Proposal PTK Mukhtar Diklat KTI 2012

19
IMPLEMENTASI METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PAI BIDANG FIQIH DI KELAS X SEMESTER 2 SMA NEGERI 2 BOGOR PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) OLEH : MUKHTAR, S.Ag., M.Si NIP. 19720914 200003 1 001 PEMERINTAH KOTA BOGOR DINAS PENDIDIKAN R-SMA-BI NEGERI 2 BOGOR RINTISAN SEKOLAH MENENGAH ATAS BERTARAF INTERNASIONAL Jl. Keranji Ujung 1 Budi Agung Telp. Fax. (0251) 8318761 Kode Pos 16165 Bogor website : www.sman2bogor. sch.id. Email : [email protected]

Transcript of Proposal PTK Mukhtar Diklat KTI 2012

Page 1: Proposal PTK Mukhtar Diklat KTI 2012

IMPLEMENTASI METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN

AKTIFITAS BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN

PAI BIDANG FIQIH DI KELAS X SEMESTER 2 SMA NEGERI 2 BOGOR

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

OLEH :

MUKHTAR, S.Ag., M.Si

NIP. 19720914 200003 1 001

PEMERINTAH KOTA BOGOR

DINAS PENDIDIKAN R-SMA-BI NEGERI 2 BOGOR

RINTISAN SEKOLAH MENENGAH ATAS BERTARAF INTERNASIONAL Jl. Keranji Ujung 1 Budi Agung Telp. Fax. (0251) 8318761 Kode Pos 16165 – Bogor

website : www.sman2bogor.sch.id. Email : [email protected]

Page 2: Proposal PTK Mukhtar Diklat KTI 2012

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor

2

LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

“IMPLEMENTASI METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN

AKTIFITAS BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN

PAI BIDANG FIQIH DI KELAS X SMA NEGERI 2 BOGOR”

BOGOR, 26 NOVEMBER 2012

Mengetahui,

Kapala SMAN 2 Bogor,

Dra. Sri Eningsih, M.Pd

NIP. 19590208 198501 2 001

Peneliti,

Mukhtar, S.Ag., M.Si

NIP. 19720914 2000003 1 001

Page 3: Proposal PTK Mukhtar Diklat KTI 2012

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

IMPLEMENTASI METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN

AKTIFITAS BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN

PAI BIDANG FIQIH DI KELAS X SMA NEGERI 2 BOGOR

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan pekerjaan besar dan bentuk investasi jangka panjang,

sedangkan hasilnya baru dapat dirasakan beberapa puluh tahun kemudian.

Pendidikan bukan sekedar proses alih budaya (transfer of culture) dan alih

pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi sekaligus sebagai proses alih

keterampilan hidup (transfer of life skills) dan alih nilai (transfer of values) (Tim

Peneliti Depag, 2004: 10; Azizy, 2002: 19; Karim, 1991: 27). Sementara fungsi

pendidikan adalah membimbing manusia (siswa) benar-benar menjadi lebih

manusiawi dan fungsional sesuai dengan kodratnya, bertujuan agar pada diri siswa

terjadi perubahan tingkah laku (behavior change) yang komprehensif (Slameto,

2003: 2-3), meliputi pola pikir (cognitive, head), pola sikap (affective, heart), dan

pola tindak/psikomotorik (skill, hand).1

Hal tersebut dapat tercapai jika proses pembelajaran mampu mewujudkan

fungsi dan tujuan pendidikan yang telah digariskan oleh Undang-Undang No. 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pada pasal 3 secara jelas

disebutkan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional yaitu: ”Pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.”

1Menurut konsep pendidikan Islam, pendidikan bukan sekedar membuat orang cerdas dan

terampil, tetapi juga –meminjam istilah Abdul Munir Mulkhan– harus berkesadaran ma’rifat

(bijaksana dan arif), dan ke-wasqit a-an (adil, egalitarian) (Mulkhan, 2002: 166), sehingga–

menurut Abdurrahman Mas’ud–terjadi reformasi pendidikan (islah) untuk membentuk manusia yang

memiliki improvement (ihsān) dan perfectness (istikmāl, insān kāmil) (Ismail, 2000: 157).

