proposal bab 1 2 3

32
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks adalah keadaan ketika sel pada serviks mulai tumbuh dan bereplikasi secara tidak normal dan tidak terkontrol. Ketika hal ini terjadi , tubuh tidak dapat mengatur sel tersebut agar kembali ke fungsi nomalnya , dan sel tersebut berkumpul membentuk suatu massa yang disebut tumor 1 . Kanker serviks merupakan salah satu penyakit keganasan di bidang kebidanan yang masih menempati posisi tertinggi sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan 1,2 . Di seluruh dunia, kanker serviks merupakan penyebab utama kedua kematian pada wanita, setiap tahun sekitar 500.000 kasus baru terdiagnosis di seluruh dunia 1,2,3 . The American Cancer Society (ACS) mencatat di amerika pada tahun 2012 terjadi 12, 170 kasus baru kanker serviks 3 , di seluruh dunia jumlah kasusnya sangat bervariasi mualai dari 4,5 kasus

description

esfsd

Transcript of proposal bab 1 2 3

Page 1: proposal bab 1 2 3

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker serviks adalah keadaan ketika sel pada serviks mulai tumbuh

dan bereplikasi secara tidak normal dan tidak terkontrol. Ketika hal ini terjadi ,

tubuh tidak dapat mengatur sel tersebut agar kembali ke fungsi nomalnya , dan

sel tersebut berkumpul membentuk suatu massa yang disebut tumor1 . Kanker

serviks merupakan salah satu penyakit keganasan di bidang kebidanan yang

masih menempati posisi tertinggi sebagai penyakit kanker yang menyerang

kaum perempuan1,2.

Di seluruh dunia, kanker serviks merupakan penyebab utama kedua

kematian pada wanita, setiap tahun sekitar 500.000 kasus baru terdiagnosis di

seluruh dunia1,2,3 . The American Cancer Society (ACS) mencatat di amerika

pada tahun 2012 terjadi 12, 170 kasus baru kanker serviks3 , di seluruh dunia

jumlah kasusnya sangat bervariasi mualai dari 4,5 kasus per 100.000 wanita

di Asia Barat sampai 34,5 kasus per 100.000 wanita di Asia bagian Utara4.

Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007,

kanker menempati urutan ke 6 penyebab kematian terbesar di Indonesia5.

Kanker dapat menyerang semua kelompok umur, masyarakat miskin dan kaya

dan semua strata pendidikan, dari tidak sekolah sampai perguruan tinggi.5

Hasil Riskesdas 2007 juga menunjukkan bahwa prevalensi

tumor/kanker di Provinsi DIY adalah yang tertinggi di Tanah Air, yaitu 9,6

Page 2: proposal bab 1 2 3

2

per 1000 penduduk. Yang terendah adalah di Provinsi Maluku: 1,5 per 1000

penduduk.5

Angka nasional kanker adalah 4,3 per 1000 penduduk, dengan angka

kejadian lebih tinggi pada perempuan: 5,7 per 1000 penduduk, dibandingkan

dengan laki-laki: 2,9 per 1000 penduduk. Tingginya prevalensi di DIY

tersebut disebabkan kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini

cukup tinggi.5

Data tentang Gambaran Efektifitas Terapi Radiasi Pada Kanker

Serviks Stadium Lanjut berdasarkan Kelompok Umur Pasien di RSUD Arifin

Achmad belum ada , sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian

mengenai Terapi Radiasi Pada Kanker Serviks periode 2009 - 2011

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tingginya angka kejadian kanker servik di

Indonesia dan tingginya angka morbiditas pada stadium lanjut, maka penulis

merumuskan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah ”Apakah

umur pasien mempengaruhi efektifitas Radioterapi di hitung dari waktu di

temukannya sel viable pada kontrol Pap Smear pasca radiasi di instalasi

Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Ahmad Pekanbaru ?”

1.3 Tujuan Penelitan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hasil terapi radiasi pada pasien kanker serviks stadium

lanjut berdasarkan kelompok umur pasien, yang menjalani terapi radiasi di

instalasi Radiologi Rumah Sakit Arifin Ahmad Pekanbaru.

