Proposal MPH-TINJAUAN YURIDIS TENTANG KORUPSI DAN USAHA NEGARA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

28

Click here to load reader

Transcript of Proposal MPH-TINJAUAN YURIDIS TENTANG KORUPSI DAN USAHA NEGARA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

Page 1: Proposal MPH-TINJAUAN YURIDIS TENTANG KORUPSI DAN USAHA NEGARA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

0

I. Judul Proposal Penelitian

Tinjaun Yuridis Tentang Korupsi dan Usaha Negara Dalam Pemberantasan Korupsi.

II. Bidang Ilmu

“Socio Legal Reasearch”

III.Latar Belakang

Negara Indanesia sekarang ini sudah menjadi negara yang mempunyai

citra buruk di dunia internasional. Hal ini disebabkan karena negara kita

merupakan negara koruptor. Dua lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

lewat STAR (STeall Asset Recovery) dan bank dunia punya daftar 10 besar

kekayaan hasil curian yang disusun transparency internasional tahun 2004 lalu.

Kwik Kian Gie menyatakan bahwa per tahun kekayaan negara yang dikorupsi

jumlahnya sangat besar bahkan melebihi APBN (Kompas,2003:12). Pada masa

orde baru kebocoran uang negara masih 30 %, setelah reformasi bergulir tahun

1998 indikasi tindak pidana korupsi yang merusak perekonomian dan moral

bangsa justru semakin besar. Menurut laporan BPK, penyimpangan uang negara

sudah mencapai Rp 166,53 triliun atau sekitar 50 % pada periode Januari-Juni

2004 (Kompas,2004:23). Majalah Time menyebut estimasi angka 35 miliar dolar

AS, ditambah dengan penyalahgunaan bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)

yang diduga merugikan negara sampai 13,5 miliar dolar AS. Bahkan untuk kasus

BLBI, perkaranya sampai sekarang berjalan di tempat (www.kapanlagi.com/5

April 2008). Lebih ironis lagi ketika Indonesia tercatat sebagai negara kelima

Mantan Presiden Soeharto menempati urutan pertama dengan besar kekayaannya

mencapai 15-35 miliar dollar AS (Kompas,2007:10). Selama pemerintahan

Presidan Soeharto birokrasi yang ada telah dijadikan sumber untuk memperkaya

diri. Tindak pidana korupsi telah menghancurkan birokrasi dan sistim hukum di

negara kita. Ada sumber dari PERC (Political and Economic Consultancy) yang

menyatakan tentang korupsi di Indonesia menempati urutan nomor tiga dengan

jumlah kekayaan sebesar 8,03 miliar dolar AS (Kompas,2008:10). Korupsi yang

ada di Indonesia merupakan jenis mercenary corruption. Mercenarry corruption

adalah tindakan korupsi yang dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan

pribadi, hal itu bisa terjadi karena adanya bentuk penyalahgunaan wewenang dan

Page 2: Proposal MPH-TINJAUAN YURIDIS TENTANG KORUPSI DAN USAHA NEGARA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

1

kekuasaan (Guy, Benvineske,2000:110). Jenis korupsi ini telah terjadi dari

birokrasi pusat hingga birokrasi bawah. Moral pejabat yang telah hancur

merupakan salah satu sebab terjadinya korupsi. Birokrasi yang seharusnya

dijadikan sarana atau alat untuk menciptakan tatanan pemerintahan yang baik

malah dijadikan sarana bagi koruptor untuk memperkaya diri sendiri. Partai

politik yang telah hancur ideologinya yaitu berupa politik merit sistim dijadikan

sebuah perusahaan bagi koruptor, karena akibat ideologi yang telah hancur bisa

menciptakan kader-kader dari partai politik yang cenderung melakukan tindak

pidana korupsi. Selain birokrasi dalam partai politik birokrasi yang ada dalam

sistim peradilan kita juga telah hancur. Adanya mafia peradilan telah mempunyai

dampak besar berupa kehancuran supremasi hukum di negara kita. Faktor berupa

sistim dan kegiatan merupakan penyebab utama adanya mafia peradilan. Sistim

itu dapat terealisasi dalam wujud puvoir eksekutif yaitu tiap kegiatan pejabat

sebelum mereka mendududuki sebuah jabatan memerlukan uang untuk meraih

jabatan itu, jadi setelah memperoleh jabatan, mereka tidak lagi memikirkan tugas

yang mereka emban untuk menyejahterakan rakyat. Suap-menyuap merupakan

kegiatan yang telah ikut berperan menyebabkan adanya mafia peradilan. Adanya

realita yang terjadi di negara kita sekarang ini, seharusnya menjadikan aparat

penegak hukum lebih tegas dalam melakukan pemberantasan korupsi. Para

pejabat pemerintah harus lebih fokus dalam memikirkan kesejahteraan rakyat dan

jangan sampai menyimpang dari tugas yang telah diberikan konstitusi pada

mereka. Hukum dan peratuaran yang ada seharusnya lebih dioptimalkan untuk

ditaati, sehingga moment opname dalam hukum dapat terwujud. Agar dalam partai

politik tidak dijadikan sebagai alat untuk melakukan tindak pidana korupsi, maka

ideologinya harus diliuruskan dahulu. Jika itu sudah terwujud maka akan dapat

menciptakan kader-kader yang berkualitas. Adanya Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) kinerjanya harus difokuskan untuk menata birokrasi dari ancaman

para koruptor. Sangsi yang tegas harus diberlakukan bagi koruptor agar mereka

jera dalam melakukan korupsi. Semua element bangsa dari pejabat pemerintah,

aparat penagak hukum dan rakyat harus saling bekerja sama dalam memberantas

tindak pidana korupsi. Jika itu dapat dilakukan maka usaha pemberantasan

korupsi akan bisa berjalan dengan optimal dan pada akhirnya birokrasi kita akan

berjalan sesuai dengan rule of game yang ada.

