Proposal Nila

59
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bila setiap orang tua mampu menyadari akan pentingnya ASI Eksklusif bagi bayi yang dilahirkan, maka masa depan generasi mendatang akan lebih baik dan berguna bagi orang tua, bangsa dan negara. Salah satunya untuk mewujudkan hal itu adalah dengan memberikan ASI eksklusif sejak dini. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain, dan tanpa tambahan makanan lain yang diberikan pada bayi sampai umur 6 bulan (Depkes, 2008). Penelitian membuktikan bahwa Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik dan utama bagi bayi, karena didalam ASI terkandung antibodi yang diperlukan bayi untuk melawan penyakit-penyakit yang menyerangnya. menyatakan bahwa ASI Eksklusif 1

Transcript of Proposal Nila

Page 1: Proposal Nila

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bila setiap orang tua mampu menyadari akan pentingnya ASI

Eksklusif bagi bayi yang dilahirkan, maka masa depan generasi mendatang

akan lebih baik dan berguna bagi orang tua, bangsa dan negara. Salah satunya

untuk mewujudkan hal itu adalah dengan memberikan ASI eksklusif sejak dini.

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain,

dan tanpa tambahan makanan lain yang diberikan pada bayi sampai umur 6

bulan (Depkes, 2008).

Penelitian membuktikan bahwa Air Susu Ibu (ASI) merupakan

makanan terbaik dan utama bagi bayi, karena didalam ASI terkandung antibodi

yang diperlukan bayi untuk melawan penyakit-penyakit yang menyerangnya.

menyatakan bahwa ASI Eksklusif merupakan makanan bayi yang paling

sempurna baik kualitas maupun kuantitasnya. (Dyah Umiyarni, 2006)

Berdasarkan penelitian WHO (2000) di enam Negara berkembang,

risiko kematian bayi antara 9 – 12 bulan meningkat 40 % jika bayi tersebut

tidak disusui, untuk bayi berusia di bawah dua bulan angka kematian ini

meningkat menjadi 48% (Angrita, 2009).

Berdasarkan Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa persentase bayi

yang menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan adalah 15,3%. Pemberian Asi

kurang dari satu jam setelah bayi lahir adalah 29,3 persen, tertinggi di Nusa

Tenggara Timur 56,2 persen dan terendah di Maluku 13,0 persen. Sebagian

1

Page 2: Proposal Nila

besar proses mulai menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam setelah

bayi lahir, tetapi masih ada 11,1% proses mulai disusui dilakukan setelah 48

jam. Data dari profil kesehatan Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah

menunjukkan cakupan pemberian ASI Eksklusif hanya sekitar 32.93% dan

pada tahun 2010 mencapai 48.7%.

Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo menyatakan bahwa

persentase bayi yang mendapat ASI Eksklusif mulai dari tahun 2009-2012

berturut –turut adalah 27.21%, 37.43%, 49.63%, dan 49.57%. Target nasional

adalah 80 % . Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Gorontalo, jumlah

bayi pada tahun 2008 yaitu persentase bayi yang mendapat ASI Eksklusif di

Kota Gorontalo tahun 2008-2012 berturut-turut adalah 25.4%, 35.8%, 48.9%,

63.9% dan 49,0%.

Berdasarkan hasil survei awal di Puskesmas buladu didapatkan

data Pada tahun 2008 terdapat 121 bayi, jumlah bayi yang mendapatkan ASI

Eksklusif 79 (65 %). Pada tahun 2009 terdapat 158 bayi, jumlah bayi yang

mendapatkan ASI Ekslusif 82 (52, 25 %). Pada tahun 2010 terdapat 128 bayi,

jumlah bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif 55 (49, 5 %). Pada tahun 2011

terdapat 247 bayi, dan jumlah bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif 49 (40,8

%) dan pada tahun 2012 terdapat 147 bayi, yang mendapatkan ASI Eksklusif

52 bayi (35,4%). Berdasarkan data tersebut maka terlihat jelas angka

penurunan persentase bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif.

Untuk mengatasi masalah tersebut, puskesmas membuat promosi

kesehatan (promkes) dan upaya penyimpanan ASI, selain itu pemerintah

2

Page 3: Proposal Nila

membuat program-program yang dapat mendukung penggunaan ASI eksklusif

antara lain melalui pemberian pendidikan kesehatan tentang pentingnya

pemberian ASI eksklusif pada masyarakat. Penelitian-penelitian yang dapat

menunjang program pemberian ASI eksklusif seperti tentang komposisi ASI

juga terus dilakukan.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu oleh Rahayuningsih (2005)

dengan judul ”hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang Asi dengan

pemberian kolostrum dan Asi eksklusif ”  di kelurahan Purwoyoso kecamatan 

Ngaliyan. menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang

Asi dengan pemberian asi eksklusif pada bayi.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

”Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Asi dengan Pemberian ASI Eksklusif

pada bayi di Puskesmas Buladu Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo”.