Page 3: proposal bab 1 2 3

3

1.3.2 Tujuan Khusus

Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh umur dengan efektifitas terapi

radiasi pada pasien kanker serviks stadium lanjut yang menjalani terapi radiasi

di instalasi Radiologi Rumah Sakit Arifin Ahmad Pekanbaru.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

1.Mendapatkan pengalaman meneliti dengan metode penelitian ilmiah dan

menambah wawasan mengenai kanker serviks stadium lanjut yang

mendapatkan di terapi radiasi.

2. Sebagai sarana belajar dalam mengaplikasikan ilmu – ilmu yang telah

didapat selama perkuliahan serta menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan tentang Terapi Radiasi pada Kanker Serviks Stadium Lanjut.

2. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Menghasilkan data yang dapat dijadikan bahan acuan dan masukan untuk

penelitian selanjutnya.

3. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru

Menjadi bahan masukan untuk dilakukannya tindakan pemantauan hasil

terapi radiasi pada kanker servik stadium lanjut yang sudah melakukan

terapi radiasi tersebut.

4. Bagi peneliti lain

Sebagai data pembanding dan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Page 4: proposal bab 1 2 3

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kanker Serviks ataupun lebih dikenali sebagai kanker leher rahim adalah

tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim /serviks yang merupakan bagian

terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Pada penderita kanker

serviks terdapat sekelompok jaringan yang tumbuh secara terus- menerus yang tidak

terbatas, tidak terkoordinasi dan tidak berguna bagi tubuh, sehingga jaringan

disekitarnya tidak dapat berfungsi dengan baik 6

2.2 Penyebab

Penyebab tersering kanker serviks adalah infeksi virus HPV. infeksi

kronik leher rahim oleh satu atau lebih virus HPV (Human Papiloma Virus) tipe

onkogenik yang beresiko tinggi menyebabkan kanker leher rahim yang ditularkan

melalui hubungan seksual (sexually transmitted disease)78

Lebih dari 90% kanker serviks jenis skuamosa mengandung DNA virus

HPV dan 50% kanker serviks berhubungan dengan HPV tipe 16 (Ferlay J et al,

2002 ) . Paparan virus HPV yang menginfeksi serviks ada berbagai jenis, namun

yang berisiko tinggi menjadi kanker pada serviks adalah tipe 16, 18, 45, 56.9

Dan ditemukan bahwa HPV tipe 16 dan 18 merupakan penyebab dari 70

% kasus kanker serviks didunia. Infeksi HPV tipe ini dapat mengakibatkan

perubahan sel-sel leher rahim menjadi lesi intra-epitel derajat tinggi (high-grade

intraepithelial lesion/ LISDT) yang merupakan lesi prakanker.10

Page 5: proposal bab 1 2 3

5

2.3 Faktor resiko

Kanker serviks memiliki berbagai faktor resiko , antara lain :

2.3.1 Usia

Faktor resiko yang paling utama sangat berkaitan erat dengan usia yaitu

melakukan hubungan seksual di usia muda atau di bawah 17 tahun. Hal ini

dihubungkan dengan belum selesainya perubahan atau transformasi pada daerah

serviks pada usia tersebut bila sering di ekspos dalam bentuk hubungan seksual,

tingginya frekuensi dari aktifitas seksual pada wanita usia muda sangat

berpengaruh terhadap kenaikan resiko kanker serviks namun tidak di dapati hal

serupa pada wanita usia yang lebih tua11

Dalam pantauan proses perkembangan penyakitnya , diagnosis di

tegakkan di berbagai usia. Displasia sering terdiagnosis pada umur 20 tahunan.

