Proposal KTI

download Proposal KTI

of 25

Transcript of Proposal KTI

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Budaya asing yang masuk ke Indonesia bukanlah sesuatu yang selalu bersifat positif tetapi juga bukan hal yang selalu bersifat negatif. Namun penekanannya adalah bagaimana bangsa ini menyikapi segala budaya yang masuk dengan tetap berpegang pada apa yang telah diyakininya sebagai suatu hal yang bersifat prinsipil dan mendasar bagi diri bangsa Indonesia sendiri, sehingga kita tidak akan kehilangan jati diri kita sebagai bangsa dan mengikuti kebudayaan bangsa lain dan pada akhirnya hanya akan menjadi tamu di rumah sendiri (Rahmawati. 2009). Globalisasi berperan terhadap perubahan pola konsumsi masyarakat. Salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi junk food yang banyak mengandung kalori, lemak dan kolestrol namun rendah serat telah menjadi gaya hidup baru di kalangan masyarakat Indonesia. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Health Education Authority (2002), usia 15 34 tahun adalah konsumen terbanyak yang memilih menu. Walaupun di Indonesia belum ada data pasti, keadaan tersebut dapat dipakai sebagai cermin dalam tatanan masyarakat Indonesia, bahwa rentang usia tersebut adalah golongan pelajar dan pekerja muda. Seiring dengan perkembangan teknologi, gaya hidup sedentary (kurangnya aktivitas) semakin meningkat. Tidak sedikit masyarakat yang

2

lebih memilih untuk mengendarai mobil dan motor daripada berjalan kaki atau naik sepeda . Hal ini ditambah pula dengan keterpaparan berbagai media komunikasi yang dapat mengubah perilaku seseorang, termasuk pola konsumsi seseorang yang kini lebih cenderung mengonsumsi makanan cepat saji atau fast food yang tinggi kalori. Aktivitas yang rendah disertai pola makan yang salah dapat menjadi salah satu masalah gizi yang lebih serius (Farhani, 2010) Berdasarkan data market size dibeberapa sektor Industri di Indonesia ( SWA 01/XXIII/Februari 2008) Pada tahun 2008 pertumbuhan industri makanan di Indonesia mencapai 19,4% hal ini mengindikasikan bahwa konsumen makanan fast food semakin meningkat setiap tahunnya. Dari data survey ACNielsen online customer tahun 2007 mendapatkan hasil bahwa 28% masyarakat Indonesia mengonsumsi Fast Food minimal satu minggu sekali 33% diantaranya mengonsumsi saat makan siang. Tidak

mengherankan jika Indonesia menjadi Negara ke 10 yang paling banyak masyarakatnya mengonsumsi makanan fast food. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mahdiah et al ( 2004) Remaja SLTP kota lebih banyak mengkonsumsi jenis fast food karena restoran atau counter fast food di kota menyediakan menu yang lebih banyak dan variatif dibandingkan di desa. Gaya hidup kota yang serba praktis memungkinkan masyarakat modern sulit untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain penyajian yang cepat sehingga tidak menghabiskan

3

waktu lama dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, higienis dan dianggap sebagai makanan bergengsi dan makanan gaul (Irianto,2007). Perubahan dari pola makan tradisional ke pola makan barat seperti fast food yang banyak mengandung kalori, lemak dan kolesterol, ditambah kehidupan yang disertai stress dan kurangnya aktivitas fisik, terutama di kota-kota besar mulai menunjukkan dampak dengan meningkatnya masalah gizi lebih (obesitas) dan penyakit degeneratif seperti jantung koroner, hipertensi dan diabetes miellitus (Hermina, 2003). Konsumsi makanan cepat saji dapat mempengaruhi kualitas diet dan meningkatkan resiko obesitas karena tingginya kandungan lemak dan minimnya serat. Steander et.al (2007) dalam Farhani (2010) menyebutkan sebuah studi di Amerika menemukan bahwa konsumsi makanan cepat saji berhubungan positif dengan peningkatan berat badan. Seseorang yang mengonsumsi makanan cepat saji berhubungan positif dengan peningkatan berat badan. Seseorang yang mengonsumsi makanan cepat saji > 2 kali per minggu berat badannya meningkat 4,5 kg dan 104% meningkatkan resistensi insulin jika dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi makanan cepat saji 1 kali per minggu (Rahmawati,2009) Akademi Kebidanan Bhinneka Jakarta Satu adalah sebuah institusi pendidikan bidan yang terletak di Tanjung barat jakarta selatan mahasiswa akademi kebidanan Bhinneka jakarta satu banyak yang berasal dari luar daerah membuat mereka cenderung memilih makanan fast food sebagai makanan keseharian mereka. Kecenderungan dalam mengkonsumsi fast food

