Proposal Kape 2

67

Click here to load reader

description

kerja praktek

Transcript of Proposal Kape 2

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

PROPOSAL KERJA PRAKTEKPT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KAMOJANGBANDUNG, JAWA BARAT

Dibuat untuk memenuhi persyaratan

permohonan kerja praktek di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang

OLEH:

Wirdawati

(03101403041)

Debora Christina

(03101403056)

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

2013

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KAMOJANG

1. Pelaksana Kerja Praktek :

Nama / NIM

: 1. Wirdawati

(03101403041)

2. Debora Christina

(03101403052)

Jurusan

: Teknik Kimia

Fakultas

: Teknik

Universitas

: Universitas Sriwijaya

2. Tempat Pelaksanaan: PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang, Unit-IV 60 MW Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat3. Waktu Pelaksanaan: Januari 2014 s.d. Maret 2014

Palembang, 12 November 2013

Wirdawati

Debora Christina

NIM. 03101403041

NIM. 0310140306

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Kimia

Dosen Pembimbing,

Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya,

Dr. Ir. Hj. Susila Arita Rachman, DEADr. Ir. H. M. Djoni Bustan, M.Eng

NIP. 196010111985032002

NIP. 195603071981031010BAB I

PENDAHULUAN Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini semakin maju, sehingga mahasiswa sebagai calon tenaga profesional harus memilki bekal yang cukup, tidak saja menguasai ilmu yang bersifat teoritis tetapi mampu juga mengaplikasikan ke kondisi nyata. Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah dalam kurikulum Jurusan Teknik Kimia Universitas Sriwijaya dengan bobot dua Satuan Kredit Semester (SKS). Dalam melaksanakan kerja praktek ini, mahasiswa dapat melihat langsung aplikasi Ilmu Teknik Kimia yang diterapkan dalam suatu pabrik atau industri kimia.

Kerja praktek ini juga diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa sehingga memiliki kemampuan mengenai pengetahuan keteknikan yang lebih terarah, serta mempunyai kemampuan yang lebih cermat dalam membuat suatu perencanaan, perhitungan teknik, mencari solusi dalam permasalahan teknik, memahami pengoperasian maupun mengembangkan teknologi dalam lingkungan pabrik. Untuk mempersiapkan tenaga teknik kimia yang berwawasan luas, maka sangat diperlukan kerjasama yang erat antara perguruan tinggi dengan kalangan praktisi, industri dan bidang-bidang usaha terkait. Hal ini dapat diwujudkan melalui kesempatan untuk melaksanakan kegiatan kerja praktek disuatu pabrik atau industri kimia.

Dalam hal ini, PT. Pertamina Geothermal Energy area Kamojang memiliki visi untuk menjadi perusahaan energi geothermal berstandar dunia, sedangkan misinya adalah melakukan usaha pengembangan energi geothermal secara optimal yang berwawasan lingkungan dan memberi nilai tambah bagi stake holder. Industri ini dinilai sangat tepat untuk melaksanakan kerja praktek sebagai pengaplikasian Ilmu Teknik Kimia dan juga dinilai telah berhasil untuk mengembangkan inovasi teknologi dalam proses mengolah sumber daya energi baru terbarukan berbasis ramah lingkungan. Permasalahan

Pada bangku kuliah, mahasiswa hanya memperoleh pelajaran yang bersifat teori, sehingga ilmu yang diperoleh dirasakan kurang sempurna jika tidak didukung oleh praktek secara langsung di lapangan. Pada Kerja Praktek di PT Pertamina Geothermal Energy ini diharapkan mahasiswa selain dapat mengetahui penerapan ilmu yang didapat selama di bangku kuliah, dapat mengetahui alat industri yang dipakai pada pembangkit listrik tenaga panas bumi serta dapat mengetahui proses pemurnian steam dari pengotor yang dialirkan dari production well menuju turbin pada PT Pertamina Geothermal Energy. Tujuan

Adapun tujuan dan manfaat kerja praktek ini adalah sebagai berikut:Tujuan Kerja Praktek Pengenalan lebih mendalam tentang dunia industri kepada mahasiswa agar mampu menerapkan IPTEK dan kemampuan diri terhadap tuntutan kemajuan dibidangnya yang berperan dalam pemeliharaan dan operasi proses produksi.

Mengetahui aplikasi teori yang diperoleh di kampus dengan penerapannya di lapangan (industri).Mengetahui secara langsung proses produksi pada suatu industri.Dapat memperkenalkan secara spesifik dari peralatan yang digunakan dalam proses industri.Mengetahui proses desulfurisasi pada pretreatment steam sebelum ke proses selanjutnya pada PT. Pertamina Geothermal Energy.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Energi Panas Bumi Energi panas bumi adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan di bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung didalamnya. Panas bumi menghasilkan energi yang bersih dari polusi dan berkesinambungan atau dapat diperbarui. Sumber daya energi panas bumi dapat ditemukan pada air dan batuan panas di dekat permukaan bumi hingga beberapa kilometer di bawah permukaan atau lebih dalam lagi hingga mencapai sumber panas yang ekstrim dari batuan yang mencair atau magma. Untuk menangkap panas bumi tersebut, maka harus dilakukan pemboran sumur seperti yang dilakukan pada sumur produksi minyak bumi. Sumur tersebut menangkap air tanah yang terpanaskan, kemudian uap dan air panas dipisahkan. Uap air panas dibersihkan dan dialirkan untuk memutar turbin. Air panas yang telah dipisahkan dimasukkan kembali ke dalam reservoir melalui sumur injeksi yang dapat membantu untuk menimbulkan lagi sumber uap. Panas bumi mengalir secara kontinyu dari dalam bumi menuju ke permukaan yang manifestasinya dapat berupa: gunung berapi, mata air panas, dan geyser.

Gambar 2.1. Model Sistem Panas BumiSistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistim hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>2250 oC), hanya beberapa diantaranya yang mempunyai temperatur sedang (1502250 oC). Pada dasarnya sistim panas bumi jenis hidrothermal terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung (bouyancy). Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi.

Jenis-Jenis Sistem Geothermal

Siklus Uap Kering (Direct Dry Steam)Pembangkit listrik geothermal dengan siklus uap kering mengambil uap dari bawah tanah dan kemudian dialirkan ke dalam sistem pemipaan secara langsung dari bawah tanah ke turbin di suatu pembangkit. Sistem ini dipakai jika fluida yang dikeluarkan melalui sumur produksi berupa fasa uap. Uap tersebut yang langsung dimanfaatkan untuk memutar turbin dan kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator untuk menghasilkan energi listrik.

Gambar 2.2.1 Skema sistem geothermal siklus uap keringSiklus Uap Hasil Pemisahan (Separated Steam Cycle) Apabila fluida panas bumi keluar dari sumur sebagai campuran fluida dua fasa (fasa uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu dilakukan proses pemisahan pada fluida. Hal ini dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap akan terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari separator inilah yang kemudian dialirkan ke turbin. Oleh karena uap yang digunakan adalah hasil pemisahan maka, sistem konversi energi ini dinamakan Siklus uap hasil pemisahan.