Page 3: Proposal MPH-TINJAUAN YURIDIS TENTANG KORUPSI DAN USAHA NEGARA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

2

IV. Perumusan Masalah

Dari uraian yang ada pada latar belakang di atas maka dapat di ambil beberapa

rumusan permasalahan yaitu:

1) Apakah yang menjadi penyebab utama terjadinya korupsi dan apa saja

substansi yang terkandung di dalamnya?

2) Apa yang menjadi penyebab utama Korupsi dapat dengan mudah menyebar

di dalam birokrasi di Indonesia?

3) Bagaimanakah prosedur terjadinya korupsi itu?

4) Apa saja usaha yang dilakukan oleh negara dalam usaha melakukan

V. Tujuan

1) a. Mendapatkan pengetahuan tentang gejala korupsi dan sebab-sebab

terjadinya korupsi.

b. Mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai korupsi dan

substansi apa saja yang terkandung dalam tindak pidana korupsi.

2) Untuk menggambarkan secara lengkap mekanisme dan prosodur kerja dari

adanya korupsi sehingga dapat dengan mudah menyebar pada sistem birokrasi

negara Indonesia.

3) Untuk menggambarkan langakah-langkah strategis apa sajakah yang diambil

oleh negara untuk memberantas korupsi, selain itu penulis juga ingin

memaparkan cara-cara yang disunakan oleh hukum pidana dalam upaya

memberantas terjadinya korupsi.

VI. Manfaat

1. Manfaat Teoretis

a. Memberikan sumbangan pemikiran dan ide-ade kreatif bagi

pengembangan ilmu hukum dan sistem hukum di Indonesia, dalam hal ini

kaitannya dengan usaha pemberantasan tindak pidana korupsi di

indonesia.

b. Menambah referensi ilmu pengetahuan tentang kajian mengenai tindak

pidana korupsi kaitannya dengan reformasi birokrasi pada sistem hukum di

Indonesia.

Page 4: Proposal MPH-TINJAUAN YURIDIS TENTANG KORUPSI DAN USAHA NEGARA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

3

2. Manfaat Praktis

a. Dengan memperoleh deskripsi yang komperhensif tentang korupsi dan

upaya pemberantasan tindak pidan korupsi yang sekarang ini dilakaukan

oleh Negara, sehingga dapat memberikan kontribusi tentang apa yang

harus dilakukan oleh Negara dalam melakukan pemberantasan korupsi

b. Dengan adanya sumbangan pemikiran ini diharapkan dapat memberi solusi

dan pemecahan permasalahan guna mereformasi sistem birokrasi Negara

yang telah hancur.

VII. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan UU No. 3 Tahun

1971 dan KUHP.

1) Tinjauan tentang tindak pidana korupsi

Pengertian tindak pidana korupsi berdasarkan UU No.3 tahun 1971 adalah

sesuai dengan rumusan pasal 1 ayat ( 1 ) butir a :

“Korupsi adalah perbuatan yang barang siapa melawan hukum melakukan

perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan yang

secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan negara dan atau

perekonomian negara atau diketahui atau patut disangka olehnya bahwa

perbuatan tersebut merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.”

(Pudjiarto, Harum, 1997: 55)

Unsur-unsur tindak pidana yang terkandung didalamnya adalah:

a. Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu badan.

Perbuatan korupsi merupakan salah satu cara untuk memperkaya diri

sendiri. Biasanya koruptor dalam melakukan kejahatan korupsi tidak pernah

memikirkan kepentingan rakyat, tetapi hanya memikirkan kepentingan

pribadinya. Korupsi dapat dihubungkan dengan pasal 18 ayat 2 yang

memberikan kewajiban kepada terdakwa untuk memberikan keterangan

tentang sumber kekayaan, sehingga kekayaan yang tidak seimbang dengan

penghasilannya atau penambahan kekayaan itu dapat digunakan untuk

Page 5: Proposal MPH-TINJAUAN YURIDIS TENTANG KORUPSI DAN USAHA NEGARA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

4

memperkuat saksi lain bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana

korupsi.

b. Perbuatan itu bersifat melawan hukum

Korupsi merupakan perbuatan yang bersifat melawan hukum, karena telah

bertentangan dengan undang-undang terutama undang-undang tentang

pemberantasan korupsi. Pengertian perbuatan melawan hukum ini berarti

perbuatan itu telah malawan ketentuan hukum baik secara formal maupun

material. Pengertian melawan hukum secrara formal ini oleh seorang ahli

hukum Simons mengemukakan :

”Perbuatan melawan hukum secara formal adalah ketidakadaan dari

perbuatan yang dilakukan itu termasuk dalam suatu larangan atau pun suatu

keharusan hanya dapat diterima apabila untuk pengecualian atas

perbuatannya itu landasannya dapat ditemukan di dalam hukum yang

berlaku terhadap ketentuan pelanggaran yang umum.” (Pudjiarto, Harum,

1997: 59).

c. Perbuatan itu secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan

negara dan perekonomian negara.

