tablet belimbing wuluh.pdf

download tablet belimbing wuluh.pdf

of 69

Transcript of tablet belimbing wuluh.pdf

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    i

    FORMULASI TABLET EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING

    WULUH (Averrhoa bilimbi L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN

    VARIASI KONSENTRASI Amylum maydis SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

    TUGAS AKHIR

    Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

    memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi

    Oleh :

    MARIA SABATINI

    M3509040

    DIPLOMA 3 FARMASI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2012

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ii

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iii

    PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir saya yang berjudul

    FORMULASI TABLET EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH

    (Averrhoa bilimbi L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN VARIASI

    KONSENTRASI Amylum maydis SEBAGAI BAHAN PENGIKAT adalah hasil

    penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

    memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya

    atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara

    tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

    Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar

    yang telah diperoleh dapat ditinjau ulang dan/ dicabut.

    Surakarta, Juli 2012

    Maria Sabatini

    M3509040

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

    FORMULASI TABLET EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING

    WULUH (Averrhoa bilimbi L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN

    VARIASI KONSENTRASI Amylum maydis SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

    MARIA SABATINI

    Jurusan D3 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    INTI SARI

    Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) merupakan tanaman yang

    mempunyai khasiat, sebagai antihipertensi. Kandungan utama dalam daun

    belimbing wuluh yang berkhasiat sebagai antihipertensi yaitu tanin dan phytol.

    Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan sediaan tablet ekstrak etanol daun

    belimbing wuluh, dan untuk mengetahui adanya pengaruh variasi konsentrasi

    Amylum maydis sebagai bahan pengikat terhadap sifat fisik tablet sehingga

    didapatkan konsentrasi pengikat yang paling optimum.

    Ekstrak daun belimbing wuluh dibuat dengan cara maserasi menggunakan

    pelarut etanol 70%. Tablet ekstrak daun belimbing wuluh dibuat 4 formula dengan

    variasi konsentrasi Amylum maydis F0 (0%), F1 (2,5%), F2 (5%) dan F3 (7,5%).

    Tablet dibuat dengan metode granulasi basah. Granul diuji sifat fisiknya meliputi

    waktu alir, susut pengeringan granul (LOD) dan sudut diam. Tablet diuji sifat

    fisiknya meliputi uji keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan tablet, dan waktu

    hancur. Data yang diperoleh dibandingkan dengan persyaratan dalam Farmakope

    Indonesia dan pustaka lainnya. Selanjutnya dilakukan analisis statistik

    menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov kemudian uji Anova dengan taraf

    kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji t-LSD.

    Hasil penelitian menunjukkan formula tablet ekstrak etanol daun

    belimbing wuluh dengan Amylum maydis sebagai pengikat pada konsentrasi 2,5%,

    5% dan 7,5% dapat menghasilkan tablet yang memenuhi persyaratan. Tablet yang

    paling baik dihasilkan dari F3 dengan konsentrasi Amylum maydis 7,5%..

    Kenaikan konsentrasi bahan pengikat secara garis besar akan menghasilkan

    kekerasan tablet yang semakin meningkat, tingkat kerapuhan semakin menurun

    dan waktu hancur semakin lama.

    Kata kunci : Tablet, ekstrak etanol daun belimbing wuluh, Amylum maydis,

    granulasi basah

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    v

    THE TABLET FORMULATION OF THE ETHANOL EXTRACT OF

    BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)S LEAF USING WET

    GRANULATION METHOD WITH VARIATION CONCENTRATION OF

    AMYLUM MAYDIS AS A BINDER

    MARIA SABATINI

    Department of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Science

    Sebelas Maret University

    ABSTRACT

    Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) is a traditional plant which has

    efficacy as an antihypertensive. Belimbing wuluhs leaf contains tanin and phytol a major components that is potentially as an hypertensive. The aim of this

    research is to get a tablet preparation of ethanol extract of the belimbing wuluhs leaf and understand the addition effect of variation concentration of the Amylum

    maydis as a binder to tablet physical properties so we can get the optimum of

    Amylum maydis as a binder .

    Extract of belimbing wuluhs leaf made by maceration using ethanol 70% as a solvent. Tablet of the belimbing wuluhs leaf extract made in 4 formulas with variation concentration of Amylum maydis F0 (0%), F1 (2,5%), F2 (5%), and F3

    (7,5%). Tablet made by wet granulation method. The granule were tested in their

    physical properties involves flow time, loss on dryng the granule (LOD), and

    angel of repose. The tablet tested of its physical properties include uniformity of

    weight, hardness, friability, and desintegration time. The data were compared by

    Pharmacopeia of Indonesia and others literature. And then data were analyzed by

    using Kolmogorov-Smirnov statistic test and Anova test with confidence level

    95% followed by t-LSD test.

    The result showed that formula of tablet 2,5%, 5%, and 7,5%

    concentration of Amylum maydis can produce the optimum formulations of tablet.

    The best tablet is resulted from formula 3 with 7,5% concentration of Amylum

    maydis. The result also showed that there were significant differences to all

    formulas on the tablet physical properties. The rising of binder concentration

    would be produced more tablet hardness, less tablet friability and long of

    desintegration tablet.

    Key word : tablet, extract ethanol of belimbing wuluhs leaf, Amylum maydis, wet granulation.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vi

    MOTTO

    Tugas Akhir itu memang sulit, tetapi akan lebih sulit lagi ketika kamu tidak

    mengerjakannya (Heru Sasongko)

    "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu"

    (1 Petrus 5 :7)

    Hai pemalas pergilah kepada semut perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak

    (Amsal 6 : 6)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vii

    PERSEMBAHAN

    Tugas Akhir ini Kupersembahkan untuk :

    Bapak dan Ibu Tersayang

    Kakak-kakakku yang selalu

    menjadi teladan dan motivatorku

    Adikku tersayang yang selalu

    membuatku semangat untuk

    berjuang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan, Bapa

    dan Sahabat yang setia yang telah melimpahkan berkat-Nya sehingga penulis

    dapat menyelesaikan penulisan Laporan Tugas Akhir dengan judul

    FORMULASI TABLET EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH

    (Averrhoa bilimbi L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN VARIASI

    KONSENTRASI Amylum maydis SEBAGAI BAHAN PENGIKAT dengan baik.

    Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini penulis telah berusaha

    semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Dan tak mungkin

    terwujud tanpa adanya dorongan, bimbingan, semangat, motivasi serta bantuan

    baik moril maupun materiil, dan doa dari berbagai pihak. Karena itu pada

    kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.(Hons), Ph.D, selaku Dekan Fakultas

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    2. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt, selaku ketua program studi D3 Farmasi

    Universitas Sebelas Maret Surakarta dan pembimbing akademik atas segala

    bimbingan dan arahan selama menjalani perkuliahan di D3 Farmasi

    3. Heru Sasongko, S.Farm., Apt, selaku pembimbing tugas akhir atas segala

    kesabaran dan keikhlasannya dalam memberikan arahan, pengertian, saran,

    kritik, dan ilmunya.

    4. Segenap dosen pengajar dan staff program studi D3 Farmasi yang telah

    banyak memberikan ilmu, bantuan dan pelajaran berharga.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ix

    5. Teman-teman D3 Farmasi 2009 terutama untuk Farida, Arum, Dhery, Devita

    Dhista, Ria, Sarah, Indri, Mbak Mita, Tias, dan Septi terimakasih untuk 3

    tahun yang tidak hanya dilalui sebagai waktu, tetapi kesempatan untuk belajar

    menjadi pribadi yang diinginkan orang lain.

    6. Kakak dan adik-adik tingkat D3 Farmasi UNS yang memberi banyak teladan

    dan semangat.

    7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu

    dalam Tugas Akhir ini.

    Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan

    Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang

    membangun dari semua pihak untuk perbaikan sehingga akan menjadi bahan

    pertimbangan dan masukan untuk penyusunan tugas-tugas selanjutnya. Semoga

    laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan dapat

    menjadi bekal bagi penulis dalam pengabdian dan pengembangan ilmu Ahli

    Madya Farmasi di masyarakat pada khususnya.

    Surakarta, Juli 2012

    Penulis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

    HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii

    INTISARI .................................................................................................. iv

    ABSTRACT .................................................................................................. v

    HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi

    HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

    DAFTAR ISI .................................................................................................. x

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

    BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

    A. Latar Belakang .............................................................................. 1

    B. Perumusan Masalah ..................................................................... 2

    C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

    D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 3

    BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 4

    A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 4

    1. Tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) ................. 4

    a. Sistematika tanaman ........................................................... 4

    b. Nama Lain .......................................................................... 4

    c. Deskripsi Tanaman ............................................................ 5

    d. Kandungan Kimia ............................................................... 5

    e. Khasiat ................................................................................ 7

    2. Tinjauan Tentang Ekstrak ....................................................... 8

    3. Tinjauan Tentang Tablet ......................................................... 10

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xi

    Halaman

    C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 20

    B. Hipotesis ....................................................................................... 22

    BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 23

    A. Kategori Penelitian, Rancangan Percobaan, dan Variabel ............. 23

    B. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 23

    C. Alat dan Bahan .............................................................................. 24

    1. Alat .......................................................................................... 24

    2. Bahan ...................................................................................... 24

    D. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 24

    E. Tahapan Penelitian ....................................................................... 25

    1. Determinasi Tanaman .............................................................. 25

    2. Pengambilan Bahan ................................................................. 25

    3. Pembuatan Serbuk .................................................................. 25

    4. Pembuatan Ekstrak Secara Maserasi ....................................... 25

    5. Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak Kental .............................. 26

    6. Formula Tablet dan Pembuatan Granul ................................... 25

    7. Uji Sifat Fisik Granul .............................................................. 28

    8. Evaluasi Tablet ........................................................................ 29

    BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN ............................................................ 32

    A. Determinasi Tanaman Belimbing Wuluh ..................................... 32

    B. Simplisia Daun Belimbing Wuluh ................................................. 32

    C. Hasil Pembuatan Ekstrak .............................................................. 33

    D. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak Kental .......................... 34

