(3) Proposal Cetak

26
PENGEMBANGAN BUKU TEKS TEMATIK BERBENTUK BUKU CERITA BERGAMBAR UNTUK SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR Rancangan Proposal UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Seminar Proposal Tesis Yang dibina oleh Prof. Sumadi, M.Pd. dan Dr. Mujianto, M.Pd. oleh: Fendy Yogha Pratama 130211810288 UNIVERSITAS NEGERI MALANG

description

proposal

Transcript of (3) Proposal Cetak

PENGEMBANGAN BUKU TEKS TEMATIKBERBENTUK BUKU CERITA BERGAMBARUNTUK SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR

Rancangan ProposalUNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAHSeminar Proposal TesisYang dibina oleh Prof. Sumadi, M.Pd. dan Dr. Mujianto, M.Pd.

oleh:Fendy Yogha Pratama130211810288

UNIVERSITAS NEGERI MALANGPROGRAM PASCASARJANAJURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIAOKTOBER 2014

BAB IPENDAHULUAN

Bagian ini akan menguraikan tentang (1) latar belakang, (2) tujuan penelitian & pengembangan, (3) spesifikasi produk yang diharapkan, (4) pentingnya penelitian & pengembangan, (5) asumsi dan keterbatasan penelitian & pengembangan, dan (6) definisi operasional.

