Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

37
PERAN AKUNTAN DALAM PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE Disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Lingkungan Bisnis dan Hukum komersial dosen pengampu Prof. Eko Ganis Sukoharsono, SE, MCom-Hons, CSRS, PH.D Oleh : Rima Sari Pratiwi NIM : 2012200720 Kelas : JP B 0

description

peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

Transcript of Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

Page 1: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

PERAN AKUNTAN DALAM

PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Lingkungan Bisnis dan Hukum komersial

dosen pengampu Prof. Eko Ganis Sukoharsono, SE, MCom-Hons, CSRS, PH.D

Oleh :

Rima Sari Pratiwi

NIM : 2012200720

Kelas : JP B

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2013

0

Page 2: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

Case Wajib

PERAN AKUNTAN DALAM IMPLEMENTASI

GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Pengertian Good Corporete Governance

Sebagai sebuah konsep, GCG ternyata tak memiliki definisi tunggal.

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara / Kepala Badan Penanaman Modal dan

Pembinaan Badan usaha Milik Negara No. KEP-23/M/PBUMN/2000, Good

Corporate Governance didefinisikan sebagai prinsip korporasi yang sehat yang perlu

diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata demi

menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan

perusahaan.

Sedangan Kelompok negara maju - OECD (2004) dan FCGI (2001)

mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang

menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur,

pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya

sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain system

yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. GCG sebagai cara manajemen

perusahaan bertanggungjawab kepada shareholder-nya. Para pengambil keputusan di

perusahaan haruslah dapat dipertanggungjawabkan, dan keputusan tersebut mampu

memberikan nilai tambah bagi shareholder lainnya. Karena itu fokus utama disini

terkait dengan proses pengambilan keputusan dari perusahaan yang mengandung

nilai-nilai transparency, responsibility, accountability, dan tentu saja fairness.

Lebih jelasnya Good Corporate governance adalah sistem atau cara

bagaimana sebuah organisasi dikelola dan diarahkan. Penerapan good corporate

governance pada sebuah perusahaan akan berpengaruh terhadap kebijakan strategis

maupun cara perusahaan menjalankan praktik-praktik bisnisnya. Perubahan tersebut

secara langsung akan berdampak pada pencapaian kinerja secara keseluruhan.

Sehingga saat ini good corporate governance diyakini sebagai kontributor utama bagi

peningkatan kinerja perusahaan. Selain itu Good Corporate Governance juga bisa

berfungsi sebagai alat untuk menilai quality of management dari sebuah kebijakan

perusahaan. Dengan demikian good corporate governance sebenarnya adalah

1

Page 3: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

penerapan sistem yang bisa menjamin keberlangsungan bisnis perusahaan dengan

lebih baik.1

Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya

memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien.

Diperlukan instrumen baru, Good Corporate Governance (GCG) untuk memastikan

bahwa manajemen berjalan dengan baik. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep

ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan

benar dan tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan

pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap

semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Dari berbagai

hasil penelitian lembaga independen menunjukkan bahwa pelaksanan Corporate

Governance di Indonesia masih sangat rendah, hal ini terutama disebabkan oleh

kenyataan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia belum sepenuhnya memiliki

Corporate Culture sebagai inti dari Corporate Governance. Pemahaman tersebut

membuka wawasan bahwa korporat kita belum dikelola secara benar, atau dengan

kata lain, korporat kita belum menjalankan governansi. 2

Prinsip-Prinsip Good Corporete Governance dan Penerapannya

Prinsip-prinsip GCG terdiri dari :  Fairness, Transparency, Accountability,

dan Responsibility. Sebagaimana dijelaskan sebagai berikut3 :

1.         Fairness (Kewajaran/Keadilan)

Prinsip ‘Keadilan atau Kewajaran’ dapat diartikan sebagai upaya dan

tindakan yang tidak membeda-bedakan semua pihak yang berkepentingan

(stakeholders) terhadap organisasi atau perusahaan terkait. Prinsip ini diwujudkan

antara lain dengan :

a. membuat peraturan korporasi yang melindungi kepentingan para pemegang

saham minoritas;

1 Satriya, Iskandarsyah. 2011. Peranan Akuntansi Dalam Terlaksananya Prinsip-Prinsip GCG Dan Iklim Bisnis Yang Beretika.2 Kaihatu, Thomas S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. 3 Dwiriditjahjono, Jojok. 2008. Penerapan Good Corporate Governance (Tinjauan Manfaat, Kendala dan Kesempatan bagi Perusahaan Publik Indonesia).

2

Page 4: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

b. membuat pedoman perilaku perusahaan (corporate conduct) dan atau kebijakan-

kebijakan yang melindungi korporasi terhadap perlakuan buruk orang dalam,

self-dealing dan konflik kepentingan;

c. menetapkan peran dan tanggungjawab dewan komisaris, direksi, komite

termasuk sistem remunerasi; dan

d. menyajikan informasi secara wajar atau pengungkapan penuh material apapun.

2.      Transparency (Transparansi)

Dalam prinsip ini, para pemegang saham haruslah diberi kesempatan untuk

berperan dalam pengambilan keputusan atas perubahan- perubahan mendasar dalam

perusahaan dan dapat memperoleh informasi yang benar,  akurat,  dan  tepat  waktu 

mengenai  perusahaan. Secara  sederhana dapat dikatakan bahwa prinsip ini tidak

menghendaki berbagai pihak yang berkepentingan menjadi tersesatkan atau tidak

akan membuat kesimpulan atau keputusanyang salah mengenai perusahaan. Dalam

praktik, perusahaan seharusnya berkewajiban mengungkapkan berbagai transaksi

penting yang berkaitan dengan perusahaan, seperti kontrak kerja yang bernilai tinggi

dengan perusahaan lain, risiko-risiko yang dihadapi dan rencana/ kebijakan

perusahaan yang akan dijalankan.

Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan :

a. mengembangkan sistem akuntansi yang berbasiskan standar akuntansi dan best

practice yang menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang

berkualitas;

b. mengembangkan Information Technology (IT) dan Management Information

System (MIS) untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dan

proses pengambilan keputusan yang efektif oleh dewan komisaris dan direksi;

dan

c. mengembangkan enterprise risk management yang memastikan bahwa semua

risiko signifikan telah diidentifikasi, diukur dan dapat dikelola pada ringkat

toleransi yang jelas.

3

Page 5: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

3.      Accountability (Akuntabilitas)

Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan

pertanggungjawaban organnisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara

efektif. OECD menyatakan bahwa prinsip ini berhubungan dengan tersedianya

sistem yang mengendalikan hubungan antara organ-organ yang ada dalam

perusahaan.  Selanjutnya prinsip akuntabilitas ini dapat diterapkan dengan

mendorong agar seluruh organ perusahaan menyadari tanggung jawab, wewenang,

hak, dan kewajiban mereka masing-masing. Corporate governance harus menjamin

perlindungan kepada pemegang saham khususnya pemegang saham minoritas dan

asing serta pembatasan kekuasaan yang jelas di jajaran direksi.

Realisasi dari prinsip ini dapat berupa pendirian dan pengembangan komite

audit yang dapat mendukung terlaksananya fungsi pengawasan dewan komisaris,

juga perumusan yang jelas terhadap fungsi audit internal. Khusus untuk bidang

akuntansi, penyiapan laporan keuangan yang sesuai dengan SAK yang berlaku serta

diterbitkan tepat waktu juga merupakan perwujudan prinsip akuntabilitas ini.

4.      Responsibility (Pertanggungjawaban)

OECD menyatakan bahwa prinsip tanggung jawab ini menekankan pada

adanya sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban

perusahaan kepada shareholder dan stakeholder. Hal ini dimaksudkan agar tujuan

yang hendak  dicapai dalam good corporate governance dapat direalisasikan, yaitu

untuk mengakomodasikan kepentingan dari berbagai pihak yang berkaitan dengan

perusahaan seperti  masyarakat,pemerintah, asosiasi bisnis, dan sebagainya.

Prinsip tanggungjawab ini juga berhubungan dengan kewajiban perusahaan

untuk mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku, termasuk juga prinsip-

prinsip yang mengatur tentang penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan

perusahaan.

Dalam Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 dijelaskan

bahwa selain keempat prinsip diatas, terdapat satu prinsip lagi yaitu prinsip

Kemandirian (Independence), dimana sesuai prinsip ini suatu perusahaan harus

dikelola secara profesional tanpa adanya benturan kepentingan dan pengaruh atau

4

Page 6: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat.

Manfaat Penerapan Good Corporete Governance

Menurut Maksum (2005)4 bahwa keuntungan yang   diperoleh dengan 

penerapan corporate governance  antara lain adalah sebagai berikut :

1.      Dengan good corporate governance proses pengambilan keputusan akan

berlangsung secara lebih baik sehingga akan menghasilkan keputusan yang optimal,

dapat meningkatkan efisiensi serta terciptanya budaya kerja yang lebih sehat. Ketiga

hal ini jelas akan sangat berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, sehingga

kinerja perusahaa akan mengalami peningkatan.

2.      Good  corporate governance akan memungkinkan dihindarinya atau sekurang-

kurangnya dapat   diminimalkannya tindakan penyalahgunaan wewenang oleh pihak

direksi dalam pengelolaan perusahaan. Hal ini tentu akan menekan kemungkinan

kerugian bagi perusahaan maupun pihak berkepentingan lainnya sebagai akibat

tindakan tersebut.

3.      Nilai perusahaam di mata investor akan meningkat sebagai akibat dari

meningkatnya kepercayaan mereka kepada pengelolaan   perusahaan tempat mereka

berinvestasi. Peningkatan kepercayaan investor kepada perusahaan akan dapat

memudahkan perusahaan mengakses tambahan dana yang diperlukan untuk berbagai

keperluan perusahaan,  terutama untuk tujuan ekspansi.

4.      Bagi para pemegang saham, dengan peningkatan kinerja sebagaimana disebut pada

poin 1, dengan sendirinya juga akan menaikkan nilai saham mereka dan juga nilai

dividen yang akan mereka terima. Bagi negara, hal ini juga akan menaikkan jumlah

pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan yang berarti akan terjadi peningkatan

penerimaan negara dari sektor pajak. Apalagi bila perusahaan yang bersangkutan

berbentuk perusahaan BUMN, maka peningkatan kinerja tadi juga akan dapat

meningkatkan penerimaan negara dari pembagian laba BUMN.

5.      Karena  dalam  praktik  good  corporate  governance  karyawan  ditempatkan

sebagai salah satu stakeholder yang seharusnya dikelola dengan baik oleh

perusahaan, maka motivasi dan kepuasan kerja karyawan juga diperkirakan akan

4 Maksum, Azhar . 2005. Tinjauan Atas Good Corporate Governance.

5

Page 7: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

meningkat. Peningkatan ini dalam tahapan selanjutnya tentu akan dapat pula

meningkatkan produktivitas dan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap

perusahaan.

6.      Dengan baiknya pelaksanaan  corporate governance, maka  tingkat kepercayaan

para stakeholders kepada perusahaan akan meningkat sehingga citra positif

perusahaan akan naik. Hal ini tentu saja akan dapat menekan biaya (cost) yang

timbul sebagai akibat tuntutan para stakeholders kepada perusahaan.

