Proposal Rio 2

38
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belak ang Kerang (Bivalvia / Pelecypoda) adalah salah satu jenis makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena mengandung kadar protei n dan kandun gan gizi (nutris i) yang tinggi sela in itu dapat pula digunakan sebagai bahan perhiasan yang mempunyai nilai ekonomis pe nting bernilai komersi al (http://WWW.Pedoman rakyat.co.id; Suwigno.S dkk, 2005). Sunga i Poh ara mer upa kan salah satu sungai di kabup aten Kon awe yang dig una kan unt uk ber bag ai per unt uka n, dia nta ran ya adalah untuk penc arian /peng ambi lan Bivalvia, dan penambangan pasir. Masyarakat yang bermukim di daerah sekitar sungai Pohara menggunakan sungai tersebut sebagai sumber mata pencaharian dan salah satunya adalah menangkap kerang di sungai lalu menjualnya kepada masyarakat. Bivalvia yang hidup di perairan ini berasal dari Famili Corbicula dengan jenis Batissa violacea celebensis. Martens. Masyar ak at se temp at mengena lnya deng an se bu tan Po ke a. Berdasarkan inf ormasi LIPI-Ci bin ong dalam Bahtiar (20 05) bahwa Pokea ini mer upakan hewan yang endemik di Sul awesi Tenggara se da ngkan su ng ai-sun ga i di Indonesi a belum ad a info rmasi ditemukannya organisme ini. 1

Transcript of Proposal Rio 2

Page 1: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 1/38

 

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerang (Bivalvia / Pelecypoda) adalah salah satu jenis makanan

yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena mengandung kadar 

protein dan kandungan gizi (nutrisi) yang tinggi selain itu dapat pula

digunakan sebagai bahan perhiasan yang mempunyai nilai ekonomis

penting bernilai komersial (http://WWW.Pedoman rakyat.co.id;

Suwigno.S dkk, 2005).

Sungai Pohara merupakan salah satu sungai di kabupaten

Konawe yang digunakan untuk berbagai peruntukan, diantaranya

adalah untuk pencarian/pengambilan Bivalvia, dan penambangan

pasir. Masyarakat yang bermukim di daerah sekitar sungai Pohara

menggunakan sungai tersebut sebagai sumber mata pencaharian dan

salah satunya adalah menangkap kerang di sungai lalu menjualnya

kepada masyarakat. Bivalvia yang hidup di perairan ini berasal dari

Famili Corbicula dengan jenis Batissa violacea celebensis. Martens.

Masyarakat setempat mengenalnya dengan sebutan Pokea.

Berdasarkan informasi LIPI-Cibinong dalam Bahtiar (2005) bahwa

Pokea ini merupakan hewan yang endemik di Sulawesi Tenggara

sedangkan sungai-sungai di Indonesia belum ada informasi

ditemukannya organisme ini.

1

Page 2: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 2/38

 

Selain sebagai sumber mata pencaharian, sungai Pohara juga

digunakan sebagai tempat pembuangan limbah manusia dan juga

limbah rumah tangga. Limbah yang masuk ke sungai akan

menyebabkan terjadinya pencemaran dan mempengaruhi spesies

hewan air tawar khususnya Bivalvia yang mempunyai habitat di

sungai tersebut, karena kemungkinan besar limbah yang ada di

sungai itu mengandung mikroorganisme yang bersifat patogen,

dimana Salmonella adalah salah satu bakteri yang bersifat patogen

bagi manusia (Bahtiar, 2005). Adapun keberadaan mikroba

khususnya Salmonella dalam makanan dan minuman berdasarkan

keputusan Direktorat Jenderal POM Nomor : 03726/B/SK/VII/89

tentang batas maksimum cemaran mikroba dalam makanan

menyatakan bahwa makanan (bahan baku maupun hasil olahannya)

tidak boleh mengandung Salmonella.

Bivalvia merupakan sumber infeksi apabila hidup pada air 

yang terkontaminasi oleh bakteri Salmonella (Jawetz, Melnick,

Adelberg’s, 2001), terinfeksinya manusia oleh bakteri Salmonella

hampir selalu disebabkan karena mengkonsumsi makanan dan

minuman tercemar. Salmonella ini apabila tertelan dan masuk

kedalam tubuh akan menimbulkan gejala Salmonellosis. berbagai

penyakit infeksi yang ditimbulkan oleh Salmonella adalah

gastroenteritis, infeksi sistemik, Bakteremia, dan demam enterik

(Jawetz, Melnick, Adelberg’s, 2005).

Page 3: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 3/38

 

3

Salmonellosis, terutama demam enterik masih merupakan

masalah kesehatan di Indonesia, sebanyak 12,5 juta orang penduduk

dunia terserang demam enterik setiap tahunnya. Di Indonesia angka

kejadian demam enterik mencapai 3 - 5 kasus per 1.000 penduduk

setiap tahunnya dengan angka kematian mencapai 10%

(WWW.Media Indonesia.Com 2004).

Makanan dan minuman yang terkontaminasi merupakan

mekanisme transmisi kuman Salmonella, makanan yang biasanya

tercemar meliputi kue-kue yang mengandung saus susu, daging

cincang, sosis unggas, daging panggang, telur, dan kerang-kerangan.

Salmonella dapat tersebar diantara sesama manusia lewat tangan

orang yang terkena Salmonella dan juga bisa dari unggas peliharaan

kepada manusia (Irianto, K 2006).