Sedangkan untuk karsinoma insitu pada usia 25 -35 tahun dan kanker serviks yang

sudah menginvasif di temukan dominan pada usia 40 tahun ke atas. Penelitian

awal menyimpulkan kejadian kanker serviks pada wanita yang menikah di usia

muda cukup tinggi dan resiko bisa meningkat dua kali lipatnya pada wanita yang

telah berhubungan seksual dibawah umur 16 tahun.12

Infeksi HPV banyak di temukan pada umur 18-30 tahun (30-50%) yaitu

beberapa tahun setelah berhubungan seksual, dan menurun tajam saat umur diatas

30 tahun. Infeksi HPV sendiri dapat di pengaruhi oleh aktifitas seksual dari wanita

tersebut seperti berhubungan seksual usia dini dibawah umur 17 tahun,

multipartner seksual, terinfeksi kuman lain, kutil genitalis, riwayat pap-smear

abnormal, dan kanker penis. Infeksi HPV transien pada usia 13-22 tahun dapat

mengalami regresi spontan alamiah yaitu 70% untuk infeksi HPV risiko tinggi

Page 6: proposal bab 1 2 3

6

dan 90% untuk infeksi HPV risiko rendah. Hal ini memberikan pola sitologik

sekitar 15% Cervical Intraepitel Neoplasia (CIN) I berkembang menjadi CIN II.

Sekitar 50% CIN II berkembang menjadi CIN III dan sekitar 90% CIN III

berkembang menjadi kanker serviks invasive13

2.3.2 Jumlah Paritas

Wanita yang sering melahirkan juga mempunyai faktor resiko tersendiri

terhadap kanker serviks , semakin seringnya seorang wanita melahirkan

berbanding lurus dengan peningkatan resiko terhadap kanker sevriks, wanita yang

hamil dan melakukan persalinan lebih dari tiga kali akan meningkatkan resiko.

Hasil penelitan oleh Mubasir dkk, ditemukan peningkatan frekuensi kejadian

kanker serviks pada wanita yang pernah melahirkan di bandingkan dengan yang

belum pernah melahirkan. Multiparitas menjadi hal yang lebih menonjol karena

dihubungkan dengan kemungkinan menikah pada usia muda , juga dapat

dihubungkan dengan higienitas yang buruk serta rendahnya tingkat sosial

ekonomi.11,14

2.3.3 Pasangan seksual yang berbeda – beda

Kebiasaan melakukan aktifitas seksual dengan pasangan yang berbeda

beda akan menyebabkan peningkatan resiko penularan penyakit seksual. Dalam

penularan penyakit seksual tersebut salah satunya adalah penularan Human

papiloma virus (HVP) yang menurut penelitian sangat erat kaitannya dengan

kejadian kanker serviks. Pada wanita yang mempunyai pasangan seksual lebih

dari 6 orang maka peningkatan resiko penularan meningkat 10 kali lipat.15

Page 7: proposal bab 1 2 3

7

2.3.4 Merokok

Pada wanita yang merekok ditemukan bahwa adanya penurunan daya

tahan tubuh khususnya bagian serviks di akibatkan adanya unsur dari zak nikotin

yang di temukan pada lendir serviks. Hal ini juga meningkatkan resiko terhadap

kanker servik 2 kali lipat. 16,17,18

2.4 Patogenesis dan Patofisiologi

Squoma-Columnar Junction (SCJ) adalah batas antara epitel ektoserviks

(portio) dan epitel endoserviks (kanalis serviks), di bagian Squoma-Columnar

Junction (SCJ) inilah sel kanker serviks mulai muncul . Bagian SCJ ini ternyata

mempunyai posisi yang berbeda pada wanita , tergantung dari usia, SCJ berada di

luar dari ostium uteri eksternum pada usia muda dan berada di dalam kanalis

servikalis untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun . maka untuk melakukan

pemeriksaan pada serviks berupa pap smear , agar efektif yang harus di usap

adalah zona transformasi tersebut dan harus dikerjakan dengan skraper dari Ayre

atau cytobrush khusus. Ada beberapa tahapan perjalan penyakit mulai dari infeksi

oleh HPV hingga menjadi kanker serviks,hal ini bermula dari displasia ringan

(NIS 1) , displasia sedang (NIS 2), displasia berat dan karsinoma insitu (NIS 3)

