Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi
-
Upload
rhima-pratiwi -
Category
Documents
-
view
341 -
download
9
description
Transcript of Peran akuntan dalam pemberantasan korupsi
PERAN AKUNTAN DALAM
PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Lingkungan Bisnis dan Hukum komersial
dosen pengampu Prof. Eko Ganis Sukoharsono, SE, MCom-Hons, CSRS, PH.D
Oleh :
Rima Sari Pratiwi
NIM : 2012200720
Kelas : JP B
PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2013
0
Case Wajib
PERAN AKUNTAN DALAM IMPLEMENTASI
GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Pengertian Good Corporete Governance
Sebagai sebuah konsep, GCG ternyata tak memiliki definisi tunggal.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara / Kepala Badan Penanaman Modal dan
Pembinaan Badan usaha Milik Negara No. KEP-23/M/PBUMN/2000, Good
Corporate Governance didefinisikan sebagai prinsip korporasi yang sehat yang perlu
diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata demi
menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan
perusahaan.
Sedangan Kelompok negara maju - OECD (2004) dan FCGI (2001)
mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang
menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya
sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain system
yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. GCG sebagai cara manajemen
perusahaan bertanggungjawab kepada shareholder-nya. Para pengambil keputusan di
perusahaan haruslah dapat dipertanggungjawabkan, dan keputusan tersebut mampu
memberikan nilai tambah bagi shareholder lainnya. Karena itu fokus utama disini
terkait dengan proses pengambilan keputusan dari perusahaan yang mengandung
nilai-nilai transparency, responsibility, accountability, dan tentu saja fairness.
Lebih jelasnya Good Corporate governance adalah sistem atau cara
bagaimana sebuah organisasi dikelola dan diarahkan. Penerapan good corporate
governance pada sebuah perusahaan akan berpengaruh terhadap kebijakan strategis
maupun cara perusahaan menjalankan praktik-praktik bisnisnya. Perubahan tersebut
secara langsung akan berdampak pada pencapaian kinerja secara keseluruhan.
Sehingga saat ini good corporate governance diyakini sebagai kontributor utama bagi
peningkatan kinerja perusahaan. Selain itu Good Corporate Governance juga bisa
berfungsi sebagai alat untuk menilai quality of management dari sebuah kebijakan
perusahaan. Dengan demikian good corporate governance sebenarnya adalah
1
penerapan sistem yang bisa menjamin keberlangsungan bisnis perusahaan dengan
lebih baik.1
Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya
memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien.
Diperlukan instrumen baru, Good Corporate Governance (GCG) untuk memastikan
bahwa manajemen berjalan dengan baik. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep
ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan
benar dan tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan
pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap
semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Dari berbagai
hasil penelitian lembaga independen menunjukkan bahwa pelaksanan Corporate
Governance di Indonesia masih sangat rendah, hal ini terutama disebabkan oleh
kenyataan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia belum sepenuhnya memiliki
Corporate Culture sebagai inti dari Corporate Governance. Pemahaman tersebut
membuka wawasan bahwa korporat kita belum dikelola secara benar, atau dengan
kata lain, korporat kita belum menjalankan governansi. 2
Prinsip-Prinsip Good Corporete Governance dan Penerapannya
Prinsip-prinsip GCG terdiri dari : Fairness, Transparency, Accountability,
dan Responsibility. Sebagaimana dijelaskan sebagai berikut3 :
1. Fairness (Kewajaran/Keadilan)
Prinsip ‘Keadilan atau Kewajaran’ dapat diartikan sebagai upaya dan
tindakan yang tidak membeda-bedakan semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders) terhadap organisasi atau perusahaan terkait. Prinsip ini diwujudkan
antara lain dengan :
a. membuat peraturan korporasi yang melindungi kepentingan para pemegang
saham minoritas;
1 Satriya, Iskandarsyah. 2011. Peranan Akuntansi Dalam Terlaksananya Prinsip-Prinsip GCG Dan Iklim Bisnis Yang Beretika.2 Kaihatu, Thomas S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. 3 Dwiriditjahjono, Jojok. 2008. Penerapan Good Corporate Governance (Tinjauan Manfaat, Kendala dan Kesempatan bagi Perusahaan Publik Indonesia).
2
b. membuat pedoman perilaku perusahaan (corporate conduct) dan atau kebijakan-
kebijakan yang melindungi korporasi terhadap perlakuan buruk orang dalam,
self-dealing dan konflik kepentingan;
c. menetapkan peran dan tanggungjawab dewan komisaris, direksi, komite
termasuk sistem remunerasi; dan
d. menyajikan informasi secara wajar atau pengungkapan penuh material apapun.
2. Transparency (Transparansi)
Dalam prinsip ini, para pemegang saham haruslah diberi kesempatan untuk
berperan dalam pengambilan keputusan atas perubahan- perubahan mendasar dalam
perusahaan dan dapat memperoleh informasi yang benar, akurat, dan tepat waktu
mengenai perusahaan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa prinsip ini tidak
menghendaki berbagai pihak yang berkepentingan menjadi tersesatkan atau tidak
akan membuat kesimpulan atau keputusanyang salah mengenai perusahaan. Dalam
praktik, perusahaan seharusnya berkewajiban mengungkapkan berbagai transaksi
penting yang berkaitan dengan perusahaan, seperti kontrak kerja yang bernilai tinggi
dengan perusahaan lain, risiko-risiko yang dihadapi dan rencana/ kebijakan
perusahaan yang akan dijalankan.
Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan :
a. mengembangkan sistem akuntansi yang berbasiskan standar akuntansi dan best
practice yang menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang
berkualitas;
b. mengembangkan Information Technology (IT) dan Management Information
System (MIS) untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dan
proses pengambilan keputusan yang efektif oleh dewan komisaris dan direksi;
dan
c. mengembangkan enterprise risk management yang memastikan bahwa semua
risiko signifikan telah diidentifikasi, diukur dan dapat dikelola pada ringkat
toleransi yang jelas.
3
3. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban organnisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara
efektif. OECD menyatakan bahwa prinsip ini berhubungan dengan tersedianya
sistem yang mengendalikan hubungan antara organ-organ yang ada dalam
perusahaan. Selanjutnya prinsip akuntabilitas ini dapat diterapkan dengan
mendorong agar seluruh organ perusahaan menyadari tanggung jawab, wewenang,
hak, dan kewajiban mereka masing-masing. Corporate governance harus menjamin
perlindungan kepada pemegang saham khususnya pemegang saham minoritas dan
asing serta pembatasan kekuasaan yang jelas di jajaran direksi.
Realisasi dari prinsip ini dapat berupa pendirian dan pengembangan komite
audit yang dapat mendukung terlaksananya fungsi pengawasan dewan komisaris,
juga perumusan yang jelas terhadap fungsi audit internal. Khusus untuk bidang
akuntansi, penyiapan laporan keuangan yang sesuai dengan SAK yang berlaku serta
diterbitkan tepat waktu juga merupakan perwujudan prinsip akuntabilitas ini.
4. Responsibility (Pertanggungjawaban)
OECD menyatakan bahwa prinsip tanggung jawab ini menekankan pada
adanya sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban
perusahaan kepada shareholder dan stakeholder. Hal ini dimaksudkan agar tujuan
yang hendak dicapai dalam good corporate governance dapat direalisasikan, yaitu
untuk mengakomodasikan kepentingan dari berbagai pihak yang berkaitan dengan
perusahaan seperti masyarakat,pemerintah, asosiasi bisnis, dan sebagainya.
Prinsip tanggungjawab ini juga berhubungan dengan kewajiban perusahaan
untuk mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku, termasuk juga prinsip-
prinsip yang mengatur tentang penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan
perusahaan.
Dalam Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 dijelaskan
bahwa selain keempat prinsip diatas, terdapat satu prinsip lagi yaitu prinsip
Kemandirian (Independence), dimana sesuai prinsip ini suatu perusahaan harus
dikelola secara profesional tanpa adanya benturan kepentingan dan pengaruh atau
4
tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat.
Manfaat Penerapan Good Corporete Governance
Menurut Maksum (2005)4 bahwa keuntungan yang diperoleh dengan
penerapan corporate governance antara lain adalah sebagai berikut :
1. Dengan good corporate governance proses pengambilan keputusan akan
berlangsung secara lebih baik sehingga akan menghasilkan keputusan yang optimal,
dapat meningkatkan efisiensi serta terciptanya budaya kerja yang lebih sehat. Ketiga
hal ini jelas akan sangat berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, sehingga
kinerja perusahaa akan mengalami peningkatan.
2. Good corporate governance akan memungkinkan dihindarinya atau sekurang-
kurangnya dapat diminimalkannya tindakan penyalahgunaan wewenang oleh pihak
direksi dalam pengelolaan perusahaan. Hal ini tentu akan menekan kemungkinan
kerugian bagi perusahaan maupun pihak berkepentingan lainnya sebagai akibat
tindakan tersebut.
3. Nilai perusahaam di mata investor akan meningkat sebagai akibat dari
meningkatnya kepercayaan mereka kepada pengelolaan perusahaan tempat mereka
berinvestasi. Peningkatan kepercayaan investor kepada perusahaan akan dapat
memudahkan perusahaan mengakses tambahan dana yang diperlukan untuk berbagai
keperluan perusahaan, terutama untuk tujuan ekspansi.
4. Bagi para pemegang saham, dengan peningkatan kinerja sebagaimana disebut pada
poin 1, dengan sendirinya juga akan menaikkan nilai saham mereka dan juga nilai
dividen yang akan mereka terima. Bagi negara, hal ini juga akan menaikkan jumlah
pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan yang berarti akan terjadi peningkatan
penerimaan negara dari sektor pajak. Apalagi bila perusahaan yang bersangkutan
berbentuk perusahaan BUMN, maka peningkatan kinerja tadi juga akan dapat
meningkatkan penerimaan negara dari pembagian laba BUMN.
5. Karena dalam praktik good corporate governance karyawan ditempatkan
sebagai salah satu stakeholder yang seharusnya dikelola dengan baik oleh
perusahaan, maka motivasi dan kepuasan kerja karyawan juga diperkirakan akan
4 Maksum, Azhar . 2005. Tinjauan Atas Good Corporate Governance.
5
meningkat. Peningkatan ini dalam tahapan selanjutnya tentu akan dapat pula
meningkatkan produktivitas dan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap
perusahaan.
6. Dengan baiknya pelaksanaan corporate governance, maka tingkat kepercayaan
para stakeholders kepada perusahaan akan meningkat sehingga citra positif
perusahaan akan naik. Hal ini tentu saja akan dapat menekan biaya (cost) yang
timbul sebagai akibat tuntutan para stakeholders kepada perusahaan.
7. Penerapan corporate governance yang konsisten juga akan meningkatkan kualitas
laporan keuangan perusahaan. Manajemen akan cenderung untuk tidak melakukan
rekayasa terhadap laporan keuangan, karena adanya kewajiban untuk mematuhi
berbagai aturan dan prinsip akuntansi yang berlaku dan penyajian informasi secara
transparan.
