Proposal KTI Rio Fix Revisi

79
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH EFEKTIVITAS PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS) TERHADAP TINGKAT KENAKALAN REMAJA Disusun oleh : YUCAESARIO MOHAMMAD RAMADHAN 20090310118 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

description

psikologi

Transcript of Proposal KTI Rio Fix Revisi

Page 1: Proposal KTI Rio Fix Revisi

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

EFEKTIVITAS PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS)

TERHADAP TINGKAT KENAKALAN REMAJA

Disusun oleh :

YUCAESARIO MOHAMMAD RAMADHAN

20090310118

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Page 2: Proposal KTI Rio Fix Revisi

2012

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KTI

EFEKTIVITAS PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS)

TERHADAP KENAKALAN REMAJA

Disusun oleh:

YUCAESARIO MOHAMAD RAMADHAN

20090310118

Telah disetujui pada tanggal:

27 April 2012

Dosen pembimbing

dr.Warih Andan Puspitosari, M.Sc, SpKJ

NIK: 173042

ii

Page 3: Proposal KTI Rio Fix Revisi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan yang

Maha Esa, yang telah memberikan hidayah dan kekuatan, sehingga

pembuatan proposal karya tulis ilmiah (KTI) dapat terselesaikan

sebagaimana yang diharapkan. Shalawat serta salam selalu dihaturkan

kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga serta para sahabat, tabiin,

tabi’ut tabiin dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Proposal KTI yang berjudul “Efektivitas Pelatihan Kecakapan

Hidup (Life Skills) terhadap Kenakalan Remaja” disusun untuk memenuhi

sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada

Fakultas Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, ijinkanlah penulis mengucapkan terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah berperan serta dalam membantu

penyelesaian proposal KTI ini. Ucapan terima kasih diberikan kepada:

1. dr. Ardi Pramono, Sp.An, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG, M.Kes selaku Ketua Prodi Studi Pendidikan

Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

iii

Page 4: Proposal KTI Rio Fix Revisi

3. dr.Warih Andan Puspitosari, M.Sc, SpKJ selaku dosen pembimbing dalam

penelitian ini.

4. Semua pihak-pihak yang tidak mungkin tersebutkan namanya satu persatu,

terima kasih atas kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat berjalan.

Penulis sadar bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari

sempurna, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga

proposal mengenai Efektifitas Pelatihan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Terhadap Kenakalan Remaja bermanfaat. Amin.

Yogyakarta, 27 April 2012

Penulis

iv

Page 5: Proposal KTI Rio Fix Revisi

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KTI....................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI............................................................................................................v

BAB I.......................................................................................................................2

A. Latar Belakang..........................................................................................2

B. Rumusan Masalah.....................................................................................6

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................6

D. Manfaat Penelitian.....................................................................................7

E. Keaslian Penelitian....................................................................................8

BAB II....................................................................................................................10

A. Tinjauan Pustaka.....................................................................................10

1. Remaja.................................................................................................10

2. Kenakalan Remaja...............................................................................17

3. Pelatihan Kecakapan Hidup (Life Skills).............................................25

B. Kerangka Konsep Penelitian...................................................................28v

Page 6: Proposal KTI Rio Fix Revisi

C. Hipotesis..................................................................................................29

BAB III..................................................................................................................30

A. Desain Penelitian.....................................................................................30

B. Populasi Dan Sampel Penelitian..............................................................31

a. Subyek Penelitian.......................................................................................31

b. Kriteria inklusi dan eksklusi......................................................................31

c. Perkiraan Besar Sampel...........................................................................32

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian..................................................................33

D. Variabel Penelitian..................................................................................34

a. Variabel Tergantung................................................................................34

b. Variabel Bebas.....................................................................................34

E. Definisi Operasional................................................................................34

F. Instrumen Penelitian...................................................................................35

G. Cara Pengumpulan Data..........................................................................37

H. Uji Validitas Dan Reliabilitas..................................................................37

1. Validitas...............................................................................................37vi

Page 7: Proposal KTI Rio Fix Revisi

2. Reliabilitas...........................................................................................39

I. Analisis Data...............................................................................................39

J. Etik Penelitian.............................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................41

LAMPIRAN...........................................................................................................42

PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN.........................................................42

KUISIONER KENAKALAN REMAJA............................................................43

vii

Page 8: Proposal KTI Rio Fix Revisi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konsep.................................................................................28

Gambar 2. Desain Penelitian..................................................................................30

viii

Page 9: Proposal KTI Rio Fix Revisi

ix

Page 10: Proposal KTI Rio Fix Revisi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Favorable dan Unfavorable Menurut Alternatif Jawaban..............35

Tabel 2. Sebaran Item Kuesioner Kenakalan Remaja............................................36

x

Page 11: Proposal KTI Rio Fix Revisi

BAB I

A. Latar Belakang

Remaja merupakan kalangan yang paling rentan terhadap dampak

globalisasi. Keinginan untuk mencari identitas diri, rasa ingin tahu yang

tinggi menyebabkan remaja berusaha mencoba sesuatu yang baru baginya.

Menurut Pardede (cit. Narendra et al, 2002) masa remaja atau masa

adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari

masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan

perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dan berlangsung pada

dekade kedua masa kehidupan.

Masa remaja adalah masa yang paling penting dalam rentang

kehidupan dimana masa remaja merupakan suatu periode peralihan, masa

perubahan, usia bermasalah, saat dimana individu mencari identitas, usia

yang paling menakutkan, masa yang tidak realistis & merupakan ambang

kedewasaan. (Setyonegoro, dan Basuki dalam Himawan, 2002) Masa ini

remaja masih mencari identitas, mencoba hal-hal baru, menginginkan

kebebasan untuk mengeksplorasi diri dan ingin diakui keberadaannya di

tengah masyarakat. (Soetjiningsih, 2004). Remaja yang keadaan emosinya

labil tentu saja tidak selalu dapat menyelesaikan masalah dengan baik

bahkan banyak sekali perilaku menyimpang yang dilakukan remaja untuk

1

Page 12: Proposal KTI Rio Fix Revisi

2

menghindari suatu permasalahan. Bila dalam masa transisi yang kritis ini,

remaja tidak mempunyai emosi yang positif, maka rentan terhadap

kejadian kenakalan remaja.

Kenakalan remaja sering disebut juga dengan Juvenile Delinquency

adalah perilaku nakal/jahat (dursila) yang merupakan perilaku yang

menyimpang dari norma-norma yang dilakukan remaja. Mereka bisa

disebut juga sebagai anak cacat secara sosial (Kartono, 2005).

Berbagai bentuk kenakalan remaja seperti perkelahian

perseorangan atau kelompok yang lebih sering disebut tawuran, pencurian,

penyalahgunaan obat-obatan, seks bebas hingga aborsi, semakin

meningkat di berbagai wilayah Indonesia khususnya di kota-kota besar

seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, tak terkecuali Yogyakarta.