1.1 Latar BelakangSalah satu sarana media yang banyak digunakan dalam proses belajar mengajar di sekolah adalah buku ajar. Menurut Muslich (2010) buku ajar atau yang biasa disebut buku teks adalah buku yang berisi uraian bahan tentang mata pelajaran atau bidang studi tertentu, yang disusun secara sistematis dan telah diseleksi berdasarkan tujuan tertentu, orientasi pembelajaran, dan perkembangan siswa, untuk diasimilasikan. Badan Nasional Standar Pendidikan dan Pusat Perbukuan mengajukan empat unsur kelayakan yang harus dimiliki agar sebuah buku teks dapat dikatakan berkualitas, yaitu kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan kebahasaan, dan kelayakan kegrafikan. Empat unsur kelayakan tersebut dijabarkan dalam wujud indikator-indikator yang cukup rinci sehingga siapa saja (baik penilai buku teks yang ditunjuk oleh BSNP, penulis buku teks, guru dan siswa pemakai buku teks, maupun masyarakat umum) dapat menerapkannya. Salah satu indikator yang diajukan adalah bahwa buku teks itu haruslah memuat ilustrasi yang menarik hati para siswa yang memanfaatkannya.Pencantuman ilustrasi sebagai bagian yang penting dalam buku teks bukanlah tanpa alasan. Keefektivan penggunaan ilustrasi sebagai media pembelajaran sudah banyak dibuktikan oleh berbagai peneliti. Levie dan Lentz (1982) lewat penelitiannya mengatakan Illustrations in instructional text can have a variety of effects. For example, they may add to reader interest and enjoyment. Rasa ketertarikan dan kesenangan yang ditimbulkan oleh ilustrasi inilah yang mampu menumbuhkan minat membaca seseorang. Berkenaan dengan minat membaca, siswa Indonesia diketahui memiliki minat membaca yang rendah. Menurut laporan Progress In International Reading Literacy Study (PIRLS) tahun 2011, Indonesia berada pada peringkat 42 dari 45 negara yang diuji kemampuan membacanya. Hasil ini tentu bisa dikorelasikan dengan minat membaca yang juga rendah. Senada dengan hasil penelitian ini, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat H.R. Agung Laksono, seperti yang dikutip Tempo (2012) mengatakan bahwa presentase minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0.01 persen. Artinya dalam 10.000 orang hanya 1 orang saja yang memiliki minat baca. Salah satu faktor rendahnya minat membaca siswa adalah kurang menariknya buku yang tersedia, terutama buku teks. Buku teks saat ini sering dipersepsi tidak menarik oleh siswa. Pasalnya, buku teks memiliki banyak latihan dengan teks yang panjang serta ilustrasi yang tidak menarik. Kenyataan seperti ini membuat siswa enggan untuk berlama-lama dengan buku teks yang berimplikasi pada menurunnya minat membaca dan kurangnya motivasi belajar siswa. Berdasarkan pengamatan peneliti, belum ada buku teks yang memberikan pemahaman materi sekaligus meningkatkan minat membaca pada siswa. Buku teks saat ini hanya difokuskan untuk memahamkan siswa tentang materi yang diajarkan. Dalam proses memahamkan materi itu, buku teks menggunakan berbagai latihan soal untuk mengukur ketercapaian indikator. Salah satu upaya dalam meningkatkan minat membaca dan motivasi belajar siswa adalah penggunaan buku cerita bergambar. Buku cerita bergambar dipandang baik untuk meningkatkan motivasi belajar dan minat membaca dan menulis siswa (Booker, 2012). Hal ini dimungkinkan karena buku cerita bergambar memiliki cerita yang menarik untuk anak-anak dan disertai ilustrasi yang memikat. Buku cerita bergambar juga terbukti dapat meningkatkan perilaku moral para siswa. Penelitian Dwiantari (2012) melaporkan bahwa siswa mengalami peningkatan perkembangan moral. Siswa menjadi mampu membedakan mana sikap yang benar dan salah, mau memberi dan meminta maaf serta mengucapkan terima kasih, berbicara sopan dan ramah, sabar menunggu giliran, serta menunjukkan sikap empati, peduli, dan mau menolong. Berdasarkan penelitian Solihah (2013), siswa yang diberikan buku cerita bergambar juga menjadi lebih kreatif. Hal ini dapat dilihat dari orisinalitas ide-ide yang dikeluarkan anak tanpa meniru teman yang lain. Dari kenyataan ini, muncul sebuah ide untuk mengintegrasikan buku teks tematik dengan buku cerita bergambar. Dengan adanya pengintegrasian ini diharapkan buku memiliki dua peran penting, yaitu sebagai sumber belajar bagi siswa dalam memahami materi dan sebagai bahan bacaan yang berkualitas dan menghibur sehingga bisa meningkatkan minat membaca. Selama ini, penelitian yang ada hanya dibatasi pada pengembangan buku teks saja atau cerita bergambar saja. Belum ada penelitian yang berfokus mengembangkan sebuah buku yang merupakan integrasi dari kedua jenis buku di atas. Penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan buku teks dilakukan oleh Juniarti (2013) dengan judul Pengembangan Bahan Ajar Tematik Sub Tema Pengalaman Bermain untuk Siswa Kelas III Sekolah Dasar. Hasil dari penelitian ini adalah terwujudnya buku teks tematik yang terdiri dari satu sub tema yaitu sub tema Pengalaman Bermain. Perbedaan mendasar yang ada pada penelitian di atas dengan penelitian yang ada dalam laporan ini ada pada konten buku teks. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebuah buku teks berisi sebuah cerita sebagai pengikat antara materi-materi yang disajikan. Penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan buku cerita bergambar pernah dilakukan oleh Wijayanti (2013) dengan judul Perancangan Buku Cerita Bergambar Legenda Gunung Arjuna untuk Siswa Sekolah Dasar. Hasil dari penelitian ini adalah terciptanya buku cerita bergambar untuk siswa sekolah dasar. Produk dari hasil pengembangan yang ada dalam proposal ini berbeda dengan penelitian di atas. Produk hasil pengembangan dari penelitian di atas hanya memfokuskan pada buku cerita bergambar saja, sedangkan produk hasil penelitian dalam proposal ini sudah mengintegrasikan buku cerita bergambar dengan buku teks sehingga memiliki berbagai latihan untuk menunjang tujuan pembelajaran.Penggunaan buku teks dan buku cerita bergambar yang terpisah membuat waktu belajar menjadi lebih panjang. Di sisi lain, guru ingin membuat siswa paham dengan materi yang diajarkan sekaligus meningkatkan minat membaca siswa. Pengembangan buku tematik berbentuk cerita bergambar ini dipandang cocok sebagai solusi untuk meningkatkan pemahaman dan minat membaca siswa.

1.2 Tujuan Penelitian & PengembanganSecara umum, tujuan dilakukannya penelitian dan pengembangan ini adalah menghasilkan buku tematik berbentuk buku cerita bergambar yang difokuskan hanya untuk siswa kelas satu sekolah dasar.Tujuan penelitian dan pengembangan secara khusus adalah menghasilkan prototype buku tematik berbentuk buku cerita bergambar untuk siswa sekolah dasar dan menghasilkan buku panduan penggunaan buku tematik berbentuk cerita bergambar untuk kegiatan belajar-mengajar di kelas.