4

yang terlalu sering dapat menimbulkan penyakit degeneratif karena pada umumnya fast food miskin sayuran yang merupakan sumber serat dan terlalu tinggi protein untuk tiap porsinya (Siswono, 2008). Berdasarkan uraian diatas penulis ingin melakukan penelitian tentang faktor faktor yang mempengaruhi kebiasaan mengonsumsi makanan fast food pada mahasiswa Akademi Kebidanan Bhinneka jakarta Satu 1.2 Rumusan Masalah Era globalisasi turut merubah pula pola makan dari tradisional ke pola makan barat seperti fast food yang banyak mengandung kalori, lemak dan kolesterol, ditambah kehidupan yang disertai stress dan kurangnya aktivitas fisik, terutama di kota-kota besar mulai menunjukkan dampak dengan meningkatnya masalah gizi lebih (obesitas) dan penyakit degeneratif seperti jantung koroner, hipertensi dan diabetes mellitus (Hermina, 2003) pemilihan tempat di Akademi Kebidanan Bhinneka Jakarta Satu karena mahasiswa banyak berasal dari luar daerah dan dari suku yang beragam sehingga menarik perhatian peneliti untuk mencari tahu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mahasiswa Akademi Kebidanan Bhinneka Jakarta Satu mengonsumsi fast food.

5

1.3

Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan Fast food pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Bhinneka Jakarta Satu 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui apakah ada hubungannya antara pengetahuan gizi dengan konsumsi fast food pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Bhinneka Jakarta Satu 2. Untuk mengetahui apakah ada hubunganya antara menonton televisi dengan konsumsi fast food pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Bhinneka Jakarta Satu 3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan konsumsi fast food pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Bhinneka Jakarta Satu 4. Untuk mengetahui apakah pendidikan orang tua dengan konsumsi fast food pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Bhinneka Jakarta Satu 5. Untuk mengetahui Apakah ada hubungan antara anggota keluarga dengan konsumsi fast food pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Bhinneka Jakarta Satu

6

1.4

Ruang Lingkup Penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi komsumsi fast food pada mahasiswa Akademi kebidanan Bhinneka Jakarta Satu ini ini direncanakan akan dilakukan pada bulan Mei Juni 2012 di Akademi Kebidanan Bhinneka Jakarta Satu dengan menggunakan data primer melalui kuiseoner dan pengukuran pada Mahasiswa reguler Akdemi Kebidanan Bhinneka Jakarta Satu tahun ajaran 2011/2012

7

BAB II TINJAUAN TEORI2.1 Pola Makan Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih pangan apa yang dikonsumsi sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis dan sosial budaya. Kebiasan makan bukanlah bawaan sejak lahir namun nerupakan hasil belajar. Perubahan kebiasaan makan dapat disebabkan oleh faktor pendidikan gizi, kesehatan, aktivitas, pemasaran, dan distribusi pangan. ( Suhardjo dalam Elegi 2010). Dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti lingkungan budaya, lingkungan alam, serta populasi.

Pola makan dapat diartikan suatu sistem, cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan makan secara sehat. Jadi pola makan juga ikut menentukan kesehatan bagi tubuh kita.

Sedangkan yang dimaksud pola makan sehat adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Dalam pola makan sehari-hari seseorang harus menjaga dan berhubungan dengan kebiasaan kesehariannya.