Gambar 2.2.2. Skema sistem geothermal siklus uap hasil pemisahanSiklus Uap Hasil Pemisahan dan Penguapan (Double Flash Steam) Pada sistem ini digunakan dua pemisahan fluida yaitu separator dan flasher dan digunakan komposisi dua turbin yang disusun tandem seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.2.3. Skema sistem geothermal siklus uap hasil pemisahan dan penguapanPLTP sistem Flash Steam merupakan PLTP yang paling umum digunakan. Pembangkit jenis ini memanfaatkan reservoir panas bumi yang berisi air dengan temperatur lebih besar dari 182C. Air yang sangat panas ini dialirkan ke atas melalui pipa sumur produksi dengan tekanannya sendiri. Karena mengalir ke atas, tekanannya menurun dan beberapa bagian dari air menjadi uap. Uap ini kemudian dipisahkan dari air dan dialirkan untuk memutar turbin. Sisa air dan uap yang terkondensasi kemudian disuntikkan kembali melalui sumur injeksi kedalam reservoir, yang memungkinkan sumber energi ini berkesinambungan dan terbaru.

Siklus Uap Hasil Pemisahan dan Penguapan dengan Dua Turbin Terpisah (Flashing Multi Flash Steam) Sistem siklus konversi energi ini mirip dengan sistem double flash, bedanya adalah kedua turbin yang berbeda tekanan disusun secara terpisah, uap dengan tekanan dan temperatur tinggi yang mengandung air dipisahkan di separator agar diperoleh uap kering yang digunakan untuk menggerakkan high pressure turbin. Turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik. Air hasil pemisahan dari separator temperatur dan tekanannya akan lebih rendah dari kondisi fluida di kepala sumur. Air ini dialirkan ke flasher agar menghasilkan uap. Uap yang dihasilkan dialirkan ke low pressure turbin sementara air sisanya dibawa ke condenser.

Binary Cycle Pembangkit listrik geothermal tipe binary cycle bekerja dengan memanfaatkan air panas yang bersuhu 107-182C. Panas yang dimiliki air digunakan untuk mendidihkan suatu cairan tertentu yang biasanya terbuat dari bahan organik dengan titik didih rendah. PLTP sistem Binary Cycle dioperasikan dengan air pada temperatur lebih rendah yaitu antara 107-182C. Pembangkit ini menggunakan panas dari air panas untuk mendidihkan fluida kerja yang biasanya senyawa organik (misalnya iso-butana) yang mempunyai titik didih rendah. Fluida kerja ini diuapkan dengan heat exchanger yang kemudian uap tersebut digunakan untuk memutar turbin. Air kemudian disuntikkan kembali kedalam reservoir melalui sumur injeksi untuk dipanaskan kembali. Pada seluruh proses dalam sistem ini air dan fluida kerja terpisah, sehingga hanya sedikit atau tidak ada emisi udara

Combined Cycle Untuk meningkatkan efesiensi pemanfaatan energi panas bumi di beberapa industri mulai digunakan sistem pembangkit listrik dengan siklus kombinasi. Fluida panas bumi dari sumur dipisahkan fasa-fasanya dalam separator. Uap dari separator dialirkan ke PLTP (turbin ke I), dan setelah itu sebelum fluida di injeksikan ke dalam reservoir, fluida digunakan untuk memanaskan fluida organik yang mempunyai titik didih rendah. Uap dari fluida organik tersebut kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin (turbin ke II).

Well Head Generating Unit Ada dua jenis Well Head Generating Unit, yaitu :

Back Pressure turbine atau turbine tanpa kondensor (Atmospheric exhaust).

Turbin ini tidak dilengkapi dengan kondensor. Uap dari sumur atau uap dari separator dialirkan langsung ke turbin dan setelah digunkan untuk membangkitkan listrik langsung dilepas ke atmosfer.

Turbin yang dilengkapi dengan kondensor (condensing unit).

Turbin ini dilengkapi dengan kondensor. Uap keluaran dari turbin di ubah menjadi kondensat di dalam kondensor.

Cairan kerja tersebut diuapkan di dalam heat exchanger dan digunakan untuk memutar turbin. Air panas yang sudah mengalami penurunan suhu, diinjeksikan kembali ke bawah tanah untuk dipanaskan kembali. Dalam pembangkit tipe ini, air dan cairan kerja dipisahkan selama proses.

Sistem HidrothermalAdanya suatu sistem hidrothermal di bawah permukaan sering kali ditunjukkan oleh adanya manifestasi panasbumi di permukaan (geothermal surface manifestation), seperti mata air panas, kubangan lumpur panas (mud pools), geyser dan manifestasi panasbumi lainnya. Manifestasi panasbumi di permukaan diperkirakan terjadi karena adanya perambatan panas dari bawah permukaan atau karena adanya rekahan-rekahan yang memungkinkan fluida panasbumi (uap dan air panas) mengalir ke permukaan. Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida utamanya, sistem hidrotermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistem satu fase dan sistem dua fase.

Sistem Dua Fase

Sistem dua fase dapat merupakan sistem dominasi air atau sistem dominasi uap. Sistem dominasi uap merupakan sistem yang sangat jarang dijumpai dimana reservoir panas buminya mempunyai kandungan fasa uap yang lebih dominandibandingkan dengan fasa airnya. Rekahan umumnya terisi oleh uap dan poripori batuan masih menyimpan air. Reservoir air panasnya umumnya terletak jauh di kedalaman di bawah reservoir dominasi uapnya.

Sistem Satu FaseSistem satu fase atau sistem dominasi air merupakan sistim panas bumi yang umum terdapat di dunia dimana reservoirnya mempunyai kandungan air yang sangat dominan walaupun boiling sering terjadi pada bagian atas reservoir membentuk lapisan penudung uap yang mempunyai temperatur dan tekanan tinggi.

Fluida Panas Bumi Untuk Pembangkit Listrik Fluida panas bumi bertemperatur tinggi (>2250 oC) telah lama digunakan di beberapa negara untuk pembangkit listrik, namun beberapa tahun terakhir ini perkembangan teknologi telah memungkinkan digunakannya fluida panas bumi bertemperatur sedang (150-2250 C) untuk pembangkit listrik. Selain temperatur, faktor-faktor lain yang biasanya dipertimbangkan dalam memutuskan apakah suatu sumberdaya panasbumi tepat untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik adalah sebagai berikut:

Sumberdaya mempunyai kandungan panas atau cadangan yang besar sehingga mampu memproduksikan uap untuk jangka waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 25-30 tahun.

Sumberdaya panas bumi memproduksikan fluida yang mempunyai pH hampir netral agar laju korosinya relatif rendah, sehingga fasilitas produksi tidak cepat terkorosi. Selain itu hendaknya kecenderungan fluida membentuk scale relatif rendah.

Reservoirnya tidak terlalu dalam, biasanya tidak lebih dari 3 kilometer.

Sumberdaya panasbumi terdapat di daerah yang relatif tidak sulit dicapai.

PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang

Sejarah Singkat PT. Indonesia Power

Pada awal 1990-an, pemerintah Indonesia mempertimbangkan perlunya mengenai sektor ketenagalistrikan. Langkah menuju kesana diawali dengan berdirinya Paiton Swasta 1, yang dipertegas dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 37 Tahun 1992 tentang pemanfaatan sumber dana swasta melalui pembangkit-pembangkit listrik swasta. Kemudian pada akhir 1993, Menteri Pertambangan dan Energi menerbitkan kerangka dasar kebijakan (sasaran & kebijakan pengembangan sub sektor ketenagalistrikan) yang merupakan pedoman jangka panjang mengenai sektor ketenagalistrikan.

Sebagai penerapan tahap awal, pada 1994 PLN diubah statusnya dari Perum menjadi Persero. Setahun kemudian, tepatnya pada 3 Oktober 1995, PT PLN (Persero) membentuk dua anak perusahaan, yang tujuannya untuk memisahkan misi sosial dan misi komersial yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara tersebut. Salah satu dari anak perusahaan itu adalah PT Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali 1, atau lebih dikenal dengan nama PLN PJB 1. Anak perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha komersial pada bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lain yang terkait. Kemudian perusahaan tersebut secara resmi mengumumkan perubahan nama PLN PJB 1 menjadi PT Indonesia Power. Perubahan nama ini merupakan upaya untuk menyikapi persaingan yang semakin ketat dalam bisnis ketenagalistrikan.

Walaupun sebagai perusahaan komersial di bidang pembangkitan baru didirikan pada pertengahan 1990-an, PT Indonesia Power mewarisi berbagai aset berupa pembangkit dan faslitas-fasilitas pendukungnya. Pembangkit-pembangkit tersebut memanfaatkan beragam energi seperti air, batubara, panas bumi dan sebagainya. Namun demikian, dari pembangkit-pembangkit tersebut terdapat pula beberapa pembangkit paling tua di Indonesia seperti PLTA Plengan, PLTA Ubrug, PLTA Ketenger dan sejumlah PLTA lainnya yang dibangun pada tahun 1920-an dan sampai sekarang masih beroperasi. Dari sini dapat dipandang bahwa secara sejarah pada dasarnya usia PT Indonesia Power sama dengan keberadaan listrik di Indonesia. Pembangkit-pembangit yang dimiliki oleh Indonesia Power dikelola dan dioperasikan oleh 8 unit Bisnis Pembangkitan: Priok, Suralaya, Saguling, Kamojang, Mrica, Semarang, Perak & Grati dan Bali. Secara keseluruhan, Indonesia Power memiliki daya mampu sebesar 7.522 MW. Ini merupakan daya terbesar yang dimiliki oleh sebuah perusahaan pembangkitan di Indonesia.

Sesuai dengan tujuan pembentukannya, PT Indonesia Power menjalankan bisnis pembangkit tenaga listrik sebagai bisnis utama di Jawa dan Bali. Pada tahun 2004. Dengan faktor kapasitas (rata-rata 58%) maupun daya mampu pembangkit, dapat mencerminkan kemampuan pembangkit PT Indonesia Power dalam menopang sistem ketenaga listrikan pada Sistem JAMALI (Jawa Madura Bali). Kapasitas Pembangkit dari masing-masing unit dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 2.6. Kapasitas Pembangkitan PT Indonesia PowerNo. Unit bisnis pembangkit Daya juni 2006 (mw)

1. Suralaya 2.962

2. Priok 1.081

3. Saguling 792

4. Kamojang 321

5. Mrica 306

6. Semarang 1.043

7. Perak-Grati 675

8. Bali 342

Total Indonesia Power 7.522

Gambar 2.6.1.1. UBP Suralaya

Gambar 2.6.1.2. UBP Priok

Gambar 2.6.1.3. UBP Kamojang

Gambar 2.6.1.4. UBP Mrica

Gambar 2.6.1.5. UBP Semarang

Gambar 2.6.1.6. UBP Perak-Grati

Gambar 2.6.1.7. UBP Bali

Lokasi dan Denah PLTP Kamojang

Unit Bisnis Pembangkit Kamojang berada di daerah perbukitan sekitar 1500 meter dari permukaan laut dan 42 Km ke arah tenggara kota Bandung. Kontur permukaan dan letak geografis mendukung kualitas atau mutu uap yang dihasilkan. Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Kamojang merupakan yang terbaik di Indonesia, karena uap yang dikeluarkan sangat kering

PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembagkitan Kamojang berlokasi di Kampung Pangkalan Desa Laksana Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat dengan alamat perusahaan yaitu komplek perumahan PLTP Kamojang kotak pos 125 Garut 44101. Gambar 2.6.2. menunjukkan denah lokasi kawasan PLTP Kamojang.

Gambar 2.6.2. Denah lokasi kawasan PLTP Kamojang

Ruang Lingkup Kegiatan PT. Indonesia Power UBP Kamojang

Kegiatan eksplorasi di Kamojang yaitu dimulai sejak zaman pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Kegiatan eksplorasi tersebut berlangsung lebih dari 25 tahun. Eksplorasi pertama kali dilakukan oleh pemerintahan Hindia Belanda yaitu pada tahun 1926 sampai dengan tahun 1928, dengan menghasilkan sumur yang bernama KMJ-3 yaitu dengan kedalaman 66 meter dengan keluaran uap kering pada suhu 14000C, dan bertekanan 2,5 atmosfer (atm). Pada tahun 1971-1979 Geothermal Survey of Indonesia yang bekerja sama dengan New Zealand Geothermal Project kembali melakukan pemboran sebanyak 14 sumur eksplorasi. Pada tahun 1978 energi panas bumi Kamojang untuk pertama kalinya menghasilkan energi listrik sebesar 0,25 MW dan diresmikan pengoperasiannya oleh Menteri Pertambangan dan Energi, Prof. DR. Subroto.

Selanjutnya, pada tahun 1979 2003 kembali dilakukan pengeboran sumur pengembangan dan produksi, kemudian pada 7 februari 1983, PLTP Kamojang Unit 1 dengan kapasitas 30 MW ditetapkan secara resmi oleh Presiden RI Soeharto sebagai lapangan panas bumi pertama di Indonesia, dilanjutkan dengan peresmian PLTP Unit 2 & 3 (2 x 55 MW) pada tahun 1988 dilanjutkan kemudian pada tahun 2003 - 2007 dengan PLTP Unit 4(60MW). Total kapasitas PLTP Kamojang saat ini sebesar 200 MW, terdiri atas empat unit yakni PLTP Unit 1 dengan produksi 30 MW, unit 2 dan 3 masingmasing kapasitas 55 MW, serta PLTP unit 4 sebesar 60 MW. Keseluruhan energi listrik yang dihasilkan PLTP Kamojang dialirkan guna mendukung sistem transmisi (interkoneksi) Jawa-Bali.

Pengembangan potensi panas bumi di Kamojang terus dilakukan pemerintah untuk mengoptimalkan potensi yang ada dengan mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM No. 02 Tahun 2010 Tentang Daftar Proyek-Proyek Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Tahap II serta transmisi terkait, dengan merencanakan pengembangan PLTP Kamojang unit 5 (40 MW) dan unit 6 (60 MW). Dan disusul dengan sub yang lain yaitu Unit Bisnis Pembangkitan Darajat yang diselesaikan pada tahun 1993, dan sub UBP Gunung Salak yang terdiri dari unit I ( pada tahun 1994 ), unit II (pada tahun 1995), dan unit III (pada tahun1997).