Page 4: Proposal PTK Mukhtar Diklat KTI 2012

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor

2

Untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas, penggunaan metode

pembelajaran yang tepat sangat penting karena dengan penggunaan metode yang tepat

ini proses pembelajaran akan lebih efektif dan efesien sehingga tujuan pembelajaran

akan tercapai secara maksimal. Kualitas pembelajaran dapat ditinjau dari sudut proses

yaitu adanya interaksi antar siswa maupun guru yang menciptakan lingkungan belajar

yang bercirikan de-mokrasi serta peran aktif siswa dan guru dalam menentukan apa yang

harus dipelajari dan bagaimana mempelajarainya. Sedangkan kualitas pembelajaran dari

sudut siswa tercermin dari hasil belajar atau prestasi belajar yang diperoleh siswa sebagai

akibat proses belajar yang dilakukan siswa meliputi aspek kognitif, afektif dan

psikomotor. Prestasi belajar bukan sesuatu yang berdiri sendiri, akan tetapi prestasi belajar

merupakan hasil akumulasi dari berbagai pengaruh yang mempengaruhi siswa.

Kualitas pembelajaran dilihat dari sudut kinerja guru tercermin dari bagaimana

guru mampu dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran dan metode yang

digunakan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran. Pemahaman akan adanya

perbedaan individu merupakan suatu hal yang niscaya (necessary being).

Argumentasi ini dibangun karena siswa menurut Sutrisno (2005, 63) memiliki

perbedaan minat (interest), kemampuan (ability), kesenangan (preference),

pengalaman (experience), dan cara belajar (learning style). Siswa tertentu mungkin

lebih mudah belajar dengan cara melihat, ada yang dengan cara mendengar, dan ada

yang belajar dengan cara melakukan (learning by doing). Tipologi cara belajar siswa

ini oleh DePorter dkk. (2001: 166-168) diformulasikan menjadi tiga tipe cara belajar,

yaitu: (1) tipe visual, artinya siswa dapat belajar dengan baik dengan cara melihat;

(2) tipe auditif, artinya siswa dapat belajar dengan baik melalui mendengar; dan (3)

tipe kinestetik, artinya siswa dapat belajar dengan baik melalui gerak atau perbuatan.

Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pelajaran, waktu

belajar, alat belajar, dan cara penilaian, sangat perlu disesuaikan dengan kerakteristik

siswanya

Sementara itu pendidikan kita pada masa ini masih berpusat pada guru, sehingga

aktivitas anak dalam pembelajaran masih rendah, sebagaimana yang dikatakan Nurhadi

dan Senduk (2003: 9) bahwa “kegiatan pendidikan saat ini masih didominasi oleh

pandangan: (1) pengetahuan sebagai rangkaian fakta-fakta yang harus dihafal, (2) kelas

masih terfokus pada guru sebagai sumber utama ilmu pengetahuan, dan (3) ceramah

Page 5: Proposal PTK Mukhtar Diklat KTI 2012

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor

3

menjadi pilihan utama strategi pembelajaran”. Sehingga untuk mengaktifkan dan lebih

memberdayakan siswa, mutlak diperlukan adanya perubahan strategi belajar yang tidak

hanya mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi juga mendorong mereka

mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

Penelitian yang dilakukan oleh Utami Munandar dalam Nashori dan Diana

(2002: 25) menunjukkan bahwa “ada kecenderungan kreatifitas tidak dapat berkembang

secara optimal di kalangan subjek didik Indonesia yang mayoritas beragama Islam”. Hal

ini disebabkan karena pendidikan formal di Indonesia terlalu menekankan pemikiran

yang bersifat konvergen yaitu kemampuan untuk memberikan jawaban satu-satunya

yang tepat sebagaimana diajarkan guru. Siswa jarang sekali dirangsang untuk melihat

satu persoalan dari berbagai sudut yang berbeda. Pemikiran yang bersifat divergen

(memberikan alternatif jawaban yang bermacam-macam terhadap suatu persoalan)

jarang tersentuh, sehingga anak menjadi kaku, kurang terbuka dan toleran terhadap

pandangan yang berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda sering tidak disukai dan

ditolak. Mereka merasa lebih aman terhadap hal-hal yang sudah ada, lama atau

konvensional.

Kondisi tersebut masih diperparah lagi dengan masih diandalkannya metode

pembelajaran yang lebih menitik beratkan pada sistem hafalan, proses pembelajaran

hanya berkutat dalam persoalan menghafal definisi, konsep-konsep, teori dan sebagainya

sehingga tidak banyak ruang gerak bagi siswa untuk melahirkan konsep dan ide sendiri.