1.2. Rumusan Masalah

“Adakah hubungan antara pengetahuan Ibu tentang ASI dengan

pemberian Asi Eksklusif pada bayi di Puskesmas Buladu Kota Gorontalo?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang Asi dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Puskesmas Buladu Kota Gorontalo.

1.3.2. Tujuan Khusus :

1. Untuk mengetahui gambaran pemberian ASI Eksklusif pada bayi.

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif.

3

Page 4: Proposal Nila

3. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang ASI

dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Puskesmas Buladu

Kota Gorontalo.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara spesifik

mengenai pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif.

2. Secara Praktis

a. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan tambahan memberikan informasi tentang ASI dan

pemberian ASI yang benar pada ibu yang menyusui bayi baru lahir

sampai usia 6 bulan.

b. Bagi ibu yang mempunyai bayi

Menambah pengetahuan tentang ASI dan pemberian ASI sehingga ibu

termotivasi dalam pemberian ASI.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai sarana untuk belajar menerapkan teori yang telah

diperoleh dalam bentuk nyata dan meningkatkan daya berpikir dalam

menganalisa suatu masalah.

4

Page 5: Proposal Nila

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1 Konsep Dasar Pengetahuan

2.1.1.1 Arti Pengetahuan

1) Pengetahuan adalah hasil atau dan dini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap satu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

sehingga sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga. Jadi pengetahuan merupakan hasil pengindraan kita.

(Notoatmodjo, 2003).

2) Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab

pertanyaan “what” misalnya : apa air, apa manusia, apa alam, dan

sebagainya. (Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses sebagai berikut:

a) Awareness (Kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (obyek).

b) Interest (Merasa tertarik) terhadap stimulasi atau obyek tersebut disini

sikap obyek mulai timbul.

c) Evaluation (Menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulasi

tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik

lagi.

5

Page 6: Proposal Nila

d) Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan

apa yang di kehendaki.

e) Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulasi.Namun demikian

dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan

perilaku tidak selalu melewati tahap di atas. (Notoatmodjo, 2003).

2.1.1.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang di cakup dalam demain kognitif menurut Soekijo

Notoatmodjo (2003) mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di

pelajari sebelumnya, pada tingkatan ini recall (mengingat kembali)

terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsang yang diterima. Oleh sebab itu tingkatan ini adalah yang paling

rendah.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginter

prestasikan materi tersebut secara benar tentang objek yang dilakukan

dengan menjelaskan, menyebutkan contoh dan lain-lain.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya).

6

Page 7: Proposal Nila

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontak atau situasi

yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau

objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain, kemampuan

analisis ini dapa dilihat dari penggunaan kata kerja dapat

menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk

menyusun, dapat merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap

suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

7

Page 8: Proposal Nila

2.1.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang

berasal dari berbagai macam sumber, misalnya : media massa, media

elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat

dan sebagainya

Dari berbagai macam cara yang telah di gunakan untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat

dikelompokkan menjadi dua yakni : cara tradisional atau non ilmiah dan

cara modern atau yang disebut dengan cara ilmiah. (Notoatmodjo, 2002)

1) Cara Tradisional atau Non Ilmiah

Cara tradisional terdiri dari empat cara yaitu :

a) Trial and Error

Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu bila seseorang

menghadapi persoalan atau masalah, upaya yang dilakukan hanya

dengan mencoba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil maka di coba kemungkinan yang

lain sampai berhasil. Oleh karena itu cara ini disebut dengan metode

Trial (coba) dan Error (gagal atau salah atau metode coba salah

adalah coba-coba).

8

Page 9: Proposal Nila

b) Kekuasaaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan

tradisi yang dilakukan oleh orang, penalaran, dan tradisi-tradisi yang

dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada

masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyakat

modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya

berbagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan ini dapat

berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun

informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya.

c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru terbaik“.

Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan

sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan.

d) Jalan Pikiran

Sejalan perkembangan kebudayaan umat kebudayaan umat

manusia cara berpikir umat manuasiapun ikut berkembang. Dari sini

manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuan. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menjalankan jalan pikirannya, baik

melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya

adalah cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui

pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan.

9

Page 10: Proposal Nila

2) Cara Modern atau Cara Ilmiah

Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis dan ilmiah yang disebut metode ilmiah. Kemudian metode

berfikir induktif bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan

mengadakan observasi langsung, membuat catatan terhadap semua fakta

sehubungan dengan objek yang diamati. (Notoatmodjo, 2002).

2.1.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan sehingga seorang

berperilaku tertentu sesuai keyakinan tersebut.

Ada 3 faktor yang mempengaruhi pengetahuan :

1) Faktor predisposisi

a) Umur

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saaat dilahirkan

sampai berulang tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

b) Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima

informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Sebaiknya pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang

diperkenalkan.

