Proposal Skripsi 3

49
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN KIMIA PROPOSAL SKRIPSI NAMA : MOHAMMAD ROFI’I NIM : 4301404052 PRODI : PENDIDIKAN KIMIA I. JUDUL “PENGARUH PENGGUNAAN BUKU TEKS KIMIA BERBASIS CHEMOENTREPRENEURSHIP (CEP) TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA DI SMA N 6 SEMARANG”. II. LATAR BELAKANG Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa (UURI No. 20 Tahun 2003). Sistem pendidikan yang diberlakukan selama ini belum dapat memenuhi harapan dari tujuan pendidikan nasional yang 1

Transcript of Proposal Skripsi 3

Page 1: Proposal Skripsi 3

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

PROPOSAL SKRIPSI

NAMA : MOHAMMAD ROFI’I

NIM : 4301404052

PRODI : PENDIDIKAN KIMIA

I. JUDUL

“PENGARUH PENGGUNAAN BUKU TEKS KIMIA BERBASIS

CHEMOENTREPRENEURSHIP (CEP) TERHADAP HASIL

BELAJAR KIMIA DI SMA N 6 SEMARANG”.

II. LATAR BELAKANG

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa

(UURI No. 20 Tahun 2003). Sistem pendidikan yang diberlakukan selama

ini belum dapat memenuhi harapan dari tujuan pendidikan nasional yang

tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tersebut.

Fenomena yang ada saat ini di negara Indonesia adalah banyak

orang-orang cerdas yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, bahkan

setiap tahunnya selalu diluluskan para sarjana mulai S1 sampai S3 dari

1

Page 2: Proposal Skripsi 3

puluhan perguruan tinggi yang menyebar diseluruh nusantara. Hal ini

membuktikan bahwa negara indonesia yang kaya akan Sumber Daya Alam

(SDA) ini tidak kekurangan sumber Daya manusia (SDM) untuk

mengolahnya. Namun kenyataan yang ada adalah bahwa Sumber Daya

Alam kita sekarang ini masih banyak dikelola oleh orang-orang dari bangsa

asing. Hal ini bisa jadi karena kekampuan intelektual masyarakat indonesia

tidak diimbangi dengan kemampuan praktik sehingga dalam tataran konsep

kita subur tapi dalam tataran praktis kita mandul.

Kimia merupakan ilmu tentang materi dan energi, dan oleh karena

itu siswa yang mempelajari kimia seharusnya mengenal betul tentang apa

arti materi, bagaimana penggolongannya, sifat-sifat, struktur, sampai pada

energi yang menyertai jika materi itu berubah. Oleh karena itu dibutuhkan

pendekatan yang tepat dan efektif dalam mempelajari ilmu kimia. Agar

siswa memperoleh gambaran yang jelas dan detail terkait materi yang

sedang dipelajari.

Pembelajaran kimia di SMA cenderung text book oriented dan

kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari sehingga membuat pelajaran

menjadi abstrak dan cenderung menuju terjadinya kesulitan dalam

memahami materi yang diajarkan. Sementara itu guru yang mengajar kurang

memperhatikan kemampuan berfikir siswa yakni dengan pola pembelajaran

yang kurang bermakna. Metode yang digunakan pun kurang bervariasi

sehingga motivasi belajar siswa menjadi berkurang.

Pendidikan berkembang seiring dengan perkembangan peradaban

2

Page 3: Proposal Skripsi 3

manusia. Manusia terus-menerus berusaha memperbaiki model

pembelajaran mulai dari yang paling sederhana seperti mencatat dan

ceramah sampai kepada model yang lebih bervariasi seperti yang banyak

dikenal sekarang ini (Ery, 2007 : 2). Semua hal tersebut dimaksudkan untuk

memenuhi kebutuhan siswa yang mana di era seperti sekarang ini dituntut

untuk kreatif dan inovatif.

Konsep pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP) adalah suatu

pendekatan pembelajaran kimia yang kontekstual yaitu pendekatan

pembelajaran kimia yang dikaitkan dengan obyek nyata. Tujuannya adalah

untuk memotivasi siswa agar mempunyai semangat berwirausaha. Dengan

pendekatan ini pengajaran kimia akan lebih menyenangkan dan memberi

kesempatan pada peserta didik untuk mengoptimalkan potensinya agar

menghasilkan produk. Bila peserta didik sudah terbiasa dengan kondisi

belajar yang demikian, tidak menutup kemungkinan akan memotivasi

mereka untuk berwirausaha (Supartono, 2006 : 9).

Dengan adanya pembelajaran dengan pendekatan CEP yang

notabenenya merupakan pendekatan pembelajaran kimia yang dikaitkan

dengan obyek nyata, maka diharapkan pula siswa atau peserta didik akan

menjadi lebih paham terhadap materi pelajaran kimia yang cenderung

abstrak.