dan selanjutnya menjadi karsinoma invasif .Beberapa penelitian menemukan NIS

1/NIS 2 merupakan NIS yang paling banyak mengalami regresi yaitu sekitar 30-

35% . Namun karena belum dapat ditentukan lesi mana yang akan menjadi

progresif dan yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial

berkembang menjadi progresif sehingga harus di berikan penatalaksanaan

sebagaimana mestinya.19,20

Page 8: proposal bab 1 2 3

8

Kanker serviks yang invasif berawal dari lesi displasia sel serviks yang

berkembang menjadi displasia tingkat lanjut, karsinoma in-situ dan akhirnya

menjadi kanker invasif. Penelitian menunjukkan bahwa prekursor kanker adalah

lesi displasia tingkat lanjut (high-grade dysplasia) yang sebagian kecilnya akan

berubah menjadi kanker invasif dalam 10-15 tahun, sementara displasia tingkat

rendah (low-grade dysplasia) mengalami regresi spontan.21

Gambar 1. Patofisiologi Kanker1

NIS : Neoplasma Intraepitel Serviks

Page 9: proposal bab 1 2 3

9

2.5 Klasifikasi dan stagging

Tabel 1. Klasifikasi histologik kanker serviks1

WHO 1975

1. Karsinoma sel skuamosa

- Dengan pertandukan

- Tipe sel besar tanpa

pertandukan

- Tipe sel kecil tanpa

pertandukan

2. Adenokarsinoma

- Tipe endoserviks

- Tipe endometrioid

3. Karsinoadenoskuamosa

1. Karsinoma sel skuamosa

- Dengan pertandukan

- Tanpa pertandukan

- Tipe verukosa

- Tipe kondilomatosa

- Tipe kapiler

- Tipe limfoepitelioma

2. Adenokarsinoma

- Tipe musinosa

- Tipe mesonefrik

WHO 1994

Page 10: proposal bab 1 2 3

10

- Karsinoma adenoid kistik

- Adenokarsinoma

- Mesonefroid

4. Tumor mesenkhim

- Karsinoma tidak

berdiferensiasi

- Tumor metastasis

- Tipe clear cell

- Tipe serosa

- Tipe endometrioid

3. Karsinoadenoskuamosa

- Karsinoma glassy cell

- Karsinoma sel kecil

- Karsinoma adenoid basal

- Tumor karsinoid

- Karsinoma adenoid kistik

4. Tumor mesenkim

- Karsinoma tidak

berdiferensiasi

Page 11: proposal bab 1 2 3

11

Untuk penentuan stadium pada kanker serviks telah di susun oleh

International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) pada tahun 2009

Tabel 2. Stadium kanker serviks menurut FIGO 2009.22

Tingkat Kriteria

Stadium I Karsinoma yang hanya menyerang serviks (tanpa bisa mengenali

ekstensi ke corpus)