1.3 Spesifikasi Produk yang DiharapkanHasil dari penelitian dan pengembangan ini berupa buku tematik berbentuk cerita bergambar yang memiliki spesifikasi sebagai berikut.1) Buku yang dihasilkan berdimensi 26 cm x 21 cm dengan jumlah halaman 35 halaman2) Buku yang dihasilkan terdiri atas satu subtema yaitu subtema Benda Hidup dan Tak Hidup.3) Satu subtema tersusun atas enam pembelajaran. Satu pembelajaran dialokasikan untuk satu hari. Setiap satu pembelajaran akan mengintegrasikan pelajaran bahasa Indonesia dengan mata pelajaran yang lain, misalnya: matematika, SBDP, PKn, dan sebagainya. 4) Cerita dalam buku yang dihasilkan akan menjadi pengikat antara satu pembelajaran dengan pembelajaran yang lain. Maka dari itu, cerita akan memiliki satu tema yang sama mulai dari awal hingga akhir pembelajaran. 5) Buku yang dihasilkan akan didominasi ilustrasi layaknya buku cerita bergambar pada umumnya.6) Di setiap pembelajaran terdapat latihan-latihan untuk menguji pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan.

1.4 Pentingnya Penelitian & PengembanganPenelitian & pengembangan ini penting untuk dilakukan sebagai usaha memberikan alternatif buku tematik yang berkualitas untuk siswa. Penggunaan buku tematik ini juga diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam membaca, karena sudah sepatutnya siswa sekolah dasar untuk dibiasakan membaca sejak dini.

1.5 Asumsi dan Keterbatasan Penelitian & PengembanganPenelitian ini berpijak pada asumsi-asumsi sebagai berikut. 1) Minat membaca, khususnya membaca sastra siswa sekolah dasar dianggap masih kurang.2) Motivasi membaca bisa ditingkatkan dengan memberikan ilustrasi yang menarik pada buku bacaan. 3) Guru harus mampu memilah dan memilih buku teks yang mampu memotivasi siswa untuk lebih sering membaca sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.Keterbatasan penelitian dan pengembangan yang dilakukan adalah sebagai berikut.1) Cakupan materi yang ada dalam buku hasil pengembangan hanya dibatasi pada satu tema, yaitu tema Benda, Hewan, dan Tanaman di Sekitarku2) Cakupan materi yang ada dalam buku hasil pengembangan hanya dibatasi pada subtema satu, yaitu subtema Benda Hidup dan Tak Hidup yang terdiri atas 6 pembelajaran dengan alokasi waktu untuk setiap pembelajaran adalah satu hari.3) Produk pengembangan didasarkan pada analisis kebutuhan, karakteristik, dan kemampuan siswa kelas 1 sekolah dasar.

1.6 Definisi OperasionalUntuk menghidari salah tafsir, berikut daftar definisi operasional yang ada dalam penelitian dan pengembangan ini.1) Buku teks adalah buku yang berisi uraian materi dan pengayaan, yang ditulis secara rapi dan sistematis sesuai dengan kebutuhan para siswa tentang mata pelajaran atau bidang studi tertentu, yang oleh guru digunakan sebagai pedoman untuk mengidentifikasi apa yang harus diajarkan atau dipelajari oleh siswa, mengetahui urutan penyajian bahan ajar, mengetahui teknik dan metode pengajaranya dan memperoleh bahan ajar secara mudah, uang dipakai oleh siswa dipakai untuk mengetahui apa yang harus mereka pelajari dan memberikan mereka rangkuman teori dan evaluasi dalam belajar, yang disusun oleh satu orang penulis maupun satu tim penulis untuk berbagai jenjang pendidikan, baik SD, SMP, maupun SMA.2) Buku cerita bergambar adalah buku yang berisi cerita yang dilengkapi ilustrasi untuk menggambarkan peristiwa yang ada dalam cerita tersebut.

BAB IIKAJIAN PUSTAKABagian ini akan menguraikan tentang (1) buku cerita bergambar dan (2) pembelajaran tematik di sekolah dasar.

2.1Buku TeksDalam dunia pendidikan, buku merupakan bagian dari kelangsungan pendidikan. Keberadaan buku dapat membantu pelaksanaan pendidikan, sehingga dapat terlaksana dengan baik. Guru dapat mengelola kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien dengan menggunakan sarana buku. Bahkan, administrator pendidikan dapat mengelola pendidikan dengan efektif dan efisien dengan berpedoman pada aturan-aturan dan kebijakan yang tertuang dalam buku, misalnya pedoman pelaksanaan pendidikan dan kurikulum.Buku-buku yang dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan bermacam-macam. Salah satu jenis buku yang banyak dipakai adalah buku teks. Menurut Muslich (2010), buku teks adalah buku yang berisi uraian bahan tentang mata pelajaran atau bidang studi tertentu, yang disusun secara sistematis dan telah diseleksi berdasarkan tujuan tertentu, orientasi pembelajaran, dan perkembangan siswa untuk diasimilasikan. Balitbang (2011) mendefinisikan buku teks pelajaran sebagai buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisikdan kesehatan yang disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. Dalam proses belajar mengajar, guru menanam informasi di benak siswa, kemudian siswa melakukan rangkaian kegiatan agar informasi tersebut tumbuh dan berkembang sehingga mencapai kompetensi yang diinginkan. Buku pelajaran berperan penting bagi guru dan siswa sebagai kendaraan untuk mencapai kompetensi tersebut.