Buku teks merupakan sumber belajar bagi siswa dimana didalamnya

terdapat materi-materi yang akan dipelajari oleh siswa. Buku teks yang

menarik akan membuat siswa sebagai peserta didik akan lebih bersemangat

3

Page 4: Proposal Skripsi 3

untuk membacanya. Dan buku teks kimia berbasis CEP bisa dikatakan

menarik karena didalamnya ada muatan-muatan materi yang bisa

mengarahkan siswa untuk mengaplikasikan teori-teori yang dipelajarinya

dalam kehidupan sehari-hari.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis terdorong untuk

melakukan penelitian mengenai “PENGARUH PENGGUNAAN BUKU

TEKS KIMIA BERBASIS CHEMOENTERPRENEURSHIP (CEP)

TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA DI SMA N 6 SEMARANG”.

III. RUMUSAN MASALAH

Permasalahan dalam penelitian ini adalah : apakah ada pengaruh

penggunaan buku teks kimia berbasis chemoentrepreneurship (CEP)

terhadap hasl belajar kimia di SMA N 6 Semarang?

IV. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

ada pengaruh penggunaan buku teks kimia berbasis

chemoentrepreneurship (CEP) terhadap hasl belajar kimia di SMA N 6

Semarang?

V. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak yang terlibat dalam pembelajaran kimia baik siswa, guru, penulis

4

Page 5: Proposal Skripsi 3

maupun peneliti lain.

1. Bagi Siswa

Melatih siswa agar lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar

menyelesaikan masalah-masalah kimia sehingga dapat meningkatkan

sikap positif siswa untuk berpikir runtut, kritis dan sistematis dalam

usaha pemecahan masalah, merangsang otak siswa dalam memahami

masalah dan cara menyelesaikannya. Hal ini akan memberi peluang

terjadinya peningkatan pemahaman dan kemampuan belajar siswa serta

memberi nuansa nyaman dan menyenangkan dalam belajar. Peserta

didik diberi peluang untuk melaksanakan kerja ilmiah dan dieksplorasi

potensinya secara optimal yang menumbuhkan sikap kewirausahaan.

2. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi guru dan calon

guru kimia dalam memilih buku teks kimia sebagai media pembelajaran

berbasis chemoenterpreneurship (CEP) yang sesuai, efektif dan efisien

dalam kegiatan belajar-mengajar kimia sehingga dapat meningkatkan

kemampuan belajar siswa dan juga berkesempatan menerapkan model

pembelajaran lain yang unggul,kreatif dan inovatif.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan akan membantu penciptaan panduan

pembelajaran bagi mata pelajaran lain dan juga sebagai bahan

pertimbangan dalam memilih pendekatan pembelajaran yang akan

diterapkan bagi perbaikan di masa yang akan datang.

5

Page 6: Proposal Skripsi 3

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini akan sangat berguna bagi peneliti yakni untuk

mengetahui apakah buku teks kimia sebagai media pembelajaran

berbasis chemoenterpreneurship (CEP) efektif untuk meningkatkan hasil

belajar siswa kelas X semester II, dan juga untuk menyelesaikan tugas

belajar yang sedang ditunaikan.

VI. PENEGASAN ISTILAH

Penulis memberikan batasan-batasan istilah dalam judul yang

berbunyi “Pengaruh penggunaan buku teks kimia berbasis

chemoenterpreneurship (CEP) terhadap hasil belajar kimia di SMA N 6

Semarang” sebagai berikut:

1. Pengaruh

Dari kamus bahasa Indonesia (Purwodarminto, 1984) disebutkan

bahwa pengaruh adalah……………………. Pengaruh diukur dengan

koefisien determinasi (r2).

2. Buku Teks

Buku teks merupakan sumber belajar bagi siswa dimana

didalamnya terdapat materi-materi yang akan dipelajari oleh siswa

3. Pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP)

Konsep pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP) menurut

Supartono (2006 : 9) adalah suatu pendekatan pembelajaran kimia yang

kontekstual yaitu yaitu pendekatan pembelajaran kimia yang dikaitkan

6

Page 7: Proposal Skripsi 3

dengan obyek nyata. Tujuannya adalah untuk memotivasi siswa agar

mempunyai semangat berwirausaha.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa secara

maksimal setelah melakukan proses pembelajaran. Menurut Nana

Sudjana (1990 : 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah sikap

ilmiah yang timbul dari dalam diri siswa setelah melakukan proses

pembelajaran.

VII. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Belajar dan Pembelajaran

1. Belajar

Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-

mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji

dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Di samping itu, ada pula

sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka

seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis.Untuk

menghindari ketidaklengkapan persepsi tersebut, berikut ini akan

disajikan definisi dari beberapa ahli.

Skinner (dalam Syah, 2005: 64) berpendapat bahwa belajar

adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang

7

Page 8: Proposal Skripsi 3

berlangsung secara progresif.

Gagne (dalam Sukarja, 2006: 261-262) menyatakan belajar

adalah suatu perubahan watak atau kemampuan (kapabilitas)

manusia yang belangsung selama suatu jangka waktu dan bukan

sekedar proses pertumbuhan.

