Proposal Penelitian SIP

16
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan hidup yang baik adalah lingkungan yang dapat melestarikan fungsi- fungsinya yaitu menjaga daya dukung dan daya tampung bagi faktor biotik dan abiotiknya. Lingkungan yang dikelola dengan baik akan memberikan manfaat yang berkelanjutan kepada manusia serta bagi generasi mendatang. Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu ekosistem terdiri atas berbagai subsistem, yang mempunyai aspek sosial, budaya, ekonomi, dan geografi dengan corak ragam yang berbeda yang mengakibatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang berlainan. Keadaan yang demikian memerlukan pembinaan dan pengembangan lingkungan hidup yang didasarkan pada keadaan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup akan meningkatkan keselarasan, keserasian, dan 1

description

SIP

Transcript of Proposal Penelitian SIP

Page 1: Proposal Penelitian SIP

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

makhluk hidup lain. Lingkungan hidup yang baik adalah lingkungan yang

dapat melestarikan fungsi-fungsinya yaitu menjaga daya dukung dan daya

tampung bagi faktor biotik dan abiotiknya. Lingkungan yang dikelola dengan

baik akan memberikan manfaat yang berkelanjutan kepada manusia serta bagi

generasi mendatang.

Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu ekosistem terdiri atas

berbagai subsistem, yang mempunyai aspek sosial, budaya, ekonomi, dan

geografi dengan corak ragam yang berbeda yang mengakibatkan daya dukung

dan daya tampung lingkungan hidup yang berlainan. Keadaan yang demikian

memerlukan pembinaan dan pengembangan lingkungan hidup yang didasarkan

pada keadaan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup akan

meningkatkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan subsistem, yang

berarti juga meningkatkan ketahanan subsistem itu sendiri. Pembinaan dan

pengembangan subsistem yang satu akan mempengaruhi subsistem yang lain,

sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi ketahanan ekosistem secara

keseluruhan.

Pengelolaan kawasan tepian air Danau Tempe yang berwawasan

lingkungan harus menerapkan pendekatan ekosistem. Pendekatan pengelolaan

yang memperhatikan semua komponen lingkungan dan sub-sistem di dalamnya

yang berhubungan dan saling mempengaruhi. Degradasi lingkungan danau

yang sangat berdampak pada turunnya produktivitas perikanan merupakan

1

Page 2: Proposal Penelitian SIP

dampak lingkungan dari pengelolaan ekosistem yang tidak seimbang. Untuk

itulah, Masalah degradasi lingkungan yang dipengaruhi oleh berbagai kegiatan

dan aktivitas komponen biotik dan pengelolaan ekosistem yang tidak seimbang

perlu dikaji lagi agar masalah tersebut dapat diselesaikan dan berdampak

langsung pada lingkungan kawasan tepian air Danau Tempe.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

1) Bagaimana pengaruh aktivitas manusia terhadap ekosistem di Danau

Tempe?

2) Bagaimana strategi perencanaan yang dapat meminimalkan dampak dari

aktivitas manusia terhadap lingkungan kawasan tepian air Danau Tempe?

1.3. PEMBATASAN MASALAH

Selayaknya sebuah penelitian pada umumnya, tentu saja ada batasan-

batasan masalah yang akan memberikan batasan yang jelas, sehingga penelitian

yang dilakukan menjadi makin fokus dan tidak bias. Batasan-batasan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Wilayah kajian adalah Danau Tempe di Kabupaten Wajo.

2) Wilayah perencanaan adalah kawasan tepian air Danau Tempe, Kabupaten

Wajo.

3) Tidak membahas struktur sosial penduduk sekitar Danau Tempe,

Kabupaten Wajo.

4) Tidak membahas permasalahan kelembagaan di lingkungan Danau Tempe.

5) Tidak membahas permasalahan ekonomi dan segala bentuk permasalahan

terkait biaya.

2

Page 3: Proposal Penelitian SIP

1.4. TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami

permasalahan lingkungan di Danau Tempe yang diakibatkan oleh aktivitas

manusia dan meneliti strategi perencanaan di lingkungan kawasan tepian air

Danau Tempe agar meminimalkan dampak aktivitas manusia terhadap

lingkungan Danau Tempe.