Peran Akuntan dalam Penerapan Good Corporate Governance5
Untuk dapat mengembangkan dan menerapkan GCG dibutuhkan peran
akuntan, baik sebagai akuntan perusahaan maupun sebagai praktisi accounting
dan auditing baik secara internal maupun sebagai eksternal auditor. Untuk
membuktikan bahwa perusahaan sudah menjalankan GCG maka perlu dilakukan
penilaian oleh pihak ketiga yangindependen terhadap praktek corporate governance.
Pihak ketiga independen tersebut adalah akuntan manajemen dan akuntan publik6.
Laporan keuangan sebagaimana diatur oleh standar akuntansi haruslah
menyajikan informasi sesuai dengan apa adanya, tanpa ada upaya untuk menutup-
nutupi segala sesuatu yang seharusnya diungkapkan. Hal ini diatur dalam SAK yang
secara jelas menetapkan berbagai karakteristik kualitatif yang harus dipenuhi oleh
laporan keuangan. Karakteristik itu terdiri dari dapat dipahami, relevan, andal, dan
dapat dibandingkan. Pemenuhan terhadap keempat karakteristik di atas akan
menjadikan laporan keuangan itu mengandung informasi yang tidak menyesatkan
bagi pemakainya. Selain itu, pengertian dasar laporan keuangan itu tidaklah hanya
sebatas laporan keuangan saja, melainkan meliputi pula catatan atas laporan
keuangan yang secara keseluruhan akan menggambarkan secara lengkap kondisi
5 Darwis,Herman. 2012. Peran Akuntan Dalam Penerapan Good Corporate Governance.6 Herdinata Christian, 2008. Good Corporate Governance VS Bad Corporate Governance: Pemenuhan Kepentingan Antara Para Pemegang Saham Mayoritas dan Pemegang Saham Minoritas.
6
keuangan, hasil usaha dan segala sesuatu yang berkaitan dengan keuangan
perusahaan. Hal ini memenuhi prinsip transparansi dalam konsep GCG yang
menginginkan agar para pemegang saham memperoleh informasi yang cukup, benar,
akurat, dan tepat waktu sehingga para pemegang saham tidak tersesat dalam
pengambilan keputusan.
Standar akuntansi mewajibkan adanya penggunaan sesuatu metode atau
teknik serta prinsip secara konsisten, meskipun di dalam standar akuntansi
diperbolehkan perusahaan mengganti metode akuntansi yang digunakan (misalnya
metode dalam penilaian persediaan, penyusutan aset tetap), tetapi pengaruh,
pengungkapan dan alasan penggantiannya tetap harus diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan. Ketentuan ini jelas akan membuat laporan keuangan menjadi
lebih bermutu dan bermanfaat karena para pemakainya dapat mengukur dan
memperbandingkan kondisi dan perkembangan keuangan serta kinerja perusahaan
dari waktu ke waktu. Dengan demikian prinsip transparansi dari good corporate
governance dapat terpenuhi.
Akuntansi bersifat netral dan independen. Sikap netral dan independen ini
berlaku secara keseluruhan, tidak hanya secara teori tetapi juga harus tercermin
dalam sikap dan perilaku para akuntan dalam kehidupannya. Hal ini diatur dalam
kode etik akuntan. Dengan demikian informasi yang disiapkan melalui proses
akuntansi keuangan tidak akan ditujukan untuk lebih menguntungkan bagi golongan
pemakai tertentu karena ia tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan salah satu
atau beberapa pemakai saja, melainkan dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan
umum semua jenis pemakainya. Jadi sikap netral dan independennya akuntansi dan
para akuntan akan mendukung terealisasinya good corporate governance dan
memenuhi prinsip “Adil” dalam konsep GCG.
Salah satu prinsip dasar yang dianut dalam akuntansi adalah prinsip
konservatisme (conservatism) yang menunjukkan sikap kehati-hatian. Prinsip ini
mengatur bahwa dalam hal perusahaan berhadapan dengan kejadian-kejadian yang
tidak pasti (uncertainty), maka laporan keuangan harus memilih angka dan posisi
yang kurang menguntungkan. Perusahaan sudah dapat mencatat sesuatu kerugian
yang belum direalisasi tapi sudah ada dasarnya, sementara laba yang sudah ada
indikasinya belum boleh dicatat sebelum laba itu direalisasi. Dengan menganut
7
prinsip ini jelas bahwa pelaporan Aset maupun laba yang ditinggikan (overstated)
atau sebaliknya pelaporan kewajiban dan biaya atau rugi yang direndahkan
(understated) akan terhindarkan. Para akuntan percaya bahwa dengan menganut
prinsip ini para pemakai laporan keuangan kemungkinan kecil akan disesatkan
(Schroeder dkk. 2001). Dengan demikian menganut prinsip konservatisme akan
mendukung terciptanya good corporate governance.
Akuntan manajemen dengan berlandaskan pada etika bisnis dan profesi
dapat memberikan saran sesuai dengan fungsi dari akuntansi manajemen
yaitu masalah efisiensi, dukungan dalam proses pengambilan keputusan yang
optimal, pengukuran kinerja, perhitungan dan penetapan renumerasi yang wajar,
serta penyiapan strategi yang dapat meningkatkan posisi saing dan tentunya juga
kinerja perusahaan. Selain itu pula akuntan manajemen dapat memberikan bantuan
kepada direksi dan dewan komisaris menyusun dan mengimlementasikan kriteria
GCG di perusahaan, membantu menyediakan data keuangan dan operasi serta data
lain yang dapat dipercayai, accountable, akurat, tepat waktu, obyektif, dan
relevan. Selain itu, akuntan manajemen membantu direksi menyusun dan
mengimplemen-tasikan struktur pengendalian intern.
