Proposal KTI BAB I Ratna Zakiah New - Copy

download Proposal KTI BAB I Ratna Zakiah New - Copy

of 26

Transcript of Proposal KTI BAB I Ratna Zakiah New - Copy

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangLebih dari 100 juta wanita di dunia memakai metode AKDR yang memiliki efektifitas lebih dari 99% dalam mencegah kehamilan, namun di Indonesia metode ini kurang diminati karena hanya digunakan oleh sekitar 10,9% akseptor saja ( BKKBN PUSAT, 2003 ). Bila dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya, Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia masih menempati peringkat kelima paling rendah setelah Brunei (2,5). Sementara yang terendah berturut-turut Singapura (4.1), thailand (1,7) dan Vietnam (1,9) yang tertinggi adalah Laos dengan TFR 4,7 ( BKKBN PUSAT, 2005 ). Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 pengendalian jumlah penduduk terus diupayakan pemerintah Indonesia dengan menggalakkan program Keluarga Berencana Nasional, sehingga jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) yang ikut KB mengalami peningkatan dari 60,3 % pada tahun 2006 menjadi 61,4% pada tahun 2007. Program keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi Program Keluarga Berencana tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making Pregnancy

1

2

Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010 adalah bahwa setiap kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan ( Saifudin, 2006 ). Keluarga Berencana adalah Suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (Sarwono,1994). Tujuan Keluarga Berencana adalah 1) Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan Ibu, anak, keluarga dan bangsa, 2) Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa (Mukhtar, 1998). Pada umumnya pilihan kontrasepsi di Indonesia cenderung mengarah kepada penggunaan kontrasepsi hormonal. Berdasarkan laporan rutin BKKBN tahun 2003, 91,9% peserta KB baru memilih kontrasepsi suntikan, pil, dan implant, Sedangkan jumlah peserta KB aktif yang memilih kontrasepsi hormonal adalah 79%. Dari hasil SDKI 2002/2003 wanita menikah yang menggunakan kontrasepsi hormonal adalah 45,3% dari seluruh wanita menikah, sedangkan yang tidak menggunakan hormonal 15% . Ini berarti dari seluruh wanita menikah yang sedang menggunakan kontrasepsi 75,1% diantaranya menggunakan kontrasepsi hormonal. Di Provinsi Riau pengguna AKDR mengalami penurunan dari 10,9% pada tahun 2002-2003 menjadi 5,4% pada tahun 2006. Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kotamadya Pekanbaru tahun 2011 jumlah peserta KB Aktif yaitu

3

sebanyak 24.602. Jumlah yang menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yaitu Implant 65,24%, AKDR sebanyak 45,77% dan Kontap 2,31%. Dari 21 Puskesmas yang ada di Kotamadya Pekanbaru pemakaian AKDR tertinggi berjumlah 2,26% dan terendah berjumlah 0,24% yaitu di Puskesmas Garuda Kecamatan Marpoyan Damai. Berdasarkan laporan rekapitulasi program KB Puskesmas Kecamatan marpoyan Damai tahun 2010 jumlah Akseptor KB Aktif berjumlah 1205 dengan jumlah akseptor suntik 60%, Pil 37,5%, Implan 0,9%, Kondom 0,3% dan AKDR 0,2%. Dari 91 Akseptor KB Aktif di Puskesmas GarudaKecamatan marpoyan Damai tidak ada satupun Akseptor KB yang memilih AKDR sebagai alat kontrasepsi. AKDR merupakan salah satu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), selain Implant dan Kontrasepsi Mantap. AKDR Kontrasepsi yang memiliki efektifitas yang tinggi, reversibel dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun: CuT-380A) mencegah kehamilan (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan). AKDR sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat kapan kontrol, tidak mempengaruhi hubungan seksual dan tidak ada efek samping hormonal. Adapun efek samping yang timbul adalah nyeri, perdarahan dan keputihan (Saifudin,2006). AKDR dapat digunakan pada Ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya: Perokok, pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi, sedang memakai antibiotika atau anti kejang, gemuk

