5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 1/38
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerang (Bivalvia / Pelecypoda) adalah salah satu jenis makanan
yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena mengandung kadar
protein dan kandungan gizi (nutrisi) yang tinggi selain itu dapat pula
digunakan sebagai bahan perhiasan yang mempunyai nilai ekonomis
penting bernilai komersial (http://WWW.Pedoman rakyat.co.id;
Suwigno.S dkk, 2005).
Sungai Pohara merupakan salah satu sungai di kabupaten
Konawe yang digunakan untuk berbagai peruntukan, diantaranya
adalah untuk pencarian/pengambilan Bivalvia, dan penambangan
pasir. Masyarakat yang bermukim di daerah sekitar sungai Pohara
menggunakan sungai tersebut sebagai sumber mata pencaharian dan
salah satunya adalah menangkap kerang di sungai lalu menjualnya
kepada masyarakat. Bivalvia yang hidup di perairan ini berasal dari
Famili Corbicula dengan jenis Batissa violacea celebensis. Martens.
Masyarakat setempat mengenalnya dengan sebutan Pokea.
Berdasarkan informasi LIPI-Cibinong dalam Bahtiar (2005) bahwa
Pokea ini merupakan hewan yang endemik di Sulawesi Tenggara
sedangkan sungai-sungai di Indonesia belum ada informasi
ditemukannya organisme ini.
1
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 2/38
Selain sebagai sumber mata pencaharian, sungai Pohara juga
digunakan sebagai tempat pembuangan limbah manusia dan juga
limbah rumah tangga. Limbah yang masuk ke sungai akan
menyebabkan terjadinya pencemaran dan mempengaruhi spesies
hewan air tawar khususnya Bivalvia yang mempunyai habitat di
sungai tersebut, karena kemungkinan besar limbah yang ada di
sungai itu mengandung mikroorganisme yang bersifat patogen,
dimana Salmonella adalah salah satu bakteri yang bersifat patogen
bagi manusia (Bahtiar, 2005). Adapun keberadaan mikroba
khususnya Salmonella dalam makanan dan minuman berdasarkan
keputusan Direktorat Jenderal POM Nomor : 03726/B/SK/VII/89
tentang batas maksimum cemaran mikroba dalam makanan
menyatakan bahwa makanan (bahan baku maupun hasil olahannya)
tidak boleh mengandung Salmonella.
Bivalvia merupakan sumber infeksi apabila hidup pada air
yang terkontaminasi oleh bakteri Salmonella (Jawetz, Melnick,
Adelberg’s, 2001), terinfeksinya manusia oleh bakteri Salmonella
hampir selalu disebabkan karena mengkonsumsi makanan dan
minuman tercemar. Salmonella ini apabila tertelan dan masuk
kedalam tubuh akan menimbulkan gejala Salmonellosis. berbagai
penyakit infeksi yang ditimbulkan oleh Salmonella adalah
gastroenteritis, infeksi sistemik, Bakteremia, dan demam enterik
(Jawetz, Melnick, Adelberg’s, 2005).
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 3/38
3
Salmonellosis, terutama demam enterik masih merupakan
masalah kesehatan di Indonesia, sebanyak 12,5 juta orang penduduk
dunia terserang demam enterik setiap tahunnya. Di Indonesia angka
kejadian demam enterik mencapai 3 - 5 kasus per 1.000 penduduk
setiap tahunnya dengan angka kematian mencapai 10%
(WWW.Media Indonesia.Com 2004).
Makanan dan minuman yang terkontaminasi merupakan
mekanisme transmisi kuman Salmonella, makanan yang biasanya
tercemar meliputi kue-kue yang mengandung saus susu, daging
cincang, sosis unggas, daging panggang, telur, dan kerang-kerangan.
Salmonella dapat tersebar diantara sesama manusia lewat tangan
orang yang terkena Salmonella dan juga bisa dari unggas peliharaan
kepada manusia (Irianto, K 2006).
Untuk mencegah terpaparnya seseorang dengan Salmonella
maka perlu dilakukan pencegahan yang terbaik diantaranya memasak
makanan dengan baik, memperhatikan faktor kebersihan pribadi dan
lingkungan, pembuangan sampah dan khlorinasi air minum.
Mencermati latar belakang di atas, penulis berkeinginan untuk
meneliti keberadaan Salmonella sp. pada kerang Pokea di Desa
Pohara, Kabupaten Konawe.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat Salmonella sp. pada kerang Pokea (Batissa
3
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 4/38
violacea celebensis, Martens) di Desa Pohara Kabupaten Konawe?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui keberadaan Salmonella sp. pada kerang
Pokea (Batissa violacea celebensis. Martens).
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk menentukan keberadaan Salmonella sp. pada kerang
Pokea (Batissa violacea celebensis. Martens) di Desa Pohara
Kabupaten Konawe.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti mengenai
pencemaran lingkungan dan bakteri Salmonella sp.