Berdasarkan data dari Bimmas Polri Metro Jaya, 1994 tercatat 183 kasus

perkelahian pelajar, menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 meningkat 194

kasus dan tahun 1998 menjadi 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar

serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37

korban tewas. Kejadiannya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal

ini banyak menimbulkan kerugian materiil dan kesengsaraan batin baik

pada subyek pelaku sendiri maupun pada para korbannya (Kartono, 2005).

Untuk menilai atau mendiagnosa kenakalan anak atau remaja hendaknya

diperhatikan faktor kesengajaan dan kesadaran dari anak itu. Selama anak

atau remaja itu tidak tahu, tidak sadar dan tidak sengaja melanggar hukum

Page 13: Proposal KTI Rio Fix Revisi

3

dan tidak tahu pula akan konsekuensinya, maka ia tidak dapat digolongkan

sebagai nakal. (Sarwono, 2011)

Munculnya berbagai bentuk perilaku delinkuen tersebut, menurut

Goleman (2000) merupakan barometer adanya suatu ketidakmampuan

remaja mengatasi masalah yang mereka hadapi. Fenomena tersebut

menunjukan bahwa individu gagal dalam memahami, mengelola dan

mengendalikan emosinya, ketika menghadapi suatu permasalahan. Remaja

awal dalam mengatasi masalah, membutuhkan adanya suatu pengetahuan

yang dapat membantu mereka dalam mengatasi masala-masalah atau

konflik-konfilk yang dihadapi.

Adapun dampak yang disebabkan oleh perilaku delinkuensi yang

dapat diidentifikasi, diantaranya adalah mengurangi motivasi dalam proses

pembelajaran baik di sekolah, di luar sekolah/rumah, kompetensi dan

potensi siswa tidak optimal sehingga prestasi dan mutu pendidikan

menurun, menambah bana guru sehingga mengurangi semangat guru

mengembangkan potensi dan kompetensi siswa, merusak suasana

pendidikan/lingkungan sehingga pemberdayaan masyarakat terhadap

peningkatan mutu tidak optimal, dapat menghambat upaya mewujudkan

kaidah-kaidah kesopanan, kaidah kesusilaan, kaidah agama dan

kepercayaan serta kaidah hukum dan lingkungan sekolah maupun

lingkungan masyarakat. (www.madiunkab.go.id , 2008)

Page 14: Proposal KTI Rio Fix Revisi

4

Berbagai faktor berkaitan dengan perilaku menyimpang remaja

(Kartono, 2005; Hawari, 1999). Faktor eksternal kehidupan remaja tidak

lepas dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sedangkan

faktor internal disebabkan karena remaja tidak dapat melakukan adaptasi

dengan lingkungan sekitar, dengan melakukan mekanisme pembelaan diri

dan pelarian diri yang salah yang diwujudkan dengan perilaku yang

maladaptif, agresi dan pelanggaran norma atau hukum yang berlaku.

Untuk mengatasi hal tersebut, pernting bagi remaja untuk memiliki

kecakapan hidup (Life Skills education) yang dapat diperoleh dengan

program pendidikan kecakapan hidup (Life Skills education).

Pendidikan kecakapan hidup (Life Skills education) merupakan

suatu pendidikan bagi anak usia sekolah untuk meningkatkan kompetensi

psikososialnya. Kecakapan hidup tersebut termasuk kemampuan

menyelesaikan masalah, berpikir kritis, berkomunikasi dan membentuk

hubungan interpersonal, empati, dan metode untuk menghadapi emosi.

Diharapkan dengan program tersebut, remaja dapat memiliki kepribadian

tangguh serta mampu menghadapi berbagai pengaruh negative di

lingkungannya. Remaja akan memiliki citra diri positif sehingga dapat

menjalani setiap perannya dan tidak terjadi kesalahan mengambil dan

melaksanakan peran yang dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi

diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan misalnya kenakalan remaja.

Page 15: Proposal KTI Rio Fix Revisi

5

Botvin et al. (1980, 1994, 1995) menunjukkan adanya keefektifan

program Life Skills Training untuk menurunkan angka kekerasan pada

remaja. Remaja akan tumbuh menjadi remaja berkualitas yang bisa

beradaptasi dengan diri dan lingkungannya sehingga mampu

mengeksplorasi alternatif, menimbang pro dan kontra juga membuat

keputusan rasional dalam memecahkan setiap masalah atau isu yang

muncul. Berdasarkan latar belakang di atas, perlu untuk diteliti tentang

efektivitas pelatihan kecakapan hidup (Life Skills) terhadap kenakalan

remaja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana efektivitas pelatihan kecakapan hidup

(Life Skills) terhadap kenakalan remaja?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Tujuan Umum

Menganalisis effektivitas pelatihan kecakapan hidup (Life

Skills) terhadap kenakalan remaja.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat kenakalan remaja sebelum intervensi

Page 16: Proposal KTI Rio Fix Revisi

6

b. Mengetahui tingkat kenakalan remaja setelah intervensi

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat memberikan

sumbangan pengetahuan dibidang Pendidikan Kedokteran

khususnya Psikologi tentang effektivitas pelatihan kecakapan

hidup (Life Skills) terhadap tingkat kenakalan remaja.

b. Diharapkan dari penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk

penelitian selanjutnya dibidang Kedokteran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat memberikan

masukan bagi siswa untuk dapat meningkatkan kecakapan hidup

sehingga dapat mengurangi tingkat kenakalan remaja.

b. Bagi Peneliti

Diharapkan dengan hasil penelitian ini, peneliti

mendapatkan tambahan pengetahuan, dan pengalaman tentang

effektivitas pelatihan kecakapan hidup (Life Skills) terhadap tingkat

kenakalan remaja.

Page 17: Proposal KTI Rio Fix Revisi

7

c. Bagi Sekolah

Diharapkan dapat menjadikan pelatihan kecakapan hidup

(life skills) sebagai salah satu upaya untuk mengatasi depresi pada

remaja.

d. Bagi Masyarakat

Diharapakan dapat memberikan pengatahuan bagi

masyarakat untuk dapat mengurangi tingakat kenakalan remaja.

E. Keaslian Penelitian

Efektivitas Pelatihan Kecakapan Hidup terhadap Citra Diri

Remaja, Fransiska Kaligis, dkk., (2009) Departemen Psikiatri Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia/ Rumah Sakit Cipto Mangun kusumo,

Jakarta, 2009. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi efektivitas

pelatihan kecakapan hidup terhadap remaja siswa satu SMP di Jakarta

Pusat sebanyak 40 orang siswa usia 11-15 tahun diambil secara acak untuk

mengikuti penelitian. Desain penelitian adalah One group pre and post

test. Hasil dari penelitian adalah terjadi peningkatan citra diri setelah

pelatihan kecakapan hidup. Perbedaan dengan penelitian penulis ada pada

variabel, tempat dan subjek penelitian.