10

Page 11: Proposal Nila

c) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat

diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau

pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan

sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

d) Pekerjaan

bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu,

bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan

keluarga.

2) Faktor Pendukung

a) Informasi

Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita

tentang suatu keseluruhan makna yang menunjang amanat. Informasi

memberikan pengaruh kepada seseorang meskipun orang tersebut

mempunyai tingkat pendidikan rendah tetapi jika ia mendapatkan

Informasi yang baik dari berbagai media, maka hal ini dapat

meningkatkan pengetahuan orang tersebut.

b) Lingkungan

Lingkungan adalah Seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia

dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku

orang atau kelompok. lingkungan memberikan pengaruh sosial

pertama bagi seseorang dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal

11

Page 12: Proposal Nila

yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompok

dalam lingkungan alam. (Nursalam, 2001)

3) Faktor Pendorong

a) Sikap Petugas

Tatalaksana yang menunjang keberhasilan menyusui harus

dilaksanakan seperti :

Bayi baru lahir segera di berikan pada ibu untuk segera disusui

Merawat bayi bersama ibunya

Mengajarkan teknik menyusui yang benar

Mengajarkan cara pengeluaran ASI secara manual

Jangan menjadualkan pemberian ASI

Jangan memberikan compeng atau dot pada bayi

b) Dari Keluarga

Keluarga (suami, nenek, bibik dan sebagainya) perlu diinformasika

n bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu

berhasil menyusui misalnya dengan menggantikan sementara tugas

rumah tangga ibu (seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah)

ibu dan bayi membutuhkan waktu berkenalan.

2.1.2 Konsep Dasar ASI Eksklusif

2.1.2.1 ASI

ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan

bayi hingga enam bulan. ASI adalah makanan bernutrisi dan berenergi

tinggi, yang mudah untuk di cerna. (Bunda, 2008)

12

Page 13: Proposal Nila

2.1.2.2 ASI Eksklusif

ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif

adalah Bayi hanya diberikan air susu tanpa makanan tambahan lain

dianjurkan sampai enam bulan dan di susui sedini mungkin. (Siswono,

2005)

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan

cairan lain, dan tanpa tambahan makanan lain yang diberikan pada bayi

sejak lahir sampai berumur 6 bulan (Dinkes, 2008)

Riset media mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat bayi

berkembang dengan baik pada enam bulan pertama bahkan pada usia lebih

dari enam bulan.

2.1.2.3 Manfaat Pemberian ASI

1) Bagi Bayi

a) ASI sebagai nutrisi

Air susu seorang ibu juga secara khusus disesuaikan untuk

bayinya sendiri, misalnya ASI dari seorang ibu yang melahirkan bayi

prematur komposisinya akan berbeda dengan ibu yang melahirkan

bayi cukup bulan. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal

dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan

pertumbuhan kebutuhan bayi yang paling sempurna baik kualitas

maupun kuantitasnya.

13

Page 14: Proposal Nila

b) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat

kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun kadar zat ini

akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi

sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai

kadar propektif pada waktu berusia 9 sampai 12 bulan.

c) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan

Dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia

enam bulan akan menjamin tercapainya perkembangan potensi

kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutren

yang lokal dengan komposisi yang tepat, serta disesuaikan dengan

kebutuhan bayi. ASI juga mengandung nutrien-nutrien khusus yang

diperlukan otak agar tumbuh optimal.

d) ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui

akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman

tentram terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya

yang sudah ia kenal sejak dalam kandungan.

2) Bagi Ibu

a) Menjarangkan kehamilan

Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman murah dan

cukup berhasil.

14

Page 15: Proposal Nila

b) Lebih ekonomis / murah

Dengan memberikan ASI berarti menghemat untuk pengeluaran

susu formula perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan

minum susu formula.

c) Tidak merepotkan dan hemat waktu

ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau

memasak air, juga tanpa harus mencuci botol dan tanpa menunggu

d) Halal

e) Mencegah Perdarahan Post Partum

Hisapan bayi menghasilkan hormon progesteron yang merangsang

kontraksi rahim untuk mencegah perdarahan.

f) Mengecilkan rahim

Dengan meningkatnya hormon oksitosin, membantu rahim kembali

ke ukuran semula.

g) Mengurangi terjadinya anemia

Resiko anemia karena kekurangan zat besi dapat dihindari dengan

penssundaan kembalinya masa haid dan pengurangan perdarahan.

h) Lebih cepat langsing kembali

Diperlukan energi untuk menyusui dan pembentukan ASI diambil

dari cadangan lemak yang tertimbun.

i) Menimbulkan ikatan batin yang kuat antara ibu dan anak

j) Mengurangi kemungkinan kanker payudara, rahim dan ovarium

15

Page 16: Proposal Nila

k) Mengurangi kemungkinan oesteoporosis dan rematik Resiko terkena

oesteoporosis 4 kali lebih kecil dibandingkan dengan wanita yang

tidak menyusui.

l) Portabel dan praktis

Mudah dibawa, kapan dan dimana saja, siap minum dengan suhu

yang selalu tepat.