7.      Penerapan corporate governance yang konsisten juga akan meningkatkan kualitas

laporan keuangan perusahaan. Manajemen akan cenderung untuk tidak melakukan

rekayasa terhadap laporan keuangan, karena adanya kewajiban untuk mematuhi

berbagai aturan dan prinsip akuntansi yang berlaku dan penyajian informasi secara

transparan. 

Peran Akuntan dalam Penerapan Good Corporate Governance5

Untuk dapat mengembangkan dan menerapkan  GCG dibutuhkan  peran

akuntan, baik sebagai  akuntan  perusahaan  maupun  sebagai  praktisi  accounting

dan auditing  baik secara internal maupun sebagai eksternal auditor. Untuk

membuktikan bahwa perusahaan   sudah menjalankan GCG maka perlu dilakukan

penilaian oleh pihak ketiga yangindependen terhadap praktek corporate governance.

Pihak ketiga independen tersebut adalah akuntan manajemen dan akuntan publik6.

Laporan keuangan sebagaimana diatur oleh standar akuntansi haruslah

menyajikan informasi sesuai dengan apa adanya, tanpa ada upaya untuk menutup-

nutupi segala sesuatu yang seharusnya diungkapkan. Hal ini diatur dalam SAK yang

secara jelas menetapkan berbagai karakteristik kualitatif yang harus dipenuhi oleh

laporan keuangan. Karakteristik itu terdiri dari dapat dipahami, relevan, andal, dan

dapat dibandingkan. Pemenuhan terhadap keempat karakteristik di atas akan

menjadikan laporan keuangan itu mengandung informasi yang tidak menyesatkan

bagi pemakainya. Selain itu, pengertian dasar laporan keuangan itu tidaklah hanya

sebatas laporan keuangan saja, melainkan meliputi pula catatan atas laporan

keuangan yang secara keseluruhan akan menggambarkan secara lengkap kondisi

5 Darwis,Herman. 2012. Peran Akuntan Dalam Penerapan Good Corporate Governance.6 Herdinata Christian, 2008. Good Corporate Governance VS Bad Corporate Governance: Pemenuhan Kepentingan Antara Para Pemegang Saham Mayoritas dan Pemegang Saham Minoritas.

6

Page 8: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

keuangan, hasil usaha dan segala sesuatu yang berkaitan dengan keuangan

perusahaan. Hal ini memenuhi prinsip transparansi dalam konsep GCG yang

menginginkan agar para pemegang saham memperoleh informasi yang cukup, benar,

akurat, dan tepat waktu sehingga para pemegang saham tidak tersesat dalam

pengambilan keputusan.

Standar akuntansi mewajibkan adanya penggunaan sesuatu metode atau

teknik serta prinsip secara konsisten, meskipun di dalam standar akuntansi

diperbolehkan perusahaan mengganti metode akuntansi yang digunakan (misalnya

metode dalam penilaian persediaan, penyusutan aset tetap), tetapi pengaruh,

pengungkapan dan alasan penggantiannya tetap harus diungkapkan dalam catatan

atas laporan keuangan. Ketentuan ini jelas akan membuat laporan keuangan menjadi

lebih bermutu dan bermanfaat karena para pemakainya dapat mengukur dan

memperbandingkan kondisi dan perkembangan keuangan serta kinerja perusahaan

dari waktu ke waktu. Dengan demikian prinsip transparansi dari good corporate

governance dapat terpenuhi.

Akuntansi bersifat netral dan independen. Sikap netral dan independen ini

berlaku secara keseluruhan, tidak hanya secara teori tetapi juga harus tercermin

dalam sikap dan perilaku para akuntan dalam kehidupannya. Hal ini diatur dalam

kode etik akuntan. Dengan demikian informasi yang disiapkan melalui proses

akuntansi keuangan tidak akan ditujukan untuk lebih menguntungkan bagi golongan

pemakai tertentu karena ia tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan salah satu

atau beberapa pemakai saja, melainkan dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan

umum semua jenis pemakainya. Jadi sikap netral dan independennya akuntansi dan

para akuntan akan mendukung terealisasinya good corporate governance dan

memenuhi prinsip “Adil” dalam konsep GCG.

Salah satu prinsip dasar yang dianut dalam akuntansi adalah prinsip

konservatisme (conservatism) yang menunjukkan sikap kehati-hatian. Prinsip ini

mengatur bahwa dalam hal perusahaan berhadapan dengan kejadian-kejadian yang

tidak pasti (uncertainty), maka laporan keuangan harus memilih angka dan posisi

yang kurang menguntungkan. Perusahaan sudah dapat mencatat sesuatu kerugian

yang belum direalisasi tapi sudah ada dasarnya, sementara laba yang sudah ada

indikasinya belum boleh dicatat sebelum laba itu direalisasi. Dengan menganut

7

Page 9: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

prinsip ini jelas bahwa pelaporan Aset maupun laba yang ditinggikan (overstated)

atau sebaliknya pelaporan kewajiban dan biaya atau rugi yang direndahkan

(understated) akan terhindarkan. Para akuntan percaya bahwa dengan menganut

prinsip ini para pemakai laporan keuangan kemungkinan kecil akan disesatkan

(Schroeder dkk. 2001). Dengan demikian menganut prinsip konservatisme akan

mendukung terciptanya good corporate governance.

 Akuntan manajemen dengan berlandaskan pada etika bisnis dan profesi

dapat memberikan saran sesuai dengan fungsi dari akuntansi manajemen

yaitu  masalah efisiensi, dukungan dalam proses pengambilan keputusan yang

optimal, pengukuran kinerja, perhitungan dan penetapan renumerasi yang wajar,

serta penyiapan strategi yang dapat meningkatkan posisi saing dan tentunya juga

kinerja perusahaan. Selain itu pula akuntan manajemen dapat memberikan bantuan

kepada direksi dan dewan komisaris menyusun dan mengimlementasikan kriteria

GCG di perusahaan, membantu menyediakan data keuangan dan operasi serta data

lain yang dapat dipercayai, accountable, akurat, tepat waktu, obyektif,  dan 

relevan. Selain itu, akuntan manajemen membantu direksi menyusun dan

mengimplemen-tasikan struktur pengendalian intern.

