ANALISIS SOSIAL-rio

26
ANALISIS SOSIAL Oleh Silverio R. L. Aji Sampurno Pendahuluan Lebih dahulu perlu dijelaskan apa yang dimaksud dengan struktur sosial. Kita ketahui, bahwa orang-orang yang hidup dalam masyarakat saling berinteraksi. Interaksi ini didasari dan terus diarahkan oleh nilai- nilai bersama, norma-norma yaitu standar tingkah laku yang mengatur interaksi antar individu yang menunjukkan hak dan kewajiban tiap-tiap individu sebagai sarana penting agar tujuan bersama tercapai. Dan akhirnya oleh sanksi, baik sanksi yang negatif dalam arti mencapat hukuman kalau melanggar norma, maupun sanksi positif yaitu mendapat penghargaan karena telah mentaati norma yang ada. Dasar dan arah umum interaksi inilah yang kita mengerti sebagai kultur. Kecuali itu, interaksi antar individu juga diatur sesuai dengan tujuan-tujuan khusus interaksi itu. Interaksi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan keakraban diatur dalam institusi keluarga. Interaksi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup diatur dalam institusi ekonomi. Interaksi orang dalam hubungannya dengan Yang Illahi diatur dalam institusi agama. Sedangkan agar keseluruhan interaksi dalam masyarakat umumnya bisa terjamin dan pasti, diadakanlah institusi politik. Institusi-institusi itu saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Bagaimana kadar saling berhubungan dan saling mempengaruhinya,

Transcript of ANALISIS SOSIAL-rio

Page 1: ANALISIS SOSIAL-rio

ANALISIS SOSIAL

Oleh Silverio R. L. Aji Sampurno

Pendahuluan

Lebih dahulu perlu dijelaskan apa yang dimaksud dengan struktur sosial. Kita

ketahui, bahwa orang-orang yang hidup dalam masyarakat saling berinteraksi.

Interaksi ini didasari dan terus diarahkan oleh nilai-nilai bersama, norma-norma yaitu

standar tingkah laku yang mengatur interaksi antar individu yang menunjukkan hak

dan kewajiban tiap-tiap individu sebagai sarana penting agar tujuan bersama tercapai.

Dan akhirnya oleh sanksi, baik sanksi yang negatif dalam arti mencapat hukuman

kalau melanggar norma, maupun sanksi positif yaitu mendapat penghargaan karena

telah mentaati norma yang ada. Dasar dan arah umum interaksi inilah yang kita

mengerti sebagai kultur. Kecuali itu, interaksi antar individu juga diatur sesuai

dengan tujuan-tujuan khusus interaksi itu. Interaksi dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan kehidupan keakraban diatur dalam institusi keluarga. Interaksi dengan

tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup diatur dalam institusi ekonomi. Interaksi

orang dalam hubungannya dengan Yang Illahi diatur dalam institusi agama.

Sedangkan agar keseluruhan interaksi dalam masyarakat umumnya bisa terjamin dan

pasti, diadakanlah institusi politik. Institusi-institusi itu saling berhubungan dan

saling mempengaruhi. Bagaimana kadar saling berhubungan dan saling

mempengaruhinya, serta mana institusi yang paling berpengaruh harus dilihat

langsung dalam masyarakat yang ada. Karl Marx umpamanya berpendapat, bahwa

institusi ekonomilah yang merupakan landasan di mana institusi-institusi lain berdiri.

Dengan kata lain semua institusi lainnya dipengaruhi dan ditentukan oleh institusi

ekonomi. Tidak ada pengaruh timbal balik. Perlu diingat, bahwa dalam setiap

institusi juga ada nilai-nilai, norma-norma dan sangsi-sangsi, karena tujuan institusi

memang untuk mengatur interaksi. Keseluruhan institusi serta saling

berhubungannya satu sama lain itulah yang disebut struktur sosial. Kata struktural

menunjukkan saling adanya hubungan antar bagian dari keseluruhan. Maka dapat

dikatakan bahwa struktur sosial adalah interaksi manusia yang sudah berpola dalam

institusi-institusi ekonomi, politik, agama, keluarga, budaya. Dengan kata lain

struktur sosial adalah pengorganisasian masyarakat yang ada atau keseluruhan aturan

permainan dalam berinteraksi.

Page 2: ANALISIS SOSIAL-rio

Keadilan personal, keadilan sosial

Selanjutnya perlu juga dimengerti perbedaan antara keadilan personal dan

keadilan sosial. Dalam keadilan personal sering mudah diketahui siapa yang

bertanggung jawab. Si pembeli A membeli barang dengan kualitas tertentu, tenyata

dia mendapat barang dengan kualitas lebih rendah. Penjual barang tersebut jelas

langsung bisa dimintai pertanggungjawabannya. Jelaslah mengenai keadilan

personal, pelaksanaannya tergantung pada kehendak tiap-tiap individu yang

bersangkutan. Keadilan personal menuntut agar kita memperlakukan setiap orang

yang kita hadapi dengan adil. Sebaliknya mengenai ketidakadilan sosial, tanggung

jawab atas perbuatan dan efek perbuatan menjadi tanggung jawab semua orang.