1.4.2 Institusi
Menambah referensi bagi akademik dan sebagai bahan acuan
untuk peneliti selanjutnya
1.4.3 Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat setempat dan para
konsumen mengenai kualitas kerang Pokea di Desa Pohara
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 5/38
5
Kabupaten Konawe.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL
2.1 Tinjauan Umum Salmonella
2.1.1 Pengertian
Salmonella merupakan bakteri patogen bagi manusia
yang menyebabkan Gastroenteritis, demam enterik, bakteremia
dan carrier yang asimptomatik.
Terinfeksinya manusia oleh Salmonella hampir selalu
disebabkan mengkonsumsi makanan dan minuman tercemar
yang masuk melalui mulut dan kemudian menyerang saluran
gastrointestinal yang mencakup perut, usus halus, dan usus
besar atau kolon.
2.1.2 Klasifikasi
Salmonella diklasifikasikan dalam 3 spesies yang
5
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 6/38
merupakan genus dari Enterobaktericeae yaitu : 1. Salmonella
choleraesuis, 2. Salmonella typhy , 3. Salmonella enteritidis
(Jawetz, Melnick, & Adelberg’s, 2005).
2.1.3 Morfologi dan Sifat-sifat Salmonella
Kuman berbentuk batang, tidak berspora pada
pewarnaan gram bersifat Gram negatif, dengan diameter 0,5-
0,8 mikron dan panjang 1-3,5 mikron, besar koloni rata-rata
2 - 4 mm, mempunyai flagel peritrikh.
Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif
anaerob, pada suhu 15 - 41°C (suhu pertumbuhan optimum
37,5°C) dan pH pertumbuhan 6 - 8. kuman Salmonella dikenal
dengan sifat-sifat ; gerak positif, reaksi fermentasi terhadap
manitol dan sorbitol positif dan memberikan hasil negatif pada
reaksi indol, urease, Voges Proskauer, reaksi fermentasi
terhadap sucrose, lactose, Pada media cair membentuk
kekeruhan yang merata (Sujudi, 1993).
2.1.4 Struktur Antigen
2.1.4.1 Antigen O
Disebut juga Antigen Somatik, Antigen ini tahan
terhadap pemanasan 100°C, tahan alkohol dan asam,
bersifat endotoksin dan mempunyai efek menimbulkan
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 7/38
7
toksis, Antibody yang dibentuk terutama IgM.
2.1.4.2 Antigen H
Disebut juga Antigen flagel, Antigen ini rusak pada
pemanasan di atas 60°C, tidak tahan dengan alkohol
dan asam, Antibody yang dibentuk bersifat IgG.
2.1.4.3 Antigen Vi
Disebut juga Antigen kapsul, Antigen Vi adalah
polimer dari polisakarida yang bersifat asam, Terdapat
pada bagian yang paling luar dari badan kuman. Dapat
dirusak dengan pemanasan 60°C selama 1 jam, Tidak
tahan fenol dan asam dan cenderung lebih virulen baik
terhadap binatang maupun manusia (Sujudi, 1993).
2.1.5 Resistensi
Salmonella mati pada suhu 56°C juga pada keadaan
kering. Dalam air bisa tahan selama 4 minggu, Hidup subur
pada medium yang mengandung garam empedu, tahan
terhadap zat warna hijau brillian dan senyawa Natrium
tetrationat dan Natrium deoksikholat.
2.1.6 Patogenitas
Salmonella typhy, Salmonella choleraesuis dan
7
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 8/38
Salmonella paratyphy A dan Salmonella paratyphy B
merupakan penyebab infeksi utama pada manusia,
Kebanyakan Salmonella merupakan patogen pada binatang
yang merupakan reservoir infeksi pada manusia.
Salmonellosis adalah istilah yang menunjukkan adanya
infeksi oleh kuman Salmonella, Organisme masuk melalui oral
biasanya dengan mengkontaminasi makanan atau minuman,
Manifestasi klinik Salmonellosis pada manusia dapat dibagi
dalam 4 sindrom yakni : Gastroenteritis, Demam Enterik,
Bakteremia, Carrier (Sujudi, 1993).
2.1.6.1 Gastroenteritis
Walaupun disebut sebagai sindroma keracunan
makanan, Penyakit ini sebenarnya suatu infeksi usus,
penyebab gastroenteritis yang paling sering adalah
Salmonella enteritidis. Masa inkubasi penyakit ini
berkisar antara 12 - 48 jam atau lebih, Gejala yang
timbul pertama kali adalah mual dan muntah yang
mereda dalam beberapa jam, kemudian diikuti dengan
nyeri abdomen, demam,. Diare merupakan gejala
yang paling menonjol, pada kasus yang berat dapat
berupa diare yang bercampur darah. Penderita sering
kali sembuh dengan sendirinya dalam waktu 1 – 5
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 9/38
9
hari, tetapi kadang-kadang dapat menjadi berat
dimana terjadi gangguan keseimbangan elektrolit dan
dehidrasi.
