proposal bab 1 2 3
-
Upload
awanda-herman -
Category
Documents
-
view
14 -
download
5
description
Transcript of proposal bab 1 2 3
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker serviks adalah keadaan ketika sel pada serviks mulai tumbuh
dan bereplikasi secara tidak normal dan tidak terkontrol. Ketika hal ini terjadi ,
tubuh tidak dapat mengatur sel tersebut agar kembali ke fungsi nomalnya , dan
sel tersebut berkumpul membentuk suatu massa yang disebut tumor1 . Kanker
serviks merupakan salah satu penyakit keganasan di bidang kebidanan yang
masih menempati posisi tertinggi sebagai penyakit kanker yang menyerang
kaum perempuan1,2.
Di seluruh dunia, kanker serviks merupakan penyebab utama kedua
kematian pada wanita, setiap tahun sekitar 500.000 kasus baru terdiagnosis di
seluruh dunia1,2,3 . The American Cancer Society (ACS) mencatat di amerika
pada tahun 2012 terjadi 12, 170 kasus baru kanker serviks3 , di seluruh dunia
jumlah kasusnya sangat bervariasi mualai dari 4,5 kasus per 100.000 wanita
di Asia Barat sampai 34,5 kasus per 100.000 wanita di Asia bagian Utara4.
Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007,
kanker menempati urutan ke 6 penyebab kematian terbesar di Indonesia5.
Kanker dapat menyerang semua kelompok umur, masyarakat miskin dan kaya
dan semua strata pendidikan, dari tidak sekolah sampai perguruan tinggi.5
Hasil Riskesdas 2007 juga menunjukkan bahwa prevalensi
tumor/kanker di Provinsi DIY adalah yang tertinggi di Tanah Air, yaitu 9,6
2
per 1000 penduduk. Yang terendah adalah di Provinsi Maluku: 1,5 per 1000
penduduk.5
Angka nasional kanker adalah 4,3 per 1000 penduduk, dengan angka
kejadian lebih tinggi pada perempuan: 5,7 per 1000 penduduk, dibandingkan
dengan laki-laki: 2,9 per 1000 penduduk. Tingginya prevalensi di DIY
tersebut disebabkan kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini
cukup tinggi.5
Data tentang Gambaran Efektifitas Terapi Radiasi Pada Kanker
Serviks Stadium Lanjut berdasarkan Kelompok Umur Pasien di RSUD Arifin
Achmad belum ada , sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai Terapi Radiasi Pada Kanker Serviks periode 2009 - 2011
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tingginya angka kejadian kanker servik di
Indonesia dan tingginya angka morbiditas pada stadium lanjut, maka penulis
merumuskan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah ”Apakah
umur pasien mempengaruhi efektifitas Radioterapi di hitung dari waktu di
temukannya sel viable pada kontrol Pap Smear pasca radiasi di instalasi
Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Ahmad Pekanbaru ?”
1.3 Tujuan Penelitan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hasil terapi radiasi pada pasien kanker serviks stadium
lanjut berdasarkan kelompok umur pasien, yang menjalani terapi radiasi di
instalasi Radiologi Rumah Sakit Arifin Ahmad Pekanbaru.
3
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh umur dengan efektifitas terapi
radiasi pada pasien kanker serviks stadium lanjut yang menjalani terapi radiasi
di instalasi Radiologi Rumah Sakit Arifin Ahmad Pekanbaru.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
1.Mendapatkan pengalaman meneliti dengan metode penelitian ilmiah dan
menambah wawasan mengenai kanker serviks stadium lanjut yang
mendapatkan di terapi radiasi.
2. Sebagai sarana belajar dalam mengaplikasikan ilmu – ilmu yang telah
didapat selama perkuliahan serta menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang Terapi Radiasi pada Kanker Serviks Stadium Lanjut.
2. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Riau
Menghasilkan data yang dapat dijadikan bahan acuan dan masukan untuk
penelitian selanjutnya.
3. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru
Menjadi bahan masukan untuk dilakukannya tindakan pemantauan hasil
terapi radiasi pada kanker servik stadium lanjut yang sudah melakukan
terapi radiasi tersebut.