Akuntan publik sebagai pihak luar yang independen dituntut menjunjung

tinggi kode etik profesi akuntan publik. Dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia

ditetapkan delapan prinsipetika yang meliputi tanggung jawab profesi, kepentingan

umum, integritas, obyektivitas, kompetensi dan kehati-hatian professional,

kerahasiaan,  perilaku  professional,  dan  standar teknis. Akuntan publik melakukan

pemeriksaan terhadap laporan keuangan klien, apakah menyajikan secara wajar

dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum (generally accounting

accepted principle). Laporan auditor   akan   digunakan   berbagai   pihak  yang

berkepentingan dengan perusahaan untuk mengambil keputusan ekonomi, untuk

ituauditor dituntut bersikap independen. Sikap independensi inilah yang diperlukan

sesuai dengan fungsi akuntan publik dalam  mendukung penerapan good corporate

governance.

8

Page 10: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

DAFTAR PUSTAKA

Permatasari, Paulina. 2003. Peran Akuntan dalam Penerapan Good Corporate

Governance. BINA EKONOMI Vol. 7 No. 2 Agustus 2003: 1-99.

Kaihatu, Thomas S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di

Indonesia. JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.8, NO.

1, MARET 2006: 1-9 : Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi –

Universitas Kristen Petra.

Azhar  Maksum, 2005. Tinjauan Atas Good Corporate Governance. Pidato 

Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam Bidang Ilmu Akuntansi

Manajemen Pada Fakultas Ekonomi. Diucapkan Di Hadapan Rapat

Terbuka Universitas Sumatera Utara Indonesia.

Satriya, Iskandarsyah. 2011. Peranan Akuntansi Dalam Terlaksananya Prinsip-

Prinsip GCG Dan Iklim Bisnis Yang Beretika.

Darwis, Herman. 2012. Peran Akuntan Dalam Penerapan Good Corporate

Governance.

Herdinata Christian, 2008. Good Corporate Governance VS Bad Corporate

Governance: Pemenuhan Kepentingan Antara Para Pemegang Saham

Mayoritas dan Pemegang Saham Minoritas. The2nd National Conference

UKWS, Surabaya, 6 September 2008.

Dwiriditjahjono, Jojok. 2008. Penerapan Good Corporate Governance (Tinjauan

Manfaat, Kendala dan Kesempatan bagi Perusahaan Publik Indonesia).

Jurnal Administrasi Indonesia Vol. II No. 1. Juni 2008. FISIP-

UPN”Veteran”.

9

Page 11: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

PERAN AKUNTAN

DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI

Disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Lingkungan Bisnis dan Hukum komersial

dosen pengampu Prof. Eko Ganis Sukoharsono, SE, MCom-Hons, CSRS, PH.D

Oleh :

Rima Sari Pratiwi

NIM : 2012200720

Kelas : JP B

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2013

0

Page 12: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

PERAN AKUNTAN DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI

I. Latar Belakang

Korupsi adalah salah satu masalah terbesar yang dihadapi Indonesia dewasa

ini. Meski pemberantasannya semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir,

namun belum terlihat tanda-tanda bahwa masalah ini dapat segera diatasi.

Memberantas korupsi tidak mudah, karena sudah menjadi budaya yang berakar pinak

dalam segala level masyarakat. Namun berbagai upaya pemberantasannya tetap

dilakukan secara bertahap. Jika tidak bisa dilenyapkan sama sekali, paling tidak

dikurangi.

Pemberantasan korupsi merupakan salah satu agenda penting pemerintah

dalam rangka membersihkan diri dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Korupsi

merupakan kejahatan luar biasa dan sistematis sehingga diperlukan upaya yang luar

biasa pula dalam memberantasnya. Selain menjadi agenda nasional, pemberantasan

korupsi juga merupakan agenda internasional. Keberadaan lembaga anti korupsi

memiliki nilai yang sangat strategis dan politis bagi pemerintahan suatu negara. Saat

ini persoalan korupsi bukan hanya menjadi isu lokal, melainkan menjadi isu

internasional. Bagi negara-negara sedang berkembang, keberhasilan menekan angka

korupsi merupakan sebuah prestasi tersendiri. Hal ini akan berdampak pada arus

investasi asing yang masuk ke negara tersebut. Negara-negara dengan tingkat korupsi

tinggi tentunya akan kehilangan daya saing untuk merebut modal asing yang sangat

dibutuhkan oleh negara yang sedang berkembang.

Pemberantasan korupsi di Indonesia pada dasarnya sudah dilakukan sejak

empat dekade silam. Sejumlah perangkat hukum sebagai instrumen legal yang

menjadi dasar proses pemberantasan korupsi di Indonesia juga telah disusun sejak

lama. Namun efektifitas hukum dan pranata hukum yang belum cukup memadai

menyebabkan iklim korupsi di Indonesia tidak kunjung membaik. Hal ini dibuktikan

dengan adanya indeks korupsi yang dilakukan oleh Transparency International (TI)

yang menempatkan Indonesia di ranking bawah. Bahkan berdasarkan hasil survei

dikalangan pengusaha dan pebisnis oleh lembaga konsultan Political and Economic

1

Page 13: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

Risk Consulancy (PERC) yang berbasis di Hongkong, Indonesia masih dinilai

sebagai negara paling korup diantara 12 negara Asia tujuan investasi dunia.7

Oleh karena itu tidak cukup lembaga bentukan perintah saja, seperti KPK,

BPK, Kepolisian dan lembaga tinggi negara lainnya yang harus berperan dalam

pemberantasan korupsi, namun dalam keberhasilan upaya pemberantasan korupsi

diperlukan partisipasi semua pihak, baik masyarakat, pelaku bisnis maupun akuntan

sebagai pihak independen.