Fasilitas Pabrik PLTP Kamojang

Di PLTP kamojang memiliki beberapa alat yang perannya sangat penting dan saling berkaitan, yaitu :

Steam Receiving Header

Alat ini merupakan suatu tabung yang memiliki diameter 1800 mm. Dan memiliki panjang 19500 mm yang memilki fungsi sebagai pengumpul uap sementara dari beberapa sumur produksi sebelum didistribusikan menuju turbin. Alat ini juga dilengkapi dengan sistem pengendalian kestabilan tekanan (katup) dan rufture disc yang berfungsi sebagai pengaman dari tekanan lebih dalam sistem aliran uap. Dengan adanya steam receiving header ini maka pasokan uap tidak akan mengalami gangguan meskipun terdapat perubahan pasokan uap dari sumur produksi.

Gambar 2.6.4.1. Steam Receiving HeaderVent Structure

Alat ini merupakan pelepas uap dengan peredam suara. Vent structure ini terbuat dari beton bertulang berbentuk bak persegi panjang, bagian bawahnya disekat dan bagian atasnya diberi tumpukan batu agar pada saat pelepasan uap ke udara tidak mencemari lingkungan. Dengan menggunakan nozzle diffuser maka getaran dan kebisingan dapat diredam. Vent structure dilengkapi dengan katup-katup dengan sistem kerjanya pneumatic. Udara bertekanan yang digunakan untuk membuka untuk membuka dan menutup katup diperoleh dari dua buah kompresor yang terdapat di dalam rumah vent structure. Pengoperasian vent structure dapat dioperasikan dengan cara manual ataupun otomatis (system remote) yang dapat dilakukan dari panel ruangan kontrol (control room). Adapun fungsi dari vent structure adalah sebagai berikut:

Sebagai pengatur tekanan ( agar tekanan uap masuk turbin selalu konstan),

Sebagai pengaman yang akan membuang uap bila terjadi tekanan lebih di steam receiving header, Membuang kelebihan uap jika terjadi penurunan beban atau unit stop.

Gambar 2.6.4.2. Vent StructureSeparator

Separator merupakan suatu alat yang berfungsi untuk memisahkan zat-zat padat, silika, dan zat lain yang bercampur dengan uap yang masuk ke dalam separator. Separator yang dipakai adalah jenis cyclone berupa silinder tegak dimana pipa tempat masuknya steam dirancang sedemikian rupa sehingga membentuk arah aliran sentrifugal. Uap yang masuk separator akan berputar akibat adanya perbedaan berat jenis, maka kondensat dan partikel-partikel padat yang ada dalam aliran uap akan terpisah dan jatuh ke bawah dan ditampung dalam dust collector sampai mencapai maksimum atau sampai waktu yang telah ditentukan. Sedangkan uap yang lebih bersih akan keluar melalui pipa bagian atas dari separator. Kotoran yang ada dalam dust collector di -drain secara berkala baik otomatis ataupun manual. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya korosi, erosi dan pembentukan kerak pada turbin.

Gambar 2.6.4.3. separatorDemister

Alat ini berbentuk tabung silinder yang berukuran 14.5 m3 didalamnya terdapat kisi-kisi baja yang berfungsi untuk mengeliminasi butir - butir air yang terbawa oleh uap dari sumur-sumur panas bumi. Di bagian bawahnya terdapat kerucut yang berfungsi untuk menangkap air dan partikel - partikel padat lainnya yang lolos dari separator, sehingga uap yang akan dikirim ke turbin merupakan uap yang benar-benar uap yang kering dan bersih. Karena jika uap yang masuk ke turbin tidak kering dan kotor, akan menyebabkan terjadinya vibrasi, erosi dan pembentukkan kerak pada turbin. Uap masuk dari atas demister langsung menabrak kerucut, karena perbedaan tekanan dan berat jenis maka butiran air kondensat dan partikel - partikel padat yang terkandung dalam di dalam uap akan jatuh. Uap bersih akan masuk ke saluran keluar yang sebelumnya melewati saringan terlebih dahulu dan untuk selanjutnya diteruskan ke turbin. Demister ini dipasang pada jalur uap utama setelah alat pemisah akhir (final separator) yang ditempatkan pada bangunan rangka besi yang sangat kokoh dan terletak di luar gedung pembangkit.

Gambar 2.6.4.4. Demister Turbin

Hampir di semua pusat pembangkit tenaga listrik memiliki turbin sebagai penghasil gerakkan mekanik yang akan diubah menjadi energi listrik melalui generator. Turbin yang digunakan disesuaikan dengan keadaan dimana turbin tersebut digunakan. Pada sistem PLTP Kamojang mempergunakan turbin jenis silinder tunggal dua aliran (single cylinder double flow) yang merupakan kombinasi dari turbin aksi (impuls) dan reaksi. Yang membedakan antara turbin aksi dan reaksi adalah pada proses ekspansi dari uapnya. Pada turbin aksi, proses ekspansi (penurunan tekanan) dari fluida kerja hanya terjadi di dalam baris sudu tetapnya saja, sedangkan pada reaksi proses dari fluida kerja terjadi baik di dalam baris sudu tetap maupun sudu beratnya.

Turbin tersebut dapat menghasilkan daya listrik sebesar 55 MW per unit aliran ganda dengan putaran 3000 rpm. Turbin ini dirancang dengan memperhatikan efisiensi, dan performanya disesuaikan dengan kondisi dan kualitas uap panas bumi. Turbin di PLTP Kamojang dilengkapi dengan peralatan bantu lainnya, yaitu:

Turbin Valve yang terdiri dari Main Steam Valve (MSV) dan Governor Valve, yang berfungsi untuk mengatur jumlah aliran uap yang masuk ke turbin.

Turning Gear (Barring Gear) yang berfungsi untuk memutar poros turbin pada saat unit dalam kondisi stop atau pada saat pemanasan sebelum turbin start agar tidak terjadi distorsi pada poros akibat pemanasan / pendinginan yang tidak merata.

Peralatan pengaman, yang berfungsi untuk mengamankan bagian-bagian peralatan yang terdapat dalam turbin jika terjadi gangguan ataupun kerusakan operasi pada turbin. Peralatan pengaman tersebut adalah : Eccentricity, Differential Expansion, tekanan minyak bantalan aksial, vibrasi bantalan, temperature metal bantalan, temperature minyak keluar bantalan, over speed, emergency hand trip.

Gambar 2.6.4.5. Turbin

Generator

Generator adalah sebuah alat yang berfungsi untuk merubah energi mekanik putaran poros turbin menjadi energi listrik. PLTP kamojang mempergunakan generator jenis hubung langsung dan didinginkan dengan air, memiliki 2 kutub, 3 fasa, 50 Hz dengan putaran 3000 rpm. Sistem penguatan yang digunakan adalah rotating brushless type AC dengan rectifier, sedangkan tegangannya diatur dengan automatic voltage regulator (AVR). Kemampuan generator maksimum untuk unit 1 adalah 30 MW, sedangkan untuk unit 2 dan 3 adalah 55 MW.

