Bab 2 Proposal
-
Upload
eko-novrialdi -
Category
Documents
-
view
46 -
download
1
description
Transcript of Bab 2 Proposal
26
BAB II
ISU LINGKUNGAN DALAM HUBUNGAN INDONESIA DAN
NORWEGIA.
Pada bab ini, penelitian akan membahas tentang posisi Indonesia dan
Norwegia dalam issue perubahan iklim. Serta kilasan dinamika hubungan Indonesia
dengan Norwegia.
A. Posisi Indonesia dalam Isu Perubahan Iklim.
Upaya Indonesia menagih janji negara maju untuk memberikan
kompensasi seimbang, terutama hibah, atas kontribusinya terhadap lingkungan
hidup global seakan tidak pernah berhenti. Sebagai pemilik hutan terbesar ketiga
di dunia serta berbagai aneka kekayaan hayati lain, Indonesia menjadi salah satu
supplier strategis kebutuhan udara bersih serta biodiversitas dunia. Berpijak pada
kenyataan di atas, logis jika Indonesia mengajukan share pendanaan lingkungan
kepada negara-negara industri besar yang selama ini turut "menggantungkan
nyawanya" kepada Indonesia.
Indonesia menggaungkan harapan itu dalam Conference of Parties (COP)
Ke-I5 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di
Copenhagen, Denmark. Namun apa daya, saat itu Indonesia harus kembali
bersabar memperoleh jaminan komitmen negara maju akibat kebuntuan
internasional menggagas formulasi efektif untuk mengatasi ancaman global
perubahan iklim. Bahkan, Copenhagen Accord sebagai hasil COP ke-15 masih
27
jauh dari harapan negara berkembang mengingat sifatnya yang masih
"dipertimbangkan" hampir semua negara maju peserta UNFCCC.27
Indonesia sebagai Negara berkembang memiliki peran penting dalam isu
perubahan iklim global terkait dengan keberadaan sumberdaya hutan Indonesia
yang dinilai memiliki fungsi sebagai penyimpan, penyerap dan sumber emisi
karbon. kebijakan-kebijakan pengelolaan hutan oleh pemerintah Indonesia selalu
diperhatikan dan menjadi sorotan dunia, karena mereka sangat berkepentingan
terhadap keberadaan hutan Indonesia, sebagai paru-paru dunia dan pemasok
oksigen. Indonesia akan menjadi negara contoh di Asia dalam melestarikan hutan
sekaligus menyelamatkan paru-paru dunia.
Pemanasan global telah menjadi sorotan utama berbagai masyarakat dunia,
terutama negara yang mengalami industrialisasi dan pola konsumsi tinggi (gaya
hidup konsumtif). Pemicu utama perubahan iklim akibat pemanasan global,
adalah meningkatnya emisi karbon, akibat penggunaan energi fosil, seperti bahan
bakar minyak, batubara dan sejenisnya, yang tidak dapat diperbarui. Dampak
pemanasan global dapat dirasakan secara umum oleh seluruh dunia saat ini dalam
wujud perubahan iklim, yaitu makin panjangnya musim panas dan kian
pendelmya musim hujan, hingga gagal panen. Akibatnya akan mengancam
produktivitas dan kesejahteraan petani.
Pemanasan juga dirasakan pada beberapa kota yang dulunya dingin,
namun sekarang telah menjadi panas. Selain itu, pemanasan global juga
27 Diambil dari http://www.padang-today.com/index.php?today=article&id=1191. Tanggal akses 11/10/2010
28
mengancam ratusan pulau-pulau di pesisir tenggelam akibat naiknya permukaan
air laut.
Posisi Indonesia memang menguntungkan, negara berkembang, tropis dan
memiliki luasan hutan yang banyak. Hal ini tentu saja mengundang dan melirik
negara-negara penyumbang emisi untuk memberikan dukungannya demi
mencegah masalah karbon yang sedang ramai di bicarakan. Banyak sekali yang
menuding bahwa negara maju menerapkan standar ganda, di satu sisi begitu
peduli pada masalah penyelamatan lingkungan tapi di sisi lain menjadi negara
penyumbang emisi dunia.
Posisi strategis Indonesia memang memberikan peluang banyak, tapi
dalam hal ini juga harus bisa bertindak cerdas dan strategis. Apalagi Indonesia
disibukkan dengan limpahan dana dari Norwegia, Meru Betiri yang menjadi
kawasan perdagangan karbon. Memang tidak sedikit dana yang dikucurkan untuk
mendanai program ini. Tapi Indonesia juga sebaiknya bijak menghadapinya, ada
atau tidak adanya dana, pemerintah harus bisa dengan sendirinya
"menyelamatkan" hutan dan alam. Belum lagi jika mampu menurunkan emisi
sebanyak 26%, Indonesia semakin menjelaskan posisi tawarnya di mata dunia
internasional.