2.1.6.2 Demam Enterik
Adalah penyakit demam akut yang disebabkan
oleh kuman Salmonella typhi, Penyakit ini dapat pula
disebabkan oleh Salmonella enteritidis bioserotip
paratyphy A dan S. Sebanyak 50% orang dewasa
menjadi sakit bila menelan 107 kuman. Salmonella yang
termakan mencapai usus halus dan masuk ke saluran
getah bening lalu ke aliran darah. Kemudian bakteri
dibawa oleh darah menuju berbagai organ, termasuk
usus, Organisme ini berkembang biak dalam jaringan
limfoid dan diekskresi dalam tinja.
Setelah masa inkubasi 10 -14 hari, timbul
demam, lemah, sakit kepala, konstipasi, bradikardia, dan
mialgia, demam sangat tinggi, dan limpa serta hati
membesar.
2.1.6.3 Bakteremia
Biasanya ini disebabkan oleh Salmonella
choleraesuis, Gejala yang menonjol adalah panas dan
bakteremia intermiten, Setelah infeksi melalui mulut,
9
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 10/38
terjadi invasi dini terhadap darah ( dengan kemungkinan
lesi fokal di paru-paru, tulang, dan selaput otak ), tetapi
sering tidak ada manifestasi usus.
2.1.6.4 Carrier
Penderita yang telah sembuh tetapi Salmonella
masih ada dalam kandung empedu yang setiap saat
dikeluarkan melalui tinja, sehingga merupakan sumber
penularan.
2.1.7 Epidemiologi
Salmonellosis, terutama demam tifoid masih merupakan
masalah kesehatan di Indonesia. Angka kesakitan demam tifoid
di Indonesia mencapai 3 – 5 kasus per 1.000 penduduk setiap
tahunnya dengan angka kematian mencapai 10%
(WWW.Media Indonesia.com 2004)
Makanan dan minuman yang terkontaminasi
merupakan mekanisme transmisi kuman Salmonella.
Khususnya Salmonella typhy, carrier manusia adalah sumber
infeksi, Salmonella typhy bisa berada dalam air, es, debu,
sampah kering, Bila organisme ini masuk kedalam lingkungan
yang cocok (daging, kerang) akan berkembang biak mencapai
dosis infektif.
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 11/38
11
Kotoran penderita baik pada masa aktif maupun
konvalensi dapat menjadi sumber penularan. Pencemaran
silang dapat terjadi kalau Salmonella mencemari makanan siap
santap, Salmonella bisa tersebar diantara sesama manusia
lewat tangan orang yang terkena Salmonella, juga bisa dari
hewan ke manusia.
Tiga persen penderita tifoid yang tetap hidup menjadi
pembawa kuman yang tetap, menyimpan kuman dalam
kandung empedu, saluran empedu, dalam usus atau saluran
kemih.
2.1.8 Identifikasi Salmonella
Diagnosis yang pasti bagi penyakit ini bergantung pada
terisolasinya bakteri dari tinja. penggunaan media yang selektif
atau diffrensial merupakan prosedur rutin. Identifikasi
mikrobanya kemudian dilakukan dengan metode-metode
biokimia dan serology (Gani, A., 2003).
2.1.8.1 Media pemupuk
Sampel ditanam pada media selenite broth atau
tetrathionate broth, dimana keduanya menghambat
pertumbuhan bakteri saluran usus normal tetapi
mempercepat pertumbuhan Salmonella, Sesudah
diinkubasi 24 jam bakteri ditanam pada media
11
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 12/38
differensial dan media selektif.
2.1.8.2 Media differensial
Media diffrensial adalah media yang dipakai
untuk identifikasi bakteri menurut sifat-sifat biokimia
bakteri yang bersangkutan. Media yang dipakai dalam
pembenihan bakteri adalah Mac Concey, media ini
mengandung laktosa dan merah netral sebagai
indikator, sehingga bakteri yang meragikan laktosa
tumbuh dengan koloni berwarna merah dan dapat
dibedakan dengan bakteri yang tidak meragikan laktosa
karena tumbuh sebagai koloni yang tidak berwarna.
Salmonella akan tumbuh dengan koloni yang tidak
berwarna, cembung, tepi rata, permukaan rata dengan
diameter < 2 mm, waktu inkubasi 24 jam.
2.1.8.3 Media Selektif
Media selektif adalah media yang ditumbuhi
bakteri tertentu karena mengandung penghambat
pertumbuhan lain. Media selektif untuk isolasi
Salmonella adalah Salmonella Shigella Agar , yang
hanya menumbuhkan Salmonella dan Shigella. Media
ini mengandung garam empedu dan Brilliant green
sebagai bahan penghambat bakteri gram positif dan
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 13/38
13
menekan pertumbuhan basil patogen non enterik.
Koloni spesies berbentuk koloni cembung, tepi rata
dengan diameter < 2 mm, tidak berwarna, waktu
inkubasi 24 jam.
2.1.8.4 Identifikasi Akhir
Koloni dari perbenihan padat diidentifikasi dengan
tes biokimia. Media yang digunakan untuk reaksi
biokimia adalah (Gani, A., 2003) :
2.1.8.4.1 Fermentasi Karbohidrat (Glukosa, Lactose,
Sucrose, Maltose)
Sejumlah kuman dapat
memfermentasikan gula-gula (jenis
karbohidrat) dengan atau tanpa pembentukan
gas, dan ada yang tidak meragikan glukosa
sama sekali. Jika terjadi fermentasi maka
media akan terlihat berwarna kuning karena
perubahan pH menjadi asam dan gas.
