Proposal KTI

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan di masyarakat. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2004, dinyatakan bahwa karies gigi masih merupakan masalah seriu gigi dan mulut di Indonesia dengan angka prevalensi sangat tinggi yang mencapai 90,05%. Karies gigi merupakan penyakit yang disebabkan bakteri, tetapi makanan merupakan faktor etiologi yang utama. Dalam flora oral normal manusia terdapat mikoorganisme yang mampu memetabolisme karbohidrat terfermentasi dan menghasilkan produk berupa asam, yang kemudian akan menurunkan pH plak. Hal ini akan menyebabkan terjadinya proses demineralisasi yang melarutkan jaringan mineral gigi sehingga terbentuk karies. 1

Transcript of Proposal KTI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang

paling dominan di masyarakat. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2004, dinyatakan bahwa karies gigi

masih merupakan masalah seriu gigi dan mulut di Indonesia dengan

angka prevalensi sangat tinggi yang mencapai 90,05%.

Karies gigi merupakan penyakit yang disebabkan bakteri, tetapi

makanan merupakan faktor etiologi yang utama. Dalam flora oral normal

manusia terdapat mikoorganisme yang mampu memetabolisme

karbohidrat terfermentasi dan menghasilkan produk berupa asam, yang

kemudian akan menurunkan pH plak. Hal ini akan menyebabkan

terjadinya proses demineralisasi yang melarutkan jaringan mineral gigi

sehingga terbentuk karies.

Salah satu upaya dalam mengontrol karies gigi adalah dengan

mengganti asupan gula terfermentasi (terutama sukrosa) dengan gula

pengganti yang tidak terfermentasi. Gula pengganti yang sering digunakan

adalah polyol yang merupakan substansi rendah kalori, terkadang disebut

juga “gula alkohol” karena struktur kimianya mirip dengan gula dan

alkohol. Polyol biasanya digunakan sebagai pemanis pada berbagai

produk bebas gula, salah satunya adalah pada permen karet.

1

2

Konsumsi makanan dan minuman sumber gula sederhana yang

disajikan dalam bentuk makanan dan minuman biasanya disukai para

remaja (mahasiswa). Bila seorang sering mengkonsumsi makanan dan

minuman sumber gula sederhana dalam waktu yang lama dan jarang

membersihkan gigi, maka akan mudah terkena karies.

1.2.Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan

masalah “Bagaimana hubungan antara makanan sukrosa yang

menyebabkan terjadinya karies gigi pada mahasiswa Jurusan

Keperawatan Gigi di kampus Poltekkes Kemenkes Makassar?”

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara makanan

sukrosa yang menyebabkan terjadinya karies gigi pada mahasiswa

Jurusan Keperawatan Gigi di kampus Poltekkes Kemenkes Makassar.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui proses makanan sukrosa sehingga dapat

menyebabkan terjadinya karies gigi.

b. Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan dan

perawatan yang dilakukan agar makanan sukrosa tidak

menyebabkan terjadinya karies gigi.

3

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat Karya Tulis Ilmiah ini adalah:

1. Agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis

dan pembaca mengenai hubungan antara makanan sukrosa yang

menyebabkan terjadinya karies gigi.

2. Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya kesehatan

gigi dan mulut dalam usaha pencegahan dan penanggulangan

makanan sukrosa agar tidak menimbulkan terjadinya karies gigi

pada masyarkat lainnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Sukrosa

2.1.1. Pengertian Sukrosa

Sukrosa merupakan suatu  yang dibentuk dari monomer-

monomernya yang berupa unit  dan  dengan rumus molekul

C12H22O11 Senyawa ini dikenal sebagai sumber nutrisi serta

dibentuk oleh tumbuhan, tidak oleh organisme lain seperti hewan

Penambahan sukrosa dalam media berfungsi sebagai sumber karbon.

Sukrosa atau gula dapur diperoleh dari gula. Unit glukosa dan fruktosa

diikat oleh jembatan asetal oksigen dengan orientasi alpha. Struktur

ini mudah dikenali karena mengandung enam cincin glukosa dan lima

cincin fruktosa. Proses fermentasi sukrosa melibatkan mikroorganisme

yang dapat memperoleh energi dari substrat sukrosa dengan

melepaskan dan produk samping berupa senyawaan alkohol.