Stadium IA Invasi kanker hanya bisa di nilai

Stadium IA1 Invasi stroma sedalam < 3,0 mm dan luasnya < 7,0 mm

Stadium IA2 Invasi stroma sedalam > 3,0 mm dan < 5,0 mm dengan luasnya <

7,0 mm

Stadium IB Lesi yang tampak secara klinis, terbatas pada serviks uteri atau

kanker yang tampak secara mikroskopik lebih besar daripada

stadium IA2

Stadium IB1 Lesi yang tampak secara klinis < 4,0 cm pada bagian terbesar

Stadium IB2    Lesi yang tampak secara klinis > 4 cm in greatest dimension

Stadium IIA1 Mencakupi dua pertiga bagian atas vagina , tanpa invasi pada

parametrial, < 4,0 cm pada bagian terbesar

Stadium IIA2 > 4,0 cm pada bagian terbesar

Stadium IIB Sudah mencakupi parametrial

Page 12: proposal bab 1 2 3

12

Stadium IIIA Tumor melibatkan sepertiga bawah vagina, tanpa ekstensi ke

dinding pelvis

Stadium IIIB Ekstensi ke dinding pelvis dan/atau hidronefrosis atau merusak

ginjal

Stadium IVA Pertumbuhannya menyebar ke organ-organ sekitarnya

Stadium IVB Menyebar ke organ yang jauh

Page 13: proposal bab 1 2 3

13

2.6 Diagnosis

2.6.1 Gejala dan tanda

Biasanya lesi pra kanker dan kanker serviks pada stadium dini tidak

menunjukkan gejala apapun dan hanya dapat terdeteksi jika pasien melakukan

pemeriksaan sitologi. Gejala akan timbul sesuai dengan penyakitnya jika sudah

memasuki tahap kanker , gejala bisa berupa lokal ataupun menyebar. Gejala yang

timbul bisa berupa perdarahan pasca berhubungan seksual atau terjadi perdarahan

tiba tiba diluar masa haid dan pada masa menopause. Jika sudah berkembang bisa

terjadi infeksi dan menyebabkan keluarnya cairan ( duh tubuh) yang mengalir

melalui vagina. Bila sudah lanjut , akan timbul nyeri panggul dan berbagai gejala

yang berkaitan dengan organ di sekitar panggul. 23,24 . Gejala lain di luar panggul

dan sekitarnya adalah gangguan organ lain yang sudah terkena seperti otak akan

timbul nyeri kepala, gangguan kesadaran , paru akan timbul sesak napas atau

batuk berdarah, tulang seperi nyeri atau patah, hati seperti nyeri perut kanan atas,

ikterik atau udem.25

2.6.2 Penegakan Diagnosis

1. Pemeriksaan Sitologi (Pap Smear)

Sel kanker didapat dari sel – sel yang diambil dari porsio serviks, pada

wanita yang berusia 18 tahun atau sudah berhubungan seksual di bawah 18 tahun

pemeriksaan Pap Smear sudah harus dimulai. Setelah tiga kali hasil pemeriksaan pap

smear tidak di dapatkan sel sel yang viable maka pemeriksaan boleh dilakukan setiap

tiga tahun sekali sampai usia 65 tahun. Pap smear punya tingkat spesifitas yang tinggi

yaitu 90% dan biayanya yang terjangkau sehingga angka kematian akibat kanker

serviks bisa menurun hingga 50 %. Pap smear di anjurkan dilakukan teratur 1 kali

Page 14: proposal bab 1 2 3

14

setahun bagi wanita yang telah aktif berhubungan seksual, jika hasil Pap smear

normal setelah pemeriksaan 3 kali berturut – turut maka pemeriksaan selanjutnya

boleh dilakukan setiap 2 sampai 3 tahun sekali.26

Hasil pemeriksaan Pap smear adalah sebagai berikut :