2.1.8.4.2 Tes KIA ( Kliger’s Iron Agar )
Digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan jenis kuman tertentu, dengan
13
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 14/38
melihat kemampuan bakteri memfermentasi
glucose, Lactose serta terbentuknya gas dan
H2S. Salmonella pada medium ini akan
membentuk reaksi alkali (merah) pada
permukaan agar, reaksi asam (kuning) pada
dasar dan mungkin terbentuk gas pada
bagian bawah tabung, serta mungkin
terbentuk H2S yang ditandai timbulnya warna
hitam. Reaksi alkali pada permukaan
menunjukkan bahwa lactose tidak
difermentasikan dan Salmonella, reaksi
asam pada dasar tabung menunjukkkan
terjadinya fermentasi glucose (Gani, A.,
2003).
2.1.8.4.3 Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Media ini mengandung 3 jenis
karbohidrat yaitu : Glukosa, Laktosa,
Sukrosa dan Ferrisulfat untuk mendeteksi
H2S, protein dan indikator fenol red.
Salmonella bersifat alkali acid, alkali
terbentuk karena adanya proses oksidasi
dekarboksilasi protein membentuk amina
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 15/38
15
yang bersifat alkali, dengan adanya fenol
red. Maka terbentuk warna merah. Adanya
warna kuning disebabkan karena Salmonella
mamfermentasi glukosa yang bersifat asam.
2.1.8.4.4 Sulfur Indol Motility (SIM)
Media ini merupakan perbenihan semi
solid yang digunakan untuk mengetahui
Motility (gerakan), Indol dengan
penambahan reagens kovac dan
pembentukan H2S. Salmonella tidak
membentuk Indol dan Motility positif.
2.1.8.4.5 Citrat
Pada media ini bakteri akan
menghasilkan Natrium karbonat yang
bersifat alkali yang berwarna biru dengan
adanya indikator Brom thymol blue, Media ini
digunakan sebagai sumber karbon bagi
bakteri. Namun Salmonella tidak
memanfaatkan citrate sehingga pada
penanaman media ini hasilnya negatif.
15
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 16/38
2.1.8.4.6 Urea
Pada media ini bakteri yang dapat
menghidrolisis urea dan menghasilkan
amoniak ditandai dengan terbentuknya
warna merah karena adanya indikator Fenol
red. Salmonella pada media ini memberikan
hasil negatif.
2.1.8.4.7 Methyl Red
Media ini digunakan untuk mengetahui
bakteri yang mampu memproduksi asam
kuat sebagai hasil fermentasi glukosa dalam
media ini, yang dapat ditunjukkan dengan
penambahan larutan methyl red. Salmonella
pada penambahan methyl red membentuk
warna merah.
2.1.8.4.8 Vogas Proskauer
Bakteri tertentu dapat menghasilkan
acetyl methyl carbinol dari fermentasi
glukosa yang dapat diketahui dengan
penambahan larutan (KOH) 40%. dan
α Naftol Pada media ini Salomonella
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 17/38
17
memberikan hasil negatif.
2.1.9 Pencegahan
Pada taraf masyarakat luas, tindakan sanitasi harus
dilakukan untuk mencegah kontaminasi makanan dan air oleh
hewan pengerat atau hewan lain yang mengeluarkan
Salmonella. Unggas, daging, dan telur yang terinfeksi harus
dimasak dengan sempurna. pembawa bakteri tidak boleh
membuat atau menyediakan makanan, penyimpanan makanan
pada suhu lemari es yang sesuai, kebersihan pribadi yang baik
serta hidup dengan cara-cara yang memenuhi syarat
kesehatan (Irianto, K., 2007).
2.2 Tinjauan Umum Mollusca
Mollusca adalah salah satu hewan yang hidup di air tawar, dasar
laut, danau, kolam atau sungai. Hewan-hewan ini dibagi menjadi dua
kelompok utama yakni yang bercangkang dan yang tidak
bercangkang. Jenis Mollusca yang umum dikenal ialah siput, kerang,
dan cumi-cumi, gurita, tiram. Mollusca mempunyai bentuk tubuh yang
sangat beraneka ragam, dari bentuk silindris seperti cacing dan tidak
mempunyai kaki maupun cangkang, sampai bentuk hampir bulat
tanpa kepala dan tertutup dua keping cangkang besar. Oleh sebab itu
berdasarkan bentuk tubuh, dan jumlah cangkang, serta beberapa sifat
17
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 18/38
lainnya filum Mollusca dibagi 8 kelas : Neomeniomorpha,
Monoplacophora, Polyplacophora, Gastropoda, Pelecypoda,
Scaphopoda, dan Cephalopoda (Suwignyo, S., 2005).
2.3 Tinjauan Umum Kerang Pokea ( Batissa violacea celebensis,
Martens )
Kerang (Bivalvia) adalah salah satu kelas dari Mollusca yang
hidup di air tawar, karena mempunyai cangkang yang disebut
tangkup (valve) dan dua buah jumlahnya maka kelas ini dinamakan
Bivalvia.