    E. Perhitungan Dosis Ekstrak Daun Belimbing Wuluh ..................... 34

    F. Pembuatan Ekstrak Kering Belimbing Wuluh ............................... 34

    G. Pembuatan Granul dengan Metode Granulasi Basah .................... 35

    H. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul ........................................... 37

    1. Waktu Alir ............................................................................... 37

    2. Sudut Diam .............................................................................. 40

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xii

    Halaman

    I. Proses Pentabletan ........................................................................ 42

    J. Hasil Pemeriksaan Fisik Tablet Belimbing Wuluh ....................... 42

    1. Keseragaman Bobot ................................................................ 43

    2. Kekerasan Tablet ..................................................................... 45

    3. Kerapuhan Tablet .................................................................... 47

    4. Waktu Hancur ......................................................................... 50

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 53

    A. Kesimpulan .................................................................................... 53

    B. Saran ............................................................................................. 54

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 55

    LAMPIRAN ..................................................................................................... 58

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Diagram Perbandingan Waktu Alir Granul Tanpa Pelicin Dan Dengan

    Pelicin ............................................................................................ 39

    Gambar 2. Diagram Perbandingan Sudut Diam Tanpa Pelicin Dan Dengan

    Pelicin ............................................................................................ 41

    Gambar 3. Diagram CV Tablet Ekstrak Daun Belimbing Wuluh .................. 44

    Gambar 4. Diagram Kekerasan Tablet Ekstrak Daun Belimbing Wuluh ....... 46

    Gambar 5. Diagram Kerapuhan Tablet Ekstrak Daun Belimbing Wuluh ....... 48

    Gambar 6. Diagram Waktu Hancur Tablet Ekstrak Daun Belimbing Wuluh . 51

    Gambar 7. Tanaman Belimbing Wuluh ........................................................... 61

    Gambar 8. Serbuk Simplisia Daun Belimbing Wuluh ..................................... 61

    Gambar 9. Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh ......................................... 62

    Gambar 10. Tablet Ekstrak Daun Belimbing Wuluh ...................................... 62

    Gambar 11. Diagram Alir Cara Kerja ............................................................. 63

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel I. Formula Tablet Daun Belimbing Wuluh ........................................... 26

    Tabel II. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet ........................................ 30

    Tabel III. Hasil Uji Organoleptis Serbuk Simplisia Daun Belimbing Wuluh 33

    Tabel V. Hasil Uji Organoleptis Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh ..... 34

    Tabel VI. Pemeriksaan Susut Pengeringan (LOD) ......................................... 36

    Tabel VII. Pemeriksaan Waktu Alir Granul ................................................... 37

    Tabel VII. Pemeriksaan Susut Diam Granul ................................................... 40

    Tabel VIII. Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Ekstrak Daun Belimbing Wuluh . 43

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Determinasi Tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) 59

    Lampiran 2. Foto Tanaman, Simplisia, Serbuk Simplisia, Ekstrak Etanol

    Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dan Gambar

    Tablet Ekstrak Daun Belimbing Wuluh ...................................... 61

    Lampiran 3. Gambar Diagram Alir Cara Kerja ........................................... 63

    Lampiran 4. Perhitungan Dosis Tablet Ekstrak Daun Belimbing Wuluh ....... 64

    Lampiran 5. Data Hasil Penelitian Penggunaan Jumlah Bahan Pengikat dan

    Penyesuaian Bobot Tablet dalam Formula ................................ 65

    Lampiran 6. Hasil Pemeriksaan Susut Pengeringan (%LOD) Granul ............ 68

    Lampiran 7. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul.......................................... 69

    Lampiran 8. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet ......................................... 78

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Sudah sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memakai

    tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah

    kesehatan. Persoalan dalam pengadaan obat dan biaya obat yang mahal dalam

    masalah kesehatan, jauh sebelum pelayanan kesehatan dengan obat-obat modern

    dengan biaya yang murah mulai menyentuh masyarakat. Pengobatan dan

    pendayagunaan obat tradisional tersebut merupakan salah satu komponen program

    pelayanan kesehatan dasar, serta merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi

    kebutuhan dasar di bidang kesehatan (Wijayakusuma, 1995).

    Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat maju,

    baik pria ataupun wanita, tua atau pun muda bisa terserang penyakit ini. Penyakit

    ini disebut sebagai silent diseases dan merupakan faktor risiko utama dari

    perkembangan atau penyebab penyakit jantung dan stroke (Purwati et al., 2005).

    Pemilihan obat-obatan antihipertensi saat ini telah banyak mengalami

    perubahan, karena perlu mempertimbangkan efikasi, efek samping yang

    ditimbulkan, pemakaian jangka panjang dan nilai ekonomisnya. Penggunaan

    herbal dan bahan alami untuk mengobati dan mengontrol penyakit sudah banyak

    dilakukan oleh masyarakat dunia (Aceves-Avila et al., 2001).

    Penggunaan daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) untuk

    pengobatan antihipertensi, pada umumnya hanya sebatas dalam bentuk sederhana

    dengan cara diseduh atau direbus. Penggunaan dengan cara tersebut dinilai kurang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    efektif dan efisien. Untuk lebih memudahkan dalam penggunaannya maka dapat

    dibuat dalam bentuk ekstrak yang diformulasikan ke dalam bentuk sediaan tablet.

    Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling banyak diminati oleh perusahaan

    farmasi maupun oleh pemakai sediaan farmasi karena merupakan bentuk sediaan

    yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral

    untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah. Selain

    itu tablet juga memiliki beberapa keuntungan seperti ketepatan dosis, praktis

    dalam penyajian, biaya produksi yang murah, mudah dikemas, tahan

    penyimpanan, mudah dibawa dan memilik bentuk yang memikat (Banker dan

    Anderson, 1986).

    Amylum maydis (amilum jagung) merupakan amilum yang diperoleh dari

    biji Zea mays L (Anonim, 1995). Amilum maydis biasa digunakan sebagai bahan

    pengisi, penghancur dan pengikat dalam beberapa sediaan tablet (Ansel,1989).

    Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi Amylum maydis

    sebagai pengikat dalam formulasi tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan

    metode granulasi basah.

    B. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu permasalahan

    yaitu :

    1. Bagaimana pengaruh konsentrasi Amylum maydis sebagai bahan pengikat

    terhadap sifat fisis tablet ekstrak etanol daun belimbing wuluh ?

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    2. Berapa konsentrasi Amylum maydis terbaik yang dapat digunakan sebagai

    bahan pengikat dalam formulasi ?

    C. TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan dari penelitian ini antara lain :

    1. Menghasilkan tablet ekstrak etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi

    L.) yang sesuai persyaratan.

    2. Mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi Amylum maydis sebagai bahan

    pengikat dalam formulasi tablet ekstrak etanol daun belimbing wuluh

    (Averrhoa bilimbi L.) terhadap sifat fisis tablet.

    3. Mengetahui konsentrasi terbaik Amylum maydis yang dapat dijadikan

    pengikat.

    D. MANFAAT PENELITIAN

    Manfaat dari penelitian ini antara lain :

    a. Diperoleh tablet ekstrak daun belimbing wuluh yang memiliki sifat fisis yang

    baik.

    b. Diketahui pengaruh Amylum maydis sebagai bahan pengikat dalam formulasi

    tablet ekstrak daun belimbing wuluh.

    c. Diketahui konsentrasi optimum Amylum maydis yang dapat digunakan sebagai

    bahan pengikat dalam formulasi tablet ekstrak etanol daun belimbing wuluh

    (Averrhoa bilimbi L.).

    d. Menambah prespektif dan alternatif penggunaan Amylum maydis sebagai

    bahan pengikat pada formulasi sediaan tablet berbahan ekstrak.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    BAB II

    A. TINJAUAN PUSTAKA

    1. Tinjauan tentang tanaman

    Tanaman yang digunakan dalam pengujian ini adalah belimbing wuluh

    (Averrhoa bilimbi L.).

    a. Kedudukan tanaman belimbing wuluh dalam taksonomi tanaman

    Divisi : Spermatophyta

    Sub Divisi : Angiospermae

    Kelas : Docotyledone

    Bangsa : Geraniales

    Suku : Oxalidaceae

    Marga : Averrhoa

    Jenis : Averrhoa blimbi L (Syamsuhidayat dan Hutapea, 2001).

    b. Nama Daerah

    Sumatera : limeng (Aceh), selemeng (Gayo), belimbing (Batak Karo),

    balimbing (Minangkabau), balimbing (Lampung), belimbing asam (Melayu);

    Jawa : balimbing (Sunda), blimbing wuluh (Jawa Tengah), bhalingbhing bulu

    (Madura); Bali : Blimbing buloh ;Nusa Tenggara : limbi (bima), libi (sawu),

    balimbeng (Flores), ninili daelok(Rote), Kerbo (Timor). ;Maluku : taprera (Buru),

    malibi (Halmahera) ;Irian : utekee (Syamsuhidayat dan Hutapea, 2001).

    c. Deskripsi Tanaman

    Tanaman belimbing wuluh berhabitus pohon tinggi 5-10. Batang tegak,

    bercabang, permukaaan kasar, banyak tonjolan, hijau kotor, daun majemuk,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    menyirip, bulat telur, ujung runcing, pangkal membulat, panjang 7-10 cm, lebar 1-

    3 cm, bertangkai pendek, anak daun 25-45 helai, pertulangan menyirip, warna

    hijau sampai hijau muda. Bunga majemuk, bentuk malai, pada tonjolan batang

    dan cabang menggantung, panjang 5-20 cm, kelopak 6 mm, merah dan mahkota

    bergandengan, bulat lanset, ungu. Buah buni, panjang 4-6 cm, warna hijau

    kekuningan. Biji laset atau segitiga, masih muda hijau setelah tua kuning

    kehijauan. Akar tunggang warna coklat kehitaman (Steenis, 1992).

    d. Kandungan Kimia

    Pada umumnya di dalam marga Oxalis ditemukan asam oksalat dan

    ditemukan enzim isositrat hase. Dalam daun belimbing wuluh ditemukan tanin.

    Daun, buah dan batang belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L), mengandung

    saponin, flavonoid. Batang tanaman belimbing wuluh mengandung alkaloid dan

    polifenol (Gunawan et al, 2002).