II. Permasalahan

Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah “Bagaimana

peran Akuntan dalam upaya pemberantasan korupsi?”

III. Metode Pemecahan Masalah

Dalam penyelesaian masalah yang ada, digunakan metode pengumpulan data

dan informasi melalui metode literatur kajian pustaka terhadap buku dan jurnal

ilmiah. Metode ini dipilih karena dinilai lebih efisien dan cepat, tidak memerlukan

waktu yang relatif lama. Pembahasan dan kesimpulan ditarik berdasarkan data dan

referensi dari literatur yang ada dan tidak memerlukan penelitian lanjut maupun

observasi lapang.

IV. Pembahasan

Berdasarkan penjelasan UU No. 31 tahun 1999 tentang Tindak Pidana

Korupsi pasal 2 sebagaimana yang telah diubah dengan UU No. 20 tahun 2001,

korupsi adalah perbuatan secara melawan hukum dengan maksud memperkaya diri

sendiri/ orang lain (perseorangan atau korporasi) yang dapat merugikan keuangan/

perekonomian negara. Sehingga suatu peristiwa dapat dikategorikan sebagai tindak

pidana korupsi apabila memenuhi unsur: (a) ada pelaku yang menyebabkan

terjadinya korupsi yakni orang perseorangan yang termasuk subyek hukum tindak

pidana korupsi (TPK) adalah pegawai negeri dan atau swasta. (b) perbuatan tersebut

telah menguntungkan atau memperkaya dirinya sendiri, orang lain ataupun korporasi.

(c) perbuatan tersebut telah melanggar hukum baik formil maupun materil atau

7 Badjuri, Achmad. 2011. Peranan Komisi Pemberantasan Korupsi (Kpk) Sebagai Lembaga Anti Korupsi Di Indonesia.

2

Page 14: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

menyalahgunakan kewenangannya, dan (d) perbuatan tersebut dapat mengakibatkan

kerugian keuangan negara atau perekonomian negara.

Terjadinya korupsi untuk sebagian besar terjadi karena adanya faktor

“kesempatan” (situasional) dan faktor mental atau budaya. Jika kesempatan terbuka

luas dan budaya tidak mencegah niat untuk korupsi maka korupsi akan menjadi

kebiasaan (“budaya”) seperti virus dalam program komputer yang dapat saja masih

memungkinkan berjalannya program namun menghasilkan format yang distortif.8

Seiring dengan itu Romli Atmasasmita, sebagai pakar hukum pidana

internasional menegaskan bahwa strategi pemberantasan korupsi di Indonesia harus

menggunakan empat (4) pendekatan yaitu pendekatan hukum, pendekatan moralistik

dan keimanan, pendekatan edukatif, dan pendekatan sosio-kultural. Begitu

kompleksnya penyebab kejahatan korupsi, maka pemberantasan korupsi dengan

pendekatan konvensional dipandang sudah tidak relevan lagi. Sehingga modus

operasi tindak pidana korupsi dalam sistem hukum pidana kita harus dijadikan suatu

kejahatan luar biasa (Extra Ordinary Crimes). Sebab, upaya mendahulukan

kepentingan bangsa dan negara dalam upaya memerangi kejahatan korupsi

merupakan bentuk kewajiban negara untuk memenuhi tuntutan hak-hak asasi sosial

ekonomi masyarakat sebagaimana dikemukakan oleh pasal 29 Deklarasi PBB (Romli

Atmasasmita, 2004: 13).

Korupsi termasuk dalam Fraud atau Kecurangan yang sengaja dilakukan oleh

pihak-pihak tertentu. Fraudulent financial reporting terjadi atara lain dengan (a)

manipulasi, pemalsuan catatan akuntansi atau dokumen pendukung laporan

keuangan, sengaja rnenghilangkan kejadian, transaksi, dan informasi penting dari

laporan keuangan, dan sengaja menerapkan prinsip akuntansi yang salah, dan (b)

misappropriation or assets meliputi; penggelapan penerimaan kas, pencurian aktiva,

dan hal-hal yang menyebabkan organisasi membayar barang atau jasa yang tidak

diterirnanya. Penyalahgunaan akuntansi untuk memperlancar penyelewengan banyak

ditunjukkan dalam beberapa kasus besar seperti halnya pada kasus Enron.

8 Sujatmiko, Iwan Gardono. 2002. Hypercorruption Dan Strategi Pemberantasan Korupsi.

3

Page 15: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

Peran Akuntan dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

Secara jelas dapat diketahui bahwa tindakan korupsi dalam suatu kegiatan

ekonomi dapat diketahui dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan sebagai

auditor keuangan. Kasus korupsi terungkap dimulai dari adanya laporan atau

rekomendasi dari akuntan akan adanya penyimpangan dari laporan keuangan yang

diindikasikan adanya kerugian Negara. Penyimpangan yang terjadi pada laporan

keuangan disebabkan adanya Fraudulent financial reporting. Fraudulent financial

reporting terjadi karena salah penyajian yang tidak disengaja atau disengaja dengan

memanipulasi, menghilangkan, atau menambah informasi tertentu dalam laporan

keuangan.

Sebagai pihak yang paling kompeten dan kapabel dalam masalah finansial,

akuntan berkewajiban untuk mencegah terjadinya fraudulent financial reporting.