4. Bagi peneliti lain
Sebagai data pembanding dan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kanker Serviks ataupun lebih dikenali sebagai kanker leher rahim adalah
tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim /serviks yang merupakan bagian
terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Pada penderita kanker
serviks terdapat sekelompok jaringan yang tumbuh secara terus- menerus yang tidak
terbatas, tidak terkoordinasi dan tidak berguna bagi tubuh, sehingga jaringan
disekitarnya tidak dapat berfungsi dengan baik 6
2.2 Penyebab
Penyebab tersering kanker serviks adalah infeksi virus HPV. infeksi
kronik leher rahim oleh satu atau lebih virus HPV (Human Papiloma Virus) tipe
onkogenik yang beresiko tinggi menyebabkan kanker leher rahim yang ditularkan
melalui hubungan seksual (sexually transmitted disease)78
Lebih dari 90% kanker serviks jenis skuamosa mengandung DNA virus
HPV dan 50% kanker serviks berhubungan dengan HPV tipe 16 (Ferlay J et al,
2002 ) . Paparan virus HPV yang menginfeksi serviks ada berbagai jenis, namun
yang berisiko tinggi menjadi kanker pada serviks adalah tipe 16, 18, 45, 56.9
Dan ditemukan bahwa HPV tipe 16 dan 18 merupakan penyebab dari 70
% kasus kanker serviks didunia. Infeksi HPV tipe ini dapat mengakibatkan
perubahan sel-sel leher rahim menjadi lesi intra-epitel derajat tinggi (high-grade
intraepithelial lesion/ LISDT) yang merupakan lesi prakanker.10
5
2.3 Faktor resiko
Kanker serviks memiliki berbagai faktor resiko , antara lain :
2.3.1 Usia
Faktor resiko yang paling utama sangat berkaitan erat dengan usia yaitu
melakukan hubungan seksual di usia muda atau di bawah 17 tahun. Hal ini
dihubungkan dengan belum selesainya perubahan atau transformasi pada daerah
serviks pada usia tersebut bila sering di ekspos dalam bentuk hubungan seksual,
tingginya frekuensi dari aktifitas seksual pada wanita usia muda sangat
berpengaruh terhadap kenaikan resiko kanker serviks namun tidak di dapati hal
serupa pada wanita usia yang lebih tua11
Dalam pantauan proses perkembangan penyakitnya , diagnosis di
tegakkan di berbagai usia. Displasia sering terdiagnosis pada umur 20 tahunan.
Sedangkan untuk karsinoma insitu pada usia 25 -35 tahun dan kanker serviks yang
sudah menginvasif di temukan dominan pada usia 40 tahun ke atas. Penelitian
awal menyimpulkan kejadian kanker serviks pada wanita yang menikah di usia
muda cukup tinggi dan resiko bisa meningkat dua kali lipatnya pada wanita yang
telah berhubungan seksual dibawah umur 16 tahun.12
Infeksi HPV banyak di temukan pada umur 18-30 tahun (30-50%) yaitu
beberapa tahun setelah berhubungan seksual, dan menurun tajam saat umur diatas
30 tahun. Infeksi HPV sendiri dapat di pengaruhi oleh aktifitas seksual dari wanita
tersebut seperti berhubungan seksual usia dini dibawah umur 17 tahun,
multipartner seksual, terinfeksi kuman lain, kutil genitalis, riwayat pap-smear
abnormal, dan kanker penis. Infeksi HPV transien pada usia 13-22 tahun dapat
mengalami regresi spontan alamiah yaitu 70% untuk infeksi HPV risiko tinggi
6
dan 90% untuk infeksi HPV risiko rendah. Hal ini memberikan pola sitologik
sekitar 15% Cervical Intraepitel Neoplasia (CIN) I berkembang menjadi CIN II.
Sekitar 50% CIN II berkembang menjadi CIN III dan sekitar 90% CIN III
berkembang menjadi kanker serviks invasive13
2.3.2 Jumlah Paritas
Wanita yang sering melahirkan juga mempunyai faktor resiko tersendiri
terhadap kanker serviks , semakin seringnya seorang wanita melahirkan
berbanding lurus dengan peningkatan resiko terhadap kanker sevriks, wanita yang
hamil dan melakukan persalinan lebih dari tiga kali akan meningkatkan resiko.