    Daun belimbing wuluh (Avverhoa belimbi L) mengandung saponin,

    flavonoid, disamping itu daunnya juga mengandung tanin (Anonim, 2001).

    d.1.Saponin. Saponin adalah senyawa yang menimbulkan busa jika

    dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan

    hemolisis sel darah merah, sering digunakan sebagai detergen (Robinson, 1995).

    Saponin dibagi menjadi 2 jenis : glikosida triterpenoid dan glikosida steroid.

    Kedua jenis saponin ini larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter.

    Aglikonnya disebut sapogenin yang diperoleh dengan hidrolisis dalam suasana

    asam atau hidrolisis memakai enzim dan tanpa bagian gula yang mempunyai ciri

    kelarutan sama dengan steroid lain. Saponin dapat diperoleh dari beberapa

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    tumbuhan dengan hasil yang baik dan dapat juga digunakan sebagai bahan baku

    untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan (Robinson,

    1995).

    d.2. Flavonid. Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang

    mempunyai 15 atom karbon. Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai

    senyawa yang mempunyai deretan C6-C6-C6. Kerangka karbonnya terdiri dari atas

    2 gugus C6 (cincin benzene tersubtitusi) disambungkan oleh rantai alifatik tiga

    karbon (Robinson, 1995).

    Flavonoid adalah senyawa yang larut dalam air dan dapat diekstrasi

    dengan etanol 70%. Flavonoid berupa senyawa fenol, sehingga warnanya berubah

    bila ditambah basa atau ammonia, jadi seyawa ini mudah dideteksi pada

    kromatogram dalam larutan. Cara untuk mendeteksi seyawa fenol adalah dengan

    menambahkan larutan besi (II) klorida 1 % dalam air atau etanol pada larutan

    cuplikan sehingga warna hijau, merah, ungu, biru, atau hitam yang kuat.

    Flavonoid yang manapun mungkin saja merupakan turunan fenol dapat bekerja

    sebagai antiseptik, dan desinfektan dengan cara denaturasi dan koagulasi protein

    sel bakteri. Turunan fenol juga dapat merubah permeabilitas membran sel

    sehingga sel bakteri mengalami kematian (Harbone, 1987).

    d.3. Tanin. Tanin adalah sejenis kandungan tumbuhan yang bersifat

    fenol yang mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan mempunyai

    kemampuan menyamak kulit. Tanin terhidrolisis larut di dalam air (terutama air

    panas) membentuk larutan koloid. Tanin biasanya berupa senyawa berupa

    senyawa amorf, higroskopis, berwarna coklat kuning yang larut organik yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    polar sampai batas tertentu, tetapi tidak larut dalam pelarut organik non polar

    seperti benzene dan kloroform. Tanin terhidrolisis dan glikosida dapat diekstraksi

    dengan air panas atau campuran etanol-air. Tanin merupakan substansi kompleks

    yang umumnya berupa senyawa polifenol juga bersifat antiseptik. Biasanya tanin

    tersebar dalam daun, buah, kulit kayu dan batang (Robinson, 1995).

    Tanin dapat digunakan sebagai astringen dan mencegah infeksi luka

    karena tanin mempunyai antiseptik. Tanin yang merupakan senyawa polifenol,

    diduga mempunyai mekanisme kerja dengan cara merusak permeabilitas barier

    dalam mikroorganisme sehingga aktifitas antibakteri (Claus dan Tyler, 1965).

    d.4. Phytol. Phytol merupakan senyawa alkohol diterpen asiklik, dan

    campuran dari bentuk cis dan trans dari 3, 7, 11, 15 tetrametil -2-heksadesen-1-ol

    (Anonymous, 2006). Senyawa ini bisa digunakan sebagai adjuvant yang cukup

    baik dan aman untuk memperbaharui komplemen antibodi (Lim et al., 2006).

    Karena kandungannya yang cukup banyak sekitar 12,46% dalam ekstrak murni,

    kandungan inilah yang dimungkinkan memberikan efek hipotensif selain tanin

    yang dapat mencegah terjadinya stroke (Hernani et al, 2009).

    e. Khasiat

    Batang belimbing wuluh dapat digunakan untuk menanggulangi penyakit

    gondok. Daunnya digunakan untuk mengatasi demam dan obat luar. Cairan bunga

    belimbing wuluh digunakan untuk obat batuk dan sariawan. Buah dapat

    menurunkan tekanan darah dan dapat dimasak untuk manisan atau asinan, obat

    skorbut, sariawan serta sebagai obat batuk rejan (Syamsyuhidayat dan Hutapea,

    2007).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    2. Tinjauan tentang ekstrak

    Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari

    simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok di luar pengaruh cahaya

    matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk (Ansel,

    1989).

    Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan antara lain maserasi,

    perkolasi, soxhletasi, dan infundasi. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan

    beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat dan penyesuaian dengan tiap

    macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang

    sempurna (Ansel, 1989).

    a. Maserasi

    Maserasi merupakan proses paling tepat untuk simplisia yang sudah halus

    dan memungkinkan direndam hingga meresap dan melunakkan susunan sel,

    sehingga zat-zatnya akan larut. Proses ini dilakukan dalam bejana bermulut lebar,

    serbuk ditempatkan lalu ditambah pelarut dan ditutup rapat, isinya dikocok

    berulang-ulang kemudian disaring. Proses ini dilakukan pada temperatur 15-20OC

    selama tiga hari menggunakan bejana maserasi (Ansel, 1989).

    b. Perkolasi

    Perkolasi merupakan proses penyarian serbuk simplisia dengan pelarut

    yang cocok dengan melewatkan secara perlahan-lahan melewati suatu kolom,

    serbuk simplisia dimasukkan ke dalam perkolator. Dengan cara penyarian ini

    mengalirkan cairan melalui kolom dari atas ke bawah melalui celah untuk keluar

    dan ditarik oleh gaya berat seberat cairan dalam kolom. Dengan pembaharuan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    yang terus menerus bahan pelarut, memungkinkan berlangsungnya maserasi

    bertingkat (Ansel, 1989).

    c. Soxhletasi

    Bahan yang akan disari berada di dalam kantung ekstraksi (kertas, karton)

    di dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang berada di antara labu suling dan

    suatu pendingin. Labu tersebut berisi bahan pelarut yang menguap dan jika diberi

    pemanasan akan menguap mencapai ke dalam pendingin balik melalui pipa pipet,

    pelarut ini berkondensasi di dalamnya dan menetes ke bahan yang disari. Larutan

    berkumpul di dalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi maksimum secara

    otomatis ditarik ke dalam labu tersebut (Voigt, 1984).

    d. Infundasi

    Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk

    menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati.

    Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah

    tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh karena itu sari yang diperoleh dengan cara

    ini tidak boleh disimpan lebih dai 24 jam (Anonim, 1979).

    Dalam penelitian ini digunakan metode maserasi menggunakan etanol

    70% dengan perbandingan 3 : 1. Digunakan metode maserasi, karena maserasi

    merupakan proses paling tepat untuk obat yang halus dan memungkinkan

    direndam dalam pelarut sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga

    zat-zat yang mudah terlarut akan terlarut (Ansel, 1989).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    3. Tinjauan tentang tablet

    1) Pengertian Tablet

    Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam

    bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaanya rata atau cembung,

    mengandung satu jenis atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anonim,

    1979). Tablet dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan solid yang mengandung

    satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan

    mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesifitas, kecepatan

    desintegrasi, dan sifat antilengket). Dan dibuat dengan mengempa campuran

    serbuk dalam mesin tablet (Siregar, 2007).

    Beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk tablet berkualitas baik

    adalah sebagai berikut:

    a. Kekerasan yang cukup dan tidak rapuh, sehingga kondisinya tetap baik

    selama fabrikasi atau pengemasan dan pengangkutan hingga sampai pada

    konsumen.

    b. Dapat melepaskan bahan obatnya sampai pada ketersediaan hayatinya.

    c. Memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet dan kandungan obatnya.

    d. Mempunyai penampilan yang menarik, baik pada bentuk, warna, maupun

    rasanya (Ansel, 1989).

    Untuk mendapatkan tablet yang baik tersebut, maka bahan yang akan

    dikempa menjadi tablet harus memenuhi sifat-sifat sebagai berikut:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    a. Mudah mengalir, artinya jumlah bahan yang akan mengalir dalam corong alir

    ke dalam ruang cetakan selalu sama setiap saat, dengan demikian bobot tablet

    tidak akan memiliki variasi yang besar.

    b. Kompaktibel, artinya bahan mudah kompak jika dikempa, sehingga

    dihasilkan tablet yang keras.

    c. Mudah lepas dari cetakan, hal ini dimaksudkan agar tablet yang dihasilkan

    mudah lepas dan tak ada bagian yang melekat pada cetakan, sehingga

    permukaan tablet halus dan licin (Sheth dkk, 1980).

    2) Metode Pembuatan Tablet

    Metode pembuatan tablet ada tiga cara yaitu: metode kempa langsung,

    granulasi basah, dan granulasi kering.

    a. Kempa langsung

    Metode kempa langsung yaitu percetakan bahan obat dan bahan tambahan

    yang berbentuk serbuk tanpa proses pengolahan awal atau granulasi. Kempa

    langsung membangkitkan gaya ikatan di antara partikel sehingga tablet memiliki

    kekompakan yang cukup (Voigt, 1984). Pada proses ini diperlukan serbuk yang

    mempunyai fluiditas dan kompaktibilitas yang baik (Sheth dkk, 1980).

    b. Granulasi kering

    Pada metode ini, granul dibentuk oleh penambahan bahan pengikat kering ke

    dalam campuran serbuk obat dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya

    besar dari campuran serbuk, memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan

    menjadi granul, penambahan bahan pelicin dan penghancur kemudian dicetak

    menjadi tablet (Ansel, 1989).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    c. Granulasi Basah

    Metode ini meupakan metode pembuatan yang paling banyak digunakan

    dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam

    pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut: menimbang dan

    mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan granul basah,

    pengeringan, pengayakan granul kering, pencampuran bahan pelicin dan bahan

    penghancur, pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 1989).