Untuk mencegah terpaparnya seseorang dengan Salmonella

maka perlu dilakukan pencegahan yang terbaik diantaranya memasak

makanan dengan baik, memperhatikan faktor kebersihan pribadi dan

lingkungan, pembuangan sampah dan khlorinasi air minum.

Mencermati latar belakang di atas, penulis berkeinginan untuk

meneliti keberadaan Salmonella sp. pada kerang Pokea di Desa

Pohara, Kabupaten Konawe.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat Salmonella sp. pada kerang Pokea (Batissa

3

Page 4: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 4/38

 

violacea celebensis, Martens) di Desa Pohara Kabupaten Konawe?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui keberadaan Salmonella sp. pada kerang

Pokea (Batissa violacea celebensis. Martens).

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk menentukan keberadaan Salmonella sp. pada kerang

Pokea (Batissa violacea celebensis. Martens) di Desa Pohara

Kabupaten Konawe.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti mengenai

pencemaran lingkungan dan bakteri Salmonella sp.

1.4.2 Institusi

Menambah referensi bagi akademik dan sebagai bahan acuan

untuk peneliti selanjutnya

1.4.3 Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat setempat dan para

konsumen mengenai kualitas kerang Pokea di Desa Pohara

Page 5: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 5/38

 

5

Kabupaten Konawe.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL

2.1 Tinjauan Umum Salmonella

2.1.1 Pengertian

Salmonella merupakan bakteri patogen bagi manusia

yang menyebabkan Gastroenteritis, demam enterik, bakteremia

dan carrier yang asimptomatik.

Terinfeksinya manusia oleh Salmonella hampir selalu

disebabkan mengkonsumsi makanan dan minuman tercemar 

yang masuk melalui mulut dan kemudian menyerang saluran

gastrointestinal yang mencakup perut, usus halus, dan usus

besar atau kolon.

2.1.2 Klasifikasi

Salmonella diklasifikasikan dalam 3 spesies yang

5

Page 6: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 6/38

 

merupakan genus dari Enterobaktericeae yaitu : 1. Salmonella

choleraesuis, 2. Salmonella typhy , 3. Salmonella enteritidis

(Jawetz, Melnick, & Adelberg’s, 2005).

2.1.3 Morfologi dan Sifat-sifat Salmonella

Kuman berbentuk batang, tidak berspora pada

pewarnaan gram bersifat Gram negatif, dengan diameter 0,5-

0,8 mikron dan panjang 1-3,5 mikron, besar koloni rata-rata

2 - 4 mm, mempunyai flagel peritrikh.

Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif 

anaerob, pada suhu 15 - 41°C (suhu pertumbuhan optimum

37,5°C) dan pH pertumbuhan 6 - 8. kuman Salmonella dikenal

dengan sifat-sifat ; gerak positif, reaksi fermentasi terhadap

manitol dan sorbitol positif dan memberikan hasil negatif pada

reaksi indol, urease, Voges Proskauer, reaksi fermentasi

terhadap sucrose, lactose, Pada media cair membentuk

kekeruhan yang merata (Sujudi, 1993).

2.1.4 Struktur Antigen

2.1.4.1 Antigen O

Disebut juga Antigen Somatik, Antigen ini tahan

terhadap pemanasan 100°C, tahan alkohol dan asam,

bersifat endotoksin dan mempunyai efek menimbulkan

Page 7: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 7/38

 

7

toksis, Antibody yang dibentuk terutama IgM.

2.1.4.2 Antigen H

Disebut juga Antigen flagel, Antigen ini rusak pada

pemanasan di atas 60°C, tidak tahan dengan alkohol

dan asam, Antibody yang dibentuk bersifat IgG.

2.1.4.3 Antigen Vi

Disebut juga Antigen kapsul, Antigen Vi adalah

polimer dari polisakarida yang bersifat asam, Terdapat

pada bagian yang paling luar dari badan kuman. Dapat

dirusak dengan pemanasan 60°C selama 1 jam, Tidak

tahan fenol dan asam dan cenderung lebih virulen baik

terhadap binatang maupun manusia (Sujudi, 1993).

2.1.5 Resistensi

Salmonella mati pada suhu 56°C juga pada keadaan

kering. Dalam air bisa tahan selama 4 minggu, Hidup subur 

pada medium yang mengandung garam empedu, tahan

terhadap zat warna hijau brillian dan senyawa Natrium

tetrationat dan Natrium deoksikholat.

2.1.6 Patogenitas

Salmonella typhy, Salmonella choleraesuis dan

7

Page 8: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 8/38

 

Salmonella paratyphy A dan Salmonella paratyphy B

merupakan penyebab infeksi utama pada manusia,

Kebanyakan Salmonella merupakan patogen pada binatang

yang merupakan reservoir infeksi pada manusia.

Salmonellosis adalah istilah yang menunjukkan adanya

infeksi oleh kuman Salmonella, Organisme masuk melalui oral

biasanya dengan mengkontaminasi makanan atau minuman,

Manifestasi klinik Salmonellosis pada manusia dapat dibagi

dalam 4 sindrom yakni : Gastroenteritis, Demam Enterik,

Bakteremia, Carrier (Sujudi, 1993).