Inilah salah satu kontribusi akuntan dalam upaya pemberantasan dan pencegahan

korupsi di Indonesia. Dengan pencegahan terhadap fraud dalam laporan keuangan,

maka akuntan ikut aktif dalam membangun good governance dan pencegahan

korupsi.

Salah satu unsur penting dalam upaya menjadikan Indonesia yang bersih dan

bebas dari korupsi adalah melalui upaya pencegahan korupsi. Mengingat korupsi

terjadi karena adanya dua unsur yakni niat dan kesempatan, maka upaya pencegahan

yang dapat dilakukan adalah dengan membangun sistem yang efektif untuk menekan

kesempatan orang melakukan korupsi. Salah satu sistem yang efektif adalah dengan

penerapan good governance baik di pemerintahan maupun swasta dengan tiga unsur

pentingnya yakni transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas9.

Seorang akuntan perusahaan, haruslah bisa ikut dalam upaya pemberantasan

korupsi dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip good corporate governance:

Fairness, Transparency, Accountability, dan Responsibility. Implementasi sederhana

adalah dengan menyusun laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi

Keuangan (SAK) yang telah ditetapkan. Laporan keuangan haruslah memiliki

karakteristik kualitatif Dapat dipahami (Understandability), Relevan (Relevance),

Keandalan (Reliability)dan Dapat Dibandingkan (Comparability) sebagaimana

tertuang dalam Kerangka Dasar Penyusunan Laporan Keuangan. Jika Laporan

9 Umar, Haryono. 2011. Peran Akuntan dalam Pemberantasan Korupsi.

4

Page 16: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

keuangan sudah disusun berdasarkan SAK dan telah memenuhi keempat kriteria

kualitatif tersebut maka dapat dipastikan bahwa laporan keuangan telah menyajikan

informasi yang handal sehingga tidak akan menyesatkan pengguna. Informasi yang

handal ini diharapkan tidak ada unsur manipulasi data sehingga laporan keuangan

terlihat lebih cantik. Untuk itu, peran auditor internal dan eksternallah yang

memegang peranan selanjutnya untuk memeriksa apakah informasi yang disajikan

telah wajar sesuai prinsip akuntansi.

Pemberantasan korupsi sebagai upaya terwujudnya good governance dapat

lebih cepat tercapai dengan dukungan dan upaya dari semua pihak. Salah satu

kewajiban yang harus dipikul akuntan publik adalah menjadi salah satu agen yang

ikut membangun terwujudnya good governance. Peran ini diimplementasikan

melalui penciptaan keterbukaan dan akuntabilitas dalam penyajian laporan keuangan

organisasi baik pemerintah maupun swasta. Disamping itu kontribusi akuntan publik

dapat diberikan kepada penegak hukum untuk membawa kasus-kasus korupsi ke

pengadilan dan juga memberikan kesaksian sebagai tenaga ahli.

Akuntan publik dapat ikut berperan dalam upaya pemberantasan korupsi

dengan melakukan audit, baik general audit, audit operasional, audit forensik

maupun audit investigasi sesuai dengan Standar Auditing yang telah ditetapkan.

Standar tersebut mengatur bagaimana audit yang baik harus dilakukan untuk

meyakini sebuah informasi keuangan yang disajikan adalah benar-benar handal dan

wajar sesuai dengan prinsip akuntansi.

Namun yang perlu diingat adalah seorang akuntan juga harus menjunjung

tinggi Etika Profesi. Sebagaimana diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan

Publik bahwa Akuntan publik harus memiliki sifat sebagai berikut10:

IndependensiDalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance).

Integritas dan Objektivitas10 IAI. 2011. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik dalam Standar Profesional Akuntan Publik.

5

Page 17: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain.

Seorang akuntan harus memiliki sikap independen, obyektif, transparan dan

integritas yang tinggi dalam menjalankan tugasnya, dan tidak dipengaruhi oleh pihak

manapun dalam penyusunan laporan keuangan. Integritas dapat diartikan pada

keperibadian yang dilandasi jujur, berani, bijaksana dan tanggung jawab serta dapat

menyimpan rahasia jabatan. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa tidak sedikit

akuntan telah mencemari organisasi profesi IAI dengan mencari kepentingan pribadi

dengan melakukan manipulasi data dan melakukan rekayasa laporan audit dan

menutupi celah celah laporan keuangan, agar kelihatan lebih indah dan sehat serta

meyakinkan, sehingga banyak pelaku bisnis menjadi korban. Dan ada (oknum)

akuntan yang bekerjasama dengan para koruptor melakukan pembohongan publik

sehingga masyarakat dan Negara dirugikan.

UU No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik Pasal 28 ayat (1) menjelaskan

“Dalam memberikan jasa asurans sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1),

Akuntan Publik dan KAP wajib menjaga independensi serta bebas dari benturan

kepentingan”. Selain itu, dalam Pasal 30 ayat (1) poin J juga disebutkan bahwa

“Akuntan Publik dilarang: melakukan manipulasi, membantu melakukan manipulasi,

dan/atau memalsukan data yang berkaitan dengan jasa yang diberikan”. Manipulasi

yang dimaksud disini adalah perbuatan manipulasi yang didasari oleh niat jahat

untuk mencari keuntungan bagi dirinya ataupun pihak lain secara melawan hukum

berdasarkan alat bukti permulaan yang cukup.

Yang tidak kalah penting dan memegang peranan cukup signifikan adalah

Auditor Internal perusahaan. Dimana auditor internal ini berperan untuk mengontrol

sistem pengendalian internal perusahaan apakah sudah berjalan cukup baik atau

belum. Pengendalian internal yang baik dapat memperkecil kesempatan seseorang

untuk melakukan tindak penyelewengan yang dapat berujung pada tindak korupsi.