2.1Buku Cerita BergambarBuku cerita bergambar adalah buku cerita yang disajikan dengan menggunakan teks dan illustrasi atau gambar. Stewig (1980) menyebut buku cerita bergambar sebagai picture books (buku bergambar) yang mengacu pada sebuah buku yang memiliki teks dan gambar di mana kedua elemen ini sama pentingnya. Kedua elemen ini membentuk sebuah kesatuan yang lebih kuat dalam menyampaikan pesan daripada teks atau gambar yang berdiri sendiri (Stewig, 1980:97). Namun, terkadang ilustrasi bahkan bisa lebih penting daripada cerita yang tertulis, terutama untuk anak usia dini (Anderson, 2005; Jalongo, 2004).

Buku cerita bergambar serta buku-buku lain seperti buku abjad (alphabet book), buku mainan (toys book), buku bergambar tanpa kata (wordless picture book), dan fabel termasuk ke dalam jenis sastra anak (children literature). Buku konsep (concept book), puisi, dan sajak dapat dimasukkan ke dalam jenis sastra anak selama karya tersebut memang ditujukan untuk anak-anak dan remaja. Namun, bukan berarti buku cerita bergambar hanya boleh digunakan oleh mereka. Buku cerita bergambar juga bisa membantu orang dewasa dalam tahap awal belajar bahasa karena dianggap memiliki struktur yang sederhana (Sambuchino, 2013). Buku cerita bergambar memiliki bahasa dan kosakata yang sederhana. Perbendaharaan kosakata dan tingkat kerumitan tema atau alur biasanya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Umumnya, buku cerita bergambar memiliki kosakata dengan makna tersurat serta menghindari konsep yang abstrak. Tema dari buku cerita bergambar biasanya tema keseharian, kecuali pada fabel. Alurnya pun sering disajikan dengan progresif (alur maju). Untuk karakter, buku cerita bergambar biasanya menampilkan tokoh anak-anak, remaja, maupun binatang yang bisa berperilaku selayaknya manusia. Selain ceritanya secara verbal harus menarik, buku harus mengandung gambar sehingga bisa mendorong mendorong apresiasi dan kecintaan terhadap buku. Apresiasi dan rasa kecintaan ini bisa muncul karena adanya ilustrasi. Ilustrasi dalam buku cerita bergambar berfungsi untuk mengillustrasikan pelaku, latar, dan kegiatan yang dipakai untuk membangun rangkaian cerita (plot) dari suatu cerita. Untuk anak usia sekolah dasar kelas rendah, ilustrasi dalam buku cerita bergambar berperan penting dalam proses belajar, meningkatkan motivasi untuk belajar, dan menambah perbendaharaan kata (Lightsey, Olliff, & Cain, 2006). Fungsi lain dari ilustrasi yang ada pada buku cerita bergambar adalah meningkatkan minat siswa untuk membaca dan menulis (Booker, 2012).Dengan demikian, buku cerita bergambar yang diillustrasikan dan ditulis dengan baik akan memberikan konstribusi pada perkembangan bahasa dan sastra anak. Buku ini dapat menimbulkan imajinasi dan mempersiapkan stimulus berpikir kreatif. Buku cerita bergambar dapat memberikan apresiasi bahasa dan mengembangkan komunikasi lisan, mengembangkan proses berpikir kognitif, ungkapan perasaan, dan meningkatkan kepekaan seni (Hafid, 2006).