    3) Mekanisme ikatan granulasi basah

    Dispersi suatu cairan ke dalam masa serbuk pada umumnya akan

    mengakibatkan peningkatan yang signifikan dalam pembentukan dan kekuatan

    agregat partikel-partikel. Akan tetapi, tingkat pembentukan dan pertumbuhan

    granul dipengaruhi oleh kuantitas cairan yang ditambahkan, mobilitas cairan, alat

    granulasi yang digunakan, dan ukuran partikel masa serbuk (Siregar dan Wikarsa,

    2010).

    Newitt Conway-Jones dan Barlow menetapkan teori granulasi

    berkenaan dengan empat keadaan. Keadaan ini disebut pendular, funicular,

    kapiler, dan tetes) (Siregar dan Wikarsa, 2010).

    Mekanisme aglomerasi (pembentukan ikatan) dapat diaggap sebagai

    suatu perubahan dari tahap trifase (udara-cairan-padatan), ketika kebanyakan

    granul dalam keadaan pendular dan funicular, hingga menjadi suatu kumpulan

    particular bifase (cairan-padatan), ketika granul akan berada dalam keadaan

    kapiler dan tetes (Siregar dan Wikarsa, 2010).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    Gaya tarik antarmolekular merupakan merupakan interaksi jangka

    singkat. Pada umumnya, gaya van der Waals memberikan kontribusi yang paling

    besar pada daya tarik antarmolekular sehingga efektif pada rentang yang lebih

    panjang. Gaya elektrostatis dibangkitkan terutama melalui gesekan antarpartikel,

    yang mengubah keadaan elektron permukaan. Kontribusi menyeluruh dari gaya

    tarik elektrostatis adalah menahan partikel-partikel dalam kontak yang cukup

    lama untuk mekanisme lain guna mempengaruhi proses aglomerasi (Siregar dan

    Wikarsa, 2010).

    4) Bahan tambahan dalam pembuatan tablet

    Untuk pembuatan tablet diperlukan bahan tambahan berupa :

    a. Bahan pengisi. Bahan pengisi diperlukan untuk memungkinkan

    suatu pencetakan sehingga menjamin tablet memiliki ukuran atau massa yang

    dibutuhkan (Voigt, 1984).

    Bahan pengisi harus memenuhi persyaratan:

    a) Non toksik.

    b) Tersedia dalam jumlah yang cukup.

    c) Harga cukup murah.

    d) Inert atau netral secara fisiologis.

    e) Stabil secara fisik dan kimia, baik dalam kombinasi dengan

    berbagai obat atau komponen tablet lain.

    f) Bebas dari mikroba.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain: laktosa, sukrosa,

    amilum, kaolin, kalsium karbonat, dekstrosa, manitol, sorbitol, sellulosa, dan

    bahan lain yang cocok (Banker dan Anderson, 1986).

    b. Bahan pengikat. Zat pengikat ditambahkan dalam bentuk kering

    atau cairan selama granulasi basah untuk membentuk granul atau menaikkan

    kekompakan kohesi bagi tablet yang dicetak langsung (Banker dan Anderson,

    1986).

    Pengikat merupakan suatu zat adhesif yang ditambahkan pada

    formulasi tablet. Peranan pengikat adalah untuk memberikan kohesivitas yang

    diperlukan untuk mengikat partikel-partikel padat di bawah pengempaan untuk

    membentuk suatu tablet yang kompak. Dalam granulasi basah, pengikat

    meningkatkan pembesaran ukuran untuk membentuk granul sehingga

    memperbaiki mampu alir campuran selama masa pencampuran selama proses

    pembuatan. Pengikat juga dapat memperbaiki kekerasan tablet dengan

    meningkatkan gaya intragranular dan juga antargranular (Siregar dan Wikarsa,

    2010).

    Proses aglomerasi yang paling luas digunakan dalam industri farmasi

    adalah granulasi basah. Gaya kohesif yang bekerja selama proses aglomerasi

    basah disebabkan oleh jembatan cair yang terjadi antar partikel padat, walaupun

    gaya tarik antarmolekular, gaya van der Waals dan gaya elektrostatis juga

    memberikan peranan awal. Mekanisme ikatan dalam keadaan basah tergantung

    pada gaya kapiler dan gaya antarpermukaan granul (Siregar dan Wikarsa, 2010).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    Penggunaan bahan pengikat yang terlalu banyak akan menghasilkan

    massa granul yang terlalu basah dan granul yang terlalu keras, sehingga tablet

    yang dihasilkan mempunyai waktu hancur yang lama. Sebaliknya, kekurangan

    bahan pengikat akan menghasilkan daya rekat yang lemah, sehingga tablet akan

    rapuh dan terjadi capping (Parrott, 1971).

    c. Bahan penghancur. Zat penghancur ditambahkan guna

    memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika kontak dengan cairan saluran

    pernafasan. Dapat juga berfungsi menarik air ke dalam tablet, mengembang dan

    menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagiannya. Fragmen-fragmen tablet itu

    mungkin sangat menentukan kelarutan selanjutnya dari obat dan tercapainya

    bioavailabilitas yang diharapkan (Banker dan Anderson, 1986).

    Bahan penghancur yang dapat digunakan adalah pati dan selulosa

    yang termodifikasi secara kimia, asam alginat, selulosa mikrokristal, dan povidon

    (Anonim, 1995).

    d. Bahan pelicin. Bahan pelicin berfungsi sebagai bahan pengatur

    aliran, dan bahan pemisah hasil cetakan (Voigt, 1984). Bahan pelicin mengurangi

    gesekan selama proses pengempaan tablet. Pada umumnya bahan pelicin bersifat

    hidrofobik sehingga cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi

    tablet, oleh karena itu kadar lubricant yang berlebihan harus dihindari

    (Anonim,1995). Bahan pelicin yang biasa digunakan antara lain talk, magnesium

    stearat, aluminium stearat, asam stearat, asam palmitat, dan pati (Voight, 1984 ).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    5) Uji sifat fisis granul

    Untuk mengetahui sifat fisik granul, maka diperlukan uji sifat fisik

    granul yang meliputi waktu alir, sudut diam dan susut pengeringan granul.

    a. Waktu alir

    Waktu alir adalah waktu yang diperlukan bila sejumlah granul

    dituangkan dalam suatu alat kemudian dialirkan, mudah tidaknya aliran granul

    dapat dipengaruhi oleh bentuk granul, bobot jenis, keadaan permukaan dan

    kelembabannya. Kecepatan alir granul sangat penting karena berpengaruh pada

    keseragaman pengisian ruang kompresi dan keseragaman bobot tablet (Sheth dkk,

    1980).

    b. Sudut diam

    Sudut diam adalah sudut yang terbentuk antara permukaan tumpukan

    granul dengan bidang horizontal. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan

    300

    biasanya menunjukkan bahwa granul mempunyai sifat alir yang baik atau

    disebutjuga free flowing dan bila sudutnya lebih besar atau sama dengan 400

    biasanya sifat alirnya kurang baik (Banker dan Anderson, 1986).

    c. Susut Pengeringan

    Lembap dalam suatu solid dapat dinyatakan berdasarkan pada bobot

    basah atau bobot kering. Berdasarkan bobot basah, kandungan air dalam zat/bahan

    dihitung sebagai presentasi bobot solid basah. Jika berdasarkan bobot kering, air

    dinyatakan sebagai bobot solid kering.

    Dalam farmasi, istilah susut pengeringan adalah suatu pernyataan

    kandungan lembap berdasarkan bobot basah yang dihitung sebagai berikut

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    % Susut Pengeringan (SP) = Bobot air dalam sampel x 100%................(1)

    Bobot total sampel basah

    (Siregar dan Wikarsa, 2010)

    6) Uji sifat fisik tablet

    Untuk mengetahui sifat fisik tablet yang dihasilkan perlu dilakukan uji

    sifat fisik tablet . Uji sifat fisik yang dilakukan adalah :

    a. Keseragaman bobot

    Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan banyaknya

    penyimpangan bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari semua tablet

    sesuai syarat yang ditentukan dalam Farmakope Indonesia edisi III (Anonim,

    1979).

    b. Kekerasan

    Sepuluh tablet dari masing-masing formula diambil secara acak dan diuji

    dengan alat pengukur kekerasan tablet. Ditentukan nilai rata-rata hasil

    pengujiannya. Setidaknya nilai rata-rata adalah pada rentang nilai 4-8 kg (Banker

    dan Anderson, 1986).

    c. Kerapuhan tablet

    Kerapuhan tablet menunjukkan ketahanan tablet terhadap pengikisan

    permukaan dan goncangan. Pengujian kerapuhan tablet dilakukan dengan alat

    friability tester. Batas kerapuhan tablet yang masih bisa diterima adalah kurang

    dari 1,0%. Kerapuhan di atas 1,0% menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap

    kurang baik (Lachman dkk, 1986).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    d. Waktu Hancur

    Uji waktu hancur dilakukan dengan alat uji waktu hancur dan waktu

    hancur yang dikendaki adalah kurang dari 15 menit (Anonim, 1979).

    7) Pemerian zat aktif dan bahan tambahan

    a. Zat aktif. Ekstrak kental yang diperoleh dari hasil maserasi serbuk daun

    belimbing wuluh dengan pelarut etanol 70 % 1:5.

    b. Aerosil. Aerosil merupakan bahan pengatur aliran yang dapat mengurangi

    lengketnya partikel satu sama lain, dengan demikian gesekan partikel satu

    sama lain sangat kurang. Aerosil dapat menarik lembab melalui silamol

    (dapat menarik lembab hingga 40% dari massanya) dan meskipun

    demikian serbuk masih dapat mempertahankan daya alirnya (Siregar,

    2007).

    c. Laktosa (bahan pengisi). Merupakan bahan pengisi yang paling banyak

    digunakan, oleh karena tidak bereaksi dengan semua obat. Umumnya

    formulasi yang menggunakan laktosa menunjukkan hasil pelepasan obat

    yang baik, selain itu harganya murah, granul cepat kering dan waktu

    hancurnya tidak terlalu peka terhadap perubahan pada kekerasan tablet

    (Lachman,dkk, 1986)

    d. Explotab (bahan penghancur). Explotab disebut juga sodium starch

    glikolat atau primojel. Merupakan modifikasi kanji, sebagai pengganti

    yang murah dari karboksimetil. Digunakan dengan konsentrasi rendah (1,8

    %, dilaporkan 4 % adalah yang optimum) (Lachman dkk, 1986).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    e. Avicel (Bahan Pengisi). Avicel menghasilkan tablet keras dengan tekanan

    kempa yang rendah pada pengempaan tablet. Zat ini menghasilkan

    pembasahan yang cepat dan merata karena adanya wicking acting sehingga

    cairan penggranulasi terdistribusi di seluruh onggokan serbuk. Avicel

    dpaat bermanfaat jika dikombinasikan dengan bahan pengisi lain seperti

    Laktosa, manitol, amilum atau kalsium sulfat (Siregar dan Wikarsa, 2010).