Akuntan publik sebagai pihak luar yang independen dituntut menjunjung
tinggi kode etik profesi akuntan publik. Dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia
ditetapkan delapan prinsipetika yang meliputi tanggung jawab profesi, kepentingan
umum, integritas, obyektivitas, kompetensi dan kehati-hatian professional,
kerahasiaan, perilaku professional, dan standar teknis. Akuntan publik melakukan
pemeriksaan terhadap laporan keuangan klien, apakah menyajikan secara wajar
dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum (generally accounting
accepted principle). Laporan auditor akan digunakan berbagai pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan untuk mengambil keputusan ekonomi, untuk
ituauditor dituntut bersikap independen. Sikap independensi inilah yang diperlukan
sesuai dengan fungsi akuntan publik dalam mendukung penerapan good corporate
governance.
8
DAFTAR PUSTAKA
Permatasari, Paulina. 2003. Peran Akuntan dalam Penerapan Good Corporate
Governance. BINA EKONOMI Vol. 7 No. 2 Agustus 2003: 1-99.
Kaihatu, Thomas S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di
Indonesia. JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.8, NO.
1, MARET 2006: 1-9 : Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi –
Universitas Kristen Petra.
Azhar Maksum, 2005. Tinjauan Atas Good Corporate Governance. Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam Bidang Ilmu Akuntansi
Manajemen Pada Fakultas Ekonomi. Diucapkan Di Hadapan Rapat
Terbuka Universitas Sumatera Utara Indonesia.
Satriya, Iskandarsyah. 2011. Peranan Akuntansi Dalam Terlaksananya Prinsip-
Prinsip GCG Dan Iklim Bisnis Yang Beretika.
Darwis, Herman. 2012. Peran Akuntan Dalam Penerapan Good Corporate
Governance.
Herdinata Christian, 2008. Good Corporate Governance VS Bad Corporate
Governance: Pemenuhan Kepentingan Antara Para Pemegang Saham
Mayoritas dan Pemegang Saham Minoritas. The2nd National Conference
UKWS, Surabaya, 6 September 2008.
Dwiriditjahjono, Jojok. 2008. Penerapan Good Corporate Governance (Tinjauan
Manfaat, Kendala dan Kesempatan bagi Perusahaan Publik Indonesia).
Jurnal Administrasi Indonesia Vol. II No. 1. Juni 2008. FISIP-
UPN”Veteran”.
9
PERAN AKUNTAN
DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI
Disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Lingkungan Bisnis dan Hukum komersial
dosen pengampu Prof. Eko Ganis Sukoharsono, SE, MCom-Hons, CSRS, PH.D
Oleh :
Rima Sari Pratiwi
NIM : 2012200720
Kelas : JP B
PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2013
0
PERAN AKUNTAN DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI
I. Latar Belakang
Korupsi adalah salah satu masalah terbesar yang dihadapi Indonesia dewasa
ini. Meski pemberantasannya semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir,
namun belum terlihat tanda-tanda bahwa masalah ini dapat segera diatasi.
Memberantas korupsi tidak mudah, karena sudah menjadi budaya yang berakar pinak
dalam segala level masyarakat. Namun berbagai upaya pemberantasannya tetap
dilakukan secara bertahap. Jika tidak bisa dilenyapkan sama sekali, paling tidak
dikurangi.
Pemberantasan korupsi merupakan salah satu agenda penting pemerintah
dalam rangka membersihkan diri dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Korupsi
merupakan kejahatan luar biasa dan sistematis sehingga diperlukan upaya yang luar
biasa pula dalam memberantasnya. Selain menjadi agenda nasional, pemberantasan
korupsi juga merupakan agenda internasional. Keberadaan lembaga anti korupsi
memiliki nilai yang sangat strategis dan politis bagi pemerintahan suatu negara. Saat
ini persoalan korupsi bukan hanya menjadi isu lokal, melainkan menjadi isu
internasional. Bagi negara-negara sedang berkembang, keberhasilan menekan angka
korupsi merupakan sebuah prestasi tersendiri. Hal ini akan berdampak pada arus
investasi asing yang masuk ke negara tersebut. Negara-negara dengan tingkat korupsi
tinggi tentunya akan kehilangan daya saing untuk merebut modal asing yang sangat
dibutuhkan oleh negara yang sedang berkembang.
Pemberantasan korupsi di Indonesia pada dasarnya sudah dilakukan sejak
empat dekade silam. Sejumlah perangkat hukum sebagai instrumen legal yang
menjadi dasar proses pemberantasan korupsi di Indonesia juga telah disusun sejak
lama. Namun efektifitas hukum dan pranata hukum yang belum cukup memadai
menyebabkan iklim korupsi di Indonesia tidak kunjung membaik. Hal ini dibuktikan
dengan adanya indeks korupsi yang dilakukan oleh Transparency International (TI)
yang menempatkan Indonesia di ranking bawah. Bahkan berdasarkan hasil survei
dikalangan pengusaha dan pebisnis oleh lembaga konsultan Political and Economic
1
Risk Consulancy (PERC) yang berbasis di Hongkong, Indonesia masih dinilai
sebagai negara paling korup diantara 12 negara Asia tujuan investasi dunia.7
Oleh karena itu tidak cukup lembaga bentukan perintah saja, seperti KPK,
BPK, Kepolisian dan lembaga tinggi negara lainnya yang harus berperan dalam
pemberantasan korupsi, namun dalam keberhasilan upaya pemberantasan korupsi
diperlukan partisipasi semua pihak, baik masyarakat, pelaku bisnis maupun akuntan
sebagai pihak independen.