Auditor internal juga harus menjunjungtinggi integritas dan profesionalitas dalam

bekerja. Dalam hal ini, pemerintah beberapa waktu yang lalu juga membentuk

6

Page 18: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

Asosiasi Auditor Internai Pemerintah Indonesia (AAIPI). Dimana lahirnya AAIPI ini

merupakan wujud reformasi  birokrasi di bidang pengawasan yang dilakukan oleh

pemerintah. Tujuannya adalah satu, mengurangi tindak pidana korupsi yang yang

marak terjadi beberapa tahun terakhir.

AAIPI harus melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan program

kerjanya. Antara lain menyusun dan mensosialisasikan Kode Etik, Standar Audit,

Telaah Sejawat yang akan menjadi pegangan bagi seluruh aparat pengawasan intern

pemerintah. Selain tugas utama tersebut juga mitra Pemerintah sangat diharapkan

perannya untuk dapat memberikan masukan kepada pemerintah atas kebijakan-

kebijakan yang diperlukan dalam membangun sistem pengawasan yang lebih efektif

lebih transparan dan lebih independen. Pemahaman dan pengertian independen

memerlukan perubahan pola pikir, perubahan perilaku, dan komitmen bersama dalam

mengembangkan nilai-nilai integritas yang harus dijunjung bersama .

Peraturan Presiden No. 55 tahun 2012 meminta agar AAIPI dapat mengawal

rencana aksi pencegahan pemberantasan korupsi dan panduan kementerian dalam

negeri yang harus di ikuti oleh masing-masing itjen. Sebagaimana diamanatkan oleh

PP No.60 tahun 2008, pertama memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan,

kehematan, efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan

fungsi Kementerian. Kedua, memberikan peringatan dini dan meningkatkan

efektifitas manajemen risiko dalam penyelengaaraan tugas dan fungsi Kementerian.

Ketiga, Inspektorat Jenderal dapat terus mendorong memelihara dan meningkatkan

kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian.

Dengan demikian, jika standar akuntansi, standar auditing dan etika profesi

diterapkan secara benar dan berkesinambungan maka diharapkan dapat tercipta

penyajian informasi yang handal dan akurat, lingkungan pengendalian yang kuat,

pengawasan yang independen dan juga pengungkapan serta penyajian informasi yang

akuntabel dan transparan. Sehingga akan tercipta sistem kerja yang lebih baik dan

korupsi bisa diberantas, atau paling tidak dikurangi.

V. Rekomendasi Hasil Kajian

Salah satu unsur penting dalam upaya pemberantasan korupsi adalah melalui

upaya pencegahan korupsi. Mengingat korupsi terjadi karena adanya dua unsur yakni

7

Page 19: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

niat dan kesempatan, maka upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan

membangun sistem yang efektif untuk menekan kesempatan orang melakukan

korupsi. Sistem yang efektif adalah dengan penerapan prinsip-prinsip good corporate

governance yaitu Fairness, Transparency, Accountability, dan Responsibility.

Salah satu alat pencegah korupsi, yaitu transparansi informasi. Kehadiran

akuntan sangatlah berperan dalam pemberitaan informasi akuntansi atas laporan

keuangan agar dapat meningkatkan transparansi di sektor publik. Peranan akuntan

sangat bermanfaat dan dibutuhkan instansi pemerintah, swasta dan publik dalam hal

pemberitaan informasi keuangan yang akurat, transparan dan tidak menyesatkan

yang dapat digunakan para pemakai/ pelaku bisnis sebagai alat pertimbangan dalam

pengambilan keputusan. Sebagai pihak yang paling kompeten dan kapabel dalam

masalah finansial, akuntan berkewajiban untuk mencegah terjadinya fraudulent

financial reporting. Inilah salah satu kontribusi akuntan dalam upaya pemberantasan

dan pencegahan korupsi di Indonesia. Dengan pencegahan terhadap fraud dalam

laporan keuangan, maka akuntan ikut aktif dalam membangun good governance dan

pencegahan korupsi.

Akuntan perusahaan haruslah bekerja secara profesional dan bebas dari

benturan kepentingan. Informasi yang disajikan haruslah handal, akurat, tepat waktu

dan transparan sehingga tidak menyesatkan pengguna informasi. Akuntan publik

(Auditor Eksternal) dan Auditor Internal harus memiliki sikap independen, obyektif,

transparan dan integritas yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. Dalam profesi

Akuntan harus memiliki moral dan etika yang bagus agar tidak mudah dipengaruhi

oleh kepentingan berbagai pihak. Sehingga sistem penyusunan laporan keuangan,

pengawasan dan pemeriksaan dapat dilakukan dengan profesional.

Namun beberapa tahun terakhir ini, moral dan etika profesi perlu ditekankan

lagi kepada para akuntan dan calon akuntan. Banyak kasus korupsi yang melibatkan

kerjasama antara manajemen perusahaan dengan akuntan yang melakukan

pemeriksaan. Untuk itu, moral dan etika profesi harus digalakkan lagi terutama sejak

masih menempuh pendidikan sebagai calon akuntan. Karena profesi ini sangat

krusial dalam suatu perusahaan maka calon akuntan harus dididik memiliki moral

dan etika yang kuat sesuai dengan Etika Profesi yang ada agar tidak mudah

terpengaruh oleh benturan kepentingan manapun.

8

Page 20: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

Dengan ekspektasi yang besar dari masyarakat akan integritas dan

profesionalisme para akuntan, maka akuntan harus terus menerus meningkatkan

kapabilitas dan kompetensinya dibidang tugas masing-masing. Para akuntan dituntut

untuk tetap menjunjung tinggi etika dan independensi mereka. Kriteria auditor yang

berkerja secara profesional antara lain : meningkatkan dan mengembangkan ilmu dan

seni akuntansi, menjaga kepercayaan publik kepada profesi, mengadakan dan

menjalankan setiap program dan kegiatan profesi yang bertujuan untuk

mengingkatkan kualitas jasa yang diberikan.