Setelah ditelusuri pembelajaran PAI bidang di kelas X SMAN 2 Bogor ini

mengalami beberapa kendala antara lain: materi begitu banyak dan padat sedangkan

waktu yang disediakan terbatas, yaitu 2 jam pelajaran dalam satu minggu, padahal

pembelajaran bidang fiqih yang sangat decbateble tidak hanya sekedar menghafal

sejumlah konsep, pemahaman dan penghayatan terhadap konsep-konsep tersebut akan

tetapi lebih dari itu yaitu berpikir kreatif, analisis dan kritis sehingga pelajaran lebih

bermakna. Selain itu, metode dan strategi yang digunakan dalam pembelajaran dirasa

kurang sesuai, metode yang digunakan belum variatif, sehingga cenderung mematikan

kreatifitas, berpikir kritis dan analisis siswa. Kendala-kendala tersebut di atas

menyebabkan aktivitas belajar siswa rendah dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran

mata pelajaran PAI bidang Fiqih di Kelas X SMAN 2 Bogor kurang bagus dan kurang

memuaskan. Jadi salah satu fakta kendala dalam pembelajaran mata pelajaran PAI

Page 6: Proposal PTK Mukhtar Diklat KTI 2012

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor

4

bidang Fiqih di SMAN 2 Bogor adalah pengembangan metode dan strategi

pembelajaran yang belum sesuai dan variatif seta metode yang belum memberikan

motivasi bagi siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam

pembelajaran. Oleh karena itu, menurut Sanjaya (2007: 17) “seorang guru bukan

hanya tahu tentang what to teach, akan tetapi juga paham tentang how to teach”. Jadi

agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik seorang guru memerlukan tingkat

keahlian yang memadai. Menjadi guru bukan hanya cukup memahami materi yang

harus disampaikan, akan tetapi juga diperlukan kemampuan dan pemahaman tentang

pengetahuan dan keterampilan yang lain, misalnya pemahaman tentang psikologi

perkembangan manusia, pemahaman tentang teori-teori perubahan tingkah laku,

kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar,

kemampuan mendesain strategi dan metode pembelajaran yang tepat, dan lain

sebagainya, agar dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Salah satu upaya untuk

meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa yang harus dilakukan

oleh guru adalah penentuan metode mengajar yang dapat mengakomodasi prinsip-

prinsip kegiatan belajar mengajar.

Argumen tersebut menjadi suatu kenicayaan (necessary being), bahwa dalam

pembelajaran PAI bidang Fiqih, seorang guru perlu melakukan sebuah upaya strategis

untuk meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa. Salah satu upaya

strategis yang dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

dalam pembelajaran Fiqih adalah meliputi proses pemilihan pendekatan, metode,

teknik pembelajaran dan prosedur pembelajaran yang berorientasi pada proses dan

hasil yang berkualitas tinggi. Salah satu metode yang digunakan itu adalah metode

problem solving (pemecahan masalah). Dalam penerapannya metode problem solving

bisa dilakukan antara lain dengan pembelajaran kooperatif, kelompok, dan diskusi.

Metode ini sangat baik untuk diterapkan dalam pendidikan Agama, misalnya:

dalam rangka menanggulangi kenakalan remaja (di bidang akhlak), cara yang paling

efektif dalam pengumpulan zakat, dan masalah-masalah lain di bidang fiqih baik

ibadah maupun mu’amalah. Jadi metode problem solving tidak hanya cocok diterapkan

pada mata pelejaran umum tetapi juga mata pelajaran PAI bidang Fiqih khususnya di

Kelas X-2 Semester 2 SMAN 2 Bogor.

Page 7: Proposal PTK Mukhtar Diklat KTI 2012

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor

5

Materi fiqih tidak semuanya merupakan materi yang baku yang tidak bisa

diperbarui dalam pelaksanaannya, akan tetapi banyak materi fiqih yang membutuhkan

pemikiran baru dalam pelaksanaannya terutama materi fiqih yang berhubungan dengan

kehidupan sosial kemasyarakatan seperti materi fiqih mu’amalah,, zakat, haji, wakaf,

dan sebagainya, untuk mengajarkan materi fiqih yang berhubungan dengan

kehidupan sosial kemayarakatan inilah diperlukan sebuah metode alternatif sehingga

pembelajaran tidak sekedar hafalan tetapi usaha untuk menyelidiki, berpikir kritis,

analisis untuk menemukan sebuah pengetahuan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Implementasi Metode Problem Solving untuk Meningkatkan

Aktivitas Belajar dan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran PAI Bidang Fiqih di

Kelas X SMAN 2 Bogor”.

B. Perumusan dan Pemecahan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan lebih sistematis, lebih terarah dan lebih jelas

ruang lingkup pembahasannya, maka perumusan masalah dalam peneltian ini adalah:

1. Bagaimana aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran PAI bidang Fiqih di Kelas

X-6 Semester 2 SMAN 2 Bogor dengan menggunakan metode problem solving?