Generator akan menghasilkan energi listrik bolak balik sebesar 11,8 kV ketika turbin yang berputar dengan putaran 3000 rpm mengkopel terhadap generator. Perputaran pada generator tersebut akan menghasilkan perpotongan gaya gerak magnet yang menghasilkan energi listrik.

Gambar 2.6.4.6. Generator

Trafo Utama

Trafo utama yang digunakan adalah type ONAN dengan tegangan 11,8 KV pada sisi primer dan 150 KV pada sisi sekunder. Tegangan output generator 11,8 KV ini kemudian dinaikkan ( Step Up Trafo ) menjadi 150 KV dan dihubungkan secara paralel dengan sistem Jawa - Bali. Kapasitas dari trafo utama adalah 70.000 KVA.

Gambar 2.6.4.7. Main TrasformerSwitch Yard Switch yard adalah perangkat yang berfungsi sebagai pemutus dan penghubung aliran listrik yang berada di wilayah PLTP maupun aliran yang akan didistribusikan melalui sistem inter koneksi Jawa-Bali .

Gambar 2.6.4.8. Switch YardKondensor

Kondensor adalah suatu alat untuk mengkondensasikan uap bekas dari turbin dengan kondisi tekanan yang hampa. Uap bekas dari turbin masuk dari sisi atas kondensor, kemudian mengalami kondensasi sebagai akibat penyerapan panas oleh air pendingin yang diinjeksikan melalui spray nozzle. Uap bekas yang tidak terkondensasi dikeluarkan dari kondensor oleh ejector. Ejector ini juga berfungsi untuk mempertahankan hampa kondensor pada saat operasi normal dan membuat hampa kondensor sewaktu start awal. Air kondensat dipompakan oleh dua buah pompa pendingin utama (Main Cooling Water Pump) ke menara pendingin (Cooling Tower) untuk didinginkan ulang sebelum disirkulasikan kembali ke kondensor.

Pada saat sedang operasi normal, tekanan dalam kondensor adalah 0,133 bar, dan kebutuhan air pendingin adalah 11.800 m3/jam. PLTP Kamojang menggunakan kondensor kontak langsung yang dipasang dibawah turbin, karena kondensor kontak langsung memiliki efisiensi perpindahan panas yang jauh lebih besar daripada kondensor permukaan, sehingga ukuran dan biaya investasinya juga lebih kecil. Pemakaian kondensor ini sangat cocok karena pembangkit listrik tenaga panas bumi memiliki siklus terbuka sehingga tidak diperlukan sistem pengambilan kembali kondensat seperti yang dilakukan oleh PLTU konvesional.

Gambar 2.6.4.9. KondensorMain Cooling Water Pump (MCWP)

Main Cooling Water Pump (MCWP) adalah pompa pendingin utama yang berfungsi untuk memompakan air kondensat dari kondensor ke cooling tower untuk kemudian didinginkan. Jenis pompa yang digunakan di PLTP Kamojang adalah Vertical Barriel type 1 Stage Double Suction Centrifugal Pamp, dengan jumlah dua buah pompa untuk setiap unit.

Gambar 2.6.4.10. MCWP (main cooling water pump)Cooling Tower

Cooling tower (menara pendingin) yang terpasang di PLTP Kamojang merupakan bangunan yang terbuat dari kayu yang telah diawetkan sehingga tahan air. Terdiri dari 3 ruang dan 3 kipas untuk unit 1, sedangkan untuk unit 2 dan 3 terdiri dari 5 ruang dengan 5 kipas hisap paksa. Jenis yang digunakan adalah Mechanical Draught Crossflow Tower. Air yang dipompakan dari kondensor didistribusikan kedalam bak (Hot Water Basin) yang terdapat di bagian atas cooling tower. Bak tesebut juga dilengkapi dengan noozle yang berfungsi utuk memancakan air sehingga menjadi butiran butiran halus dan didinginkan dengan cara kontak langsung dengan udara pendingin. Setelah terjadi proses pendinginan, air akan turun karena gaya gravitasi untuk seterusnya menuju bak penampung air (Cool Water Basin) yang terdapat di bagian bawah dari cooling tower dan seterusnya dialirkan ke kondensor yang sebelumnya melewati 4 buah screen untuk menyaring kotorankotoran yang terdapat dalam air. Aliran udara yang melewati tiap ruang pendingin dihisap ke atas dengan kipas hisap paksa tipe aksial. Setiap kipas digerakkan oleh motor listrik induksi dengan perantaraan gigi reduksi (Reduction Gear). Cooling tower dilengkapi dengan sistem pembasah (Wetting Pump System) yang gunanya untuk memompakan air dari cool water basin dan disemprotkan ke semua bagian dari cooling tower agar kondisi kayu tetap basah.

Gambar 2.6.4.11. Cooling Tower

2.6.5. Prinsip Kerja PLTP Kamojang

Gambar 2.6.5. Diagram alir PLTP Kamojang

Uap dari sumur produksi mula-mula dialirkan kesteam receiving header(1), yang berfungsi menjamin pasokan uap tidak akan mengalami gangguan meskipun terjadi perubahan pasokan dari sumur produksi. Selanjutnya melaluiflowmeter(2)dialirkan ke separator (3) dan demister (4) untuk memisahkan zat-zat padat, silika dan bintik-bintik air yang terbawa didalamnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya vibrasi, erosi, dan pembentukan kerak pada sudu dannozzle turbine.

Uap yang telah bersih itu dialirkan melaluimain steam valve/electric control valve/governor valve(5)menuju keturbine (6). Di dalam turbine, uap tersebut berfungsi untuk memutardouble flow condensingyang dikopel dengan generator(7), pada kecepatan 3000 rpm. Proses ini menghasilkan energi listrik dengan arus 3 phase, frekuensi 50 Hz, dan tegangan 11,8 kV. Melalui step-up transformer(8), arus listrik dinaikkan tegangannya hingga 150 kV, selanjutnya dihubungkan secara paralel dengan sistem penyaluran(9).

Agar turbin bekerja secara efisien, makaexhaust steamyang keluar dari turbin harus dalam kondisi vakum (0,10 bar), dengan mengkondensasikan uap dalamcondenser(10)kontak langsung yang dipasang di bawah turbine.Exhaust steamdari turbin masuk dari sisi atas condenser, kemudian terkondensasi sebagai akibat penyerapan panas oleh air pendingin yang diinjeksikan lewatspray-nozzle. Level kondensat dijaga selalu dalam kondisi normal oleh dua buahcooling water pump(11), lalu didinginkan dalamcooling water(12)sebelum disirkulasikan kembali.

Untuk menjaga kevakumancondenser,gas yang tak terkondensasi harus dikeluarkan secara kontinyu oleh sistem ekstraksi gas. Gas-gas ini mengandung: CO285-90% wt; H2S 3,5% wt; sisanya adalah N2dan gas-gas lainnya. Sistem ekstraksi gas terdiri atasfirst-stagedansecond-stage(13)sedangkan di pada PLTP yang lain dapat terdiri dariejectordanliquid ring vacuum pump.Sistem pendingin di PLTP merupakan sistem pendingin dengan sirkulasi tertutup dari air hasil kondensasi uap, dimana kelebihan kondensat yang terjadi direinjeksi ke dalam sumur reinjeksi(14). Prinsip penyerapan energi panas dari air yang disirkulasikan adalah dengan mengalirkan udara pendingin secara paksa dengan arah aliran tegak lurus, menggunakan 5forced draft fan.Proses ini terjadi di dalamcooling water.