2.1.2.4 Tanda ASI cukup pada bayi

1) Bayi buang air kecil 5-6 x sehari

2) Bayi buang air besar 2x atau lebh sehari

3) Mengakhiri menyusu sendiri

4) Bayi rileks dan puas setelah minum

5) Bayi bertambah berat badan sekitra 750 gram – 1 kilogram setiap

bulannya. (March, 2007)

2.1.2.5 Komposisi yang terkandung dalam ASI

1) Protein

Protein dalam ASI mencapai kadar yang lebih dari cukup untuk

pertumbuhan optimal, sementara ASI juga mengandung muatan yang

mudah larut yang sesuai untuk ginjal bayi yang belum matang.

2) Lemak

Seperti halnya substansi protein dalam ASI dapat membantu

absorsi lemak. Fungsi kolesterol dengan kadar tinggi dalam ASI tidak

sepenuhnya dipahami tetapi diperkirakan bahwa kadar awal ini dapat

mempengaruhi tubuh dalam menangani suatu substansi di kemudian hari.

16

Page 17: Proposal Nila

3) Karbohidrat – Laktosa

Perkembangan sistem saraf pusat merupakan bagian dari fungsi

laktosa dalam ASI; laktosa juga memberi sekitar 40% kebutuhan energi

bayi. Asupan laktosa yang berlebihan kadang-kadang dicurigai terjadi

pada bayi yang mendapat ASI, yang bersifat mudah marah, gelisah dan

konsistensi feces encer.

4) Vitamin

ASI memberi vitamin yang cukup bagi bayi, walaupun kadarnya

bervariasi sesuai dengan alat maternal. Penting bagi bayi untuk

mendapatkan kolustrum dan kemudian susu awal untuk memastikan

bahwa vitamin yang larut diperoleh bayi pemancaran sinar matahari

selama 30 menit setiap minggu ke kepala dan tangan menghasilkan

vitamin D yang cukup.

5) Mineral

Zat besi di dalam ASI berikatan dengan protein yang tidak terkait

jika terdapat kadar seng dan tembaga. Penting bagi bidan untuk

memperhatikan manfaat ASI dalam diet dan istilah anti infeksi.

(Henderson, 2002).

17

Page 18: Proposal Nila

2.1.2.6 Tiga bentuk ASI dengan karakteristik dan Komposisi berbeda

diantaranya :

1) Kolostrum

a) Pengertian

Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara

setelah melahirkan (4-7 hari) yang berbeda karakteristik fisik dan

komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150-300 mL/hari.

Berwarna kuning jernih dengan protein berkadar tinggi

Mengandung : imunoglobin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Zn,

Fe), vitamin (A,D,E,K) lemak dan rendah laktosa.

Pengeluaran kolostrum berlansung sekitar dua tiga hari dan

diikuti ASI yang mulai berwarna putih.

b) Manfaat

Kolostrum mengadung zat kekebalan terutama IGA untuk

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.

Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari

hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit

namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena

itu kolostrum diberikan pada bayi.

Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan

mengadung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai

dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

18

Page 19: Proposal Nila

Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang

pertama berwarna hitam kehijauan.

2) ASI Transisi (peralihan/antara)

a) Pengertian

ASI transisi adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8-20

hari) dimana kadar lemak dan laktosa lebih tinggi dan kadar protein,

mineral lebih rendah. ASI antara, mulai berwarna bening dengan

susunan yang disesuaikan kebutuhan bayi dan kemampuan mencerna

usus bayi.

b) Komposisi

Kadar protein rendah sedangkan kadar lemak dan karbohidrat tinggi

Volume juga meningkat.

3) ASI sempurna (ASI matang)

ASI sempurna adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan

dengan volume bervariasi yaitu 300-850 mL/hari tergantung pada besarnya

stimulasi saat laktasi.

Pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus bayi,

sehingga dapat menerima susunan ASI sempurna.

2.1.2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI :

1) Frekuensi penyusuan

Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bawa

produksi ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per

19

Page 20: Proposal Nila

hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan

karena bayi prematur belum dapat menyusu.

Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan

menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali per hari selama 2

minggu pertama setelah melahirkan beruhubungan dengan produksi ASI

yang cukup. Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling

sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi

penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam

kelenjar payudara.

2) Berat lahir

Prentice (2002) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan

volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk menghisap,

frekuensi, dan lama penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi

pada hari ke dua dan usia satu bulan sangat erat berhubungan dengan

kekuatan menghisap yang mengakibatkan perbedaan yang besar dibanding

bayi yang mendapat formula. De Carvalho (2000) menemukan hubungan

positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari

pertama setelah melahirkan. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai

kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah dibanding dengan bayi

yang berat lahir normal ( > 2500 gr). Kemampuan menghisap bayi lebih

rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah

dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi

20

Page 21: Proposal Nila

hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.( Helse Nopiana,

2011).