2. Bagaimana prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI bidang Fiqih di Kelas

X-6 Semester 2 SMAN 2 Bogor dengan menggunakan metode problem solving?

3. Bagaimana respon siswa terhadap implementasi metode problem solving dalam

mata pelajaran PAI bidang Fiqih di Kelas X-6 Semester 2 SMAN 2 Bogor?

Sebagaimana dimaklum, materi Fiqh merupakan materi yang debatable namun

pleksibel. Karena itu peneliti menyadari betul, setelah dianalisa reklektif penyebab

masalah kemungkinan besar metode dan pendekatan yang peneliti gunakan dalam

pembelajaran kurang sesuai, sehingga akifitas belajar siswa cenderung kurang

perhatian dan prestasi belajarnya tidak meningkat. Sebagai alternatif pemecahan

masalah, peneliti memperbaiki metode pembelajaran dengan menerapkan metode

problem solving (pemecahan masalah) pada mata pelajaran PAI bidang Fiqih di Kelas

X-6 SMAN 2 Bogor sebagai upaya alternatif meningkatkan aktifitas belajar dan

prestasi belajar siswa.

Page 8: Proposal PTK Mukhtar Diklat KTI 2012

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran PAI bidang Fiqih

di Kelas X-6 Semester 2 SMAN 2 Bogor dengan menggunakan metode problem

solving?

2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI bidang Fiqih di

Kelas X-6 Semester 2 SMAN 2 Bogor dengan menggunakan metode problem

solving?

3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap implementasi metode problem solving

dalam mata pelajaran PAI bidang Fiqih di Kelas X-6 Semester 2SMAN 2 Bogor?

D. Hipotesa Tindakan

Hipotesa tindakan dalam penelitian ini adalah: “Implementasi Metode Problem

Solving dapat Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran

PAI bidang Fiqih di Kelas X SMAN 2 Bogor”.

E. Manfaat Penelitian

1. Bahan kajian untuk mendalami dan mengembangkan konsep tentang manfaat

metode pembelajaran problem solving dalam meningkatkan prestasi belajar Fiqih

siswa dan peningkatan aktivitas belajar siswa Kelas X di SMAN 2 Bogor.

2. Memperluas wawasan pengetahuan guru tentang metode pembelajaran problem

solving, sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu pembelajaran PAI pada aspek

Fiqh di Kelas X SMAN 2 Bogor

3. Bahan kajian bagi peneliti berikutnya yang berniat untuk mengadakan penelitian

perangkat pembelajaran untuk pengajaran siswa SMA.

E. Kajian Pustaka

Aktifitas belajar menurut Echols dan Shadily (2000: 10) “aktivitas berasal dari

bahasa Inggris activity yang berarti kegiatan”. Sedangkan belajar adalah perubahan

tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman (Hamalik, 2003: 154).

Jadi yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan baik fisik

maupun mental untuk memperoleh perubahan tingkah laku.

Page 9: Proposal PTK Mukhtar Diklat KTI 2012

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor

7

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 46) “keterlibatan siswa di dalam belajar

jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah

keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian

dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilainilai dalam

pembentukan keterampilan”. Keterlibatan langsung siswa dalam setiap kegiatan atau

aktivitas pembelajaran merupakan keharusan. Karena siswa berperan sebagai subjek dan

sekaligus objek dari kegiatan pembelajaran.

Inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai

suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika siswa

berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan siswa di sini tidak hanya dituntut

dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik siswa yang aktif, tetapi

pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembela-jaran

tidak tercapai. Ini sama artinya siswa tidak belajar, karena siswa tidak merasa-kan

perubahan di dalam dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang

terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa baik berupa kegiatan fisik

maupun mental untuk mencapai tujuan pembelajaran berupa perubahan tingkah laku

berupa pengetahuan maupun kecakapan. Karena itulah, aktifitas belajar siswa menurut

Soemanto (2003: 107) sangat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: “faktor stimuli

belajar, metode belajar, dan faktor individual”.

Sementara prestasi belajar menurut pendapat beberapa ahli pendidikan

diantaranya:

a. Menurut Suryabrata (1998: 32) “Prestasi belajar adalah nilai sebagai rumusan

yang diberikan guru bidang studi mengenai kemajuan atau prestasi belajar selama

masa tertentu”.

b. Menurut Tu’u (2004: 74) “Prestasi belajar adalah pencapaian peserta didik dalam

mengerjakan tugas atau kegiatan pembelajaran melalui penguasaan pengetahuan

atau keterampilan mata pelajaran di sekolah yang biasanya ditunjukkan dengan

nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.