II. Permasalahan
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah “Bagaimana
peran Akuntan dalam upaya pemberantasan korupsi?”
III. Metode Pemecahan Masalah
Dalam penyelesaian masalah yang ada, digunakan metode pengumpulan data
dan informasi melalui metode literatur kajian pustaka terhadap buku dan jurnal
ilmiah. Metode ini dipilih karena dinilai lebih efisien dan cepat, tidak memerlukan
waktu yang relatif lama. Pembahasan dan kesimpulan ditarik berdasarkan data dan
referensi dari literatur yang ada dan tidak memerlukan penelitian lanjut maupun
observasi lapang.
IV. Pembahasan
Berdasarkan penjelasan UU No. 31 tahun 1999 tentang Tindak Pidana
Korupsi pasal 2 sebagaimana yang telah diubah dengan UU No. 20 tahun 2001,
korupsi adalah perbuatan secara melawan hukum dengan maksud memperkaya diri
sendiri/ orang lain (perseorangan atau korporasi) yang dapat merugikan keuangan/
perekonomian negara. Sehingga suatu peristiwa dapat dikategorikan sebagai tindak
pidana korupsi apabila memenuhi unsur: (a) ada pelaku yang menyebabkan
terjadinya korupsi yakni orang perseorangan yang termasuk subyek hukum tindak
pidana korupsi (TPK) adalah pegawai negeri dan atau swasta. (b) perbuatan tersebut
telah menguntungkan atau memperkaya dirinya sendiri, orang lain ataupun korporasi.
(c) perbuatan tersebut telah melanggar hukum baik formil maupun materil atau
7 Badjuri, Achmad. 2011. Peranan Komisi Pemberantasan Korupsi (Kpk) Sebagai Lembaga Anti Korupsi Di Indonesia.
2
menyalahgunakan kewenangannya, dan (d) perbuatan tersebut dapat mengakibatkan
kerugian keuangan negara atau perekonomian negara.
Terjadinya korupsi untuk sebagian besar terjadi karena adanya faktor
“kesempatan” (situasional) dan faktor mental atau budaya. Jika kesempatan terbuka
luas dan budaya tidak mencegah niat untuk korupsi maka korupsi akan menjadi
kebiasaan (“budaya”) seperti virus dalam program komputer yang dapat saja masih
memungkinkan berjalannya program namun menghasilkan format yang distortif.8
Seiring dengan itu Romli Atmasasmita, sebagai pakar hukum pidana
internasional menegaskan bahwa strategi pemberantasan korupsi di Indonesia harus
menggunakan empat (4) pendekatan yaitu pendekatan hukum, pendekatan moralistik
dan keimanan, pendekatan edukatif, dan pendekatan sosio-kultural. Begitu
kompleksnya penyebab kejahatan korupsi, maka pemberantasan korupsi dengan
pendekatan konvensional dipandang sudah tidak relevan lagi. Sehingga modus
operasi tindak pidana korupsi dalam sistem hukum pidana kita harus dijadikan suatu
kejahatan luar biasa (Extra Ordinary Crimes). Sebab, upaya mendahulukan
kepentingan bangsa dan negara dalam upaya memerangi kejahatan korupsi
merupakan bentuk kewajiban negara untuk memenuhi tuntutan hak-hak asasi sosial
ekonomi masyarakat sebagaimana dikemukakan oleh pasal 29 Deklarasi PBB (Romli
Atmasasmita, 2004: 13).
Korupsi termasuk dalam Fraud atau Kecurangan yang sengaja dilakukan oleh
pihak-pihak tertentu. Fraudulent financial reporting terjadi atara lain dengan (a)
manipulasi, pemalsuan catatan akuntansi atau dokumen pendukung laporan
keuangan, sengaja rnenghilangkan kejadian, transaksi, dan informasi penting dari
laporan keuangan, dan sengaja menerapkan prinsip akuntansi yang salah, dan (b)
misappropriation or assets meliputi; penggelapan penerimaan kas, pencurian aktiva,
dan hal-hal yang menyebabkan organisasi membayar barang atau jasa yang tidak
diterirnanya. Penyalahgunaan akuntansi untuk memperlancar penyelewengan banyak
ditunjukkan dalam beberapa kasus besar seperti halnya pada kasus Enron.
8 Sujatmiko, Iwan Gardono. 2002. Hypercorruption Dan Strategi Pemberantasan Korupsi.
3
Peran Akuntan dalam Upaya Pemberantasan Korupsi
Secara jelas dapat diketahui bahwa tindakan korupsi dalam suatu kegiatan
ekonomi dapat diketahui dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan sebagai
auditor keuangan. Kasus korupsi terungkap dimulai dari adanya laporan atau
rekomendasi dari akuntan akan adanya penyimpangan dari laporan keuangan yang
diindikasikan adanya kerugian Negara. Penyimpangan yang terjadi pada laporan
keuangan disebabkan adanya Fraudulent financial reporting. Fraudulent financial
reporting terjadi karena salah penyajian yang tidak disengaja atau disengaja dengan
memanipulasi, menghilangkan, atau menambah informasi tertentu dalam laporan
keuangan.
Sebagai pihak yang paling kompeten dan kapabel dalam masalah finansial,
akuntan berkewajiban untuk mencegah terjadinya fraudulent financial reporting.
Inilah salah satu kontribusi akuntan dalam upaya pemberantasan dan pencegahan
korupsi di Indonesia. Dengan pencegahan terhadap fraud dalam laporan keuangan,
maka akuntan ikut aktif dalam membangun good governance dan pencegahan
korupsi.