3) Umur kehamilan saat melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi ASI. Hal ini

disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34

minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga

produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur.

Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat disebabkan

berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.

4) Umur dan parintas

Umur parintas tidak berhubungan atau kecil hubungannya dengan

produksi ASI yang diukur sebagai intik bayi terhadap ASI. Lipsman et al

(2000) dalam ACC/SCN (2001) menemukan bahwa pada ibu menyusui

usia remaja dengan gizi baik, intik ASI mencukupi berdasarkan

pengukuran pertumbuhan 22 bayi dari 15 bayi. Pada ibu yang melahirkan

lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari keempat setelah melahirkan

lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali. ( Helse Nopiana,

2011).

5) Stres dan penyakit akut

Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga

mengganggu produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI akan

berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman. Studi lebih

21

Page 22: Proposal Nila

lanjut diperlukan untuk mengkaji dampak dari berbagai tipe stres ibu

khususnya kecemasan dan tekanan darah terhadap produksi ASI.

6) Konsumsi rokok

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu

horman prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan

mentsimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat

pelepasan oksitosin. Studi Lyon (2001); Matheson, (2000)

menunjukkan adanya hubungan antara merokok dan penyapihan dini

meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung. Meskipun

demikian pada studi ini dilaporkan bahwa prevalensi ibu perokok yang

masih menyusui 0-6 minggu setelah melahirkan lebih sedikit daripada

ibu yang tidak perokok dari kelompok sosial ekonomi sama, dan bayi

dari ibu perokok mempunyai insiden sakit perut yang lebih tinggi.

Anderson et at (2000) mengemukakan bahwa ibu yang merokok lebih

dari 15 batang rokok per hari mempunyai prolaktin 30 – 50% lebih

rendah pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan dibanding

dengan yang tidak merokok.

7) Konsumsi alkohol

Meskipun minuman alkohol dosis rendah di satu sisi dapat

membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses

pengeluaran ASI namun di sisi lain etanol dapat menghambat produksi

oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan merupakan indikator

produksi oksitosin.

22

Page 23: Proposal Nila

8) Pil kontrasepsi

Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin

berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI. Sebaiknya bila pil

hanya mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap volume

ASI (WHO : 2000). Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil

progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi.

(Suhariyono, 2008)

2.1.2.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI

1) Perubahan sosial budaya

a) Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya

b) Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan

susu botol.

c) Merasa ketinggalan jaman jika menyusui bayinya

2) Faktor psikologis

a) Takut kehilangan daya tarik sebagi seorang wanita

b) Tekanan batin

3) Faktor Fisik Ibu

4) Faktor kurangnya informasi dari petugas kesehatan di masyarakat kurang

mendapat penerangan tentang manfaat pemberian ASI sehingga

mempengaruhi tingkat pengetahuan.

2.1.2.9 Tujuh Langkah Keberhasilan ASI Eksklusif

1) Mempersiapkan payudara ibu jika diperlukan

2) Mempelajari ASI dan tata laksana menyusui

23

Page 24: Proposal Nila

3) Menciptakan dukungan keluarga, teman dan sebagainya

4) Memilih tempat melahirkan yang “sayang bayi” seperti “Rumah sakit

sayang bayi “ atau “ Rumah bersalin yang sayang bayi”.

5) Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara

eksklusif.

6) Mencari ahli persoalan menyusui seperti klinik laktasi atau konsultasi

untuk persiapan apabila kita menemui kesukaran.

7) Menciptakan suatu sikap yang positif tentang ASI dan menyusui.

2.1.2.10 Faktor-faktor pendukukung keberhasilan pemberian ASI

1) Ibu harus yakin bahwa mampu menyusui bayinya.

2) Ibu cukup minum (8-12 gelas/hari).

3) Ibu dalam keadaan pikiran tenang dan damai.

4) Perhatian cara meletakkan bayi dan cara meletakkan puting pada mulut bayi

dan benar.

5) Makin sering payudara dihisap bayi, makin banyak produksi susu untuk

bayi.

6) Pengertian dan dukungan keluarga, terutama dari suami sangat penting.

(Siregar, 2004).

2.1.3 Konsep Dasar Bayi

ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna karena di

dalamnya mengandung semua nutrien yang di perlukan bayi serta dalam

komposisi (Perbandingan) yang ideal. Bayi adalah seorang anak yang belum

dapat berjalan sehingga sangat perlu diberikan ASI eksklusif. Diharapkan

24

Page 25: Proposal Nila

bahwa pertumbuhan maupun perkembangan bayi akan berlangsung lebih baik.

Hal itu meliputi pertumbuhan jasmani, perkembangan kecerdasan serta

perkembangan psikologis yakni kasih sayang timbal balik antara bayi dan ibu

yang mencerminkan akhlak yang luhur.