8

Nutrisi sangat berguna untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit. Selain karena faktor kekurangan nutrisi, akhir-akhir ini juga muncul penyakit akibat salah pola makan seperti kelebihan makan atau makan makanan yang kurang seimbang. Bahkan, kematian akibat penyakit yang timbul karena pola makan yang salah / tidak sehat belakangan ini cenderung meningkat. Penyakit akibat pola makan yang kurang sehat tersebut diantaranya diabetes melitus, hiperkolesterolemia, penyakit kanker, penyakit arteri koroner, sirrhosis, osteoporosis, dan beberapa penyakit kardiovaskuler. (www.tipsku.info diposting pada tanggal 4 Mei 2011 diakses pada tanggal 3 Maret 2012)

2.2

Fast food Fast food adalah makanan yang disiapkan dalam waktu singkat ( kurang dari satu menit setelah pemesanan). Menu yang ditawarkan pada restaurant fast food pada umumnya terbatas, dan sebagian besar sistem pelayanannya berupa self service by the customer ( Yuliati 1998 dalam Elegi 2010 ). Secara umum fast food dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu yang berasal dari luar negeri yang lebih dikenal dengan sebutan fast food modern seperti Mc. Donalds, Kentucky Fried Chicken (KFC), Texas Fried Chicken (TFC), Pizza Hut, A%W, Dunkin Donuts, Popeyes, serta fast food tradisional atau local seperti rumah makan padang, Warung tegal, Bakul Sunda, dan lainnya yang biasa menyediakan makanan seperti pecel lele,

9

ayam bakar, bakso, siomay, gado-gado, ketoprak dan lainnya (Saputra (2000) dalam Kamaeni (2005) dalam Elegi (2010) Sedangkan menurut Rahmadi (2003) makanan cepat saji adalah makanan yang mengandung tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah serat. Kosumsi yang tinggi terhadap makanan cepat saji diduga dapat menyebabkan obesitas karena kandungan dari makanan cepat saji tersebut. Jenis fast food yang biasa dikonsumsi oleh konumen adalah fried chicken, burger, spaghetti dan French fries 2.3 Faktor yang mempengaruhi pola makan 2.3.1 Pengetahuan Gizi Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga .Menurut teori WHO objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Notoatmojo 2003 dalam Elegi 2010). Pentingnya pengetahuan gizi terhadap konsumsi didasari atas tiga kenyataan (1) status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan ; (2) setiap orang hanya akan cukup gizi yang diperlukan jika makanan

10

yang dimakan mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal, pemeliharaan dan energy, (3)ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi ( suhardjo 1996 dalam Elegi 2010) Adanya pengetahuan gizi yang baik merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan sikap dan perilaku seseorang terhadap makanan. Selain itu, pengetahuan gizi mempunyai peranan penting untuk dapat membuat manusia hidup sejahtera dan berkualitas. Semakin jenis banyak dan pengetahuan gizinya yang semakin dipilih

diperhitungkan

kualitas

makanan

dikonsumsinya (Soediaoetomo, 2000).

2.3.2

Aktivitas fisik Aktivitas fisik adalah kegiatan gerak tubuh sebagai hasil kerja otot rangka, yang kemudian menghasilkan sejumlah keluaran

energi. Aktivitas fisik meliputu semua kegiatan sehari-hari termasuk olahraga, kegiatan dirumah, seperti tidur, menonton tv, main computer (Niaga 2010 dalam Elegi 2010). Aktivitas fisik merupakan semua kegiatan yang membutuhkan tenaga. Aktivitas fisik menyebabkan tubuh kelelahan/ kehabisan tenaga sehingga dapat mengganggu kesehatan tubuh. Untuk mengembalikan tenaga

11

perlu istirahat dan makan makanan yang bergizi. Adapun bentukbentuk aktivitas fisik menurut Suryanto (2010) antara lain : Bekerja : membutuhkan otot dan otak : membutuhkan aktivitas fisik seperti menulis, membaca dan berfikir Olahraga : membutuhkan energy/tenaga yang banyak Olahraga dilakukan dengan melihat itensitas latihan (Frekuensi dan lama latihan). Latihan fisik olahraga dengan frekuensi tiga kali seminggu dengan durasi minimal 30 menit membantu untuk mempertahankan kesehatan fisik ( Depkes RI 2002 dalam Elegi 2010). Olahraga yang dilakukan melebihi lima kali seminggu akan menimbulkan berbagai komplikasi baik secara psikologis maupun fisiologis, sering timbul beban mental kalau tidak berolahraga atau timbul cedera pada tungkai bila olahraga cukup berat ( Kusmana (1997) dalam Elegi 2010). Kebiasaan menonton televisi juga mempengaruhi seseorang mengonsumsi fast food

Belajar

Barr-Anderson.D.J dan kawan-kawan pada pubikasinya di International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity 2009, mengungkapkan dengan bahwa kualitas aktivitas pola menonton yang televisi buruk.

dihubungkan

makan

(www.doktersehat.com diposting pada tanggal 9 Februari 2009 diakses pada tanggal 7 Maret 2012 )

12

Analisa dilakukan terhadap 564 pelajar SMP dan 1366 pelajar SMU pada tahun 1998-1999 (Waktu 1) dan pendataan ulang lima tahun kemudian (waktu 2). Responden dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu penonton televisi terbatas (5 jam/hari).