Winkel (dalam Darsono, 2004: 4) menyatakan belajar adalah

suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi

aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.

Dari pengertian belajar yang dikemukakan diatas dapat

disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses yang

menghasilkan perubahan tingkah laku. Belajar pada mulanya adalah

akibat dorongan rasa ingin tahu.

Belajar sebagai proses adalah kegiatan yang dilakukan secara

sengaja melalui penyesuaian tingkah laku dirinya guna

meningkatkankualitas kehidupan. Sedangkan belajar sebagai hasil

adalah akibat dari belajar sebagai proses. Sehingga seseorang yang

telah mengalami proses balajar akan memperoleh hasil berupa

kemampuan terhadap sesuatu yang menjadi hasil belajar.

Benjamin Bloom (dalam Sudjana, 2001: 22) membagi hasil

belajar menjadi tiga ranah, yaitu:

1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,

8

Page 9: Proposal Skripsi 3

analisis, sintesis dan evaluasi.

2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari

penerimaan jawaban atau reaksi, penilaian.

3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak.

2. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction

yang berarti self intruction (dari internal) dan external instruction

(dari eksternal) (Sugandi, 2004: 9).

Sementara Briggs (dalam Sugandi, 2004: 9) mengatakan

pembelajaran adalah perangkat peristiwa yang mempengaruhi si

belajar sedemikian rupa sehingga si belajar memperoleh

kemudahan dan berinteraksi dengan lingkungan.

Jadi pada hakikatnya pembelajaran adalah proses

interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga

terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

Menurut Gafur (dalam Sukarja, 2006: 264) bahwa dalam

proses pembelajaran ada dua unsur yang sangat penting, yaitu

model pembelajaran dan media pembelajaran.

a. Model Pembelajaran

Menurut Winata putra (dalam Sugandi, 2004; 84)

model pembelajaran (models of teaching) adalah pola yang

digunakan guru dalam menyususn kurikulum,mengatur

9

Page 10: Proposal Skripsi 3

materi pelajaran dan memberi petunjuk dalam setting

pembelajaran.

Sukamto (dalam Bakar, 2006: 27) mengartikan model

pembelajaran sebagai suatu kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur atau langkah-langkah yang sistematis

dalam mengelola pengalaman belajar sehingga para siswa

dapat mencapai kompetensi tertentu. Sementara kompetensi

diartikan sebagai kualifikasi atau seperangkat kemampuan

berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dituntut

oleh suatu jabatan tertentu (Arbi dan Syahrun dalam Bakar,

2006: 29). Kompetensi ini ditunjukkan dalam bentuk proses

atau hasil kegiatan yang didemonstrasikan oleh peserta didik

sebagai penerapan dari pengetahuan dan keterampilan yang

telah dipelajarinya (Mulyasa, 2003: 24).

b. Media Pembelajaran

Media dapat diartikan sbagai alat bantu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi dan bahan

pelajaran untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan

keterampilan makna belajar (Mappa, 1994: 162).

Pada umumnya konsep kimia bersifat abstrak. Untuk

dapat memahaminya harus dimulai dari pengalaman konkrit.

Inilah fungsi pokok dari media, yaitu dapat membawa siswa

menuju pemikiran abstrak melalui pengalaman konkrit.

10

Page 11: Proposal Skripsi 3

Jika tingkat konkrit-abstrak dan media yang

digunakan untuk pendekatannya dialurkan pada garis, di

dapat pola sebagai berikut:

konkrit astrak

pengalaman langsung simulasi gb. Hidup gb. Mati lambang verbal

(Sastrawijaya, 1988: 169)

media dapat digolongkan menjadi: 1) bahan tak

terproyeksikan (papan tulis, kartu peraga, bagan, foto objek);

2) rekaman suara (rekaman dalam kaset suara, rekaman

cakram); 3) gambar diam yang diproyeksikan (slide,

lembaran bening OHP); 4) gambar bergerak yang

diproyeksikan (film, rekaman video) (Marjohan, 1994: 188-

189).

B. Faktor yang Mempengaruhi hasil Belajar

Perolehan hasil belajar antar siswa tidak sama karena banyak

faktor yang mempengaruhi proses belajar. Secara garis besar, faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar dapat

dikelompokkan menjadi tiga macam, yakni:

a) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan

fisiologis dan psikologis

1. keadaan fisiologis meliputi panca indera dan kondisi jasmani

yang melatarbelakangi aktivitas belajar seperti gizi yang

11

Page 12: Proposal Skripsi 3

cukup dan lain-lain. Menurut Syah (2005: 146) panca indera

yang dominan adalah indera pendengaran dan penglihatan.

Daya pendengaran dan penglihatan yang rendah,

umpamanya, akan menyulitkan sensory register dalam

menyerap item-item informasi yang bersifat echoic dan

iconic (gema dan citra).

2. faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar siswa

meliputi: 1) kecerdasan/bakat, 2) motivasi, 3) perhatian, 4)

berpikir, 5) ingatan/lupa, dan sebagainya. (Mappa, 1994: 36)

b) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu keadaan/kondisi

lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal meliputi lingkungan

sosial dan nonsosial.

1. Lingkungan sosial meliputi lingkunggn sekolah seperti guru,

para staf administrasi dan teman-teman sekelas dan

lingkungan sosial siswa seperti masyarakat dan tetanga juga

teman-teman sepermainan serta lingkungan keluarga.

2. lingkungan nonsosial meliputi gedung sekolah dan letaknya,

rumah tempat keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar,

keadaan cuaca, dan waktu belajar siswa.

c) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis

upaya belajar siswa yang melipuiti strategi dan metode yang

digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-

materi pelajaran.

12

Page 13: Proposal Skripsi 3

C. Chemoenterpreneurship (CEP)

Menurut Nasution dalam Eri (2007 : 19) entrepreneur diartikan

sebagai orang yang pandai memanfaatkan peluang usaha lalu

menterjemahkannya menjadi usaha yang memiliki nilai tambah.

Entrepreneur adalah seorang motivator yang menggabungkan teknologi

yang berbeda dan konsep-konsep bisnis untuk menghasilkan produk atau

jasa baru yang mampu mengenali setiap kesempatan yang

menguntungkan, menyusun strategi dan yang berhasil menerapkan ide-

idenya. Erpreneurship adalah segala hal yang berkaitan dengan sikap,

tindakan dan proses yang dilakukan oleh para erpreneur dalam merintis,

menjalankan dan mengembangkan usaha mereka.

Konsep pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP) adalah suatu

pendekatan pembelajaran kimia yang kontekstual yaitu pendekatan

pembelajaran kimia yang dikaitkan dengan obyek nyata. Tujuannya

adalah untuk memotivasi siswa agar mempunyai semangat

berwirausaha. Dengan pendekatan ini pengajaran kimia akan lebih

menyenangkan dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk

mengoptimalkan potensinya agar menghasilkan produk. Bila peserta

didik sudah terbiasa dengan kondisi belajar yang demikian, tidak

menutup kemungkinan akan memotivasi mereka untuk berwirausaha

(Supartono, 2006 : 9).

Untuk merancang pembelajaran dengan pendekatan CEP

13

Page 14: Proposal Skripsi 3

diperlukan guru yang dapat mendesain dan melaksanakannya dengan

prinsip-prinsip pembelajaran kimia lainnya. Guru harus mengetahui

secara pasti materi-materi kimia yang tepat dan sesuai dengan

pendekatan pembelajaran CEP. Pembuatan desain pembelajaran harus

sesuai antara obyek atau fenomena yang dipelajari dengan kegiatan

siswa. Kegiatan siswa ini perlu dirancang sedemikian rupa agar sesuai

dengan kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh siswa. Pembelajaran

ini di desain dan dilaksanakan berangkat dari obyek atau fenomena yang

ada disekitar kehidupan peserta didik, kemudian dikembangkan ke

konsep-konsep kimia yang berkaitan dengan proses kimia yang

melandasi, termasuk factor-faktor yang mengendalikan atau

mempengaruhi proses tersebut hingga sampai ke kesimpulan yang

bermakna. Kesimpulan yang bermakna ini dapat berupa penemuan suatu

produk yang bermanfaat, terobosan teknologi yang berkaitan dengan

konsep atau proses kimia yang dipelajari dan rekomendasi-rekomendasi

dampaknya terhadap kemaslahatan umat manusia dan lingkungan

(Supartono, 2006 : 9)

Dengan landasan pemikiran tersebut, pendekatan CEP menuntut

potensi peserta didik untuk belajar secara maksimal sehingga mampu

menampilkan kompetensi tertentu. Proses belajar siswa tidak lagi

berorientasi pada banyaknya materi pelajaran kimianya (subject matter

oriented), tetapi lebih berorientasi kepada kecakapan yang ditampilkan

oleh peserta didik (life-skill oriented). Dengan pendekatan pembelajaran

14

Page 15: Proposal Skripsi 3

yang demikian, sejumlah kompetensi dapat dicapai, proses belajar

engajarnya menjadi lebih menarik, peserta didik lebih terfokus

perhatiannya dan termotivasi untuk mengetahui lebih jauh serta hasil

belajarnya menjadi lebih bermakna (Supartono, 2006 : 9).

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan CEP

merupakan pendekatan pembelajaran kimia yang berhubungan dengan

obyek nyata sehingga siswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu

bahan menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomi. Dengan

pembelajaran ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk

berwirausaha.