2.1.6.1 Gastroenteritis

Walaupun disebut sebagai sindroma keracunan

makanan, Penyakit ini sebenarnya suatu infeksi usus,

penyebab gastroenteritis yang paling sering adalah

Salmonella enteritidis. Masa inkubasi penyakit ini

berkisar antara 12 - 48 jam atau lebih, Gejala yang

timbul pertama kali adalah mual dan muntah yang

mereda dalam beberapa jam, kemudian diikuti dengan

nyeri abdomen, demam,. Diare merupakan gejala

yang paling menonjol, pada kasus yang berat dapat

berupa diare yang bercampur darah. Penderita sering

kali sembuh dengan sendirinya dalam waktu 1 – 5

Page 9: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 9/38

 

9

hari, tetapi kadang-kadang dapat menjadi berat

dimana terjadi gangguan keseimbangan elektrolit dan

dehidrasi.

2.1.6.2 Demam Enterik

Adalah penyakit demam akut yang disebabkan

oleh kuman Salmonella typhi, Penyakit ini dapat pula

disebabkan oleh Salmonella enteritidis bioserotip

paratyphy A dan S. Sebanyak 50% orang dewasa

menjadi sakit bila menelan 107 kuman. Salmonella yang

termakan mencapai usus halus dan masuk ke saluran

getah bening lalu ke aliran darah. Kemudian bakteri

dibawa oleh darah menuju berbagai organ, termasuk

usus, Organisme ini berkembang biak dalam jaringan

limfoid dan diekskresi dalam tinja.

Setelah masa inkubasi 10 -14 hari, timbul

demam, lemah, sakit kepala, konstipasi, bradikardia, dan

mialgia, demam sangat tinggi, dan limpa serta hati

membesar.

2.1.6.3 Bakteremia

Biasanya ini disebabkan oleh Salmonella

choleraesuis, Gejala yang menonjol adalah panas dan

bakteremia intermiten, Setelah infeksi melalui mulut,

9

Page 10: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 10/38

 

terjadi invasi dini terhadap darah ( dengan kemungkinan

lesi fokal di paru-paru, tulang, dan selaput otak ), tetapi

sering tidak ada manifestasi usus.

2.1.6.4 Carrier 

Penderita yang telah sembuh tetapi Salmonella

masih ada dalam kandung empedu yang setiap saat

dikeluarkan melalui tinja, sehingga merupakan sumber 

penularan.

2.1.7 Epidemiologi

Salmonellosis, terutama demam tifoid masih merupakan

masalah kesehatan di Indonesia. Angka kesakitan demam tifoid

di Indonesia mencapai 3 – 5 kasus per 1.000 penduduk setiap

tahunnya dengan angka kematian mencapai 10%

(WWW.Media Indonesia.com 2004)

Makanan dan minuman yang terkontaminasi

merupakan mekanisme transmisi kuman Salmonella.

Khususnya Salmonella typhy, carrier manusia adalah sumber 

infeksi, Salmonella typhy bisa berada dalam air, es, debu,

sampah kering, Bila organisme ini masuk kedalam lingkungan

yang cocok (daging, kerang) akan berkembang biak mencapai

dosis infektif.

Page 11: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 11/38

 

11

Kotoran penderita baik pada masa aktif maupun

konvalensi dapat menjadi sumber penularan. Pencemaran

silang dapat terjadi kalau Salmonella mencemari makanan siap

santap, Salmonella bisa tersebar diantara sesama manusia

lewat tangan orang yang terkena Salmonella, juga bisa dari

hewan ke manusia.

Tiga persen penderita tifoid yang tetap hidup menjadi

pembawa kuman yang tetap, menyimpan kuman dalam

kandung empedu, saluran empedu, dalam usus atau saluran

kemih.

2.1.8 Identifikasi Salmonella

Diagnosis yang pasti bagi penyakit ini bergantung pada

terisolasinya bakteri dari tinja. penggunaan media yang selektif 

atau diffrensial merupakan prosedur rutin. Identifikasi

mikrobanya kemudian dilakukan dengan metode-metode

biokimia dan serology (Gani, A., 2003).

2.1.8.1 Media pemupuk

Sampel ditanam pada media selenite broth atau

tetrathionate broth, dimana keduanya menghambat

pertumbuhan bakteri saluran usus normal tetapi

mempercepat pertumbuhan Salmonella, Sesudah

diinkubasi 24 jam bakteri ditanam pada media

11

Page 12: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 12/38

 

differensial dan media selektif.

2.1.8.2 Media differensial

Media diffrensial adalah media yang dipakai

untuk identifikasi bakteri menurut sifat-sifat biokimia

bakteri yang bersangkutan. Media yang dipakai dalam

pembenihan bakteri adalah Mac Concey, media ini

mengandung laktosa dan merah netral sebagai

indikator, sehingga bakteri yang meragikan laktosa

tumbuh dengan koloni berwarna merah dan dapat

dibedakan dengan bakteri yang tidak meragikan laktosa

karena tumbuh sebagai koloni yang tidak berwarna.

Salmonella akan tumbuh dengan koloni yang tidak

berwarna, cembung, tepi rata, permukaan rata dengan

diameter < 2 mm, waktu inkubasi 24 jam.