2.2 Pembelajaran Tematik di Sekolah DasarPembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu tema untuk memberikan pengalaman bermakna bagi siswa (Karli, 2009). Pengalaman bermakna ini terjadi karena siswa menemukan sebuah pemahaman/konsep baru melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan pemahaman yang sudah ada sebelumnya. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada konsep belajar sambil melakukan sesuatu (Sukini, 2012). Pada tingkat sekolah dasar, guru harus mampu membuat siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu, diperlukan kreativitas dari guru untuk dapat mengemas proses pembelajaran menjadi pembelajaran yang lebih bermakna. Kemendikbud (2013) menyatakan bahwa pembelajaran tematik mempunyai beberapa ciri khas yang mebedakannya dengan pendekatan yang lain. Beberapa ciri khas pembelajaran tematik, antara lain: (1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; (2) kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa, (3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama, (4) membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa, (5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya, dan (6) mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.Menurut Karli (2009), ada tiga macam pembelajaran tematik untuk sekolah dasar yang diperkenalkan di Indonesia. Pertama, pembelajaran keterhubungan (connected) yaitu pembelajaran dalam satu mata pelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan subbab/bab yang satu dengan yang lain. Pembelajaran keterhubungan, menggabungkan subbab/bab yang satu dengan yang lain dalam satu mata pelajaran yang sama atau tidak lintas mata pelajaran. Untuk menggabungkan dua atau lebih subbab/bab yang berbeda, maka dibuatlah sebuah tema tunggal yang menaungi subba/bab tersebut. Misalnya dalam pelajaran IPA ada bab Makhluk Hidup dan Benda maka untuk mengkaitkannya dibuat tema: Makhluk hidup dan benda di sekitar kita.Kedua, pembelajaran jaring laba-laba (spider webbed) yaitu beberapa mata pelajaran yang dikaitkan dalam satu tema dan setiap mata pelajaran diajarkan seperti biasa sesuai jadwal pelajaran. Misalnya dalam buku tema 1 tentang diri sendiri yang terdiri dari mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan SBK. Sang guru akan mengajarkan masing-masing mata pelajaran sesuai dengan jadwal yang ada menggunakan buku tema 1 tentang diri sendiri. Ketiga, pembelajaran terpadu (integrated) yaitu beberapa mata pelajaran yang dikaitkan dengan satu tema tanpa ada batas satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Satu sub tema dilakukan setiap hari tanpa adanya pemisahan per mata pelajaran. Guru hanya memberikan pelajaran tentang diri sendiri tetapi dalam kegiatan pembelajaran ada mata pelajaran BI, Matematika, IPA, IPS, dan SBK. Ada beberapa alasan yang membuat pembelajaran tematik cocok untuk diterapkan di sekolah dasar khususnya pada kelas-kelas rendah (1-3). Menurut Karli (2009), siswa sekolah dasar masih berpikir secara holistik yang berarti pada umunya siswa sekolah dasar masih berpikir satu kesatuan dan belum bisa terkotak-kota. Maka dari itu, berbagai mata pelajaran yang digabungkan menjadi kesatuan yang utuh dalam pembelajaran tematik akan lebih mudah diserap oleh anak.

Kedua, anak-anak pada usia sekolah dasar senang bermain, bergerak, bekerja dalam kelompok dan melakukan sesuatu secara langsung (Desmita, 2009:35). Penerapan pembelajaran tematik akan cocok karena bisa memfasilitasi siswa untuk tetap aktif dalam proses pembelajaran. Tentu saja, dalam hal ini kreatifitas guru sangat dituntut. Ketiga, siswa yang berusia 6-14 tahun masih berpikir secara operasional-konkrit yang berarti mereka masih belum mampu beripikir secara abstrak. Pembelajaran tematik yang selalu mengaitkan konsep-konsep nyata yang ada di sekitar lingkungan siswa akan mengakomodasi kekurangan ini sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

BAB IIIMODEL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Bagian ini akan menguraikan tentang (1) model penelitian dan pengembangan, (2) prosedur penelitian dan pengembangan, (3) uji coba produk, dan (4) teknik analisis data.

3.1 Model Penelitian dan PengembanganModel pengembangan yang dipakai dalam penelitian dan pengembangan ini adalah model R2D2 (recursive, reflective, design, and development) dengan sejumlah modifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan. Pemilihan model pengembangan dianggap cocok karena model R2D2 memungkinkan peneliti untuk sewaktu-waktu mengubah atau mengualng kembali tahapan-tahapan dalam pengembangan.

3.2 Prosedur Penelitian dan PengembanganHasil modifikasi model pengembangan R2D2 di atas menghasilkan empat tahap pengembangan, yaitu (1) tahap pengidentifikasi, (2) tahap perancangan, (3) tahap uji ahli dan uji coba, dan (4) tahap diseminasi.

3.2.1 Tahap PengidentifikasianDalam tahap ini, peneliti melakukan observasi pada buku teks tematik yang digunakan di sekolah dan wawancara pada guru mengenai buku teks tematik yang digunakan dalam pembelajaran. Dari hasil observasi dan wawancara tersebut, akan ditemukan informasi awal tentang buku teks tematik yang ada saat ini dan bagaimana kebutuhan siswa akan buku teks tematik.