4

ataupun kurus, Ibu yang menyusui karena tidak mempengaruhi kualitas dan volumu ASI ( Manuaba,1998 ). Maka perlu dilakukan upaya untuk lebih mempopulerkan kembali kontrasepsi yang cost effektif salah satu jenis kontrasepsi tersebut adalah AKDR (BKKBN PUSAT, 2004) Tingkat pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan seseorang karna semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka cara untuk mendapat informasi yang lebih banyak tentang alat kontrasepsi dalam rahim , ini sesuai dengan data SDKI 2002-2003 yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu mempengaruhi pengetahuan ibu mengenai Alat Kontrasepsi Dalam Rahim. Sebesar 45% wanita yang tidak sekolah menggunakan cara kontrasepsi modern, sedangkan wanita berpendidikan menengah atau lebih tinggi yang menggunakan cara kontrasepsi modern sebanyak 58%. Jadi, secara umum semakin tinggi tingkat pendidikan wanita, semakin besar kemungkinannya memakai alat/cara KB modern. Persentase pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim berdasarkan tingkat pendidikan menurut SDKI 2002-2003 adalah yang tidak bersekolah 5,8%; tidak tamat SD 5%; tamat SD 4,1%; tidak tamat SLTP 5,1%; SLTP+ 11,6%. Berdasarkan SDKI 2002 2003 menurut tingkat pendidikan pengguna AKDR yang terbanyak adalah tingkat pendidikan yang lebih tinggi

(http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/kedokteran). Pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dan dasar semua tindakan dan usaha (Arikunto, 2002).

5

Pengetahuan ibu akseptor KB mempengaruhi perilakunya dalam pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) sebagai alat kontrasepsi karena ibu dengan pengetahuan tinggi tentu mempunyai perilaku yang berbeda dengan yang berpendidikan rendah karena ibu yang berpendidikan tinggi lebih memilih AKDR sebagai alat kontrasepsinya (http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/kedokteran). Melihat uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Tinjauan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Akseptor KB Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di wilayah kerja Puskesmas Garuda Kecamatan Marpoyan Damai Tahun 2011. 1.2. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Akseptor KB Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Kelurahan Kerumutan Wilayah Kerja Puskesmas Garuda Kecamatan Marpoyan Damai Tahun 2011?.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Akseptor KB Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Puskesmas Garuda

.

6

1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui Tingkat Pendidikan Akseptor KB terhadap pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Puskesmas Garuda Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Marpoyan Damai. 2. Untuk mengetahui Pengetahuan Akseptor KB terhadap pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Puskesmas Garuda Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Marpoyan Damai.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang didapat selama perkuliahan, terutama tentang metode penelitian. 1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi pengembangan ilmu kebidanan. 1.4.3. Bagi Tempat Penelitian Sebagai informasi tentang Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Akseptor KB Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

1.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini membahas Tinjauan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Akseptor KB Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

7

(AKDR) di Puskesmas GAruda Wilayah Kerja Puskesmas Marpoyan Damai Kotamadya Pekanbaru.

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR) 2.1.1. Pengertian 1) Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma (Sarwono, 1999:535). 2) AKDR merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan plastik yang halus berbentuk spiral (Lippes Loop) atau berbentuk lain (Copper T Cu 200, Copper T 220 atau ML Cu 250) unsur tambahan adalah tembaga (cuprum) atau hormon (levonorgestrel) yang dipasang di dalam rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan/paramedik lain yang sudah dilatih.

2.1.2. Jenis AKDR Walaupun di masa lampau AKDR dibuat dalam berbagai bentuk dan bahan yang berbeda-beda, dewasa ini AKDR yang tersedia di seluruh dunia hanya 3 tipe, yaitu : 1. 2. Inert, dibuat dari plastik (Lippes Loop) atau baja antikarat (The Chinese ring). Mengandung tembaga, termasuk di sini TCu 380A, TCu 200C, Multiload (MLCu 250 dan 375) dan Nova T

9

3.

