 – 8 persen (lereng datar)

tersebar di bagian utara melintang dari barat ke timur, meliputi:

1. Kecamatan Limo : Kelurahan Pangkalan Jati, Gandul, Cinere,

Meruyung, Grogol.

2. Kecamatan Beji : Kelurahan Tanah Baru, Beji, Beji Timur,

Kukusan, Pondok Cina, Kemiri Muka.

3. Kecamatan Cimanggis : Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Tugu,

Mekarsari.

Wilayah ini potensial untuk pengembangan perkotaan dan pertanian.

b. Wilayah dengan kemiringan lereng antara 8 – 15 persen (lereng

landai) tersebar hampir di seluruh kota terutama di bagian tengah

membentang dari barat ke timur, sesuai untuk pengembangan

perkotaan dan pertanian.

c. Wilayah dengan kemiringan lereng lebih besar dari 15 persen (lereng

curam) terdapat di sepanjang Sungai Ciliwung, Cikeas dan bagian

selatan Sungai Angke. Pada wilayah ini lereng cukup terjal sehingga

cenderung perlu dikonservasi.

Pada umumnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk

pertanian cocok pula untuk tanaman belimbing, yaitu yang tanahnya subur,

gembur, banyak mengandung bahan organik aerasi dan drainasenya baik.

Kesesuaian tanaman belimbing untuk ditanam dalam berbagai jenis tanah

menjadikan buah belimbing prospek untuk dibudidayakan secara luas di

berbagai wilayah di Kota Depok.

4. Keadaan Iklim

Kondisi suatu wilayah merupakan salah satu potensi alam yang

menentukan jenis tanaman yang dapat dibudidayakan di wilayah tersebut.

Wilayah Kota Depok termasuk beriklim tropis dengan perbedaan curah

hujan cukup kecil yang dipengaruhi oleh angin muson. Musim kemarau

jatuh pada periode April – September dan musim penghujan jatuh pada

periode Oktober – Maret. Temperatur rata-rata 24,3 – 33 0 C, kelembaban

Page 64: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

udara rata-rata 82 persen, penguapan udara rata-rata 3,9 mm/th, kecepatan

angin rata-rata 3,3 knot dan penyinaran matahari rata-rata 49,8 persen.

Curah hujan merupakan salah satu komponen iklim yang

memepengaruhi pola tanam dan jenis tanaman di suatu wilayah. Data

pemeriksaan curah hujan tahun 2003 di Stasiun Depok Pancoran Mas

banyaknya curah hujan 872 mm/th dan banyaknya hari hujan 94 hari.

Curah hujan rata-rata sekitar 2.4 mm. Berdasarkan klasifikasi iklim

menurut Schmidt-Ferguson, wilayah Kota Depok termasuk tipe A dengan

tidak ada bulan kering (<60 mm) dan rata-rata bulan basah (>100 mm) 11

bulan.

5. Tata Guna Lahan

Luas Kota Depok seluruhnya adalah 20.029 Ha dengan

penggunaan atau pemanfaatannya antara lain untuk lahan sawah seluas

972,5 Ha, lahan bukan sawah seluas 19.056,80 Ha yang terdiri dari lahan

kering seluas 18.620,35 Ha dan lahan lainnya (kolam/tebat/empang) seluas

436,45 Ha. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 65: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Tabel 8. Luas Lahan di Kota Depok dan Pemanfaatannya Tahun 2010

No Penggunaan

Lahan (hektar)

Dalam Satu Tahun Sementara

Tidak Diusahakan

Jumlah Ditanam Padi Tidak

Ditanami >Dua Kali

Satu Kali

1 Lahan Sawah 1.1 Irigasi Teknis 231.5 - - - 231.5 1.2 Irigasi ½ Teknis 95.0 190.5 - - 285.5 1.3 Irigasi Sederhana 4.6 - - 263.4 268.0

1.4 Irigasi Desa/Non PU - 11.5 - 135 146.5

1.5 Tadah Hujan - - - 41 41 1.7 Pasang Surut - - - 1.8 Lebak - - -

1.9 Polder & Swh Lainnya - - -

J u m l a h (1) 331.1 202 - 439.4 972.5

2 Lahan Bukan Sawah

2.1 Lahan Kering 2.1.1. Pekarangan 10.305.00 2.1.2. Tegal/kebun 4.113.15 2.1.3. Ladang/Gulma 1.227.80

2.1.4. Penggembalaan/ Padang Rumput 10

2.1.5. Smtr Tdk Diusahakan 28

2.1.6. Hutan Rakyat 7 2.1.7. Hutan Negara 6 2.1.8. Perkebunan - 2.1.9. Lain-lain 2.923.4 2.2. Lahan Lainnya

2.2.1. Rawa2 tdk ditanami 194.15

2.2.2. Tambak -

2.2.3. Kolam/Tebat/ Empang 242.3

Jumlah (2) 19.056.80 Jumlah (1 + 2) 20.029.3

Sumber : Dinas Pertanian Kota Depok, 2011

B. Keadaan Penduduk

1. Pertumbuhan Penduduk

Penduduk merupakan salah satu faktor yang menentukan

perkembangan suatu wilayah dan dapat menjadi potensi bagi satu wilayah.

Pertumbuhan penduduk dapat mengancam ketersediaan lahan pertanian

produktif karena adanya konversi lahan pertanian ke nonpertanian untuk

keperluan pemukiman. Kota Depok mempunyai jumlah penduduk yang

terus meningkat dari tahun ke tahun akan tetapi meningkatnya jumlah

Page 66: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

penduduk belum tentu pertumbuhannya tinggi. Hal ini dapat dilihat pada

Tabel 9.

Tabel 9. Pertumbuhan Penduduk Kota Depok Tahun 2007-2011

Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah (jiwa) 2007 761.382 708.620 1.470.002 2008 780.092 723.585 1.503.667 2009 798.802 738.178 1.536.980 2010 879.325 857.240 1.736.565 2011 918.835 894.777 1.813.612

Sumber : BPS Kota Depok 2011

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui tingkat perubahan jumlah

penduduk Kota Depok dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Pertumbuhan

penduduk pada 5 tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Jumlah

penduduk dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, peningkatan

terbesar terjadi pada tahun 2009 ke 2010 yaitu dari 1.536.980 jiwa menjadi

1.736.565 jiwa.

Tabel 9 juga menggambarkan komposisi jumlah penduduk laki-laki

dan perempuan. Komposisi tersebut dpat digunakan untuk menentukan

seks ratio penduduk Kota Depok. Seks ratio dihitung dengan cara

membagi jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan.

Seks ratio dari tahun 2007-2011 berturut-turut adalah 107, 107, 108, 102

dan 102. Angka tersebut menggambarkan perbandingan jumlah penduduk

laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda. Pada umumnya tenaga kerja

laki-laki memiliki jenis pekerjaan yang lebih banyak dibanding dengan

tenaga kerja wanita. Demikian pula dalam sektor pertanian, tenaga kerja

laki-laki dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan dalam usahatani.

Tenaga kerja wanita biasanya hanya mengerjakan tanam, pemeliharaan

dan panen serta pengolahan pasca panen.

2. Keadaan Penduduk Menurut Umur

Kedaan penduduk menurut umur bagi suatu daerah dapat

digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk yang produktif dan

angka beban tanggungan (Dependency ratio/DR). Keadaan penduduk Kota

Depok menurut umur dapat dilihat pada Tabel 10.

Page 67: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Tabel 10. Jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kota Depok (dalam jiwa) tahun 2011

No. Kelompok Umur

Laki-laki (jiwa)

Perempuan (jiwa)

Jumlah (jiwa)

Persentase (%)

1. 0-4 92.414 85.829 178.243 9,83 2. 5-14 165.379 156.968 322.347 17,78 3. 15-24 154.936 159.544 314.480 17.34 4. 25-64 481.091 465.529 946.620 52,19 5. >64 25.016 38.790 51.923 2,86

Jumlah 918.836 906.660 1.813.613 100

Sumber : BPS Kota Depok 2011

Penduduk Kota depok yang terbanyak pada kelompok umur 25-64

tahun yaitu sebanyak 52,19%, sebanyak 17,34% penduduk berada pada

kelompok umur 15-24 tahun, sebanyak 17,78% penduduk berumur 5-14

tahun, sebanyak 2,86% penduduk berumur lebih dari 60 tahun dan

penduduk berumur 0-4 tahun sebanyak 9,83%.

Berdasarkan Tabel 10 maka penduduk Kota Depok dapat

dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu :

a. Usia Belum Produktif (0-14) : 500.590 jiwa

b. Usia Produktif (15-64) : 1.261.100 jiwa

c. Usia Tidak lagi Produktif (>64) : 51.923 jiwa

Banyaknya penduduk usia produktif akan berpengaruh pada

ketersediaan tenaga kerja dalam sektor perekonomian, baik pertanian,

industri, maupun jasa. Usia non produktif diperoleh dengan menjumlahkan

usia belum produktif dan tidak lagi produktif. Besarnya DR yaitu 43,8%

yang berarti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif harus

menanggung 44 penduduk non produktif.

3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja/sedang mencari

pekerjaan. Sedangkan bukan angkatn kerja adalah penduduk yang tidak

bekerja dan tidak mencari kerja seperti pelajar, mahasiswa, ibu rumah

tangga, pensiunan dan alasan kesehatan. Penduduk Kota depok memiliki

jenis pekerjaan yang bermacam-macam. Pada Tabel 11 dapat diketahui

jumlah penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaannya.

Page 68: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Tabel 11. Banyaknya Penduduk 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kota Depok 2011

No. Jenis Lapangan Usaha

Laki-laki

Perempuan Jumlah %

1. Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Periklanan

10.976 543 11.519 1,61

2. Industri Pengolahan 66.792 51.259 118.051 16,51 3. Perdagangan Besar,

\Eceran, Rumah makan dan Hotel

108.292 83.014 191.306 26,76

4. Jasa Kemasyarakatan 122.402 108.355 230.757 32,28

5. Pertambangan dan penggalian, Listrik, Gas dan air, Konstruksi, Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi, keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa perusahaan

133.875 29.383 163.258 22,84

Jumlah / Total 442.337 272.554 714.891 100

Sumber : BPS Kota Depok 2011

Berdasarkan Tabel 11 jenis lapangan pekerjaan yang paling banyak

di jalankan oleh penduduk Kota Depok berturut-turut yaitu : jasa

kemasyarakatan sebesar 230.757 jiwa (32,28%), di urutan kedua yakni

bidang perdagangan besar, \eceran, rumah makan dan hotel dengan jumlah

sebesar 191.306 jiwa (26,76%). Terbesar ketiga adalah pertambangan dll.

Yang dipilih oleh penduduk Kota Depok dengan jumlah sebesar 163.258

jiwa (22,84%), diurutan keempat yakni bidang industri pengolahan yakni

sebesar 118.051 jiwa (16,51%). Jenis lapangan pekerjaan yang paling kecil

adalah pertanian yakni sebesar 11.519 jiwa (1,61%).

Page 69: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

C. Keadaan Pertanian

Sektor pertanian merupakan sektor penyumbang PDRB terendah di

Kota depok. Hal ini juga dapat dilihat dari sedikitnya penduduk yang bekerja

di sektor pertanian. Kota Depok merupakan penghasil tanaman pangan dan

buah-buahan. Pada Tabel 12 disajikan data luas panen dan produksi tanaman

bahan makanan.