3.2.2 Tahap PerancanganKegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah (1) menentukan spesifikasi produk yang diharapkan, dan (2) menyusun draft awal produk berdasarkan spesikasi yang telah ditentukan. Draf awal produk ini pula yang nantinya akan dijadikan instrumen dalam mengumpulkan data yang didapat oleh para uji ahli.

3.3.3 Tahap Uji Ahli dan Uji CobaDalam tahap ini, peneliti melakukan uji ahli yang meliputi uji ahli sastra anak, uji ahli buku teks, uji ahli ilustrasi, dan uji ahli praktisi. Setelah itu, hasil revisi dari para uji ahli tersebut diujicobakan pada siswa kelas 1 sekolah dasar.

3.2.4 Tahap PenyebarluasanFokus ini hanya dibatasi sampai penulisan laporan. Kegiatan penyebarluasan lain seperti mencetak buku hingga siap di toko buku tidak akan dimungkinkan. Hal ini tidak dimungkinkan karena spesifikasi produk yang dibuat hanya terbatas pada 1 pembelajaran untuk 7 hari, sedangkan buku-buku tematik yang tersedia di toko buku saat ini yang minimal tersaji dalam 1 tema.

3,3 Uji Coba ProdukBerkenaan dengan uji coba produk, akan diuraikan beberapa hal, yaitu (1) desain uji coba produk, (2) subjek uji coba, (3) jenis data, dan (4) instrument pengumpulan data.

3.3.1 Desain Uji CobaUji coba akan dilakukan pada siswa kelas 1 sekolah dasar. Sebelum itu, draf produk harus dianalisis kelayakannya oleh para ahli dan praktisi. Desain uji coba secara rinci disajikan pada bagan di bawah ini. ProsesSubjek

Draf awalPengembangAnalisisUji validasi:Ahli sastra anak Ahli buku teks

Draf 2

Analisis Revisi 2Draf 3Analisis Revisi AkhirUji validasi:Ahli ilustrasi

Uji praktisi:Ahli bidang studi

Uji coba lapangan:Siswa dalam kelompok kecil

Produk AkhirPengembangPengembangPengembangRevisi 1

Pada tahap pertama, pengembangan menyusun draf awal dari buku teks tematik. Draf awal ini kemudian dianalisis oleh para uji ahli. Analisis oleh ahli sastra dilakukan untuk mengetahui ketepatan tema dan bahasa teks cerita yang digunakan dalam buku teks tematik ini. Hal ini penting karena teks cerita tersebut merupakan pengikat antara satu aspek dengan aspek lainnya, seperti mata pelajaran dan kompetensi dasar. Analisis oleh ahli buku teks dilakukan untuk mengetahui apakah draf awal secara kualitas sudah mampu memfasilitasi siswa dalam belajar. Aspek yang dinilai oleh buku teks adalah ketercakupan tujuan yang ingin dicapai, materi yang tersaji, dan evaluasi pembelajaran dalam buku teks.Jika draf awal telah dinyatakan layak untuk dipakai dalam pembelajaran, langkah selanjutnya adalah menyusun ilustrasi. Buku teks yang telah diilustrasikan merupakan draf 2. Draf ini kembali akan dianalisis oleh ahli ilustrasi untuk mengetahui kesesuaian ilustrasi dengan materi yang diilustrasikan. Selain itu, penggunaan warna dan komposisi juga akan diperhatikan untuk memastikan bahwa buku teks ini menarik untuk dibaca oleh siswa. Kegiatan di atas masuk ke dalam tahap kedua. Pada tahap ketiga, hasil revisi dari draf 2 akan dianalisis oleh ahli bidang studi yang dalam hal ini adalah guru bidang studi bahasa Indonesia. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keterterapan buku teks yang disusun agar bisa dipakai dalam proses belajar mengajar di kelas. Dari hasil analisis ini, dimungkinkan buku teks tersebut tidak cocok untuk diterapkan dalam kelas yang dibina oleh ahli bidang studi tersebut karena berbagai hal, seperti kondisi mayoritas siswa yang belum bisa membaca dengan lancar. Jika hal ini terjadi, maka peneliti akan mengganti tempat uji coba yang sekiranya memungkinkan untuk menggunakan buku teks hasil pengembangan. Dari semua tahapan yang telah dilewati akan ditemukan bentuk ideal dari buku teks yang dikembangkan. Bentuk ideal ini merupakan produk akhir dari proses pengembangan. Produk akhir nantinya siap untuk disebarluaskan.