Kerang (Batissa violacea celebensis Martens) di klasifikasikan
ke dalam :
Phylum : Mollusca
Class : Lamellibranchia
Family : Corbiculidae
Spesies : Batissa violacea celebensis
Batissa violacea celebensis. Martens Merupakan Bivalvia
yang hidup di perairan sungai Pohara dan berasal dari Famili
Corbiculidae oleh masyarakat setempat mengenalnya dengan
sebutan Pokea. Batissa violacea adalah Mollusca air tawar yang
secara geografik daerah penyebarannya di Indonesia belum
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 19/38
19
diketahui secara pasti karena belum adanya informasi tentang
organisme ini, Namun berdasarkan informasi yang dihimpun LIPI
(2005) bahwa organisme ini merupakan endemik Sulawesi terkhusus
Sulawesi Tenggara. Penyebaran organisme ini hanya terdapat di
sungai Pohara yang masih termasuk dalam jazirah Sulawesi
(Bahtiar, 2005).
2.3.1 Daur hidup Kerang Pokea (Batissa violacea celebensis,
Martens)
Kerang Batissa violacea umumnya merupakan hewan
yang ditemukan pada kondisi hermaprodit dan larvanya
diinkubasi dalam cangkang, Aktivitas reproduksi kerang,
meliputi gametogenesis yang diikuti dari pelepasan gamet
sampai pembuahan. sel telur yang telah dibuahi akan
berkembang menjadi larva yang dierami dalam marsupial
induk, Selama masa pengeraman berlangsung penyaluran
senyawa kalsium dari induk kepada larva kerang, yang
digunakan untuk membentuk cangkang larva (Bahtiar, 2005).
Stadium perkembangan larva yang terjadi pada Corbicula
yaitu :
Stadium 1 Larva awal, Tampak berupa massa sel yang
berbentuk spheroid sampai elips dan masih
terbungkus di dalam membrane vitelin.
19
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 20/38
Stadium 2 Larva sedang berkembang tampak ada otot
aduktor berupa pita melintang di bagian tengah
larva. Pada larva yang lebih berkembang tampak
invaginasi dari mental larva.
Stadium 3 Larva matang tampak ada invaginasi dan
cangkang larva, Larva matang sudah bebas dari
membrane vitelin, memiliki gigi dan tampak ada
benang bysus, larva yang telah matang akan
dilepaskan oleh induk kemudian larva tersebut
terbawa arus dan selanjutnya menjadi kerang
muda yang telah lengkap strukturnya dan telah
dapat membuka dan menutup cangkang serta
memanjangkan kakinya dan kemudian
melepaskan diri dari inang dan hidup di dasar
perairan sampai sampai menjadi hewan dewasa
(Bahtiar, 2005).
2.3.2 Struktur Tubuh Kerang Pokea (Batissa violacea celebensis,
Martens)
Tubuh Bivalvia pipih secara lateral dan seluruh tubuh
tertutup dua keping cangkang yang berhubungan dibagian
dorsal dengan adanya hinge ligament, Periostrakum
merupakan lapisan cangkang bivalvia paling luar, dan menutupi
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 21/38
21
lapisan kapur. Lapisan kapur tersebut terdiri dari aragonit atau
campuran aragonite dan calcite.
Mantel pada Bivalvia berbentuk jaringan yang tipis dan
lebar, menutupi seluruh tubuh dan terletak di bawah cangkang.
Pada tepi mantel terdapat tiga lipatan dalam, tengah, dan luar.
Lipatan dalam adalah yang paling tebal, dan berisi otot radial
dan otot melingkar, lapisan tengah mengandung alat indra,
lapisan luar sebagai penghasil cangkang. Rongga mantel luas
dan insang biasanya besar sekali karena selain berfungsi
sebagai alat pernafasan, juga sebagai pengumpul makanan.
Kaki Bivalvia berbentuk pipih secara lateral dan
mengarah ke anterior. Gerak kaki menjulur diatur oleh
kombinasi tekanan darah dan otot protraktor anterior, dan gerak
menarik kaki ke dalam cangkang oleh sepasang otot retraktor
anterior dan posterior untuk merayap dalam substrat lumpur
pasir (Suwignyo, S., 2005).
2.3.3 Sistim Pencernaan dan pernapasan Kerang Pokea ( Batissa
violacea celebensis, Martens )
Saluran pencernaan pada Bivalvia terdiri atas mulut,
esophagus yang pendek, lambung yang dikelilingi kelenjar
pencernaan, usus, rectum, dan anus. makanan yang
terbungkus lendir dari mulut masuk lambung melalui
21
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 22/38
esophagus, lambung berfungsi memisahkan makanan dari
gulungan lender, partikel makanan yang halus mula-mula
dicerna dengan amylase untuk dilanjutkan dengan pencernaan
intracellular. Makanan yang tidak dapat dicerna disalurkan oleh
minor typhosole ke usus, usus dan rectum berfungsi
menjadikan sisa pencernaan (feces) ke dalam bentuk pellet,
pellet dibuang keluar melalui sifon ekshalant (Suwigno, 2005).