Adanya korupsi itu secara tidak langsung telah menghambat pembagunan

nasional karena uang yang seharusnya digunakan untuk pembangunan

malah digunakan untuk kepentingan pribadi, sehingga uang negara itu tidak

berfungsi sebagaimana yang di harapkan. Maksud dari telah merugikan

perekonomian negara adalah adanya korupsi telah mengganggu proses

produksi, distribusi sandang pangan, dan mengganggu ekspor impor dan hal

itu menyebabkan terjadinya inflasi. Sesuai UU No.7 Drt Tahun 1995

(Undang Undang Tindak Pidana Ekonomi), maka barang siapa yang

melakukan perbuatan penyelundupan yang dapat merusak tata kehidupan

perekonomian perbuatan itu dapat tergolang perbuatan korupsi (Pudjiarto,

Harum, 1997: 62)

2) Tinjauan Tindak Pidana Korupsi dari KUHP

”Seorang pegawai negeri atau orang lain yang ditugasi menjalankan suatu

dinas umum terus-menerus atau untuk sementara waktu yang dengan sengaja

menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya,

atau memberikan uang atau surat berharga itu diambil atau digelapkan oleh

Page 6: Proposal MPH-TINJAUAN YURIDIS TENTANG KORUPSI DAN USAHA NEGARA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

5

orang lain, atau menolong sebagai pembantu dalam melakukan perbuatan

tersebut diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.”(Moeljatno,

2005: 99). Beradasarkan pasal tersebut dapat diambil suatu makna yaitu

seorang pegawai negeri atau orang lain dengan memanfaatkan jabatannya

dapat melakukan perbuatan tindak pidana korupsi. Perbuatan itu antara lain

dapat berupa penggelapan kas negara yang seharusnya digunakan untuk

kepentingan rakyat tapi malah digunakan untuk kepentingan pribadi. Selain itu

korupsi tidak hanya meliputi penggelapan uang tapi juga penggelapan surat

berharga. Pasal tersebut juga menjelaskan adanya sangsi atas perbutan tindak

pidana korupsi. Dengan sangsi tersebut maka diharapkan dapat menimbulkan

efek jera bagi pelaku korupsi.

2. Jenis-Jenis Tindak Pidana Korupsi

1) Discretionery corruption

Suatu jenis korupsi yang dilakukan karena adanya kebebasan dalam

menentukan kebijakan sekalipun nampaknya bersifat sah, bukanlah praktek-

praktek yang dapat diterima oleh para anggota organisasi; contohnya

pemberian janji kepada kulit putih dan hitam oleh para pejabat, ia menganggap

orang kulit putih lebih pandai dan berkemampuan. Ini merupakan peluang

untuk korupsi, walaupun celahnya sangat kecil dan tindakan ini tak ada aturan

yang dilanggarnya. Jenis korupsi ini sangat sulit untuk dideteksi kajian

kebenarannya karena disebabkan kita tidak dapat dengan mudah memastikan

kapan ia akan berlangsung.

2) Ilegal Corruption

Suatu tindakan yang ditujukan untuk mengacaukan bahasa/maksud-maksud

hukum, peraturan dan norma-norma yang telah ada. Jenis korupsi ini bisa saja

dilakukan seseorang dengan tingkat efektifitas tertentu. Namun, sebaliknya ia

jauh lebih mungkin untuk dikendalikan. Untuk melakukan jenis korupsi ini

diperlukan tingkat korupsi yang cermat dan teliti.

3) Mercenery Corruption

Tindakan korupsi yang dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan pribadi,

jenis korupsi ini meliputi uang sogok dan semir. Korupsi inilah yang dianggap

sebagai bentuk penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan dengan alasan

untuk memperoleh keuntungan material dan politik. Kekuasaan dijadikannya

Page 7: Proposal MPH-TINJAUAN YURIDIS TENTANG KORUPSI DAN USAHA NEGARA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

6

mesin pemeras dan kekuasaan itu telah jadi ilegal karena kekuasaan untuk

mengeluarkan kebijaksanaan. Contohnya: menerima uang dari kontraktor yang

baru saja memenangkan tender proyek pemerintah.

4) Ideological Corruption

Suatu jenis korupsi, baik yang bersifat ilegal maupun discrisionery, yang

dimaksudkan untuk mengejar tujuan-tujuan kelompok. Episode Watergate

adalah suatu skandal yang dilakukan oleh sejumlah individu yang lebih

memberikan komitmen idiologis mereka kepada Presiden Nixon ketimbang

kepada UU dan hukum perubahan norma-norma tentang korupsi

mencerminkan adanya pandangan-pandangan dimana suatu jenis tindakan

yang sebelumnya dianggap sebagai korupsi kini tak lagi dianggap demikian.