    Avicel merupakan partikel terdepolimerisasi, putih, tidak berasa, tidak

    berbau, bentuk serbuk, Kristal tersusun atas partikel yang berpori. Dalam

    perdagangan tersedia dalam berbagai ukuran partikel dan mempunyai

    tingkat kelembaban yang berbeda sehingga berbeda dalam penggunaannya

    tergantung tingkat kelembabannya. Dikenal ada 2 macam avicel, yaitu:

    Avicel PH 101 dan Avicel PH 102. Perbedaannya terletak pada ukuran

    partikelnya. Avicel PH 101 merupakan produk asli yang diperoleh dengan

    cara hidrolisis asam dari selulosa murni, sedangkan Avicel PH 102

    merupakan produk aglomerasi dengan distribusi ukuran partikel yang lebih

    besar. Baik Avicel PH 101 dan Avicel PH 102 digunakan secara luas pada

    metode kempa langsung namun dapat juga digunakan sebagai bahan

    pengisi pada pembuatan tablet secara granulasi basah (Sheth, 1980).

    f. Kombinasi Mg stearat dan Talcum (bahan pelicin). Penambahan bahan

    pelicin dapat memperbaiki sifat alir granul sehingga pengisisan granul ke

    dalam ruang cetak lebih seragam, maka tercapai keseragaman bobot tablet

    yang baik. Penggunaan bahan pelicin Talk dan Magnesium Sterat (9:1)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    sebanyak 1,5 % maka waktu alir semakin cepat dan sudut diam semakin

    kecil (Fudholi, 1983).

    Magnesium stearat bersifat seperti lemak dan tersedia dalam ukuran

    partikel kecil. Logam stearat merupakan lubrikan yang paling efisien dan

    lazim digunakan. Pada umumnya tidak bersifat reaktif. Logam stearat juga

    berfungsi sebagai glidan dan antiadheren (Siregar dan Wikarsa, 2010).

    Talk berfungsi sebagai lubrikan dan glidan. Talk mempunyai sifat yang

    kurang menguntungkan karena memperlambat disintegrasi (Siregar dan

    Wikarsa, 2010).

    g. Amylum maydis (bahan pengikat). Amylum maydis (Amylum jagung)

    merupakan amilum yang diperoleh dari biji Zea mays L. bahan ini

    memiliki pemerian serbuk yang sangat halus dan bewarna putih.

    Identifikasi bahan ini yaitu dengan memanaskan sampai mendidih selama

    1 menit suspensi 1 gram dalam 50 ml air dapat membentuk larutan kanji

    encer (Anonim, 1995). Amylum maydis biasa digunakan sebagai bahan

    pengisi, penghancur dan pengikat dalam beberapa sediaan tablet. Amylum

    maydis biasa digunakan sebegai bahan pengikat dengan membentuknya

    menjadi cairan berair (Ansel,1989).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    B. KERANGKA PEMIKIRAN

    Hipertensi merupakan penyakit yang prevalensinya cukup tinggi di

    Indonesia. Menurut data Litbang Departemen Kesehatan Republik Indonesia

    tahun 2007 angka prevalensi hipertensi mencapai 31,17% yang menyebabkan

    hipertensi menduduki peringkat ketiga penyebab kematian di Indonesia setelah

    stroke dan tuberkolosis.

    Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) termasuk dalam famili

    Oxadilaceae merupakan salah satu tanaman obat yang berpotensi dimanfaatkan

    untuk obat antihipertensi. Telah dibuktikan oleh Bipat et al., (2008) bahwa daun

    belimbing wuluh dapat menurunkan tekanan darah melalui stimulasi diuretik pada

    hewan babi, dan tidak mengamati langsung penurunan tekanan darah setelah

    diberi larutan uji. Penelitian lain yang dilakukan pada hewan kucing, ekstrak kasar

    (ekstrak yang belum dimurnikan) daun belimbing wuluh dapat menurunkan

    tekanan darah 41,25 mmHg dengan dosis pemberian 25 mg/BB (Hernani et al,

    2009). Seiring dengan berkembangnya jaman masyarakat cenderung untuk

    memilih cara pengobatan yang praktis dan mudah dalam penggunaan. Termasuk

    dalam pengobatan hipertensi.

    Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling banyak diminati oleh

    perusahaan farmasi maupun oleh pemakai sediaan farmasi karena merupakan

    bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk

    sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling

    rendah. Selain itu tablet juga memiliki beberapa keuntungan seperti ketepatan dosis,

    praktis dalam penyajian, biaya produksi yang murah, mudah dikemas, tahan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    penyimpanan, mudah dibawa dan memilik bentuk yang memikat (Banker dan

    Anderson, 1986).

    Bahan pengikat memiliki peranan penting dalam formulasi tablet. Salah

    satu bahan yang dapat digunakan adalah pati. Pati yang digunakan sebagai bahan

    pengikat dalam formulasi tablet adalah mucilago amili termasuk mucilago

    Amylum maydis. Amylum maydis dapat digunakan sebagai pengikat kering dan

    pengikat basah. Dalam granulasi basah mucilago Amylum maydis yang sering

    digunakan dalam formulasi umunya dalam konsentrasi 5%-10%. (Siregar dan

    Wikarsa, 2010).

    Penelitian lain dilakukan oleh Allagh tahun 2009 yang membandingkan

    penggunaan konsentrasi Amylum maydis sebagai bahan pengikat 2,5%, 5%, dan

    7,5% pada tablet chloroquini sebagai antimalaria. Konsentrasi Amylum maydis

    dalam penelitian ini menggunakan konsentrasi tersebut untuk membentuk massa

    tablet ekstak etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Dari penelitian

    ingin diketahui pengaruh variasi konsentrasi Amylum maydis tersebut dalam

    formulasi tablet ekstrak etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.).

    C. HIPOTESIS

    Penggunaan variasi konsentrasi bahan pengikat Amylum maydis diduga

    berpengaruh pada sifat fisik tablet. Semakin besar konsentrasi Amylum maydis

    diduga memperbaiki keseragaman bobot, menambah kekerasan, mengurangi

    kerapuhan, dan memperlama waktu hancur tablet ekstrak daun belimbing wuluh

    (Averrhoa bilimbi L.).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Kategori Penelitian, Rancangan Percobaan dan Variabel

    Kategori penelitian dan rancangan percobaan yang digunakan adalah

    kategori penelitian eksperimental laboratorium, dalam penelitian ini digunakan 3

    macam variabel yaitu :

    a) Variabel bebas : Konsentrasi Amylum maydis yang ditambahkan

    sebagai pengikat dalam formulasi

    b) Variabel tergantung : waktu alir, sudut diam granul, keseragaman bobot

    tablet, kerapuhan tablet, dan waktu hancur tablet

    c) Variabel terkendali : Umur tanaman, asal tanaman, lokasi pengambilan,

    waktu pengambilan, suhu pengeringan granul, waktu pencampuran, nomor

    ayakan, volume penambahan bahan pengikat, dan kedalaman punch.

    B. Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari:

    1. Spesifikasi ekstrak daun belimbing wuluh (Avverhoa bilimbi L.) meliputi:

    pemeriksaan organoleptis.

    2. Uji sifat fisik granul ekstrak daun belimbing wuluh (Avverhoa bilimbi L.)

    meliputi: Loss On Drying (LOD), sifat alir, dan sudut diam

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    3. Uji sifat fisik tablet daun belimbing wuluh (Avverhoa bilimbi L.) meliputi :

    uji visual, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, waktu

    hancur, dan kerapuhan tablet.

    C. Alat dan Bahan

    a. Alat

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah blender

    untuk menghaluskan simplisia, bejana kaca untuk maserasi, kain flannel untuk

    menyaring filtrat, rotary evaporator (RE-300) untuk memekatkan ekstrak,

    timbangan analitik, waterbath, kompor listrik, oven (IL-80EN), mesin pencetak

    tablet single punch (seri TDP 1), ayakan mesh 16, jangka sorong, klem, statif,

    Hardness tester (Guoming YD-1) untuk uji kekerasan, disintegration tester

    (Guoming BJ-2) untuk uji waktu hancur, Friabilator (Guoming CS-2) untuk uji

    kerapuhan, thermometer untuk mengukur suhu pada waktu hancur, dan alat-alat

    gelas pyrex seperti gelas beker, gelas ukur, cawan penguap, corong kaca dan

    batang pengaduk.

    b. Bahan

    Bahan yang digunakan adalah etanol 70 % (teknis), ekstrak daun belimbing

    wuluh (Avverhoa bilimbi L), aerosil, avicel PH 101, laktosa, eksplotab, talk, Mg

    stearat, aquadest yang dibeli dari Laboratorium teknologi Farmasi, UNS dan

    Amilum maydis yang dibeli dari Brathacem.

    D. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di laboratorium Teknologi Farmasi, D3 Farmasi,

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    Surakarta dan Laboratorium Teknologi Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta.

    Waktu Penelitian bulan April sampai tanggal 26 Juni 2012.

    E. Tahapan Penelitian

    1. Determinasi Tanaman

    Tahap pertama penelitian adalah memastikan kebenaran sampel tanaman

    belimbing wuluh, dengan mencocokkan ciri-ciri morfologis yang ada pada

    tanaman belimbing wuluh terhadap kepustakaan dan dideterminasi di Universitas

    Muhamadiyah Surakarta.

    2. Pengambilan Bahan.

    Sampel yang akan digunakan adalah daun adalah belimbing wuluh (Averrhoa

    bilimbi L.) yang diperoleh di Desa Kagokan, Kecamatan Gatak, Kabupaten

    Sukoharjo, Jawa Tengah.