a. Normal

b. Displasia ringan

c. Displasia berat

d. Karsinoma insitu

e. Karsinoma invasif

2. Pemeriksaan DNA HPV

Pemeriksaan ini dilakukan bersamaan dengan Pap smear sebagai skrining

bagi wanita diatas 30 tahun. Penelitian mendapatkan bahwa pap smear yang

dikombinasikan dengan DNA HVP dan keduanya mendapatkan hasil negatif

hampir bisa dipastikan 100% tidak ada NIS 3

3. Biopsi

Pemeriksaan Biopsi dilakukan untuk melengkapi sekaligus memastikan hasil

Pap smear yang terdapat suatu kelainan atau kanker pada sel serviks pada

pemeriksaan sitologi, dan juga dilakukan bila pada pemeriksaan panggul tampak

suatu pertumbuhan abnormal ataupun perlukaan pada daerah serviks. Ada 2 Teknik

biopsi yang biasa dilakukan yaitu Punch Biopsy tanpa anastesi dan teknik Cone

Biopsy yang menggunakan anastesi. Hasil biopsi akan memperjelas hasil

pemeriksaan sitologi apakah benar sel kanker atau bukan.26

2.7 Penatalaksanaan

2.8 2.7.1 Pembedahan

Page 15: proposal bab 1 2 3

15

1. Histerektomi Radikal : Pemebedahan ini dilakukan untuk mengangkat

uterus, serviks , sedikit bagian dari vagina dan jaringan serta ligamen di

sekitar kanker tersebut, jika sudah cukup menyebar ovarium, tuba

fallopi dan kelenjar limfe disekitarnya juga bisa di angkat.27

2. Histerektomi Radikal Termodifikasi : Pembedahan ini hampir sama

dengan Histerektomi Radikal namun pengangkatan dari organ dan

jaringan tidak sebanyak Histerektomi Radikal. 27

3. Bilateral salpingo-oophorectomy : Pembedahan ini dengan mengangkat

seluruhnya ovarium dan tuba fallopi pada kedua sisinya27

4. Pelvic exenteration : Pembedahan ini mengangkat hampir keseluruhan

organ panggul seperti serviks , vagina , ovarium, usus besar bagian

bawah, rectum , kandung kemih serta kelenjar limfe disekitarnya .

dibutuhkan operasi plastik rekontruksi untuk pembuatan pengganti

kandung kemih dan vagina setelah operasi ini27

5. Cryosurgery : sebuah terapi yang menggunakan sebuah alat yang dapat

membekukan dan menghancurkan sel – sel kanker seperti karsinoma in

situ. 27

6. Laser surgery : Proses operasi ini menggunakan tembakan laser untuk

menghancurkan lesi yang dipermukaan seperti tumor27

Page 16: proposal bab 1 2 3

16

7. Loop electrosurgical excision procedure (LEEP): Sebuah terapi yang

menggunakan arus listrik yang dialirkan ke lempengan kawat kecil

yang berbentuk lingakaran yang digunakan untuk mengangkat jaringan

abnormal atau jaringan kanker27

2.7.2 Terapi Radiasi

Terapi Radiasi adalah sebuah terapi kanker yang menggunakan sinar X

berkekuatan tinggi atau jenis sinar lain untuk membunuh atau menghambat

pertumbuhan dari sel kanker. Ada 2 tipe terapi radiasi yaitu terapi radiasi exterbal

dan terapi radiasi internal. Terapi radiasi external menggunakan mesin yang

berada di luar tubuh yang memancarkan radiasi ke sel kanker sedangkan terapi

radiasi internal adalah terapi menggunakan zat radioaktif yang melewati jarum ,

kabel ataupun kateter yang di tempatkan lansung di sel kanker yang menjadi

target. Terapi radiasi diberikan sesuai jenis dan stadium yang di derita pasien. 27

2.7.3 Kemoterapi

Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat obatan untuk

membunuh sel kanker atau untuk menghentikan perkembangannya dengan cara

mencegah sel kanker membelah. Ada 2 jenis kemoterapi yang biasa digunakan

yaitu kemoterapi sistemik dan kemoterapi regional . kemoterapi sistemik dengan

berupa memasukkan obat melalui oral , intravena ataupun intramuskular dan

selanjutnya masuk ke aliran darah dan menuju sel kanker tersebut dan kemoterapi

regional ada kemoterapi yang penempatan obat langsung pada sel kanker. Terapi

Page 17: proposal bab 1 2 3

17

dengan kemoterapi juga harus bedasarkan tipe kanker dan stadium yang diderita

pasien.27

BAB III

METODE PENELITIAN

Page 18: proposal bab 1 2 3

18

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan penelitian deskriptif

retrospektif. Data diperoleh dari rekam medik yang bertujuan untuk

mengetahui gambaran efektifitas terapi radiasi pada Kanker Serviks

Stadium Lanjut berdasarkan kelompok umur pasien di RSUD Arifin

Achmad Periode 2009 - 2011

.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan di Bagian Rekam Medis RSUD Arifin

Ahmad Pekanbaru dengan data periode tahun 2009 – 2011. Penelitian

akan dilakukan pada November 2013 .

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah semua kasus yang didiagnosis sebagai

kanker serviks stadium lanjut yang menjalani terapi radiasi di bagian

radiologi RSUD Arifin Achmad Kota Pekanbaru periode 2009 - 2011.