Pada tahun 2007 diadakan Konferensi Perubahan Iklim PBB yang
diselenggarakan di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua Bali,
mulai tanggal 3-14 Desember 2007 untuk membahas dampak pemanasan global.
Pertemuan ini merupakan pertemuan lanjutan untuk mendiskusikan persiapan
29
negara-negara di dunia untuk mengurangi efek gas rumah kaca setelah Protokol
Kyoto kadaluarsa pada tahun 2012.
Konferensi ini merupakan prakarsa sebuah badan PBB bemama United
Nations Framework Convention on Climate Change. LSM internasional ikut
terlibat, dan diliput oleh lebih dari tiga ratus media internasional dengan jumlah
wartawan seribu orang lebih. (UNFCCC). Badan ini dibentuk khusus untuk
menangani isu perubahan iklim global. UNFCCC Bali 2007 diikuti oleh sekitar
sembilan ribu peserta dari 186 negara. Selain itu, sekitar tiga ratus. Dalam
konferensi ini Indonesia membawa tujuh agenda besar, yaitu, adaptasi, mitigasi,
CDM (Clean Development Mechanism) atau mekanisme pendanaan,
pengembangan teknologi dan kapasitas, pengurangan deforestasi dan degradasi,
serta pasca Protokol Kyoto.28 Dari semua usulan ini, konferensi berhasil
merumuskan lima agenda strategis dalam usaha penyehatan iklim global. Lima
agenda ini kemudian disepakati oleh seluruh negara peserta, yang popular disebut
sebagai Bali Roadmap.
Indonesia benar-benar memanfaatkan momentum UNFCCC Bali 2007
dalam memperjuangkan posisi tawar yang lebih baik menyangkut isu lingkungan
global. Presiden Susilo Bambang Yudoyono mengungkapkan "Indonesia harus
memiliki suara lebih besar dan posisi tawar yang lebih baik dalam kerjasama
global mengatasi perubahan iklim" demikian diungkapkan oleh presiden SBY.
Selanjutnya, SBY mengungkapkan, jika saja posisi tawar Indonesia menjadi kuat,
akan ada beberapa keuntungan finansial dart alih teknologi yang didapatkan
28 Diambil dari (www.kr.co.id/web/detail/php.sid=146327&actmenu=45). Tanggal akses 12/8/2010.
30
Indonesia melalui kerjasama global. SBY terus menambahkan secara ekspresif,
"Merah Putih barns berkibar di dunia dari pertemuan di Bali itu".29
Disebutkan, bahwa Indonesia akan meraup dana sebesar 3,75 miliar dollar
Amerika atau setara dengan Rp. 33,75 triliun per tahun, hanya melalui proposal
REDD. Belum lagi dana yang akan teralokasikan melalui alih teknologi
konservasi dan mekanisme CDM. Indonesia berpotensi menjual 125-300 juta ton
kredit karbon per tahun. Data yang pernah dipaparkan Departemen Kehutanan,
potensi hutan Indonesia yang layak menerima pendanaan global mencapai 88 juta
hektar. Satu hektar hutan berpotensi menyerap karbon 50-200 ton. Karena itu
Indonesia mengambil prakarsa mengadakan pertemuan dengan 11 negara pemilik
hutan hujan tropis dari Asia, Afrika, dan AS. Indonesia bersama Polandia,
Denmark, dan Kenya menjadi tuan rumah bagi konferensi PBB tentang tema ini.30
Melalui UNFCCC Bali 2007, Indonesia berhasil melakukan gebrakan
tahap awal di tingkat internasional. Indonesia menjadi negara terdepan dalam isu
iklim global, dan memimpin negara berkembang dalam usaha polarisasi nilai
tawar yang lebih baik di hadapan negara-negara maju. Tak kurang dari AI Gore,
peraih nobel perdamaian, memuji langkah Indonesia dalam melindungi hutan. Al
Gore juga mengatakan, dunia sangat menghormati apa yang telah dilakukan
Indonesia.31
Indonesia berhasil menjadi penentu dalam UNFCCC Bali berkat
penerapan strategi diplomatik yang moderat dan persuasive (soft strategy) serta
29 Diambil dari http://suryasaluang.wordpress.com/2009/02/18/unfccc-bali-2007/tanggal akses 12/8/2010. 30 ibid 31 Diambil dari http://www.pelita.or.id/baca.php?id=41316. Tanggal akses 13/10/2010
31
mempertemukan berbagai kepentingan dalam skema simbiosis-mutualis dan
filantropi. Sebelumnya, setiap pembicaraan mengenai iklim global selalu diwarnai
oleh klaim sepihak dan kental bernuansa sebagai ajang perebutan kepentingan
(hard strategy). Namun keberhasilan Indonesia ini masih dalam tahap awal.
Berbagai rancangan dan skema aplikatif dari Bali Roadmap masih dibahas dan
diperdebatkan.