Tabel 12. Luas dan Produksi Tanaman Bahan Makanan di Kota Depok Tahun 2010

No. Keterangan Luas Panen (Ha)

Jumlah Tanaman

Menghasilkan (Pohon)

Produksi (Ton)

1. Padi 857 5.443,42 2. Ubi Kayu 305 4.133,24 3. Ubi Jalar 105 808,11 4. Jagung 239 778,39 5. Kacang Tanah 192 250,09 6. Belimbing 29.375 546,60 7. Pisang 16.582 179,95 8. Pepaya 13.833 179,58 9. Jambu Biji 12.782 184,85

Sumber : BPS Kota Depok 2011

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa luas panen dan produksi

yang tertinggi untuk tanaman pangan adalah tanaman padi dengan jumlah

produksi 5.443,42 ton dan luas panen 857 Ha. Pada tanaman buah-buahan

jumlah tanaman menghasilkan dan produksi tertinggi adalah tanaman

belimbing dengan jumlah tanaman menghasilkan 29.375 dan produksi

sebanyak 546,60 ton.

D. Keadaan Prasarana

Perhubungan darat merupakan prasarana pengangkutan yang penting

untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya

usaha pembangunan maka akan menuntut peningkatan pembangunan jalan

untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang

dari satu daerah ke daerah lain.

Page 70: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Lalu lintas Angkutan Penumpang Kereta Api merupakan alat

transportasi yang banyak diminati hal ini dikarenakan biayanya yang relatif

murah dan cepat sampai ditujuan. Di Kota Depok terdapat 5 Stasiun Kereta

Api, antara lain : Stasiun Kereta Api Pondok Cina, UI, Depok Baru, Depok

Lama, dan Citayam, dengan jumlah total penumpang sebesar 20.005.368

jiwa dan nilai karcis yang terjual sebesar 63.447.576.032 rupiah. Berikut

adalah Tabel 13 jumlah penumpang kereta api menurut stasiun kerata api di

Kota Depok, yaitu :

Tabel 13. Jumlah Penumpang Kereta Api Menurut Stasiun Kerata Api di Kota Depok

No. Stasiun Umum Kartu Jumlah Trayek

Bulanan Langganan

Sekolah

1. Pondok Cina 1.807.778 5.682 - 1.813.460 2. Depok Baru 5.152.667 1.422.538 - 6.575.205 3. Depok 4.552.806 1.507.601 - 6.030.407 4. UI 1.683.935 5.948 - 1.689.883 5. Citayam 3.860.355 32.253 3.805 3.896.413 Jumlah 17.027.541 2.974.022 3.805 20.005.368

Sumber : BPS Kota Depok 2011

Tabel 14. Panjang Jalan Menurut Status Pemerintah yang Berwenang dan Kondisi di Kota Depok (Km) 2011

No. Uraian Jumlah Persentase 1. Status Jalan a. Jalan Negara 30,77 5,98 b. Jalan Propinsi 11,50 2,23 c. Jalan Kota 472,57 91,79 Jumlah 100,00 2 Kondisi

a. Mantap (Baik-Sedang) 425,75 82,70 b. Tidak Mantap (Rusak Ringan –

Rusak Berat) 89,09 17,30

Jumlah 514,84 100,00

Sumber : BPS Kota Depok 2011

Panjang jalan di Kota Depok tahun 2011 adalah 514,84 km, jika

dirinci menurut status pemerintah yang berwenang maka panjang jalan negara

30,77 km, jalan propinsi 11,50 km, jalan kota 472,57 km. Secara keseluruhan

kondisi jalan di Kota Depok yaitu baik yaitu dengan angka 425,75 atau 82,70

Page 71: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

% keadaan jalan mantap yaitu antara baik sampai sedang. Keadaan jalan tidak

mantap atau rusak ringan sampai rusak berat berjumlah 89,09 atau 17,30 %

saja secara keseluruhan.

E. Keadaan Perekonomian

Keadaan perkonomian dapat dilihat salah satunya dari indikator

pertumbuhan sektor perekonomian, yaitu dari Produk Domestik Bruto

Regional (PDRB) atas harga konstan 2000 tahun 2009 dan 2010 di Kota

Depok untuk setiap lapangan usahanya. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada

Tabel 15.

Tabel 15. PDRB menurut lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 di Kota Depok Tahun 2010-2011 (Jutaan Rupiah)

Lapangan Usaha Tahun

2009 % 2010 % 1. Pertanian 173.873,42 2,84 186.945,98 2,86 2. Pertambangan dan

Penggalian - -

3. Industri Pengolahan 2.499.038,17 40,77 2.607.666,08 39,99 4. Listrik, Gas dan Air

Minum 183.438,60 2,99 194.125,39 3,15

5. Bangunan / Konstruksi 380.592,374 6,21 415.935,90 6,35 6. Perdagangan, Hotel dan

restoran 1.873.833,66 30,57 2.030.889,31 31,13

7. Pengangkutan dan Komunikasi

316.105,87 5,16 337.803,37 5,12

8. Bank dan lembaga Keuangan Lainnya

236.210,37 3,85 251.443,22 3,85

9. Jasa-jasa 466.557,16 7,61 494.516,96 7,55 Produk Domestik

Regional Bruto 6.129.649,62 100 6.519.326,21 100

Sumber : BPS Kota Depok 2011

Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 dan 2010

sektor industri pengolahan menepati urutan pertama apabila dilihat dari

besarnya nilai sumbangan terhadap PDRB di Kota Depok, yaitu sebesar 40,77

% pada tahun 2009 atau mengalami penurunan pada tahun 2010 sebesar 39,99

%. Sedangkan sektor pertanian meskipun juga mengalami peningkatan nilai

dari tahun 2009 sebesar 2,84 % menjadi 2,86 % pada tahun 2010. Namun

Page 72: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

posisi sektor pertanian masih berada pada urutan terakhir dibawah sektor-

sektor lain. Hal ini karena peningkatan nilai sektor pertanian tergolong masih

kecil jika dibandingkan oleh sektor lain. Keadaan tersebut juga dipengaruhi

oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pemukiman penduduk dan

berbagai macam pembangunan. Sehingga sumbangan nilai PDRB dari sektor

pertanian bearada pada tingkat terakhir.

Page 73: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sistem Agribisnis Belimbing Dewa

Belimbing merupakan salah satu komoditas unggulan di Kota Depok,

bahkan telah dikukuhkan sebagai salah satu ikon kota ini. Pengembangan

belimbing di Kota Depok telah dilakukan sejak lama dan dilakukan secara

turun menurun.

Budidaya belimbing di Kota Depok telah dilakukan sejak tahun 1970

hingga sekarang. Keragaan kebun belimbing di Kota Depok tersebar di enam

kecamatan. Selain ditanam tersendiri, tanaman belimbing juga ditanam di

sekitar halaman rumah. Usahatani belimbing yang dilakukan secara tradisional

dengan pemeliharaan seadanya.

Semakin berkembangnya potensi belimbing, usahatani belimbing

memeberikan keuntungan yang cukup besar serta adanya perhatian pemerintah

Kota Depok untuk mempertahankan ikon Kota Depok sebagai daerah

penghasil buah-buahan mendorong para petani untuk mengusahakannya

secara lebih intensif.

1. Subsistem Pengadaan Sarana Produksi

Status kepemilikan lahan tanaman belimbing adalah pemilik

penggarap dan sebagian lainnya dengan sistem sewa. Bersarnya biaya

sewa lahan tergantung dari seberapa luas lahan dan umur tanaman, karena

semakin tua umur tanaman maka biaya sewa akan semakin mahal. Harga

sewa lahan untuk luasan 1.000 m2 yaitu Rp. 2.000.000,00 per tahun. Luas

lahan yang dimiliki petani sebagian besar 2.000 – 2.500 m2. Keberadaan

lahan untuk tanaman belimbing biasanya tidak jauh dari pemukiman

penduduk ataupun berada di perkarangan rumah.

Pola tanam yang dilakukan petani ditempat penelitian yaitu

monokultur dengan hanya menanam tanaman belimbing saja, tetapi juga

ada petani yang menanam belimbing dengan jambu biji walaupun jumlah

tidak begitu banyak. Apabila umur tanaman belimbing kurang dari 2 tahun

57

Page 74: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

akan lebih baik dilakukan tumpang sari dengan tanaman polong-polongan

untuk menyuburkan tanaman. Tumpang sari cukup baik untuk dilakukan

karena dapat menambah penghasilan petani.

Penyediaan bibit belimbing dilakukan oleh petani sendiri, petani

biasanya mempunyai stok bibit belimbing masing-masing dan beberapa

petani juga mempunyai usaha pembibitan belimbing dewa yang nantinya

bibit tersebut dijualbelikan kepada petani dan organisasi atau pihak-pihak

yang membutuhkan bibit belimbing dewa. Bibit yang dijual oleh petani

dengan harga Rp. 10.000,00 – Rp. 25.000,00 per bibit dengan umur 6

bulan – 1 tahun, umur ini sudah memenuhi SOP yang diterbitkan oleh

Dinas Pertanian Kota Depok. Berdasarkan SOP, pemilihan bibit harus

memenuhi kriteria :

1. Bibit berumur 6 bulan atau lebih

2. Tinggi bibit antara 60 – 100 cm

3. Tinggi mata temple 25 – 30 cm leher akar

4. Diameter batang 1 – 1,5 cm

5. Bentuk batang lurus dan tegak

Varietas belimbing sendiri yang ditanam di Kota Depok adalah

varietas dewa. Alasan petani memilih menanam belimbing varietas dewa

adalah karena buahnya besar, berwarna kuning cerah, rasanya manis-

manis segar, mempunyai serat dan kandungan air yang banyak.

Rata-rata umur pohon belimbing yang terdapat di lokasi penelitian

berumur lebih dari 15 tahun. Tanaman belimbing mulai dapat

menghasilkan buah pada umur 2 tahun, tetapi jumlahnya tidak terlalu

banyak berkisar 5-10 kg (25-40 buah). Tanaman belimbing berumur diatas

5 tahun dapat berproduksi 50 kg (250 buah). Tanaman belimbing diatas 10

tahun dapat berproduksi 100 kg (500 buah) dan tanaman belimbing

berusia di atas 15 tahun dapat berproduksi 150 kg (750 buah). Tanaman

belimbing agar menghasilkan buah yang banyak harus diperhatikan dalam

pemberian pupuk, pemberian pupuk kandang dan pupuk NPK harus

Page 75: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

berimbang dan perlu perawatan yang baik. Semakin tua umur tanaman,

maka semakin banyak jumlah buah yang dihasilkan perpohonnya.

Penyediaan pupuk, obat-obatan, mesin dan alat pertanian biasanya

dilakukan oleh masing-masing gapoktan dan juga tersedia di toko saprodi.

Dari hasil penelitian pupuk yang digunakan oleh petani adalah pupuk

kandang dan pupuk NPK, gapoktan juga menjual pupuk bersubsidi yang

berasal dari pemerintah dengan harga yang lebih murah. Obat-obatan yang

digunakan adalah Decis, Curacron, Dusban dan Petogenol. Alat

pembungkus sendiri yang digunakan adalah kertas karbon dan mulsa.

Alat-alat pertanian yang dibutuhkan sendiri seperti Hand Spryer, Power

Spryer, cangkul, gunting steak, pisau okulasi.