2.1.8.3 Media Selektif 

Media selektif adalah media yang ditumbuhi

bakteri tertentu karena mengandung penghambat

pertumbuhan lain. Media selektif untuk isolasi

Salmonella adalah Salmonella Shigella Agar , yang

hanya menumbuhkan Salmonella dan Shigella. Media

ini mengandung garam empedu dan Brilliant green

sebagai bahan penghambat bakteri gram positif dan

Page 13: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 13/38

 

13

menekan pertumbuhan basil patogen non enterik.

Koloni spesies berbentuk koloni cembung, tepi rata

dengan diameter < 2 mm, tidak berwarna, waktu

inkubasi 24 jam.

2.1.8.4 Identifikasi Akhir 

Koloni dari perbenihan padat diidentifikasi dengan

tes biokimia. Media yang digunakan untuk reaksi

biokimia adalah (Gani, A., 2003) :

2.1.8.4.1 Fermentasi Karbohidrat (Glukosa, Lactose,

Sucrose, Maltose)

Sejumlah kuman dapat

memfermentasikan gula-gula (jenis

karbohidrat) dengan atau tanpa pembentukan

gas, dan ada yang tidak meragikan glukosa

sama sekali. Jika terjadi fermentasi maka

media akan terlihat berwarna kuning karena

perubahan pH menjadi asam dan gas.

2.1.8.4.2 Tes KIA ( Kliger’s Iron Agar )

Digunakan untuk mengetahui

pertumbuhan jenis kuman tertentu, dengan

13

Page 14: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 14/38

 

melihat kemampuan bakteri memfermentasi

glucose, Lactose serta terbentuknya gas dan

H2S. Salmonella pada medium ini akan

membentuk reaksi alkali (merah) pada

permukaan agar, reaksi asam (kuning) pada

dasar dan mungkin terbentuk gas pada

bagian bawah tabung, serta mungkin

terbentuk H2S yang ditandai timbulnya warna

hitam. Reaksi alkali pada permukaan

menunjukkan bahwa lactose tidak

difermentasikan dan Salmonella, reaksi

asam pada dasar tabung menunjukkkan

terjadinya fermentasi glucose (Gani, A.,

2003).

2.1.8.4.3 Triple Sugar Iron Agar (TSIA)

Media ini mengandung 3 jenis

karbohidrat yaitu : Glukosa, Laktosa,

Sukrosa dan Ferrisulfat untuk mendeteksi

H2S, protein dan indikator fenol red.

Salmonella bersifat alkali acid, alkali

terbentuk karena adanya proses oksidasi

dekarboksilasi protein membentuk amina

Page 15: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 15/38

 

15

yang bersifat alkali, dengan adanya fenol

red. Maka terbentuk warna merah. Adanya

warna kuning disebabkan karena Salmonella

mamfermentasi glukosa yang bersifat asam.

2.1.8.4.4 Sulfur Indol Motility (SIM)

Media ini merupakan perbenihan semi

solid yang digunakan untuk mengetahui

Motility (gerakan), Indol dengan

penambahan reagens kovac dan

pembentukan H2S. Salmonella tidak

membentuk Indol dan Motility positif.

2.1.8.4.5 Citrat

Pada media ini bakteri akan

menghasilkan Natrium karbonat yang

bersifat alkali yang berwarna biru dengan

adanya indikator Brom thymol blue, Media ini

digunakan sebagai sumber karbon bagi

bakteri. Namun Salmonella tidak

memanfaatkan citrate sehingga pada

penanaman media ini hasilnya negatif.

15

Page 16: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 16/38

 

2.1.8.4.6 Urea

Pada media ini bakteri yang dapat

menghidrolisis urea dan menghasilkan

amoniak ditandai dengan terbentuknya

warna merah karena adanya indikator Fenol

red. Salmonella pada media ini memberikan

hasil negatif.

2.1.8.4.7 Methyl Red

Media ini digunakan untuk mengetahui

bakteri yang mampu memproduksi asam

kuat sebagai hasil fermentasi glukosa dalam

media ini, yang dapat ditunjukkan dengan

penambahan larutan methyl red. Salmonella

pada penambahan methyl red membentuk

warna merah.

2.1.8.4.8 Vogas Proskauer 

Bakteri tertentu dapat menghasilkan

acetyl methyl carbinol dari fermentasi

glukosa yang dapat diketahui dengan

penambahan larutan (KOH) 40%. dan

α Naftol Pada media ini Salomonella

Page 17: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 17/38

 

17

memberikan hasil negatif.

2.1.9 Pencegahan

Pada taraf masyarakat luas, tindakan sanitasi harus

dilakukan untuk mencegah kontaminasi makanan dan air oleh

hewan pengerat atau hewan lain yang mengeluarkan

Salmonella. Unggas, daging, dan telur yang terinfeksi harus

dimasak dengan sempurna. pembawa bakteri tidak boleh

membuat atau menyediakan makanan, penyimpanan makanan

pada suhu lemari es yang sesuai, kebersihan pribadi yang baik

serta hidup dengan cara-cara yang memenuhi syarat

kesehatan (Irianto, K., 2007).