Batissa violacea celebensis bernafas dengan sepasang
insang dan mantel, yang berfungsi sebagai penyaring aktif yang
mengambil oksigen dan bahan organik dari air dan menolak
apa saja yang dapat menyumbat alat penyaring itu, Insang
melekat pada organ-organ dalam di bagian depan, dan bagian
ujungnya bebas di dalam rongga mantel, insang terdiri dari satu
sumbu longitudinal yang di gunakan sebagai tempat
tergantungnya dua lembaran yang terdiri dari benang-benang
berbulu getar (Romitrohtarjo, K., 2007).
2.3.4 Kandungan Gizi dan Peran Kerang Pokea (Batissa violacea
celebensis, Martens) Bagi manusia dan Lingkungan
Kerang Pokea merupakan salah satu jenis kerang-
kerangan yang mempunyai nilai ekonomi penting. di samping
rasanya lezat , kerang Pokea ini juga mengandung kadar
protein yang tinggi, yakni ± 21,9 %.
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 23/38
23
Tabel 2.1 Kandungan gizi dalam setiap 100 gram Pokea
( Rukmana, 1991)
No Jenis kandungan gizi Jumlah1 Kalori 59,00 kal2 Protein 8,00 gram3 Lemak 1,10 gram4 Karbohidrat 3,60 gram5 Kalsium 133,00 mg6 Fosfor 170,00 mg7 Zat besi 1,10 mg
8 Vitamin. A 300,00 S.I9 Vitamin B
10,01 mg
10 Air 85,00 mg
Selain itu daging kerang Pokea juga mengandung suatu
zat yang membantu memperlancar kerja hati dalam tubuh
manusia, Ekstrak daging kerang Pokea efektif sebagai
antirematik dan penyakit radang sendi. Selain sebagai bahan
makanan bergizi hewan ini dimanfaatkan sebagai hiasan
dinding, dan perhiasan wanita (Rukmana, R., 1991).
2.4 Alur Pikir
Limbah manusia dan limbah rumah tangga yang dibuang ke
sungai Pohara kemungkinan besar akan menyebabkan terjadinya
pencemaran dan mempengaruhi spesies hewan air laut, karena
limbah yang ada di sungai itu mengandung mikroorganisme yang
bersifat patogen dimana salmonella adalah salah satu bakteri yang
bersifat patogen bagi manusia. Salmonella yang hidup di sungai akan
23
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 24/38
Salmonella sp
Limbah Manusia Limbah Rumah Tangga
masuk ke dalam kerang Pokea dan kemudian kerang Pokea yang
mengandung Salmonella akan di konsumsi oleh manusia. Salmonella
ini apabila tertelan dan masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan
gangguan kesehatan pada manusia misalnya gastroenteritis atau
sindroma keracunan makanan dengan gejala mual, muntah, dan
diare. Salmonella dapat juga menyebabkan demam enterik dengan
menifestasi klinik demam, sakit kepala, limpa serta hati membesar,
selain itu dapat juga menyebabkan bakteremia yang di tandai dengan
lesi fokal di paru-paru, tulang, dan selaput otak.
2.5 Kerangka Konseptual
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 25/38
Gangguan Kesehatan pada Manusia
Kerang Pokea
Sungai Pohara25
Gambar 2.1 Skema Kerangka Konseptual
BAB 3
25
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 26/38
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
penelitian yang dilakukan merupakan observasi yang bersifat
deskriptif yaitu bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau
mendapatkan keterangan tentang keberadaan dari Salmonella sp.
pada kerang Pokea yang berasal dari Desa Pohara Kabupaten
Konawe Sulawesi tenggara.
3.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel, Teknik Pengambilan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah kerang Pokea yang
berasal dari Desa Pohara Kabupaten Konawe Sulawesi
Tenggara.
3.2.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian kerang yang
berasal dari Desa Pohara Kabupaten Konawe Sulawesi
Tenggara.
3.2.3 Teknik Pengambilan dan Besar Sampel
Sampel pada penelitian ini diambil dengan cara teknik
Porposive sampling yaitu melalui suatu proses pengambilan
pada masing – masing komunitas, sesuai dengan jumlah yang
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 27/38
27
dibutuhkan untuk penelitian. Besar sampel yang digunakan
adalah representatif.
3.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional
3.3.1 Variabel Penelitian
3.3.1.1 Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kerang
Pokea.
3.3.1.2 Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Salmonella
sp.
3.3.2 Defenisi Operasional
1. Identifikasi adalah suatu upaya atau proses pemeriksaan
secara laboratorik untuk menentukan spesies Salmonella
pada kerang Pokea.
2. Salmonella sp. adalah Kuman berbentuk batang, tidak
berspora pada pewarnaan gram bersifat Gram negatif, dan
merupakan bakteri patogen bagi manusia yang
menyebabkan Gastroenteritis, demam enterik, bakteremia
dan carrier yang asimptomatik.