    3. Pembuatan serbuk

    Daun belimbing wuluh dikumpulkan, dicuci dengan air bersih lalu ditiriskan,

    dan dikeringkan dibawah sinar matahari, ditutup dengan kain hitam selama 2 hari.

    Simplisia yang telah kering, kemudian diserbuk dengan cara diblender dan diayak

    dengan pengayak mesh 60.

    4. Pembuatan ekstrak secara maserasi

    Serbuk sebanyak 1 kg dimasukkan dalam bejana bermulut lebar, ditambah

    etanol 70 % sebanyak 5L kemudian digojog, dan didiamkan selama 5 hari dengan

    pengadukan yang teratur ( 3 kali sehari ). Setelah lima hari maserat disaring dan

    dipekatkan dengan evaporator. Pelarut yang masih tertinggal diuapkan di atas

    penangas air sampai bebas dari pelarut.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    5. Pemeriksaan kualitas ekstrak

    Pemeriksaan Organoleptis. Dilakukan pemeriksaan untuk mendeskripsikan

    bentuk, warna, bau dan rasa ekstrak .

    6. Pembuatan granul dan penabletan dengan metode granulasi basah

    Bahan-bahan ditimbang sesuai dengan formula pada sebagai berikut :

    Tabel I . Formula Tablet Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)

    Bahan

    Formula

    0 (mg)

    Formula 1

    (mg)

    Formula 2

    (mg)

    Formula 3

    (mg)

    0% 2,5% 5% 7,5%

    Ekstrak 234 234 234 234

    Aerosil 11,7 11,7 11,7 11,7

    Avicel PH 101 234 234 234 234

    Laktosa 58,3 52,4 46,7 40,59

    Explotab 50 50 50 50

    Amylum maydis - 5,90 11,80 17,71

    Talkum 10,8 10,8 10,8 10,8

    Mg Stearat 1,2 1,2 1,2 1,2

    Total 600 600 600 600

    Dosis ekstrak diperoleh dari penelitian pada kucing dengan dosis 25 mg/bb,

    kemudian dikalikan faktor konversi dari kucing (2 kg) ke manusia Eropa 13,1

    (Ngatidjan, 1990) diperoleh hasil 655 mg. Dari manusia Eropa dikonversikan

    kembali ke dosis manusia Indonesia dengan mengalikan rata-rata berat badan

    orang Indonesia dibagi dengan rata-rata berat badan orang Eropa dan didapatkan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    hasil 468 mg (Hernani et al, 2009). Dalam pembuatan sediaan dibuat dua tablet

    sekali minum sehingga dosis yang digunakan tiap tablet 234 mg.

    Dosis = Dosis Pada Hewan Uji x Faktor Konversi

    = 25mg x 2 kg x 13,1

    = 655 mg (pada manusia Eropa)

    Dikonversikan ke manusia Indonesia

    Dosis = Dosis Manusia Eropa x Berat Badan rata-rata orang Indonesia

    Berat Badan rata-rata orang Eropa

    = 655 x 50 Kg

    70 Kg

    = 467,85 mg (pada manusia Indonesia)

    = 468 mg

    = 468 mg : 2

    = 234 mg

    Pembuatan tablet diawali dengan mengeringkan ekstrak kental dengan

    aerosil yang masing-masing telah ditimbang. Aerosil yang digunakan sejumlah

    5% dari berat ekstrak yang digunakan. Setelah ekstrak kering, Avicel PH 101,

    Laktosa dan Explotab ditambahkan dan diaduk homogen. Setelah itu Amylum

    maydis yang telah berbentuk mucilago dengan konsentrasi tertentu dimasukkan

    hingga membentuk masa yang siap digranulasikan.

    Pembuatan mucilago Amylum maydis dilakukan dengan cara melarutkan

    Amylum maydis yang telah ditimbang sesuai masing-masing konsentrasi ke dalam

    10 ml aquades dingin kemudian ditambah dengan aquades panas hingga volume

    100 ml, diaduk hingga terbentuk mucilago.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    Massa yang terbentuk kemudian di ayak menggunakan pengayak no 16

    mesh, dan granul yang terbentuk kemudian dikeringkan menggunakan oven pada

    suhu 60oC hingga diperoleh bobot tetap. Granul yang telah kering diayak kembali

    dengan pengayak no 18 mesh setelah itu granul diuji LOD, sudut diam dan waktu

    alirnya. Setelah diuji, granul kemudian ditambahkan Talk dan Mg Stearat untuk

    diuji kembali waktu alirnya. Kemudian granul dimasukkan dalam alat pencetak

    tablet dan dicetak menjadi tablet. Hasil tablet yang diperoleh kemudian diuji sifat

    fisisnya.

    7. Evaluasi granul ekstrak daun belimbing wuluh

    a. Waktu Alir.

    Ditimbang 100 g granul, kemudian dimasukkan kedalam corong yang

    ujung tangkainya ditutup. Penutup corong dibuka dan granul dibiarkan mengalir

    sampai habis. Dihitung waktu alir granul. Granul mempunyai sifat alir bagus bila

    mempunyai waktu alir tidak lebih dari 10 detik ( Fudholi, 1983).

    b. Sudut diam.

    Granul seberat 100 gram, dimasukkan secara perlahan melalui lubang

    bagian atas sementara bagian bawah ditutup. Setelah semua serbuk dimasukkan,

    penutup dibuka dan serbuk dibiarkan keluar, kemudian diukur tinggi kerucut yang

    terbentuk dan diameternya. Sudut diam antara 28- 42 menunjukkan sifat alir

    yang bagus ( Carstensen, 1977 ).

    tg = h/r ..(1)

    = sudut diam

    r = jari-jari kerucut

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    h = tinggi kerucut

    c. Susut pengeringan (kadar air).

    Pengujian ini dilakukan dengan cara menimbang granul basah kemudian

    dikeringkan pada oven dengan suhu 60oC hingga bobot tetap dan dihitung kadar

    airnya dengan rumus :

    LOD = berat granul basah- berat granul kering X 100% (2) Berat granul basah

    d. Berat Jenis

    Berat jenis menyatakan berat suatu massa dalam suatu satuan volume. Berat

    jenis dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap sifat

    alir granul. Granul yang memiliki berat jenis kecil cenderung memiliki waktu alir

    yang lama dan granul yang memiliki berat jenis besar akan lebih cepat mengalir.

    Perhitungan berat jenis dilakukan dengan memasukkan granul ke dalam gelas

    ukur 50 ml kemudian granul yang ada di dalam gelas ukur ditimbang dan dihitung

    berat jenisnya dengan membagi massa granul dengan volume gelas ukur (50 ml).

    8. Evaluasi tablet

    Evaluasi tablet yang dilakukan meliputi : uji visual ,uji keseragaman ukuran ,

    uji kerapuhan , uji kekerasan , uji waktu hancur, dan uji keseragaman bobot .

    a. Uji keseragaman bobot

    Tablet tidak bersalut harus memenuhi keseragaman bobot yang ditetapkan

    sebagai berikut: timbang 20 tablet, hitung rata-rata bobot tiap tablet. Jika

    ditimbang satu-persatu, tidak boleh dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya

    menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari yang ditetapkan kolom A,

    dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika, tidak mencukupi 20 tablet, dapat

    digunakan 10 tablet, tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar

    dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang

    bobotnya menyimpang dari rata-rata bobot yang ditetapkan kolom B.

    Tabel II. Keseragaman Bobot Menurut Farmakope Indonesia Edisi III

    Bobot rata-rata

    Penyimpangan bobot rata-rata dalam %

    A B

    25 mg atau kurang 15 % 30 %

    26 mg sampai dengan 150 mg 10 % 20 %

    151 mg sampai dengan 300 mg 7,5 % 15 %

    Lebih dari 300 mg 5 % 10 %

    (Anonim,1979)

    b. Uji kerapuhan

    Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi IV persentase kerapuhan dapat

    dihitung dengan rumus :

    Kerapuhan % : berat tablet awal-berat tablet akhir x100%...........(3)

    berat awal tablet

    Pengujian kerapuhan dilakukan dengan alat friabilator tester. Batas

    kerapuhan tablet yang masih diterima adalah kurang dari 1,0 %. Kerapuhan di atas

    1,0 % menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap kurang baik (Lachman dkk,

    1986).

    c. Uji kekerasan

    Sepuluh tablet dari masing-masing formula diambil secara acak dan diuji

    dengan alat pengukur kekerasan tablet ditentukan nilai rata-rata hasil

    pengujiannya. Setidaknya nilai rata-rata adalah pada rentan nilai 4-8 kg (Voigt,

    1984)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    d. Uji waktu hancur

    Lima tablet dari masing-masing formula dimasukan ke dalam desintregrant

    tester. Waktu hancur yang dikendaki untuk tablet tidak bersalut adalah tidak lebih

    dari 15 menit (Anonim, 1979).

    9. Analisis data dilakukan dengan dua cara, yaitu :

    1. Pendekatan secara teoritis

    Data yang diperoleh dari pengujian dibandingkan terhadap parameter dari

    Farmakope Indonesia dan pustaka lain.

    2. Pendekatan statistik

    Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Kolmogorov-Smirnov untuk

    mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Untuk data yang

    terdistribusi normal dianalisis menggunakan ANOVA dengan taraf kepercayaan

    95% dan dilanjutkan uji t-LSD (Least Significant Difference) jika terdapat

    perbedaan yang bermakna. Dan bila data tidak terdistribusi normal maka dapat

    dilakukan uji alternatif.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Determinasi Tanaman Belimbing Wuluh

    Untuk memperoleh hasil yang signifikan dan terpercaya determinasi

    tanaman belimbing wuluh dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas

    Muhammadiyah Surakarta. Determinasi dilakukan dengan mengacu pada buku

    Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta dan buku Flora. Hasil determinasi

    menunjukkan bahwa tanaman yang dideterminasi adalah benar-benar tanaman

    belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). (Hasil Determinasi dapat dilihat pada

    Lampiran 1).