2.2 Tinjauan Umum Mollusca

Mollusca adalah salah satu hewan yang hidup di air tawar, dasar 

laut, danau, kolam atau sungai. Hewan-hewan ini dibagi menjadi dua

kelompok utama yakni yang bercangkang dan yang tidak

bercangkang. Jenis Mollusca yang umum dikenal ialah siput, kerang,

dan cumi-cumi, gurita, tiram. Mollusca mempunyai bentuk tubuh yang

sangat beraneka ragam, dari bentuk silindris seperti cacing dan tidak

mempunyai kaki maupun cangkang, sampai bentuk hampir bulat

tanpa kepala dan tertutup dua keping cangkang besar. Oleh sebab itu

berdasarkan bentuk tubuh, dan jumlah cangkang, serta beberapa sifat

17

Page 18: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 18/38

 

lainnya filum Mollusca dibagi 8 kelas : Neomeniomorpha,

Monoplacophora, Polyplacophora, Gastropoda, Pelecypoda,

Scaphopoda, dan Cephalopoda (Suwignyo, S., 2005).

2.3 Tinjauan Umum Kerang Pokea ( Batissa violacea celebensis,

Martens )

Kerang (Bivalvia) adalah salah satu kelas dari Mollusca yang

hidup di air tawar, karena mempunyai cangkang yang disebut

tangkup (valve) dan dua buah jumlahnya maka kelas ini dinamakan

Bivalvia.

Kerang (Batissa violacea celebensis Martens) di klasifikasikan

ke dalam :

Phylum : Mollusca

Class : Lamellibranchia

Family : Corbiculidae

Spesies : Batissa violacea celebensis 

Batissa violacea celebensis. Martens Merupakan Bivalvia

yang hidup di perairan sungai Pohara dan berasal dari Famili

Corbiculidae oleh masyarakat setempat mengenalnya dengan

sebutan Pokea. Batissa violacea adalah Mollusca air tawar yang

secara geografik daerah penyebarannya di Indonesia belum

Page 19: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 19/38

 

19

diketahui secara pasti karena belum adanya informasi tentang

organisme ini, Namun berdasarkan informasi yang dihimpun LIPI

(2005) bahwa organisme ini merupakan endemik Sulawesi terkhusus

Sulawesi Tenggara. Penyebaran organisme ini hanya terdapat di

sungai Pohara yang masih termasuk dalam jazirah Sulawesi

(Bahtiar, 2005).

2.3.1 Daur hidup Kerang Pokea (Batissa violacea celebensis,

Martens)

Kerang Batissa violacea umumnya merupakan hewan

yang ditemukan pada kondisi hermaprodit dan larvanya

diinkubasi dalam cangkang, Aktivitas reproduksi kerang,

meliputi gametogenesis yang diikuti dari pelepasan gamet

sampai pembuahan. sel telur yang telah dibuahi akan

berkembang menjadi larva yang dierami dalam marsupial

induk, Selama masa pengeraman berlangsung penyaluran

senyawa kalsium dari induk kepada larva kerang, yang

digunakan untuk membentuk cangkang larva (Bahtiar, 2005).

Stadium perkembangan larva yang terjadi pada Corbicula

yaitu :

Stadium 1 Larva awal, Tampak berupa massa sel yang

berbentuk spheroid sampai elips dan masih

terbungkus di dalam membrane vitelin.

19

Page 20: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 20/38

 

Stadium 2 Larva sedang berkembang tampak ada otot

aduktor berupa pita melintang di bagian tengah

larva. Pada larva yang lebih berkembang tampak

invaginasi dari mental larva.

Stadium 3 Larva matang tampak ada invaginasi dan

cangkang larva, Larva matang sudah bebas dari

membrane vitelin, memiliki gigi dan tampak ada

benang bysus, larva yang telah matang akan

dilepaskan oleh induk kemudian larva tersebut

terbawa arus dan selanjutnya menjadi kerang

muda yang telah lengkap strukturnya dan telah

dapat membuka dan menutup cangkang serta

memanjangkan kakinya dan kemudian

melepaskan diri dari inang dan hidup di dasar 

perairan sampai sampai menjadi hewan dewasa

(Bahtiar, 2005).

2.3.2 Struktur Tubuh Kerang Pokea (Batissa violacea celebensis,

Martens)

Tubuh Bivalvia pipih secara lateral dan seluruh tubuh

tertutup dua keping cangkang yang berhubungan dibagian

dorsal dengan adanya hinge ligament, Periostrakum

merupakan lapisan cangkang bivalvia paling luar, dan menutupi

Page 21: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 21/38

 

21

lapisan kapur. Lapisan kapur tersebut terdiri dari aragonit atau

campuran aragonite dan calcite.

Mantel pada Bivalvia berbentuk jaringan yang tipis dan

lebar, menutupi seluruh tubuh dan terletak di bawah cangkang.

Pada tepi mantel terdapat tiga lipatan dalam, tengah, dan luar.

Lipatan dalam adalah yang paling tebal, dan berisi otot radial

dan otot melingkar, lapisan tengah mengandung alat indra,

lapisan luar sebagai penghasil cangkang. Rongga mantel luas

dan insang biasanya besar sekali karena selain berfungsi

sebagai alat pernafasan, juga sebagai pengumpul makanan.

Kaki Bivalvia berbentuk pipih secara lateral dan

mengarah ke anterior. Gerak kaki menjulur diatur oleh

kombinasi tekanan darah dan otot protraktor anterior, dan gerak

menarik kaki ke dalam cangkang oleh sepasang otot retraktor 

anterior dan posterior untuk merayap dalam substrat lumpur 

pasir (Suwignyo, S., 2005).