Manfaat Gizi bagi bayi

Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung selama kurang

lebih 40 minggu, dengan berat badan sekitar 3 kg dan panjang badan 50 cm.

Pada minggu pertama berat badan akan menurun, kemudian naik terus-menerus

sesuai bertambahnya umur, kecepatan kenaikan berat badan pada setiap

triwulan tidak sama, demikian juga pertambahan panjang badan. Faktor utama

yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi normal adalah masukan makanan

yang kualitas maupun kuantitasnya baik, manfaat masukan makanan atau gizi

yang berkualitas maupun kuantitasnya baik selain untuk tumbuh kembang bayi

adalah untuk menjaga kesehatan bayi atau mencegah timbulnya berbagai

penyakit. (Paath, 2005)

Apa yang dimakan bayi sejak usia dini merupakan pondasi penting

bagi kesehatan dan kesejahteraannya di masa depan. Keadaan gizi ibu pada

kehamilan merupakan penentu utama bagi kelangsungan hidup anaknya

menurunnya pertumbuhan pada bayi usia 4 bulan merupakan tanda terjadinya

keadaan gizi yang tidak baik. Kejadian ini bisa disebabkan oleh dua hal yaitu

karena asupan makanan yang salah atau tidak memenuhi gizi seimbang karena

penyakit infeksi dan yang kedua penyebab langsung kurang gizi. (Soekirman,

2006).

25

Page 26: Proposal Nila

2.2. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber :modivikasi Raden Mas Bagus

26

Asi Eksklusif

Wajib di berikan

bayi 0-6 bulan

Bernutrisi dan

berenergi tinggi

Faktor Predisposisi: umur,pendidikan,pengalaman

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan:

Faktor Pendukung: informasi,lingkungan

Faktor Pendorong:sikap petugas ke

sehatan, dukungan keluarga

Faktor-Faktor yang mempengaruhi

pemberian ASI Eksklusif:

Perubahan sosial budaya

Faktor Psikologis

Faktor fisik Ibu

Kurangnya informasi

(pengetahuan)

Page 27: Proposal Nila

2.3. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.4. Hipotesis

Hipotesis : Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang Asi dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Puskesmas Buladu Kota Gorontalo.

27

Pengetahuan Ibu Pemberian Asi Eksklusif

Page 28: Proposal Nila

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian akan dilakukan di Puskesmas Buladu Kecamatan

Kota Barat Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo dan waktu penelitian

akan dilakukan lebih kurang dua bulan yaitu selama bulan Mei-juni 2013.

3.2 Desain Penelitian

Model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain

penelitian Cross sectional di mana penelitian yang menekankan/observasi

data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat.

Yakni untuk mencari hubungan pengetahuan ibu tentang Asi dengan ASI

eksklusif di Puskesmas Buladu Kota Gorontalo.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yakni variabel bebas

adalah Pengetahuan Ibu dan variabel terikat adalah Pemberian ASI eksklusif.

3.4 Populasi dan Subjek Penelitian

1. Populasi

Adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2003). Populasi

penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi 6-12 bulan yang

berkunjung di Puskesmas Buladu berjumlah 86 bayi.

28

Page 29: Proposal Nila

2. Sampel Penelitian.

Adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2009). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang

memiliki bayi usia 6-12 bulan yang sering kontrol ke Puskesmas Buladu

Kecamatan Kota Barat Kabupaten Gorontalo yang berjumlah 86 bayi.

Adapun teknik pengambilan sampel adalah Total Sampling, yaitu

pengambilan sampel secara keseluruhan dari jumlah yang ada.

3.5 Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional

Parameter Alat Ukur Skala

Ukur

Skor

Bebas:

Pengetahuan

Ibu

Pengetahuan

ibu tentang

Asi eksklusif

1).Pengertian

ASI eksklusif

2).Manfaat ASI

eksklusif

3).Kandungan

ASI Eksklusif

4).Keunggulan

ASI Eksklusif

5).Faktor-

faktor yang

mempengaru

hi pemberian 

ASI

Kuesioner Ordinal Baik (jika

jawaban

benar

>50%)

Kurang ( jika

jawaban

benar

< 50%)

29

Page 30: Proposal Nila

Terikat:

Pemberian

ASI

Eksklusif

Suatu pemberian

ASI oleh ibu

tanpa adanya

makanan dan

minuman

tambahan lain

pada bayi untuk

jangka waktu

tertentu yaitu

sampai bayi

berusia 6 bulan.

Eksklusif.

1).Cara

pemberian Asi

2). waktu 

pemberian Asi

3).Hambatan

yang di hadapi

ibu yang

menyusui

Angket Nominal

Jika

jawaban

“ya”

mendapa

t skor 1

Jika

jawaban

“tidak”

mendapa

t skor 0

Eksklusif:

Ibu

memberikan

ASI

Eksklusif

selama 6

bulan.