1.5. MANFAAT

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengangkat permasalahan-

permasalahan lingkungan di Danau Tempe dan memberikan rekomendasi-

rekomendasi kepada pihak terkait agar meminimalisir degradasi lingkungan di

wilayah Danau Tempe dan pengembangan Danau Tempe kedepannya yang

berwawasan lingkungan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar

Danau Tempe tanpa mengorbankan lingkungan alam.

3

Page 4: Proposal Penelitian SIP

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. LANDASAN TEORI

Landasan teori menguraikan kerangka teori yang merujuk pada

referensi berbagai ahli tertentu maupun berbagai teori-teori yang ada yang

nantinya akan mendasari hasil dan pembahasan secara detail, dapat berupa

definisi-definisi atau model matematis yang langsung berkaitan dengan tema

atau masalah yang diteliti.

2.1.1. Ekosistem Danau

Salah satu ekosistem air tawar yang termasuk ekosistem air tenang

adalah danau. Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan

luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi.

Danau terjadi karena glacier, tanah longsor yang membendung lembah,

pelarutan mineral tertentu dalam tanah sehingga permukaan tanah menurun

membentuk cekungan. Danau juga dapat dibentuk oleh kawah gunung api

yang sudah mati atau gobah yang terbentuk di pinggir laut.

Ekosistem danau ditandai oleh adanya bagian perairan yang dalam

sehingga tumbuh-tumbuhan berakar tidak dapat tumbuh di bagian ini.

Berbeda dengan ekosistem kolam yang tidak dalam (kedalamannya tidak

lebih dari 4-5 meter) yang memungkinkan tumbuh-tumbuhan berakar dapat

tumbuh di semua bagian perairan. Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar

di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi.

4

Page 5: Proposal Penelitian SIP

2.1.2. Ketergantungan Antarkomponen Ekosistem

Tidak ada makhluk hidup yang mampu hidup sendiri. Di antara

makhluk hidup tersebut terjadi hubungan saling membutuhkan, atau dengan

kata lain terjadi ketergantungan. Ketergantungan tidak hanya terjadi antar

makhluk hidup (komponen biotik), tetapi juga terjadi antara komponen

abiotik dan biotik.

Rantai makanan adalah perpindahan materi dan energi dari makhluk

hidup satu ke makhluk hidup lain melalui proses makan di makan dengan

urutan tertentu. Sedangkan kumpulan rantai makanan yang saling

berhubungan disebut jaring-jaring makanan.

Jika dalam suatu ekosistem di gambarkan jumlah populasi produsen

sampai konsumen tertinggi, akan membentuk gambaran seperti piramida.

Gambaran seperti ini disebut piramida makanan. Supaya piramida makanan

tersusun dengan baik,populasi dalam suatu ekosistem harus seimbang. Oleh

karena itu,populasi produsen harus lebih banyak dari pada populasi

konsumen tingkat 1. Konsumen tingkat 1 harus lebih banyak dari pada

konsumen tngkat 11.Dengan demikian,semakin tinggi tingkatan suatu

konsumen, jumlahnya semakin sedikit.

2.1.3. Keseimbangan Ekosistem

Ekosistem dikatakan seimbang apabila komposisi di antara

komponen-komponen tersebut dalam keadaan seimbang. Ekosistem yang

seimbang, keberadaannya dapat bertahan lama atau kesinambungannya

dapat terpelihara. Perubahan ekosistem dapat mempengaruhi

keseimbangannya. Perubahan ekosistem dapat terjadi secara alami serta

dapat pula karena aktivitas dan tindakan manusia.

1) Perubahan Ekosistem secara Alami

Perubahan ekosistem secara alami dapat terjadi karena adanya

gangguan alam. Misalnya gunung meletus,kebakaran hutan, dan

5

Page 6: Proposal Penelitian SIP

perubahan musim. Bencana alam dapat mengganggu keseimbangan

ekosistem.

2) Perubahan Ekosistem karena Tindakan Manusia

Perubahan ekosistem dapat terjadi karena tindakan manusia. Manusia

merupakan salah satu komponen biotik dalam suatu ekosistem. Manusia

mempunyai peranan dan tanggung jawab terhadap pengelolaan

ekosistem. Akan tetapi, manusia juga dapat merusak ekosistem.