2.3.3 Sistim Pencernaan dan pernapasan Kerang Pokea ( Batissa

violacea celebensis, Martens )

Saluran pencernaan pada Bivalvia terdiri atas mulut,

esophagus yang pendek, lambung yang dikelilingi kelenjar 

pencernaan, usus, rectum, dan anus. makanan yang

terbungkus lendir dari mulut masuk lambung melalui

21

Page 22: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 22/38

 

esophagus, lambung berfungsi memisahkan makanan dari

gulungan lender, partikel makanan yang halus mula-mula

dicerna dengan amylase untuk dilanjutkan dengan pencernaan

intracellular. Makanan yang tidak dapat dicerna disalurkan oleh

minor typhosole ke usus, usus dan rectum berfungsi

menjadikan sisa pencernaan (feces) ke dalam bentuk pellet,

pellet dibuang keluar melalui sifon ekshalant (Suwigno, 2005).

Batissa violacea celebensis bernafas dengan sepasang

insang dan mantel, yang berfungsi sebagai penyaring aktif yang

mengambil oksigen dan bahan organik dari air dan menolak

apa saja yang dapat menyumbat alat penyaring itu, Insang

melekat pada organ-organ dalam di bagian depan, dan bagian

ujungnya bebas di dalam rongga mantel, insang terdiri dari satu

sumbu longitudinal yang di gunakan sebagai tempat

tergantungnya dua lembaran yang terdiri dari benang-benang

berbulu getar (Romitrohtarjo, K., 2007).

2.3.4 Kandungan Gizi dan Peran Kerang Pokea (Batissa violacea

celebensis, Martens) Bagi manusia dan Lingkungan

Kerang Pokea merupakan salah satu jenis kerang-

kerangan yang mempunyai nilai ekonomi penting. di samping

rasanya lezat , kerang Pokea ini juga mengandung kadar 

protein yang tinggi, yakni ± 21,9 %.

Page 23: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 23/38

 

23

Tabel 2.1 Kandungan gizi dalam setiap 100 gram Pokea

( Rukmana, 1991)

No Jenis kandungan gizi Jumlah1 Kalori 59,00 kal2 Protein 8,00 gram3 Lemak 1,10 gram4 Karbohidrat 3,60 gram5 Kalsium 133,00 mg6 Fosfor 170,00 mg7 Zat besi 1,10 mg

8 Vitamin. A 300,00 S.I9 Vitamin B

10,01 mg

10 Air 85,00 mg 

Selain itu daging kerang Pokea juga mengandung suatu

zat yang membantu memperlancar kerja hati dalam tubuh

manusia, Ekstrak daging kerang Pokea efektif sebagai

antirematik dan penyakit radang sendi. Selain sebagai bahan

makanan bergizi hewan ini dimanfaatkan sebagai hiasan

dinding, dan perhiasan wanita (Rukmana, R., 1991).

2.4 Alur Pikir 

Limbah manusia dan limbah rumah tangga yang dibuang ke

sungai Pohara kemungkinan besar akan menyebabkan terjadinya

pencemaran dan mempengaruhi spesies hewan air laut, karena

limbah yang ada di sungai itu mengandung mikroorganisme yang

bersifat patogen dimana salmonella adalah salah satu bakteri yang

bersifat patogen bagi manusia. Salmonella yang hidup di sungai akan

23

Page 24: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 24/38

 

Salmonella sp

 

Limbah Manusia Limbah Rumah Tangga

masuk ke dalam kerang Pokea dan kemudian kerang Pokea yang

mengandung Salmonella akan di konsumsi oleh manusia. Salmonella

ini apabila tertelan dan masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan

gangguan kesehatan pada manusia misalnya gastroenteritis atau

sindroma keracunan makanan dengan gejala mual, muntah, dan

diare. Salmonella dapat juga menyebabkan demam enterik dengan

menifestasi klinik demam, sakit kepala, limpa serta hati membesar,

selain itu dapat juga menyebabkan bakteremia yang di tandai dengan

lesi fokal di paru-paru, tulang, dan selaput otak.

2.5 Kerangka Konseptual

Page 25: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 25/38

 

Gangguan Kesehatan pada Manusia

 

Kerang Pokea

 

Sungai Pohara25

 

Gambar 2.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB 3

25

Page 26: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 26/38

 

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

penelitian yang dilakukan merupakan observasi yang bersifat

deskriptif yaitu bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau

mendapatkan keterangan tentang keberadaan dari Salmonella sp.

pada kerang Pokea yang berasal dari Desa Pohara Kabupaten

Konawe Sulawesi tenggara.

3.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel, Teknik Pengambilan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah kerang Pokea yang

berasal dari Desa Pohara Kabupaten Konawe Sulawesi

Tenggara.

3.2.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian kerang yang

berasal dari Desa Pohara Kabupaten Konawe Sulawesi

Tenggara.

3.2.3 Teknik Pengambilan dan Besar Sampel

Sampel pada penelitian ini diambil dengan cara teknik

Porposive sampling yaitu melalui suatu proses pengambilan

pada masing – masing komunitas, sesuai dengan jumlah yang

Page 27: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 27/38

 

27

dibutuhkan untuk penelitian. Besar sampel yang digunakan

adalah representatif.

3.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

3.3.1 Variabel Penelitian

3.3.1.1 Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kerang

Pokea.

3.3.1.2 Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Salmonella

sp.

3.3.2 Defenisi Operasional

1. Identifikasi adalah suatu upaya atau proses pemeriksaan

secara laboratorik untuk menentukan spesies Salmonella

pada kerang Pokea.