VIII. HIPOTESIS

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan

yang sifatnya masih sementara dan masih lemah dan perlu pembuktian lebih

lanjut. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Hi : Ada Pengaruh penggunaan buku teks kimia berbasis

chemoenterpreneurship (CEP) terhadap hasil belajar kimia di SMA N

6 Semarang.

Ho : Tidak ada Pengaruh penggunaan buku teks kimia berbasis

chemoenterpreneurship (CEP) terhadap hasil belajar kimia di SMA N

6 Semarang.

IX. METODE PENELITIAN

15

Page 16: Proposal Skripsi 3

Penentuan Subjek Penelitian

1. Populasi

Menurut Arikunto (2002:108), populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah

semua siswa kelas XI SMA N 6 Semarang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Arikunto, 2002:109). Sampel pada penelitian ini tidak menggunakan

siswa kelas XI secara keseluruhan, tetapi hanya sebagian saja. Agar

sampel dikatakan representatif (mewakili populasi), diperlukan

teknik pengambilan sampel yang tepat. Teknik pengambilan sampel

yang dilakukan adalah teknik cluster random sampling, yaitu secara

acak dipilih dua kelas sebagai sampel, dengan syarat populasi

tersebut harus bersifat normal dan homogen. Salah satu kelas

bertindak sebagai kelas eksperimen yang diajar dengan

menggunakan buku teks kimia berbasis chemoenterpreneurship

(CEP), sedangkan kelas lainnya sebagai kelas kontrol diajar dengan

metode konvensional.

3. Variabel

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi

perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002:96). Variabel dalam

penelitian ini adalah :

16

Page 17: Proposal Skripsi 3

a. Variabel bebas yaitu variabel yang

mempengaruhi suatu kejadian. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah

penggunaan buku teks kimia berbasis CEP.

b. Variabel terikat yaitu variabel sebagai akibat

dari variabel bebas.Variabel terikat dalam

penelitian ini hasil belajar siswa kelas XI

SMA N 6 Semarang tahun pelajaran

2007/2008 pada pokok bahasan koloid.

A. Faktor yang diteliti

Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang

dilihat dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hasil belajar

kognitif siswa diukur dengan tes objektif, hasil belajar afektif diukur

dengan kuisioner, sedangkan hasil belajar psikomotor diukur dengan

lembar observasi.

B. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 17), sumber penelitian adalah

subjek dari mana data diperoleh. Sumber data penelitian ini adalah

siswa kelas XI SMA 2 Semarang, guru, serta lingkungan yang

mendukung pelaksanaan penelitian.

2. Jenis Data

Data yang didinginkan adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data

17

Page 18: Proposal Skripsi 3

kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar. Data kualitatif diperoleh

dari angket dan lembar observasi.

3. Cara Pengambilan Data

a. Tes hasil belajar

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan

inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu

atau kelompok (Arikunto, 2002:127). Tes dalam penelitian ini

merupakan tes prestasi atau achievement test, yaitu tes yang

digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah

mempelajari sesuatu (Arikunto, 2002:128). Dalam penelitian ini ,

tes digunakan untuk mengukur hasil belajar kimia siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Metode tes yang digunakan adalah

pre tes dan post tes.

b. Lembar observasi

Menurut Arikunto (2002:133), observasi merupakan kegiatan

pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan

menggunakan seluruh alat indera. Dalam penelitian ini, metode

observasi digunakan untuk mengetahui hasil pembelajaran siswa

pada aspek psikomotorik.

c. Angket

Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam

18

Page 19: Proposal Skripsi 3

arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang responden

ketahui (Arikunto, 2002:128). Metode ini digunakan untuk

memperoleh data mengenai tanggapan siswa terhadap

pembelajaran kimia dengan menggunakan buku teks kimia

berbasis chemoenterpreneurship (CEP).

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari tahap persiapan, tahap uji coba, dan

tahap pelaksanaan penelitian.

1. Tahap Persiapan

a. Observasi tentang materi-materi pelajaran yang mendukung

penelitian

b. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian berdasarkan indikator

dan ranah kognitif yang digunakan

c. Menyusun instrumen penelitian

2. Tahap Uji Coba

a. Instrumen diuji cobakan pada siswa kelas XII SMA 6 Semarang

b. Memberi skor dan menganalisis hasil tes uji coba, untuk

menentukan instrumen yang akan digunakan pada akhir

penelitian.

3. Tahap pelaksanaan penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan buku teks kimia berbasis

CEP pada kelas eksperimen dan menggunakan metode pembelajaran

konvensional pada kelas kontrol.

19

Page 20: Proposal Skripsi 3

D. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah desain control

group pre test post test yaitu desain eksperimen dengan melihat

perbedaan pre tes maupun post test antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

Tabel 3 Rancangan Penelitian

Kelas Keadaan Awal Perlakuan Keadaan Akhir

Eksperimen Y1 X1 Y2

Kontrol Y1 X2 Y2

Keterangan:

X1: Pembelajaran kimia dengan menggunakan buku teks kimia berbasis

CEP.