Pada pelajar SMP pada penonton televisi berat saat waktu 1,ditemukan bahwa berkurangnya asupan buah dan meningkatnya konsumsi minuman manis setelah lima tahun. Sedangkan pelajar SMU bila menonton televisi lebih dari lima jam sehari setelah lima tahun mengurangi konsumsi kondumsi buah, sayur, gandum utuh dan makanan kaya kalsium, akan tetapi meningkatkan konsumsi makanan gorengan, makanan cepat saji, produk makanan ringan, dan minuman manis (produk-produk yang umumnya diiklankan di televisi).

Remaja yang menonton terlalu banyak televisi akan menjadi orang tua yang banyak menonton televisi, dan akan terus diberi tayangan iklan makanan yang tidak sehat. Meskipun remaja tahu bahwa banyak makanan yang diiklankan di televisi tidak sehat, mereka mungkin memilih untuk mengabaikannya dan tidak menyadari betul-betul akibatnya, karena pemeran yang mereka lihat memengiklankannya tidak gemuk.

13

2.3.3

Karakteristik Orang Tua 2.3.3.1 Pendidikan orang tua Menurut Soetjiningsih (1994) dalam Elegi (2010) tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap pangan yang dipilih untuk dikonsumsi sehari-hari. Peran ibu biasanya lebih berpengaruh terhadap pembentukan kebiasaan makan anak. Pengetahuan serta kesukaan ibu terhadap jenis-jenis makanan tertentu sangat berpengaruh terhadap hidangan yang disajikan ( Suhardjo, 1989 dalam Elegi, 2010 )

2.3.3.2 Jumlah anggota keluarga Menurut Suhardjo (1996 dalam Elegi 2010) semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka makanan untuk setiap orang akan berkurang. Penelitian di India

menunjukan bahwa konsumsi kalori pada anak-anak dari keluarga yang mempunyai anak lebih dari tiga orang jauh lebih rendah disbanding konsumsi kalori pada anak-anak dari keluarga yang mempunyai anak dari tiga orang anak (Moehji, 1992 dalam Elegi 2010 ) . Sedangkan menurut Berg (1996) kemungkinan kelaparan pada rumah tangga yang mempunyai jumlah anggota keluarga banyak empat kali lebih besar disbandingkan dengan rumah tangga yang mempunyai anggota keluarga sedikit.

14

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka konsep Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitianpenelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005 dalam Alfimita 2010). Dalam penelitian ini penulis membuat kerangka konsep untuk penelitian yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Kerangka konsep Bagan 3.1Faktor Individu Aktivitas fisik Kebiasaan menonton Tv Pengetahuan tentang gizi

Konsumsi Fast Food

Karakteristik Keluarga Pendidikan orang tua Jumlah anggota keluarga

3.2 Definisi Operasional

15

Definisi operasional merupakan suatu definisi yang diberikan peneliti sendiri dan menjelaskan bagaimana peneliti itu mengukur variabel-variabel yang terdapat dalam penelitianya. Sedangkan definisi konsep adalah merupakan definisi menurut para pakar yang telah dituangkan dalam bukubuku teks. Agar lebih jelas tentang pengertian definisi operasional, maka dalam hal ini akan dijelaskan beberapa pengertian definisi operasional menurut para ahli. Kountur (2007) mengatakan bahwa definisi operasional adalah suatu definisi yang memberikan penjelasan atas suatu variabel dalam bentuk yang dapat diukur. Definisi operasional ini memberikan informasi yang diperlukan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Dengan kata lain, definisi operasional adalah definisi yang dibuat oleh peneliti itu sendiri. Suyanto dan Salamah (2009) mengatakan bahwa definisi operasional yaitu konsep atau teori yang dapat diukur (measureable) atau diamati (observable). Tabel 3.2.1 Definisi Operasional Variabel dependent

No.