Penggunaan yeast ini dalam proses fermentasi diduga merupakan

proses tertua dalam bioteknologi dan sering disebut dengan Sukrosa

(C12H22O11) ialah sejenis  iaitu  yang bersifat bukan penurun dan

tidak menunjukkan fenomena  Hidrolisis sukrosa menghasilkan

Sukrosa atau gula tebu merupakan disakarida yang paling manis yang

terdiri dari glukosa dan fruktosa. Sukrosa bukan merupakan gula

pereduksi karena sukrosa tidak mempunyai atom karbon hemiasetal

4

5

dan hemiaketal. Sukrosa tidak memilliki atom karbon monomer bebas

karena karbon anomer glukosa dan fruktosa berikatan satu dengan

yang lain. Sukrosa juga mudah dihidrolisis menjadi D-glukosa dan D-

fruktosa. Sumber-sumber sukrosa yang terdapat di alam antara lain:

tebu (100% mengandung sukrosa), bit, gula nira (50%), dan jelly

(Almatsier, S. 2005).

Sukrosa merupakan gula pasir biasa. Komposisi kimia dari gula

adalah sama, satu satuan fruktosa yang digabung dengan satu satuan

glukosa. Ikatan glikosida menghubungkan karbon ketal dan asetal dan

bersifat β dari fruktosa dan α dari glukosa. Pada sukrosa kedua atom

karbon anomerik digunakan untuk ikatan glikosida. Dalam sukrosa,

baik fruktosa maupun glukosa tidak memiliki gugus hemiasetal oleh

karena itu, sukrosa didalam air tidak berada dalam kesetimbangan

dengan suatu bentuk aldehid atau keto. (arie salam 2010)

2.1.2. Pembagian Sukrosa

Sukrosa termasuk golongan Disakarisa adalah merupakan

gabungan dua unit monosakarida yang berikatan kovalen terhadap

sesamanya. Ikatan ini disebut ikatan glikosida yang dibentuk jika

gugus hidroksil pada salah satu gula bereaksi dengan karbon anomer

pada gula yang kedua. Disakarida yang banyak ditemukan di alam

yaitu laktosa, sukrosa, dan maltosa.

6

a. Laktosa

Laktosa sering juga disebut gula susu karena hanya

terdapat dalam susu. Bila dihidrolisis, laktosa akan menghasilkan

D-galaktosa dan D-glukosa. Laktosa memiliki satu atom karbon

hemiasetal dan mempunyai gugus karbonil yang berpotensi

bebas pada residu glukosa sehingga laktosa termasuk

disakarida pereduksi.

b. Sukrosa

Sukrosa atau gula tebu merupakan disakarida yang paling

manis yang terdiri dari glukosa dan fruktosa. Sukrosa bukan

merupakan gula pereduksi karena sukrosa tidak mempunyai

atom karbon hemiasetal dan hemiaketal. Sukrosa tidak memilliki

atom karbon monomer bebas karena karbon anomer glukosa

dan fruktosa berikatan satu dengan yang lain. Sukrosa juga

mudah dihidrolisis menjadi D-glukosa dan D-fruktosa. Sumber-

sumber sukrosa yang terdapat di alam antara lain: tebu (100%

mengandung sukrosa), bit, gula nira (50%), dan jelly.

c. Maltosa

Maltosa merupakan disakarida yang paling sederhana.

Maltosa terdiri dari dua residu D-glukosa yang dihubungkan oleh

ikatan glikosida. Sebuah molekul glukosa dihubungkan melalui

atom karbonnya yang pertama dengan gugus hidroksil atom

karbon keempat pada molekul glukosa yang lainnya. Kedua

7

residu glukosa tersebut berada dalam bentuk piranosa. Maltosa

memilliki gugus karbonil yang berpotensi bebas yang dapat

dioksidasi, sehingga maltosa mempunyai sifat gula pereduksi. Di

dalam tubuh, maltosa didapat dari hasil pemecahan amilum yang

lebih mudah dicerna. Maltosa banyak terdapat kecambah, susu

dan pada serealia, misalnya beras. (Almatsier, S. 2005).