2. Salmonella sp. adalah Kuman berbentuk batang, tidak

berspora pada pewarnaan gram bersifat Gram negatif, dan

merupakan bakteri patogen bagi manusia yang

menyebabkan Gastroenteritis, demam enterik, bakteremia

dan carrier yang asimptomatik.

3. Kerang Pokea adalah salah satu kelas dari Mollusca yang

hidup di air tawar, yang dikonsumsi sebagai bahan

makanan oleh masyarakat karena mengandung kadar 

27

Page 28: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 28/38

 

protein dan kandungan gizi (nutrisi) yang tinggi selain itu

dapat pula digunakan sebagai bahan perhiasan yang

mempunyai nilai ekonomis penting bernilai komersial

3.4 Alat, Sampel, dan Bahan Penelitian

3.4.1 Alat

Cawan petri, Incubator, Bunsen, Kaca objek, Ose, Nald,

Jembatan pewarnaan, Pipet tetes, Mikroskop, Tabung reaksi,

Kapas, Penjepit kayu, Rak tabung.

3.4.2 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan adalah kerang Pokea

3.4.3 Bahan Penelitian

Selenite broth, Media SSA (Salmonella Shigella Agar),

Carbol gentian violet, Lugol, Fuchsin, Alkohol 96%, Oil emersi,

TSIA, Simmon citrate, Urea, MR (Metil Red), VP (Vogas

Proskauer), Media biokimia SIM (Sulfur Indol Motility), Media

Gula-gula (Lactose,Sucrose,Maltose,Glukose), NaCl 0,85 %.

3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Page 29: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 29/38

 

29

3.5.1 Lokasi

Lokasi pengambilan sampel adalah disungai Pohara

Desa Pohara Kabupaten Konawe. Sedangkan lokasi

pemeriksaan dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan

Kendari, Sulawesi Tenggara.

3.5.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian direncanakan pada bulan juni 2009.

3.6 Prosedur Pemeriksaan

3.6.1 Metode

Prosedur kerja yang digunakan berdasarkan buku

panduan Balai Laboratorium Kesehatan (Gani, A., 2003).

3.6.2 Perlakuan Sampel

Daging kerang Pokea dikeluarkan dari cangkangnya

ditambahkan Aquadest streril kemudian di hancurkan dengan

menggunakan blender Stomacher 80.

3.6.3 Penanaman pada Media Pemupuk

Sampel dimasukkan ke dalam media Selenite broth

29

Page 30: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 30/38

 

kemudian di inkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Hasil

positif jika terjadi kekeruhan.

3.6.4 Penanaman pada Media Selektif 

Bakteri yang tumbuh pada media Selenite broth diambil

satu mata ose dengan menggunakan ose steril kemudian

ditanam pada media Salmonella Shigella Agar, Inkubasi pada

suhu 37°C selama 24 jam. Hasil pengamatan koloni nampak

bening dan tidak berwarna, bentuk koloni cembung, tepi rata,

permukaan rata, dengan diameter kurang dari 2 mm. Koloni

tersangka dibuat preparat dan dicat dengan pengecatan gram

serta dilanjutkan penanaman pada media KIA/TSIA dan media

biokimia.

3.6.5 Pembuatan preparat

Kaca objek dibersihkan, Dengan menggunakan ose

diambil NaCL 0,85% dan diletakkan dibagian tengah kaca

objek, Diambil kuman dengan menggunakan ose pada biakan

Bakteri, kemudian campur dengan NaCL 0,85% sehingga

merata dan diperoleh sediaan yang agak tipis, Preparat

dibiarkan mengering kemudian fiksasi diatas api.

3.6.6 Pengecatan Gram

Page 31: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 31/38

 

31

Preparat yang telah difiksasi dan telah dingin diletakkan

diatas jembatan pewarnaan, Dicat dengan larutan karbol

Gentian violet selama 2 – 3 menit, Dicuci dengan air, Diberikan

larutan Lugol selama 1 menit, Sediaan dicuci dengan Alkohol

96% sampai zat warna hilang, Dicuci dengan air, Dicat dengan

larutan fuksin selama 15 detik, Dicuci dengan air kemudian

dikeringkan, Diberikan 1 tetes oil imersi  lalu diperiksa pada

mikroskop dengan menggunakan lensa objektif 100x, Hasil

pengamatan Gram negatif jika hasil pewarnaan berwarna

merah, Gram positif jika pewarnaan berwarna ungu.

3.6.7 Penanaman pada Media TSIA

Gunakan Nald steril ambil sedikit koloni kuman yang

dicurigai, Di inokulasi kedalam media TSIA dengan dengan

cara menusukkan ose sampai kedasar media, Kemudian ose

dicabut dan langsung digoreskan secara zig zag pada

permukaan media tersebut, Tabung ditutup dengan

menggunakan kapas steril inkubasi pada suhu 37°C selama 24

 jam.

3.6.8 Tes pada Media SIM

Dengan Nald yang steril, diambil sedikit koloni pada

media TSIA dan di inokulasi dalam media SIM dengan

menusukkan tegak lurus ke dalam agar hingga hampir 

31

Page 32: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 32/38

 

mencapai dasar tabung, di inkubasi 37 0C.

3.6.9 Tes pada Media SCA

Dengan Nald steril, koloni bakteri dari media TSIA

diambil dan diinokulasi pada media Citrate, di inkubasi pada

suhu 37 0C selama 24 jam.