X2: Pembelajaran kimia dengan menggunakan metode konvensional

Y1: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pre test

Y2: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi post test

E. Instrumen Penelitian

Tujuan uji coba adalah untuk memperoleh butir tes yang

mempunyai kategori baik dan bisa dipakai untuk penelitian. Analisis

perangkat tes adalah analisis untuk mengetahui validitas , reliabilitas ,

indeks kesukaran soal dan daya pembeda soal.

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

20

Page 21: Proposal Skripsi 3

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan

valid bila instrumen itu, untuk maksud dan kelompok tertentu,

mengukur apa yang semestinya diukur, derajat ketepatan

mengukurnya benar dan validitasnya tinggi (Ruseffendi, 1994:132).

Untuk mengukur validitas butir soal dalam penelitian ini digunakan

rumus korelasi point biseral yaitu:

q

p

S

MMr

t

tppbis

dimana 2)(1

2:

pbis

pbishit

r

nrt

(Arikunto, 2003:79)

Keterangan:

rpbis = koefisien korelasi point biseral

Mp = rerata skor siswa yang menjawab benar

Mt = rerata skor siswa total

P = proporsi siswa yang menjawab benar

q = proporsi siswa yang menjawab salah

q = 1 - p

St = standar deviasi dari skor total

n = jumlah siswa

Setelah dihitung thit dibandingkan dengan ttabel , dengan taraf

signifikan 5 % , jika thit > ttabel maka butir soal dikatakan valid.

2. Reliabilitas

Reliabilitas instrumen atau alat evaluasi adalah ketetapan alat

21

Page 22: Proposal Skripsi 3

evaluasi dalam mengukur atau ketetapan siswa dalam menjawab alat

evaluasi itu. Sebuah alat evaluasi dikatakan reliabel apabila hasil dari

dua kali atau lebih pengevaluasian dengan dua atau lebih alat

evaluasi yang senilai (ekivalen) pada masing-masing pengetesan

akan sama. Suatu alat evaluasi dikatakan baik, bila reliabilitasnya

tinggi (Ruseffendi, 1994:142). Dalam penelitian ini, pengujian

tingkat reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan

reliabilitas internal, yakni perhitungan dilakukan berdasarkan data

dari satu kali hasil pengetesan (Arikunto, 2002:155). Perhitungan

reliabelitas internal untuk instrumen ini menggunakan rumus KR-21,

dengan rumus sebagai berikut:

tVk

MkM

k

kr

.1

111

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

Vt = varians total

M = skor rata-rata

k = jumlah butir soal (Arikunto, 2002:164)

Harga r11 yang dihasilkan dikonsultasikan dengan rtabel. Harga r11

yang diperoleh diterima jika memenuhi kriteria r11 > rtabel.

3. Indeks Kesukaran Soal

Indeks kesukaran soal merupakan bilangan yang

menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Soal yang baik adalah

22

Page 23: Proposal Skripsi 3

soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang

terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha

memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan

menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai

semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya

(Arikunto, 2003:207). Rumus yang digunakan untuk mengukur

indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut :

BA

BA

JSJS

JBJBIK

Keterangan:

IK = indeks kesukaran

JBA = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada

kelompok atas

JBB = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada

kelompok bawah

JSA = banyaknya siswa pada kelompok atas

JSB = banyaknya siswa pada kelompok bawah

Kriteria indeks kesukaran soal disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 4 Kriteria Indeks Kesukaran soal

Interval IK Kriteria

IK = 00,00

0,00 < IK ≤ 0,30

0,30 < IK ≤ 0,70

Terlalu Sukar

Sukar

Sedang

23

Page 24: Proposal Skripsi 3

0,70 < IK < 1,00

IK = 1,00

Mudah

Terlalu Mudah

4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai (upper group) dengan siswa

yang kurang pandai (lower group). Soal dianggap mempunyai daya

pembeda yang baik jika soal tersebut dijawab benar oleh kebanyakan

siswa pandai dan dijawab salah oleh kebanyakan siswa kurang

pandai (Arikunto, 2003:211). Makin tinggi daya pembeda soal ,

makin baik pula kualitas soal tersebut. Rumus yang digunakan

sebagai berikut:

A

BA

JS

JBJBDP

Keterangan:

DP = daya pembeda soal

JBA = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada

kelompok atas

JBB = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada

kelompok bawah

JSA = banyaknya siswa pada kelompok atas

Kriteria yang digunakan seperti tabel di bawah ini :

Tabel 5 Kriteria Daya Pembeda Soal

24

Page 25: Proposal Skripsi 3

Interval DP Kriteria

DP ≤ 0,00

0,00 < DP ≤ 0,20

0,20 < DP ≤ 0,40

0,40 < DP ≤ 0,70

0,70 < DP ≤ 1,00

Sangat jelek

Jelek

Cukup

Baik

Sangat baik

F. Analisis Data

Analisis data yang digunakan terbagi dalam dua tahap , yaitu tahap awal

dan tahap akhir.