2.1.3. Makanan yang Mengandung Sukrosa

Makanan adalah sesuatu yang diperlukan oleh tubuh untuk

pertukaran zat, tumbuhan dan pemeliharan dari semua fungsi anggota

tubuh kita menurut Tomasowo sedangkan menurut Altono makanan

adalah sesuatu yang akan mempengaruhi keadaan didalam mulut

secara lokal selama pengunyahan dan setelah ditelan akan

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan masa pre

dan pasca erupsi gigi-gigi dan ada juga menurut Frostel makanan

mengatakan bahwa derajat keasaman tergantung dari karbohidrat

yang dimakan dan derajat keasaman yang paling tinggi akan dicapai

bila mana makanan mengandung sukrosa. Adapun jenis makanan

yang mengandung sukrosa antara lain:

Kentang goreng dan donat

Kentang goreng dan donat merupakan gula yang digoreng.

sebelum dipanaskan pun, kentang dan donat ini adalah gula

sederhana. Proses penggorengan semakin memperburuk kandungan

8

gizi. Satu kentang goreng berdampak lebih buruk pada kesehatan

dibandingkan sebatang rokok. Jadi, ada baiknya mempertimbangkan

ulang sebelum memesan porsi besar. Donat ukuran rata-rata

mengandung 200-300 kalori, hampir semuanya  dari gula, dan sedikit 

nutrisi lainnya.

Kue dan permen

Pada dasarnya, makanan ini hanya mengandung kalori kosong, kaya

gula dan mendatangkan sedikit manfaat. Sebagian besar malah kaya

akan lemak trans.  Seratus gram kue atau permen mengandung 37-

66.6 gram gula. Karena itu, ada baiknya memilih snack yang lebih

sehat seperti buah kering atau  kacang kacangan. Makanan sangat

berpengaruh terehadap gigi dan mulut, pengaruh ini dapat dibagi

menjadi dua yaitu:

Isi dari makanan yang menghasilkan energi, misalnya : karbohidrat,

lemak, vitamin, protein serta mineral.

Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan. Makanan yang bersifat

membersihkan gigi, jadi merupakan gosok gigi alami, tentu saja akan

mengurangi kerusakan gigi. Makanan yang bersifat membersihkan ini

adalah: apel, jambu air, bengkuang dan lain sebagainya. Sebaliknya

makanan yang lunak dan melekat pada gigi seperti; bonbon, coklat,

biskuit dan lain sebagainya.( taringan Rasinta 2001)

2.2.Karies Gigi

9

2.2.1. Pengertian Karies Gigi

Karies gigi adalah proses demineralisasi yang disebabkan oleh

interaksi antara produk organisme, ludah, sisa yang berasal dari

makanan dan email (Houwink, dkk., 2000).

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email,

dentin dan sementara yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad

renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan, ditandai dengan

adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh

kerusakan bahan organiknya, akibat invasi bakteri dan kematian pulpa

serta penyebaran infeksi ke jaringan periapeks yang dapat

menyebabkan nyeri (Kidd, dkk., 2001).

Karies gigi adalah penyakit keropos yang dimulai pada lokasi

tertentu pada bagian gigi, dan diikuti proses kerusakan atau

pembusukan gigi secara cepat. Karies gigi dimulai dengan terjadinya

pengikisan mineral-mineral dari permukaan atau enamel gigi, oleh

asam organik hasil fermentasi karbohidrat. (sella, 2009)

Karies adalah penyakit gigi yang ditandai dengan yang ditandai

dengan kerusakan jaringan,dimulai dari permukaan gigi (pits,fissure

dan daerah interprosimal)meluas keatas pulpa (Braver 2002).

Karies adalah Suatu proses kronis, regresif dengan dimulai

dengan larutnya mineral email akbat gangguan keseibangan antara

email dan sekitarnya disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial

10

kemudian terjadi destruksi komponen-komponen organik. Akhirnya

terjadi kavita. (Schuurs, 2001)

Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang sangat luas

penyebarannya, diperkirakan melanda penduduk Indonesia lebih dari

90% telah mengalami karies. Secara umum diterima alasan bahwa

terjadinya karies gigi akibat dari kebiasaan makan yang salah,

terutama karena terlalu seringnya mengkomsumsi makanan yang

banyak mengandung sukrosa.Penyakit tersebut dimulai dari ulah

bakteri atau kuman-kuman yang berada pada permukaan gigi. Daya

kariogenetiknya dari kuman tersebut timbul karena adanya produksi

asam laktat oleh beberapa jenis bakteri asam laktat, dengan akibat pH

cairan di sekitar gigi tersebut menjadi rendah atau bersifat sangat

asam. Keadaan bagaimana yang cukup kuat untuk melarutkan

mineral-mineral dari permukaan gigi, sehingga gigi jadi keropos dan

akan mengakibatkan terjadinya karies gigi pada anak-anak yang

sering mengkomsumsi makanan yang manis. ( sella, 2009)

Karies terjadi karena permukaan terluar gigi yaitu email

dihancurkan oleh asam. Gula akan diragikan oleh bakteri yang

terdapat pada plak menjadi asam. Asam akan melarutkan email

sehingga terbentuklah lubang gigi. Karies gigi juga merupakan daerah

yang mengalami penbusuk di dalam yang terjadi akibat suatu proses

yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi yang terluar

dan yang paling keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi.

11

Karies gigi adalah penyakit keropos yang dimulai pada lokasi tertentu

pada bagian gigi, dan diikuti proses kerusakan atau pembusukan gigi

secara cepat. Karies gigi dimulai dengan terjadinya pengikisan

mineral-mineral dari permukaan atau enamel gigi, oleh asam organik

hasil fermentasi karbohidrat makanan (terutama gula pasir dan pati-

patian) yang tertinggal melekat pada bagian-bagian dan sela-sela gigi

oleh bakteri-bakteri asam maktat. Bahwa gula pasir atau sukrosa

merupakan salah satu penyebab karies gigi yang utama telah secara

jelas dapat dibuktikan pada binatang percobaan. Pada penelitian

tersebut juga diungkapkan bahwa sesungguhnya faktor yang

menyebabkan terjadinya karies adalah adanya makanan yang

mengandung sukrosa tinggi dan kebetulan tertinggal cukup lama pada

gusi dan gigi. Jadi bila seluruh gula sukrosa yang dikonsumsi

langsung tertelan masuk ke dalam perut tanpa ada yang tertinggal

pada gigi, maka hal itu tidak akan menyebabkan penyebab karies gigi

Ternyata sukrosa dalam bentuk makanan yang bersifat lengket akan

lebih besar peluangnya sebagai penyebab karies.

Dari hasil berbagai penelitian terhadap binatang percobaan dan

juga penelitian yang dilaksanakan langsung pada manusia,

mengungkapkan bahwa berbagai jenis gula dan hubungannya

sebagai penyebab terjadinya karies gigi telah dinilai berdasarkan

urutan kegawatannya terhadap terjadinya karies yaitu sebagai berikut:

gula sukrosa yang paling gawat, diikuti oleh glukosa, maltosa, laktosa,

12

fruktosa, sorbitol dan xylitol. Hampir seluruh peneliti yang bekerja

pada bidang tersebut yakin bahwa sukrosa merupakan perangsang

dan penyebab terjadinya karies gigi pada manusia.Berbagai hasil

penelitian telah dapat dibuktikan bahwa kasus karies gigi pada anak-

anak sebetulnya dapat diturunkan dengan bermakna (nyata) hanya

dengan melakukan penggantian komponen sukrosa dalam makanan

dengan glukosa, fruktosa atau jenis gula lain. Dengan alasan tersebut

“chewing gum” sering diberi sorbitol, pengganti sukrosa. Hubungan

dari faktor-faktor tersebut dapat digambarkan dengan rumus berikut:

Plak

Bakteri + Sukrosa = Asam + Permukaan gigi yang peka = Karies gigi

(J.O.forrest 1995)

2.2.2. Proses Terjadinya Karies

Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak pada

permukaan gigi. Gula dari sisa makanan dan bakteri akan menempel

dan pada waktu tertentu akan berubah menjadi asam laknat yang

akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (sekitar pH 5,5 ) sehingga

menyebabkan demineralisasi email,yang akan berlanjut menjadi

karies gigi.(lis.Z 2000)