    B. Hasil Pengolahan Simplisia Daun Belimbing Wuluh

    Simplisia segar diperoleh langsung dari tanaman belimbing wuluh

    (Averrhoa bilimbi L.) di Desa Kagokan, Gatak, Sukoharjo. Pemetikkan daun

    dilakukan pada waktu pagi hari. Hal ini bertujuan untuk memudahkan didalam

    pengolahan selanjutnya, setelah daun dipetik dapat dilakukan proses penjemuran.

    Daun yang dipilih untuk dipetik adalah daun yang tidak terlalu tua dan tidak

    terlalu muda karena kandungan metabolit pada daun umunya optimum pada saat

    usia tersebut. Daun yang telah dipetik kemudian disortasi kembali untuk memilih

    ulang daun yang dapat digunakan sebagai simplisa kering untuk selanjutnya

    dilakukan ekstraksi.

    Setelah itu daun dicuci di bawah air mengalir untuk membersihkan

    kotoran yang mungkin ada di permukaan daun. Setelah itu daun ditiriskan dan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    dijemur. Daun dijemur di bawah sinar matahari dengan ditutup menggunakan kain

    hitam selama 2 hari. Berat simplisia basah sebesar 20,5 kg dan setelah proses

    pengeringan diperoleh 3,8 kg simplisia kering.

    Simplisia kering kemudian di blender untuk memperluas permukaannya

    sehingga pelarut pada saat proses ekstraksi dapat menarik banyak zat aktif dari

    simplisia. Kemudian serbuk simplisia yang diperoleh dilakukan identifikasi,

    tujuannya untuk memastikan bahwa serbuk yang digunakan benar-benar serbuk

    tanaman belimbing wuluh serta tidak tercampur dengan serbuk atau bahan lain

    yang tidak diinginkan. Hasil identifikasi serbuk simplisia daun belimbing wuluh

    terlihat seperti pada Tabel III :

    Tabel III. Hasil Uji Organoleptis Serbuk Simplisia Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi

    L.)

    Uji Organoleptis Hasil

    Bentuk Serbuk

    Bau Khas daun daun belimbing wuluh

    Warna Hijau muda

    Rasa Pahit

    Gambar serbuk simplisia daun belimbing wuluh dapat dilihat di lampiran 2.

    C. Hasil Pembuatan Ekstrak Daun Belimbing Wuluh

    Hasil dari pembuatan ekstrak kental daun belimbing wuluh, dari 2000

    gram serbuk simplisia daun belimbing wuluh yang dimaserasi menggunakan

    etanol 70 % selama 5 hari dihasilkan ekstrak kental sebanyak 248,58 gram.

    Berdasarkan hasil pembuatan ekstrak tersebut maka diperoleh rendemen :

    248,58 gram/2000 gram X 100% = 12,429 %.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    D. Hasil Pemeriksaan Ekstrak Kental Daun Belimbing Wuluh

    Dilakukan pemeriksaan ekstrak kental daun belimbing wuluh dengan

    tujuan untuk mengetahui kualitas ekstrak yang didapatkan, sehingga diharapkan

    dapat memenuhi kriteria kualitas ekstrak kental yang sesuai dengan persyaratan

    yang dikehendaki. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan organoleptis.

    Hasil Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak Kental daun belimbing wuluh

    adalah sebagai berikut :

    Tabel IV . Hasil Uji Organoleptis Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi

    L.)

    Uji Organoleptis Hasil

    Bentuk Ekstrak kental

    Bau Khas daun belimbing wuluh

    Warna Hijau kecokelatan

    Rasa Pahit

    Gambar ekstrak yang diperoleh dapat dilihat lampiran 2.

    E. Perhitungan Dosis Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

    Dosis ekstrak diperoleh dari penelitian pada kucing dengan dosis 25mg/bb,

    kemudian dikalikan faktor konversi dari kucing ke manusia Eropa 13,1

    (Ngatidjan, 1990) diperoleh hasil 655 mg. Dari manusia Eropa dikonversikan

    kembali ke dosis manusia Indonesia dengan mengalikan rata-rata berat badan

    orang Indonesia dibagi dengan rata-rata berat badan orang Eropa dan didapatkan

    hasil 468 mg (Hernani et al, 2009). Dalam pembuatan, sediaan dibuat dua tablet

    sekali minum sehingga dosis yang digunakan tiap tablet 234 mg.

    F. Pembuatan Ekstrak Kering Daun Belimbing Wuluh

    Pembuatan ekstrak kering daun belimbing wuluh menggunakan aerosil

    sebesar 5% dari bobot ekstrak dan ditambahkan dengan Avicel PH 101 dan bahan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    tambahan lain yaitu Explotab dan Laktosa. Pembuatan ekstrak kering dilakukan

    di atas mortir dan stamper yang telah dipanaskan untuk membantu menguapkan

    pelarut yang mungkin masih tertinggal dalam ekstrak kental.

    G. Pembuatan Massa Tablet dengan Metode Granulasi Basah

    Pembuatan tablet dilakukan dengan menggunakan metode granulasi basah,

    yaitu dengan mencampur bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan granul

    basah, pengayakan granul kering, pencampuran bahan pelicin dan pembuatan

    tablet dengan kompresi (Ansel, 1989).

    Dalam formulasi ini digunakan mucilago Amylum maydis sebagai bahan

    pengikat dengan variasi konsentrasi 2,5%, 5% dan 7,5% untuk setiap formula.

    Penambahan mucilago Amylum maydis untuk membentuk masa yang elastis

    dalam setiap formula beratnya dikendalikan sama. Selanjutnya massa elastis

    dilewatkan pada ayakan 16 mesh dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60C

    selama 2jam. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air dalam granul.

    Setelah kering, granul tersebut diayak kembali dengan ayakan 18 mesh untuk

    menyeragamkan ukuran dan bentuk granul karena ukuran granul akan

    mempengaruhi sifat alir granul yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap

    sifat fisis tablet.

    Sebelum dilakukan proses pengeringan, masa granul elastis yang telah

    dilewatkan pada ayakan 16 mesh ditimbang beratnya untuk mengetahui berat

    granul basah. Setelah dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 60C

    diperoleh granul kering dan ditimbang kembali beratnya. Hasil dari penimbangan

    granul basah dan granul kering tersebut digunakan untuk menghitung nilai susut

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    pengeringan atau LOD (Loss On Drying). Pengertian LOD (Loss On Drying)

    adalah banyak kadar air yang hilang selama proses pengeringan, semakin tinggi

    presentase LOD maka granul akan mudah rapuh karena ikatan antar partikel

    menjadi renggang. Sebaliknya, jika % LOD semakin rendah maka granul menjadi

    lembab dan memungkinkan granul akan menempel pada cetakan mesin tablet saat

    dicetak. Hasil perhitungan % LOD dapat dilihat pada Tabel V (Lampiran 6).

    Tabel V. Pemeriksaan Susut Pengeringan (LOD)

    Pemeriksaan Berat granul basah

    (gram)

    Berat granul

    kering (gram) LOD (%)

    F0 135,87 106,23 21,74

    F1 122,83 104,32 15,07

    F2 120,95 103,50 14,42

    F3 123,62 105,98 14,36

    Keterangan :

    F0: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh tanpa bahan pengikat (menggunakan aquades)

    F1: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 2,5 %

    F2: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 5 %

    F3: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 7,5 %

    Formula kontrol memiliki % LOD paling tinggi yaitu 21,74%, diikuti oleh

    formula 1 sebesar 15,07%; formula 2 sebesar 14,42%, dan formula 3 sebesar

    14,36%. Formula 0 menunjukkan banyaknya kandungan air yang hilang saat

    pengeringan sehingga ikatan antar granulnya menjadi renggang dan menyebabkan

    granul menjadi terlalu kering dan rapuh. Sedangkan Formula 3 menunjukkan

    sedikitnya kandungan air yang hilang saat pengeringan sehingga dimungkinkan

    granul akan menjadi lebih lembab dan melekat pada cetakan pada saat

    pengempaan. Jumlah air yang hilang pada saat pengeringan berbeda-beda untuk

    setiap formula, hal ini dipengaruhi oleh kandungan air dalam masing-masing

    formula.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    37

    H. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul

    Pemeriksaan fisik terhadap granul dilakukan untuk mengetahui kualitas

    granul yang telah dihasilkan. Granul yang mempunyai sifat fisik yang baik maka

    akan menghasilkan tablet dengan kualitas yang baik pula, pemeriksaan fisik

    granul dilakukan pada granul tanpa bahan pelicin dan granul yang sudah

    ditambahkan bahan pelicin. Tujuannya mengetahui adanya kemampuan bahan

    pelicin untuk memperbaiki sifat alir granul. Pemeriksaan sifat fisik granul

    meliputi waktu alir dan sudut diam. Hasil pemeriksaan sifat fisik granul dapat

    dilihat pada Tabel VI.

    Tabel VI. Hasil Pemeriksaan Waktu Alir Granul Belimbing Wuluh Sebelum dan Sesudah

    Ditambah Pelicin

    Pemeriksaan F0 F1 F2 F3

    Waktu Alir

    (detik) tanpa pelicin 10,54 0,292 8,44 0,155 8,32 0,248 7,41 0,130

    dengan pelicin 9,57 0,169 7,49 0,081 7,47 0,210 6,25 0,046 Keterangan :

    F0: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh tanpa bahan pengikat (menggunakan aquades)

    F1: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 2,5 %

    F2: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 5 %

    F3: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 7,5 %

    1. Waktu Alir

    Waktu alir serbuk massa tablet sangat penting untuk diketahui karena

    merupakan parameter yang penting untuk mengetahui kualitas sebuk yang akan

    ditablet. Untuk 100 gram serbuk waktu alir ideal yang dibutuhkan tidak lebih dari

    10 detik (Fudholi,1983). Serbuk yang sudah diuji waktu alirnya dan menghasilkan

    waktu alir di bawah 10 detik akan menghasilkan tablet yang baik dan memenuhi

    persyaratan. Variasi bahan tambahan yang ditambahkan pada tiap-tiap formula

    diharapkan mampu memberikan perbedaan yang signifikan terhadap sifat alir dari

    masing-masing formula, karena bertambahnya bahan tambahan berupa lubrikan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    38

    dapat memperbaiki sifat alir serbuk sehingga sifat alir serbuk semakin baik. Data

    hasil penelitian sebelum penambahan bahan pelicin pada formula 1, 2, dan 3

    diperoleh hasil waktu alir tidak lebih dari 10 detik. Dengan dihasilkannya waktu

    alir di bawah 10 detik yaitu formula 1, 2 dan 3 maka semua formula tersebut

    memenuhi standar. Apabila waktu alir yang dihasilkan lebih dari 10 detik maka

    massa tablet yang akan dicetak dapat mengalami kesulitan dalam proses

    penabletan dan akan menghasilkan variasi bobot tablet yang kurang baik. Dari

    hasil pengujian waktu alir diketahui bahwa ada pengaruh konsentrasi bahan

    pengikat terhadap waktu alir granul. Formula 0 yang merupakan formula kontrol

    memiliki waktu alir lebih dari 10 detik. Hal ini berkaitan dengan penggunaan

    bahan pengikat dalam formula tersebut yang hanya menggunakan aquadest

    sebagai bahan pengikat dalam proses pembuatan massa granul. Sedangkan dari

    formula 1, 2 dan 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi bahan

    pengikat maka semakin cepat pula waktu alirnya. Selain hal ini juga waktu alir

    granul juga dipengaruhi oleh berat jenis dari masing-masing granul tiap formula.