Page 10: Proposal PTK Mukhtar Diklat KTI 2012

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor

8

c. Menurut Sudjana (2005: 45) “prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai

seseorang dalam melakukan proses untuk mendapatkan perubahan tingkah laku

kognitif, afektif, dan psikomotorik”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pres-tasi

belajar adalah hasil yang dicapai atau ditunjukkan oleh siswa-siswa sebagai hasil

belajarnya yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan. Hal ini bisa merupakan

angka, huruf, serta tindakan yang dicapai masing-masing anak dalam waktu tertentu.

Untuk lebih konkritnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa ketika mengikuti dan

mengerjakan tugas pembelajaran di sekolah.

b. Prestasi belajar adalah pencapaian nilai mata pelajaran tertentu berdasarkan

kemampuan siswa dalam aspek pengetahuan, ingatan, aplikasi, analisis, sintesis,

dan evaluasi.

c. Prestasi belajar adalah nilai yang dicapai oleh siswa melalui ulangan atau ujian

yang diberikan oleh guru.

Bentuk preastasi belajar adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada

hakekatnya adalah perubahan tingkah laku siswa setelah proses belajar mengajar,

tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang

kognitif, afektif dan psikomotorik. Oleh karena itu dalam penilaian hasil belajar,

peranan tujuan pembeljaranl yang berisi rumusan kemajuan dan tingkah laku yang

diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar atau acuan penilaian.

Menurut Tohirin (2005: 151), hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku

yang diharapkan meliputi tiga aspek, yaitu:

a. Aspek kognitif, meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan

pengetahuan dan perkembangan keterampilan atau kemampuan yang diperlukan

untuk menggunakan pengetahuan tersebut.

b. Aspek afektif, meliputi perubahan-perubahan dalam segi aspek mental, perasaan

dan kesadaran.

c. Aspek psikomotorik, meliputi perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk

tindakan motorik.

Sejauh penulusuran peneliti, belum ada penelitian yang memfokuskan secara

khusus pada "implementasi metode problem solving dalam pembelajaran Fiqih dengan

Page 11: Proposal PTK Mukhtar Diklat KTI 2012

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor

9

di SMAN 2 Bogor", namun penelitian lain yang berhubungan dangan penelitian ini

telah banyak dilakukan, di antaranya:

“Keefektifan Model Problem Solving, Problem Posing dan CTL dalam

Pembelajaran Matematika Terhadap Hasil Belajar Siswa” oleh Abdul Kodir (2006). Isi

tesisnya menerangkan bahwa dengan model Problem solving, problem posing dan CTL

dalam pembelajaran matematika maka terjadi peningkatan terhadap hasil belajar siswa

di SMAN 3 Brebes.

“Implementasi Pendekatan Kontekstual Berbasis Masalah dalam Pembela-

jaran Sistem Reproduksi sebagai Upaya Penanaman Sikap Positif terhadap Seks dan

Kesehatan Reproduksi” oleh Andri Whiteastuti (2006). Isi tesisnya menerangkan

bahwa Pendekatan Kontekstual Berbasis Masalah (PKBM) efektif dalam pem-

belajaran yang menekankan aspek afektif penanaman sikap. PKBM juga efektif dalam

meningkatkan aspek kognitif dan psikomotorik. Keterampilan memecahkan masalah

dalam PKBM, meliputi: menghadirkan isu-isu aktual tentang masalah seks dan

kesehatan reproduksi di kelas, mengkaitkan konsep-konsep biologi yang di-ajarkan

dengan kehidupan remaja, senantiasa mempertahankan suasana dialogis di dalam

kelas.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Benny Ahmad Benyamin (2003).

“Efektivitas Penggunaan Metode Problem Solving terhadap Peningkatan Motivasi Siswa

dalam Pembelajaran PPKn: Suatu Studi Penelitian Tindakan Kelas di SMUN 1 Cianjur

Melalui Pemberian Simulasi Isu-isu Kontroversial”. Isi tesisnya menjelaskan bahwa sistem

pembelajaran Pendidikan PPKn pada umumnya, sampai saat ini masih didominasi oleh

metode ceramah/ekspositori. Di mana metode ini tidak begitu banyak mengem-bangkan

kemampuan berpikir siswa terutama dalam memecahkan suatu permasalahan. Guru dalam

melaksanakan metode ceramah atau ekspositori masih sering terjebak ke dalam pemberian

hafalan untuk dilatihkan kepada siswanya. Mereka hanya diminta un-tuk menghafal tanggal,

tahun, tempat kejadian, peristiwa dan tokoh sentralnya. Metode pengajaran problem solving

ini, dapat memotivasi siswa dalam belajar PPKn, mengasah pola pikir siswa untuk terbiasa

berpikir kritis-analistis-argumentatif, punya kepekaan sosial yang tinggi serta dapat

memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapinya, baik di masa sekarang maupun di masa

yang akan datang.