Posisi dan peran Indonesia terlihat pula ketika Indonesia yang diwakili
langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri Konferensi
Perubahan Iklim dan Hutan (Oslo Climate and Forest Conference/OCFC). Acara
tersebut dibuka oleh Perdana Menteri Norwegia, Jens Stoltenberg di Hamelkollen
Park Hotel Rica, Oslo. Konferensi,yang dihadiri oleh lima puluh Negara itu,
membicarakan mengenai pengurangan emisi akibat penggundulan dan perusakan
hutan. Indonesia diundang, karena akan menjadi Negara contoh di Asia dalam
melestarikan hutan sekaligus menyelamatkan paru-paru dunia. Presiden
mengatakan, sejumlah provinsi di Indonesia akan dijadikan proyek percontohan
yang akan diterapkan di Negara-negara lain.32 Presiden menyatakan, misi
Indonesia dalam keikutsertaan Konferensi itu, untuk melaksanakan diplomasi
iklim dan kehutanan. Selain itu, juga membicarakan kerjasama mengenai
pendanaan dan bantuan untuk menjaga kelestarian hutan Indonesia.
Dalam Konferensi Perubahan Iklim dan Hutan itu, Indonesia dan
Norwegia menandatangani perjanjian kerjasama untuk Pengurangan Emisi dari
Degradasi dan Penggundulan Hutan atau disingkat REDD (Reducing Emission
32 Diambil dari http://id.voi.co.id/fitur/voi-bunga-rampai/4126-konferensi-perubahan-iklim-dan-hutan-di-oslo.htp. Tanggal akses 13/10/2010
32
from Deforestation and Forest Degradation). Dalam kerjasama itu, Norwegia
sepakat untuk menyumbang dana sebesar 1 Miliar US Dollar untuk penurunan
karbon, peningkatan kapasitas pelaku dalam negeri dan langkah-langkah
persiapan REDD di Indonesia. Sebagian besar bantuan Norwegia akan terkait
dengan pengurangan emisi yang akan diverifikasi sejalan dengan rencana
Indonesia mengurangi emisi gas rumah kaca. Target penurunan emisi secara
sukarela seperti yang dinyatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun lalu.
Presiden Yudhoyono menyatakan, Indonesia tetap teguh berkomitmen
menurunkan emisi sebesar 26 persen dari tingkat bisnis seperti biasa pada tahun
2020.33
Sementara itu terkait komitmen dan upaya Pemerintah Indonesia
mengurangi emisi karbon tersebut, Perdana Menteri Norwegia, Stoltenberg
menyatakan, hal itu bukti bahwa Indonesia mempunyai peran yang penting dalam
proses perubahan iklim global. Pada kesempatan yang sama di Oslo, Menteri
Kehutanan Republik Indonesia, Zulkifli Hasan mengatakan, pemerintah tengah
menyiapkan proyek percontohan pelestarian kawasan hutan di empat provinsi,
yaitu Papua, Kalimantan Timur, Riau dan Jambi.34
B. Posisi Norwegia Dalam Isu Lingkungan Hidup.
Seperti pada kenyataannya sekarang ini, bahwa perekonomian Norwegia
merupakan negara industri yang banyak mengalami perkembangan dengan model
ekonomi terbuka dan berorientasi pada kegiatan ekspor. Terdaftar sebagai salah 33 Diambil dari http://redd-indonesia.org/feature-headline/detail/read/how-far-can-we-go/. Tanggal akses 13/10/2010 34 ibid
33
satu negara terkaya di dunia, Norwegia juga menduduki peringkat tinggi dalam
hal standar hidup, usia rata-rata, standar kesehatan secara umum dan standar
perumahan. Kekayaan materi sebagian disebabkan karena kekayaan sumber daya
alam, dan sebagian lagi dikarenakan keikutsertaan Norwegia dalam industri Eropa
Barat, serta kedekatan dengan pasar utama. Norwegia telah menerapkan ukuran
terstrukturisasi mencapai pertumbuhan ekonomi.35 Negara maju seperti Norwegia
memiliki teknologi, dana dan kapasitas untuk mewujudkan penurunan emisi yang
lebih ambisius untuk mencapai target stabilisasi Gas Rumah Kaca yang aman di
atmosfer.
Hubungan perdagangan yang luas dengan negara lain telah memberikan
industri Norwegia landasan untuk mengembangkan sistem ekonomi yang lebih
maju. Jumlah investasi yang besar untuk produksi peralatan, memperbaiki standar
pendidikan serta keahlian teknis dan organisasional di industri serta administrasi
publik turut serta membantu pertumbuhan ekonomi negara. Dan Norwegia telah
menjadi patokan bagi perekonomian sebagian besar negara-negara di dunia.