Tidak dapat ditentukan secara persis siapa yang bertanggung jawab sebagaimana

dalam ketidak-adilan personal. Kalau pelaksanaan keadilan personal tergantung pada

kehendak tiap-tiap individu yang bersangkutan, sebaliknya pelaksanaan keadilan

sosial tergantung pada struktur masyarakat. Justru karena tergantungnya pada

struktur masyarakat inilah maka tanggung jawab atas ketidak-adilan sosial menjadi

tanggung jawab semua pihak. Hal ini diperjelas oleh kenyataan bahwa sering

individu yang hidup dalam masyarakat tidak dapat bertindak dengan adil meskipun

dia telah insaf dan sadar. Dia tidak dapat bertindak dengan adil karena struktur sosial

yang ada tidak memungkinkannya. Umpama seorang pengusaha tekstil, dia tidak

dapat menaikan upah buruh-buruhnya karena perdagangan tekstil sede-mikian rupa,

sehingga kalau dia menaikkan upah buruh-buruhnya per-usahaannya akan gulung

tikar. Dengan kata lain, institusi ekonomi yang ada menyebabkan upah buruh tetap

rendah. Kalau pelaksanaan keadilan sosial tergantung pada struktur sosial yang ada,

maka perjuangan demi keadilan sosial berarti perjuangan membangun struktur sosial

yang semakin adil.

Tujuan analisis sosial

Analisis sosial adalah suatu usaha untuk mempelajari struktur sosial yang

ada, mendalami institusi ekonomi, politik, agama, budaya dan keluarga sehingga

kita tahu sejauh mana dan bagaimana institusi-institusi itu menyebabkan ketidak-

adilan sosial. Dengan mempelajari institusi-institusi itu, kita akan mampu melihat

satu masalah sosial yang ada dalam konteksnya yang lebih luas. Dan kalau kita

berhasil melihat suatu masalah sosial yang hendak kita pecahkan dalam konteksnya

Page 3: ANALISIS SOSIAL-rio

yang lebih luas, maka kita pun juga dapat menentukan aksi yang lebih tepat yang

diharapkan dapat menyembuhkan sebab terdalam, masalah tersebut. Demikian

menjadi jelas, analisis sosial adalah suatu usaha nyata yang merupakan bagian

penting usaha menegakkan keadilan sosial.

Model = kerangka berpikir

Dalam menganalisa masyarakat, sadar atau tidak sadar, orang biasanya

mempunyai kerangka berpikir atau cara memandang. Kerangka berpikir atau cara

memandang inilah yang disebut model. Suatu model adalah satu asumsi atau

gambaran umum mengenai masyarakat. Model ini mempengaruhi bagaimana

seorang memilih obyek studi dan cara mendekati obyek studi tersebut. Sedang teori

yang dianakkan dari model, bersifat lebih terbatas dan persis. Suatu model hanya

bisa dinilai lengkap, produktif atau berguna, sedangkan teori bisa dinilai salah atau

benar. Ada dua model yang sering melatar-belakangi orang dalam mendekati

masalah-masalah sosial, yaitu model konsensus dan model konflik.

Model konsensus

Menurut model konsensus, struktur sosial yang ada merupakan hasil

konsensus bersama semua anggota masyarakat; perjanjian dan pengakuan bersama

akan nilai-nilai. Menurut model ini setiap masyarakat pada hakikatnya teratur dan

stabil. Keteraturan dan kestabilan ini disebabkan adanya kultur bersama yang dianut

dan dihayati oleh anggota-anggota masyarakat. Kultur bersama ini meliputi nilai-

nilai, norma dan tujuan yang hendak dicapai. Meskipun pada individu-individu ada

kemungkinan-kemungkinan perbedaan dalam persepsi dan penghayatan kultur

bersama itu, pada umumnya ada konsensus atau persetujuan yang kuat mengenai

nilai-nilai sosial yang dasar serta norma-norma yang ada. Justru karena adanya

konsensus bersama inilah, maka tata sosial dalam suatu masyarakat tetap stabil. Oleh

model I ini masalah sosial dinilai sebagai penyimpangan dari nilai-nilai dan norma-

norma bersama, karenanya juga, masalah sosial dianggap membahayakan stabilitas

sosial. Penyelesaian masalah sosial selalu diusahakan di dalam kerangka tata sosial

yang sudah ada. Dengan kata lain, tata sosial tidak pernah dipersoalkan, dan bahkan

kelangsungan struktur sosial yang sudah ada sangat dijunjung tinggi. Model I ini

melatar-belakangi dua ideologi yaitu konservatif dan liberal :

Page 4: ANALISIS SOSIAL-rio

a. Ideologi Konservatif

* Ideologi konservatif berakar pada kapitalisme dan liberalisme abad ke-19.

Pasaran bebas dianggap oleh ideologi ini sebagai fundamen bagi kebebasan ekonomi

dan politik. Pasaran bebas dianggapnya akan menjamin adanya desentralisasi

kekuasaan politik. Kaum konservatif menjunjung tinggi struktur sosial. Demi

tegaknya struktur sosial tersebut menurut kaum konservatif, otoritas dinilai sangat

hakiki; termasuk struktur sosial/stratifikasi sosial/tingkat sosial. Adanya perbedaan

tingkat sosial ini disebabkan karena perbedaan di antara individu-individu dengan

bakat-bakat yang berbeda. Setiap orang harus berkembang sesuai dengan bakat dan

pembawaannya. Karenanya sudah sewajarnya kalau ada perbedaan tingkat prestasi

yang menuntut masyarakat untuk memberi imbalan dan balas jasa yang berbeda-

beda. Prestasi yang berbeda dan hak untuk mendapat balas jasa yang berbeda

merupakan dasar adanya hak milik pribadi. Dengan kata lain, hak milik pribadi

dianggap sebagai balas jasa atas jerih payah usaha tiap-tiap anggota masyarakat.