Page 12: Proposal PTK Mukhtar Diklat KTI 2012

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor

10

Penelitian di atas membahas tentang penerapan metode problem solving pada

mata pelajaran umum seperti matematika, Biologi dan PPKn, yang menekan-kan pada

upaya peningkatan prestasi, motivasi dan penanaman sikap siswa. Peneliti belum

melihat penerapan metode problem solving dalam pembelajaran Fiqih dan

penggunaannya untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa,

maka dalam penelitian ini peneliti akan meneliti penerapan metode problem solving

dalam mata pelajaran Fiqih untuk peningkatan aktivitas belajar siswa dan prestasi

belajar siswa.

F. Metodologi Penelitian

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X-6 Semester 2 SMAN

2 Bogor Jawa Barat tahun pelajaran 2012-2013, yang berjumlah 34 siswa, dengan

perincian siswa laki-laki sebanyak 18 orang, dan siswa perempuan berjumlah 16

orang. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah pembelajaran mata pelajaran

PAI bidang Fiqih kelas X-6 Semester 2 SMAN 2 Bogor khususnya KD tentang zakat

dan wakaf serta hikmahnya.

2. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 2 Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian,

yakni dari tahap persiapan hingga pelaksanaan penelitian dilakukan selama 1 bulan,

yakni Januari 2013. Adapun pelaksanaan pembelajaran/tindakan akan

diselenggarakan pada semester genap (semester 2), yaitu bulan Februari hingga

Maret 2013 dengan rincian sebagai berikut:

2. Siklus I : dilaksanakan pada tanggal 12, 19, dan 25 Februari 2013.

3. Siklus II : dilaksanakan pada tanggal 5, 12, dan 19 Maret 2013.

3. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan penelitian tindakan kelas yang

kolaboratif dan partisipatorik. Peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai guru

yang menerapkan metode problem solving dalam pembelajaran PAI bidang Fiqih.

Pelaksanaan PTK ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus

Page 13: Proposal PTK Mukhtar Diklat KTI 2012

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor

11

(direncanakan 2 siklus), yang setiap siklusnya terdiri dari 1-3 pertemuan yang

tercakup 4 kegiatan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan

interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi (Arikunto dkk, 2007: 16). Seperti gambar

berikut.

dan seterusnya

Gambar 3.1 Siklus Pelaksanaan PTK

a. Rancangan Siklus I

1. Tahap Perencanaan

Kegiatan-kegiatan pada tahap ini meliputi:

1) Menyiapkan perangkat pembelajaran dan merancang skenario pembelajaran yang

berorientasi pada metode problem solving.

2) Penyiapan sarana dan media pembelajaran seperti buku paket dan berbagai

buku/bahan bacaan lain yang mendukung pembelajaran fiqih.

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan

Pelaksanaan

Refleksi

Refleksi

Page 14: Proposal PTK Mukhtar Diklat KTI 2012

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor

12

3) Menyiapkan pedoman observasi terhadap proses pembelajaran fiqih dengan

metode problem solving, pedoman observasi aktivitas belajar siswa, serta

pedoman penilaian terhadap hasil belajar siswa.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan ini dilakukan oleh guru dengan menerapkan metode

pembelajaran problem solving dan mengacu pada RPP yang telah dibuat. Siklus I ini

terdiri dari 3 kali pertemuan, pertemuan pertama materi pembelajarannya adalah haji

dan hikmahnya dan pertemuan kedua materinya haji dan hikmahnya (lanjutan), dan

pertemuan ketiga materinya adalah zakat dan hikmahya. Pelaksanaan kegiatan pada

tahap ini adalah:

1) Peneliti yang bertindak sebagai pengajar melakukan appersepsi terhadap materi

yang akan diajarkan.

2) Peneliti memberikan penjelasan singkat tentang metode pembelajaran problem

solving yang akan diterapkan kepada siswa.

3) Membagi siswa menjadi delapan kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari

5 orang siswa.

4) Setiap kelompok bekerja untuk memecahkan masalah yang telah ditentukan.