Mengandung hormon steroid seperti Progestasert yang mengandung progesterone dan Levanova yang mengandung levonorgestrel.

2.1.3. Mekanisme Kerja AKDR

1.

Perubahan pada

endometrium yang mengakibatkan kerusakan pada

spermatozoa yang masuk ke dalam rahim. 2. 3. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii. Mempengaruhi fertilisasi ovum mencapai kavum uteri.

Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

2.1.4. Efektivitas AKDR Efektivitas AKDR cukup tinggi untuk mencegah kehamilan dalam jangka waktu lama (dapat sampai 10 tahun : CuT-380A). Kegagalan AKDR berkisar antara 1,5 3 /100 wanita pada tahun pertama (Muchtar). 2.1.5. Keuntungan pemakaian AKDR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Sebagai kontrasepsi efektifitas tinggi AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan Metode jangka panjang Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat Tidak mempengaruhi hubungan seksual Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR ( CuT-380A ) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

10

9.

Dapat di pasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus ( apabila tidak terjadi infeksi )

10. Dapat digunakan sampai menopause ( 1 tahun atau lebih setelah haid terakhir). 11. Tidak ada interaksi dengan obat-obat 12. Membantu mencegah kehamilan ektopik 2.1.6. Kerugian pemakaian AKDR Efek samping yang umum terjadi : 1. 2. Keputihan Perubahan siklus haid ( umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan) 3. 4. 5. Haid lebih lama dan banyak. Perdarahan (spotting) antara menstruasi. Saat haid lebih sakit.

Komplikasi lain : a. b. Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan. Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang memungkinkan penyebab anemia. c. Perforasi dinding uterus ( sangat jarang apabila pemasangannya benar). Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual) termasuk HIV/AIDS. d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan.

11

e.

Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR, penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas.

f.

Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvis: diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan.

2.1.7. Indikasi pemakaian AKDR a. b. c. Usia reproduktif Telah mendapat persetujuan dari suami Pernah melahirkan dan mempunyai anak, serta ukuran rahim tidak kurang dari 5 cm. d. e. f. Telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk sterilisasi. Tidak ingin hamil paling tidak untuk 2 tahun. Dianjurkan sebagai pengganti pil KB bagi akseptor KB yang berumur diatas 30 tahun. g. h. i. j. k. l. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi Resiko rendah dari IMS. Tidak menghendaki metode hormonal

m. Tidak ada kontraindikasi n. AKDR dapat juga digunakan pada ibu dalam segala keadaan misalnya : perokok

12

-

pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi

-

sedang memakai antibiotik atau antikejang gemuk ataupun yang kurus sedang menyusui

2.1.8. Kontraindikasi pemakaian AKDR

a. b. c. d. e. f. g. h.

Diketahui atau dicurigai adanya kehamilan Infeksi panggul (pelvis) yang terus menerus Lecet (erosi) atau peradangan di leher rahim Diketahui atau dicurigai adanya kanker rahim Perdarahan yang tidak normal yang belum diketahui penyebabnya. Perdarahan haid yang hebat Alergi terhadap logam Kelainan rahim (misalnya rahim kecil, endometriosis, polipendometrium) dan kelainan jaringan perut yang menyulitkan pemasangan.

i.

Pernah mempunyai riwayat kehamilan di luar kandungan.

2.1.9. Waktu penggunaan/pemasangan AKDR

AKDR dapat dipasang selama siklus haid selama di yakini klien tidak hamil. Saat optimal untuk memasang AKDR adalah sebagai berikut: 1) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid atau segera setelah berisi menstruasi.

13

2) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam atau setelah 4 minnggu pasca persalinan. 3) Setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL). 4) Setelah menderita abortus (segera atau waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi. 5) Bersamaan dengan sectio sesarea.

2.1.10. Pemeriksaan Ulang AKDR

Setelah pemasangan AKDR perlu dilakukan kontrol medis dengan jadwal:

a. b.