3. Kerang Pokea adalah salah satu kelas dari Mollusca yang
hidup di air tawar, yang dikonsumsi sebagai bahan
makanan oleh masyarakat karena mengandung kadar
27
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 28/38
protein dan kandungan gizi (nutrisi) yang tinggi selain itu
dapat pula digunakan sebagai bahan perhiasan yang
mempunyai nilai ekonomis penting bernilai komersial
3.4 Alat, Sampel, dan Bahan Penelitian
3.4.1 Alat
Cawan petri, Incubator, Bunsen, Kaca objek, Ose, Nald,
Jembatan pewarnaan, Pipet tetes, Mikroskop, Tabung reaksi,
Kapas, Penjepit kayu, Rak tabung.
3.4.2 Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan adalah kerang Pokea
3.4.3 Bahan Penelitian
Selenite broth, Media SSA (Salmonella Shigella Agar),
Carbol gentian violet, Lugol, Fuchsin, Alkohol 96%, Oil emersi,
TSIA, Simmon citrate, Urea, MR (Metil Red), VP (Vogas
Proskauer), Media biokimia SIM (Sulfur Indol Motility), Media
Gula-gula (Lactose,Sucrose,Maltose,Glukose), NaCl 0,85 %.
3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 29/38
29
3.5.1 Lokasi
Lokasi pengambilan sampel adalah disungai Pohara
Desa Pohara Kabupaten Konawe. Sedangkan lokasi
pemeriksaan dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan
Kendari, Sulawesi Tenggara.
3.5.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian direncanakan pada bulan juni 2009.
3.6 Prosedur Pemeriksaan
3.6.1 Metode
Prosedur kerja yang digunakan berdasarkan buku
panduan Balai Laboratorium Kesehatan (Gani, A., 2003).
3.6.2 Perlakuan Sampel
Daging kerang Pokea dikeluarkan dari cangkangnya
ditambahkan Aquadest streril kemudian di hancurkan dengan
menggunakan blender Stomacher 80.
3.6.3 Penanaman pada Media Pemupuk
Sampel dimasukkan ke dalam media Selenite broth
29
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 30/38
kemudian di inkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Hasil
positif jika terjadi kekeruhan.
3.6.4 Penanaman pada Media Selektif
Bakteri yang tumbuh pada media Selenite broth diambil
satu mata ose dengan menggunakan ose steril kemudian
ditanam pada media Salmonella Shigella Agar, Inkubasi pada
suhu 37°C selama 24 jam. Hasil pengamatan koloni nampak
bening dan tidak berwarna, bentuk koloni cembung, tepi rata,
permukaan rata, dengan diameter kurang dari 2 mm. Koloni
tersangka dibuat preparat dan dicat dengan pengecatan gram
serta dilanjutkan penanaman pada media KIA/TSIA dan media
biokimia.
3.6.5 Pembuatan preparat
Kaca objek dibersihkan, Dengan menggunakan ose
diambil NaCL 0,85% dan diletakkan dibagian tengah kaca
objek, Diambil kuman dengan menggunakan ose pada biakan
Bakteri, kemudian campur dengan NaCL 0,85% sehingga
merata dan diperoleh sediaan yang agak tipis, Preparat
dibiarkan mengering kemudian fiksasi diatas api.
3.6.6 Pengecatan Gram
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 31/38
31
Preparat yang telah difiksasi dan telah dingin diletakkan
diatas jembatan pewarnaan, Dicat dengan larutan karbol
Gentian violet selama 2 – 3 menit, Dicuci dengan air, Diberikan
larutan Lugol selama 1 menit, Sediaan dicuci dengan Alkohol
96% sampai zat warna hilang, Dicuci dengan air, Dicat dengan
larutan fuksin selama 15 detik, Dicuci dengan air kemudian
dikeringkan, Diberikan 1 tetes oil imersi lalu diperiksa pada
mikroskop dengan menggunakan lensa objektif 100x, Hasil
pengamatan Gram negatif jika hasil pewarnaan berwarna
merah, Gram positif jika pewarnaan berwarna ungu.
3.6.7 Penanaman pada Media TSIA
Gunakan Nald steril ambil sedikit koloni kuman yang
dicurigai, Di inokulasi kedalam media TSIA dengan dengan
cara menusukkan ose sampai kedasar media, Kemudian ose
dicabut dan langsung digoreskan secara zig zag pada
permukaan media tersebut, Tabung ditutup dengan
menggunakan kapas steril inkubasi pada suhu 37°C selama 24
jam.
3.6.8 Tes pada Media SIM
Dengan Nald yang steril, diambil sedikit koloni pada
media TSIA dan di inokulasi dalam media SIM dengan
menusukkan tegak lurus ke dalam agar hingga hampir
31
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 32/38
mencapai dasar tabung, di inkubasi 37 0C.
3.6.9 Tes pada Media SCA
Dengan Nald steril, koloni bakteri dari media TSIA
diambil dan diinokulasi pada media Citrate, di inkubasi pada
suhu 37 0C selama 24 jam.