5) Setiap kelompok mempresentasikan hasil pemecahan masalahnya dalam diskusi

kelas dam kelompok lain diberikan kesempatan untuk menanggapinya.

6) Peneliti bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran dari hasil diskusi kelas.

7) Pada akhir siklus diadakan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa.

3. Tahap Observasi

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar

siswa dan pengelolaan pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung

dengan dibantu oleh guru mitra sebagai observer. Peneliti dan guru kolaboran/mitra

melakukan observasi terhadap aktivitas siswa, sedangkan untuk pengelolaan

pembelajaran observasi dilakukan oleh guru kolaboran berdasarkan pedoman

observasi yang telah disiapkan peneliti.

Page 15: Proposal PTK Mukhtar Diklat KTI 2012

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor

13

4. Tahap Analisis dan Refleksi

Analaisis dan refleksi dilakukan oleh peneliti sendiri sebagai guru PAI SMAN

2 Bogor dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa berupa hasil tes belajar dan

hasil observasi berupa hasil observasi aktivitas belajar siswa dan pengelolaan

pembelajaran. Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil

pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tersebut akan diperoleh kesimpulan bagian

atau fase mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan fase mana yang telah

memenuhi target sebagai bahan perbaikan untuk siklus berikutnya.

b. Rancangan Siklus II

Pada siklus kedua dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus pertama

tetapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh

pada siklus pertama (refleksi), sehingga kelemahan-kelemahan yang terjadi pada

siklus pertama tidak terjadi pada siklus kedua. Siklus II ini terdiri dari 3 kali

pertemuan, pertemuan pertama materi pembelajarannya adalah zakat dan hikmahnya

(lanjutan), pertemuan kedua materinya wakaf dan hikmahnya, dan pertemuan ketiga

materinya adalah wakaf dan hikmahya. Pelaksanaan kegiatan pada tahap ini sama

dengan Siklus I dengan memperhatikan hasil refleksi dan perbaikan pada tahap

sebelumnya.

4. Instrumen Penelitian

a. Jenis Instrumen Penelitian

Jenis instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah:

1) Observasi

Observasi merupakan metode penumpulan data yang menggunakan

pengamatan terhadap objek penelitian (Riyanto, 2001: 96). Metode observasi ini

diharapkan dapat mengetahui kondisi riil yang terjadi di lapangan dan mampu

menangkap kenyataan sebanyak mungkin mengenai apa yang terjadi. Metode

observasi ini peneliti gunakan untuk mendapatkan gambaran tentang aktivitas

belajar siswa dan pengelolaan pengajaran dalam proses belajar mengajar.

Page 16: Proposal PTK Mukhtar Diklat KTI 2012

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor

14

2) Angket (kuesioner)

Angket, yaitu menyebar sejumlah pertanyaan tertulis dengan berbagai

alternatif jawaban yang dissiapkan peneliti untuk siswa sebagai bahan

pengumpul data tentang respon siswa terhadap penggunaan metode

dalam pembelajaran.

3) Tes

Metode tes yaitu metode yang instrumen pengumpulan datanya

menggunakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan

untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat

yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2002:127). Tes yang

digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah tes objektif berupa pilihan ganda.

Tes yang peneliti buat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui atau

mengukur prestasi atau hasil belajar siswa sebagai sujek penelitian.

b. Cara Penyusunan Instrumen

Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian yang peneliti buat adalah

sebagai berikut:

a. Merumuskan indikator pembelajaran berdasarkan silabus KTSP

b. Membuat kisi-kisi soal sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator

pembelajaran masing-masing siklus.

c. Menyususn draf soal berdasarkan indikator dan kisi-kisi yang dilengkapi de-ngan

kunci jawaban.

d. Merumuskan indikator aktivitas siswa dan pengelolaan pembelajaran untuk lem-bar

observasi aktivitas belajar siswa dan observasi pengelolaan pembelajaran.

e. Membuat lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi pengelolaan

pembelajaran.

f. Membuat angket yang akan disebar pada siswa senagai subjek penelitian yang

terdiri dari beberapa pertanyaan dan pernyataan untuk mengetahui respon siswa

terhadap penerapan metode problem solving dalam pembelajaran Fiqh.