Fenomena pemanasan global (global warming) salah satunya disehabkan
karena laju perusakan hutan (deforestasi) yang sangat cepat, dan ini tak luput dari
permasalahan menipisnya hutan yang terdapat diberbagai negara pemilik hutan
terbesar didunia seperti Indonesia dan Brazil, padahal hutan menjadi alat penyerap
gas rumah kaca yang menyebabkan global warming. Menurut kalkulasi
berdasarkan data laporan State of the World's Forests 2007 yang dikeluarkan the
UN Food & Agriculture Organization's (FAO), Indonesia menghancurkan kira-
35 Diambil dari http://www.norwegia.or.id/about_Norway/business/economy/growth/ Tanggal akses 02/05/2010
34
kira 51 kilometer persegi hutan setiap harinya, setara dengan luas 300 lapangan
bola setiap jam, sebuah angka yang menurut Greenpeace layak menempatkan
Indonesia di dalam the Guinness Book of World Records sebagai negara
penghancur hutan tercepat di dunia.36
Sebanyak 103,5 kilometer persegi hutan hujan hilang pada Maret dan
April di wilayah Amazon Brazil, kira-kira seukuran kota Paris, demikian satu
laporan baru. Lembaga Penelitian Ruang Nasional (Inpe) mengatakan dalam satu
laporan, Senin, penggurunan di Amazon Brazil meningkat sebanyak 95 persen
dari tahun ke tahun selama masa itu. Menurut Inpe, negara bagian Mato Grosso
melaporkan jumlah proses terjadinya gurun paling luas pada Maret dan April.
Negara bagian tersebut kehilangan 76,4 kilometer persegi hutan hujan, atau 79
persen dari seluruh penggurunan yang terjadi. Situasi sesungguhnya bisa jadi
lebih parah lagi, karena para insinyur hanya dapat mengamati 54 persen dari
seluruh hutan Amazon Brazil pada Maret dan 56 persen pada April.37
Gejala tersebut menimbulkan efek rumah kaca yang menjadi penyebab
utama global warming. Negara-negara yang memiliki hutan tropis yang besar di
dunia, termasuk Indonesia, mengusulkan skema untuk mengurangi laju deforestasi
tersebut yaitu dengan upaya mengurangi emisi dari deforestasi dan degadasi hutan
(Reducing Emission from Deforestation and Degradation/REDD). Skema ini
mulai digulirkan pada Conference of the Parties (COP) Perubahan Iklim di
Montreal, Kanada, tahun 2005 lalu. Pengusulnya adalah negara-negara
36 Diambil dari http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&jd=Kerusakan+Hutan+dan+Keadilan+Antar+Generasi&dn=20081021141300. Tanggal akses 2/10/2010 37 Diambil dari http://www.antaranews.com/berita/1275961350/kerusakan-hutan-hujan-amazon-bertambah-parah. Tanggal akses 9/7/2010
35
berkembang yang memiliki hutan tropis di dunia. Antara lain Indonesia, Papua
Nugini, Gabon, Columbia, Republic Congo, Brazil, Cameroon, Republic
Democratic Congo, Costa Rica, Mexico, dan Peru. Kesebelas negara ini memiliki
50 persen hutan tropis dunia.
Norwegia mendukung upaya negara-negara dengan kawasan hutan hujan
tropis besar, seperti Indonesia, Brasil, dan Republik Kongo, untuk menurunkan
laju emisinya. Karena Norwegia berpendapat Hutan memiliki permn yang sangat
signifikan mencegah laju perubahan iklim. Di antara komunitas negara maju,
komitmen Norwegia paling jelas dengan rencana penurunan emisi 30 persen dari
level tahun 1990 pada tahun 2020. Adapun negara maju seperti AS dan yang
lainnya masih beretorika.38
Norwegia di bawah pimpinan Perdana Menteri Jens Stoltenberg, terus
mempertahankan tradisi kepemimpinan yang kreatif di bidang sosial dan
lingkungan hidup untuk turut mencegah perubahan iklim dunia. Pada awal 2008,
Norwegia meneken kerja sama bilateral dengan Brasil dengan memberikan hibah
US$ 1 miliar. Brasil dengan hutan Amazon memang negara dengan area hutan
terluas di dunia. Norwegia juga membentuk pendanaan bersama Perserikatan
Bangsa-Bangsa melalui UN-REDD senilai US$ 50 juta untuk sembilan negara,
termasuk Indonesia. Tiap negara kebagian US$ 5 juta. Sisanya, US$ 5, juta
merupakan jatah belanja PBB.39 Norwegia adalah salah satu negara dan organisasi
donor yang mempromosikan pembangunan di negara berkembang, terutama
38 Diambil dari http://matoa.org/redd/. Tanggal akses 9/7/2010 39 Diambil dari://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/06/14/EB/mbm.20100614.EB133812.id.html. tanggal akses 9/7/2010.
36
dalam bidang lingkungan hidup yang menjadi konsen utama Norwegia untuk turut
serta mencegah dan mengurangi perubahan iklim yang semakin memburuk saat
ini.