3.6.10 Tes pada Media Urea
Dengan Nald steril, koloni bakteri dari TSIA diambil dan
diinokulasi pada media urea, di inkubasi pada suhu 370C
selama 24 jam.
3.6.11 Tes pada Media Methyl Red
Dengan ose steril ambil koloni bakteri dari TSIA,
inokulasi pada medium, di inkubasi pada suhu 370C selama 24
jam, ditambahkan 2 - 3 tetes reagen methyl red.
3.6.12 Tes Pada Media Voges Proskauer
Dengan ose steril diambil koloni dari TSIA, inokulasi
pada medium, di inkubasi pada suhu 37 0C selama 24 jam, di
tambahkan 4 tetes larutan KOH 40% dan 12 tetes
larutan α Naftol, dikocok pelan sampai tercampur hasil
terjadi setelah 15 menit.
3.7 Karakteristik Pertumbuhan Salmonella sp.
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 33/38
33
3.7.1 Pada Media Salmonella Shigella Agar
Bentuk koloni cembung, tepi rata, permukaan rata,
nampak bening, tidak berwarna, kecil, smooth, dan jernih.
3.7.2 Pada Tes Biokimia
3.7.2.1 Salmonella typhi
TSIA : Alkali acid, Gas (-), H2S (+)
SIM : Sulfur(-), Indol (-), Motility (+)
Urea : (-) MR : (+)
VP : (-) Sitrat : (-)
Glukosa : (+) Laktosa : (-)
Sukrosa : (-) Maltosa : (+)
3.7.2.2 Salmonella paratyphi A
TSIA : Alkali acid, Gas (+), H2S (-)
SIM : Sulfur (-), Indol (-), Motility (+)
Urea : (-) MR : (+)
VP : (-) Sitrat : (-)
Glukosa : (+/gas) Laktosa : (-)
33
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 34/38
Sukrosa : (-) Maltosa : (+)
3.7.2.3 Salmonella parathyphi B
TSIA : Alkali acid, Gas (+), H2S (+)
SIM : Sulfur (-), Indol (-), Motility (+)
Urea : (-) VP : (-)
Sitrat : (-) MR : (+)
Glukosa : (+/gas) Laktosa : (-)
Sukrosa : (-) Maltosa : (+)
3.7.2.4 Salmonella parathyphi C
TSIA : Alkali acid, Gas (-), H2S (+)
SIM : Sulfur (-), Indol (-), Motility (+)
Urea : (-) MR : (+)
VP : (-) Sitrat : (-)
Glukosa : (+/gas) Laktosa : (-)
Sukrosa : (-) Maltosa : (+)
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 35/38
Salmonella
Shigella Agar
Selenite broth
Kerang Pokea35
3.8 Skema Kerangka Operasional
Inkubasi 35°C - 37°
18 – 24 jam
Inkubasi 35°C - 37°
18 – 24 jam
35
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 36/38
Kesimpulan
Hasil Hasil
Tes Biokimia
TSIAPewarnaan Gram
Inkubasi 35°C - 37°
18 – 24 jam
Inkubasi 35°C - 37°
18 – 24 jam
Gambar 3.1 Skema Kerangka Operasional Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006. http://www.Pedoman rakyat co.id, 28 April 2009
Anonim, 2008. http://www.Bivalvia.com, 28 April 2009
Bahtiar. 2005. Keberadaan Populasi Pokea (Batissa violacea celebensis,
Martens) Di Sungai Pohara Kendari Sulawesi Tenggara. Institut
Pertanian Bogor, Jawa Barat.
Budiyanto,A K. 2004. Mikrobiologi Terapan. Universitas Muhammadiyah,
Malang.
Chatim. A, G. C. Syahrurahman. A Soebandrio. A, Kurniawati. A,U,S
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 37/38
37
Santoso. H, Harun. B, Bela. A, Rahim. Karsinah, Isjah. L,
Moehario. H.L, Mardiastuti. Lintong. M Triajayanti. P, Sudarmono.
P, Asmono, sastrosoewignjo, Utji. R, Sarjito, Josodiwondo. S,
Suharto, Madja. S, Sujudi, Assani. S, Hatabarat. T, Sudiro. MT,
Wars.CU, 1994. Buku ajar Miokrobiologi Kedokteran. Bina Rupa
Aksara, Jakarta.
Irianto. K, 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Yrama
Widya, Bandung.
Jawets, Melnick, dan Adeberg’s, E.A. 2001. Mikrobiologi. Salemba
Medika, Jakarta.
Lay WB, 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Rajawali Pres,
Jakarta.
Nontji, A. 2007. Laut Nusantara, Djambatan.
Notoatmojo,S. 2005. Metodologi Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.
Romitrohtarto, K. Juwana, S. 2007. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan
Tentang Biota Laut, Djambatan.
Rukmana, R. 1991. Budi Daya Kerang Hijau. Penerbit Aneka Ilmu,Jakarta.
Suwignyo, S. Widigdo, B. Wardiatno, Y. Krisanti, M. 2005. Avertebrata Air
jilid 1. Penebar Swadaya, Jakarta.
37
5/6/2018 Proposal Rio 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-rio-2 38/38