Penekanan moral dan etika harus menjadi fokus utama dalam upaya

pemberantasan korupsi. Karena korupsi telah berkembang sedemikian hebatnya

hingga menjadi “budaya” baru dalam masyarakat Indonesia. Untuk itu, penekanan

moral dan etika ini hendaknya mulai diterapkan dan diajarkan pada bangku

pendidikan yang paling rendah sekalipun agar masyarakat terbiasa dengan sistem dan

budaya bermoral dan beretika tinggi. Tanpa moral dan etika, “budaya” korupsi akan

sangat sulit sekali berantas atau dihilangkan.

Dengan moral dan etika profesional yang tinggi, diharapkan semakin

transparansi informasi keuangan di instansi pemerintah, swasta dan publik dapat

mengurangi tingkat korupsi, sehingga secara bertahap negeri ini akan menuju negeri

yang dijuluki clean and good government.

VI. Penutup

Akuntan dapat berperan dalam upaya penindakan korupsi melalui pemberian

bantuan audit investigasi, audit forensik, penghitungan kerugian negara dan

pengumpulan bahan keterangan yang akan dijadikan barang bukti dan alat bukti oleh

penegak hukum. Akuntan juga dapat memberikan kontribusi besar dalam

memberikan keterangan ahli baik kepada penyidik maupun majelis hakim di

persidangan perkara tindak pidana korupsi.

Dalam upaya pencegahan korupsi, akuntan berperan besar dalam penyediaan

informasi akuntansi yang kredibel. Akuntan berkewajiban untuk mencegah

terjadinya fraudulent financial reporting yang banyak terjadi dalam skandal-skandal

besar keuangan di dunia dan di Indonesia. Disamping itu para akuntan juga

diharapkan dapat membantu pemerintah dalam menyiapkan tenaga pengelola

9

Page 21: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

keuangan negara yang handal dan berintegritas. Akuntan juga berperan dalam

perhitungan dampak yang ditimbulkan oleh suatu tindak pidana korupsi. Kuantifikasi

dampak korupsi akan menjadi dasar bagi penegak hukum dan masyarakat untuk

menetukan tindakan yang perlu diambil untuk upaya pemberantasan dan pencegahan

korupsi, Inilah kontribusi nyata para akuntan dalam membangun sistem pencegahan

korupsi dalam kerangka pembangunan.

Disamping itu, Penekanan moral dan etika harus menjadi fokus utama dalam

upaya pemberantasan korupsi. Karena korupsi telah berkembang sedemikian

hebatnya hingga menjadi “budaya” baru dalam masyarakat Indonesia. Untuk itu,

penekanan moral dan etika ini hendaknya mulai diterapkan dan diajarkan pada

bangku pendidikan yang paling rendah sekalipun agar masyarakat terbiasa dengan

sistem dan budaya bermoral dan beretika tinggi. Tanpa moral dan etika, “budaya”

korupsi akan sangat sulit sekali berantas atau dihilangkan. Untuk itu, harapan untuk

menuju negeri yang dijuluki clean and good government akan dapat terwujud dengan

penciptaan sistem penyajian informasi yang transparan dan didukung dengan moral

dan etika pelaku usaha dan akuntan yang profesional.

10

Page 22: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

DAFTAR PUSTAKA

Romli Atmasasmita,2004. Kajian komprehensif dan mendalam tentang Tindak

Pidana Korupsi dalam tulisan. Sekitar Masalah Korupsi: Aspek Nasional dan

Aspek Internasional. Bandung: Mandar Maju.

Badjuri, Achmad. 2011. Peranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai

Lembaga Anti Korupsi Di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE),

Maret 2011, Hal. 84 – 96 Vol. 18, No. 1 ISSN: 1412-3126 : Universitas

Stikubank Program Studi Akuntansi

Kurniawan, Teguh. 2009. Peranan Akuntabilitas Publik dan Partisipasi Masyarakat

dalam Pemberantasan Korupsi di Pemerintahan. Bisnis & Birokrasi, Jurnal

Ilmu Administrasi dan Organisasi, Mei–Agustus 2009, hlm. 116-121 Volume

16, Nomor 2 ISSN 0854-3844. Universitas Indonesia Departemen Ilmu

Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Umar, Haryono. 2011. Peran Akuntan dalam Pemberantasan Korupsi.

Sosiohumaniora Volume 13 No 1 Maret 2011 : 108-126. KPK Republik

Indonesia.

Sujatmiko, Iwan Gardono. 2002. Hypercorruption Dan Strategi Pemberantasan

Korupsi. Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 2 No. I Januari 2002 : 25 – 30

Azra, Azyumardi. 2002. Korupsi Dalam Perspektif Good Governance. Jurnal

Kriminologi Indonesia Vol. 2 No. I Januari 2002 : 31 – 36

Tulip, Abdullah. 2006. Kendala-Kendala Pemberantasan Korupsi di Indonesia.

Simbur Cahaya No. 31 Tahun XI Mei 2006 ISSN No. 14110-0614.

Universitas Sriwijaya, Fakultas Hukum.

Dwiputrianti, Septiana. 2009. Memahami Strategi Pemberantasan Korupsi Di

Indonesia. Jurnal Ilmu Administrasi Volume VI No. 3 September 2009. STIA

LAN Bandung.

11

Page 23: Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi

IAI-KAP. 2011. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik dalam Standar

Profesional Akuntan Publik. Jakarta : Salemba Empat.

_________.1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999

Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

___________.2001. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

___________.2011. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011

Tentang Akuntan Publik.

12