Setelah pemasangan kalau dipandang perlu diberikan antibiotika profilaksis. Jadwal pemeriksaan ulang: 1. 2. 3. Dua minggu setelah pemasangan. 4 sampai 6 minggu pemeriksaan pertama. Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, periksalah benang AKDR secara rutin terutama setelah haid. 4. 5. 6. Tiga bulan setelah pemeriksaan kedua. Setiap enam bulan sampai satu tahun. Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang setelah haid apabila mengalami : kram/kejang di perut bagian bawah. perdarahan (spotting) di antara haid atau setelah senggama. nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual.

14

c. Kembali ke klinik apabila :

-

Tidak dapat meraba benang AKDR Merasakan bagian yang keras dari AKDR. AKDR terlepas. Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan. Adanya infeksi

2.1.11. AKDR dapat dikeluarkan/dihentikan penggunaannya.

a. b. c. d. e. f. g.

Bila ibu menginginkannya. Bila ibu ingin hamil. Bila terdapat efek samping yang menetap atau masalah kesehatan lainnya. Leokorea, sulit diobati dan peserta menjadi kurus. Terjadinya infeksi. Terjadinya kehamilan mengandung bahan aktif dengan AKDR. Pada akhir masa efektif dari AKDR. Misalnya TCu 380A harus dikeluarkan sesudah 8 tahun terpasang (Sarifudin, 2006)

2.2. Pendidikan 2.2.1. Pengertian Pendidikan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya melakukan apa yang bisa dilakukan, secara

15

perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan bila perlu (Depkes). Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat (Notoatmdjo, 2007).

2.2.2. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan yang paling pokok adalah: 1. Terjadinya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat. 2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik, fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. 3. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan (Effendy, 1998).

2.2.3. Pendidikan Pendidikan adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan perilaku melalui pengajaran sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan) dan hubungannya dengan proses belajar tingkat pendidikan, juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persespsi

16

seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide dan tekhnologi baru (Arikunto, 2008) Bahwa tingkat pendidikan seseorang akan menentukan pola pikir dan wawasan, selain itu tingkat pendidikan merupakan bagian dari pengalaman kerja. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan stok modal manusiannya (pengetahuan dan keterampilan) akan semakin meningkat. Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kwalitas manusia. Lewat pendidikan, manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan dan semakin tinggi pendidikan akan semakin berkwalitas (Hurlock, 2002). Lewat pendidikan manusia akan dianggap memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuannya manusia diharapkan dapat dibangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik. Semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan semakin berkwalitas. Jika wanita berpendidikan mereka akan membuat keputusan yang benar dalam memperhatikan kesehatannya (Notoadmojo, 2003). Jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajar dan cara menyajikan bahan pengajaran. Jenjang pendidikan terdiri dari: 1. Pendidikan Dasar Adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan pesera didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

17

Yaitu : SD / sederajat, SMP / sederajat, tidak tamat SMA / sederajat. 2. Pendidikan Menengah Adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial budaya, alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Yaitu : Tamat SMA / sederajat, tidak tamat akademi / perguruan tinggi. 3. Pendidikan Tinggi. Adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan tinggi yang bersifat akademik dan atau profesional sehingga dapat menerapkan, mengembangkan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam rangka

pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan manusia .Yaitu : Akademi / perguruan tinggi (Fuad Ihsan, 2005).

2.3. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya, atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagai besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan,

18

pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain,media massa maupun lingkungan (Notoadmodjo, 2005). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). a. Proses adopsi prilaku Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Terdapat proses adopsi perilaku baru didalam diri seseorang, proses tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: 1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. 2. 3. Interest , yakni orang mulai tertarik pada stimulus. Evaluation (menimbang-nimbang baik dantidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. 5. Trial, orang telah mulai perilaku baru (Notoatmojo, 2007). Adaption, subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. b. Tingkat pengetahuan tingkat kognitif Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan: 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

19

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterupsikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (Aplication) Aplikasikan adalah suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi real (sebenarnya). 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru.

20

6.

Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu di dasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang ada (Notoatmodjo,2007).