Karies ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi,

dapat berwarna coklat atau hitam. Gigi berlubang biasanya tidak

terasa sakit sampai lubang tersebut bertambah besar dan mengenai

13

persyarafan dari gigi tersebut. Pada karies yang cukup dalam,

biasanya keluhan yang sering dirasakan adalah rasa ngilu bila gigi

terkena rangsang panas, dingin, atau manis. Bila dibiarkan, karies

akan bertambah besar dan dapat mencapai kamar pulpa, yaitu rongga

dalam gigi yang berisi jaringan syaraf dan pembuluh darah. Bila sudah

mencapai kamar pulpa, akan terjadi proses peradangan yang

menyebabkan rasa sakit yang berdenyut. Lama kelamaan, infeksi

bakteri dapat menyebabkan kematian jaringan dalam kamar pulpa dan

infeksi dapat menjalar ke jaringan tulang penyangga gigi, sehingga

dapat terjadi abses Tahap-tahap terjadinya karies adalah:

Gigi yang sehat

Email adalah lapisan luar yang keras seperti kristal luar. Dentin

adalah lapisan yang lebih lembut di bawah email. Kamar pulpa berisi

nerves dan pembuluh darah. Merupakan bagian hidup dari gigi.

Lesi  putih

Bakteri yang tertarik  kepada  gula dan karbohidrat akan

membentuk asam. Asam akan menyerang crystal apatit proses ini

dikenal dengan proses demineralisasi. Tanda yang pertama ini

ditandai dengan adanya suatu noda putih atau lesi putih. Pada tahap

ini, proses terjadinya karies dapat dikembalikan.

Karies email

14

Proses demineralisasi berlanjut email mulai pecah. Sekali ketika

permukaan email rusak, gigi tidak bisa lagi memperbaiki dirinya

sendiri. Kavitas harus dibersihkan dan direstorasi oleh dokter gigi

Karies Dentin

Karies sudah mencapai ke dalam dentin, dimana karies ini dapat

menyebar dan mengikis email.

Karies mencapai   pulpa

Jika karies dibiarkan tidak dirawat, akan mencapai pulpa gigi.

Disinilah dimana saraf gigi dan pembuluh darah dapat ditemukan.

Pulpa akan terinfeksi. Abses atau fistula (jalan dari nanah) dapat

terbentuk dalam jaringan ikat yang halus.( site, 2008)

2.2.3. Faktor Penyebab Timbulnya Karies

Faktor penyebab timbulnya karies adalah Keberadaan bakteri

dalam mulut merupakan suatu hal yang normal. Bakteri dapat

mengubah semua makanan, terutama gula, menjadi asam. Bakteri,

asam, sisa makanan, dan ludah akan membentuk lapisan lengket

yang melekat pada permukaan gigi. Lapisan lengket inilah yang

disebut plak. Plak akan terbentuk 20 menit setelah makan. Zat asam

dalam plak akan menyebabkan jaringan keras gigi larut dan terjadilah

karies. Bakteri yang paling berperan dalam menyebabkan karies

adalah Streptococcus mutans. Ada beberapa  faktor penyabab

timbulnya  karies antara lain:

15

1. Konsumsi makanan

Makanan yang mengandung karbohidrat Jenis karbohidrat yang

menyebabkan karies adalah tepung polisakarida, sukrosa dan

glukosa, di mana sukrosa paling mudah menyebabkan karies gigi.

2. Saliva

Berkurangnya sekresi serta kekentalan saliva. Saliva dapat

menghambat karies karena aksi buffer, kandungan bikarbonat,

amoniak dan urea dalam saliva dapat menetralkan penurunan pH

yang terjadi saat gula dimetabolisme bakteri plak. Kecepatan sekresi

saliva berakibat pada peningkatan pH dan kapasitas buffernya. Bila

sekresi berkurang akan terlihat peningkatan akumulasi plcak sehingga

jumlah mikroorganisme (streptococus mutans) akan bertambah.

3. Agent bacteria  kariogenik

Pemicu terjadinya karies gigi adalah bakteri Streptococcus

mutans, terutama S. Mutans serolipe ia memiliki sistem enzim yang

dapat mensistesis gluten dari sukrosa. Enzim yang berperan adalah

glukosil transferase (GTF) yang terdapat dalam dinding selnya.

Glukan ikatan glikosidik a (1-3) yang disintesis oleh GTF merupakan

prekursor pembentuk plak gigi.