2.1.4. Kerusakan ekosistem danau

Rusaknya ekosistem danau Sebagai sumber air paling praktis,

danau sudah menyediakannya melalui terkumpulnya air secara alami

melalui aliran permukaan yang masuk ke danau, aliran sungai-sungai yang

menuju ke danau dan melalui aliran di bawah tanah yang secara alami.

Bentuk fisik danaupun memberikan daya tarik sebagai tempat membuang

yang praktis.

Jika semua dibiarkan demikian, maka akan mengakibatkan danau

tak akan bertahan lama berada di muka bumi. Saat ini terlihat ekosistem

danau tidak dikelola sebagaimana mestinya. Sebaliknya, untuk memenuhi

kepentingan manusia, lingkungan sekitar danau diubah untuk dicocokkan

dengan cara hidup dan cara bermukim manusia, atau bahkan kawasan ini

sering dirombak untuk menampung berbagai bentuk kegiatan manusia

seperti permukiman, prasarana jalan, saluran limbah rumah tangga, tanah

pertanian, rekreasi dan sebagainya. Dengan kondisi tersebut, umumnya

permasalahan yang timbul adalah:

a.   Tidak jelasnya batas tata ruang pemanfaatan di kawasan danau yang

mengakibatkan kerusakan hutan, pendangkalan danau secara terus

menerus

b.     Tandusnya gunung-gunung di sekitar danau sebagai daerah tangkapan

air mengakibatkan debit air danau menurun di musim kemarau dan

banjir di musim hujan.

6

Page 7: Proposal Penelitian SIP

c.    Budidaya perairan danau dengan teknik karamba/floating net di danau

yang tidak teratur mengakibatkan pencemaran sampah dan

meningkatnya proses penyuburan rumput danau (arakan) yang

menyebabkan tekanan ekologis terhadap habitat beberapa ikan dan

biota danau endemik lainnya, yang terus berlangsung secara intensif.

d.     Orientasi komersil masyarakat lokal di kawasan danau terhadap

pertanian mengakibatkan monokultur yang tidak ramah lingkungan

e.     Tekanan ekonomi secara umum dan kurangnya pemahaman masyarakat

lokal terhadap pelestarian nilai dan potensi sumberdaya alamnya sejak

lama mengakibatkan pengurasan sumberdaya alam dan menurunnya

populasi keanekaragaman hayati endemik di kawasan sekitar danau

f.      Pengembangan daerah pemukiman, pariwisata, dan pembangunan

sarana publik di kawasan sekitar danau yang tidak memperhatikan

aspek lingkungan mengakibatkan perusakan ekosistem daerah aliran

sungai (DAS) secara tidak langsung.

2.2. KEADAAN UMUM DANAU TEMPE

Danau Tempe merupakan salah satu danau di Sulawesi

Selatan yang termasuk tipe danau paparan banjir dengan letak geografis

Danau Tempe pada kordinat antara 3º39’ – 4º16, LS dan 119º 53’ – 120º

27’BT. Danau Tempe yang mempunyai Luas 14.406 hektar, terletak di tiga

wilayah kabupaten: Wajo (8.510 ha), Soppeng (3.000 ha), Sidrap (2.896 ha).

Pada musim hujan luas Danau Tempe sekitar 45.000 ha, musim kemarau

sekitar 1.000 ha (Unru, 2010).

Umumnya Danau Tempe lebih dikenal terletak di Kabupaten

Wajo karena wilayah terluas berada di wilayah ini, utamanya wilayah

Kecamatan Tempe dimana Ibukota Kabupaten Wajo berada, serta wilayah

tiga kecamatan lainnya yaitu Belawa, Tanasitolo dan Sabbangparu.

Sedangkan wilayah lain dari Danau Tempe berada di Kabupaten Soppeng dan

Sidrap. Hal ini dapat dilihat pada data Bappedal (1999) bahwa Danau Tempe

7

Page 8: Proposal Penelitian SIP

menempati tiga wilayah kabupaten dengan tujuh kecamatan. Bagian danau

terluas terletak pada Kabupaten Wajo yang terdiri empat kecamatan yaitu

Kecamatan Tempe, Sabbangparu, Tanasitolo dan Belawa. Kabupaten Soppeng

dua kecamatan yakni Kecamatan Marioriawa dan Donri Donri, dan bagian

yang tersempit adalah Kabupaten Sidrap dengan satu kecamatan yaitu

Kecamatan Pancalautan. Danau Tempe berhubungan dengan dua danau

lain yaitu Danau Sidenreng di Kabupaten Sidrap dan Danau Buaya di

Kecamatan Tanasitolo, Kabupaten Wajo. Ketiga danau ini bersatu

membentuk satu luasan perairan yang luas pada musim hujan dan dapat

menutupi pemukiman masyarakat pada tiga kabupaten (Yusuf, 2011)