Pada abad ke-17 gejala seperti ini berlaku di Perancis dimana mahkota raja

seringkali menjual jabatan-jabatan penting pada anggota keluarga/teman

dekatnya yang dapat digunakan sebagai sarana ampuh untuk memperkaya diri.

Istilah “in the know” adalah suatu istilah yang mengacu pada keadaan dimana

seseorang mengetahui bagaimana tindak pidana korupsi itu dilakukan orang,

mengetahui kapan dan dimana uang suap bisa diterima, biasanya korupsi yang

dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan pribadi adalah jenis pribadi, jenis

korupsi korupsi yang paling sering dalam pemberitaan, dalam hal ini orang-

orang yang mengetahui terjadinya korupsi seperti ini justru adalah orang-

orang yang melakukannya sedangkan orang-orang lain yang tidak terlibat

tetap tidak mengetahuinya. Korupsi yang bersifat idiologis adalah jenis

korupsi yang umum diketahui orang dan seringkali diperbincangkan dalam

organisasi. Contoh: orang tidak dapat dipromosikan ke dalam jabatan karena

pemikiran/idenya kurang bagus.

3. Sebab-sebab terjadinya tindak pidana korupsi dan substansi yang

terkandung didalamnya

1) Akar Masalah Penyebab Korupsi

Pendekatan ekonomi menunjukkan bahwa fenomena korupsi tidak

hadir sebagai "hasil" produksi tetapi "mengganggu" di dalam suatu proses

produksi. Ketika suatu perekonomian sedang menjalankan proses produksi,

korupsi menampakkan dirinya dalam bentuk mark-up proyek, pemberian suap,

kolusi, nepotisme (Klitgaard,2001:90). Dampaknya dapat mempengaruhi

Page 8: Proposal MPH-TINJAUAN YURIDIS TENTANG KORUPSI DAN USAHA NEGARA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

7

struktur biaya produksi, yang pada akhirnya akan meningkatkan harga yang

harus dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa. Secara

politik korupsi mempengaruhi proses pilihan-pilihan publik, sehingga terjadi

distorsi dalam penyediaan barang dan jasa publik.

Dalam suatu rezim pemerintahan yang sangat kleptokratik atau dalam

pemerintahan yang mendapat tekanan dari kelompok kejahatan serta dalam

suatu pemerintahan yang dipimpin oleh diktator (dictatorships), maka biaya

untuk membasmi korupsi sangat besar (Polinsky, A. Mitchel dan Shavel,

steven,1999:135). Langkah pertama harus menumbangkan rezim atau minimal

mengurangi pengaruh dari rezim, selanjutnya mengganti birokrat yang korup,

serta perlu juga dilakukan penggantian semua regulasi-regulasi yang tak

menguntungkan. Mungkin dalam jangka panjang akan memberikan dampak

yang baik dalam suatu perekonomian, tetapi dalam jangka pendek akan terjadi

goncangan-goncangan ( social disorder) dalam masyarakat (Charap, Joshua

dan Harm, Christian, 1999, Coolidge dan Ackerman, 1996). Fakta di

Indonesia menunjukkan hal sama, ketika pada tahun 1998 gerakan mahasiswa

menghendaki digantinya rezim yang berkuasa karena dituduh sangat korup

sehingga perekonomian negara menjadi terpuruk, yang dibuktikan dengan

lamanya pemulihan ekonomi.   

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat korupsi sangat banyak dan

sangat tergantung bagaimana kita mendefinisikan korupsi. Secara garis besar

Tanzi (1998) membagi menjadi dua yaitu: faktor yang mempengaruhi korupsi

secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung korupsi dipengaruhi

oleh: Satu: Berbagai aturan dan pemberian hak oleh pemerintah, banyak

negara di dunia yang membuat peraturan yang berbelit-belit sehingga untuk

mengurus suatu ijin atau mendapatkan hak atas suatu sumber daya ekonomi

harus melalui jalur birokrasi yang panjang. Dua: Perpajakan, dalam

pemungutan pajak diperlukan hubungan antara tax payer dengan tax inspector

. Jika antara tax payer dan tax inspector saling berkolusi untuk mengurangi

jumlah pajak yang harus dibayarkan ke negara, maka terjadi permasalahan

dalam administrasi perpajakan (Sanyal, dkk; 1998). Tiga: Keputusan tentang

besarnya pengeluaran publik, Korupsi dapat mempengaruhi pengeluaran

publik. Korupsi berhubungan erat dengan penyediaan barang dan jasa publik.

Page 9: Proposal MPH-TINJAUAN YURIDIS TENTANG KORUPSI DAN USAHA NEGARA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

8

Secara tidak langsung korupsi dipengaruhi oleh: Satu: Kualitas

birokrasi, banyak jabatan dalam birokrasi yang memberikan banyak

keuntungan, sehingga nepotisme, kolusi, patronage banyak terjadi. Dua:

Tingkat gaji birokrat, Tingkat gaji yang rendah padahal birokrat tersebut

mengelola uang negara yang banyak, sehingga banyak godaan untuk

melakukan korupsi. Tiga: Institusional control, pemberian reward dan

punishment, sehingga birokrat menjadi termotivasi untuk menjadi lebih baik

dan takut untuk berbuat yang melanggar peraturan.