2. Subsistem Usahatani

a. Usahatani Belimbing Dewa

Usahatani belimbing telah lama diusahakan di Kota Depok dan

merupakan usaha turun-temurun. Selain ditanam di kebun atau lahan

tersendiri, tanaman belimbing juga ditanam di sekitar pekarangan

rumah. Pada awalnya, kegiatan budidaya belimbing yang dilakukan

masih bersifat tradisional dengan pemeliharaan yang seadanya.

Namun, seiring dengan berkembangnya potensi usahatani belimbing

dan besarnya pendapatan yang diperoleh, usahatani belimbing mulai

mendapatkan perhatian. Terbukanya potensi dari usahatani belimbing

ini, mendorong pemerintah Kota Depok untuk menjadikan belimbing

dengan varietas unggul Dewa sebagai ikon Kota Depok.

Kegiatan usahatani dan teknik budidaya belimbing di Kota

Depok sebenarnya hampir sama antara petani belimbing satu dengan

yang lain. Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas

buah belimbing yang dihasilkan oleh petani serta sebagai langkah

dalam mewujudkan belimbing sebagai ikon Kota Depok, maka telah

disusun SOP (Standart Operational Procedure) oleh Dinas Pertanian

Kota Depok. SOP belimbing ini adalah panduan teknik budidaya

Page 76: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

belimbing yang dilakukan untuk meningkatkan mutu buah belimbing

yang dihasilkan oleh petani.

Berdasarkan Dinas Pertanian Kota Depok petani belimbing

dewa yang ada di Kota Depok saat ini berjumlah 350 petani yang

tergabung dalam 22 kelompok tani. 22 kelompok tani tersebut tersebar

di 6 kecamatan yang ada di Kota Depok. Masing-masing kecamatan

juga memiliki luas lahan dan produksi buah belimbing yang berbeda-

beda, berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat luas areal, populasi, produksi

dan produktivitas tanaman belimbing di 6 Kecamatan di Kota Depok

berikut ini :

Tabel 4. Luas Areal, Populasi, Produksi dan Produktivitas Tanaman Belimbing di Enam Kecamatan di Kota Depok Tahun 2009

Kecamatan

Luas Areal yang Telah Diusahakan

(Ha)

Populasi (Pohon)

Tanaman Produksi (Pohon)

Produksi (Kuintal)

Rata-rata Produktivitas Kg/Pohon/

Tahun Sawangan 14,30 5.840 3.576 5.067 142 Pancoran Mas 74,00 18.155 18.065 28.190 156 Sukmajaya 1,00 1.245 1.145 1.763 154 Cimanggis 20,30 6.158 4.250 7.575 178 Beji 5,00 3.197 3.054 5.412 177 Limo 5,00 1.633 1.283 2.044 159

Total 119,60 36.228 31.373 50.051 160

Sumber : Dinas Pertanian Kota Depok (2010)

1. Penanaman Tanaman Belimbing Dewa

Sebelum dilakukan kegiatan penanaman terlebih dahulu

dilakukan penyiapan lahan, yaitu dengan membersihkan lahan dan

pembuatan lubang tanam. Pembersihan dilakukan agar diperoleh

lahan yang siap untuk ditanami dan terbebas dari gangguan fisik

seperti batu-batuan besar dan gangguan biologis seperti gulma atau

sisa-sisa tanaman. Pembersihan lahan yang dilakukan yaitu

membersihkan semak, cabang dan rating pohon besar yang dapat

menghalangi pertumbuhan tanaman muda.

Bibit yang digunakan oleh petani sebagian besar yang

berumur diatas 6 bulan dengan jarak tanam 7 x 7 meter dan 6 x 7

Page 77: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

meter. Jarak tanam yang sesuai dengan SOP yang diterbitkan oleh

Dinas Pertanian Kota Depok adalah 7 x 7 meter. Masih ada petani

yang jarak tanamnya tidak sesuai dengan SOP yang diterbitkan

pemerintah karena tanaman belimbing dewa sudah tertanam sejak

lama sebelum diterbitkannya SOP. Semakin jauh jarak tanam

belimbing maka akan menyebabkan cabang-cabang semakin

menyamping dan menghasilkan buah yang lebih banyak.

2. Pemupukan Tanaman Belimbing Dewa

Pemupukan menggunakan pupuk kandang dan pupuk NPK.

Penggunaan pupuk kandang dilakukan 2 kali dalam setahun atau

per 6 bulan. Dosis dalam pemupukan pupuk kandang per pohon

yaitu pada usia tanaman 1 - 10 tahun sebanyak 20 kg dan 11 - 20

tahun sebanyak 40 kg. penggunan pupuk NPK dilakukan 3 kali

dalam setahun atau per 4 bulan. Dosisi dalam pemupukan pupuk

NPK per pohon yaitu pada usia tanaman 1 - 10 tahun 1 kg per

pohon dan 11 - 20 tahun sebanyak 2 kg per pohon. Dosis

pemupukan yang dilakukan petani belum dilakukan sesuai dengan

SOP. Berdasarkan SOP dosis pemupukan buah dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 16. Dosis pemupukan Buah berdasarkan SOP

Waktu Pemupukan

Jenis dan Dosis Pupuk Pupuk kandang (Kg) Pupuk NPK

3 – 12 bulan setelah tanam

20 – 30 0.2 – 0.3 (tiap 3 bulan)

1 – 3 tahun setelah tanam 30 – 40

0.4 – 0.6 (tiap 3 bulan)

>3 tahun setelah tanam

40 - 60 0.7 – 1.0 (tiap 3 bulan)

3 – 4 minggu sekali pada

tanaman produktif Pupuk Daun Sesuai Dosis

Anjuran

Sumber : Dinas Pertanian Kota Depok 2007

Penyemprotan obat-obatan dilakukan satu minggu

sebanyak dua kali atau selama 1 musim sebanyak 8-10 kali.

Page 78: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Curacron, Decis dan Dursban digunakan sebagai perstisida,

sedangkan petragenol digunakan sebagai pemancing lalat buah.

Prosedur pelaksanaan pemberian pupuk diantaranya

sebagai berikut :

1. Menyiapkan alur lubang pupuk di bawah lingkaran tajuk

sedalam 20 centimeter dan selebar cangkul.

2. Menyiapkan pupuk sesuai jenis dan dosis yang akan

digunakan.

3. Memasukkan pupuk ke dalam lubang tanam kemudian

menutupnya. Apabila pupuk daun yang akan diberikan, maka

harus membuat larutan pupuk terlebih dahulu, kemudian pupuk

disemprotkan ke tanaman dengan menggunakan hand sprayer

atau power sprayer.

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada petani

responden, pemberian pupuk pada tanaman belimbing ada kalanya

tidak mengikuti dosis anjuran yang terdapat pada SOP Belimbing

Dewa. Beberapa petani hanya melakukan pemupukan pupuk

organik dua kali dalam setahun. Hal ini disebabkan karena saat ini

harga pupuk organik semakin mahal, Oleh karena itu kegiatan

pemupukan tidak dilakukan sesuai dengan dosis seperti yang

tertera pada Tabel.

3. Pengairan Tanaman Belimbing Dewa

Kegiatan pengairan yang dilakukan oleh petani responden

pada umunya dilakukan hanya pada musim kemarau dengan sistem

irigasi sederhana, tetapi ada juga petani yang sama sekali tidak

melakukan pengairan dan hanya bergantung pada air hujan. Hal ini

disebabkan tanaman belimbing tidak terlalu banyak membutuhkan

air dan masih terus berproduksi walaupun dalam kondisi kering.

4. Pemeliharaan atau Pemangkasan Tanaman Belimbing Dewa

Kegiatan pemangkasan dibagi menjadi dua jenis yaitu

kegiatan pemangkasan bentuk dan kegiatan pemangkasan

Page 79: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

pemeliharaan. Kegiatan pemangkasan bentuk adalah kegiatan

membentuk cabang atau ranting tanaman agar mempunyai tajuk

yang diharapkan dan dengan tujuan agar lebih memudahkan petani

dalam melakukan kegiatan pengelolaan, perawatan dan

pemanenan.

Pemangkasan pemeliharaan adalah memotong cabang atau

ranting tanaman yang tidak produktif dan tidak dikehendaki. Hal

ini bertujuan untuk merangsang pembungaan, membuang ranting

atau cabang yang mati, tunas air maupun cabang yang tidak

produktif serta untuk memudahkan sinar matahari masuk sampai

cabang-cabang terbawah. Kegiatan pemangkasan dilakukan pada

saat setelah panen.

5. Pembungkusan Tanaman Belimbing Dewa

Pembungkusan buah dilakukan apabila pada umur 1,5

bulan dari pembungaan. Pembungkusan akan dilakukan lebih cepat

apabila musim hujan. Pembungkusan buah dilakukan dengan

tujuan menghindarkan buah dari serangan OPT, meningkatkan

mutu buah (buah yang besar, bersih dan menarik) dan

menghindarkan buah dari pencemaran pestisida.

Bahan yang digunakan untuk pembungkusan adalah kertas

karbon dan plastik mulsa, masing- masing memiliki kekurangan

dan kelebihannya. Kertas karbon memiliki kelebihan yaitu bahan

ringan, sinar matahari tidak langsung masuk ke buah, buah

tumbuh dengan baik dan warnanya kuning mengkilap. Sedangkan

kelemahannya kertas karbon sulit diperoleh dan harganya lebih

mahal. Namun kebanyakan petani belimbing dewa saat ini lebih

banyak menggunakan mulsa karena sulitnya memperoleh kertas

karbon.

Plastik mulsa memiliki kelebihan yaitu harga lebih

murah, tidak mudah rusak apabila terkena air hujan dan dapat

digunakan beberapa kali pemakaian. Sedangkan kelemahannya

Page 80: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

yaitu tidak baik bagi pewarnaan buah. Pada musim hujan mulsa

akan menempel pada buah dan menimbulkan bercak pada

belimbing, sedangkan pada musim kemarau mulsa menempel pada

buah sehingga menyebabkan buah memiliki bercak seperti

terbakar.

6. Panen Tanaman Belimbing Dewa

Kegiatan pemanenan biasanya dilakukan pada saat umur

buah 45 hari dari pembungkusan. Pemanenan dapat dilakukan

lebih cepat apabila permintaan buah di pasar sedang tinggi yaitu

pada umur buah 40 hari dari pembungkusan. Sebaiknya sebelum

melakukan pemanenan sebaiknya dilakukan pengamatan pada buah

yang akan di panen. Hal ini dilakukan agar diperoleh buah yang

sesuai dengan tingkat kematangan dan waktu pemetikan yang

tepat. Panen belimbing dilakukan 3 kali dalam setahun, yaitu

Januari hingga Februari, Mei hingga Juni dan September hingga

Oktober. Panen raya terjadi pada periode panen bulan Januari –

Februari.

Buah sudah dapat dipanen saat telah memasuki indeks

kematangan buah IV. Indeks kematangan IV dipilih dengan tujuan

agar buah tidak cepat busuk dalam proses penyimpanan. Ciri

indeks kematangan buah dapat dilihat pada Tabel. Hasil buah yang

dipanen dibagi menjadi tiga kelas (grade). Grade A adalah buah

dengan berat lebih dari 250 gram. Grade B yaitu buah dengan berat

200 sampai 250 gram, sedangkan grade C adalah buah dengan

berat kurang dari 200 gram.