Sekitar 70% uap yang terkondensasi akan hilang karena penguapan dalamcooling water,sedangkan sisanya diinjeksikan kembali ke dalamreservoir(15). Reinjeksi dilakukan untuk mengurangi pengaruh pencemaran lingkungan, mengurangiground subsidence, menjaga tekanan, serta recharge water bagi reservoir. Aliran air dari reservoir disirkulasikan lagi olehprimary pump(16). Kemudian melaluiafter condenserdanintercondenser(17)dimasukkan kembali ke dalam reservoir.

Adapun sebagai pendukung pusat listrik tenaga uap ini digunakan beberapa alat bantu(auxiliary equipments)untuk membantu proses siklus turbin uap berjalan dengan baik, seperti:

Sistem pelumas(lube oil system).Sistem pendingin(cooler system).Sistem udara kontrol(air control system).Sistem udara servis(air service system).Sistem hidrolik(hydraulic system).Sistem udara tekan(air pressure system).Desulurisasi

Sulfur

Sulfur atau belerang dalam ilmu kimia disimbolkan dengan hurup S yang memiliki massa atom 32. Kandungan sulfur yang paling banyak di alam terdapat di perut bumi pada batuan sedimen sekitar 8 x 109 kg. Sedangkan di atmosfer sulfur berada dalam bentuk senyawanya seperti SO2, H2S, SO3 dan sebagainya. Di alam sulfur akan lebih stabil dalam bentuk senyawa sulfat (SO42-). Di atmosfer terjadi reaksi-reaksi oksidasi dari SO2 menjadi SO3 selanjutnya menjadi sulfat. Di litosfor terjadi reaksi reduksi dan oksidasi dari berbagai senyawa sulfur dengan bantuan mikroorganisma. Seperti contoh apabila di dalam tanah (litosfir) terdapat bakteri maka senyawa organik hidrosulfida akan terdekomposisi menjadi produk hidrogen sulfida seperti pada reaksi berikut ini :

Dimana R-SH adalah senyawa organik hidrosulfida dan RH adalah senyawa organik. Pembentukan senyawa sulfat dapat terjadi apabila ada aksi dari mikroorganisma di dalam tanah, sediment, dan saluran air melalui reaksi oksidasi sebagai berikut :

Sulfur dioksida (SO2) di atmosfir teroksidasi dengan berbagai mekanisme yang melibatkan interaksi gas-gas yang berbentuk spesi-spesi radikal bebas (free radicals) disebut dengan oksidasi homogen (homogenous oxidation). Mekanisme reaksi oksidasi homogen tersebut adalah sebagai berikut :

Spesi radikal bebas dapat terbentuk di atmosfir dengan melibatkan potolisis dimana sebuah ikatan kovalen putus / rusak oleh absorpsi radiasi sinar matahari (solar). Bagian ultraviolet dari spektrum solar terlibat dalam reaksi pembentukan spesi radikal bebas seperti reaksi di bawah ini :

Selain mekanisme di atas, mekanisme sulfur oksida di atmosfir bisa dalam bentuk larutan dimana dapat terjadi dengan atau tanpa adanya katalis yang disebut dengan reaksi oksidasi heterogen (heterogenous oxidation). Mekanisme reaksi oksidasi heterogen tersebut adalah sebagai berikut :

atau alternatif lain

Bergantung pada jumlah embun atau uap lembab di atmosfir, 20 80% sulfur dioksida yang terpancarkan ke udara dioksidasi menjadi sulfat dan sebagian dipindahkan dengan bentuk dry deposition. Sulfat mempunyai kecepatan pengendapan relative rendah dan sebagian dipindahkan menjadi wet deposition.

Gambar 2.7.1. Beberapa aseptor elektron pada berbagai kondisi lingkungan alamBeberapa mekanisme siklus sulfur dan pembentukan senyawanya terjadi pada berbagai kondisi seperti kondisi air laut (marine), air tawar (fresh-water), dan tanah (soils) seperti pada gambar 1. Pada kondisi air laut akan terjadi mekanisme pembentukan senyawa logam sulfida (FeS + FeS2) pada sedimennya. Hal ini terjadi karena semakin kedalam permukaan kandungan oksigen semakin berkurang sehingga kondisinya semakin anaerobik. Pada kondisi anaerobik tersebut pereduksi nitrat akan lebih suka, sehingga konsentrasi nitrat akan lebih rendah dari konsentrasi sulfat, yang selanjutnya akan menyebabkan mikroorganisme pereduksi sulfat akan dominan. Adanya pembentukan hidrogen sulfida (H2S) menjadi ciri karakteristik dari lingkungan sedimen laut anarobik yang konsentrasinya lebih tinggi dari pada sulfat. Sementara, pada lingkungan tanah konsentrasi nitrat paling tinggi dibanding sulfat sehingga pada kondisi anaerobik amonia terbentuk. Jika konsentrasi sulfat sangat rendah maka akan terdapat bakteri metana menjadi dominan. Pada permukaan air laut, dimetil sulfida (CH3)2S terbentuk lebih banyak daripada H2S sehingga akan menyebabkan spesi pitoplanton akan hidup.

Pengaruh Senyawa-Senyawa Sulfur Terhadap Korosi

Dampak pencemaran udara terhadap bangunan dan bahan-bahan adalah korosi, pelapukan, dan pengotoran. Polutan SO2 memiliki daya rusak yang tinggi pada bangunan dan bahan-bahan yaitu korosi. Proses korosi ditentukan pula oleh parameter meteorologi seperti kelembaban relatif, temperatur,dan presipitasi. Selain itu, efek sinergi dari beberapa polutan yaitu SO2, NO2, dan O3 semakin menambah intensitas korosi. Pada bahan-bahan yang mengandung seng dan tembaga, jika lapisan pelindung korosinya terkelupas akan mempercepat kerusakan bahan-bahan tersebut. Sedangkan batu yang digunakan untuk bangunan seperti batu kapur dan marmer sangat rentan terhadap deposisi SO2. Pada bahan-bahan organik seperti karet dan cat, kerusakan umumnya diasosiasikan dengan polutan ozon plus faktor temperatur dan radiasi matahari. Beberapa bangunan dan monumen bersejarah dibangun dengan bahan-bahan yang sensitif terhadap korosi.