2) Hakikat dan substansi dari tindak pidana korupsi

Berawal dari pejabat negara yang telah memasuki politik merit sistem

yang telah hancur, maka tindakan korupsi telah mencapai pada titik puncak

dari tindak pidana. Tindakan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat itu

bertujuan untuk memperkaya diri sendiri tanpa memikirkan kepentingan

rakyat. Tindakan inilah yang dianggap sebagai bentuk penyalah gunaan

wewenang dan kekuasaan yang dilakukan pejabat negara untuk memperoleh

keuntungan materiil. Adanya politik kekuasaan dijadikannya sebagai alat

pemeras dan saya pikir kekuasaan itu telah jadi ilegal karena adanya

kekuasaan itu untuk mengeluarkan kebijaksanaan telah diproduksi oleh

pemerintah. Korupsi telah merajalela dari birokrasi tingkat bawah sampai atas.

Semua anggota dalam sebuah institusi juga telah dalam mercenary corruption

dengan mengabaikan prinsip keadilan hukum yang mereka emban. Hal ini

terbukti tindakan korupsi dijadikan sebagai mata pencaharian lembaga yang

mereka kuasai dijadikan sebagai alat, dan kekuasaan merupakan alat

pemerasnya. Pada cabang ideologi corruption inilah telah membawa puncak

kehancuran, ini telah di buktikan deangan adanya zaman orde baru yang

bertahan selama 32 tahun. Kekuasaan politik sangat identik dengan sarang

koruptor dan tindak pidana korupsi Politik identik dengan uang, dan uang

digunakan alat untuk dapat memahami politik. Setelah bisa berpolitik maka

kekuasaan merupakan sasaran utamanya. Bagi sang koruptor, kekuasaan yang

telah diperolehnya merupakan suatu perusahaan. Sang koruptor mengibaratkan

perusahaan itu sebagai tempat penanaman modal dan investasi jangka panjang.

Otomatis sang koruptor berusaha dengan segala upaya untuk bisa mengeruk

kekayaan yang sebanyak–banyaknya dari perusahaan itu. Koruptor itu hanya

Page 10: Proposal MPH-TINJAUAN YURIDIS TENTANG KORUPSI DAN USAHA NEGARA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

9

berpikir untuk memperkaya dirinya sendiri tanpa mau tahu apa yang dilakukan

itu salah atau benar. Kekuasaan politik yang otoriter telah berubah menjadi

kekuasaan politik yang oligarki. Para kader parpol itu setelah menduduki

jabatan dalam pemerintahan maka moralnya telah terdidik menjadi koruptor.

Kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau kelompok-kelompok orang

untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri sekaligus

menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari golongan-

golongan tertentu. Bertolak dari pengertian itu maka kekuasaan adalah

merupakan kesempatan bagi sang koruptor untuk melakukan korupsi. Arti

kesempatan itu bagi koruptor merupakan jalan setan dan kejahatan, tapi karena

moralnya sudah terdidik untuk menjadi koruptor sekalipun jalan itu salah tetap

saja mereka lakukan.

4. Prosedur Tindak Pidana Korupsi

Pada masa rezim orde baru pada jenis ideological corruption awal

terjadinya korupsi. Prosedurnya adalah demikian birokrasi yang ada dijadikan

sebagai ladang korupsi. Kejadian ini berawal dari pancasila dijadikan kebijakan

asaz tunggal, sehingga partai poitik yang ada tidak dapat menggunakan

ideologinya untuk mengikat konstitusi. Akibat dari hal itu adalah birokrasi benar-

benar menjadi institusi yang dominan dalam sistim politik Indonesia. Adanya

fenomena ini mendorong individu-individu didalamnya untuk melakukan korupsi.

Selain itu memang sistim birokrasi di negara kita sudah rusak hal ini terbukti pada

praktek berupa sistim birokrasi itu sendiri dan aktivitasnya. Terjadinya korupsi

melalui sistim yang ada dalam birokrasi maksudnya adalah seorang pejabat

sebelum ia menjadi pejabat memerlukan modal yang sangat besar untuk meraih

kekuasaan seperti yang ia inginkan. Setelah kekuasaanya didapat ia tidak lagi

memikirkan apa yang seharusnya dilakukan sebagai pejabat tapi ia hanya

memikirkan bagaimana agar bisa balik modal. Tugas utama untuk mengabdi

kepada rakyat malah diabaikan, ia selalu berusaha bagaimana caranya agar

memperoleh uang banyak. Dengan demikian, segala bentuk cara dan upaya ia

lakukan sekalipun perbuatan itu harus menguras uang rakyat. Koruptor semacam

inilah yang harus diwaspadai karena lama-kelamaan birokrasi dalam pemerintahan

akan hancur.

Page 11: Proposal MPH-TINJAUAN YURIDIS TENTANG KORUPSI DAN USAHA NEGARA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

10

Budaya kekuasaan yang lain adalah bagi seorang pejabat yang telah punya

modal dan uang banyak maka untuk menjaga kekuasaanya ia tidak segan-segan

melakukan penyuapan. Misalkan pejabat itu telah terbukti melakukan korupsi,

maka ia akan memberikan sejumlah uang pada pihak-pihak yang akan melakukan

pemeriksaan pada dirinya. Sasarannya adalah badan-badan peradilan seperti

pejabat-pejabat yang ada dalam Departemen Kejaksaan, dan Departemen

Kehakiman. Dari titik awal inilah terjadi mafia peradilan yang telah

menghancurkan hukum di Indonesia. Pejabat yang beruang itulah yang menang

dan sang koruptor itu akan tetap terjaga dalam pemerintahan selama kekuasaan

dan uang masih dipegang. Budaya kekuasaan akan tetap berjalan selama struktur

politik dan birokrasi dijadikan ladang kekuasaan belaka.