Page 18: Proposal KTI Rio Fix Revisi

8

Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan Kecerdasam Spiritual

dengan Kecenderungan Perilaku Delinkuen pda Remaja Pertengahan oleh

Andes (2004). Hasil menunjukan bahwa ada hubungan negative yang

signifikan antara variabel kecerdasan emosional dengan kecenderungan

perilaku delinkuen sebesar - 0,453 dengan p -0,000. Hasil tersebut

menunjukan bahwa hubungan tersebut signifikan (p <0,01). Penelitian

tersebut menggunakan instrument yang dibuat oleh penelitinya sendiri.

Penyusunan pernyataan-pernyataan pada skala Kecerdasan Emosional ini

disusun sendiri oleh penulis dengan mengacu pada aspek yang

dikemukakan oleh Salovey yang terdiri dari mengenali emosi dir,

mengelola emosi, memotivasi diri, membaca emosi orang lain (empati)

dan membina hubungan, sedang penelitian ini menggunakan instrument

baku kecerdasan emosi yaitu kuisioner Bar-On yang terdiri dari 5

subskala, yaitu (a) intrapersonal, (b) interpersonal, (c) penyesuaian diri, (d)

manajemen stres, (e) general mood. Analisis yang digunakan Andes yaitu

uji Anova sedangkan pada penelitian ini menggunakan uj korelasi person.

Page 19: Proposal KTI Rio Fix Revisi

BAB II

A. Tinjauan Pustaka

1. Remaja

a. Definisi Remaja

Masa remaja merupakan masa perubahan fisik maupun psikis

sehingga mengakibatkan terbentuknya pengalaman-pengalaman baru yang

sebelumnya belum pernah dialami. Remaja adalah satu tahap

perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang ditandai

dengan perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan

sosial (Desmita 2005). Dikatakan remaja jika seorang anak telah mencapai

umur 10-18 tahun untk wanita, sedangkan untuk laki-laki jika seorang

anak tersebut bersia 12-20 tahun (Soetiningsih 2004). Usia 11-24 tahun

dan belum menikah merupakan pedoman pengertian remaja Indonesia

(Kartono 2004).

Soetiningsih (2004) membagi remaja menjadi 3 tahapan

diantaranya:

a. Remaja awal mulai dari usia 11-13 tahun.

b. Remaja pertengahan dari usia 14-16 tahun.

c. Remaja lanjut dari usia 17-20 tahun.

9

Page 20: Proposal KTI Rio Fix Revisi

10

Pembagian tahapan di atas dijelaskan oleh Kartono (2004) seperti:

a. Remaja awal (early Adolescent)

Tahapan ini remaja masih penasaran dan terheran-heran

dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya, pada tahapan ini

tingkat ketertarikan dengan lawan jenis lebih cepat, remaja lebih

mengembangkan pikiran-pikiran baru, dan memiliki kepekaan yang

berlebihan sehingga kendali terhadap “ego” membuat mereka sulit

mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa.

b. Remaja madya (middle adolescent)

Tahapan ini remaja lebih membutuhkan banyak

teman,cenderung memilik sifat nardalamis atau mencintai diri

sendiri, menyukai teman-teman yang emilik sifat sama dengan

dirinya dan remaja laki-laki cenderung membebaskan perasaan cinta

ibunya guna mempererat hubungannya dengan kawan lawan jenis.

c. Remaja akhir (late adolescent)

Masa ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa.

Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah

mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan

sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya

Page 21: Proposal KTI Rio Fix Revisi

11

dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian

tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.

b. Karakteristik Remaja

Remaja dianggap sebagai masa “Storm and Stress”, frustasi dan

penderitaan. Konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang

cinta dan perasaan tersisih dari kehidupan sosial budaya orang dewasa

(Pikunas cit. Yusuf, 2002). Menurut Zulkifli (2002), remaja mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut:

a. Perkembangan fisik yang cepat

Pertumbuhan fisik mengalami perubahan yang sangat

cepat, bahkan lebih cepat dibandingkan pada masa kanak-knak dan

dewasa. Untuk mengimbangi hal tersebut, maka seorang remaja

membutuhkan nutrisi yang adekuat dan pola tidur yang lebih banyak.

Perkembangan fisik yang pesat terlihat dari tungkai, tangan, tulang,

kaki, otot tubuh ynag berkembang dengan pesat, terlihat lebih tinggi.

b. Perkembangan seksual yang mencolok

Perkembangan seksual pada anak laki-laki ditandia

dengan mulai diproduksinya sperma pada testis sehingga terjadi

mimpi basah pada pertama kali. Sedangkan hal yang terjadi pada

anak perempuan terjadi perkembangan rahim dan telah dapat dibuahi

Page 22: Proposal KTI Rio Fix Revisi

12

ditandai dengan terjadinya menstruasi pertama kali. Ciri-ciri lainnya,

pada anak-anak laki-laki adalah tumbuhnya kumis dan bulu disekitar

kemaluannya, tumbuhnya buah jakun yang membuat suara menjadi

agak lebih besar. Anak perempuan mempunyai ciri-ciri yang lain

yaitu terjadi penimbunan lemak dibawah kulit sehingga buah

dadanya mulai menonjol, berjerawat, pinggul yang melebar dan

pahanya membesar.

c. Tertarik pada lawan jenis

Kehidupan sosial remaja, mereka mlai tertarik pada lawan

jenis dan mulai melakukan pendekatan seperti pacaran. Remaja

perempuan lebih tertarik pada pemuda yang usianya lebih matang,

lebih mampu melindungi, member, menolong, pengertian dan lebih

menyayangi perempuan. Sedangkan pada remaja laki-laki lebih

tertarik pada remaja putri yang usianya lebih rendah dari usianya,

karena remaja perempuan lebih dianggap suka dilindungi, ditolong,

ingin dicintai serta ingin menyenangkan hati orang lain.

d. Berfikir bersifat kausalitas

Berfikir kausalitas adalah berfikir yang menyangkut

hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai berfikir kritis, tidak

mau dibodohi, tidak mudah percaya, mudah membantah dan tidak

Page 23: Proposal KTI Rio Fix Revisi

13

mau mendengar. Remaja akan mempertanyakan kenapa dilarang

melakukan sesuatu yang menurutnya wajar.

e. Emosi yang meluap-luap

Keadaan emosi remaja masih dalam keadaan labil karena

berhubungan dengan proses perkembangan fisik dan mental yang

pesat, sehingga berpengaruh pada keadaan hormonal. Hal ini

menyebabkan emosi remaja yang tidak stabil seperti terdapat

perasaan yang sedih sekali dan dilain waktu bisa menjadi sangat

senang atau menjadi sangat marah yang tidak terkendali meskipun

dengan penyebab yang sepele. Manakala seorang remaja sedang

senang, mereka bisa menjadi lupa diri sehingga tidak mampu

menahan emosi yang meluap-luap dan pada saat yang sangat sedih,

mereka bisa bunuh diri. Hal ini terjadi karena emosi remaja lebih

kuat dan lebih menguasai dari pada pikiran yang realistis.

f. Menarik perhatian lingkungan

Remaja mulai mencari perhatian diluar lingkungan

keluarga seperti berusaha mendapatkan status dan peranan dalam

satu perkumpulan seperti organisasi sosial masyarakat, olah raga dan

seni. Dengan mendapatkan status dan peranan tersebut maka remaja

akan melakukan dengan senang yang bertujuan untuk menarik

perhatian lingkungan sekitarnya.