Tidak

Eksklusif:

Ibu tidak

memberikan

ASI

Eksklusif

selama 6

bulan atau

memberikan

makanan

tambahan

lain.

Tabel .3.1 Definisi Operasional

30

Page 31: Proposal Nila

3.6 Tehnik Pengumpulan Data

1. Data Primer.

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil

penjelasan dari ibu yang mempunyai bayi dan hasil pengisian kuesioner

oleh ibu yang mempunyai bayi mengenai pengetahuan tentang Asi

Eksklusif dan pemberiannya.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh buku-buku dan

catatan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti,

diantaranya dari buku KMS, Asi Eksklusif dan pengukuran Pemberian

Asi Eksklusif.

3.7 Instrumen penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk variabel independen

yang terdiri dari 5 item pernyataan positif (1, 3, 5, 7, 9), 5 item pernyataan

negative (2, 4, 6, 8, 10) dan angket untuk variabel dependen yang terdiri dari 5

item pernyataan positif (1, 3, 5, 7, 9), 5 item pernyataan negative (2, 4, 6, 8,

10), dan dibuat oleh peneliti yang mengacu pada teori.

3.8 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan langkah-langkah:

31

Page 32: Proposal Nila

1. Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah

dikumpulkan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data

yang terkumpul tidak logis dan meragukan.

2. Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap data yang

termasuk dalam kategori yang sama.

3. Entry adalah memasukkan data untuk diolah menggunakan komputer.

4. Tabulating adalah mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti

guna memudahkan analisis data

3.9 Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum

dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap variabel dalam penelitian yaitu

dengan melihat distribusi frekuensinya.

Setelah data terkumpul peneliti akan mengolah data dengan

memberi skor untuk kuesioner pengetahuan 1 jika jawaban baik, skor 0

jika jawaban kurang, dan untuk angket pemberian Asi Eksklusif diberi

skor 1 jika jawaban benar, dan skor 0 jika jawaban salah.

Hasil yang didapatkan dimasukkan dalam kriteria penilaian, yaitu:

1. Pengetahuan responden terhadap ASI eksklusif dikatakan baik

apabila reponden dapat menjawab pertanyaan tentang

pengetahuan dengan benar sebanyak > 50 %

32

Page 33: Proposal Nila

2. Pengetahuan responden terhadap ASI Eksklusif dikatakan

kurang apabila responden dapat menjawab pertanyaan tentang

pengetahuan dengan benar sebanyak < 50 %

b. Analisis Bivariat

Analisis data untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel bebas dan variabel

terikat dan penelitian mempunyai tujuan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara pengetahuan ibu tentang Asi dengan Pemberian Asi

Eksklusif. Analisis yang digunakan adalah analisis Bivariat uji Chi

square (Dengan α = 0,05 ) dengan perangkat SPSS. Dikatakan ada

hubungan jika nilai P < 0,05 (H0 ditolak) dan di katakan tidak ada

hubungan jika nilai P > 0,05 (H0 diterima).

3.10 Etika Penelitian

Etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan

manusia, sehingga perlu diperhatikan. Masalah etika yang harus karena

manusia mempunyai hak asasi. Etika penelitian keperawatan meliputi:

1. Persetujuan

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti wajib memberikan

informasi yang cukup untuk orang/obyek (yang berhak mewakili) yang

diteliti dan juga wajib mendapatkan izin obyek yang diteliti. Informed

33

Page 34: Proposal Nila

Consent artinya ada persetujuan (consent) setelah mendapat penjelasan

(informed) tentang maksud, cara pelaksanaan dan efek dari penelitian itu

dan izin tertulis.

2. Tanpa Nama

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberiakan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara

tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian yang disajikan.

3. Kerahasiaan

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan diaporkan pada

hasil riset.

34

Page 35: Proposal Nila

DAFTAR PUSTAKA

Ayu Suryaningtyas. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang

ASI Eksklusif Dengan Perilaku Pemberian ASI di Puskesmas

Nguter. Fakultas ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan (Online). Diakses pada 5

Oktober 2012.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Hasil Riset

Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan, R.I.

Jakarta, 2010. Diakses pada 7 Mei 2013 pukul 14.40.

Bunda. (2008). ”Pentingnya ASI Eksklsif”. (http://www.kelymom.com/new

man/risk of formula), di akses 25 Maret 2013

Danang. 2009. Jurnal Ilmu Keperawatan (Online). Diakses 8 April 2013

pukul 14.00 WITA.

Depkes. (2008). ”ASI Eksklsif Modal Pembangunan”.

(http://www.kelyman.com), diakses 3 April 2013 pukul 15.00.

Dewi Putri. 2011. Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Terhadap Tehnik

Pemberian Asi (Laktasi) Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang

Serai Kota Bengkulu. FIKES UMB. Jurnal Ilmu Keperawatan

(Online). diakses pada 5 oktober 2012.