1. Analisis Tahap Awal

Analisis tahap awal digunakan untuk melihat kondisi awal

populasi sebagai pertimbangan dalam pengambilan sampel yang

meliputi uji normalitas , homogenitas dan analisis varians.

a. Uji normalitas

Uji ini berfungsi untuk mengetahui apakah data keadaan awal

populasi terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang

digunakan adalah uji chi kuadrat (χ2) , persamaannya adalah

sebagai berikut :

χ2 = 2

1

k

i i

ii

E

EO (Sudjana, 2002:273)

25

Page 26: Proposal Skripsi 3

Keterangan:

χ2 = chi kuadrat

Oi = frekuensi hasil pengamatan

Ei = frekuensi harapan

k = banyaknya kelas interval

Hasil perhitungan nilai χ2 dikonsultasikan dengan nilai χ2 pada

tabel dengan dk = k-3 (k adalah banyaknya kelas interval) ,

dengan taraf signifikansi 5 %. Jika χ2hitung ≤ χ2tabel , data

tersebut terdistribusi normal

b. Uji homogenitas

Uji ini untuk mengetahui seragam tidaknya varians sampel –

sampel yang diambil dari populasi yang sama. Dalam penelitian

ini jumlah kelas yang diteliti ada dua kelas. Setelah data

homogen baru diambil sampel dengan teknik cluster random

sampling. Uji kesamaan varians dari k buah kelas (k>2) populasi

dilakukan dengan menggunakan uji Barlett (Sudjana, 2002:261).

Langkah – langkah perhitungannya sebagai berikut:

1. Menghitung s2 dari masing – masing kelas

2. Menghitung varians gabungan dari semua kelas dengan

rumus:

1

1 2

2

i

ii

n

sns

26

Page 27: Proposal Skripsi 3

3. Menghitung harga satuan B dengan rumus:

1log 2insB

4. Menghitung nilai statistik chi kuadrat (χ2) dengan rumus:

22 log110ln ii snB

Kriteria pengujian : Ho diterima jika χ2hitung ≤ χ2 (1-α) (k-1) ,

dimana χ2 (1-α) (k-1) didapat dari daftar distribusi chi kuadrat

dengan peluang (1-α) dan dk = (k-1) (Sudjana , 2002:263).

2. Analisis Tahap Akhir

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari

kedua kelompok terdistribusi normal atau tidak dan untuk

menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik

atau non parametrik. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah :

Ho : data berdistribusi normal

Ha : data tidak berdistribusi normal

Kenormalan data dihitung dengan menggunakan uji chi kuadrat

(χ2) dengan rumus:

χ2 =

2

1

k

i i

ii

E

EO

(Sudjana, 2002:273)

Keterangan:

χ2 = chi kuadrat

Oi = frekuensi hasil pengamatan

27

Page 28: Proposal Skripsi 3

Ei = frekuensi harapan

K = banyaknya kelas interval

Data akan berdistribusi normal jika χ2hitung ≤ χ2tabel dengan

taraf signifikan 5 % dan derajat kebebasan dk = k – 3.

b. Uji kesamaan dua varians

Uji kesamaan varians bertujuan untuk mengetahui apakah

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai tingkat

varians yang sama (homogen) atau tidak.

22

21

s

sF

Keterangan:

s12 = varians kelompok eksperimen

s22 = varians kelompok kontrol

Kriteria pengujian adalah terima hipotesis Ho jika : F(1-α)(n1-1)

< F < F1/2α(n1-1, n2-1) (Sudjana, 2002:249).

c. Uji hipotesis penelitian

Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang kedua.

Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah:

Ho : µ1 = µ2

Ha : µ1 ≠ µ2

Keterangan :

µ1= rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen

µ2= rata-rata hasil belajar kimia kelompok kontrol

Uji t dipengaruhi oleh hasil uji kesamaan dua varians antara

28

Page 29: Proposal Skripsi 3

kelompok yaitu:

a) jika varians kedua kelompok sama, maka rumus yang

digunakan adalah:

21

21

11

nns

xxt

dimana

2

)1()1(

21

222

2112

nn

snsns

Keterangan :

1x rata-rata nilai kelas eksperimen

2x rata-rata nilai kelas kontrol

21s varians nilai-nilai kelas tes eksperimen

22s varians nilai-nilai kelas tes kontrol

n1 = jumlah anggota kelas eksperimen

n2 = jumlah anggota kelas kontrol

Kriteria pengujiannya terima Ho, jika –t1-1/2α ≤ tdata ≤ t1-

1/2α dimana t1-1/2α didapat dari daftar distribusi t dengan

dk = (n1+ n2 - 2) dan peluang (1-1/2α) (Sudjana, 2002:239-

240).

b) jika varians kedua kelompok tidak sama, maka rumus yang

digunakan adalah

29

Page 30: Proposal Skripsi 3

2

22

1

21

21

n

s

n

s

xxt i

Keterangan :