Hasil penelitan oleh Mubasir dkk, ditemukan peningkatan frekuensi kejadian
kanker serviks pada wanita yang pernah melahirkan di bandingkan dengan yang
belum pernah melahirkan. Multiparitas menjadi hal yang lebih menonjol karena
dihubungkan dengan kemungkinan menikah pada usia muda , juga dapat
dihubungkan dengan higienitas yang buruk serta rendahnya tingkat sosial
ekonomi.11,14
2.3.3 Pasangan seksual yang berbeda – beda
Kebiasaan melakukan aktifitas seksual dengan pasangan yang berbeda
beda akan menyebabkan peningkatan resiko penularan penyakit seksual. Dalam
penularan penyakit seksual tersebut salah satunya adalah penularan Human
papiloma virus (HVP) yang menurut penelitian sangat erat kaitannya dengan
kejadian kanker serviks. Pada wanita yang mempunyai pasangan seksual lebih
dari 6 orang maka peningkatan resiko penularan meningkat 10 kali lipat.15
7
2.3.4 Merokok
Pada wanita yang merekok ditemukan bahwa adanya penurunan daya
tahan tubuh khususnya bagian serviks di akibatkan adanya unsur dari zak nikotin
yang di temukan pada lendir serviks. Hal ini juga meningkatkan resiko terhadap
kanker servik 2 kali lipat. 16,17,18
2.4 Patogenesis dan Patofisiologi
Squoma-Columnar Junction (SCJ) adalah batas antara epitel ektoserviks
(portio) dan epitel endoserviks (kanalis serviks), di bagian Squoma-Columnar
Junction (SCJ) inilah sel kanker serviks mulai muncul . Bagian SCJ ini ternyata
mempunyai posisi yang berbeda pada wanita , tergantung dari usia, SCJ berada di
luar dari ostium uteri eksternum pada usia muda dan berada di dalam kanalis
servikalis untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun . maka untuk melakukan
pemeriksaan pada serviks berupa pap smear , agar efektif yang harus di usap
adalah zona transformasi tersebut dan harus dikerjakan dengan skraper dari Ayre
atau cytobrush khusus. Ada beberapa tahapan perjalan penyakit mulai dari infeksi
oleh HPV hingga menjadi kanker serviks,hal ini bermula dari displasia ringan
(NIS 1) , displasia sedang (NIS 2), displasia berat dan karsinoma insitu (NIS 3)
dan selanjutnya menjadi karsinoma invasif .Beberapa penelitian menemukan NIS
1/NIS 2 merupakan NIS yang paling banyak mengalami regresi yaitu sekitar 30-
35% . Namun karena belum dapat ditentukan lesi mana yang akan menjadi
progresif dan yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial
berkembang menjadi progresif sehingga harus di berikan penatalaksanaan
sebagaimana mestinya.19,20
8
Kanker serviks yang invasif berawal dari lesi displasia sel serviks yang
berkembang menjadi displasia tingkat lanjut, karsinoma in-situ dan akhirnya
menjadi kanker invasif. Penelitian menunjukkan bahwa prekursor kanker adalah
lesi displasia tingkat lanjut (high-grade dysplasia) yang sebagian kecilnya akan
berubah menjadi kanker invasif dalam 10-15 tahun, sementara displasia tingkat
rendah (low-grade dysplasia) mengalami regresi spontan.21
Gambar 1. Patofisiologi Kanker1
NIS : Neoplasma Intraepitel Serviks
9
2.5 Klasifikasi dan stagging
Tabel 1. Klasifikasi histologik kanker serviks1
WHO 1975
1. Karsinoma sel skuamosa
- Dengan pertandukan
- Tipe sel besar tanpa
pertandukan
- Tipe sel kecil tanpa
pertandukan
2. Adenokarsinoma
- Tipe endoserviks
- Tipe endometrioid
3. Karsinoadenoskuamosa
1. Karsinoma sel skuamosa
- Dengan pertandukan
- Tanpa pertandukan
- Tipe verukosa
- Tipe kondilomatosa
- Tipe kapiler
- Tipe limfoepitelioma
2. Adenokarsinoma
- Tipe musinosa
- Tipe mesonefrik
WHO 1994
10
- Karsinoma adenoid kistik
- Adenokarsinoma
- Mesonefroid
4. Tumor mesenkhim
- Karsinoma tidak
berdiferensiasi
- Tumor metastasis
- Tipe clear cell
- Tipe serosa
- Tipe endometrioid
3. Karsinoadenoskuamosa
- Karsinoma glassy cell
- Karsinoma sel kecil
- Karsinoma adenoid basal