5. Tindakan Negara dan Hukum Pidana Dalam Usaha Pemberantasan Korupsi

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga negara yang

bertugas untuk melakukan pemberantasan korupsi harus bisa menjalankan

tugasnya dengan baik. Agar pemberantasan dapat berjalan efektif maka KPK

harus melakukan kerjasama dengan masyarakat, LSM, maupun aparat penegak

hukum negara lain, karena tindak pidana korupsi tidak seharusnya dipandang

semata-mata urusan kejaksaan dan kepolisian, tetapi hendaknya diupayakan

dengan adanya keterlibatan masyarakat secara optimal. Pelacakan aset juga

membutuhkan data-data yang akurat, dalam mengumpulkan dan menginvestigasi

aset tersebut alangkah lebih baik juga adanya kerja sama dengan masyarakat,

organisasi non-pemerintah, maupun LSM. Untuk aset yang berada di luar negeri

dapat ditempuh dengan meminta bantuan aparat penegak hukum negara lain yang

bersangkutan tempat aset disembunyikan. Selain itu KPK seharusnya juga

melakukan kerjasama dengan kelembagaan lain agar tidak terjadi tumpang tindih

wewenang dalam upaya mengembalikan aset hasil tindak pidana korupsi.

Menghadapi tindak pidana korupsi terorganisasi dan bersifat lintas batas territorial

yang sulit pembuktiannya diperlukan koordinasi lintas kelembagaan penegakan

hukum. Dalam menghadapi tindak pidana korupsi yang sudah sistemik dan

meluas diperlukan kerjasama yang intensif dan berkesinambungan antara lembaga

penegakan hukum baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat bilateral dan

multilateral. Upaya kerjasama itu dapat dilakukan dengan lembaga lain antara

lain dengan :

Page 12: Proposal MPH-TINJAUAN YURIDIS TENTANG KORUPSI DAN USAHA NEGARA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

11

a. Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan khusus untuk mengadili tindak pidana

korupsi.

Strategi pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini sudah

memadai dengan pembentukan KPK dan sekaligus Pengadilan khusus untuk

memeriksa dan mengadili perkara korupsi. Koordinasi penegakan hukum

antara kepolisian, kejaksaan, KPK dan Pengadilan khusus korupsi juga perlu

dilakukan untuk menumbuhkan visi dan misi serta persepsi yang sama tentang

penting dan urgennsinya pemberantasan korupsi.

b. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)

Untuk melakukan pelacakan aset, KPK dapat melakukan kerja sama dengan

PPATK baik untuk melacak aset pada tingkat nasional maupun di luar negeri.

c. Bank Indonesia, Badan Pemeriksa Keuangan dan Lembaga Perbankan di

Indonesia.

Kasus-kasus tindak pidana korupsi selalu melibatkan aktivitas perbankan dan

juga keterangan ahli dan pembuktian yang memadai sehingga diperlukan

kerjasama antara Bank Indonesia, BPK, atau pimpinan perbankan.

Hukum pidana dalam upaya pemberantsan korupsi yaitu dapat kita kaji

dahulu melalui Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP). Tindak pidana

korupsi merupakan tindak pidana khusus,yang artinya belum di atur dalm Kitab

Undang Undang Hukum Pidana. Kalau kita lihat dari buku I (tentang ketentuan

umum ”Pasal 1-103”), buku II (tentang pelanggaran), buku III (tentang kejahatan

”Pasal 489-569”), aturan korupsi belum ada. Ketentuan tentang itu hanya diatur

dalam peraturan perundang-undangan saja, sebagai contoh UU No.31 tahun 1999

jo UU No. 20 tahun 2001. Tindak pidana korupsi merupakan pelanggaran

terhadap tindak pidana, karena jika ditinjau dari pengertian hukum pidana adalah

segala bentuk pelanggaran dan kejahatan terhadap kepentinagan umum. Saya pikir

tindakan itu merupakan kejahatan terhadap kehidupan sosial, bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Pelaku tindakan mercanery corruption harus diberi

sangsi yang tegas, adanya hukum harus bisa moment opname agar tujuan

diciptakannya hukum bisa terealisasi. Adanya aturan pidana harus bisa berfungsi

sosial dalm arti bisa menjamin adanya ketertiban masyarakat. Mengenai unsur

yang ada dalam korupsi dapat berupa kesalahan, tapi berdasarkan makna dari

undang-undang No. 20 tahun 2001 maka bagi pejabat yang telah melakukan

Page 13: Proposal MPH-TINJAUAN YURIDIS TENTANG KORUPSI DAN USAHA NEGARA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

12

korupsi jelas salah menurut aturan itu, karena telah melakukan upaya memperkaya

diri dan telah merugikan negara. Hal ini senada dari isi pasal 6 ayat 2 undang-

undang kekuasaan kahakiman (UU No.14 tahun 1970) yang berbunyi :

”Tiada seorang juapun dapat dijatuhi pidana kecuali apabila pengadilan, karena

alat pembuktian yang syah menurut undang-undang mendapat keyakinan bahwa

seseorang dianggap dapat bertanggung jawab telah barsalah atas perbuatannya

yang dituduhkan atas dirinya dan unsur kesalahan itu sangat menentukan akibat

dari perbuatan seseorang”(Sudarto, 1990: 85).