Page 24: Proposal KTI Rio Fix Revisi

14

g. Kehidupan sosial terikat kelompok

Kehidupan sosial remaja sangat tertarik dengan kelompok

sebayanya. Hal ini terjadi karena remaja tidak mendapatkan

perhatian di rumah, sehingga remaja bergabung dengan kelompok

sebaya yang mau menghargai, mengerti, mengerti statusnya dan

mempunyai pengalaman yang sama. Dengan demikian remaja akan

merasa diperhatikan, dihargai, dan diterima status remajanya.

c. Perilaku Remaja

Remaja yang duduk di bangku SLTP/SLTA sering mengalami

hambatan dan masalah dalam menjalani masa remajanya, biasanya

masalah tersebut muncul dalam bentuk perilaku seperti yang dijelaskan

oleh Tanje (2002) diantaranya:

a. Perilaku Bermasalah (problem behavior).

Secara tidak langsung perilaku bermasalah akan

memberikan kerugian pada remaja di sekolah dan masih dikatakan

dalam batas wajar jika tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.

Salah satu contoh perilaku bermasalah yang sering dilakukan remaja

SLTP/SLTA adalah perilaku malu dalam mengikuti berbagai

aktivitas di sekolah sehingga menghambat sosialisasi diri remaja

dengan remaja lain, guru, masyarakat, dan remaja kurang

mendapatkan pengalaman dalam berinteraksi dengan orang lain.

Page 25: Proposal KTI Rio Fix Revisi

15

b. Perilaku Menyimpang (behavior disorder)

Kebanyakan dari remaja yang mengalami masalah ini

disebabkan karena persoalan psikologis yang selalu mengikuti

dirinya sehingga menunjkkan perilaku yang kacau yang bisa

menyebabkan remaja kelihatan gugup (nervous) dan perilakunya

tidak terkontrol yang memberikan dampak pada remaja seperti

kehilangan konsentrasi da bertindak ke perilaku kekerasan, walaupun

tidak semua remaja mengalaminya.

c. Penyesuaian diri yang salah (behavior maladjustment)

Penyesuaian diri yang salah pada remaja SLTP/SLTA

biasanya didorong oleh keinginannya untuk menyelesaikan masalah

dengan jalan pintas tanpa mempertimbangkan akibatnya seperti

perilaku mencontek, bolos dan melanggar peraturan sekolah.

d. Perilaku tidak dapat membedakan benar-salah (conduct disorder)

Wujud dari Conduct Disorder adalah munculnya cara

piker dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan

yang berlaku disekolah dan disebabkan karena sejak kecil orang tua

mereka tidak bisa membedakan mana perilaku benar dan mana yang

salah. Remaja dikategorikan Conduct Disorder apabila ia

memunculkan perilaku anti sosial baik verbal maupun non-verbal

seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan

Page 26: Proposal KTI Rio Fix Revisi

16

mempermainkan temannya dan menjuruskan ke permusuhan yang

merugikan orang lain.

e. Attention Deficit Hyperactvity disorder

Seorang remaja yang mengalami defisiensi perhatian dan

tidak dapat menerima impul-impuls sehingga emosinya, perilakunya,

gerakannya tidak terkontrol dan menjadi hyperaktif sehingga

mengalami kesulitan untuk konsentrasi, menyelesaikan tugas-

tugasnya, tidak memperhatikan lawan bicaranya dan sulit bermain

bersama temannya.

2. Kenakalan Remaja

a. Definisi Kenakalan Remaja

93. dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan

sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah

murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar

baginya.

Kenakalan remaja atau dengan sebutan “Juvenile Delinquence”

dimana juvenile tersebut berasal dari bahasa latin Juvenilis yang artinya

anak-anak, anak muda, cirri karakteristik pada masa muda yang memiliki

Page 27: Proposal KTI Rio Fix Revisi

17

sifat-sifat khas pada periode remaja. Sedangkan Delinquence berasal dari

kata “delinquere” yang berarti terabaikan, sehingga meluas menjadi jahat,

a-sosial atau anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat rebut,

penteror, durjana, dursila, dan tidak dapat diperbaiki. Juvenile

Delinquence mengacu pada suatu rentang yang luas mulai dari tingkah

laku yang tidak diterima sosial sampai pelanggaran status tindak kriminal

(Santrock, 2002).

Juvenile Delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku

nakal/jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala (patologis)

secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk

pengabaian sosial, sehingga berkembang ke arah tingkah laku yang

menyimpang (Kartono, 2005). Kenakalan remaja juga dapat diartikan

sebagai perilaku remaja yang menyalahi aturan sosial di lingkungan

masyarakat tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia , 2001). Kejahatan

remaja yang merupakan gejala penyimpangan dan patologis secara sosial

dapat dikelompokkan dalam satu kelas defektif secara sosial dan

mempunyai sebab-musabab yang majemuk; jadi sifatnya multi kasual

(Kartono, 2005).

Sarlito (2004) mengatakan bahwa kenakalan remaja adalah

perilaku yang menyimpang dari atau melanggar hukum. Definisi di atas

pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku

yang tidak sesuai denan norma-norma yang ada di masyarakat. Kenakalan

Page 28: Proposal KTI Rio Fix Revisi

18

yang terjadi sudah mulai terjadi sudah mulai terjadi ketka masa kanak-

kanak sampai mencapai usia dewasa.

b. Faktor-faktor Kenakalan Remaja

Kartono (1986) dan Tambunan (1987) menyebutkan bahwa

timbulnya perilaku delinkuen pada remaja dikarenakan adanya faktor-

faktor yang berkaitan satu dengan yang lainnya, yaitu:

1) Faktor lingkungan, faktor ini tumbuh dari lingkungan sosial dan

keluarga yang tidak dapat diterima oleh remaja, sehingga semua

perangsang dan pengaruh yang kuat bagi remaja karena orang tua

merupakan modal baginya, sebagai contoh lingkungan keluarga yang

berantakan dapat mempengaruhi anak menjadi “delinquent” karena

anak tidak kerasan dan lari kepada minum-minuman keras sebagai

pelampiasan.