- Tumor karsinoid
- Karsinoma adenoid kistik
4. Tumor mesenkim
- Karsinoma tidak
berdiferensiasi
11
Untuk penentuan stadium pada kanker serviks telah di susun oleh
International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) pada tahun 2009
Tabel 2. Stadium kanker serviks menurut FIGO 2009.22
Tingkat Kriteria
Stadium I Karsinoma yang hanya menyerang serviks (tanpa bisa mengenali
ekstensi ke corpus)
Stadium IA Invasi kanker hanya bisa di nilai
Stadium IA1 Invasi stroma sedalam < 3,0 mm dan luasnya < 7,0 mm
Stadium IA2 Invasi stroma sedalam > 3,0 mm dan < 5,0 mm dengan luasnya <
7,0 mm
Stadium IB Lesi yang tampak secara klinis, terbatas pada serviks uteri atau
kanker yang tampak secara mikroskopik lebih besar daripada
stadium IA2
Stadium IB1 Lesi yang tampak secara klinis < 4,0 cm pada bagian terbesar
Stadium IB2 Lesi yang tampak secara klinis > 4 cm in greatest dimension
Stadium IIA1 Mencakupi dua pertiga bagian atas vagina , tanpa invasi pada
parametrial, < 4,0 cm pada bagian terbesar
Stadium IIA2 > 4,0 cm pada bagian terbesar
Stadium IIB Sudah mencakupi parametrial
12
Stadium IIIA Tumor melibatkan sepertiga bawah vagina, tanpa ekstensi ke
dinding pelvis
Stadium IIIB Ekstensi ke dinding pelvis dan/atau hidronefrosis atau merusak
ginjal
Stadium IVA Pertumbuhannya menyebar ke organ-organ sekitarnya
Stadium IVB Menyebar ke organ yang jauh
13
2.6 Diagnosis
2.6.1 Gejala dan tanda
Biasanya lesi pra kanker dan kanker serviks pada stadium dini tidak
menunjukkan gejala apapun dan hanya dapat terdeteksi jika pasien melakukan
pemeriksaan sitologi. Gejala akan timbul sesuai dengan penyakitnya jika sudah
memasuki tahap kanker , gejala bisa berupa lokal ataupun menyebar. Gejala yang
timbul bisa berupa perdarahan pasca berhubungan seksual atau terjadi perdarahan
tiba tiba diluar masa haid dan pada masa menopause. Jika sudah berkembang bisa
terjadi infeksi dan menyebabkan keluarnya cairan ( duh tubuh) yang mengalir
melalui vagina. Bila sudah lanjut , akan timbul nyeri panggul dan berbagai gejala
yang berkaitan dengan organ di sekitar panggul. 23,24 . Gejala lain di luar panggul
dan sekitarnya adalah gangguan organ lain yang sudah terkena seperti otak akan
timbul nyeri kepala, gangguan kesadaran , paru akan timbul sesak napas atau
batuk berdarah, tulang seperi nyeri atau patah, hati seperti nyeri perut kanan atas,
ikterik atau udem.25
2.6.2 Penegakan Diagnosis
1. Pemeriksaan Sitologi (Pap Smear)
Sel kanker didapat dari sel – sel yang diambil dari porsio serviks, pada
wanita yang berusia 18 tahun atau sudah berhubungan seksual di bawah 18 tahun
pemeriksaan Pap Smear sudah harus dimulai. Setelah tiga kali hasil pemeriksaan pap
smear tidak di dapatkan sel sel yang viable maka pemeriksaan boleh dilakukan setiap
tiga tahun sekali sampai usia 65 tahun. Pap smear punya tingkat spesifitas yang tinggi
yaitu 90% dan biayanya yang terjangkau sehingga angka kematian akibat kanker
serviks bisa menurun hingga 50 %. Pap smear di anjurkan dilakukan teratur 1 kali
14
setahun bagi wanita yang telah aktif berhubungan seksual, jika hasil Pap smear
normal setelah pemeriksaan 3 kali berturut – turut maka pemeriksaan selanjutnya
boleh dilakukan setiap 2 sampai 3 tahun sekali.26
Hasil pemeriksaan Pap smear adalah sebagai berikut :
a. Normal
b. Displasia ringan
c. Displasia berat
d. Karsinoma insitu
e. Karsinoma invasif
2. Pemeriksaan DNA HPV
Pemeriksaan ini dilakukan bersamaan dengan Pap smear sebagai skrining
bagi wanita diatas 30 tahun. Penelitian mendapatkan bahwa pap smear yang
dikombinasikan dengan DNA HVP dan keduanya mendapatkan hasil negatif
hampir bisa dipastikan 100% tidak ada NIS 3
3. Biopsi
Pemeriksaan Biopsi dilakukan untuk melengkapi sekaligus memastikan hasil