Handy, F. 2010. Panduan Menyusui dan Makanan Sehat Bayi.

Jakarta: Pustaka Bunda.

35

Page 36: Proposal Nila

Heriyanto. 2007. Jurnal Ilmu Keperawatan (Online). Diakses pada 8 April

2013 pukul 14.40.

Henderson, C. 2002. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta:

EGC.

Helse, N. 2011. Fisiologi laktasi. Tangerang (Online). Diakses pada 9

April 2013 pukul 15.00

Irawan. 2009. Jurnal Ilmu Keperawatan (Onlie). Diakses 8 April 2013

pukul 14.40.

Irvanda. 2009. Jurnal Ilmu Keperawatan (Online). Diakses 8 April 2013

pukul 14.55.

Kiki Anggrita. 2009. Hubungan karakteristik ibu menyusui terhadap

pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Medan Amplas

Tahun 2009-2010. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatra Utara. Jurnal Ilmu Keperawatan (Online).

Lipsman, et al. 2000. Jurnal Keperawatan (Online). Diakses 9 April 2013 pukul 15.20.

Martha. 2007. Jurnal Ilmu Keperawatan (Online). Diakses 8 April 2013

pukul 14.50.

March. (2007). ”Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia”. (www.aimi-asi.org),

diakses 27 Maret 2013 pukul 15.30.

Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Notoadmojo, S. (2005). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta:

Jakarta (Online). Diakses 7 Maret 2013 pukul 16.40.

Notoadmojo, S. (2003). Metodologi Penelitan Kesehatan. Rineka Cipta:

Jakarta (Online). Diakses 7 maret 2013 pukul 16.50.

Notoadmojo, Soekidjo, (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineke

Cipta: Jakarta (Online). Diakses 7 Maret 2013 pukul 17.00.

Prasetyono, D. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: DIVA

Press.

36

Page 37: Proposal Nila

Raden Mas Bagus. 2010. Pengetahuan ibu tentang pemberian Asi eksklusif

pada bayi umur 0-6 bulan di puskesmas Grajagan kecamatan

purwoharjo Banyuwangi. Universitas Bakti Indonesia Banyuwangi.

Jurnal Ilmu Keperawatan (Online). Diakses pada 1 September

2012.

Rahyuningsih. 2005. Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang asi

dengan pemberian kolostrum dan asi eksklusif di kelurahan

porwoyoso kecamatan ngaliyan. Semarang : UNNES (Online).

Diakses pada 2 setember 2012.

Rezky. 2008. Jurnal Ilmu Keperawatan (Online). Diakses 8 April 2013

pukul 14.45.

Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta:

EGC.

Soekirman, (2006). Hidup Sehat. Primamedia Pustaka: Jakarta. Diakses 18

Maret 2013 pukul 14.00.

Sulistinah. 2011. Jurnal Ilmu Keperawatan (Online). Diakses 8 April

2013 pukul 14.35.

Syafrudin. 2002. Untaian Materi Penyuluhan KIA (Kesehatan Ibu dan

Anak). Jakarta: Trans Info Media.

Siswono. (2005). ”hidup ASI Eksklusif” (Online). Diakses 7 April 2013

pukul 17.00.

Suhariyono. (2008). ”Manajemen Laktasi”. Majalah Nirmala

(http://www.dinkesjatim.go.id), diakses 8 April 2013 pukul 16.00.

Umayah, D. 2007. Jurnal Ilmu Keperawatan (Online). Diakses 8 April

2013 pukul 14.15.

Umiyarni, D. 2006. ASI Eksklusif. Jurnal Ilmu Keperawatan (Online).

Diakses 26Maret 2013 pukul 16.45.

Paath, Erna Francin, (2004). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi, EGC:

Jakarta (Online). Diakses 7 April 2013 pukul 17.15.

37

Page 38: Proposal Nila

Wayan. 2012. Jurnal Ilmu Keperawatan (Online). Diakses 8 April 2013

pukul 14.30.

Lembar Persetujuan Responden

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

No responden :

Nama :

Umur :

Alamat :

Telah mendapatkan keterangan secara terinci dan jelas mengenai :

1. Penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Puskesmas Buladu Kota Gorontalo.”

2. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian di antaranya mendapatkan informasi mengenai ASI Eksklusif dan cara pemberiannya.

dan setelah mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, maka dengan ini secara sukarela, dengan penuh kesadaran, dan tanpa keterpaksaan menyatakan bersedia / tidak bersedia *) ikut dalam penelitian.

38

Page 39: Proposal Nila

Responden,

(……………………..)

*) Coret salah satu

KUESIONER

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI PUSKESMAS BULADU KOTA

GORONTALO

Data Responden:

Nama :

Umur :

Alamat :

Pekerjaan :

Jumlah anak :

Umur bayi :

Jumlah anak yang tergolong bayi :

39

Page 40: Proposal Nila

40