3.3.2 Subjek Uji CobaSubjek uji coba dalam penelitian ini adalah siswa kelas satu sekolah dasar. Dalam penelitian ini, uji coba hanya dilakukan dalam skala kecil karena keterbatasan waktu dan tenaga. Jumlah siswa yang dijadikan subjek uji coba sebanyak 40 orang atau sebanyak siswa yang ada dalam satu kelas.

3.3.3 Jenis DataBerdasarkan sifatnya, data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif didapat dari hasil observasi, wawancara pada guru, tanggapan siswa pada produk, dan hasil diskusi dengan para ahli. Data kuantitatif diperoleh dari angket yang diisi oleh para ahli.

3.3.4 Instrumen Pengumpulan DataDalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan beberapa instrumen yang disesuaikan dengan teknik yang digunakan. Berikut tabel penjabaran teknik dan instrumen pengumpulan data tersebut. TeknikTujuanInstrumenSubjek CobaData

DokumentasiMengumpulkan teori tentang sastra anak dan buku teksPenelitiData kualitatif tentang teori tentang sastra anak, buku teks serta penelitian-penelitian terdahulu tentang penggunaan sastra anak dalam proses pembelajaran

ObservasiMengetahui proses pembelajaran sebelum menggunakan produk dan setelah menggunakan produk Pedoman observasi RPP Ahli bidang studi SiswaData kualitatif tentang proses pembelajaran mengajar di kelas

AngketMengetahui tingkat keefektivan, keterterapan, dan kevalidan produk Draf awal produk bahan ajar Daftar pertanyaan Check-list Ahli sastra anak Ahli buku teks Ahli ilustrasi Ahli bidang studiData kualitatif dan kuantitatif tentang keefektivan, keterterapan, dan kevalidan produk

WawancaraMengetahui tingkat keterterapan, dan kevalidan produkPedoman wawancara Ahli sastra anak Ahli buku teks Ahli ilustrasi Ahli bidang studiData kualitatif tentang keterterapan, dan kevalidan produk

Dari semua instrumen di atas, angket dan wawancara berperan penting untuk mengetahui tingkat keefektivitan, keterterapan, dan kevalidan produk yang dikembangkan. Berkenaan dengan hal itu, diperlukan kisi-kisi angket untuk mengetahui aspek apa saja yang diamanti. Berikut tabel kisi-kisi angket dan wawancara tersebut. SubjekAspek yang dinilaiHal yang diamati

Ahli sastra anakElemen teks cerita (bahasa, tema, latar, alur, tokoh, dan penokohan) Kosakata yang ada disetarakan dengan penguasaan kosakata anak Baik latar waktu, tempat, dan suasana dapat dikenali dalam dunia realitas maupun imajinasi anak Alur cerita dikembangkan dengan serangkaian peristiwa yang dapat dipahami anak Fisik dan identitas sosial tokoh dapat dikenali oleh anak dalam dunia realitas atau imajinasi Karakter tokoh berkembang melalui dialog maupun narasi yang disajikan

Ahli buku teksDesain pembelajaran, isi materi, evaluasi, dan penggunaan bahasa Kejelasan tujuan pembelajaran Kebenaran dan kekinian materi Cakupan dan kedalaman materi Relevansi materi dengan tujuan Relevansi evaluasi dengan tujuan dan materi Kebenaran ejaan menurut EYD

Ahli IlustrasiIlustrasi dan penyajian Ketepatan ilustrasi yang digunakan untuk menggambarkan setiap kejadian Ketepatan pemilihan warna Ketepatan pemilihan huruf dan ikon

Ahli praktisiKeterterapan produk untuk pembelajaran Keefektifan produk untuk menjelaskan materi Kemudahan penggunaan produk Ketepatan alokasi waktu

SiswaKeterterapan produk dalam proses belajar Keefektifan produk Kemudahan penggunaan produk Kemenarikan produk

3.3.5 Teknik Analisis DataTeknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu teknik analisis deskriptif kualitatif dan teknik analisis statistik deskriptif. Teknik analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitatif yang didapatkan dari hasil dokumentasi, lembar observasi, angket dan hasil wawancara. Teknik analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif yang didapat dari angket uji ahli dan siswa. Teknik yang ditempuh dalam teknik analisis data meliputi (1) tahap persiapan, (2) tahap tabulasi data, dan (3) tahap pengolahan data yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Tahap persiapan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan semua data, baik data kualitatif maupun data kuantitatif. Data yang berupa verbal lisan akan terlebih dahulu ditranskrip sehingga mudah untuk ditabulasikan. Adapun yang dilakukan pada tahap tabulasi adalah (a) mengumpulkan data-data yang sudah didapat wawancara, angket, dan observasi, (b) mengorganisasikan data berdasarkan kelompok uji, serta (c) menyeleksi data apa saja yang dapat digunakan dalam membantu proses pengembangan produk. Selanjutnya, dalam tahap pengolahan data dilakukan kegiatan (a) membuat kerangka awal produk, (b) menentukan tema cerita anak yang akan digunakan, (d) menyusun cerita berdasarkan topik yang dipilih, (e) menyelaraskan kerangka awal produk dengan cerita yang telah disusun, (f) melakukan uji ahli terhadap draf awal yang dikembangkan, kemudian merevisinya, (g) melakukan uji coba skala terbatas tehadap produk yang dikembangkan, kemudian merevisinya, dan (h) menyempurnakan cerita dan setiap aspek dalam buku teks.