Page 81: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Tabel 17. Ciri-ciri Indeks Kematangan Buah Belimbing Dewa di Kota Depok

Indeks Kematangan Buah Ciri-ciri Buah Belimbing Dewa Indeks I Buah berwarna hijau keputihan Indeks II Buah berwarna putih kekuningan Indeks III Buah berwarna kuning kehijauan Indeks IV Buah berwarna kuning tua kehijauan Indeks V Buah berwarna kuning kemerahan Indeks VI Buah berwarna oranye kemerahan

Indeks VII Buah berwarna oranye kemerahan, buah terlalu matang

Sumber : Dinas Pertanian Kota Depok 2007

b. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan

Penerimaan merupakan hasil perkalian antara hasil produksi

dengan harga, atau dengan kata lain penerimaan adalah nilai rupiah

dari produk yang dihasilkan. Sedangkan pendapatan merupakan selisih

penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan mempunyai

fungsi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan melanjutkan

kegiatan usaha petani. Sisa dari pendapatan usahatani merupakan

tabungan dan juga sebagai sumber dana yang memungkinkan petani

mengusahakan kegiatan sektor lain.

Dalam memulai usahatani belimbing dewa modal awal yang

dibutuhkan untuk budidaya tanaman belimbing cukup besar, dimana

pada umur 2 tahun pohon belimbing baru dapat berproduksi, itupun

dalam jumlah yang sangat sedikit. Biaya awal yang dibutuhkan dalam

memulai budidaya belimbing dewa adalah bibit, pupuk kandang dan

pupuk npk, obat-obatan, dan tenaga kerja. Tenaga kerja yang

dibutuhkan mulai dari penyiapan lahan, penanaman, pemupukan,

pemangkasan, pengendalian opt, dan sanitasi kebun.

Tanaman belimbing dewa pada umur 2 tahun belum dapat

berproduksi dengan baik, buah yang dihasilkan sangat sedikit yaitu

hanya berkisar 5-10 kg (25-40 buah). Pada usia 5 tahun tanaman

belimbing dewa sudah dapat berproduksi dengan maksimal, yaitu

dapat berproduksi 50 kg (250 buah). Semakin tua umur tanaman

belimbing dewa maka buah yang dihasilkan juga sekamin banyak.

Page 82: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Diasumsikan pada umur tanaman belimbing dewa 10 tahun dengan

produksi yang dihasilkan 100 kg (500 buah) baru diperoleh titik impas,

dimana pendapatan yang dihasilkan dapat menutup sejumlah biaya

yang selama ini dikeluarkan untuk modal awal budidaya dan

perawatan selama buah belimbing belum dapat berproduksi dengan

stabil.

Berikut ini adalah analisis usahatani belimbing dewa pada usia

diatas 15 tahun. Pada usia 15 tahun tanaman belimbing pada usia

dewasa dengan jumlah produksi yang stabil.

Tabel 18. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Belimbing Dewa Pada Luas Lahan 2500 m2 Pada Usia Pohon >15 Tahun Untuk Satu Musim Panen

Uraian Jumlah Fisik Harga Satuan(Rp)

Jumlah (Rp)

Produksi a. Grade A 2.295 Kg 8.000 18.360.000 b. Grade B 3.060 Kg 6.000 18.360.000 c. Grade C 2.295 Kg 4.000 9.180.000 Penerimaan Total 45.900.000 Biaya Tetap a. Pajak lahan 1.500.000 b. Penyusutan 1.076.400 Total Biaya Tetap 2.576.400 Biaya Variabel a. Pupuk Kandang 1.020 Kg 500 Kg 510.000 b. Pupuk NPK 102 Kg 12.000 Kg 1.224.000 c. Obat-obatan

1. Decis 5 Botol 110.000 550.000 2. Curacorn 5 Botol 105.000 525.000 3. Dursban 5 Botol 40.000 200.000 4. Petrogenol 1 Botol 8.000 8.000

d. Tenaga kerja 1. Pemupukan 2 orang 60.000 120.000 2. Pemangkasan 2 orang 60.000 120.000 3. Sanitasi Kebun 2 orang 60.000 120.000 4. Penyemprotan

pestisida 2 orang 60.000 120.000

5. Pembungkusan 10 orang 60.000 600.000 6. Pemanenan 5 orang 60.000 300.000

e. Keranjang 153 10.000 1.530.000 Total Biaya Variabel 5.927.000 Total biaya 8.443.400 Pendapatan 37.456.600

Sumber : Data Primer

Page 83: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Analisis usahatani pada Tabel 18 menghitung untuk jangka

waktu 1 musim panen yaitu sekitar 4 bulan. Bila diperhitungkan untuk

1 musim panen saja dengan luas lahan 2500 m2 dan jumlah pohon 51

maka pendapatan yang diperoleh cukup besar. Biaya yang perlu

dikeluarkan untuk tanaman belimbing berumur >15 tahun adalah

sebesar Rp. 8.443.400,00 dengan pendapatan Rp. 37.456.600,00. Bibit

tidak dihitung karena usahatani belimbing dewa dilakukan secara turun

menurun sehingga tidak perlu menanam dari awal, apabila ingin

mengganti varietas pun tidak dilalukan dengan cara menebang pohon

belimbing yang lama tetapi cukup melukan okulasi pada batang

belimbing yang lama dengan tanaman belimbing dengan varietas yang

diinginkan.

3. Subsistem Pengolahan

Berdasarkan hasil penelitian terdapat delapan hasil olahan

belimbing dewa oleh UKM yaitu sirup belimbing, jus belimbing, selai

belimbing, dodol belimbing, manisan belimbing, keripik belimbing, ice

cream belimbing dan mayonnaise. Bahan baku sendiri diperoleh langsung

dari petani dengan membeli buah belimbing grade C karena harganya

yang murah. Ketersediaan bahan baku sendiri sudah cukup untuk UKM,

namun pada saat tidak panen raya sulit untuk memperoleh stok belimbing

sehingga para pengolah menerima buah belimbing baik grade apa saja

baik itu A, B maupun C, sehingga nanti harga produk hasil olahan

belimbing dewa dapat disesuaikan dengan harga bahan baku yang yang

berlaku saat itu.

Pengolahan belimbing dewa yang dilakukan oleh masing-masing

UKM berbeda-beda, mulai dari menggunakan peralatan yang sederhana

dalam produksinya seperti perabot rumah tangga seperti blender, panci,

kompor, dsb sampai menggunakan alat produksi yang digunakan sudah

semi pabrik dimana proses produksi semua dilakukan oleh mesin, dalam

proses produksi juga sudah tidak terkena tangan manusia sehingga lebih

higienis. Waktu produksi dilakukan berdasarkan jumlah stok barang, jika

Page 84: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

stok barang sudah sedikit baru pengolah belimbing dewa melakukan

produksi. Namun pada saat musim panen raya pengolah belimbing dewa

memproduksi sebanyak mungkin agar nanti pada saat tidak panen mereka

masih mempunyai stok barang sehingga seluruh permintaan dapat

terpenuhi dengan baik.

Produk olahan belimbing dewa ini difokuskan sebagai sebagai

buah tangan khas dari Kota Depok. Pemasaran hasil olahan sendiri

dipasarkan melalui koperasi kantor-kantor pemerintah, beberapa outlet

yang berada di Cimanggis, dan tempat wisata yang berada di Kota Depok.

Minimarket, melalui pameran-pameran dan dikirim ke agen-agen yang

berada di luar kota.

Untuk memfasilitasi petani dalam penyaluran hasil panen,

pemerintah Kota Depok pada tahun 2008 telah mendirikan pabrik

pengolahan belimbing di Kelurahan Sawangan Baru. Namun sampai saat

ini pabrik pengolahan ini belum beroperasi. Peran Pemerintah Kota Depok

dalam pengolahan belimbing dewa yaitu dengan adanya pembinaan dan

pelatihan dari pemerintah, serta memfasilitasi dalam pengurusan ijin

usaha, sertifikat halal, dan merk.

4. Subsistem Pemasaran

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Nanang Yusuf dan Bapak

Herman Gunawan sebagau pedagang besar, pola pemasaran belimbing

dewa yang dilakukan petani ada beberapa alur yaitu :

Page 85: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Saluran I Saluran II

Gambar 2. Alur Pemasaran Belimbing Dewa di Kota Depok

Pemasaran belimbing dewa sendiri tidak melalui PKPBDD (Pusat

Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok) karena saat ini sedang tidak

beroperasi. Meurut Dinas Pertanian sediri PKPBDD tidak beroperasi

karena kurangnya SDM dalam pengelolaannya. Pada pertengahan atau

akhir tahun 2012 PKPBDD baru akan beroperasi kembali agar pemasaran

belimbing dewa hanya dari satu pintu sehingga dapat lebih

menguntungkan petani.

Segmentasi pasar dilakukan berdasarkan grade buah belimbing

dewa itu sendiri. Pada pasar modern, buah belimbing yang dipasarkan

yaitu grade A dan grade B, untuk pasar tradisional buah belimbing yang

dipasarkan yaitu semua grade mulai dari grade A, B dan C. Pedagang

eceran sendiri biasanya mereka lebih memilih buah belimbing dewa

dengan kualitas terbaik yaitu grade A. Pengolah belimbing dewa biasanya

membeli langsung buah belimbing dewa dari para petani. Buah belimbing

Petani

Pedagang Pengumpul

Pedagang Besar

Pasar Induk

Pasar Tradisonal

Pasar Modern

Petani

Pedagang Pengumpul

Pedagang Besar

Pasar Modern

Pasar Induk

Pedagang Eceran

Pengolah Belimbing

Pengolah Belimbing dewa

Page 86: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

yang dipilih adalah buah belimbing dewa grade C, namun apabila saat

tidak musim panen pengolah menerima buah belimbing dewa grade A

ataupun grade A. Buah belimbing untuk impor yaitu grade A dengan

ukuran serupa yaitu tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.

Permintaan buah belimbing dewa dari tahun ke tahun selalu

mengalami peningkatan, hal ini menandakan buah belimbing dewa sangat

memliki prospek yang baik. Menurut Dinas Pertanian Kota Depok target

produksi 600 kg/pohon/tahun untuk tanaman ditas umur 10 tahun.

permintaan belimbing dewa untuk Jabodetabek dan Bandung sebanyak

6.119,18 ton belum dapat terpenuhi karena produksi belimbing dewa saat

ini 5.466 ton pada tahun 2011. Hal ini manandakan seluruh permintaan

belum dapat terpenuhi. Menurut Dinas Pertanian Kota Depok permintaan

buah belimbing dari luar Indonesia juga ada yaitu berasal dari Singapura

dan timur tengah (Abu Dhabi memiliki permintaan terbesar dari timur

tengah) tetapi sampai saat ini belum dapat terpenuhi karena masih

rendahnya jumlah produksi buah belimbing dewa yang disebabkan

kurangnya lahan pertanian di Kota Depok akibat ahli fungsi lahan ke non

pertanian.

5. Subsitem Kelembagaan Pendukung

Peran pemerintah sangat penting dalam keberhasilan

pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok. Belimbing

Dewa sebagai ikon Kota Depok harus didukung dengan adanya kebijakan

pemerintah baik dalam bidang teknologi, infrakstruktur, kelembagaan,

permodalan dan pemasaran. Dukungan pemerintah sangat penting, karena

tidak semua infrastruktur dapat disediakan secara swadaya oleh masing-

masing pelaku agribisnis.