Salah satu unsur penting dalam upaya menjadikan Indonesia yang bersih dan
bebas dari korupsi adalah melalui upaya pencegahan korupsi. Mengingat korupsi
terjadi karena adanya dua unsur yakni niat dan kesempatan, maka upaya pencegahan
yang dapat dilakukan adalah dengan membangun sistem yang efektif untuk menekan
kesempatan orang melakukan korupsi. Salah satu sistem yang efektif adalah dengan
penerapan good governance baik di pemerintahan maupun swasta dengan tiga unsur
pentingnya yakni transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas9.
Seorang akuntan perusahaan, haruslah bisa ikut dalam upaya pemberantasan
korupsi dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip good corporate governance:
Fairness, Transparency, Accountability, dan Responsibility. Implementasi sederhana
adalah dengan menyusun laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) yang telah ditetapkan. Laporan keuangan haruslah memiliki
karakteristik kualitatif Dapat dipahami (Understandability), Relevan (Relevance),
Keandalan (Reliability)dan Dapat Dibandingkan (Comparability) sebagaimana
tertuang dalam Kerangka Dasar Penyusunan Laporan Keuangan. Jika Laporan
9 Umar, Haryono. 2011. Peran Akuntan dalam Pemberantasan Korupsi.
4
keuangan sudah disusun berdasarkan SAK dan telah memenuhi keempat kriteria
kualitatif tersebut maka dapat dipastikan bahwa laporan keuangan telah menyajikan
informasi yang handal sehingga tidak akan menyesatkan pengguna. Informasi yang
handal ini diharapkan tidak ada unsur manipulasi data sehingga laporan keuangan
terlihat lebih cantik. Untuk itu, peran auditor internal dan eksternallah yang
memegang peranan selanjutnya untuk memeriksa apakah informasi yang disajikan
telah wajar sesuai prinsip akuntansi.
Pemberantasan korupsi sebagai upaya terwujudnya good governance dapat
lebih cepat tercapai dengan dukungan dan upaya dari semua pihak. Salah satu
kewajiban yang harus dipikul akuntan publik adalah menjadi salah satu agen yang
ikut membangun terwujudnya good governance. Peran ini diimplementasikan
melalui penciptaan keterbukaan dan akuntabilitas dalam penyajian laporan keuangan
organisasi baik pemerintah maupun swasta. Disamping itu kontribusi akuntan publik
dapat diberikan kepada penegak hukum untuk membawa kasus-kasus korupsi ke
pengadilan dan juga memberikan kesaksian sebagai tenaga ahli.
Akuntan publik dapat ikut berperan dalam upaya pemberantasan korupsi
dengan melakukan audit, baik general audit, audit operasional, audit forensik
maupun audit investigasi sesuai dengan Standar Auditing yang telah ditetapkan.
Standar tersebut mengatur bagaimana audit yang baik harus dilakukan untuk
meyakini sebuah informasi keuangan yang disajikan adalah benar-benar handal dan
wajar sesuai dengan prinsip akuntansi.
Namun yang perlu diingat adalah seorang akuntan juga harus menjunjung
tinggi Etika Profesi. Sebagaimana diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan
Publik bahwa Akuntan publik harus memiliki sifat sebagai berikut10:
IndependensiDalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance).
Integritas dan Objektivitas10 IAI. 2011. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik dalam Standar Profesional Akuntan Publik.
5
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain.
Seorang akuntan harus memiliki sikap independen, obyektif, transparan dan
integritas yang tinggi dalam menjalankan tugasnya, dan tidak dipengaruhi oleh pihak
manapun dalam penyusunan laporan keuangan. Integritas dapat diartikan pada
keperibadian yang dilandasi jujur, berani, bijaksana dan tanggung jawab serta dapat
menyimpan rahasia jabatan. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa tidak sedikit
akuntan telah mencemari organisasi profesi IAI dengan mencari kepentingan pribadi
dengan melakukan manipulasi data dan melakukan rekayasa laporan audit dan
menutupi celah celah laporan keuangan, agar kelihatan lebih indah dan sehat serta
meyakinkan, sehingga banyak pelaku bisnis menjadi korban. Dan ada (oknum)
akuntan yang bekerjasama dengan para koruptor melakukan pembohongan publik
sehingga masyarakat dan Negara dirugikan.
UU No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik Pasal 28 ayat (1) menjelaskan
“Dalam memberikan jasa asurans sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1),
Akuntan Publik dan KAP wajib menjaga independensi serta bebas dari benturan
kepentingan”. Selain itu, dalam Pasal 30 ayat (1) poin J juga disebutkan bahwa
“Akuntan Publik dilarang: melakukan manipulasi, membantu melakukan manipulasi,
dan/atau memalsukan data yang berkaitan dengan jasa yang diberikan”. Manipulasi
yang dimaksud disini adalah perbuatan manipulasi yang didasari oleh niat jahat
untuk mencari keuntungan bagi dirinya ataupun pihak lain secara melawan hukum
berdasarkan alat bukti permulaan yang cukup.
Yang tidak kalah penting dan memegang peranan cukup signifikan adalah
Auditor Internal perusahaan. Dimana auditor internal ini berperan untuk mengontrol
sistem pengendalian internal perusahaan apakah sudah berjalan cukup baik atau
belum. Pengendalian internal yang baik dapat memperkecil kesempatan seseorang
untuk melakukan tindak penyelewengan yang dapat berujung pada tindak korupsi.