1x rata-rata nilai kelas eksperimen

2x rata-rata nilai kelas kontrol

21s varians nilai-nilai kelas tes eksperimen

22s varians nilai-nilai kelas tes kontrol

n1 = jumlah anggota kelas eksperimen

n2 = jumlah anggota kelas kontrol

Kriteria yang digunakan adalah terima hipotesis Ho jika :

21

2211

ww

twtw

< 21

22111

ww

twtwt

dengan

1

21

1 n

sw

dan 2

22

2 n

sw

t1 = t(1-1/2α), (n1-1) dan t2 = t(1-1/2α), (n2-1)

(Sudjana, 2002:241)

d. Analisis terhadap pengaruh variabel

Untuk menentukan hubungan antara variabel bebas dengna

variabel terikat digunakan koefisien korelasi biserial. Rumus

yang digunakan adalah :

30

Page 31: Proposal Skripsi 3

yb us

pqYYr

)( 21 (Sudjana, 2002:390)

Keterangan :

rb = koefisen korelasi biserial

1Y = rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen

2Y = rata-rata hasil belajar kelompok kontrol

p = proporsi siswa kelompok eksperimen

q = proporsi siswa kelompok kontrol

q = 1 – p

u = tinggi ordinat pada kurva normal pada titik-titik yang

memotong bagian normal baku menjadi bagian p dan

q

sy = simpangan baku untuk semua nilai dari kedua

kelompok

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi

yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat

berpedoman pada ketentuan sebagai berikut :

0,0 – 0,199 = sangat rendah

0,2 – 0,399 = rendah

0,4 – 0,599 = sedang

0,6 – 0,699 = kuat

0,7 – 0,899 = sangat kuat (Sugiyono, 2001:216)

e. Analisis deskriptif untuk data aspek afektif dan psikomotorik

31

Page 32: Proposal Skripsi 3

siswa

Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang bertujuan

untuk mengetahui nilai afektif dan psikomotorik siswa baik

kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Rumus yang

digunakan adalah :

Persentase skor = %100max

skor

perolehskoryangdi (Sudjana,

2002:47)

f. Analisis deskriptif terhadap pembelajaran kimia dengan

menggunakan buku teks kimia berbasis CEP.

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa

terhadap pembelajaran kimia dengan buku teks kimia berbasis

CEP. Rumus yang digunakan adalah :

Persentase skor = %100max

skor

perolehskoryangdi (Sudjana, 2002:47)

X. SISTEMATIKA SKRIPSI

Susunan skripsi ini terdiri atas tiga bagian yaitu :

a. Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan skripsi ini berisi halaman judul,

pengesahan, motto dan persembahan, abstraksi, kata pengantar,

daftar isi, daftar lampiran, daftar gambar, dan daftar tabel.

b. Bagian Isi

Bagian ini terdiri atas lima bab, yaitu:

32

Page 33: Proposal Skripsi 3

Bab I : Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang, permasalahan, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan

sistematika skripsi.

Bab II : Landasan Teori dan Hipotesis

Berisi teori-teori yang mendukung dan berkaitan

dengan permasalahan, yaitu meliputi tinjauan tentang

proses belajar-mengajar, factor yang mempengaruhi

hasil belajar, dan buku teks kimia berbasis

chemoenterpreneurship (CEP).

Bab III : Metode Penelitian

Berisi metode penentuan subyek penelitian, faktor yang

diteliti, teknik pengumpulan data, prosedur penelitian,

instrumen penelitian, dan analisis data.

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berisi hasil-hasil penelitian serta pembahasan.

Bab V : Penutup

Berisi kesimpulan dari penelitian dan saran-saran

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Bakar, Usman. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Konpetensi dalam

33

Page 34: Proposal Skripsi 3

Mata Pelajaran Kimia di SMA. Jurnal Pengajaran. Vol 29 (1): 26-41.

Darsosno, M. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang

Press.

Ery susanti. 2007. Peningkatan Kreatifitas dan Hasil Belajar Kimia Melalui

Pendekatan CEP Dengan Bantuan Game Simulation di SMA N 9

Semarang (Skripsi). Semarang: Jurusan Kimia FMIPA UNNES.

Mappa, Syamsu&Basleman, Anisah. 1994. Teori Belajar Orang Dewasa.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mulyana. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan

Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Rueffendi, E.T. 1994. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Biidang Non-

Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press

Sastrawijaya, Tresna. 1988. Proses Belajar-Mengajar di Perguruan Tinggi.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudjana, Nana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT UNNES PRESS.

Sukarja. 2006. Peningkatan Mutu Pembelajaran Kimia SMA dengan

Menggunakan Teaching Guide Berbantuan Komputer. VIII (2): 256-

273.

Supartono. 2006. Peningkatan Kualitas peserta Didik Melalui Pembelajaran

Kimia Dengan Pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP). Semarang:

Jurusan Kimia FMIPA UNNES

34

Page 35: Proposal Skripsi 3

Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

35