Pelatihan dan pembinaan dilakukan oleh pemerintah Kota Depok

yaitu melalui penyuluh-penyuluh yang ditugaskan pada masing-masing

kecamatan yang ada di Kota Depok. Masing-masing kelompok tani juga

memiliki jadwal dan penyuluh masing-masing. Pembinaaan dan pelatihan

dari pemerintah sendiri terdiri dari pelatihan pengolahan hasil, SOP

Page 87: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

(Standart Operational Procedure), packaging, kunjungan lahan ke kebun,

dsb. Metode pembinaan yang dilakukan juga bercaman-macam seperti

diskusi, tanya jawab, demostrasi, praktek lapang serta kunjungan ke

daerah lain.

Menurut wawancara dengan Ibu Karwati, Pemerintah Kota Depok

juga berperan dalam penyusunan SOP yang nantinya dapat digunakan

sebagai panduan petani dalam melakukan budidaya belimbing dewa

sehingga hasil yang diperoleh dapat maksimal. Dalam penyusunan SOP

sendiri juga melibatkan berbagai pihak mulai dari petani belimbing dewa

di Kota Depok, Dinas Pertanian Kota Depok, Direktorat Budidaya

Tanaman Buah, dan pihak lain seperti BPTP Jawa Barat dan BPSB Jawa

barat.

Dinas Pertanian juga memberikan pelatihan dan pembinaan kepada

petani dengan mengirim petani setiap tahunnya untuk magang di Jepang

selama satu tahun. Program magang ini mulai dilakukan pada tahun 1999.

Pada tahun 2001 program ini sempat berhenti dan kemudian pada tahun

2009 program ini berjalan kembali. Petani yang dipilih untuk magang ke

Jepang dipilih melalui seleksi yang dilakukan oleh dinas pertanian.

Pemerintah Kota Depok juga memberikan bantuan permodalan

yaitu melalui program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan). PUAP sendiri disalurkan melalui masing-masing Gapoktan

yang ada di Kota Depok. Seluruh dana PUAP dikelola oleh masing-

masing Gapoktan, pemerintah disini hanya mendampingi saja untuk

penetuan lama pinjaman dan besarnya jasa itu diatur oleh masing-masing

Gapoktan.

Program Primatani dari Departemen Pertanian yang merupakan

program rintisan dan akselerasi pemasyarakatan inovasi teknologi

pertanian hanya diterapkan di Kelurahan Pasir Putih Kecamatan

Sawangan. Padahal tujuan utama Primatani untuk mempercepat adopsi

teknologi inovatif terutama yang dihasilkan oleh Badan Litbang

Pertanian serta untuk memperoleh umpan balik mengenai karakteristik

Page 88: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

teknologi tepat guna spesifik pengguna dan lokasi sangat diperlukan oleh

petani. Program Primatani ini seharusnya dapat membantu petani

belimbing dewa di Kota Depok dalam penerapan teknologi baru untuk

meningkatkan kesejahteraan petani sendiri. Program ini dilakukan pada

tahun 2009 – 2010 dengan kerjasama dengan Badan Litbang Pertanian,

setelah itu program ini kemudian dilanjutkan oleh pemerintah. Selain

melakukan kerjasama dengan Badan Litbang Pertanian pemerintah Kota

Depok juga melakukan kerjasama dengan beberapa instansi yaitu dengan

IPB yang bekerjasama dengan PKBT (Pusat Kajian Buah Tropis) dan UI

dengan melakukan uji coba pembungkus.

B. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Agribisnis Belimbing Dewa di

Kota Depok

Identifikasi faktor eksternal dan internal dilakukan dengan meninjau

faktor-faktor di luar dan di dalam agribisnis belimbing dewa di Kota Depok

yang dapat berpengaruh terhadap pengembangan agribisnis belimbing dewa.

Identifikasi faktor internal digunakan untuk menganalisis faktor-faktor

internal yang tentunya akan berpengaruh pada pengembangan agribisnis

belimbing dewa. Faktor-faktor internal tersebut dapat diidentifikasi sebagai

kekuatan dan kelemahan bagi pengembangan agribisnis belimbing dewa.

Kekuatan dan kelemahan ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam penentuan strategi pengembangan.

Identifikasi faktor eksternal dilakukan dengan melihat faktor-faktor di

luar agribisnis belimbing dewa. Indentifikasi ini terfokus untuk medapatkan

faktor-faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi pengembangan

agribisnis belimbing dewa sehingga memudahkan untuk menentukan strategi-

strategi dalam meraih peluang dan menghindari ancaman.

1. Faktor Internal

Faktor-faktor internal terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan

dari strategi pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok.

Berdasarkan hasil wawancara maka dapat diperoleh faktor-faktor strategis

Page 89: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan

agribisnis belimbing dewa di Kota Depok yaitu sebagai berikut:

a. Kekuatan

Faktor kekuatan merupakan bagian dari faktor strategis

internal, faktor tersebut dianggap sebagai kekuatan yang akan

mempengaruhi pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota

Depok. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan harus digunakan

semaksimal mungkin dalam upaya untuk mencapai tujuan

pengembangan agribisnis belimbing dewa, faktor-faktor itu terdiri dari:

1. Lokasi Kota Depok yang strategis karena dekat dengan daerah

pemasaran

Lokasi Kota Depok sangat strategis karena berbatasan

langsung dengan DKI Jakarta yang merupakan pusat

perekonomian dan juga dekat dengan Kota Bandung sebagai

ibukota Jawa Barat. Hal ini merupakan suatu keuntungan karena

sebagian besar buah belimbing dewa di pasarkan ke DKI Jakarta

dan Bandung, sehingga dengan dekatnya daerah pemasaran dapat

lebih efisien dalam hal waktu dan biaya tranportasi.

2. Akses transportasi yang mendukung

Secara umum, dengan pesatnya pembangunan di Kota

Depok jalan transportasi di Kota Depok sudah sangat baik. Hal ini

dapat mempermudah kegiatan mobilitas penduduk dan hasil

produksi belimbing dewa. Demikian juga jalur transportasi antar

daerah baik itu provinsi maupun kabupaten lain dengan Kota

Depok telah memadai dan sangat baik untuk digunakan masyarakat

dalam kegiatan perekonomiannya.

3. Ketersediaan sarana produksi yang mudah diakses

Sarana Produksi merupakan input dalam proses budidaya

belimbing dewa. Kemudahan akses dalam memperoleh sarana

produksi sangat diperlukan oleh petani. Kemudahan akses dalam

memperoleh sarana produksi akan mempermudah dalam

Page 90: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

menjalankan budidaya belimbing dewa. Sebaliknya bila sarana

produksi sulit untuk didapatkan maka petanipun akan mendapatkan

kesulitan dalam menjalankan budidaya.

Bagi petani belimbing dewa di Kota Depok ketersediaan

sarana produksi sudah mudah diakses. Sarana produksi tersedia di

toko pertanian maupun gapoktan yang ada di Kota Depok.

gapoktan juga menyediakan sarana produksi agar memudahkan

para petani dalam memperoleh sarana produksi. Kemudahan akses

terhadap sarana produksi dapat menjadi salah satu kekuatan pada

agribisnis belimbing dewa di Kota depok.

4. Kualitas buah yang baik

Buah belimbing yang dibudidayakan di Kota Depok adalah

varietas dewa. Varietas ini memiliki kualitas yang baik karena

memiliki buah yang besar, berwarna kuning cerah, rasanya manis-

manis segar, mempunyai serat dan kandungan air yang banyak.

Kandungan air yang tinggi membuat kesegerannya dapat bertahan

lebih lama yaitu sekitar satu minggu .

b. Kelemahan

Faktor kelemahan adalah bagian dari faktor internal. Faktor-

faktor yang dianggap sebagai kelemahan akan menjadi kendala dalam

upaya pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok.

Faktor-faktor tersebut antara lain :

1. Kuantitas buah yang masih rendah

Produksi belimbing dewa di Kota Depok saat ini belum

mampu memenuhi semua permintaan yang ada karena masih

rendahnya kuantitas buah belimbing dewa. Rendahnya jumlah

produksi belimbing dewa tidak lain dipengaruhi oleh semakin

maraknya alih fungsi lahan sehingga lahan pertanian di Kota

Depok juga semakin berkurang.

Page 91: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

2. SDM petani yang masih rendah

Rendahnya kualitas SDM merupakan kendala yang serius

dalam pembangunan pertanian. Kualitas SDM pertanian sebagian

besar mempunyai tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah.

Selain itu mentalitas petani yang berkecimpung dalam usahatani

juga rendah. Kondisi tersebut juga terjadi pada petani di Kota

Depok. Belum banyak kaum muda dan berpendidikan di Kota

Depok tidak mau berkecimpung pada kegiatan pertanian, ini dapat

dilihat pada jumlah pekerja di pertanian yang paling rendah yaitu

pada tahun 2011 berjumlah 892 orang.

Rendahnya SDM juga dirasakan pada kegiatan sosialnya

antar petani belimbing dewa, adapula yang tidak ingin

berkelompok dan lebih memilih menjalankan usahanya seorang

diri. Hal ini juga dapat menjadi suatu kendala bagi pemerintah

dalam pengembangannya dan juga suatu kerugian bagi petani

tersebut karena dengan tidak berkelompok dia tidak bisa

mendapatkan pembinaan dan pelatihan yang dilakukan pemerintah

serta mendapatkan bantuan dana modal.

3. Manajemen usaha petani yang kurang baik

Dalam menjalankan usahanya petani di Kota Depok banyak

yang masih menganggap usahatani merupakan bagian dari kegiatan

rumah tangganya. Hal ini akan berpengaruh pada pengelolaan

keuangannya yang akan bercampur sehingga bisa saja uang yang

seharusnya dijadikan modal terpakai untuk kegiatan rumah

tangganya.

Berdasarkan penelitian di lapang rata-rata petani belum

melakukan kegiatan usahataninya dengan baik. Semua pengeluaran

dan pendapatan belum dicatat sehingga rata-rata petani tidak

mengetahui pasti jumlah uang yang dikeluarkan dalam

menjalankan usahataninya dan jumlah pendapatan yang di dapat

dari usahataninya.

Page 92: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

4. Petani yang tidak aktif

Berdasarkan hasil wawancara di lapang masih ada petani

yang belum mau berkelompok dalam menjalankan usahataninya.

Padahal keberadaan organisasi sesungguhnya sangat diperlukan

terutama sebagai media komunikasi antar petani maupun antara

petani dan pihak luar. Selain itu dengan berkelompok apabila kita

mengalami kendala dalam menjalankan usahatani kita dapat

meminta bantuan antar sesama anggota.

PKPBDD (Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa

Depok) yang seharusnya menjadi tempat utama pemasaran

belimbing dewa juga saat ini sedang tidak beroperasi padahal

dengan adanya PKPBDD pemerintah berharap pemasaran

belimbing dewa dapat dijalankan dari satu pintu sehingga akan

lebih menguntungkan petani, karena semakin banyak rantai

pemasaran maka biaya yang dikeluarkan untuk pemasaranpun

semakin besar.