Pap smear yang terdapat suatu kelainan atau kanker pada sel serviks pada
pemeriksaan sitologi, dan juga dilakukan bila pada pemeriksaan panggul tampak
suatu pertumbuhan abnormal ataupun perlukaan pada daerah serviks. Ada 2 Teknik
biopsi yang biasa dilakukan yaitu Punch Biopsy tanpa anastesi dan teknik Cone
Biopsy yang menggunakan anastesi. Hasil biopsi akan memperjelas hasil
pemeriksaan sitologi apakah benar sel kanker atau bukan.26
2.7 Penatalaksanaan
2.8 2.7.1 Pembedahan
15
1. Histerektomi Radikal : Pemebedahan ini dilakukan untuk mengangkat
uterus, serviks , sedikit bagian dari vagina dan jaringan serta ligamen di
sekitar kanker tersebut, jika sudah cukup menyebar ovarium, tuba
fallopi dan kelenjar limfe disekitarnya juga bisa di angkat.27
2. Histerektomi Radikal Termodifikasi : Pembedahan ini hampir sama
dengan Histerektomi Radikal namun pengangkatan dari organ dan
jaringan tidak sebanyak Histerektomi Radikal. 27
3. Bilateral salpingo-oophorectomy : Pembedahan ini dengan mengangkat
seluruhnya ovarium dan tuba fallopi pada kedua sisinya27
4. Pelvic exenteration : Pembedahan ini mengangkat hampir keseluruhan
organ panggul seperti serviks , vagina , ovarium, usus besar bagian
bawah, rectum , kandung kemih serta kelenjar limfe disekitarnya .
dibutuhkan operasi plastik rekontruksi untuk pembuatan pengganti
kandung kemih dan vagina setelah operasi ini27
5. Cryosurgery : sebuah terapi yang menggunakan sebuah alat yang dapat
membekukan dan menghancurkan sel – sel kanker seperti karsinoma in
situ. 27
6. Laser surgery : Proses operasi ini menggunakan tembakan laser untuk
menghancurkan lesi yang dipermukaan seperti tumor27
16
7. Loop electrosurgical excision procedure (LEEP): Sebuah terapi yang
menggunakan arus listrik yang dialirkan ke lempengan kawat kecil
yang berbentuk lingakaran yang digunakan untuk mengangkat jaringan
abnormal atau jaringan kanker27
2.7.2 Terapi Radiasi
Terapi Radiasi adalah sebuah terapi kanker yang menggunakan sinar X
berkekuatan tinggi atau jenis sinar lain untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan dari sel kanker. Ada 2 tipe terapi radiasi yaitu terapi radiasi exterbal
dan terapi radiasi internal. Terapi radiasi external menggunakan mesin yang
berada di luar tubuh yang memancarkan radiasi ke sel kanker sedangkan terapi
radiasi internal adalah terapi menggunakan zat radioaktif yang melewati jarum ,
kabel ataupun kateter yang di tempatkan lansung di sel kanker yang menjadi
target. Terapi radiasi diberikan sesuai jenis dan stadium yang di derita pasien. 27
2.7.3 Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat obatan untuk
membunuh sel kanker atau untuk menghentikan perkembangannya dengan cara
mencegah sel kanker membelah. Ada 2 jenis kemoterapi yang biasa digunakan
yaitu kemoterapi sistemik dan kemoterapi regional . kemoterapi sistemik dengan
berupa memasukkan obat melalui oral , intravena ataupun intramuskular dan
selanjutnya masuk ke aliran darah dan menuju sel kanker tersebut dan kemoterapi
regional ada kemoterapi yang penempatan obat langsung pada sel kanker. Terapi
17
dengan kemoterapi juga harus bedasarkan tipe kanker dan stadium yang diderita
pasien.27
BAB III
METODE PENELITIAN
18
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan penelitian deskriptif
retrospektif. Data diperoleh dari rekam medik yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran efektifitas terapi radiasi pada Kanker Serviks
Stadium Lanjut berdasarkan kelompok umur pasien di RSUD Arifin
Achmad Periode 2009 - 2011
.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Pengambilan data dilakukan di Bagian Rekam Medis RSUD Arifin
Ahmad Pekanbaru dengan data periode tahun 2009 – 2011. Penelitian
akan dilakukan pada November 2013 .