Auditor internal juga harus menjunjungtinggi integritas dan profesionalitas dalam
bekerja. Dalam hal ini, pemerintah beberapa waktu yang lalu juga membentuk
6
Asosiasi Auditor Internai Pemerintah Indonesia (AAIPI). Dimana lahirnya AAIPI ini
merupakan wujud reformasi birokrasi di bidang pengawasan yang dilakukan oleh
pemerintah. Tujuannya adalah satu, mengurangi tindak pidana korupsi yang yang
marak terjadi beberapa tahun terakhir.
AAIPI harus melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan program
kerjanya. Antara lain menyusun dan mensosialisasikan Kode Etik, Standar Audit,
Telaah Sejawat yang akan menjadi pegangan bagi seluruh aparat pengawasan intern
pemerintah. Selain tugas utama tersebut juga mitra Pemerintah sangat diharapkan
perannya untuk dapat memberikan masukan kepada pemerintah atas kebijakan-
kebijakan yang diperlukan dalam membangun sistem pengawasan yang lebih efektif
lebih transparan dan lebih independen. Pemahaman dan pengertian independen
memerlukan perubahan pola pikir, perubahan perilaku, dan komitmen bersama dalam
mengembangkan nilai-nilai integritas yang harus dijunjung bersama .
Peraturan Presiden No. 55 tahun 2012 meminta agar AAIPI dapat mengawal
rencana aksi pencegahan pemberantasan korupsi dan panduan kementerian dalam
negeri yang harus di ikuti oleh masing-masing itjen. Sebagaimana diamanatkan oleh
PP No.60 tahun 2008, pertama memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan,
kehematan, efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan
fungsi Kementerian. Kedua, memberikan peringatan dini dan meningkatkan
efektifitas manajemen risiko dalam penyelengaaraan tugas dan fungsi Kementerian.
Ketiga, Inspektorat Jenderal dapat terus mendorong memelihara dan meningkatkan
kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian.
Dengan demikian, jika standar akuntansi, standar auditing dan etika profesi
diterapkan secara benar dan berkesinambungan maka diharapkan dapat tercipta
penyajian informasi yang handal dan akurat, lingkungan pengendalian yang kuat,
pengawasan yang independen dan juga pengungkapan serta penyajian informasi yang
akuntabel dan transparan. Sehingga akan tercipta sistem kerja yang lebih baik dan
korupsi bisa diberantas, atau paling tidak dikurangi.
V. Rekomendasi Hasil Kajian
Salah satu unsur penting dalam upaya pemberantasan korupsi adalah melalui
upaya pencegahan korupsi. Mengingat korupsi terjadi karena adanya dua unsur yakni
7
niat dan kesempatan, maka upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
membangun sistem yang efektif untuk menekan kesempatan orang melakukan
korupsi. Sistem yang efektif adalah dengan penerapan prinsip-prinsip good corporate
governance yaitu Fairness, Transparency, Accountability, dan Responsibility.
Salah satu alat pencegah korupsi, yaitu transparansi informasi. Kehadiran
akuntan sangatlah berperan dalam pemberitaan informasi akuntansi atas laporan
keuangan agar dapat meningkatkan transparansi di sektor publik. Peranan akuntan
sangat bermanfaat dan dibutuhkan instansi pemerintah, swasta dan publik dalam hal
pemberitaan informasi keuangan yang akurat, transparan dan tidak menyesatkan
yang dapat digunakan para pemakai/ pelaku bisnis sebagai alat pertimbangan dalam
pengambilan keputusan. Sebagai pihak yang paling kompeten dan kapabel dalam
masalah finansial, akuntan berkewajiban untuk mencegah terjadinya fraudulent
financial reporting. Inilah salah satu kontribusi akuntan dalam upaya pemberantasan
dan pencegahan korupsi di Indonesia. Dengan pencegahan terhadap fraud dalam
laporan keuangan, maka akuntan ikut aktif dalam membangun good governance dan
pencegahan korupsi.
Akuntan perusahaan haruslah bekerja secara profesional dan bebas dari
benturan kepentingan. Informasi yang disajikan haruslah handal, akurat, tepat waktu
dan transparan sehingga tidak menyesatkan pengguna informasi. Akuntan publik
(Auditor Eksternal) dan Auditor Internal harus memiliki sikap independen, obyektif,
transparan dan integritas yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. Dalam profesi
Akuntan harus memiliki moral dan etika yang bagus agar tidak mudah dipengaruhi
oleh kepentingan berbagai pihak. Sehingga sistem penyusunan laporan keuangan,
pengawasan dan pemeriksaan dapat dilakukan dengan profesional.
Namun beberapa tahun terakhir ini, moral dan etika profesi perlu ditekankan
lagi kepada para akuntan dan calon akuntan. Banyak kasus korupsi yang melibatkan
kerjasama antara manajemen perusahaan dengan akuntan yang melakukan
pemeriksaan. Untuk itu, moral dan etika profesi harus digalakkan lagi terutama sejak
masih menempuh pendidikan sebagai calon akuntan. Karena profesi ini sangat
krusial dalam suatu perusahaan maka calon akuntan harus dididik memiliki moral
dan etika yang kuat sesuai dengan Etika Profesi yang ada agar tidak mudah
terpengaruh oleh benturan kepentingan manapun.
8
Dengan ekspektasi yang besar dari masyarakat akan integritas dan
profesionalisme para akuntan, maka akuntan harus terus menerus meningkatkan
kapabilitas dan kompetensinya dibidang tugas masing-masing. Para akuntan dituntut
untuk tetap menjunjung tinggi etika dan independensi mereka. Kriteria auditor yang
berkerja secara profesional antara lain : meningkatkan dan mengembangkan ilmu dan
seni akuntansi, menjaga kepercayaan publik kepada profesi, mengadakan dan
menjalankan setiap program dan kegiatan profesi yang bertujuan untuk
mengingkatkan kualitas jasa yang diberikan.