Norwegia benar-benar memainkan posisi dan peran penting sebagai
Negara maju dalam membangun kerja sama internasional di bidang lingkungan
hidup global, yang mengikat secara hukum. Kebijakan manajemen lingkungan
dan sumber daya terdiri dari komponen utama kebijakan luar negeri dan
keamanan Norwegia. Kondisi lingkungan yang baik membantu memajukan
stabilitas dan keamanan. Lingkungan yang sehat serta beragam merupakan hal
penting dalam memberantas kemiskinan serta mencapai pembangunan
berkesinambungan yang akan menguntungkan masyarakat seluruh dunia.
Norwegia lebih memberikan prioritas kerja sama internasional di bidang:
perubahan iklim, bahan kimia berbahaya, keragaman biologi.
Norwegia telah menunjukkan keseriusannya berkomitmen mengurangi 30
persen emisinya dari tingkat emisi 1990 pada tahun 2020, 10 persen di antaranya
melalui skema offset dan carbon permit. Sebagai penghasil minyak bumi, kini
proses pengolahan minyak bumi Norwegia pun diakui secara internasional paling
ramah lingkungan. Norwegia yang merupakan negara industri yang memiliki
sumber financial yang terbesar di dunia saat ini memiliki prospek yang bagus
untuk menjadi mitra bagi Indonesia didalam membantu mencegah perubahan
iklim terutama bidang kehutanan di Indonesia.40
40 Diambil dari http://www.norwegiaor.id/About_Norway/business/economy/growth/ Tanggal akses 02/05/2010
37
C. Dinamika Hubungan Indonesia dengan Norwegia
Hubungan diplomatik Indonesia-Norwegia secara resmi memulai
hubungan kenegaraan pada 25 Januari 1950, dan pembukaan kantor Perwakilan
RI di Oslo baru dilaksanakan tahun 1981. Norwegia sendiri membuka kantor
perwakilannya di Indonesia pada 27 April 1971 yang sebelumnya dirangkap dari
Bangkok (1950-1966) dan Manila (1967-1970). Sebagai catatan tambahan, tahun
1906 Norwegia membuka kantor Konsulat Jenderal di Batavia.41
Geografis Indonesia dan Norwegia yang berjauhan dan frekuensi kontak
antar bangsa yang masih rendah pada waktu itu yang mendasari kebijakan kantor
perwakilan Indonesia di Oslo belum dibuka. Realitas dewasa ini sungguh jauh
berbeda. Aktivitas hubungan kedua negara terlihat jelas pada dinamika hubungan
antarpejabat pemerintah dan antar kalangan profesional dan tokoh-tokoh
masyarakat lainnya yang begitu meningkat dari waktu ke waktu.42
Hubungan diplomatik RI-Norwegia telah berlangsung selama 60 tahun,
dan dalam perjalanannya kerjasama kedua negara mengalami dinamika khususnya
kerjasama bilateral yang memiliki dimensi internasional, sebagaimana tercermin
dari upaya bersama Indonesia dan Norwegia menghadapi isu-isu internasional
antara lain perubahan iklim dan kehutanan, perlucutan senjata dan kesehatan
global.
Indonesia dan Norwegia telah lama menjalin hubungan kerja sama yang
kuat dan solid. Pada tahun 1906, Konsulat Jenderal Norwegia pertama kali
41 Diambil dari http:www.Indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&tsk=view&id=8534&Itemid=683 tanggal akses 8/8/2010 42 Diambil dari http://www.unisosdem.org/kliping_detail.php?aid=7858&coid=1&caid=27 diakses tanggal 28/9/2010
38
didirikan di Batavia, yang merupakan pusat kegiatan administrasi bagi masyarakat
Hindia Belanda. Setelah 1950, Norwegia dan Indonesia mulai menjalin hubungan
diplomatik melalui akreditasi dari Bangkok, dan kemudian dari Manila. Kantor
kedutaan secara resmi didirikan di Jakarta pada 27 April 1971. Sejak saat itu,
kedua negara menjalin komunikasi dan hubungan perdagangan yang stabil,
termasuk kunjungan antar negara oleh para menteri, politikus dan pelaku bisnis.