4. Waktu

16

Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang

kariogenik dapat memengaruhi perkembangan karies. Setelah

seseorang mengonsumsi makanan mengandung gula, maka bakteri

pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi asam dan

menurunkan pH. PH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air

liur dan proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi.

Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam.

2.2.4. Pencegahan Karies Gigi

Pencegahan karies gigi adalah Menurunkan jumlah kuman,

misalnya dengan berkumur antiseptik. Membersihkan plak secara

periodik. Meningkatkan daya tahan gigi, misalnya dengan

penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor atau mengkonsumsi

tablet fluor dengan dosis yang tepat. Merubah pola makan. Membatasi

makanan yang mengandung sukrosa, jangan mengemil yang

mengandung gula, menghindari konsumsi gula sebelum tidur. Soft

drink juga mengandung banyak gula. Berkumur dengan air  bersih

setelah makan Menyikat gigi dengan teratur. Belajar menyikat gigi

dilakukan sedini mungkin, mulai pada saat gigi baru tumbuh. Paling

penting saat malam sesbelum tidur. ( Massler,2000).

1. Mengontrol diet makanan

Kurangi makan-makanan yang manis dan dapat mengontrol pola

hidup dan kebiasaan anak-anak dikalah sedang bermain diluar rumah

yang  sering jajan sembarangan. kontrol yang lebih baik terhadap

17

kebiasaan mengonsumsi makanan manis yang dapat menyebabkan

karies gigi. dengan demikian,terdapat dugaan bahwa kebiasaan

mengonsumsi makanan manis denga lebih terkontrol tersebut

merupakan salah satu faktor yang menpengaruhi status karies

gigi,sehingga pada skor Indeks DMF-T dan def-t terlihat relatif lebih

manggambarkan adanya penurunan.

Pola makan yang sehat

Makanlah makanan yang mengandung kalsium, vitamin C dan vitamin

D yang berguna untuk memperkuat gigi.

Makanlah makanan yang mengandung protein karena protein dapat

menghambat terjadinya proses karies.

Makanlah makanan yang mengandung lemak. Karena lemak akan

membentuk lapisan matrix pada gigi sehingga gigi menjadi licin

sehingga karbohidrat sulit melekat pada gigi.

Makanlah sayur-sayuran. Karena sayuran mempunyai kandungan

yang disebut nitrat. Bahan tersebut dapat menghambat kerja bakteri

2. menyikat gigi baik dan benar

Menyikat  gigi yang benar dimulai dari gusi menuju gigi (arah

vertikal). Biasakan menggerakkan sikat gigi dengan cara memutar dari

gusi ke gigi sehingga dapat memghilangkan plak.  Selain itu dapat

18

melancarkan peredaran darah pada gusi.Kumur-kumurlah

menggunakan  atau cairan antiseptik.

3. Kebersihan   mulut

Kebersihan perorangan terdiri dari pembersihan gigi yang baik.

Kebersihan mulut yang baik diperluklan untuk meminimalisir agen

penyebab penyakit mulut dan membuang plak gigi.. Karies dapat

dicegah dengan pembersihan dan pemeriksaan gigi teratur.

2.3.Hubungan Makanan yang Mengandung Sukrosa Terhadap

Terjadinya Karies Gigi

Bila kita lalai membersihkan gigi, maka terbentuklah suatu lapisan

plak pada permukaan gigi. Plak seperti yang telah kita ketahui

mengandung banyak kuman-kuman. Kuman-kuman plak senang sekali

makanan-makanan yang manis-manis, gula adalah makanan dan sumber

tenaga kuman, gula menyebabkan mereka tumbuh subur dan makin

banyak.

Apabila kita makan-makanan yang manis-manis, sisa gula yang

melekat pada gigi akan diubah oleh kuman-kuman plak menjadi asam.

Permukaan gigi yang terkena oleh asam akan larut menjadi berlubang.

Setiap kali kita makan gula atau makanan yang manis, ingatlah agar

segera membersihkannya dengan menyikat gigi, atau kumur-kumur agar

gigi  tetap bersih dan sehat.