    Berat jenis masing formula yaitu formula 0 : 0,598 g/ml; formula1 : 0,622 g/ml;

    formula 2 : 0,671 g/ml dan formula 3: 0,867 g/ml. Berat jenis granul yang tinggi

    akan cenderung memiliki waktu alir yang cepat dibandingkan dengan berat jenis

    yang kecil.

    Data hasil penelitian setelah penambahan bahan pelicin menunjukkan

    bahwa serbuk pada keempat formula mempunyai waktu alir yang memenuhi

    syarat yaitu kurang dari 10 detik dan mempunyai waktu alir lebih cepat

    dibandingkan dengan sebelum penambahan bahan pelicin. Hal ini terjadi karena

    pengaruh bahan pelicin Mg Stearat dan Talkum yang berfungsi sebagai pelicin

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    39

    sehingga granul yang dihasilkan mempunyai waktu alir yang lebih baik. Aliran

    serbuk dipengaruhi oleh bentuk, kerapatan, ukuran dan kelembaban granul.

    Gambar 1. Histogram Hubungan antara Formula dengan Waktu Alir Sebelum dan sesudah

    penambahan bahan pelicin

    Berdasarkan uji Kolmogorov-smirnov dapat diketahui bahwa data waktu

    alir serbuk sesudah diberi pelicin menunjukkan data terdistribusi normal, sehingga

    dilanjutkan uji statistik ANOVA satu jalan dengan taraf kepercayaan 95%

    menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada semua formula,

    karena nilai signifikansi < 0,05 yaitu sebesar 0,000 baik untuk waktu sesudah

    diberi bahan pelicin. Selanjutnya uji dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test yang

    menunjukkan bahwa antar formula yang satu dengan yang lain terdapat perbedaan

    yang signifikan. Dari Uji Post Hoc Test menunjukkan hampir ada perbedaan

    formula diantara semua formula kecuali formula 1 dengan formula 2. Tidak

    adanya perbedaan yang signifikan waktu alir formula 1 dan formula 2 hal ini

    dimungkinkan karena berat jenis antara formula 1 dengan formula 2 yang tidak

    jauh berbeda sehingga mempengaruhi waktu alir kedua formula yang tidak

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    F0 F1 F2 F3Wa

    ktu

    Ali

    r (D

    etik

    )

    Formula

    Waktu Alir

    tanpa pelicin

    dengan pelicin

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    40

    menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dari pengujian waktu alir dapat

    diketahui bahwa ada pengaruh penambahan Amylum maydis terhadap waktu alir.

    Semakin tinggi konsentrasi Amylum maydis maka semakin cepat waktu alirnya,

    karena ikatan granul yang semakin kuat sehingga diperoleh bentuk granul yang

    memiliki bentuk yang sferis dan terbentuk fines yang sedikit.

    2. Sudut Diam

    Sudut diam merupakan karakteristik fluiditas yang berhubungan erat dengan

    kohesifitas antar partikel penyusun serbuk. Sudut diam sendiri adalah sudut yang

    terbentuk antara permukaan tumpukan serbuk dengan bidang horizontal. Nilai

    sudut diam berkisar 25 sampai 45 dengan nilai rendah menunjukkan

    karakteristik yang lebih baik (Siregar, 2010). Hasil Pengujian sudut diam granul

    ekstrak daun belimbing wuluh dapat dilihat dibawah ini.

    Tabel VII. Hasil Pemeriksaan Susut Diam Granul Ekstrak Belimbing Wuluh Sebelum dan

    Sesudah Ditambah Pelicin

    Pemeriksaan F0 F1 F2 F3

    Sudut

    Diam (o)

    tanpa

    pelicin 31,06 0,203 30,45 0,189 30,77 0,421 29,75 0,381

    dengan

    pelicin 30,93 0,282 30,51 1,476 29,73 0,325 29,57 0,352 Keterangan :

    F0: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh tanpa bahan pengikat (menggunkan aquades)

    F1: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 2,5 %

    F2: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 5 %

    F3: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 7,5 %

    Pada tabel terlihat bahwa sudut diam yang paling kecil saat sebelum

    ditambah bahan pelicin maupun sesudah ditambah bahan pelicin adalah sudut

    diam formula 3 dan yang paling besar adalah formula 0. Besar kecilnya nilai sudut

    diam yang dihasilkan dipengaruhi oleh banyaknya fines, ukuran dan kelembaban

    granul, diameter corong, cara penuangan, dan pengaruh getaran.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    41

    Gambar 2. Histogram Hubungan antara Formula dengan Sudut Diam Sebelum dan Sesudah

    Ditambah Pelicin ( 0 )

    Dari semua formula sudut diamnya memenuhi standar sehingga secara

    teori semua formula tidak akan mengalami kesulitan pada waktu proses

    penabletan karena serbuk bersifat mudah mengalir (free flowing). Hasil uji

    Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data yang diperoleh terdistribusi

    normal dengan nilai p-value > 0,05. Selanjutnya dilakukan uji statistik Anova satu

    jalan dengan taraf kepercayaan 95%, hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat

    perbedaan yang bermakna dengan nilai signifikansi 0,194 atau lebih dari 0,05.

    Kecermatan dalam pengukuran menggunakan jangka sorong sangat menentukan

    terdistribusinya data dengan merata. Pengikat sangat mempengaruhi sudut diam,

    konsentrasi pengikat yang semakin tinggi akan menyebabkan granul memiliki

    bobot jenis yang semakin besar sehingga jumlah granul yang mengallir lebih

    sedikit dibanding dengan tanpa pengikat. Granul tanpa bahan pengikat cenderung

    memiliki berat jenis yang lebih kecil sehingga jumlah granul yang dihasilkan

    lebih banyak dan kondisi granul cenderung lembab yang menyebabkan granul

    tidak bisa menyebar tetapi saling mempel sehingga tinggi gundukan pada granul

    05

    101520253035

    F0 F1 F2 F3Sud

    ut

    Dia

    m (

    )

    Formula

    Sudut Diamsebelum + pelicin

    sesudah + pelicin

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    42

    saat pengujian juga semakin tinggi. Sudut diam berbanding lurus dengan tinggi

    granul sehingga semakin tinggi gundukan yang terbentuk maka semakin besar

    sudut diamnya.

    I. Proses Pentabletan

    Proses pencetakan tablet dilakukan dengan mesin tablet single punch.

    Sebelum mulai proses pencetakan tablet, mesin pencetak tablet single punch

    diatur sedemikian hingga diperoleh bobot tablet dan kekerasan yang diinginkan.

    Bobot tablet yang dikehendaki adalah 600 mg dengan kekerasan tablet 4-8 kg

    (Bunker and Anderson, 1985). Setelah diperoleh bobot tablet dan kekerasan yang

    diinginkan, mesin pencetak tablet single punch yang sudah diatur dengan

    kedalaman punch 0,73 cm tersebut digunakan untuk mencetak tablet dari granul

    formula kontrol, formula 1, formula 2 dan formula 3 tanpa harus dilakukan

    pengaturan ulang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui baik tidaknya tablet yang

    dihasilkan dari beberapa formula dengan konsentrasi Amylum maydis yang

    berbeda-beda dengan kedalaman punch dan tekanan yang sama untuk tiap

    formulanya.

    J. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet

    Pemeriksaan sifat fisik tablet ekstrak kemangi meliputi keseragaman

    bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    43

    Tabel VIII. Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Ekstrak Daun Belimbing Wuluh

    Pemeriksaan F0 F1 F2 F3

    Keseragaman Bobot

    (mg)

    560,96 8,7205 607,24 8,5702 606,42 9,0305 605,60 6,2703

    (CV = 1,554%) (CV = 1,411 %) (CV = 1,478 %) (CV = 1,035%) Kekerasan (kg) 2,906 0,623 4,770 0,601 5,464 0,817 5,989 0,669

    Kerapuhan (%) 0,610 0,195 0,450 0,227 0,313 0,055 0,220 0,052

    Waktu Hancur

    (menit) 4,02 1,182 8,02 1,447 11,67 1,193 12,91 1,377

    Keterangan :

    F0: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh tanpa bahan pengikat (menggunakan aquades)

    F1: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 2,5 %

    F2: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 5 %

    F3: Formula tablet ekstrak daun belimbing wuluh dengan bahan pengikat Amylum maydis 7,5 %

    1. Keseragaman Bobot dan Keseragaman Ukuran

    Keseragaman bobot adalah faktor yang penting dalam suatu proses

    produksi sediaan tablet, karena menentukan intensitas dosis obat yang masuk ke

    dalam tubuh (yang diharapkan sama), sehingga akan berpengaruh pula terhadap

    keamanan terapi dari sediaan tablet tersebut. Hasil perhitungan keseragaman

    bobot pada semua formula setelah dibandingkan dengan penyimpangan bobot

    tablet maka tidak ada satu tablet yang menyimpang lebih dari 5% dan tidak

    satupun tablet yang menyimpang bobotnya dari 10% dari bobot rata-ratanya,

    sehingga semua formula mempunyai keseragaman bobot yang memenuhi

    pe