Selain itu, masyarakat kedua negara juga telah menjalin berbagai hubungan
profesional maupun pribadi.43
Perlu diketahui bahwa pada pertengahan tahun 1970-an Indonesia
memproduksi 1,5 juta barrel per hari. Yang sangat mencolok dalam industri
minyak Indonesia adalah tidak ada kemajuan dalam pengembangan teknologi
perminyakan Indonesia sama sekali. Norwegia pada awal-awal tahun 1980-an
mempunyai cadangan minyak yang hampir sama dengan Indonesia. Perbedaannya
adalah mereka tidak punya sejarah pengembangan industri minyak seperti
Indonesia yang sudah mengembangkan industri perminyakan sejak zaman Hindia
Belanda, jadi jauh sebelum Perang Dunia ke-2. Lagi pula semua ladang minyak
Norwegia terdapat di lepas pantai di Laut Atlantik Utara. Lingkungannya sangat
ganas; angin kencang, arus sangat deras, suhu sangat rendah dan ombak selalu
tinggi.44
Teknologi lepas pantai, khusus mengenai perminyakan, mereka ambil alih
dari Amerika Serikat hanya dalam waktu 10 tahun. Sesudah 10 tahun tidak ada
lagi ahli-ahli Amerika yang bekerja di Norwegia. mereka tidak membutuhkan 43Diambil dari http://www.norwegia.or.id/Embassy/Pengantar_dari_Duta_Besar/. Tanggal akses 15/8/2010 44 Diambil dari http://mypersonalpages.wordpress.com/tag/bbm/. Tanggal akses 23/9/2010
39
teknologi dari Amerika lagi. Mereka sudah dapat mandiri dan dalam beberapa hal
sudah dapat mengembangkan teknologi baru, terutama dalam pemasangan pipa-
pipa gas dan pipa-pipa minyak di dasar lautan. Teknologi kelautan dan teknologi
bawah air mereka kuasai betul dan sejak dulu orang-orang Norwegia terkenal
sebagai bangsa yang sangat ulet dan pemberani. Mereka keturunan orang
Viking.45
Ada satu hal yang sangat menarik. Menteri perminyakan Norwegia pada
saat itu secara pribadi pernah mengatakan bahwa Norwegia dengan menerapkan
teknologi enhanced recovery dari Amerika berhasil memperbesar cadangan
minyak Norwegia dengan tiga kali lipat tanpa menyentuh kawasan-kawasan baru.
Ini sesuatu yang sangat menakjubkan.46
Norwegia pernah menawarkan teknologi tersebut kepada Indonesia, tetapi
mereka minta konsesi minyak tersendiri dengan persyaratan umum yang sama
dengan perusahaan lain. Ini terjadi pada akhir tahun 1980-an. Namun, Indonesia
masih terlalu terlena dengan ”kemudahan-kemudahan” yang diberikan oleh
perusahaan-perusahaan Amerika, pejabat pertamina tidak mau
mendengarkannya.47
Pada Agustus 1980, dilakukan survei penaksiran sumber daya dengan
menggunakan kapal riset milik Norwegia bernama Dr Fridtjof Nansen. Survei itu
dilakukan oleh peneliti dari Pusat Penelitian Penangkapan Perikanan Departemen
Pertanian (kini di bawah Departemen Kelautan dan Perikanan) dan Lembaga Riset
45 Diambil dari http://www.koraninternet.com/web/index.php?pilih=lihat&id=7697.Tanggal akses 12/9/2010 46 ibid 47 Diambil dari http://mypersonalpages.wordpress.com/category/kliping/. Tanggal akses 12/9/2010
40
Kelautan Norwegia di perairan Aceh dan Sumatera Barat. "Survei itu memberikan
dasar yang berharga bagi informasi stok ikan pada saat itu".48
Dalam enam tahun terakhir, beberapa tonggak sejarah penting terukir
dalam hubungan antara Indonesia dan Norwegia. Pada September 2006, Presiden
RI Susilo Bambang Yudhoyono melakukan kunjungan ke Norwegia, ini adalah
sebuah kunjungan pertama bagi seorang Presiden Indonesia ke Norwegia setelah
kunjungan PM Norwegia tahun 1995. Kurang dari tujuh bulan kemudian, tepatnya
pada Maret 2007, Perdana Menteri Norwegia, Jens Stoltenberg, melakukan
kunjungan balasan ke Indonesia. Hanya dua negara Asia yang dikunjungi PM
Stoltenberg pada tahun 2007 pada saat itu, yaitu Cina dan Indonesia. Masih dalam
tahun yang sama, pada bulan Desember 2007, PM Stoltenberg kembali melakukan
kunjungan ke Indonesia.49
Kunjungan kali ini antara lain disebabkan karena pertemuan Climate
Change di Bali, namun keputusan untuk mengunjungi Indonesia dua kali dalam
satu tahun tentunya dilatarbelakangi oleh suatu penilaian mengenai pentingnya
Indonesia bagi Norwegia dan peran yang dimainkan Indonesia dalam dunia
internasional.
Salah satu hal utama yang menyebabkan adanya perubahan yang begitu
signifikan dalam hubungan bilateral Indonesia-Norwegia adalah perubahan yang
terjadi di Indonesia atau transformasi Indonesia menjadi sebuah negara yang
demokratis, membaiknya penghormatan terhadap hak asasi manusia dan tekad
48 diambil dari http://www.lipi.go.id/intra/masuk.cgi?berita&&&&2006&20&1136301854&&&. diakses tanggal 28/9/2010 49 diambil dari http://www.unisosdem.org/kliping_detail.php?air=7858&coid=1&caid=27 diakses tanggal 28/9/2010
41
kuat pemerintah saat ini untuk memberantas korupsi.