5. Modal petani yang terbatas

Dalam menjalankan usahataninya petani di Kota Depok

juga mengalami masalah dalam kurangnya modal, karena

kebanyakan petani hanya mengandalkan hasil pertanian untuk

mencukupi kebutuhan sehari-hari. Keinginan untuk

mengembangkan usaha kerap terbentur keterbatasan modal. Dana

bantuan pemerintah yaitu yang berasal dari program PUAP tidak

diterima oleh seluruh gapoktan yang berada di Kota Depok.

gapoktan yang mendapatkan bantuan dana PUAP harus melakukan

seleksi yang dilakukan oleh dinas pertanian. PKPBDD (Pusat

Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok) yang didirikan oleh

pemerintah selain untuk membantu petani dalam hal pemasaran

juga diarahkan untuk membantu petani dalam hal permodalan,

namun saat ini PKPBDD tidak beroperasi sehingga semakin sedikit

akses petani terhadap sumber-sumber modal.

Page 93: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

6. Kurang tersedianya tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu aspek penting dalam

menjalankan usahatani. Bila tidak tersedia tenaga kerja akan

menjadi suatu hambatan dalam menjalankan usahatani. Dalam

usahatani belimbing dewa hampir seluruh kegiatan budidaya

memerlukan tenaga kerja mulai dari pemupukan, pemangkasan,

sanitasi kebun, penyemprotan pestisida, pembungkusan dan

pemanenan. Kegiatan budidaya yang paling banyak membutuhkan

tenaga kerja adalah kegiatan pembungkusan dan pemanenan buah

belimbing dewa.

Berdasarkan hasil wawancara saat ini semakin sulit

memperoleh tenaga kerja di Kota Depok karena kebanyakan kaum

muda lebih memilih bekerja di bidang non pertanian. Sulitnya

memperoleh tenaga kerja merupakan suatu kelemahan tersendiri

karena akan jadi suatu hambatan tersendiri. Apabila pembungkusan

dengan menggunakan tenaga kerja lebih banyak akan lebih cepat

selesai namun bila tenaga kerjanya hanya sedikit pekerjaan tersebut

akan membutuhkan waktu yang lebih lama.

7. Adanya pembinaan dan pelatihan dari pemerintah

Perhatian pemerintah yang diwujudkan dalam peran serta

Dinas Pertanian Kota Depok dalam penyusunan SOP (Standart

Operational Procedure). Selain itu pemerintah Kota Depok juga

melakukan pelatihan serta pembinaan kepada petani melalui

penyuluh-penyuluh yang ditugaskan di masing-masing kecamatan

yang ada di Kota Depok. Pelatihan dan pembinaan yang dilakukan

pemerintah yaitu pelatihan pengolahan hasil, SOP (Standart

Operational Procedure), packaging, kunjungan lahan ke kebun,

dsb. Metode pembinaan yang dilakukan juga bercaman-macam

seperti diskusi, tanya jawab, demonstrasi, praktek lapang serta

kunjungan ke daerah lain.

Page 94: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

2. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal terdiri dari faktor peluang dan ancaman dari

strategi pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok.

Berdasarkan hasil wawancara maka dapat diperoleh faktor-faktor strategis

eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan

agribisnis belimbing dewa di Kota Depok yaitu :

a. Peluang

Faktor peluang adalah bagian dari faktor eksternal. Faktor-

faktor tersebut dianggap sebagai suatu potensi yang dapat

dimanfaatkan dalam pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota

Depok. Potensi tersebut harus dimanfaatkan untuk mencapai tujuan

yang diharapkan, peluang tersebut terdiri dari :

1. Budaya masyarakat back to nature

Seiring tren back to nature berkembang di masyarakat

menyebabkan banyak masyarakat yang telah menyadari arti

penting kesehatan, oleh karena itu masyarakat lebih memilih

makanan alami yang menjamin kandungan-kandungan gizinya.

Buah belimbing dewa dapat menjadi salah satu pilihan yang cukup

diminati, karena mengandung banyak kandungan gizi yang baik

untuk kesehatan. Sehingga saat ini, masyarakat tidak sekedar

memilih buah yang segar, tetapi juga memiliki kandungan gizi

yang tinggi serta memiliki khasiat untuk kesehatan. Keadaan inilah

yang menjadi salah satu peluang dalam pengembangan agribisnis

belimbing dewa di Kota depok.

2. Potensi alam yang sangat sesuai untuk budidaya belimbing dewa

Salah satu kunci keberhasilan usaha di bidang pertanian

adalah pemilihan komoditas, selain itu penentuan lokasinya juga

ikut menentukan perkembangan selanjutnya. Lokasi

pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok sangat

sesuai dengan kebutuhan tanaman belimbing dewa untuk tumbuh.

Page 95: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Kota Depok terletak di dataran rendah yang sangat cocok untuk

ditanami belimbing.

Berdasarkan hasil wawancara belimbing varietas dewa

yang di tanam di Kota Depok memiliki memiliki rasa yang lebih

enak dibandingkan dengan buah belimbing dewa yang di tanam di

daerah lain, padahal semua prosedur penanaman sudah sama

dengan SOP (Standart Operational Procedure) yang sudah

diterapkan di Kota Depok namun rasanya tetap berbeda dengan

buah belimbing dewa yang ditanam di Kota Depok. Hal ini

menjadi salah satu peluang dalam pengembangan agribisnis

belimbing dewa di Kota Depok.

3. Permintaan belimbing dewa yang semakin meningkat

Semakin berkembangnya zaman juga menyebabkan

perubahan pola pikir masyarakat yang mulai sadar akan arti

penting kesehatan. Buah belimbing dewa selain rasanya yang segar

tetapi juga memiliki banyak khasiat bagi kesehatan. Khasiat

belimbing dewa sendiri yaitu obat herbal penurun darah

tinggi/hipertensi, kencing manis, nyeri lambung, dll.

Buah belimbing dewa dapat dijadikan alternatif sebagai

pilihan buah yang diminati. Hal ini menyebabkan permintaan buah

belimbing dewa semakin meningkat, permintaan yang datang baik

dari pasar lokal maupun pasar internasional. Buah belimbing dewa

sangat diminati di daerah timur tengah karena rasanya yang segar

serta kandungan airnya yang banyak jadi sangat cocok untuk di

konsumsi di daerah gurun yang sangat panas. Ini menjadi peluang

yang baik bagi pengembangan agribisnis belimbing dewa

kedepannya.

4. Perkembangan teknologi

Dewasa ini perkembangan teknologi mengalami kemajuan

yang sangat pesat di berbagai bidang. Teknologi bukan hanya

mencakup penemuan-penemuan yang baru saja, tetapi juga

Page 96: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

meliputi cara pelaksanaan atau metode-metode baru dalam

mengerjakan suatu pekerjaan. Perkembangan teknologi juga

berlangsung di bidang agribisnis. Kondisi ini menjadi peluang

yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong perkembangan

agribisnis belimbing dewa di Kota Depok.

Teknologi budidaya yang diterapkan di Kota Depok

menurut Dinas Pertanian Kota Depok sama saja dari tahun ke

tahun, mungkin yang dikembangkan selama ini adalah alat

pembungkus buah yang digunakan. Penelitian mengenai alat

pembungkus buah dilakukan karena karbon yang saat ini

digunakan sebagai pembungkus mulai sulit untuk ditemukan di

pasaran dan mengembangkan irigasi tetes yang saat ini baru

diterapkan di Kecamatan Sawangan sebagai kecamatan terpilih

dalam program primatani.

Teknologi pengolahan hasil yang digunakan untuk

pengolahan sudah baik, karena pemeintah pun juga memberikan

bantuan perlatan pengolahan, serta pemerintah juga ikut serta

membangun pabrik pengolahan yang peralatannya sudah modern,

namun sampai saat ini pabrik tersebut belum beroperasi.

5. Pasar yang masih terbuka

Konsumen buah belimbing dewa segar lebih banyak berada

di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung. Hal ini disebabkan

karena harga belimbing ini sendiri yang relatif lebih mahal

dibandingkan dengan buah lain dan juga belimbing dewa dalam

perkilo hanya berjumlah sedikit serta buah belimbing juga tidak

termasuk buah meja seperti pisang, jeruk, dan buah-buah yang lain.

Permintaan buah belimbing dewa yang tinggi di kota-kota

besar tidak lepas dari tingkat pendapatan yang relatif tinggi di

banding penduduk di kota-kota kecil dan gaya hidup yang sehat.

Selain permintaan dari daerah-daerah di Indonesia, buah belimbing

dewa juga mempunyai permintaan dari luar Indonesia yaitu dari

Page 97: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Singapura dan Timur Tengah. Permintaan terbesar dari Timur

Tengah yaitu dari Abu Dhabi. Permintaan dari luar negeri sampai

sekarang belum dapat terpenuhi karena produksi buah belimbing

yang masih belum mencukupi untuk melakukan eksport ke negara

lain dan juga karena permintaan pasar lokal yang tinggi serta

maraknya alif fungsi lahan di Kota Depok yang sangat

berpengaruh berkurangnya lahan pertanian.

Selain dikonsumsi dalam bentuk segar, belimbing dewa

juga menjadi bahan baku untuk diolah menjadi berbagai jenis

makanan dan minuman. Berkembagnya industri pengolahan

belimbing dewa ternyata membuka peluang bagi pemasaran

belimbing dewa yang cukup menjajikan.

b. Ancaman

Faktor ini merupakan bagian dari faktor eksternal, faktor

tersebut dianggap sebagai ancaman yang bisa menjadi hambatan dalam

pengembangan agribisnis belimbing dewa di kota Depok. Faktor-

faktor tersebut harus dihindari dan diusahakan upaya

penanggulangannya secara baik agar dapat mencapai tujuan yang

diharapkan. Ancaman tersebut terdiri dari :

1. Faktor Perubahan Iklim

Faktor perubahan iklim sangat berpengaruh nyata dalam

budidaya belimbing dewa. Saat ini dimana karena dampak dari

pemanasan global dimana musim hujan dan musim kemarau

menjadi tidak menentu. Pengaruh itu sangat berpengaruh apabila

yang seharusnya sudah memasuki musim kemarau namun hujan

masih saja turun dan menyebabkan tanaman belimbing yang

sedang berbunga menjadi rontok karena terkena hujan, jika

bunganya banyak yang rontok maka buah belimbing yang

dihasilkan juga sedikit jumlahnya.

Page 98: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

2. Persaingan dengan buah lain

Pada saat panen raya yaitu bulan Desember sampai Januari

selain buah belimbing dewa buah lain juga panen sehingga ini

berdampak juga terhadap penjualan belimbing dewa. Harga buah

belimbing dewa yang relatif lebih mahal di banding buah lain

seperti mangga, duku, pepaya, pisang, dll menjadikan konsumen

lebih memilih buah yang lain yang memiliki harga lebih murah dan

jumlah perkilogramnya juga lebih banyak sehingga dapat dinikmati

oleh seluruh keluarga. Hal ini menjadi ancaman tersendiri bagi

pemasaran belimbing dewa.

3. Semakin berkurangnya lahan pertanian

Pesatnya pembangunan yang terjadi di Kota Depok ternyata

memiliki dampak yang kurang baik terhadap pertanian disana.

Semakin maraknya pembanguan baik untuk perumahan, pusat

pembelanjaan dan lain hal ternyata berdampak pada keberadaan

lahan pertanian, akibatnya banyak lahan pertanian yang beralih

fungsi ke non pertanian. Hal ini jelas sangat mengancam

keberadaan pertanian di Kota Depok.