Variabel Definisi Operasional Dependent Cara Ukur

Alat Hasil Ukur Ukur Frekuansi mengonsumsi makanan cepat saji (seperti fried chicken, kentang goreng, Burger,steak, Pizza, Angket Kuisioner 1. Sering jika ( 2x/ minggu) 2. Tidak sering ( 2x/minggu) ( Elegi, 2010) Ordinal Skala

1.

Kebiasaan Konsumsi Makanan Fast food

16

Spagetti

Tabel 3.2.2 Definisi Operasinal Variabel Independen

No.

Variabel Definisi Operasional Inependent Cara Ukur

Alat Hasil Ukur Ukur Pengetahuan responden mengenai gizi yang diperoleh melalui kuisioner, dengan menjawab pertanyaan yang harus dijawab (Elegi, 2010) Angket Kuisioner 1. Baik : Median 2. Kurang Median (Median = 7 Jawaban benar) (Elegi, 2010) Ordinal Skala

1.

Pengetahuan Gizi

2

Kebiasaan Olahraga

Aktivitas fisik yang dilakukan responden dalam seminggu ( Elegi, 2010)

Angket

Kuisioner

1. Tidak sering ( 3 x Seminggu) 2. Sering ( 3x seminggu) ( Elegi, 2010)

Ordinal

17

3

Waktu menonton Rata-rata jumlah waktu Televisi yang digunakan untuk menonton televisi ( Elegi, 2010)

Angket

Kuesioner 1. Lama ( 2 jam/ hari) 2. Sebentar (2 jam sehari) ( Elegi, 2010)

Ordinal

4

Pendidikan ibu

Tingkat pendidikan terakhir yang diselesaikan oleh ibu responden ( Elegi, 2010)

Angket

Kuesioner 1. Rendah < SMP 2. Tinggi > SMP ( Elegi, 2010)

Ordinal

5

Jumlah anggota keluarga

Banyaknya orang yang tinggal dalam satu rumah dan makan dari satu dapur ( Elegi, 2010)

Angket

Kuesioner 1. Besar Median 2. Kecil < Median (Median = 6 orang) ( Elegi, 2010)

Ordinal

3.3 Hipotesis Hipotesis berasal dari kata hupo dan thesis. Hupo artinya sementara/lemah kebenarannya dan thesis artinya pernyataan/teori. Dengan demikian hipotesis berarti pernyataan yang perlu diuji kebenarannya. Untuk menguji kebenaran sebuah hipotesis digunakan pengujian yang disebut pengujian hipotesis Dalam pengujian hipotesis dijumpai dua jenis hipotesis yaitu hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan antara variabel independen dan dependen

18

sedangkan hipotesis alternatif adalah hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara variabel independen dan dependen. (Hastono, 2006) Dalam penelitian ini adapun hipotesisnya adalah 1. Ho A=B Ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji Ho AB Ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji 2. Ho A=B Tidak ada hubungan antara menonton televisi dengan kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji Ho AB Ada hubungan antara menonton televisi dengan kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji 3. Ho A=B Tidak ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji Ho AB Ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji

19

4. Ho A=B Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji makanan cepat saji Ho AB Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kebiasaan

mengonsumsi makanan cepat saji makanan cepat saji 5. Ho A=B Tidak ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji Ho AB Ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji

20

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1

Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional karena data variabel dependen dan variabel independen dikumpulkan pada waktu yang bersamaan dengan menggunakan kuisioner.

4.2

Lokasi Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Akademi Kebidanan Bhinneka Jakarta Satu yang ada di jalan Tanjung Barat No.1 Jagakarsa Jakarta Selatan yang dilaksanakan dengan pertimbangan pemilihan lokasi karena selama ini belum pernah dilakukan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan mahasiswa mengonsumsi Fast food

4.3

Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Akademi Kebidanan Bhinneka Jakarta Satu dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2012.