2) Faktor psikologis, yaitu faktor yang berhubungan dengan isi

kejiwaan antara lain motivasi, minat, fantasi, konflik batin, sikap dan

inteligensi, misalnya seseorang yang inteligensinya rendah

cenderung kurang mampu menyelesaikan dan memecahkan masalah-

masalah yang dihadapinya,

3) Faktor sosial budaya, yaitu pengaruh dari sifat-sifat struktur sosial,

norma-norma yang khas, hal ini dapat memicu munculnya tingkah

Page 29: Proposal KTI Rio Fix Revisi

19

laku tertentu, misalnya perkelahian antar pelajar, tawuran antar

kelompok dan sebagainya,

4) Faktor pendidikan, yaitu faktor yan timbul dari proses pendidikan

yang dialami remaja dimana proses pendidikan ini tidak memadai

dan mendukung secara positif, sehingga hal ini menyebabkan sikap

dan perilaku tertentu atau menyimpang. Faktor ini berlangsung

berkat dilakukannya perbuatan-perbuatan belajar yang diperoleh dari

orang tua, guru dan masyarakat, misalnya seorang anak yang

mempunyai niat untuk mencuri uang orang tuanya dan kebetulan

sedang pergi diurungkannya untuk mencuri, anak itu tahu bahwa

mencuri itu tidak baik.

Menurut Sarlito (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi

kenakalan remaja dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Faktor lingkungan (external)

a. Kemiskinan di kota-kota besar

b. Gangguan lingkungan (polusi, kecelakaan lalu lintas, bencana

alam, dll)

c. Migrasi (urbasnisasi, pengungsian karena perang, dll)

d. Faktor sekolah (kesalahan mendidik, fakktor kurikulum, dll)

Page 30: Proposal KTI Rio Fix Revisi

20

e. Keluarga yang tercerai berai (peceraian, perpisahan yang terlalu

lama, dll)

f. Gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga :

(1) Kematian orang tua

(2) Orang tua sakit berat atau cacat

(3) Hubungan atara keluarga tidak harmonis

(4) Orang tua gangguan jiwa

g. Kesalahan dalam pengasuhan karena pengangguran

h. Kesulitan keuangan

i. Tempat tinggal tidak memenuhi syarat

2) Faktor pribadi (internal)

a. Faktor bakat yang mempengaruhi tempramen (menjadi pemarah,

hiperaktif, dll)

b. Cacat tubuh dan kemantangan seksual awal atau keterlambatan

akan muncul perasaan tidak adekuat yang mungkin dilampiaskan

dalam bentuk tingkah laku anti-sosial

c. Ketidak mampuan untuk menguasai diri

Page 31: Proposal KTI Rio Fix Revisi

21

Faktor-faktor kenakalan remaja yang diklasifikasikan oleh

Santrock (2002) lebih rinci dalam menjelaskan faktor-faktor yang

menyebabkan kenakalan remaja yaitu:

1) Identitas menurut Erikson kenakalan terjadi karena anak remaja

gagal mengatasi identitas peran.

2) Pengendalian diri. Beberapa anak remaja gagal memperoeh

pengendalian yang esensial yang umumnya dicapai orang lain selama

proses pertumbuhan.

3) Usia

4) Jenis kelamin. Anak laki-laki banyak terlibat dalam perilaku

antisocial dari pada anak perempuan, walaupun anak perempuan

lebih cenderung melarikan diri dari rumah sedangkan anak laki-laki

lebih terlibat dalam tindakan-tindakan kejahatan.

5) Harapan-harapan dalam pendidikan dan nilai rapor sekolah. Remaja

yang nakal sering memiliki harapan-harapan pendidikan yang rendah

dan nilai rapor yang rendah.

6) Pengaruh orang tua. Remaja yang nakal sering dari keluarga yang

memiliki orang tua yang jarang memantau anak-anak mereka,

memberi sedikit dukungan dan mendisiplinkan mereka secara tidak

efektif.

Page 32: Proposal KTI Rio Fix Revisi

22

7) Pengaruh teman sebaya. Remaja yang memiliki teman yang

bermasalah cenderung berperilaku agresif, nakal dan berprestasi

rendah, sehingga resiko menjadi nakal cukup besar karena sulit bagi

remaja untuk menghindari tekanan-tekanan yang kuat dari teman

sebayanya.

8) Status sosioekonomi

9) Kualitas lingkungan. Tinggal di suatu daerah yang tingkat

kejahatannya tinggi, yang juga dicirikan oleh kondisi-kondisi

kemiskinan dan kehidupan yang padat, menambah kemungkinan

anak menjadi nakal.

c. Teori Kenakalan Remaja

Teori Philip Graham (1983) yang berdasar pada pengamatan

empiris dari sudut kesehatan mental anak dan remaja, pembagian faktor

penyebab kelainan perilaku anak dan remaja adalah faktor lingkungan dan

faktor pribadi, yang termasuk didalamnya adalah ketidakmampuan untuk

menyesuaikan diri.

Kenakalan remaja yag merupakan gejala penyimpangan dan

patologis secara sosial, dapat dikelompokkan sesuai dengan penyebabnya

yang bersifat multi kausal (Kartono, 2005). Penyebab tersebut terdiri dari

beberapa teori yaitu:

Page 33: Proposal KTI Rio Fix Revisi

23

a. Teori Biologis

Tingkah laku delikuen pada anak-anak remaja terjadi kareana

dapat munculnya faktor-faktor fisiologis dan struktur jasmaniah

melalui kombinasi gen atau disebabkan oleh gen tertentu. Semua hal

tersebut bisa memunculkan penyimpangan tingkah laku.

b. Teori Psikologis

Argumen sentral dari teori ini adalah delikuen merupakan

bentuk penyelesaian atau kompensasi dari masalah psikologis atau

konflik batin dalam menanggapi stimuli eksternal atau sosial dan pola-

pola hidup yang patologis. Kurang dari 90% anak-anak delikuen

berasal dari keluarga berantakan (broken home). Maka dari kondisi

tersebut akan melahirkan masalah psikologis dan adjustment

(penyesuaian diri) pada remaja, sehingga sebagai kompensasinya

remaja memecahkan masalah batinnya dalam perilaku delikuen.

Remaja yang delikuen melakuakan tindakan kejahatan

didorong oleh konflik batin sendiri. Remaja mempraktekkan konflik

batinnya untuk mengurangi beban tekan jiwa sendiri melalui tingkah

laku agresif, impulsif dan primitif. Sebagaian remaja memang tidak

melakukan tindakan delikuen, meskipun emaja mempunyai

kecenderungan untuk egois dan a-sosial, hal ini disebabkan karena

Page 34: Proposal KTI Rio Fix Revisi

24

adanya kontrol diri yang kuat dan kepatuhan secara normal terhadap

kontrol sosial yang efektif (Kartono, 2005).

c. Teori Sosiogenis

Penyebab tingkah laku delikuen oleh remaja adalah murni

sosiologis atau sosio-psikologis sifatnya. Misalnya disebabkan oleh

pengaruh struktur sosial yang deviatif, tekanan kelompok, peranan

sosial, status sosial atau internalisasi simbolis yang keliru. Tingkah

laku delikuen pada remaja yang berada di kota besar banyak

disebabkan oleh kekuatan kultural dan disorgansasi sosial (Healy dan

Bronner cit Kartono, 2005). Jadi sebab-sebab kenakalan remaja tidak

hanya terletak pada lingkungan familial dan tetangga saja, akan tetapi

terutama sekali disebabkan oleh konteks kulturalnya.

d. Teori Subkultural Delikuensi

Sumber Juvenile Delinquency adalah sifat-sifat suatu struktur

sosial dengan pola budaya (subkultural) yang khas dari lingkungan

familial, tetangga dan masyarakat yang dialami oleh para remaja. Sifat-

sifat masyarakat itu antara lain: mempunyai lokasi yang sangat padat,

status sosial ekonomi yang rendah, kondisi perkampungan yang buruk

dan banyaknya disorganisasi familial dan sosial tingkat tinggi.