Norwegia menilai Indonesia kini sangat berbeda dikarenakan pada masa
pemerintahan orde baru yang dipimpin oleh mantan Presiden Soeharto
menjalankan sistem politik otoritarian yang telah melanggar (hak asasi manusia)
HAM Tragedi Aceh, Tanjung Priok, Lampung, hanyalah sebagian kecil kejahatan
kemanusiaan yang dilakukan penguasa rezim Suharto terhadap umat Islam. Belum
lagi tragedi lainnya yang tidak kalah mengerikan seperti yang ditimpakan pada
rakyat Timor-Timur, Papua, Kedungombo, dan sebagainya. Serta yang tak kalah
lagi adalah semasa rezim soeharto memimpin, dia menanamkan pola praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme.
Lahirnya Indonesia Baru tersebut secara alami telah mendekatkan
Indonesia pada beberapa prinsip dasar yang selama ini dianut oleh Norwegia dan
pada gilirannya membawa kesamaan posisi dan sikap kedua negara terhadap
berbagai isu internasional.
Berbagai kolaborasi bilateral berdimensi Internasional banyak dilakukan
oleh Indonesia dan Norwegia. Kedua negara merupakan dua dari tujuh negara
yang menggagas dan aktif dalam upaya mengarus-utamakan isu kesehatan dalam
politik luar negeri (Health and Foreign Policy). Contoh lain dari kolaborasi
semacam ini adalah Seven Nations Initiatives for Non-Proliferation and
Disarmament, dimana kedua negara merupakan dua dari tujuh negara yang
berupaya kuat agar proses perlucutan senjata dan pencegahan proliferasi nuklir
dapat berjalan demi penciptaan perdamaian dunia. Belum lagi, kolaborasi kedua
dalam World Trade Organization yang kemudian disebut sebagai "Kelompok
42
Baru Enam Negara" (Canada, Chile, Indonesia, Norwegia, Kenya dan Selandia
Baru).50
Hubungan yang erat serupa juga dilakukan dengan melibatkan pucuk
pimpinan pemerintahan. Presiden Yudhoyono dan PM Stoltenberg merupakan dua
pemimpin dunia yang aktif dalam Network of Global Leaders For MDGs 4 and 5,
suatu networking yang memperjuangkan pencapaian Millennium Development
Goals nomer 4 (MDGs-4: menurunkan angka kematian anak) dan (MDGS-5
meningkatkan kesehatan ibu).51
Semua kolaborasi semacam ini terus memberikan keuntungan dan
memberikan kontribusi untuk memperkuat posisi Indonesia dalam pencapaian
kepentingan nasional di tataran internasional. Norwegia sejauh ini selalu
memberikan dukungan terhadap pencalonan Indonesia di berbagai forum
internasional.
Di bidang politik, keamanan dan isu HAM (hak asasi manusia) kerjasama
yang telah dilakukan sejauh ini antara lain beasiswa kepada mahasiswa Indonesia
untuk mengambil studi hak asasi manusia di Universitas Oslo, pelatihan untuk
militer dart polisi, kerjasama pembuatan modul untuk mata kuliah hak asasi
manusia antara Universitas Oslo dengan universitas di Indonesia dan program
beasiswa untuk studi hak asasi manusia dan demokratisasi antara Universitas
Gadjah Mada dan Universitas Oslo.
Di bidang ekonomi, perdagangan kedua negara mengalami peningkatan.
Pada tahun 2006, neraca perdagangan kedua negara mencapai Nok.1286 juta dan 50 diambil http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/lingkungan/10/05/26/117289-presiden-sby-indonesia-serius-kelola-hutan. Tanggal akses 12/3/2010 51 ibid
43
tahun 2007 mencapai No. 1485 juta. Jika pada tahun 2005, investasi Norwegia di
Indonesia hanya mencapai 0,5 juta USD, maka pada tahun 2006, investasi
mencapai USD 15.Sjuta, ini merupakan suatu kenaikan investasi yang luar biasa.
Investasi ini tidak termasuk investasi di bidang migas dan mining. Jika kedua
bidang tersebut dimasukkan, make investasi Norwegia di Indonesia diyakini
mengalami lonjakan yang luar biasa.52
Untuk mempercepat pelaksanaan kerjasama di bidang perikanan datt
energi terbarukan, Indonesia dan Norwegia sepakat untuk menandatangani
perjanjian pemberian hibah masing-masing sebesar USD 8,6 Juta untuk perikanan
dan USD 1 juta untuk proyek energi terbarukan. Hal tersebut merupakan salah
satu hasil dari pertemuan bilateral antara Dirjen Amerika dan Eropa Deplu, Duta
Besar Retno L.P. Marsudi dengan Menlu Norwegia, Jonas Gahr Store pada
tanggal 13 Oktober 2008. Bantuan USD 8,6 Juta antara lain akan dipergunakan
untuk pembentukan Indonesian -Norway Fisheries and Aquaculture Cooperation
Committee, kerjasama bersama di bidang pendidikan dan pelatihan, pembangunan
aquaculture yang berhubungan dengan National Aquatic Health Laboratory, dan
kerjasama Joint Fisheries Management. Sementara itu, hibah sebesar USD 1 juta
akan digunakan bagi rencana pembangunan renewable energy park di Baron,
Jogjakarta.53
Lingkungan hidup merupakan salah satu kerjasama tradisional yang
merupakan salah satu pilar penting dalam hubungan bilateral. Joint Declaration
on Climate Change and Energy Issues telah ditandatangani oleh kedua Kepala 52 diambil dari http://www.deplu.go.id/_layouts/mobile/PortalDetail-NewsLike.aspx_ 53 Diambil dari http://www.antaranews.com/view/?I=1241092895&c=EKBS&s=BIS tanggal akses 13/7/2010
44
Pemerintahan di Jakarta Maret 2007 merupakan penekanan kembali arti penting
kerjasama lingkungan hidup bagi kedua negara. Pengelolaan lingkungan hidup di
Taman Nasional Bukit Tigapuluh (terrestrial bio-diversity) dan pengelolaan
keanekaragaman hayati pesisir lout dan perikanan (marine and coastal
management) di Barelang dan Bintan merupakan salah satu contoh kerjasama.