C. Perumusan Strategi Pengembangan Agribisnis Belimbing Dewa di Kota

Depok

a. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)

Setelah faktor-faktor lingkungan internal agribisnis belimbing

dewa di Kota Depok diidentifikasi, maka untuk merumuskan faktor-faktor

strategis internal tersebut dalam kerangka strength (kekuatan) dan

weakness (kelemahan) diperluakan tabel IFE, seperti pada Tabel 19

berikut ini :

Page 99: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Tabel 19. Matriks Internal Factor Evaluation

Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating Kekuatan 1. Lokasi Kota Depok

yang Strategis karena dekat dengan daerah pemasaran

0,090 4 0,360

2. Akses transportasi yang mendukung 0,090 4 0,360

3. Ketersediaan sarana produksi yang mudah diakses oleh petani

0,088 3 0,264

4. Kualitas buah yang baik 0,082 3 0,246

5. Pendapatan usahatani yang tinggi

0,088 4 0,352

6. Kota Depok sentra produksi belimbing dewa

0,085 3 0,255

7. Adanya pembinaan dan pelatihan dari pemerintah

0,074 3 0,222

Kelemahan 1. Kuantitas buah yang

masih rendah 0,068 1 0,068

2. SDM petani yang masih rendah 0,057 2 0,114

3. Manajemen usaha petani yang kurang baik 0,068 2 0,136

4. Petani yang tidak aktif 0,065 2 0,130 5. Modal petani yang

terbatas 0,068 2 0,136

6. Kurang tersedianya tenaga kerja 0,077 1 0,077

Jumlah 1,00 2,720

Sumber : Rekapitulasi Hasil Pembobotan dengan Matriks Internal Factor Evaluation

Matriks IFE digunakan untuk mengetahui nilai pembobotan dari

faktor-faktor internal yang terdapat pada agribisnis belimbing dewa di

Kota Depok sehubungan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap

penting. Berdasarkan hasil perhitungan analisis internal diperoleh faktor-

faktor strategi kekuatan dan kelemahan yang kemudian disusun matriks

Page 100: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

IFE dengan memberikan rating dan perhitungan bobot sehingga dihasilkan

nilai pembobotan. Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 19 yang

menjelaskan bahwa total pembobotan sebesar 2,720, artinya agribisnis

belimbing dewa di Kota Depok berada pada posisi strategis dan memiliki

kekuatan yang cukup kuat dalam mengatasi kelemahan-kelemahannya.

Berdasarkan matriks IFE pada Tabel 19 diketahui bahwa faktor

kekuatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap agribisnis belimbing

dewa di Kota Depok adalah lokasi Kota Depok yang strategis karena dekat

dengan daerah pemasaran dan akses transportasi yang mendukung dimana

keduanya bernilai 0,360. Faktor-faktor kelemahan dalam matriks IFE

menjelaskan yang paling berpengaruh bagi perusahaan ini adalah kuantitas

buah yang masih rendah dengan nilai 0,068.

b. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation)

Setelah faktor-faktor lingkungan eksternal agrbisnis belimbing

dewa di Kota Depok diketahui, maka untuk merumuskan faktor-faktor

strategis eksternal tersebut dalam rangka opportunities (peluang) dan

threats (ancaman) diperlukan tabel EFE, seperti pada Tabel 20 berikut ini :

Page 101: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Tabel 20. Matriks Eksternal Factor Evaluation

Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating Peluang 1. Budaya masyarakat

back to nature 0,113 3 0,339

2. Potensi alam yang sangat sesuai untuk budidaya belimbing dewa

0,131 4 0,524

3. Permintaan buah belimbing yang semakin meningkat

0,131 4 0.524

4. Perkembangan teknologi 0,122 3 0,366

5. Pasar yang masih terbuka 0,127 4 0,508

Ancaman 1. Faktor perubahan iklim 0,136 3 0,408 2. Persaingan dengan

buah lain 0,095 1 0,095

3. Semakin berkurangnya lahan pertanian 0,145 4 0,580

Jumlah 1,00 3,344

Sumber : Rekapitulasi Hasil Pembobotan dengan Matriks Eksternal Factor Evaluation

Matrik EFE digunakan untuk mengetahui nilai pembobotan dari

faktor-faktor eksternal yang terdapat pada agribisnis belimbing dewa di

Kota Depok sehubungan dengan peluang dan ancaman bagi

pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok. Berdasarkan

Tabel 20 jumlah nilai pembobotan faktor eksternal adalah sebesar 3,344

yang artinya kemampuan para pelaku agribisnis belimbing dewa untuk

memanfaatkan peluang-peluang dalam mengatasi ancaman-ancaman yang

dihadapi baik.

Berdasarkan matriks EFE pada Tabel 20 diketahui bahwa faktor

peluang yang mempunyai pengaruh besar terhadap agribisnis belimbing

dewa di Kota Depok adalah potensi alam yang sangat sesuai untuk

budidaya belimbing dewa dan permintaan buah belimbing yang semakin

meningkat 0,524. Faktor-faktor ancaman dalam matriks EFE menjelaskan

Page 102: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

yang paling berpengaruh bagi perusahaan ini adalah semakin

berkurangnya lahan pertanian dengan nilai 0,580.

c. Matriks IE (Internal External)

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnya, total nilai

yang dibobot pada matriks IFE adalah sebesar 2,720 yang artinya

agribisnis belimbing dewa memiliki faktor internal yang berada pada

posisi cukup kuat, sedangkan total nilai yang dibobot pada matriks EFE

adalah sebesar 3,344 yang artinya respon agribisnis belimbing dewa

terhadap faktor-faktor eksternal yang dihadapinya tergolong baik. Total

nilai yang dibobot pada matriks IFE dan EFE tersebut kemudian dipetakan

dalam matriks IE, sehingga dapat diketahui posisi agribisnis belimbing

dewa saat ini.

Tabel 5. Matrik Internal-External

Total Nilai IFE yang Diberi Bobot

Total Nilai EFE Yang Diberi Bobot

Kuat 3,00 – 4,00

Sedang 2,00 – 2,99

Lemah 1,00 – 1,99

Tinggi 3,00 – 4,00

I Tumbuh dan membangun

II Tumbuh dan membangun

III Pertahankan dan Pelihara

Sedang 2,00 – 2,99

IV Tumbuh dan membangun

V Pertahankan dan Pelihara

VI Panen dan Divestasi

Lemah 1,00 – 1,99

VII Pertahankan dan Pelihara

VIII Panen dan Divestasi

IX Panen dan Divestasi

Sumber : David, 2009 Matriks Internal Eksternal pada Tabel 5 memperlihatkan posisi

agribisnis belimbing dewa berada pada sel V yaitu pertahankan dan

pelihara (hold and maintain). Strategi yang dapat dilakukan menurut

David (2009) pada posisi seperti ini, yaitu strategi penetrasi pasar,

pengembangan produk dan pengembangan pasar.

Strategi penetrasi pasar adalah strategi yang mengusahakan

peningkatan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang ada di pasar saat

ini melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih besar. Penetrasi pasar dapat

dilakukan dengan cara perbanyak kios buah belimbing di Kota Depok dan

Page 103: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

lebih sering melakukan promosi untuk memperkenalkan buah belimbing

dewa ke daerah lain dalam rangka untuk meningkatkan penjualan.

Strategi pengembangan produk adalah sebuah strategi yang

mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki atau

memodifikasi produk atau jasa yang ada saat ini. Strategi pengembangan

produk dapat dilakukan yaitu dengan cara meningkatkan kualitas melalui

penerapan SOP yang baik dan benar agar buah belimbing dewa yang

dihasilkan mempunyai rasa, ukuran dan kualitas secara keseluruhan yang

baik. Strategi pengembangan pasar yaitu meliputi pengenalan produk atau

jasa yang ada pada saat ini ke wilayah-wilayah geografis baru. Strategi

pengembangan pasar dapat dilakukan dengan cara memperluas pasar

belimbing dewa ke daerah penjualan baru agar produk belimbing dewa

semakin dikenal oleh masyarakat luas.

d. Matriks SWOT

Setelah mengetahui posisi perusahaan saat ini dan didapatkan inti

strategi perusahaan, maka selanjutnya adalah memformulasikan strategi

yang sesuai bagi perusahaan dengan mencocokkan faktor-faktor strategis

yang merupakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dengan

menggunakan matriks SWOT.

Setelah mengetahui komponen-komponen faktor internal (kekuatan

dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan ancaman), maka

diperoleh beberapa alternatif strategi sebagai berikut :

1. Strategi S-O

Strategi S-O adalah strategi yang menggunakan kekuatan

internalnya untuk mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang

ada.

Alternatif strategi S-O yang dapat dirumuskan adalah :

a. Pengoptimalan kapasitas produksi dengan penerapan SOP.

b. Pembentukan agrowisata perkotaan.

Page 104: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

2. Strategi W-O

Strategi W-O adalah strategi yang yang digunakan untuk

meminimalkan kelemahan yang ada dalam memanfaatkan peluang.

Alternatif strategi W-O yang dapat dirumuskan adalah :

a. Pengembangan kelembagaan petani untuk mendapatkan akses ke

lembaga pembiayaan.

b. Peningkatan peran penyuluh dalam pembinaan dalam manajemen

usaha dan melakukan peninjauan secara rutin dalam penerapan

SOP.

3. Strategi S-T

Strategi S-T adalah strategi yang mengoptimalkan kekuatan

internal yang dimilikinya dalam menghindari ancaman.

Alternatif strategi S-T yang dapat dirumuskan adalah :

a. Petani melakukan usaha pembibitan.

b. Peningkatan kualitas dan kuantitas buah belimbing dewa dengan

intensifikasi pertanian.

4. Strategi W-T

Strategi W-T adalah strategi untuk menitikberatkan pada upaya

meminimalkan kelemahan internal dan menghindari ancaman.

Alternatif strategi W-T yang dapat dirumuskan adalah :

a. Peningkatan kompetensi SDM dan penguatan modal.

b. Pemanfaatan lahan perkarangan yang maksimal.

Page 105: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Tabel 21. Alternatif Strategi Matriks SWOT IFE EFE

Kekuatan (S) 1. Lokasi Kota Depok yang

strategis karena dekat dengan daerah pemasaran

2. Akses transportasi yang mendukung

3. Ketersediaan sarana produksi yang mudah diakses oleh petani

4. Kualitas buah yang baik 5. Pendapatan usahatani

yang tinggi 6. Kota Depok sentra

produksi belimbing dewa 7. Adanya pembinaan dan

pelatihan dari pemerintah

Kelemahan (W) 1. Kuantitas buah yang

masih rendah 2. SDM petani yang

masih rendah 3. Manajemen usaha

petani yang kurang baik 4. Petani yang tidak aktif 5. Modal petani yang

terbatas 6. Kurang tersedianya

tenaga kerja

Peluang (O) 1. Budaya

masyarakat back to nature

2. Potensi alam yang sangat sesuai untuk budidaya belimbing dewa

3. Permintaan buah belimbing yang semakin meningkat

4. Perkembangan teknologi

5. Pasar yang masih terbuka

Strategi S-O 1. Pengoptimalan kapasitas

produksi dengan penerapan SOP (S1,S2,S3,S5,O3,O4,O5).

2. Pembentukan agrowisata perkotaan (S4,S6,S7,O1,O2).

Strategi W-O 1. Pengembangan

kelembagaan petani untuk mendapatkan akses ke lembaga pembiayaan (W4,W5,O3,O4,O5).