Gambar 2.7.2. Skematik korosi anaerobik pada bajaKarakteristik korosi pada lingkungan H2S terlarut adalah adanya atom hidrogen yang dihasilkan dari sebuah reaksi elektrokimia antara logam dengan medium yang mengandung H2S masuk berdifusi kedalam baja (gambar 2). Kehadiran hidrogen dalam baja dan ketahanan baja terhadap kemungkinan terjadinya retakan terkandung dari : jenis baja, mikrostruktur, distribusi inklusi, voids, dan distribusi tegangan biasanya tegangan sisa. Kelangsungan dari pipa baja akan terancam dengan adanya aktifitas difusi dari atom hidrogen khususnya ketika ataom hidrogen berkumpul pada internal diskontinuitas seperti inklusi dan void pada baja. Keberadaan H2S di dalam lingkungan aqueous dapat menyebabkan korosi pada pipa baja dan menghasilkan endapan padat berupa besi sulfida atau ion yang larut dan menyebabkan korosi merata (thinning) atau korosi sumuran (pitting). Bentuk serangan oleh H2S yang lebih berbahaya adalah ketika hidrogen yang dihasilkan dari reaksi katodik, dan oleh keberadaan H2S dicegah untuk membentuk molekul H2, berdifusi ke dalam logam dan terkonsentrasi di lokasi-lokasi yang disebut trap seperti partikel inklusi atau mikrovoid dan memicu peretakan dan menghasilkan patahan getas. Beberapa jenis kerusakan yang dapat ditimbulkan dengan kehadiran H2S terlarut antara lain :

Hydrogen Inducted Cracking (HIC) atau Step Wise Cracking (SWC) Retak terjadi ketika atom hidrogen berdifusi ke baja dan bergabung membentuk molekul gas hidrogen pada daerah jebakan yang ada dalam matriks baja. Daerah jebakan pada baja ini adalah inklusi yang memanjang dan segregasi. Molekul hidrogen yang terjebak antara permukaan logam dengan inklusi dan mikroskopik void dalam matriks logam merupakan pemicu untuk terjadinya retak dan akan menjalar pada struktur yang rentan terhadap hydrogen embrittlement jenis ini. Baja di sekitar retak akan mengalami regangan yang besar dan hal ini dapat menyebabkan tersambungnya retak-retak yang berdekatan untuk membentuk SWC. Pada tahap dimana retakan-retakan mulai menyatu untuk membentuk SWC, maka hal ini dapat menyebabkan pengaruh yang serius pada peralatan dan dapat berakibat pada suatu kegagalan.

Sulphide Stress Cracking (SSC) Retakan jenis ini terjadi karena atom hidrogen berdifusi ke dalam logam tetapi tetap berada dalam keadaan larutan padat dalam kisi kristal. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan terhadap keuletan dan kemampuan logam untuk berdeformasi yang dikenal dengan nama hydrogen embrittlement. Kecenderungan untuk terjadinya SSC akan meningkat dengan bertambahnya fraksi mikrostruktur keras seperti martensite dan bainit. Mikrostruktur ini mungkin terdapat secara inherent pada baja HSLA (High Strenght Low Alloy) atau adanya proses perlakuan panas yang tidak sesuai. Struktur yang keras ini juga dapat terjadi akibat pengelasan khususnya pada daerah HAZ (Heat Affected Zone).

Stress Oriented Hydrogen Inducted Cracking (SOHIC) / Soft Zone Cracking (SZC)

SOHIC dan SZC berhubungan dengan SSC dan SWC. Dalam SOHIO statu retakan yang kecil yang terbentuk tegak lurus dengan arah tegangan utama (tegangan yang bekerja atau tegangan sisa) menyebabkan retakan seperti tangga. Tipe retakan seperti ini dapat dikatagorikan sebagai SSC yang disebabkan oleh kombinasi antara tegangan eksternal dan remangan local disekeliling dari retakan hydrogen Inducted. SZC merupakan fenomena retakan yang hampir sama tetapi terjadi khususnya pada daerah lunak di HAZ dari lasan. Tipe retakan seperti ini disebabkan oleh adanya kombinasi dari efek mikrostruktural yang disebabkan oleh siklus temperatur selama pengelasan dan pelunakan lokal pada temperatur interkritis HAZ. Hal ini menyebabkan adanya remangan dalam daerah yang sempit yang mendekati atau melebihi remangan luluhnya.

Usaha-usaha Pencegahan Kerusakan yang Diakibatjan Sulfur dan Senyawanya 1. Metode desulfurisasi mencegah hujan asam Metode pemisahan oksida sulfur yang lebih dikenal dengan istilah desulfurisasi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan metode basah (wet method) dan metode kering (dry method). Cara pertama disebut metode basah karena menggunakan cairan sebagai media penyerap sulfur. Cara kedua disebut metode kering karena bahan-bahan padat seperti oksida metal dan arang aktif digunakan sebagai pengikat sulfur. Namun saat ini hanya arang aktif yang masih digunakan untuk keperluan praktis. Sebagian besar peralatan desulfurisasi yang dioperasikan dewasa ini bekerja menggunakan metode basah. Salah satu peralatan jenis ini adalah alat desulfurisasi yang menggunakan penyerap/pengikat batu kapur (lime stone) atau Ca(OH)2. Gas buang dari cerobong dimasukkan ke dalam alat sehingga SO2 bereaksi dengan Ca(OH)2 dan diperoleh hasil pemisahan berupa gipsa (gypsum). Gas buang yang keluar dari sistim desulfurisasi sudah terbebas dari oksida sulfur. Reaksi-reaksi yang terjadi pada saat proses desulfurisasi adalah sebagai berikut :

Di masa lampau, banyak orang mengira bahwa peralatan untuk mencegah polusi udara seperti peralatan desulfurisasi tadi tidak ekonomis karena perlu biaya mahal dan membebani biaya operasi suatu instalasi. Namun saat ini, peralatan tersebut ternyata memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam kaitannya untuk mencegah berlanjutnya hujan asam yang dapat mengakibatkan krisis ekologi secara global, yang akhirnya dapat membinasakan kehidupan di muka bumi ini.

2. Metode inhibitor mencegah kerusakan logam Inhibitor adalah suatu zat kimia yang apabila ditambahkan dengan konsentrasi sedikit (small concentration) ke dalam lingkungan akan menurunkan laju korosi. Adapun mekanisme kerjanya dapat dibedakan sebagai berikut :

Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk suatu lapisan tipis dengan ketebalan beberapa molekul inhibitor. Lapisan ini tidak dapat dilihat oleh mata biasa, namun dapat menghambat penyerangan lingkungan terhadap logamnya

Melalui pengaruh lingkungan (misal pH) menyebabkan inhibitor dapat mengendap dan selanjutnya teradsorpsi pada permukaan logam serta melindunginya terhadap korosi. Endapan yang cukup banyak, sehingga lapisan yang terjadi dapat teramati oleh mata

Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan suatu zat kimia yang kemudian melalui peristiwa adsorpsi dari produk korosi tersebut membentuk suatu lapisan pasif pada permukaan logam

Inhibitor menghilangkan kontituen yang agresif dari lingkungannya.

Berdasarkan sifat korosi logam secara elektrokimia, inhibitor dapat mempengaruhi polarisasi anodik dan katodik. Bila suatu sel korosi dapat dianggap terdiri dari empat komponen yaitu : anoda, katoda, elektrolit, dan penghantar elektronik, maka inhibitor korosi memberikan kemungkinan menaikkan polarisasi anodik, atau menaikkan polarisasi katodik, atau menaikkan tahanan listrik melalui pembentukan endapan tipis pada permukaan logam. Mekanisme ini dapat diamati melalui suatu kurva polarisasi yang diperoleh secara eksperimentil.