Norwegia juga merupakan salah satu, negara yang memberikan dukungan penuh
bagi Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan UN Framework Conference on
Climate Change (UNFCCC) di Bali. Desember 2007, Bali (Indonesia) menjadi
tuan rumah Konferensi PBB Mengenai Perubahan Iklim ke -13 (COP ke-13
UNFCCC), CoP ke-13 yang berlangsung di Bali pada 3-14 Desember itu diikuti
oleh 189 negara dengan ribuan delegasi pejabat pemerintah, LSM, kalangan
pengusaha dan wartawan. CoP ke-13 di Bali ini menimbulkan harapan besar dapat
menghasilkan kesepakatan yang berarti untuk menanggulangi perubahan iklim
dan dampaknya. 54
Salah satu bentuk dukungan adalah kehadiran PM Norwegia di Bali serta
dukungan pendanaan Norwegia bagi pelaksanaan Pre-COP (Conference of
Parties) UNFCCC di Bogor sebesar USD 500.000. Kerjasama lain adalah di
bidang peatland dan rehabilitasi hutan. Saat ini, kedua negara sedang membahas
konsep proyek untuk kerjasama rehabilitasi hutan. Dalam pertemuan UNFCCC di
Bali, Norwegia menyampaikan bahwa pihaknya menyediakan dana sebesar Nok.
3 milyar (atau senilai USD 500juta-600juta) untuk mencegah deforestasi di
54 Diambil dari http://seruu.com/internasional/indonesia-dan-norwegia-tingkatkan-kerjasama-lingkungan-hitum/itemid-695.tanggal akses 13/10/2010
45
negara-negara berkembang.55
Hubungan Indonesia dan Norwegia merupakan bukti bahwa letak yang
saling berjauhan dan beberapa karakteristik yang berbeda bukan merupakan
hambatan bagi dua negara untuk mengembangkan sayap kerjasama yang kokoh.
tunya sebuah kerja keras diperlukan untuk mencapai hal ini. Terutama kerjasama
dalam menghadapi global warming selama ini yang terjalin baik dapat menjadi
model yang kreatif dan inovatif antara negara maju dan negara berkembang.
Hubungan baik antara Indonesia dan Norwegia kembali dipererat dengan
komitmen kedua negara untuk meningkatkan kerjasama yang tercermin dengan
penandatanganan Letter of Intent on ”Cooperation on Democracy and Conflict
Resolution”oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, N. Hassan Wirajuda
dan Menteri Luar Negeri Kerajaan Norwegia, Jonas Gahr Støre, tanggal 27 April
2009. Pada kesempatan yang sama juga ditandatangani, Agreement on ”Baron
Technopark Renewable Energy Project” dan Grant Agreement for Capacity
Building in Fisheries and Aquaculture oleh Direktur Jenderal Amerika dan Eropa,
Departemen Luar Negeri RI dengan Duta Besar Norwegia untuk Indonesia di
Oslo.56
Menlu Hassan Wirajuda dan Menlu Jonas G. Store dalam pertemuan
tersebut, sepakat ketiga kerjasama yang disepakati dalam pertemuan tersebut
bukanlah puncak kerjasama bilateral kedua negara. Kedua pihak sepakat untuk
terus menggali dan memperluas kerjasama di bidang lainnya seperti kesehatan
55 Diambil dari http://www.norwegia.or.id/News_and_events/Lingkungan/Minister-Solheim-visits-Indonesia1/.Tanggal akses 10/9/2010 56 Diambil dari http://www.deplu.go.id/Pages/News.aspx?IDP=2270&l=id. Tanggal akses 14/9/2010
46
global dalam kerangka Foreign Policy and Global Health, bidang penanganan isu
lingkungan hidup antara lain pengedepanan REDD dan penanganan perubahan
lingkungan, sertapencapaian Millennium Development Goals nomor 4 dan 5
dalam kerangka Global Leaders’ Network.57
57 ibid