Page 35: Proposal KTI Rio Fix Revisi

25

3. Pelatihan Kecakapan Hidup (Life Skills)

a. Definisi Life Skills

Life Skills merupakan suatu kemampuan untuk menyusun

pola pikir dan perilaku sehingga menjadi serangkaian kegiatan yang

terintegrasi dan dapat diterima oleh lingkungan budaya setempat atau

mempunyai tujuan interpersonal. Pusat Kurikulum, Balitbang

Depdiknas yang merujuk pada pendapat WHO (1997) mendefinisikan

bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk

dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan

seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam

kehidupan secara lebih efektif.

b. Komponen-komponen Life Skills

Life Skills terdiri dari 3 kategori dasar, dimana tiap

kategori saling melengkapi dan memperkuat satu sama lain :

a. Keterampilan sosial atau antar pribadi, termasuk keterampilan

komunikasi, negosiasi / penolakan, ketegasan, kerja sama,

empati.

b. Keterampilan kognitif, termasuk pemecahan masalah,

pemahaman konsekuensi, pengambilan keputusan, berpikir

kritis, evaluasi diri.

Page 36: Proposal KTI Rio Fix Revisi

26

c. Keterampilan mengatasi emosional, termasuk mengelola stres,

mengelola perasaan, manajemen diri, dan mengawasi diri

sendiri.

Menurut Susilowati (2008), aplikasi Life Skills dapat berupa:

aplikasi kecakapan personal berupa kegiatan yang dirancang untuk

memecahkan masalah, misalnya kegiatan untuk mencari dan

memproses informasi kemudian membuat keputusan. Aplikasi

kecakapan akademik berupa kegiatan untuk melakukan suatu analisis

dan penarikan kesimpulan dalam pemecahan suatu masalah. UNICEF,

UNESCO and WHO mendaftar 10 strategi inti teknik dan kecakapan

hidup: problem solving, critical thinking, effective communication

skills,decision-making, creative thinking, interpersonal relationship

skills, self awareness building skills, empathy, and coping with stress

and emotions. Di Indonesia telah dikembangkan Modul Pelatihan

Meningkatkan Kesehatan Jiwa Remaja di Sekolah Melalui Pendidikan

Kecakapan Hidup yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Pelayanan

Kesehatan Jiwa, DirJen Bina Yanmed, DepKes RI, tahun 2006.

Zollinger et al. (2003) yang mengevaluasi pengaruh pelatihan

kecakapan hidup (Life Skills Training) terhadap penggunaan rokok

pada siswa sekolah menengah memperoleh hasil jumlah siswa

perokok yang lebih rendah dan keinginan siswa untuk tetap berada

pada keadaan bebas rokok setelah mengikuti program ini. Botvin et

al. (1980, 1994, 1995) menunjukkan adanya keefektifan program Life

Page 37: Proposal KTI Rio Fix Revisi

27

Skills Training pada pencegahan penggunaan rokok, alkohol dan obat

terlarang. Lebih jauh dikatakan bahwa pendidikan kecakapan hidup

bagi remaja mampu menurunkan penggunaan rokok sampai dengan

87%, penggunaan alkohol dan obat terlarang sampai 60-75%,

menurunkan angka kekerasan, menurunkan perilaku berkendara yang

membahayakan, serta menunjukkan efek pada perilaku berisiko

infeksi HIV. Pendidikan kecakapan hidup selama 5 minggu efektif

dalam meningkatkan kekuatan dan citra diri serta menurunkan

kesulitan pelajar SMP di Jakarta Pusat.

Page 38: Proposal KTI Rio Fix Revisi

28

B. Kerangka Konsep Penelitian

Diteliti

Tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka Konsep

Kenakalan Remaja

di SMA 1 Kasihan, Bantul

Faktor Internal

Kemiskinan di kota-kota besar

Gangguan lingkungan

Migrasi

Faktor sekolah

Keluarga yang tercerai berai

Gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga

Kesalahan dalam pengasuhan karena pengangguran

Kesulitan keuangan

Tempat tinggal tidak memenuhi syarat

Faktor Eksternal

Faktor bakat yang mempengaruhi tempramen

Cacat tubuh dan kemantangan seksual awal

Ketidak mampuan untuk menguasai diri

Life Skills training

Tingkat kenakalan remaja

Page 39: Proposal KTI Rio Fix Revisi

29

C. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pelatihan kecakapan hidup efektif

terhadap penurunan tingkat kenakalan remaja.

Page 40: Proposal KTI Rio Fix Revisi

BAB III

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah studi kuasi

eksperimental dengan rancangan penelitian pre-test & post-test control

group design. Studi ini adalah salah satu rancangan yang berupaya untuk

mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok

tanpa intervensi disamping kelompok dengan intervensi sebagai

pembanding. Kedua kelompok diberi kuisioner kenakalan remaja,

kemudian kelompok perlakuan diberi intervensi dengan diberikan

pelatihan life skills dan kelompok kontrol tidak diberi intervensi diikuti

secara prospektif kemudian dilakukan post test dengan pengisian kuisioner

kecerdasan emosi lagi.

Gambar 2. Desain Penelitian

30

SUBYEK PENELITIAN

KELOMPOK PERLAKUAN EFEK PADA KENAKALAN

REMAJAKELOMPOK KONTROL

Page 41: Proposal KTI Rio Fix Revisi

31

B. Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Subyek Penelitian

Populasi penelitian adalah siswa-siswi SMU kelas X-XI

Kasihan, Bantul. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-

XI SMA Kasihan kabupaten Bantul yang terletak di perbatasan

antara wilayah rural dan urban dan terjangkau secara mudah oleh

peneliti. Teknik pengambilan sampel dengan cara memilih

responden berdasarkan kepada pertimbangan bahwa responden

tersebut dapat mengikuti kegiatan penelitian. Sampel dibagi dalam

kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan menggunakan

random allocation.

2. Kriteria inklusi dan eksklusi

a. Kriteria inklusi :

1) siswa klas X-XI

2) bersedia ikut dalam penelitian.

b. Kriteria eksklusi :

Memiliki riwayat gangguan jiwa berat.

Page 42: Proposal KTI Rio Fix Revisi

32

c. Kriteria Drop Out :

Sampel yang tidak mengikuti pelatihan kecakapan hidup

(Life Skills) kurang dari dua pertemuan.