Daftar RujukanAnderson, N. A. 2006. Elementary Childrens Literature: The Basics for Teachers and Parents, (Online), (http://www.pearsonhighered. com/assets/0132685833.pdf), diakses 15 Oktober 2014.Balitbang. 2011. Penilaian Buku Teks Pelajaran. (Online), (http://puskurbuk.net/web/penilian-buku-teks-pelajaran.html), diakses 13 Mei 2013.Booker, K. 2012. Practical Strategies: Using Picturebooks to Empower and Inspire Readers and Writers in the Upper Primary Classroom. Australian Journal of Language and Literacy, (Online), 20 (2), (http://www.alea.edu.au/documents/item/495), diakses 19 Oktober 2014.Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik: Panduan bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Dwiantari, A. 2012. Upaya Meningkatkan Perilaku Moral Menggunakan Buku Cerita Bergambar pada Anak Kelompok B2 TK Kanisius Demangan Baru Surabaya. (Online), (http://eprints.uny.ac.id/5557/1/Ani%20D.pdf), diakses 21 Oktober 2014. Solihah, E. 2003. Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak Taman Kanak-kanak Melalui Penerapan Metode Bercerita Menggunakan Buku Cerita Bergambar. (Online), (http:// repository.upi.edu/109/8/S_0703282.pdf), diakses 21 Oktober 2014.Hafid, A. 2006. Pembelajaran Apresiasi Sastra di Kelas Rendah Sekolah Dasar dengan Menggunakan Buku Bergambar. Jurnal Teori dan Praktik Kependidikan, (Online), 2 (2), (http://digilib.unm.ac.id/files/abdhafid.docx), diakses 13 Oktober 2014. Jalongo, M. R. 2004. Young Children and Picture Books, (Online), (http://www.naeyc.org/ TOC/160_0.pdf), diakses 15 Oktober 2014.Juniarti, D. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Sub Tema Pengalaman Bermain untuk Siswa Kelas III Sekolah Dasar. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPs UM.Karli, H. 2013. Pembelajaran Tematik dan Pembelajaran Fragmented di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Penabur, (Online), (13), Tahun ke-8, (http://www.bpkpenabur.or.id/files/ Pembelajaran%20Tematik.PDF), diakses 17 Oktober 2014.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Bahan Ajar Pengelolaan Pembelajaran Tematik Terpadu. (Online), (http://115.124.92.108/unduh/kurikulum2013Tematik.pdf), diakses 17 Oktober 2014.Tempo. 12 Januari 2012. Hanya 1 dari 10 Ribu Warga Indonesia Suka Membaca, (Online), (http://www.tempo.co/read/news/ 2012/01/12/079377034), diakses 17 Oktober 2014.Levie, W. H. & Lentz, R. 1982. Effect of Text Illustration: A Review of Research. Journal of Educational Communication and Technology, (Online), 30 (4), (http://www.jstor.org/ stable/30219845), diakses 20 Agustus 2012.Lightsey, G. E. Olliff, C. B. Cain, C. 2006. Using Crossover Picture Books with Adolescent Learners, (Online), (https://education. ucf.edu/FLaRE%20Professional% 20Paper.pdf), diakses 14 Oktober 2014.Mullis, I. Martin, M. Foy, P. Drucker, K.P. 2011. PIRLS 2011 International Results in Reading. Boston: TIMSS & PIRLS International Study Center.Muslich, Masnur. 2010. Textbook Writing: Dasar-dasar Pemahaman, Penulisan, dan Pemakaian Buku Teks. Yogyakarta: Ar-Ruzz MediaStewig, J. W. 1980. Children and Literature. Chigago: Rand McNally College Publishing Company.Sukini. 2012. Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar Kelas Rendah dan Pelaksanannya. Magistra, (Online), (82) Tahun XXIV, (http://journal.unwidha.ac.id/index.php/magistra/article), diakses 17 Oktober 2014.16