2. peningkatan peran penyuluh dalam pembinaan dalam manajemen usaha dan melakukan peninjauan secara rutin dalam penerapan SOP (W1,W2,W3,W5,O1,O2,O3,O5)

Ancaman (T) 1. Faktor perubahan

iklim 2. Persaingan

dengan buah lain 3. Semakin

berkurangnya lahan pertanian

Strategi S-T 1. Petani melakukan usaha

pembibitan(S1,S2,S4,S7,T2).

2. Peningkatan kualitas dan kuantitas buah belimbing dewa dengan intensifikasi pertanian (S3,S5,S6,T1,T3).

Strategi W-T 1. Peningkatan

kompetensi SDM dan penguatan modal (W2,W3,W4,W5,W6,T1,T2).

2. Pemanfaatan lahan perkarangan yang maksimal (W1,T3).

Sumber : Analisis Data Primer

Page 106: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

e. Penentuan Prioritas Strategi dengan Matriks QSP

Dari hasil analisis matriks SWOT telah diperoleh delapan alternatif

strategi yang bisa diterapkan untuk pengembangan agribisnis belimbing

dewa di Kota Depok. Dalam menentukan prioritas strategi yang paling

tepat dan utama maka dilakukan analisis Matriks QSPM untuk

pengambilan keputusan. Matriks QSPM memberikan gambaran kelebihan-

kelebihan relatif dari masing-masing strategi yang selanjutnya

memberikan dasar objektif untuk dapat memilih salah satu atau beberapa

strategi spesifik yang menjadi pilihan. Langkah selanjutnya adalah

mencari alternatif strategi yang dapat diimplementasikan sehingga terpilih

tiga strategi, yaitu :

1. Pemanfaatan lahan perkarangan yang maksimal (7,013).

Belimbing dewa di Kota Depok kebanyakan ditanam pada

perkarangan rumah. Diharapkan dengan terbatasnya lahan di Kota

Depok, perkarangan yang sempit dapat dimanfaatkan sebaik mungkin

oleh masyarakat. Pohon belimbing pada perkarangan rumah berfungsi

sebagai tanaman teduh karena pohonnya yang rindang selain itu

dengan potensi yang baik sebenarnya menanam belimbing dapat

menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat. Jumlah produksi

belimbing pada usia diatas 15 tahun mencapai 150 kg tidak mungkin

dapat habis di konsumsi sendiri sehingga dengan kelebihan produksi

dapat di jual ke pasar dan akhirnya menjadi sumber pendapatan,

dengan cara seperti ini juga apabila rata-rata rumah tangga

memanfaatkan lahan perkarangannya untuk menanam belimbing maka

ini dapat meningkatkan produksi belimbing di Kota Depok sendiri.

2. Petani melakukan usaha pembibitan (5,079).

Strategi ini didasarkan pada kondisi dimana lahan di Kota

Depok yang terbatas, sehingga untuk menambah pendapatan petani

dapat dilakukan usaha pembibitan bibit belimbing dewa. Hal ini

dikarenakan banyak pihak yang ingin mengembangkan belimbing

Page 107: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

dewa ini di daerah lain sehingga ini menjadi peluang yang baik bagi

petani untuk memperoleh tambahan pendapatan.

3. Peningkatan kualitas dan kuantitas buah belimbing dewa dengan

intensifikasi pertanian (3,979).

Strategi ini didasarkan pada kondisi dimana lahan pertanian di

Kota Depok yang semakin hari semakin terbatas akibat maraknya alih

fungsi lahan. Peningkatan kualitas dan kuantitas buah belimbing dewa

dengan intensifikasi diharapkan dapat menjadi solusi terbaik.

Intensifikasi pertanian adalah salah satu usaha untuk meningkatkan

hasil pertanian dengan cara mengoptimalkan lahan perhatian yang

sudah ada. Intensifikasi pertanian memang sangat dianjurkan untuk

diterapkan agar produk atau hasil pertanian bisa lebih banyak dengan

kualitas yang lebih baik pula. Intensifikasi pertanian dapat dilakukan

dengan beberapa cara yaitu pengolahan lahan atau tanah pertanian

secara tepat, pengaturan irigasi atau saluran air, pemberian pupuk

sesuai aturan, dan pemberantasan hama dengan baik.

Strategi yang terbaik yang dapat dilakukan oleh agribisnis

belimbing dewa di Kota Depok adalah pemanfaatan lahan perkarangan

yang maksimal dengan nilai TAS (Total Atractiveness Score) 7,013.

Prioritas pelaksanaan strategi berdasarkan nilai TAS pada matriks QSP

dapat dilakukan dari strategi yang memiliki nilai tertinggi, kemudian

diikuti oleh strategi dengan urutan nilai TAS berikutnya sampai nilai

TAS terkecil. Hasil perhitungan analisis Matriks QSP dapat dilihat

pada Tabel 22.

Page 108: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Tabel 22. Matriks Quantitave Strategic Planning Agribisnis Belimbing Dewa di Kota Depok

Faktor-faktor Kunci Bobot Alternatif Strategi

Strategi I Strategi II Strategi III

FAKTOR INTERNAL AS TAS AS TAS AS TAS 1. Lokasi Kota Depok

strategis karena dekat dengan daerah pemasaran

0,090 4

0,360 1

0,090 3

0,270

2. Akses transportasi yang mendukung

0,090 3

0,270 1

0,090 2

0,180

3. Ketersediaan sarana produksi yang mudah diakses oleh petani

0,088 4

0,352 3

0,264 2

0,176

4. Kualitas buah yang baik 0,082

4 0,328

1 0,082

2 0,164

5. Pendapatan usahatani yang tinggi

0,088 4

0,352 2

0,176 3

0,264

6. Kota Depok sentra produksi belimbing dewa

0,085 4

0,340 3

0,255 2

0,170

7. Adanya pembinaan dan pelatihan dari pihak pemerintah

0,074 4

0,296 3

0,222 2

0,148

8. Kuantitas buah yang masih rendah

0,068 4

0,272 1

0,068 3

0,204

9. SDM petani mayoritas masih rendah

0,057 4

0,228 1

0,057 2

0,114

10. Pengelolaan keuangan petani yang kurang baik

0,068 3

0,204 1

0,068 2

0,136

11. Kelembagaan yang kurang menyeluruh seluruh petani

0,065 1

0,065 3

0,195 2

0,130

12. Modal petani yang terbatas 0,068

2 0,136

4 0,272

1 0,068

13. Kurangnya tersedianya tenaga kerja

0,077 3

0,231 1

0,077 2

0,154

FAKTOR EKSTERNAL 1. Budaya masyarakat back to

nature 0,113

4 0,452

2 0,226

1 0,113

2. Potensi alam yang sangat sesuai untuk budidaya belimbing dewa

0,131 4

0,524 3

0,393 2

0,262

3. Permintaan belimbing dewa yang semakin meningkat

0,131 3

0,393 4

0,524 2

0,262

4. Perkembangan teknologi 0,122

4 0,488

3 0,366

2 0,244

5. Pasar yang masih terbuka 0,127

4 0,508

3 0,381

2 0,254

6. Faktor perubahan iklim 0,136

4 0,544

3 0,408

1 0,136

7. Persaingan dengan buah lain

0,095 4

0,380 3

0,285 1

0,095

8. Semakin berkurangnya lahan pertanian

0,145 2

0,290 4

0,580 3

0,435

JUMLAH 7,013 5,079

3,979

Sumber : Rekapitulasi Hasil Perhitungan dengan Matriks Quantitave Strategic Planning

Page 109: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penelitian mengenai Strategi

Pengembangan Agribisnis Belimbing Dewa di Kota Depok, dapat ditarik

kesimpulan berikut ini :

1. Penyediaan sarana produksi tersedia pada masing-masing Gapoktan dan

toko saprodi. Pada subsistem usahatani kegiatan yang membutuhkan

tenaga kerja dan biaya yang cukup banyak yaitu pada saat

pembungkusan. Subsistem pengolahan, belimbing dewa dapat diolah

menjadi 8 macam produk. Pada subsistem pemasaran, pola pemasaran

yang dilakukan oleh petani yaitu menjual belimbing kepada pedagang

pengumpul. Sedangkan pada subsistem layanan pendukung petani

masih memerlukan bantuan permodalan.

2. Faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang

dan ancaman) pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok

adalah sebagai berikut :

a. Kekuatan : lokasi Kota Depok yang strategis karena dekat dengan

daerah pemasaran, akses transportasi yang mendukung, ketersediaan

sarana produksi yang mudah diakses oleh petani, pasar yang masih

terbuka dan kualitas buah yang baik, adanya pembinaan dan pelatihan

dari pemerintah.

b. Kelemahan : kuantitas buah yang masih rendah, SDM petani yang

masih rendah, pengelolaan keuangan petani yang kurang baik,

kelembagaan yang kurang menyeluruh seluruh petani, modal petani

yang terbatas dan kurang tersedianya tenaga kerja.

c. Peluang : budaya masyarakat back to nature, potensi alam yang sangat

sesuai untuk budidaya belimbing dewa, permintaan buah belimbing

yang semakin meningkat dan perkembangan teknologi.

93

Page 110: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

d. Ancaman : faktor perubahan iklim, persaingan dengan buah lain dan

semakin berkurangnya lahan pertanian.

3. Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan agrbisnis

belimbing dewa di Kota Depok yaitu :

1. Strategi S-O

a. Pengoptimalan kapasitas produksi dengan penerapan SOP.

b. Pembentukan agrowisata perkotaan.

2. Strategi W-O

a. Pengembangan kelembagaan petani untuk mendapatkan akses ke

lembaga pembiayaan.

b. peningkatan peran penyuluh dalam pembinaan dalam manajemen

usaha dan melakukan peninjauan secara rutin dalam penerapan

SOP.

3. Strategi S-T

a. Petani melakukan usaha pembibitan.

b. Peningkatan kualitas dan kuantitas buah belimbing dewa dengan

intensifikasi pertanian.

4. Strategi W-T

a. Peningkatan kompetensi SDM dan penguatan modal.

b. Pemanfaatan lahan perkarangan yang maksimal.

4. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam upaya pengembangan

agribisnis belimbing dewa di Kota Depok berdasarkan QSPM adalah

pemanfaatan lahan perkarangan yang maksimal, petani melakukan usaha

pembibitan, peningkatan kualitas dan kuantitas buah belimbing dewa

dengan intensifikasi pertanian.

B. Saran

1. Berdasarkan hasil pembahasan untuk mendorong pengembangan

agribisnis belimbing dewa di Kota Depok, pemerintah perlu kembali

mengaktifkan kelembagaan pemasaran dalam hal ini koperasi pemasaran

belimbing dewa yang saat ini nonaktif dapat kembali aktif untuk

membantu petani dalam pemasaran belimbing dewa.

Page 111: STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI …/Strategi...STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

2. Pengembangan agribisnis belimbing dewa merupakan satu kesatuan dari

subsistem yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pemerintah Kota

Depok hendaknya menunjang pengembangan setiap subsistem yang ada,

serta kegiatan agribisnis perlu didukung dengan melakukan pelatihan dan

pembinaan kepada petani mengenai manajemen usaha mengenai

pengelolaan keuangan, merevitalisasi kelembagaan dengan memperbaiki

sistem kelembagaannya dan bantuan permodalan.

3. Petani belimbing dewa di Kota Depok harus lebih baik dalam mengelola

usahataninya yaitu dengan melakukan budidaya sesuai SOP agar kualitas

dan kuantitas buah dapat terus meningkat, karena usahatani ini mempunyai

prospek yang cukup baik.