Kemiskinan menurut ideologi konservatif

Umumnya kaum konservatif melihat masalah kemiskinan sebagai kesalahan

pada orang miskin sendiri. Orang miskin dinilai umumnya bodoh, malas, tidak punya

motivasi berprestasi yang tinggi, tidak punya ketrampilan dan sebagainya. Maka

kaum konservatif sering berbicara mengenai kultur dan mentalitas orang miskin yang

mereka anggap sebagai sebab kemiskinan. Karena kaum konservatif selalu

cenderung menilai positif sosial yang sudah ada, maka orang-orang yang miskin

dianggap sebagai orang-orang yang gagal menyesuaikan diri dalam tata sosial yang

ada atau bahkan menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang diharapkan dan yang

sudah disetujui oleh masyarakat. Sebaliknya kaum konservatif senang menyebar-

luaskan contoh-contoh orang yang berhasil naik jenjang misalnya dari bekerja

sebagai pengantar koran akhirnya menjadi seorang bankir terkemuka. Inilah contoh

bagaimana orang kecil, juga dapat berhasil hidup dalam struktur sosial yang sudah

ada. Maka umumnya kaum konservatif tidak memandang masalah kemiskinan

sebagai masalah yang serius. Kaum konservatif percaya bahwa masalah kemiskinan

akan terselesaikan dengan sendirinya. Dalam jangka panjang, proses sosial yang

natural akan berjalan dan menguntungkan kepentingan semua anggota asyarakat.

Karenanya juga kaum konservatif tidak mendukung adanya campur tangan

Page 5: ANALISIS SOSIAL-rio

pemerintah untuk mengatasi kemiskinan. Campur tangan pemerintah umpamanya

memberi jaminan-jaminan sosial bagi pengangguran. Bagi mereka yang

berpendapatan rendah, mereka tentang juga, karena mereka anggap akan membuat

orang miskin semakin malas dan pula kelompok lainnya.

b. Ideologi Liberal

* Liberalisme memandang manusia, pertama-tama sebagai yang digerakkan

oleh motivasi kepentingan ekonomi pribadi, dan liberalisme mempertahankan hak

manusia untuk mencapai semaksimal mungkin cita-cita pribadinya. Liberalisme

percaya akan efektivitas pasaran bebas dan hak atas milik pribadi. Hak-hak,

kebebasan individu sangat ditekankan dan diperjuangkan demi untuk melindungi

individu-individu terhadap kesewenangan negara.

Kemiskinan menurut ideologi liberal

Berbeda dengan kaum konservatif, kaum liberal memandang kemiskinan

sebagai masalah yang serius, karenanya harus dipecahkan. Masalah kemiskinan

menurut kaum liberal dapat diselesaikan dalam struktur politik dan ekonomi yang

sudah ada. Yang penting ialah diciptakannya kesempatan yang sama untuk berusaha

bagi setiap orang tanpa diskriminasi. Ada kepercayaan kuat pada kaum liberal,

bahwa orang miskin pasti dapat mengatasi kemiskinan mereka, asal mereka

mendapat kesempatan berusaha yang memadai. Untuk mengatasi kemiskinan,

mereka mengusulkan diperbaikinya pelayanan-pelayanan bagi kaum miskin,

membuka kesempatan-kesempatan kerja baru, membangun perumahan dan

menyebar-luaskan pendidikan. Sehubungan dengan kultur orang miskin, kaum

liberal mempunyai pandangan yang lebih optimistis daripada pandangan kaum

konservatif. Menurut kaum liberal, agar orang miskin terbebaskan dari kultur mereka

yang memiskinkan itu, perlu diadakan perubahan-perubahan terhadap lingkungan

dan situasi hidup mereka. Perubahan ini meliputi dihapuskannya diskriminasi dalam

mencari kerja, perumahan dan pendidikan; perlu juga diciptakan lapangan-lapangan

kerja dan latihan-latihan ketrampilan serta diperbaikinya pelayanan-pelayanan

lainnya. Kalau kondisi-kondisi sosial dan ekonomi telah diperbaiki dan kesempatan-

kesempatan baru telah terbuka bagi orang-orang miskin, maka orang-orang miskin

ini menurut kaum liberal akan siap menyesuaikan diri dengan kultur dominan dalam

masyarakat dan meninggalkan kultur mereka.

Page 6: ANALISIS SOSIAL-rio

c. Kesimpulan

* Baik konservatif maupun liberal mempertahankan struktur sosial yang

sudah ada, dan struktur sosial ini ditandai dengan perbedaan tingkat sosial, sistem

ekonomi kapitalis dan demokratis politik. Perbedaan dalam memandang kemiskinan

ialah kaum koservatif cenderung menyalahkan orang miskin, bahwa orang miskin

tidak cukup berusaha menggunakan kesempatan-kesempatan yang ada yang

disediakan oleh masyarakat; sedangkan kaum liberal memandang, bahwa

kesempatan yang ada belum cukup memadai sehingga orang miskin tidak bisa hidup

sebagaimana diharapkan. Maka usaha kaum liberal ialah bagaimana memungkinkan

orang miskin hidup dalam struktur sosial yang sudah ada, sedang kaum konservatif

lebih cenderung membiarkan mereka.