Teknik dari pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling

dengan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

3.3.1 Kriteria Inklusi

Adapu kriteria inklusi penelitian ini adalah:

a. Pasien yang didiagnosis kanker serviks stadium lanjut yang melakukan

terapi radiasi komplit (25 kali radiasi eksterna).

Page 19: proposal bab 1 2 3

19

b. Pasien yang didiagnosis kanker serviks stadium lanjut yang telah

melakukan terapi radiasi dan melakukan follow up (PAP SMEAR)

minimal 1 kali setelah terapi.

3.3.2 Kriteria Eksklusi

a. Pasien yang didiagnosis kanker serviks stadium lanjut yang tidak

melakukan terapi radiasi komplit.

b. Pasien yang didiagnosis kanker serviks stadium lanjut sudah melkukan

terapi radiasi tetapi tidak melakukan follow up (PAP SMEAR).

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini yaitu :

1. Kanker Serviks adalah pertumbuhan jaringan yang tak terkendali pada

serviks yang telah dibuktikan dengan melakukan pemeriksaan

histopatologis ( PAP SMEAR).

2. Umur adalah usia dari penderita pada saat pasien yang terdiagnosis

kanker serviks stadium lanjut melakukan terapi radiasi yang sudah

tercatat dalam status di Bagian Rekam Medik RSUD Arifin Achmad

Pekanbaru, dan kemudian dikelompokkan menjadi :

a. 25 – 44 tahun

b. 45- 64 tahun

c. > 65 tahun

3. Tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir yang disandang oleh

penderita, yang dibagi berdasarkan :

Page 20: proposal bab 1 2 3

20

a. Tidak Sekolah – Tamat SD

b. Tamat SMP dan sederajat

c. Tamat SMA dan sederajat

d. Tamat Perguruan Tinggi

e. Data yang tidak tersedia

4. Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh janin yang viable,

dan kemudian dikelompokkan menjadi :

a. Primigravida

b. Nulipara

c. Multigravida

d. Data yang tidak tersedia

3.5 Pengumpulan data

Data nantinya diperoleh dari rekam medik penderita Kanker Serviks

Stadium lanjut yang melakukan terapi radiasi di RSUD Arifin Achmad

Pekanbaru periode 2009- 2011. Data yang akan diambil adalah :

1. Usia pada saat melakukan terapi radiasi

2. Tingkat pendidikan

3. Paritas

4. Stadium saat diagnosis Kanker Serviks ( IIB sampai IV B)

3.6 Teknik Pengolahan Dan Analisi Data

3.6.1 Teknik Pengolahan Data

Page 21: proposal bab 1 2 3

21

Proses pengolahan data akan dilakukan setelah pengumpulan data telah

selesai dilakukan atau dilaksanakan. Adapun teknik – teknik untuk

pengolahan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Editing

Pada langkah ini dilakukan untuk memeriksa kembali data – data yang

telah diperoleh. Hal ini mencakup kelengkapan dari data tersebut,

kekeliruan yang terjadi pada saat melakukan pengisian, data sampel yang

diperoleh atau didapat yang tidak sesuai ataupun tidak lengkap.

2. Koding

Data yang sudah diperoleh nantinya akan diberikan kode – kode tertentu

untuk mempermudahkan dalam proses pembacaan data.

3. Tabulasi

Setelah proses koding selesai dilakukan, data yang terkumpul tersebut

kemudian dimasukkan lagi kedalam tabel frekuensi yang sesuai dengan

kategorinya masing – masing, sehingga nantinya akan memudahkan

untuk kita analisa.

3.6.2 Analisi Data

Data akan dianalisis secara univariat yang dimaksud untuk

mendeskripsikan karakteristik sampel. Analisis ini kemudian dilakukan

dengan menyajikan variabel yang kita teliti dengan menggunakan

statistik deskriptif dan juga disajikan dalam bentuk tabel atau grafik

yang bertujuan untuk mengetahui proporsi variabel masing – masing.