Melalui jalur pidana pemberantsan korupsi dapat berpedoman pada pasal 47

Konvensi Anti Korupsi (KAK) tahun 2003 maka KPK punya wewenang untuk :

Tahap Pelacakan aset, tujuan pelacakan aset ini adalah untuk menidentifikasi aset,

lokasi penyimpanan,bukti kepemilikan aset, dan hubungannya dengan tindak

Kasus-kasus tindak pidana korupsi selalu melibatkan aktivitas perbankan dan juga

keterangan ahli dan pembuktian yang memadai sehingga diperlukan kerjasama

antara Bank Indonesia, BPK, atau pimpinan perbankan.

VIII. Metode Penelitian

Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu

tujuan, untuk mencapai tingkat ketelitian, jumlah dan jenis yang dihadapi. Akan

tetapi dengan mengadakan klasifikasi yang berdasarkan pada pengalaman, dapat

ditentukan teratur dan terpikirnya alur yang runtut dan baik untuk mencapai suatu

maksud. Adapun pengertian dari metode penelitian adalah suatu tipe pemikiran

yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian, hali itu dapat diartikan sebagai

suatu tehnik yang umum bagi ilmu pengetahuan atau dengan kata lain cara

tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur (Soekanto, Serjono.2006:5).

Penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian sosial, studi

mengenai hukumnya bersifat eksplanatif dan deskriptif, hal ini digunakan karena

penelitian eksplanatif berusaha untuk menjelaskan tentang adanya hubungan dua

variabel, sedangkan pada penelitian deskriptifhanya menggambarkan hubungan

veriabel tunggal saja.

1) Jenis Penelitian

Page 14: Proposal MPH-TINJAUAN YURIDIS TENTANG KORUPSI DAN USAHA NEGARA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

13

Penelitian yang dikerjakan penulis termasuk dalam jenis penelitian

yuridis sosiologis yang bersifat deskriptif analisis, yaitu dengan cara

menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam upaya

pemberantasan korupsi dengan teori hukum yang relevan dan praktek

pelaksanaannya untuk dan kemudian dihubungkan dengan permasalahan yang

ditelitian. Penelitian yuridis normatif disini menggunakan pendekatan

doktrinal dan non-doktrinal, kedua pendekatan ini digunakan untuk

menghindari ketimpangan dalam mengkaji hukum karena di satu sisi hukum

tidak bisa melepaskan diri dari cirinya yang normatif, tetapi juga tidak

selamanya murni yuridis. Adapun penelitian yang digunakan adalah sebagai

berikut:

1) Penelitian eksploratis yaitu suatu jenis penelitian tentang suatu gejala yang

akan diselidiki masih kurang sekali atau bahkan tidak ada.

2) Penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian untuk menggambarkan suatu

peristiwa atau untuk memberikan data atas peristiwa itu, terutama untuk

memperjelas hipotesa-hipotesa agar dapat membantu dalam memperkuat

atas teori-teori yang ada.

3) Penelitian eksplanatif yaitu suatu penelitian untuk menjelaskan hipotesa-

hipotesa tertentu.

4) Penelitian diagnostik yaitu bentuk penelitian untuk menyelididiki

mengenai sebab-sebab terjadinya suatu gejala atau beberapa gejala

(Seokanto, Soerjono, 2006:10).

2) Metode Penelitian

Metode peneitian yang digunakan adalah metode observasi yaitu suatu metode

yang diperoleh dengan dua cara:

1) Mengguanakan “human observer”

2) Secara langsung memperoleh respon dari subjek-subjek melalui

pertanyaan-pertanyaan (Purwadi, Hari, 2008:1).

3) Data yang diteliti dan tipe-tipenya

Berhubung penelitian ini bersifat sosial maka data yang penting dapat

diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe data dan sub klasifikasinya yaitu

sebagai berikut:

Page 15: Proposal MPH-TINJAUAN YURIDIS TENTANG KORUPSI DAN USAHA NEGARA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

14

1) Perilaku verbal yaitu perilaku yang disampaikan secara lisan dan

kemudian dicatat, misalnya pencatatan hasil wawancara yang dilakukan

tehadap responden.

2) Perilaku nyata dan ciri-cirinya yang dapat diamati, misalnya interaksi antar

dua orang, ciri-ciri badaniyah seseorang pencatatn terhadap frekuensi

perbuatan-perbuatan tertentu (Soerjono Soekamto,2006:7)

Berdasar dari kajian tersebut maka penulisan ini dapat menggunakan:

1) Populasi target dan sampel, penelitian ini objeknya adalan mahasiswa

Fakultas Hukum angkatan 2007, penulis menggunakan sistem wawancara

langsung ke beberapa orang mahasiswa yang dapat representatif dari

seluruh mahasiswa itu, penulis menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan

korupsi dan penyebab dari tindak pidana korupsi.