Page 17: Proposal PTK Mukhtar Diklat KTI 2012

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor

15

5. Teknik Pengumpulan Data

Hasil penelitian berupa data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar. Se-

dangkan data kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan melalui lembar observasi siswa

dan guru serta angket untuk siswa.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif dilakukan se-

cara deskriptif yakni dengan menghitung ketuntasan klasikal dan ketuntasan indi-

vidual dengan rumus sebagai berikut:

a. Hasil Belajar Siswa

Skor dan nilai yang diperoleh siswa dihitung dengan menggunakan rumus

S = R

Keterangan:

S = skor yang diperoleh

R = jawaban yang betul (Arikunto, 2002: 168)

Hasil tes akkhir siklus diperiksa dan diberi skor. Butir tes yang dijawab benar

diberi skor 1 dan untuk tes yang dijawab salah diberi skor nol. Selanjutnya skor

dirubah dalam bentuk nilai dengan rumus

Nilai = %100maksimumskor Jumlah

skorJumlah

Siswa yang memperoleh nilai kurang dari 65 dinyatakan tidak tuntas dan

siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65 dinyatakan tuntas

belajar. Untuk mengukur ketuntasan belajar secara klasikal digunakan rumus

Ketuntasan klasikal = %100siswaseluruh Jumlah

belajar tuntasyang siswaJumlah

Ketuntasan belajar klasikal tercapai apabila prosentasi siswa yang tuntas

belajar atau siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65 jumlah-nya

lebih besar atau sama dengan 85% dari jumlah seluruh siswa di kelas.

Ketuntasan individual, secara individual siswa mencapai ketuntasan jika

siswa mencapai ketuntasan 65 %.

Page 18: Proposal PTK Mukhtar Diklat KTI 2012

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor

16

b. Aktivitas Siswa

Penghitungan tingkat perkembangan aktivitas siswa sebagai hasil analisis

deskriptif kualitatif dari hasil observasi terhadap siswa dan guru dilakukan dengan

rumus.

Nilai = %100xskortotal

skor

Dengan kategori/kriteria penilaian sebagai berikut:

80% - 100% = sangat baik

70% - 79% = baik

60% - 69% = cukup

< 59% = kurang

c. Respon Siswa

Analisisnya dilakukan secara deskriptif kualitatif dari hasil angket yang

disebar dengan perhitungan prosentase.

7. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil optimal dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Indikator kuantitatif adalah siswa mencapai ketuntasan individual (skor ≥ 75)

dan ketuntasan klasikal jika ≥ 85 % dari seluruh siswa mencapai ketuntasan

individual (skor ≥ 75).

2. Indikator kualitatif adalah bilamana aktivitas siswa secara klasikal > 80%.

3. Indikator kualitatif adalah bilamana respon siswa secara klasikal > 85%.

G. Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Jaya.

Arikunto, S, dkk, 2007, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. ke-3.

Page 19: Proposal PTK Mukhtar Diklat KTI 2012

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) @by Mukhtar SMAN 2 Bogor

17

Azizy, A. Qodry, 2002, Pendidikan [Agama] Untuk Membangun Etika Sosial,

Semarang: Aneka Ilmu.

DePorter, Bobbi (et.al), 2001, Quantum Teaching: Mempraktikan Quantum Learning

di Ruang-Ruang Kelas, terj. Ary Nilandari, Bandung: Kaifa.

Echols, John dan Hassan Shadily, 1996, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta:

Gramedia.

Ismail SM dan Abdul Mukti, 2000, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan

Masyarakat Madani, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Karim, M. Rusli, 1991, ”Pendidikan Islam Sebagai Upaya Pembebasan Manusia”,

dalam Muslih Usa (Editor), Pendidikan Islam di Indonesia Antara Cita dan

Fakta, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Majid, Abdul, 2008, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya

Mujiono, Dimyati, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

Mulkhan, Abdul Munir, 2002, Nalar Spiritual Pendidikan (Solusi Problem Filosofis

Pendidikan Islam), Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.

Nashori, Fuad dan Mucharam, Rachmi Diana, 2002. Mengembangkan Kreatifitas

dalam Perspektif Psikologi Islam, Yogyakarta: Menara Kudus.

Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk, 2003, Pembelajaran Contextual (Contextual

Teaching and Learning) dan Penerapannya dalam KBK, Malang: Universitas

Negeri Malang.

Oemar Hamalik, 2003, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,

Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina, 2008, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka

Cipta.

Sumadi Suryabrata, 1998, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sutrisno, 2005, Revolusi Pendidikan di Indonesia, Membahas tentang Metode dan

Teknik Berbasis Kompetensi, Yogyakarta: Ar-ruz.

Tohirin, 2005, Psikologi Pembelajaran Pengajaran Agama Islam (Berbasis Integrasi

dan Kompetensi), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Tulus Tu’u, 2004, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta:

Grasindo.