3. Perkiraan Besar Sampel

Untuk studi eksperimen dan kohort, besar sampel ditentukan

dengan rumus sebagai berikut:

Dari penelitian sebelumnya untuk menilai efektivitas program pada

anak dan remaja didapatkan perbedaan rerata minimal yang masih

dianggap bermakna adalah (x1 - x2) = 3. Besarnya simpang baku dari

selisih rata-rata ditetapkan oleh peneliti berdasarkan clinical judgment

yaitu 6.

N = (1,96 + 0,84) 6 = 2,8 x 6 =( 5,6 )2 = 31,36

3 3

N 32 orang

(Zα + Zβ) Sd

(x1 - x2)

N =

(Zα + Zβ) Sd

(x1 - x2) N =

2 2

2

2

Page 43: Proposal KTI Rio Fix Revisi

33

Untuk menghindari kemungkinan drop-out maka perhitungan

jumlah sampel menjadi : n’ = n / (1-f)

n = besar sampel yang dihitung

f = perkiraan proporsi drop out = 10%

n’ = 32 / (1-0,1)

n’ = 36 orang, maka ditetapkan besar sampel adalah 36 orang.

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMKN 1 Kasihan

2. Waktu Penelitian

a. Persiapan

Berupa training pada calon pelatih pendidikan kecakapan

hidup remaja peneliti oleh dosen pembimbing dan persiapan

kuesioner.

b. Pelaksanaan

Penelitian ini diperkirakan membutuhkan waktu dari Maret-

September 2012.

Page 44: Proposal KTI Rio Fix Revisi

34

D. Variabel Penelitian

a. Variabel Tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah perilaku

kenakalan remaja.

b. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah pelatihan

kecakapan hidup (life skills).

E. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini ditetapkan batasan operasional variabel

sebagai berikut :

a. Efektif dalam penelitian ini adalah terjadi penurunan tingkat

kenakalan remaja pada sampel penelitian setidaknya satu tingkat dari

pengukuran awal.

b. Pendidikan kecakapan hidup (life skills education) merupakan suatu

pendidikan bagi anak usia sekolah untuk meningkatkan kompetensi

psikososialnya. Modul dikeluarkan oleh Direktorat Bina Pelayanan

Kesehatan Jiwa, DirJen Bina Yanmed, DepKes RI, tahun 2006,

terdiri dari lima modul, yaitu modul mengatasi stress, mengatasi

tekanan teman sebaya, meningkatkan harga diri, mengatasi emosi

dan resolusi konflik. Metode yang digunakan adalah tanya jawab,

Page 45: Proposal KTI Rio Fix Revisi

35

diskusi dan bermain peran. Waktu yang dialokasikan untuk masing-

masing kegiatan dalam satu modul bervariasi antara 30 menit sampai

45 menit.

c. Kenakalan remaja diwujudkan menjadi empat indikator yaitu:

merugikan diri sendiri, merugikan orang lain, merugikan dri sendiri

dan orang lain, melanggar disiplin atau hukum yang berlaku. Skala

untuk kenakalan remaja adalah ordinal. Cara pengukuran dengan

menggunakan kuesioner yang terdiri dari 30 pertanyaan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah berupa kuisioner

tertutup yang alternatif jawabannya sudah dibatasi dan langsung diberikan

kepada subjek yang akan diteliti. Setiap butir pertanyaan mengandung

item jawaban mengarah pada jawaban favorable atau ke arah unfavorable.

Penilaian kuisioner menggunakan skala linket yang mempunyai empat

alternatif jawaban, yang pada setiap jawaban mempunyai skor yang

berbeda pada pertanyaan yang mengarah pada pertanyaan favorable atau

unfavorable. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat table 1 di bawah ini:

Tabel 1. Skor Favorable dan Unfavorable Menurut Alternatif Jawaban

No. Skala alternatif jawaban Skor favorable Skor unfavorable

1 Tidak pernah 1 4

2 Jarang 2 3

3 Sering 3 2

Page 46: Proposal KTI Rio Fix Revisi

36

4 selalu 4 1

Alat yang digunakan unutk menilai kenakalan remaja adalah

berupa kuesioner yang terdiri dari 30 butir pertanyaan yang terdiri dari:

Tabel 2. Sebaran Item Kuesioner Kenakalan Remaja

No. Indikator Favorable Unfavorable Nomor item

1 Merugikan diri sendiri 1, 2, 3, 4 5, 6, 7, 8 1-8

2 Merugikan orang lain 10, 11, 12, 14,

15

9, 13 9-15

3 Merugikan diri sendiri

dan orang lain

16, 19, 21 17, 18, 20 16-21

4 Melanggar disiplin 22, 23, 29 24, 25, 26, 27,

28, 30

22-30

Setiap hasil akumulasi jawaban dari petanyaan yang dijawab maka

akan dikategorisasikan tiga kategori yang tinggi, sedang dan rendah

dengan kategorisasinya sebagai berikut:

a. Tinggi apabila jumlah skor ≥ 75

b. Sedang apabila jumlah skor 56-75

c. Rendah apabila jumlah skor ≤ 55

Kategorisasi rentang nilai tersebut sesuai perhitungan berdasarkan

rumus dari Arikunto (2006), sebagai berikut:

Page 47: Proposal KTI Rio Fix Revisi

37

χ

P= x 100%

n

keterangan:

p : prosentase

χ : jumlah jawaban

n : jumlah responden

G. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data pada penelitian ini mengambil 36 orang

kelompok kontrol dan kelompok yang diberikan perlakuan. Kelompok

perlakuan diberikan kuesioner Kenakalan Remaja sebelum dan sesudah

pelatihan kecakapan hidup (life skills). Sedangkan kelompok kontrol

diberikan kuesioner tanpa pelatihan kecakapan hidup (life skills).

H. Uji Validitas Dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Sebuah instrumen dapat

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan

Page 48: Proposal KTI Rio Fix Revisi

38

mampu mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto,

2006). Teknik untuk mengukur validitas kuesioner dengan menggunakan

rumus korelasi product moment dari Pearson, yaitu dengan cara

mengkorelasikan skor butir sebagai x dan skor nilai sebagai y. Rumus

korelasi product moment dari Pearson:

N ∙ ∑x y - (∑x) (∑y)

rxy=

√{N ∙ ∑x2 – (∑x)2} {N ∙ ∑y2 – (∑y)2}

Dengan keterangan:

rxy = koefisien korelasi product moment

x = nilai dari setiap item

y = nilai dari semua item

N = jumlah item

Pertanyaan untuk kenakalan remaja terdiri dari 38 pertanyaan,

setelah dilakukan uji validitas dinyatakan valid 31 pertanyaan dan yang

digunakan untuk penelitian adalah 30 pertanyaan dengan pertimbangan

dipilih sesuai dengan konten yang diharapkan.