2) Lokasi targetnya adalah ruang dua gedung dua dari fakultas hukum.

Mengenai jenis kedua dari penelitian di atas yaitu dengan melihat dan

mengamati perilaku para pajabat pemerintah yang melakukan tindak pidana

korupsi baik lewat dari surat kabar maupun televisi.

4) Macam-Macam Data1) Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya yaitu

data dari beberapa mahasiswa UNS yang ditanya secara langsung

menegenai hal-hal yang berkaitan dengan tema penelitian.

2) Data sekunder adalah data yang bersumber dari media tulis seperti

buku, majalah, arsip, koran, foto, gambar dan hasil penelitian arsip yang

sesuai dengan tema penelitian.

5) Teknik Pengumpulan DataPengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum dapat

dikelompokkan ke dalam dua cara yaitu teknik pengumpulan data yang

bersifat interaktif dan non-interaktif (Sutopo, 2002 : 58).

Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan teknik non-interaktif termasuk

di dalamnya adalah

a. Observasi langsung

yaitu suatu teknik pengumpulan data yang mana peneliti dapat memahami

langsung tentang objek penelitian. Observasi ini bersifat formal ataupun

Page 16: Proposal MPH-TINJAUAN YURIDIS TENTANG KORUPSI DAN USAHA NEGARA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

15

informal untuk mengamati secara kualitatif terutama yang menyangkut

hal-hal yang berkaitan dengan adanya tindak pidana korupsi.

b. Wawancara mendalam

Dilakukan untuk memperoleh data secara detail. Agar wawancara dapat

mengalir dengan baik. Maka teknik wawancara tidak dilakukan dengan

struktur yang ketat dan informal, agar informasi yang diperoleh penuh

dengan kejujuran dan kedalaman yang cukup.

c. Dokumentasi

Pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder dengan cara melihat

kembali berbagai literatur atau dokumentasi yang relevan dengan

penelitian ini.

6) Teknik pengambilan data

1) Populasi

Populasi adalah keseluruhan daripada unit-unit analisis yang memiliki

spesifikasi atau ciri-ciri tertentu (Slamet, 2006:40). Adapun yang menjadi

populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa UNS dan orang-

orang yang berkompetan dalam wawasan mengenai tindak pidana korupsi.

2) Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi suatu penelitian yang meskipun

jumlahnya relatif kecil, tetapi harus dapat mewakili ciri-ciri dan sifat-sifat

keseluruhan populasi itu (Ucjana, 1989:318). Sampel yang diambil dalam

penelitian ini bukan sesuatu yang mutlak, artinya yang akan diambil dalam

penelitian ini bukan mewakili populasi tapi sampel yang berfungsi untuk

menggali beragam informasi serta menemukan sejauh mungkin informasi

penting yang diperlukan dalam penelitian ini yang disesuaikan dengan

kebutuhan di lapangan.

3) Non random sampling adalah tiap unit data populasi tidak punya

kesempatan sama, pada penelitian ini memakai “haphazard sampling”

yaitu penarikan sampel berdasarkan kebetulan saja.

Page 17: Proposal MPH-TINJAUAN YURIDIS TENTANG KORUPSI DAN USAHA NEGARA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

16

IX. DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Charap, Joshua dan Harm Cristian. "Institutionalized Corruption And The

Kleptocratic State." IMF Working   Paper. WP/99/91, Juli, 1999.

Guy, Benveniske. 2000. Birokrasi . Jakarta: PT Raja Grafindo

Klitgaard, Robert. "Controlling Corruption." (Terjemahan Hermoyo: Membasmi

Korupsi) Yayasan Obor Indonesia, 2001.

KPK. 2006. Memahami Untuk Membasmi Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: KPK

Moeljatno. 2005. KUHP. Jakarta: PT bumi aksara

Pudjiarto, Harum, 1997. Memahami Politik Hukum di Indonesia. Yogyakarta:

Universitas Atmajaya Yogyakarta

Slamet, Yulius. 2007. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: UNS press.

Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sebelas Maret University Press,

Surakarta.

Sudarto, 1990. Hukum Pidana 1. Semarang: Yayasan Sudarto d/a Fakultas Hukum

Undip Semarag

Soekanto,Soerjono. 2006. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas

Uchjana, Onong. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung: CV. Mandar Maju.

Koran :

Kompas, 2 Februari 2003, halaman 12

Kompas, 2 Oktober 2004, halaman 6

Kompas, Jumat 21 September 2007, halaman 10

Kompas, Selasa 11 Maret 2008, halaman 10

Internet :

Blog Spot dari Hari Purwadi.2008. Legal dan Socio Legal Researh, hal.16

http://www.kapanlagi.com/5 April 2008

http://www.kpk.co.id

Undang-Undang :

UU No.3 tahun 1971

UU No.14 tahun 1970 tentang Kekuasaan Kahakiman

UU No.7 Drt Tahun 1995 tentang Tindak Pidana Ekonomi

Page 18: Proposal MPH-TINJAUAN YURIDIS TENTANG KORUPSI DAN USAHA NEGARA DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

17

UU No.31 tahaun 1999 jo UU No. 20 tahaun 2001