Penekanan moral dan etika harus menjadi fokus utama dalam upaya
pemberantasan korupsi. Karena korupsi telah berkembang sedemikian hebatnya
hingga menjadi “budaya” baru dalam masyarakat Indonesia. Untuk itu, penekanan
moral dan etika ini hendaknya mulai diterapkan dan diajarkan pada bangku
pendidikan yang paling rendah sekalipun agar masyarakat terbiasa dengan sistem dan
budaya bermoral dan beretika tinggi. Tanpa moral dan etika, “budaya” korupsi akan
sangat sulit sekali berantas atau dihilangkan.
Dengan moral dan etika profesional yang tinggi, diharapkan semakin
transparansi informasi keuangan di instansi pemerintah, swasta dan publik dapat
mengurangi tingkat korupsi, sehingga secara bertahap negeri ini akan menuju negeri
yang dijuluki clean and good government.
VI. Penutup
Akuntan dapat berperan dalam upaya penindakan korupsi melalui pemberian
bantuan audit investigasi, audit forensik, penghitungan kerugian negara dan
pengumpulan bahan keterangan yang akan dijadikan barang bukti dan alat bukti oleh
penegak hukum. Akuntan juga dapat memberikan kontribusi besar dalam
memberikan keterangan ahli baik kepada penyidik maupun majelis hakim di
persidangan perkara tindak pidana korupsi.
Dalam upaya pencegahan korupsi, akuntan berperan besar dalam penyediaan
informasi akuntansi yang kredibel. Akuntan berkewajiban untuk mencegah
terjadinya fraudulent financial reporting yang banyak terjadi dalam skandal-skandal
besar keuangan di dunia dan di Indonesia. Disamping itu para akuntan juga
diharapkan dapat membantu pemerintah dalam menyiapkan tenaga pengelola
9
keuangan negara yang handal dan berintegritas. Akuntan juga berperan dalam
perhitungan dampak yang ditimbulkan oleh suatu tindak pidana korupsi. Kuantifikasi
dampak korupsi akan menjadi dasar bagi penegak hukum dan masyarakat untuk
menetukan tindakan yang perlu diambil untuk upaya pemberantasan dan pencegahan
korupsi, Inilah kontribusi nyata para akuntan dalam membangun sistem pencegahan
korupsi dalam kerangka pembangunan.
Disamping itu, Penekanan moral dan etika harus menjadi fokus utama dalam
upaya pemberantasan korupsi. Karena korupsi telah berkembang sedemikian
hebatnya hingga menjadi “budaya” baru dalam masyarakat Indonesia. Untuk itu,
penekanan moral dan etika ini hendaknya mulai diterapkan dan diajarkan pada
bangku pendidikan yang paling rendah sekalipun agar masyarakat terbiasa dengan
sistem dan budaya bermoral dan beretika tinggi. Tanpa moral dan etika, “budaya”
korupsi akan sangat sulit sekali berantas atau dihilangkan. Untuk itu, harapan untuk
menuju negeri yang dijuluki clean and good government akan dapat terwujud dengan
penciptaan sistem penyajian informasi yang transparan dan didukung dengan moral
dan etika pelaku usaha dan akuntan yang profesional.
10
DAFTAR PUSTAKA
Romli Atmasasmita,2004. Kajian komprehensif dan mendalam tentang Tindak
Pidana Korupsi dalam tulisan. Sekitar Masalah Korupsi: Aspek Nasional dan
Aspek Internasional. Bandung: Mandar Maju.
Badjuri, Achmad. 2011. Peranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai
Lembaga Anti Korupsi Di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE),
Maret 2011, Hal. 84 – 96 Vol. 18, No. 1 ISSN: 1412-3126 : Universitas
Stikubank Program Studi Akuntansi
Kurniawan, Teguh. 2009. Peranan Akuntabilitas Publik dan Partisipasi Masyarakat
dalam Pemberantasan Korupsi di Pemerintahan. Bisnis & Birokrasi, Jurnal
Ilmu Administrasi dan Organisasi, Mei–Agustus 2009, hlm. 116-121 Volume
16, Nomor 2 ISSN 0854-3844. Universitas Indonesia Departemen Ilmu
Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Umar, Haryono. 2011. Peran Akuntan dalam Pemberantasan Korupsi.
Sosiohumaniora Volume 13 No 1 Maret 2011 : 108-126. KPK Republik
Indonesia.
Sujatmiko, Iwan Gardono. 2002. Hypercorruption Dan Strategi Pemberantasan
Korupsi. Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 2 No. I Januari 2002 : 25 – 30
Azra, Azyumardi. 2002. Korupsi Dalam Perspektif Good Governance. Jurnal
Kriminologi Indonesia Vol. 2 No. I Januari 2002 : 31 – 36
Tulip, Abdullah. 2006. Kendala-Kendala Pemberantasan Korupsi di Indonesia.
Simbur Cahaya No. 31 Tahun XI Mei 2006 ISSN No. 14110-0614.
Universitas Sriwijaya, Fakultas Hukum.
Dwiputrianti, Septiana. 2009. Memahami Strategi Pemberantasan Korupsi Di
Indonesia. Jurnal Ilmu Administrasi Volume VI No. 3 September 2009. STIA
LAN Bandung.
11
IAI-KAP. 2011. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik dalam Standar
Profesional Akuntan Publik. Jakarta : Salemba Empat.
_________.1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
___________.2001. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
___________.2011. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011
Tentang Akuntan Publik.
12