3.6.10 Tes pada Media Urea

Dengan Nald steril, koloni bakteri dari TSIA diambil dan

diinokulasi pada media urea, di inkubasi pada suhu 370C

selama 24 jam.

3.6.11 Tes pada Media Methyl Red

Dengan ose steril ambil koloni bakteri dari TSIA,

inokulasi pada medium, di inkubasi pada suhu 370C selama 24

 jam, ditambahkan 2 - 3 tetes reagen methyl red.

3.6.12 Tes Pada Media Voges Proskauer 

Dengan ose steril diambil koloni dari TSIA, inokulasi

pada medium, di inkubasi pada suhu 37 0C selama 24 jam, di

tambahkan 4 tetes larutan KOH 40% dan 12 tetes

larutan α Naftol, dikocok pelan sampai tercampur hasil

terjadi setelah 15 menit.

3.7 Karakteristik Pertumbuhan Salmonella sp.

Page 33: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 33/38

 

33

3.7.1 Pada Media Salmonella Shigella Agar 

Bentuk koloni cembung, tepi rata, permukaan rata,

nampak bening, tidak berwarna, kecil, smooth, dan jernih.

3.7.2 Pada Tes Biokimia

3.7.2.1 Salmonella typhi 

TSIA : Alkali acid, Gas (-), H2S (+)

SIM : Sulfur(-), Indol (-), Motility (+)

Urea : (-) MR : (+)

VP : (-) Sitrat : (-)

Glukosa : (+) Laktosa : (-)

Sukrosa : (-) Maltosa : (+)

3.7.2.2 Salmonella paratyphi A

TSIA : Alkali acid, Gas (+), H2S (-)

SIM : Sulfur (-), Indol (-), Motility (+)

Urea : (-) MR : (+)

VP : (-) Sitrat : (-)

Glukosa : (+/gas) Laktosa : (-)

33

Page 34: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 34/38

 

Sukrosa : (-) Maltosa : (+)

3.7.2.3 Salmonella parathyphi B

TSIA : Alkali acid, Gas (+), H2S (+)

SIM : Sulfur (-), Indol (-), Motility (+)

Urea : (-) VP : (-)

Sitrat : (-) MR : (+)

Glukosa : (+/gas) Laktosa : (-)

Sukrosa : (-) Maltosa : (+)

3.7.2.4 Salmonella  parathyphi C

TSIA : Alkali acid, Gas (-), H2S (+)

SIM : Sulfur (-), Indol (-), Motility (+)

Urea : (-) MR : (+)

VP : (-) Sitrat : (-)

Glukosa : (+/gas) Laktosa : (-)

Sukrosa : (-) Maltosa : (+)

Page 35: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 35/38

 

Salmonella

Shigella Agar

 

Selenite broth

 

Kerang Pokea35

 

3.8 Skema Kerangka Operasional

 

Inkubasi 35°C - 37°

18 – 24 jam

Inkubasi 35°C - 37°

18 – 24 jam

35

Page 36: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 36/38

 

Kesimpulan

 

Hasil Hasil

 

Tes Biokimia

 

TSIAPewarnaan Gram

  Inkubasi 35°C - 37°

18 – 24 jam

  Inkubasi 35°C - 37°

18 – 24 jam

 

Gambar 3.1 Skema Kerangka Operasional Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006. http://www.Pedoman rakyat co.id, 28 April 2009

Anonim, 2008. http://www.Bivalvia.com, 28 April 2009

Bahtiar. 2005. Keberadaan Populasi Pokea (Batissa violacea celebensis,

Martens) Di Sungai Pohara Kendari Sulawesi Tenggara. Institut

Pertanian Bogor, Jawa Barat.

Budiyanto,A K. 2004. Mikrobiologi Terapan. Universitas Muhammadiyah,

Malang.

Chatim. A, G. C. Syahrurahman. A Soebandrio. A, Kurniawati. A,U,S

Page 37: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 37/38

 

37

Santoso. H, Harun. B, Bela. A, Rahim. Karsinah, Isjah. L,

Moehario. H.L, Mardiastuti. Lintong. M Triajayanti. P, Sudarmono.

P, Asmono, sastrosoewignjo, Utji. R, Sarjito, Josodiwondo. S,

Suharto, Madja. S, Sujudi, Assani. S, Hatabarat. T, Sudiro. MT,

Wars.CU, 1994. Buku ajar Miokrobiologi Kedokteran. Bina Rupa

Aksara, Jakarta.

Irianto. K, 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Yrama

Widya, Bandung.

Jawets, Melnick, dan Adeberg’s, E.A. 2001. Mikrobiologi. Salemba

Medika, Jakarta.

Lay WB, 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Rajawali Pres,

Jakarta.

Nontji, A. 2007. Laut Nusantara, Djambatan.

Notoatmojo,S. 2005. Metodologi Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.

Romitrohtarto, K. Juwana, S. 2007. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan

Tentang Biota Laut, Djambatan.

Rukmana, R. 1991. Budi Daya Kerang Hijau. Penerbit Aneka Ilmu,Jakarta.

Suwignyo, S. Widigdo, B. Wardiatno, Y. Krisanti, M. 2005. Avertebrata Air 

 jilid 1. Penebar Swadaya, Jakarta.

37

Page 38: Proposal Rio 2

5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 38/38