Model konflik

Berbeda dari model konsensus, model konflik ini memandang struktur sosial

yang ada sebagai hasil pemaksaan sekelompok kecil anggota masyarakat terhadap

mayoritas warga masyarakat. Jadi struktur sosial bukanlah hasil konsensus seluruh

warga apalagi persetujuan bersama mengenai nilai-nilai dan norma-norma. Struktur

sosial adalah dominasi sekelompok kecil dan kepatuhan serta ketundukan sebagian

besar warga masyarakat atas dominasi kelompok kecil tersebut. Hukum dan undang-

undang dalam masyarakat adalah ciptaan kelompok kecil, elite, kelompok yang

memerintah untuk mempertahankan kepentingan mereka. Hukum dan undang-

undang terutama ditujukan untuk melindungi milik-milik pribadi dan kepentingan

mereka. Model ini memandang positif perubahan-perubahan dan memandang konflik

sebagai sumber-sumber potensi bagi perubahan sosial yang progresif. Penganut

model ini karenanya selalu mempertanyakan struktur sosial yang sudah ada. Mereka

tidak mempersoalkan bagaimana orang miskin bisa hidup dan berprestasi dalam

struktur sosial yang sudah ada sebagaimana ditekankan kaum liberal, tetapi mereka

mempersoalkan struktur sosial itu sendiri dan menganggapnya sebagai penyebab

kemiskinan. Maka persoalan kultur dan mentalitas orang miskin tidak menarik

perhatian para penganut model konflik ini, sebab persoalan kultur orang miskin

dianggapnya tidak mempersoalkan secara mendasar struktur dan kekuasaan politik

yang sudah ada. Bahkan mereka menilai kultur dan mentalitas orang miskin yang

digambarkan oleh kaum konservatif itu disebabkan oleh struktur sosial itu sendiri

Page 7: ANALISIS SOSIAL-rio

yang tetap bertahan berpuluh atau beratus tahun.

Pandangan tentang masyarakat

Pandangan penganut model ini tentang masyarakat dapat digambarkan sebagai

berikut :

banyak bahan makanan sedikit sekali bahan makanan

yang disedot ke atas yang dirembeskan ke bawah

1. Sistem Kenaikan Jenjang 2. Sirkulasi Makanan

Ada tiga bagian dari botol ikan di atas, bagian yang paling besar ada di

bawah, sedangkan yang terkecil di atas. Tiga bagian botol tersebut menggambarkan

masyarakat di mana kita hidup. Kita semua adalah ikan-ikan dalam botol tersebut.

Tetapi kita semua tidak sama, tidak sama besar dan tidak sama tempatnya dalam

botol. Ada ikan yang kecil, ada ikan yang gemuk. Ikan yang gemuk ada di bagian

atas botol, sedang ikan yang kecil-kecil ada di bagian bawah botol. Sebagian besar

dari kita adalah ikan yang berada di bagian paling bawah botol. sedang hanya

sebagian kecil dari kita (ikan gemuk) ada di bagian atas botol, sebagian lain dari kita

(ikan ukuran menengah) tinggal di bagian tengah botol. Bagian terbesar dari kita

hidup dan mati dalam bagian botol di mana kita lahir. Hanya ada satu jalan masuk

dari bagian botol ke bagian botol lain yaitu melalui salah satu lubang-lubang yang

menghubungkan bagian-bagian botol. Sebagian besar ikan ingin naik ke bagian botol

di atasnya, sehingga terjadi kompetisi yang sengit di sekitar lubang-lubang

penghubung. Lusinan ikan saling menerobos ke pintu masuk lubang-lubang itu,

tetapi hanya sejumlah kecil saja yang berhasil masuk dan naik ke bagian botol di

atasnya. Tetapi ikan-ikan lainnya berkeyakinan bahwa mereka pun kelak akan bisa

masuk juga. Maka cukuplah satu dua ikan berhasil masuk demi untuk menjamin dan

melanggengkan harapan dan kepercayaan banyak ikan lainnya bahwa mereka pun

sebenarnya juga bisa masuk.

Page 8: ANALISIS SOSIAL-rio

Yang mengontrol

Lubang-lubang masuk itu sebetulnya dikontrol dan diatur dari atas oleh ikan-

ikan besar. Jika ikan-ikan besar ini melihat bahwa bagian botol tengah terlalu penuh,

maka mereka akan mempersempit lebarnya lubang masuk dari bagian botol terbawah

ke bagian botol tengah atau penutup salah satu lubang yang ada. Sebaliknya jika

mereka ingin ikan-ikan lain masuk entah masuk ke dalam bagian botol teratas seperti

mereka, maka ikan besar ini tinggal memperlebar lubang masuk. Ikan-ikan besar itu

tidak hanya mengontrol lubang-lubang masuk tetapi juga mengontrol persediaan dan

penyaluran makanan ke seluruh sistem. Mereka itulah yang memutuskan untuk

menambah penyaluran makan atau memperkecilnya pada tiap-tiap bagian botol.