Telah banyak dilakukan penelitian mengenai pengaruh inhibitor terhadap penghambatan laju korosi logam. Senyawa kromat, misalnya Na2Cr2O4 adalah jenis inhibitor anorganik yang dapat menghasilkan endapan tipis Fe2O3 dan Cr2O3 pada permukaan logam baja yang bertindak sebagai pelindung. Selain itu, salah satu jenis inhibitor organik adalah inhibitor adalah jenis N-(2-Thiophenyl)-N/-Phenyl Thiourea (TPTU) dan inhibitor carboxyclic acid n coco amine 1 proprionic acid (C14H29)N(CH3) (C2H4COOH). Inhibitor TPTU ini merupakan inhibitor yang dapat digunakan dalam lingkungan asam dan lebih efektif untuk mereduksi laju korosi baja dalam media HCl dari pada H2SO4. Sedangkan Inhibitor carboxyclic acid n coco amine 1 proprionic acid (C14H29)N(CH3)(C2H4COOH) dapat mereduksi laju korosi dalam linkungan NaCl yang dijenuhkan gas CO2. Kehadiran ion bikarbonat dari CO2 yang terlarut akan menambah laju pelarutan baja dalam lingkungan akuatik. Jika konsentrasi ion Fe2+, CO32-, dan HCO3- dalam larutan melampaui titik jenuhnya, akan terjadi pengendapan FeCO3 di permukaan baja, sehingga pembentukan spesi Fe(III) dan pelarutan baja akan terhalang. Namun, senyawa FeCO3 ini dapat larut kembali dalam bentuk Fe(CO3)22-. Untuk mencegah kerusakan lapisan pasif yang bersifat sebagai lapis pelindung akibat pelarutan kembali FeCO3, lapisan pasif tersebut dapat diperkuat dengan inhibitor pasivator. Inhibitor pasivator yang biasa digunakan untuk larutan absorben K2CO3 adalah kalium vanadat (KVO3). Namun, pada beberapa industri yang menggunakan absorben K2CO3 dengan inhibitor vanadat, masalah korosi tetap terjadi, sehingga terpaksa digunakan absorber dan regenerator yang terbuat dari baja tahan karat. Selain jenis inhibitor di atas, ada beberapa jenis inhibitor yang dapat digunakan pada lingkungan hidrogen sulfida terlarut yaitu inhibitor senyawa amine, diantaranya : allyamine, diallylamine, triallylamine, tributylamine dan tetrabutyl - ammonium sulfat.

BAB III

KEGIATAN KERJA PRAKTEK

Bentuk Kegiatan Kerja Praktek

Kegiatan kerja praktek yang akan dilakukan, yaitu:Orientasi umum

Merupakan pendahuluan kegiatan berupa pengenalan hal-hal umum yang ada dan berkaitan dengan perusahaan.

Orientasi lapangan

Kelapangan Melihat dan mengamati dari dekat bagaimana kegiatan unit-unit pemrosesan yang terjadi dilapangan.

Tugas Khusus

Menyelesaian tugas yang diberikan oleh PT Pertamina Geothermal Energy. Penyusunan Laporan.

Waktu Pelaksanaan

Dalam proposal ini, diajukan permohonan untuk melakukan kerja praktek pada tanggal 6 Januari 4 Maret 2014 yang memakan waktu kurang lebih 2 bulan. Dengan rincian sebagai berikut:

NOURAIAN KEGIATANMINGGU KE-

12345678

1Orientasi Pengenalan+-------

2Praktek Lapangan-++++---

3Tugas Khusus--++++--

4Penyusunan Laporan-----+++

Keterangan :

+ = Kegiatan

= Tidak Ada Kegiatan

Peserta Kegiatan Kerja PraktekNama

:Sartono NIM

:03111003049Fakultas/Jurusan:Teknik/Teknik Kimia

Semester

:VII

Tempat Tanggal Lahir:Tebo, 3 juni 1993Alamat

: lrg sepakat jaya, kelurahan timbangan ,

indralaya, kab ogan ilir, sumatera selatan.

Nomor Telepon

:085279027059Nama

: Taufik BasriNIM

: 03111003059Fakultas/Jurusan:Teknik/Teknik Kimia

Semester

:VII

Tempat Tanggal Lahir:Sukabumi, 1 April 1993Alamat

:komplek perumahan permata baru, kec.

Indralaya utara, kab ogan ilir, Prov.

Sumatera selatan

Nomor Telepon

:085788408026BAB IVPENUTUP

Demikian proposal ini kami buat sebagai pertimbangan bagi PT. Pertamina Geothermal Energy untuk menerima kami melaksanakan kerja praktek dan dapat berguna sebagai kerangka dalam pelaksanaan kerja praktek jurusan Teknik Kimia Universitas Sriwijaya. Selanjutnya semoga pihak perusahaan dapat memberikan pengarahan dan bimbingan selama kami melaksanaan kerja praktek.

Atas perhatian dan kesediannya untuk mempertimbangkan permohonan ini kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,

Yang mewakili

Debora Christina

NIM. 03101403056

Gambar 2.5.1. Diagam skematik proses dari PT Pertamina Geothermal Energy

Gambar 2.5.2. Diagam skematik penggunaan langsung listrik yang dihasilkan dari energi geothermal

HYPERLINK "http://4.bp.blogspot.com/_zYxX21iTfyg/SM3kARHbjnI/AAAAAAAAABE/GQwR6eNllIU/s1600-h/gh.bmp"

HYPERLINK "http://4.bp.blogspot.com/_zYxX21iTfyg/SM3kARHbjnI/AAAAAAAAABE/GQwR6eNllIU/s1600-h/gh.bmp"

HYPERLINK "http://4.bp.blogspot.com/_zYxX21iTfyg/SM3kARHbjnI/AAAAAAAAABE/GQwR6eNllIU/s1600-h/gh.bmp"

HYPERLINK "http://4.bp.blogspot.com/_zYxX21iTfyg/SM3kARHbjnI/AAAAAAAAABE/GQwR6eNllIU/s1600-h/gh.bmp"

HYPERLINK "http://4.bp.blogspot.com/_zYxX21iTfyg/SM3kARHbjnI/AAAAAAAAABE/GQwR6eNllIU/s1600-h/gh.bmp"

HYPERLINK "http://4.bp.blogspot.com/_zYxX21iTfyg/SM3kARHbjnI/AAAAAAAAABE/GQwR6eNllIU/s1600-h/gh.bmp"

HYPERLINK "http://1.bp.blogspot.com/_zYxX21iTfyg/SM3oXht3o1I/AAAAAAAAABs/-Do5FTrA2L4/s1600-h/rett.bmp"

HYPERLINK "http://3.bp.blogspot.com/_zYxX21iTfyg/SM3pUIrb6dI/AAAAAAAAAB0/Hm6cYdf2FTE/s1600-h/fht.bmp"

HYPERLINK "http://3.bp.blogspot.com/_zYxX21iTfyg/SM3pUIrb6dI/AAAAAAAAAB0/Hm6cYdf2FTE/s1600-h/fht.bmp"