Karaktersitik Danau Tempe dengan kondisi banjir yang selalu terjadi

setiap tahun pada musim hujan dapat dilihat pada keadaan danau dengan

elevasi yang landai sehingga volume air yang bertambah melalui sungai akan

meluap dan menyebabkan banjir. Iklim tropis serta curah hujan tinggi di

sepanjang sungai yang bermuara di danau merupakan kondisi yang

menyebabkan besarnya volume air yang tertampung dalam danau.

Berdasarkan data Stasiun Klimatologi (1996) et al Yusuf 2011 bahwa daerah

Danau Tempe dan sekitarnya termasuk dalam wilayah iklim tropik basah,

yang dicirikan dengan adanya dua musim yaitu musim hujan dan musim

kemarau. Kabupaten Wajo, musim hujan terjadi pada bulan Februari sampai

Juli, November dan Desember, sedangkan musim kemarau terjadi pada

bulan Agustus sampai Oktober dan Januari.

Kondisi dan produktivitas Danau Tempe cenderung menunjukkan

angka penurunan. Hal tersebut terjadi karena erosi tanah dan sebagian limbah

yang mengalir dari Sungai Bila dan Sungai Walannae masuk ke danau yang

mengakibatkan pendangkalan. Hal ini dipercepat oleh gulma air yang

populasinya melebihi jumlah yang layak. Sungai-sungai yang bermuara di

Danau Tempe adalah Sungai Batu-batu, Sungai Bilokka, Sungai Lowa (dari

arah barat), Sungai Walannae (dari arah selatan) dan Sungai Bila (dari arah

utara). Air yang masuk ke danau ini kemudian dialirkan ke timur melalui

sungai Cenranae (Tamsil 2000).

8

Page 9: Proposal Penelitian SIP

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan di kawasan tepian air Danau Tempe Kecamatan

Tempe, Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan.

Penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 11 – 13 April 2014.

3.2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data-data akan dikumpulkan melalui metode survei langsung melihat

kondisi fisis-kimiawi air danau, observasi lingkungan sekitar kawasan tepian

danau, survei wawancara untuk mengetahui aktivitas rutin atau kebiasaan

warga setempat, dan survei kuisioner untuk mengetahui tingkat pelayanan

infrastruktur sanitasi yang masih terkait dengan degradasi lingkungan kawasan

tepian air Danau Tempe.

Indikator terkait degradasi lingkungan air:

1) Kecepatan arus

2) Salinitas

3) Suhu

4) Kekeruhan

5) Derajat keasaman (pH)

3.4. METODE ANALISIS DATA

Data-data yang sudah dikompilasikan akan dianalisis secara

kuantitatif untuk data yang berkaitan dengan komponen fisis perairan danau,

9

Page 10: Proposal Penelitian SIP

data kuisioner mengenai tingkat pelayanan infrastruktur sanitasi, dan data

skala kelayakan kawasan tepian air.

Data-data yang sudah dikompilasikan akan dianalisis secara kualitatif

untuk data yang berkaitan dengan analisis Strenghts-Weaknesses-

Opportunities-Threats di wilayah kajian, analisis hasil wawancara, dan

penarikan kesimpulan dari hasil pengolahan data kuantitatif.

10

Page 11: Proposal Penelitian SIP

DAFTAR PUSTAKA

Tamsil, A. 2000. Studi Beberapa Karakteristik Reproduksi Prapemijahan

dan Kemungkinan Pemijahan Buatan Ikan Bungo (Glossogobius cf.

aureus) di Danau Tempe dan Danau Sidendrang Sulawesi Selatan.

Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Yusuf, M. 2011. Selamatkan Danau Tempe. h t t p : / / ww w . L a k e T e m pe

M a p . C om [diakses hari Rabu tanggal 26 Maret 2014].

Yusuf , M. 2011. http://www.kondisi-umum-danau-tempe dapus.html.

[diakses pada hari Rabu,26 Maret 2014].

11