Ikan-ikan besar mengamati dengan pebuh perhatian apa yang terjadi dalam bagian-

bagian botol di bawahnya. Mereka selalu menjaga dengan segala upaya jangan

sampai ikan-ikan kecil dan ikan-ikan menengah membuat sabotase atau mencoba

menghancurkan seluruh botol. Ikan-ikan kecil dan menengah yang dilihat atau

dicurigai mencoba-coba untuk membuat sabotase lalu segera dikucilkan dan diisolasi

dan bahkan dibuat sedemikian rupa sehingga dimakan oleh ikan-ikan rekan-rekan

mereka sendiri. Tetapi tindakan ikan-ikan besar sedemikian itu jarang terjadi dan

hampir tidak perlu, sebab mereka itu benar-benar mengontrol lubang-lubang masuk

dan pembagian makanan sedemikian rupa sehingga bagian terbesar ikan-ikan yang

ada menerima dengan senang hati sistem yang ada meski dalam sistem itu selalu

terjadi kompetisi yang sangat tajam. Ikan-ikan saling berkompetisi untuk

mendapatkan makanan dan berebut untuk dapat masuk ke bagian botol yang lebih

atas. Tetapi justru sikap ikan-ikan inilah yang mempertahankan dan melanggengkan

sistem yang ada, sebab sejauh mereka melihat, bahwa ada beberapa ikan berhasil

masuk ke bagian botol yang lebih atas dan tambahan rejeki sampai pada mereka,

maka semua ikan akan menerima kompetisi sebagai hal yang tak terelakkan, bahkan

mereka yakin kompetisi sebagai hal yang tepat dan baik.

Siapa yang dimaksudkan ?

Perumpamaan ikan-ikan dalam botol itu menggambarkan masyarakat

manusia. Sistem masyarakat manusia pada kenyataannya ditentukan dan dikontrol

oleh sekelompok kecil orang dengan kekuasaan yang besar (ikan besar), yang

mengelola sistem masyarakat sedemikian rupa hingga previlese dan kekayaan

Page 9: ANALISIS SOSIAL-rio

mereka tetap terlindung, dan tidak sampai dibahayakan. Bagian terbesar penduduk

(ikan-ikan kecil dalam bagian botol mereka terbawah) tetap saja miskin dan terlantar,

sebagian karena mereka ini menerima sistem yang ada. Mereka ini melihat kenyataan

adanya beberapa ikan yang diuntungkan oleh sistem yang ada, yaitu bahwa beberapa

dari antara mereka berhasil masuk lubang dan naik ke bagian botol lebih atas dan

menjadi ikan menengah. Maka mereka lalu berpikir, bahwa kelak mereka pun juga

akan mendapat giliran. Karena keyakinan inilah, maka korban dari sistem yaitu

penduduk yang miskin tidak mempersoalkan tidak adil dan tidak beresnya sistem itu

sendiri. Semakin kayanya sekelompok kecil orang (ikan besar) tergantung pada atau

disebabkan oleh pemiskinan sebagian besar penduduk (ikan-ikan kecil). Mereka

tetap menjadi kaya karena yang miskin tetap miskin karena yang kaya tetap kaya.

Inilah gambaran perumpamaan yang diberikan oleh mereka yang mengikuti model

konflik; selalu mempersoalkan struktur sosial. Struktur sosial yang ada dianggap

sebagai sebab kemiskinan. Untuk membuat analisis keadaan mereka selalu akan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan :

* Kelompok mana yang mendapat untung dari sistem masyarakat yang ada dan

kelompok mana yang dirugikan ?

* Siapa yang menang dan siapa yang kalah dalam kompetisi dalam grup dan di

antara grup yang ada ?

* Faktor-faktor mana yang menentukan siapa pemenang dan siapa yang kalah ?

Penganut model ini melihat masyarakat yang ada sebagai masyarakat massal.

Masyarakat massal itu terdiri dari kelompok elite yang berada di atas dan massa

rakyat banyak yang ada di lapisan bawah, yang sama sekali tidak terorganisasi

sehingga tidak memiliki kekuasaan yang efektif. Dalam masyarakat massal itu rakyat

adalah konsumen media massa. Komunikasi yang ada hanya satu arah dan

pendengar-pandangan individu tidak dapat memberi reaksi atau jawaban kembali.

Karena tidak menguasai media massa, maka kelompok-kelompok pemrotes tidak

mampu menyuarakan pendapat mereka. Penganut model ini juga berpendapat bahwa

dalam masyarakat kemiskinan memang sengaja dipertahankan sebab orang-orang

miskin dianggap memang mempunyai fungsi. Sistem ekonomi, kepentingan

kelompok penguasa dan elite penguasa membutuhkan kelanggengan kemiskinan,

sebab kemiskinan akan menjamin masyarakat adanya pekerjaan-pekerjaan kotor

Page 10: ANALISIS SOSIAL-rio

yang harus dikerjakan. Dengan kata lain, kemiskinan berfungsi menyediakan tenaga-

tenaga kerja murah yang mau menangani pekerjaan kotor dengan upah murah.

Karena orang miskin dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan upah rendah,

maka mereka sebenarnya memberikan subsidi berbagai macam kegiatan ekonomi

yang menguntungkan orang kaya. Umpama pelayan rumah, mereka ini membantu

orang-orang kelas menengah, membuat hidup tuan-tuannya lebih enak dan

membebaskan nyonya-nyonya rumah tangga sehingga mereka bisa melakukan

macam-macam kegiatan profesional kultural atau menghadiri pesta-pesta.

Orang-orang miskin juga berfungsi menstabilkan proses kehidupan politik.