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah semua kasus yang didiagnosis sebagai
kanker serviks stadium lanjut yang menjalani terapi radiasi di bagian
radiologi RSUD Arifin Achmad Kota Pekanbaru periode 2009 - 2011.
Teknik dari pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling
dengan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
3.3.1 Kriteria Inklusi
Adapu kriteria inklusi penelitian ini adalah:
a. Pasien yang didiagnosis kanker serviks stadium lanjut yang melakukan
terapi radiasi komplit (25 kali radiasi eksterna).
19
b. Pasien yang didiagnosis kanker serviks stadium lanjut yang telah
melakukan terapi radiasi dan melakukan follow up (PAP SMEAR)
minimal 1 kali setelah terapi.
3.3.2 Kriteria Eksklusi
a. Pasien yang didiagnosis kanker serviks stadium lanjut yang tidak
melakukan terapi radiasi komplit.
b. Pasien yang didiagnosis kanker serviks stadium lanjut sudah melkukan
terapi radiasi tetapi tidak melakukan follow up (PAP SMEAR).
3.4 Definisi Operasional
Definisi operasional pada penelitian ini yaitu :
1. Kanker Serviks adalah pertumbuhan jaringan yang tak terkendali pada
serviks yang telah dibuktikan dengan melakukan pemeriksaan
histopatologis ( PAP SMEAR).
2. Umur adalah usia dari penderita pada saat pasien yang terdiagnosis
kanker serviks stadium lanjut melakukan terapi radiasi yang sudah
tercatat dalam status di Bagian Rekam Medik RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru, dan kemudian dikelompokkan menjadi :
a. 25 – 44 tahun
b. 45- 64 tahun
c. > 65 tahun
3. Tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir yang disandang oleh
penderita, yang dibagi berdasarkan :
20
a. Tidak Sekolah – Tamat SD
b. Tamat SMP dan sederajat
c. Tamat SMA dan sederajat
d. Tamat Perguruan Tinggi
e. Data yang tidak tersedia
4. Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh janin yang viable,
dan kemudian dikelompokkan menjadi :
a. Primigravida
b. Nulipara
c. Multigravida
d. Data yang tidak tersedia
3.5 Pengumpulan data
Data nantinya diperoleh dari rekam medik penderita Kanker Serviks
Stadium lanjut yang melakukan terapi radiasi di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru periode 2009- 2011. Data yang akan diambil adalah :
1. Usia pada saat melakukan terapi radiasi
2. Tingkat pendidikan
3. Paritas
4. Stadium saat diagnosis Kanker Serviks ( IIB sampai IV B)
3.6 Teknik Pengolahan Dan Analisi Data
3.6.1 Teknik Pengolahan Data
21
Proses pengolahan data akan dilakukan setelah pengumpulan data telah
selesai dilakukan atau dilaksanakan. Adapun teknik – teknik untuk
pengolahan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Editing
Pada langkah ini dilakukan untuk memeriksa kembali data – data yang
telah diperoleh. Hal ini mencakup kelengkapan dari data tersebut,
kekeliruan yang terjadi pada saat melakukan pengisian, data sampel yang
diperoleh atau didapat yang tidak sesuai ataupun tidak lengkap.
2. Koding
Data yang sudah diperoleh nantinya akan diberikan kode – kode tertentu
untuk mempermudahkan dalam proses pembacaan data.
3. Tabulasi
Setelah proses koding selesai dilakukan, data yang terkumpul tersebut
kemudian dimasukkan lagi kedalam tabel frekuensi yang sesuai dengan
kategorinya masing – masing, sehingga nantinya akan memudahkan
untuk kita analisa.
3.6.2 Analisi Data
Data akan dianalisis secara univariat yang dimaksud untuk
mendeskripsikan karakteristik sampel. Analisis ini kemudian dilakukan
dengan menyajikan variabel yang kita teliti dengan menggunakan
statistik deskriptif dan juga disajikan dalam bentuk tabel atau grafik
yang bertujuan untuk mengetahui proporsi variabel masing – masing.