21

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Pendidikan AKDR

Pengetahuan

3.2. N o 1 .

Definisi Operasional Variabel Pendidikan Definisi Operasional Pendidikan terakhir yang diselesaikan oleh ibu yang sudah mendapatkan ijazah tamat sekolah. Alat ukur Kuesi oner Cara ukur Hasil Ukur Skala Ukur Ordinal

Check a. A. Dasar : list - Tamat

SD /sederajat. - Tidak tamat/tamat SMP / sederajat - Tidak tamat SMA / sederajat. B. Menengah: - Tamat SMA/sederajat - Tidak tamat akademi / Perguruan Tinggi / sederajat.

22

2 .

Pengetahuan

Pemahaman Ibu terhadap pemilihan AKDR meliputi tahu dan memahami.

Kuesi oner

Check List

C. Pendidikan Tinggi: Akademi / Perguruan Tinggi. - Baik : 76% - 100% mampu menjawab 13-15 pertanyaan dari 15 pertanyaan. - Cukup : 56% - 75% mampu menjawab 10-12 pertanyaan dari 15 pertanyaan. - Kurang : 55% mampu menjawab 9 pertanyaan dari 15 pertanyaan.

Ordinal

23

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitan ini adalah deskriptif yaitu untuk melihat gambaran Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Akseptor terhadap pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Puskesmas Garuda wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Marpoyan Damai. 4.2. Waktu dan tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Juni 2011 s/d agustus 2011. 4.2.2 Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Garuda wilayah Puskesmas Kecamatan Marpoyan Damai Kotamadya Pekanbaru. 4.3. Populasi dan sampel 4.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah Akseptor yang tidak memakai Alat Kontrasepsi Dalam Rahim di Puskesmas Garuda Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Marpoyan Damai dari Januari 2010 Desember 2010 sebanyak 91 Orang Kerja

.

24

4.3.2. Sampel Sampel yang diambil secara acak sederhana (Random Sampling) dimana setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan Rumus Notoatmodjo yaitu: Keterangan :

:

n = Besar Sampel N = Besar Populasi d = Derajat kesalahan yang ditolelir = 0,1

n = n = n = n = 47 Orang

Berdasarkan rumus didapatkan jumlah sampel sebanyak 47 Orang. Kriteria sampel adalah Akseptor KB yang memakai alat kontrasepsi selain AKDR dan bersedia menjadi responden.

25

4.4 . Instrumen Penelitian Kuesioner yang berisikan pertanyaan yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti yaitu gambaran tingkat pendidikan dan pengetahuan Akseptor terhadap pemilihan AKDR. 4.5. Pengumpulan Data Pengumpulan Data secara primer, dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden. Pengumpulan data dilakukan mulai tanggal 01 s/d 28 juli 2011 pada Akseptor yang berkunjung ke Puskesmas Garuda yang tinggal di Wilayah kecamatan Marpoyan Damai. Langkah-langkahnya: Setelah proposal mendapatkan persetujuan dari pembimbing, kemudian penulis meminta surat izin penelitian dari Poltekes. Mendatangi responden Akseptor KB yang tidak memakai AKDR yang berkunjung ke Puskesmas. Memberikan lembar permohonan menjadi responden. Jika responden setuju menjadi responden, meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan. Memberikan lembar kuisioner dan menjelaskan cara pengisian kuisioner pada responden. Jika sampel tidak mencukupi dari 47 orang dilakukan kunjungan rumah.

4.6. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan secara manual, pelaksanaan pengolahan data sebagai berikut:

26

4.6.1. Editing Yaitu memeriksa kelengkapan kuesioner dengan tujuan agar data yang masuk dapat diolah secara benar.

4.6.2. Tabulating Setelah data diolah, data terakhir disusun kemudian ditabulasikan. 4.7. Analisa Data Analisa data dilakukan secara univariat untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat pendidikan dan pengetahuan akseptor terhadap pemilihan AKDR dengan menggunakan tabel distribusi dan frekuensi.