Karena orang-orang miskin umumnya tidak acuh dan kurang berminat dalam

kegiatan politik (misalnya pemilu). Maka sejauh mereka telah diharapkan pasti akan

memilih partai tertentu, maka partai yang bersangkutan lalu terus memusatkan

perhatian dan usahanya untuk memperoleh dukungan suara dari kelompok kelas

sosial lain yaitu kelas menengah atau kelas atas dan mengabaikan orang-orang

miskin. Orang-orang miskin juga dibutuhkan sebagai identifikasi jelas pelanggaran-

pelanggaran norma masyarakat. Untuk membenarkan baiknya kerja keras, rajin,

jujur, monogami, para pendukung dan pembela norma-norma ini harus dapat

menemukan orang-orang yang bisa dinilai sebagai orang-orang yang malas, penipu

dan asusila. Dan itulah nasib orang miskin sebab biasanya mereka itu lebih mudah,

daripada kelompok kelas menengah, untuk ditangkap dan dihukum kalau mereka

melanggar norma-norma masyarakat.

Amal dan sosial

Oleh penganut model konflik segala usaha amal, jaminan sosial, pelayanan-

pelayanan sosial dianggap sekedar untuk meninabobokkan orang miskin. Sebab

pelayanan-pelayanan sosial semacam itu hanyalah demi tujuan ekonomis dan politis,

yaitu demi terhindarnya kekacauan sosial dan demi pengaturan kerja dengan upah

rendah. Dihindarinya kekacauan sosial itu dimaksudkan agar sistem politik yang ada

dapat terus dipertahankan. Sedang pengaturan kerja dengan upah rendah itu demi

kelangsungan sistem kapitalisme. Dengan demikian jaminan-jaminan sosial yang

diberikan negara untuk orang-orang miskin pada hakekatnya adalah mekanisme

untuk mengontrol dan mengendalikan orang-orang miskin.

Page 11: ANALISIS SOSIAL-rio

Jalan keluar

Apa jalan keluar yang bisa mengarah kepada perubahan sosial sebagaimana

digariskan oleh penganut model konflik ini ? Di sini kita jumpai garis yang moderat

sampai pada garis yang benar-benar radikal. Garis moderat menghendaki demokrasi

partisipatif baik dalam grup-grup sosial yang ada maupun dalam organisasi-

organisasi sebagai tujuan yang harus dicapai oleh setiap masyarakat. Mereka ini

tidak menganggap penting kepemimpinan, sebaliknya mereka yakin bahwa semua

orang harus ikut ambil bagian dalam pengambil keputusan-keputusan yang

mempengaruhi hidup mereka. Mereka menentang segala bentuk birokrasi,

pengaturan dari luar. Maka mereka ini menginginkan adanya kontrol mahasiswa

terhadap sekolah mereka, rakyat atas polisi, buruh atas pabrik mereka. Sedang

penganut garis radikal menganjurkan aksi-aksi menentang sistem sosial yang ada

umpama ketidak-taatan rakyat akan segala aturan yang ada (civil disobedience),

sebab mereka ini yakin bahwa tidak mungkin mengadakan perubahan-perubahan

lewat saluran-saluran resmi / legal yang ada atau lewat pemilihan-pemilihan umum;

saluran-saluran semacam ini mereka anggap tidak efektif. Perbedaan antara model

konsensus dan model konflik dapat diterangkan sekali lagi secara skematis.

M o d e l K o n s e n s u s

Model Konflik

Konservatif

Liberal

Konflik

Struktur Sosial

Hasil konsensus.

Tidak masalah, bahkan dipertahankan.

Hasil konsensus.

Tidak masalah, bahkan dipertahankan.

Hasil pemaksaan.

Selalu dipermasalahkan

Kemiskinan

Disebabkan kesalahan para pelaku.

Page 12: ANALISIS SOSIAL-rio

Disebabkan kurangnya kesempatan berusaha bagi pelaku.

Disebabkan struktur sosial yang tidak adil.

Usaha Mengatasi Kemiskinan

Membiarkan.

Menentang segala usaha pemerintah, menganggapnya akan counter productive.

Menyediakan dan memperluas kesempatan berusaha bagi orang-orang kecil.

Mengubah struktur.

Demokrasi kekuasaan sungguh di tangan orang-orang kecil.

Aktor Perubahan demi Mengatasi Kemiskinan

Pelaku yang bersangkutan sendiri.

Pemerintah, elite.

Aktor utama adalah orang-orang miskin sendiri.

Model konsensus atau model konflik ?

Dua model ini merupakan dua sisi pandang tentang kenyataan masyarakat.

Dengan kata lain, model yang satu bukan menghapus atau mengabaikan sama sekali

model yang lain. Model itu saling melengkapi dan bukan merupakan alternatif.

Konsensus atau konflik dalam masyarakat merupakan aspek-aspek struktur

masyarakat. Masyarakat hanya dapat kita mengerti hanya kalau kita menyadari

adanya dialektik antara stabilitas dan perubahan, konsensus dan konflik. Kita

memilih model hanya untuk mencoba menerangkan masalah sosial yang ada. Dengan

kata lain, masalah sosiallah yang menentukan pemilihan model. Mengingat sebagian

besar penduduk, baik ditingkat regional, nasional maupun internasional miskin,

sedang sebagian kecil penduduk kaya, model konflliklah yang lebih mengena untuk

menerangkan kemiskinan. Kecuali didasarkan pada masalah sosial yang ada,

pemilihan model juga didasarkan pada posisi atau jabatan seseorang. Orang yang

telah menduduki posisi yang enak dan aman, entah dia pejabat pemerintah atau telah

berhasil di bidang ekonomi biasanya cenderung memilih model konsensus.