Page 49: Proposal KTI Rio Fix Revisi

39

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran dan pengamatan

bila fakta atau kenyataan diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu

berlainan. Alat dan cara mengukur sama-sama memegang peranan yang

penting dalam waktu ang bersamaan (Nursalam, 2003). Reliabilitas alat

ukur perilaku kenakalan remaja menggunakan uji reliabilitas Alpha karena

mempunyai rentang jawaban dari pertanyaan yaitu selalu, sering, jarang

dan tidak pernah. Untuk kenakalan remaja dinyatakan reliable dengan r

alpha yaitu 0,841.

I. Analisis Data

Analisa data pada penelitian ini menggunakan uji statistik

Wilcoxon rank test untuk menguji perbedaan dua variabel pada subjek

yang sama. Hal ini karena peneliti ingin mengetahui apakah pelatihan

kecakapan hidup (life skills) efektif untuk menurunkan tingkat kenakalan

remaja. Alat bantu yang digunakan adalah program SPSS ver. 15. Peneliti

menggunakan uji beda ini karena data yang digunakan adalah berpasangan

dan berskala ordinal.

J. Etik Penelitian

Etika penelitian pada penelitian ini menggunakan prinsip etik

penelitian menurut Nursalam (2003) yang terdiri dari:

Page 50: Proposal KTI Rio Fix Revisi

40

1) Right to self determination (hak untuk tidak menjadi responden),

subjek penelitian harus dilakukan secara manusiawi dan mempunyai

hak untuk memutuskan apakah bersedia menjadi subjek penelitian

atau tidak, tamnpa adanya sangsi apapun.

2) Informed consent, subjek harus mendapatkan informasi secara

lengkap mengenai tujuan penelitian yang akan dilaksanakan,

mempunyai hak bebas berpartisipasi atau menolak menjadi

responden.

3) Right in fair treatment (hak untuk mendapatkan perlakuan yang

adil), subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama,

maupun sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya

diskriminasi apabika ternyata mereka tidak bersedia atau dropped

out sebagai responden.

4) Right to privacy (hak dijaga kerahasiaannya), subjek mempunyai hak

untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan.

Subjek penelitian ini dilindungi hak-haknya dengan diberikan

informed consent dan diberi penjelasan selengkapnya mungkin mengenai

penelitian yang akan dilakukan. Persetujuna dari komite etik juga

diupayakan untuk memastikan bahwa penelitian ini tidak melanggar kode

etik penelitian.

Page 51: Proposal KTI Rio Fix Revisi

41

DAFTAR PUSTAKA

Botvin GJ, Schinke SP, Epsten JA, Diaz T. 1994. Effectiveness of Culturally-focused and Generic Skills Training Approach to Alcohol and Drug Abuse among Minority Youths. Psychology of Addictive Behavior.

Botvin GJ, Schinke SP, Epsten JA, Diaz T. 1995. Effectiveness of Culturally-focused and Generic Skills Training Approach to Alcohol and Drug Abuse among Minority Youths: Two-Year Follow-Up Result. Psychology of Addictive Behavior.

Departemen Kesehatan RI Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa. 2006. Modul Pelatihan Meningkatkan Kesehatan Jiwa Remaja di Sekolah Melalui Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education). Jakarta: Depkes RI

Desmita. 2005. Psikologi perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Goleman, D. (2000). Kecerdasan Emosi: Mengapa Emotional Intelligence Lebih Tinggi Daripada IQ. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kartono, Kartini. 2005. Patologi Sosial II: Kenakalan Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Santrock, John W. 2002. Life spand development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, Sarlito W. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Soetiningsih. 2004. Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.

Tambunan, R. 1987. Mencegah kenakalan remaja. Bandung: Ind Publishing House.

Tanje. 2002. Masalah remaja di sekolah dan solusinya. Dari http://sekolahindonesia.com./ diakses kembali pada Maret 2012.

Page 52: Proposal KTI Rio Fix Revisi

42

Yusuf, Syamsu. 2002. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Rosda.

Zulkifli. 2002. Psikologi perkembangan. Bandung. Rosda.

Page 53: Proposal KTI Rio Fix Revisi

43

LAMPIRAN

PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama/ Inisial :

Umur :

Kelas :

Menyatakan bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden

penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa/ mahasisiwi Program Studi Pendidikan

Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta bernama Yucaesario Mohammad Ramadhan, dengan judul

“Efektivitas Pelatihan Kecakapan Hidup (Life Skills) Terhadap Tingkat

Kenakalan Remaja di SMKN 1 Kasihan Bantul Yogyakarta”

Saya tahu bahwa informasi yang saya berikan ini akan bermanfaat

bagi tenaga kesehatan, masyarakat umum.

Yogyakarta, Maret 2012

Responden

Page 54: Proposal KTI Rio Fix Revisi

44

KUISIONER KENAKALAN REMAJA

Berilah tanda cek ( √ ) pada kolom yang ada di sebelah kanan pada masing-

masing pernyataan sesuai dengan pengalaman saudara.

1. Tidak pernah : Apabila pernyatan tidak pernah dilakukan

2. Jarang : Apabila pernyataan jarang dilakukan

3. Sering : Apabila pernyataan sering dilakukan

4. Selalu : Apabila pernyataan selalu dilakukan

Berdasarkan pengalaman, hal-hal berikut terjadi dalam kehidupan saya:

No. Pernyataan Tidak

pernah

Jarang Sering Selalu

1. Tidak menyukai salah satu

pelajaran, memilih tidak masuk

sekolah atau membolos

2. Nonton film porno

3. Main ke maal atau tempat

keramaian saat jam pelajaran

sekolah

4. Menyontek saat ujian sekolah

5. Mengikuti semua pelajaran

sekolah

Page 55: Proposal KTI Rio Fix Revisi

45

6. Senang kepada guru yang

memberikan tugas

7. Belajar merupakan kewaiban

bagi saya

8. Jujur kepada teman

9. Menghargai teman

10. Berbohong

11. Mengancam dan menakut-nakuti

teman

12. Membuat kecewa orang tua

13. Melindungi teman atau orang

yang lemah

14. Mengambil uang orang tua tanpa

ijin

15. Kabur dari rumah

16. Menggunakan narkoba

17. Mendamaikan teman yang

bertikai

18. Mengisi waktu luang dengan

membantu orang tua

19. Terlibat tawuran

20. Menjaga pergaulan dengan lawan

jenis untuk tidak berperilaku

Page 56: Proposal KTI Rio Fix Revisi

46

bebas

21. Tidak peduli dengan nasihat

orang tua

22. Melanggar lampu merah

23. Malas menjalankan ibadah

agama

24. Mengendarai motor dengan surat

lengkap dan helm

25. Mematuhi peraturan sekolah

26. Taat menjalankan perintah

agama

27. Menganggap aturan atau norma

sebagai sarana pendidikan

28. Menghargai sopan santun

29. Mencoret-coret tembok

30. Mengutarakan setiap keinginan

dengan santun