19

Menurut Mäkinen pada tahun 1977 sebagai berikut: seperti telah

dijelaskan mikroba keriogenik Streptococcus yang berada dalam mulut,

secara anaerobik melalui enzim yang diproduksinya mampu mencerna

atau menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Dari hasil

metabolisma jenis gula tersebut, terbentuklah polimer rantai panjang dari

glukosa yang disebut dekstran atau polimer rantai panjang dari fruktosa

yang disebut levans. Jenis polimer-polimer tersebut kemudian

berkembang menjadi noda pada permukaan gigi. Noda-noda tersebut

bersifat gel yang sangat lengket sekali. Proses pengeroposan gigi sendiri

disebabkan oleh pengaruh asam laktat, yaitu produk hasil sampingan dari

metabolisir fruktosa dan levans.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan Deskriptif kuantitatif dengan

pendekatan cross sectional menggunakan kuesioner untuk mengetahui

hubungan makanan sukrosa yang menyebabkan terjadinya karies gigi.

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian akan dilakukan di Kampus Poltekkes Kemenkes Makassar.

Jurusan Keperawatan Gigi.

2. Waktu penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Juli 2013.

3.3.Populasi dan Sample

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Keperawatan

Gigi (Tingkat II, Kelas A) Poltekkes Kemenkes Makassar.

2. Sample

Metode pengambilan sample yang digunakan adalah purposive

sampling artinya metode pengambilan sample dengan pertimbangan

tertentu. Adapun sample dalam penelitian ini adalah mahasiswa

20

21

Jurusan Keperawatan Gigi (Tingkat II, Kelas A) Poltekkes Kemenkes

Makassar.

3.4.Metode Pengumpulan Data

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari mahasiswa

Jurusan Keperawatan Gigi dengan cara memberikan kuesioner secara

langsung.

3.5.Prosedur Kerja/Alur Kerja

Adapun prosedur kerja/alur kerja dalam pengambilan data pada

penelitian ini adalah:

1. Peneliti mendatangi kampus responden, yaitu pasien pengidap

penyakit jantung yang memiliki riwayat karies gigi.

2. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan kekampus

responden untuk meminta persetujuan apakah berkenan mengisi

kuesioner.

3. Setelah responden menyetujui menjadi responden, peneliti mulai

menyebarkan kuesioner

4. Setelah responden mengisi kuesioner, peneliti memeriksa kembali

kelengkapan jawaban dari responden agar apabila ada jawaban

yang kurang lengkap peneliti dapat meminta responden untuk

melengkapinya kembali.

22

5. Setelah semua kuesioner diisi, peneliti mengumpulkan kembali

seluruh kuesioner yang telah disebarkan dengan mengucapkan

terima kasih kepada responden.

6. Data yang diperoleh kemudian didistribusikan dalam bentuk tabel.

7. Kemudian data tersebut dianalisa.

3.6.Variabel dan Defenisi Operasional

3.6.1. Variabel

1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel

terikat yaitu tingkat pengetahuan pasien.

2. Variabel perancu adalah variabel yang tidak di teliti yaitu

motivasi.

3.6.2. Defenisi Operasional

1. Tingkat pengetahuan mahasiswa adalah segala sesuatu yang

diketahui mahasiswa mengenai hal atau sesuatu.

2. Sukrosa merupakan suatu  yang dibentuk dari monomer-

monomernya yang berupa unit  dan  dengan rumus molekul

C12H22O11. Pengertian lain dari sukrosa merupakan gula

pasir biasa.

3. Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak

struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang.

23

3.7. Instrument Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data/instrument yang dipergunakan pada

penelitian ini adalah kuisioner atau angket tertutup yang ditujukan kepada

mahasiswa yang memiliki karies gigi yaitu meliputi pengetahuan

mahasiswa tentang pengaruh makanan sukrosa terhadap terjadinya

karies gigi. Kuisioner yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan

mahasiswa tentang hubungan makanan yang mengandung sukrosa

terhadap terjadinya karies gigi dengan menggunakan 15 kuesioner.

3.8.Metode Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan deskriptif kuantitatif yaitu dengan

membuat uraian secara sistematis mengenai hasil penelitian, kemudian

mendistribusikannya dalam bentuk tabel.

3.9.Hipotesis

Ada pengaruh antara makanan sukrosa yang menyebabkan

terjadinya karies gigi pada mahasiswa Jurusan Keperawatan Gigi di

kampus Poltekkes Kemenkes Makassar.