4.4

Populasi dan Sampel 4.4.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti. (Notoatmodjo, 2005 dalam Alfiamita 2010) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Akademi Kebidanan Bhinneka Jakarta Satu Jalur Reguler tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 104 orang. 4.4.2 Sampel

21

Sampel adalah sebagian yang diambil dan keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh objek yang ditliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. (Notoatmodjo, 2005 dalam Alfiamita 2010). Rumus pengambilan sampel n = Z1/22.P(1-P) d2 Keterangan : n Z1/22 = Besar sampel yang diinginkan = Melambangkan jarak sekian standar eror dari ratarata yang ditentukan, berdasarkan derajat

kepercayaan yang diinginkan dalam penelitian ini peneliti menetapkan 1,96 untuk derajat

kepercayaan 95% P = Besarnya proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi, maka P = 0,05 (Krisyanto 2002 dalam Elegi 2010) d = Derajat ketepatan yang ditentukan adalah 0,05

Maka jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : n = Z1/22.P(1-P) d2 = 1,962(0,05)(1-0,05) (0.05)2 = 73 orang

22

Dalam penelitian ini, sampelnya adalah 73 orang mahasiswa Akademi Kebidanan Bhinneka Jakarta Satu jalur reguler. 5.1 Pengumpulan Data Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer didapat dengan menggunakan alat berupa kuisioner dengan pertanyaan tertutup yang berhubungan dengan variabel penelitian. Variabel yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi : aktivitas fisik, kebiasaan menonton televisi, pengetahuan tentang gizi, pendidikan orang tua, jumlah anggota dalam keluarga, uang jajan. 6.1 Pengolahan Data dan Analisis Pengolahan data primer dilakukan melalui beberapa tahap antara lain: 1. Coding data Mengklasifikasikan data dan memberi kode masing-masing kelas. 2. Editing data Melakukan kegiatan pemeriksaan kelengkapan data yang ada pada kuisioner baik pada pengisian kuisioner, kesalahan dalam pengisian dan konsistensi jawaban. Editing dilakukan di lapangan untuk mempermudah dalam perbaikan. 3. Tabulating data Pengelompokkan data dalam suatu bentuk tabel menurut sifat yang dimiliki sesuai tujuan penelitian ydan disajikan dalam bentuk narasi atau tabel distribusi frekuensi. 4. Cleaning data

23

Melakukan pembersihan data yang telah dientri dengan melihat hasil dari distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti dan melihat kelogisan.

5. Analisis data meliputi : a. Analisis Univariat yaitu untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan berbagai karakteristik/variabel yang diteliti baik pada variabel bebas maupun variabel terikat. F = _X_ x 100% n Keterangan : F : Rataan hitung dalam % X : Jumlah yang didapat n b. : Jumlah sampel Analisa bivariat yaitu adakah hubungan yang bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen. Uji yang digunakan adalah Chi-Square atau Kai kuadrat (X2) dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan derajat kesalahan = 0,05 Rumus Kai Kuadrat : X2 = (O E ) 2 E

Df = (K 1) (b 1)

Rumus Chi Square untuk tabel 2 x 2

24

X2 =

N (ad bc) 2 (a b).( b d ).( a b).( c d )

Keterangan : X2 : Nilai Chi Square : Penjumlahan : Frekuensi pengamatan : Frekuensi yang diharapkan : Jumlah seluruh sampel a = sel a b = sel b c = sel c d = sel d k = Kolom

O E N

Keputusan uji : (1) Ho gagal ditolak apabila X2 hitung < X2 tabel artinya tidak ada hubungan antara variabel independent dengan variabel

dependen, perhitungan statisitik tidak bermakna. (2) Ho ditolak apabila X2 hitung > X2 tabel artinya ada hubungan antara variabel independent dengan variabel dependen, perhitungan statistik bermakna. Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistic digunakan batas kemaknaan P = ( 0,05 ) sehingga apabila hasil perhitungan statistik : (1) P value < , maka dikatakan Ho ditolak, artinya kedua variabel secara statistic terdapat hubungan bermakna.

25

(2) P value > , maka Ho gagal ditolak, artinya kedua variabel secara statistik tidak ada hubungan bermakna Untuk tabel 2x2 yang pada kolomnya terdapat nilai observasi kurang dari 5 lebih dari 20%,maka digunakan rumus Fisher Exact,yaitu :

Rumus Fisher Exact P=(a b)! (c d )! (a c)! (b d )! N ! a! b!c! d !

Keterangan : P N a, b, c, d : Fisher exact : Total sampel : Jumlah sampel tiap kolom