Sebaliknya orang-orang yang tidak memiliki posisi atau jabatan yang aman dan enak

cenderung memilih model konflik. Demikianlah orientasi sosial dan politik

seseorang menentukan pemilihan model. Pemilihan model karenanya tergantung

pada sitem nilai seseorang. Maka penting sekali orang mengungkapkan sistem

nilainya dalam membahas masalah sosial.

Page 13: ANALISIS SOSIAL-rio

Akhirnya ada satu catatan kecil yang baik kita perhatikan. Selama masih

berada di luar pemerintahan dan kekuasaan, gerakan komunis memakai model

konflik untuk membahas dan mencoba memecahkan masalah sosial. Tetapi sesudah

berkuasa, mereka mengikuti model konsensus, menganggap struktur sosial yang baru

yang mereka ciptaan sebagai yang terbaik dan dengan segala cara terutama tidak

segan-segan dengan cara kekerasan mempertahankan struktur sosial yang ada.

Catatan

Dalam sejarah sosiologi ada berbagai macam teori beserta tokoh-tokohnya. Teori

sosiologi tersebut adalah :

Teori organisme positif

Masyarakat dipandang seperti organisme hidup, analog dengan tubuh

manusia dimana bagian-bagian tubuh saling berhubungan dan saling mendukung.

Keteraturan dalam hubungan antar bagian tubuh itu melangsungkan organ tubuh.

Tidak diperlukan intervensi dari luar tubuh. Begitu pula masyarakat, yang ada adalah

keteraturan yang muncul sendiri berkat hubungan dan saling mendukungnya

institusi-institusi yang merupakan bagian-bagian dari masyarakat. untuk tetap hidup

tidak diperlukan reformasi atau revolusi. Teori organisme positif cenderung

merupakan ideologi konservatif. Tokoh teori ini adalah AUGUSTE COMTE (1798-

1857), HERBERT SPENCER (1820-1903), FERDINAND TONNIES (1855-1936),

EMILE DURKHEIM (1858-1917), VILFREDO PARETO (1848-1923).

Ideologi konservatif didorong oleh perhatian kepada masalah keteraturan.

Comte berpendapat, bahwa idea bisa mengatur dunia tapi juga bisa membuat

kekacauan. Maka sebagai langkah pertama, menurut Comte, perlu dijelaskan persis

pengertian tentang ilmu. Langkah ini bisa membuat dunia menjadi teratur. Spencer

memimpikan masyarakat teologis militer yang akan membawa keteraturan damai.

Durkheim menyebut anomia sebagai keadaan masyarakat yang berantakan karena

tanpa adanya norma-norma bersama. Pareto menandaaskan keadaan ekuilibrium

dalam masyarakat sebagai titik sentral dalam analisis sosiologi. Ordo masyarakat

dipertahankan oleh kelompok-kelompok masyarakat yang paling kuat.

Ketidakteraturan, kekacauan dalam masyarakat diterangkan oleh teori organisme

positif sebagai hal yang disebabkan oleh sekelompok kecil orang agitator yakni

Page 14: ANALISIS SOSIAL-rio

revolusioner (Comte), reformator, radikal dan kaum sosialis (Spencer), pembaharu

dan kaum progresif, serigala (Pareto).

Teori konflik

Harmonis dan integrasi adalah kata-kata yang sering dipakai oleh organisme

positif. Perang, konflik, dan perjuangan ada di luar kamus mereka. Teori konflik

justru mengungkap fenomena perang, konflik sebagai suatu yang sentral dalam

kehidupan manusia. Keteraturan yang ada bukannya keteraturan yang disebabkan

oleh integrasi dari bagian-bagian organ, melainkan oleh pemaksaan dengan

kekerasan. Berbeda dengan teori organisme positif yang menekankan pentingnya

institusi keluarga, ekonomi, agama; teori konflik mementingkan institusi negara.

Negara / pemerintah dianggap sebagai hasil penaklukan. Tokoh teori ini adalah IBN

KHALDUN (1332-1406), MACHIAVELLI (1469-1527), JEAN BODIN (1530-

1596), THOMAS HOBBES (1588-1679), DAVID HUME (1711-1776) ADAM

FERGUSON (1723-1816), JACQUES TURGOT (1727-1781); ADAM SMITH

(1723-1790), THOMAS MALTUS (1766-1834), KARL MARX (1818-1883).

Teori Sosiologi Formal dan Sosiologi Tingkah Laku

Dua teori ini lebih-lebih menggumuli soal obyek studi sosiologi. Sosiologi

formal menekankan perlunya sosiologi mempelajari bentuk-bentuk interaksi di balik

tingkah laku politik, ekonomi, agama dan seksual. Bentuk-bentuk interaksi harus

ditemukan kesamaannya meskipun melatar-belakangi bermacam-macam tingkah

laku. Sosiolog harus mengungkapkan kesamaan antara konflik antar bangsa dan

suami-isteri. Pandangan dasar tentang masyarakat dari tokoh-tokoh sosiologi formal

ada yang seperti organisme positif, sebagian lain seperti teori konflik. Tokoh

sosiologi formal ialah GEORGE SIMMEL (1858-1918).

Sosiologi tingkah laku menekankan tingkah laku person manusia sebagai

unitas paling kecil dari masyarakat sebagai subyek analisis sosiologi. Unitas paling

kecil dan bukan unitas luas masyarakat yang menjadi obyek studi sosiologi. Seperti

pada pandangan dasar para tokoh sosiologi formal, pandangan dasar tentang

masyarakat para tokoh sosiologi tingkah laku sebagian ada yang mendekati

organisme positif, sebagian teori konflik. Tokoh-tokohnya yaitu MAX WEBER

(1864-1920), GEORGE HERBERT MEAD (1863-1931), HANS GERTH (1908- ),

Page 15: ANALISIS SOSIAL-rio

dan C. WRIGHT MILLS (1916-1962).

Teori Fungsionalis

Idea dasar dari fungsionalis sama dengan idea dasar organisme positif. Hanya

dalam perkembangan sejarah, sebagai teori organisme positif kehilangan pengaruh,

muncullah kemudian teori fungsionalis yang menduduki tempat organisme positif.

Menurut teori fungsionalis, setiap masyarakat terdiri dari bermacam-macam unsur

yang mempunyai struktur stabil, tetap dan memiliki integrasi tinggi. Setiap unsur

dalam masyarakat selalu mempunyai fungsi, yaitu sumbangan khusus demi

kelestarian sistem. Berfungsinya unsur-unsur itu disebabkan adanya konsensus akan

nilai-nilai diantara para anggota. Tokoh-tokoh ialah TALCOT PARSONS (1902-),

ROBERT K. MERTON ( 1910-).

Dari uraian di atas jelas bahwa di belakang teori-teori sosiologi ada dua

pandangan dasar tentang masyarakat yaitu yang mendekati organisme positif dan

yang mendekati teori konflik. Demikian bisa disimpulkan, bahwa ada dua model

yaitu kerangka pandangan atau asumsi tentang masyarakat, yang disebut model I

adalah sejalan dengan teori-teori organisme positif dan fungsionalis, sedangkan

model II sejalan dengan teori konflik.

Kepustakaan

ABRAHAM, J.H. 1974 Origins and Growth of Sociology Harmondsworth: Penguin.

ARON, TAYMOND. 1965 Main Currents in Sociological Thought, I, Harmondsworth: Penguin.

1967 Main Currents in Sociological Thought, II, Harmondsworth: Penguin.

BERGER, PETER L. dan BRIGITTE BERGER. 1976 Sociology : A biographical Approach, Harmondsworth: Penguin.

CONNERTON, PAUL (ED). 1976 Critical Sociology, Harmondsworth: Penguin.

COSER, LEWIS A. 1971 Master of Sociological Thought, second edition, New York: Harcourt Brace Jovanovich Inc.

DAHRENDORF, RALF. 1959 Class and Class Conflight in Industrial Society, Standford: Standford University Press.

ELLIOT, CHARLES. 1975 Patterns of Poverty in The Third World, New York: Praeger Publisher.

ETZIONI, AMITAI - EVA ETZIONI-HALEVY (EDS). 1975 Social Change, New York: Basic Books.

FOXPIVEN, FRANCES Ä CLOWARD, RICHARD A., 1971 Regulating the Poor:

Page 16: ANALISIS SOSIAL-rio

The Functions of Public Welfare, New York: Vintage Book.

1977 Poor People Movements, New York: Pantheon Books.

GANS, HERBERT J., 1968 More Equality, New York: Pantheon Books.

GERTS, HANS - C. WRIGHT MILLS. 1954 Character and Social Structure, London: Routledge & Kegan Paul Ltd.

HOLLAND J. - P. HENRIOT, 1980 Linking Faith and Justice, Washington: Center of Concern.

INKELES, ALEX, 1967 Introduzionealla Sociologia, Bologna: II Mulino.

KOENTJARANINGRAT, 1971 Rintangan-rintangan Mental Dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia, Djakarta: Bhatara.

LEVINE, DONALD M. dan BANE, MARI JO. 1975 The "Inequality" Controversy: Schooling and Distibutive Justice, New York: Basic Books.

LEWIS, MICHAEL. 1978 The Culture of Inequality, Amherst: University of Massachusetts Press.

LINDENFELD, FRANK. 1973 Radical Perspectives on Social Problems, New York The MacMillan Company.

MILLS, C. WRIGHT. 1970 The Sociological Imagination, Harmondsworth: Penguin.

MILLWOOD BASIC. 1977 The Proverty Makers, Geneva: World Council of Churches.

O'DEA, THOMAS F., 1968 Sociologia della Religione, Bologna: 11 Mulino.

PARSONS, TALCOTT, 1951 The Social System, London: Routledge & Kegan Paul Ltd.

RIESSMAN - POPPER, HERMINE I. 1969 Up From Poverty, New York: Harper & Row

ROBERTSON, ROLAND (ED), 1969 Sociology of Religion, Harmondsworth: Penguin.

SMELSER, NEIL J. (ED), 1973 Sociology : An Introduction, second edition, New York: John Wiley & Sons

1976 The Sociologv of Economic Life, second edition, New Jersey: Prentice-Hall Inc.

TRAUB, STUART H. - LITTLE, CRAIG B. ( EDS), 1975 Theories of Deviance, Illionis: Peacock Publisher Inc.

VALENTINE, CHARLES A., 1968 Culture and Poverty, London and Chicago: The University of Chicago Press.

WILLIAMSON, JOHN B. - BOREN, JERRY F. (EDS)., 1974 Social Problems, Boston: Little, Brown and Company.

ZIMMERMAN, DON H. - WIEDER, D, LAWRENCE - IMMERMAN, SIU (EDS), 1976 Understanding Social Problems, New York: Praeger Publishers.