Proposal Penelitian 2

97
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teori tentang otak manusia yang terbagi atas tiga bagian yaitu (1) Otak reptilian yang berfungsi untuk menghidupkan organ fisik dan menumbuhkan perkembangan jasmani. Otak itu berfungsi untuk mengatur pencernaan, mereproduksi sel-sel tubuh, mensirkulasikan peredaran darah, menyelaraskan sistem pernapasan serta merespon stress. (2) Otak mammalian atau sistem limbik berfungsi untuk menghubungkan diri pada unsur emosi dan ingatan. (3) Otak neo-mamalian mengandung lima sampai enam otak manusia yang berfungsi untuk memproses data-data penginderaan, logika, cara-cara berpikir, membuat rancangan, memecahkan masalah, melihat ke depan, menyatakan pendapat, bercakap-cakap, menulis, mengarang, bermain musik, menalar, menganalisis, berpikir abstrak, menggunakan symbol-simbol, memahami dan mengembangkan kebudayaan.

description

kl;jhlh'

Transcript of Proposal Penelitian 2

Page 1: Proposal Penelitian 2

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Teori tentang otak manusia yang terbagi atas tiga bagian yaitu (1) Otak

reptilian yang berfungsi untuk menghidupkan organ fisik dan menumbuhkan

perkembangan jasmani. Otak itu berfungsi untuk mengatur pencernaan,

mereproduksi sel-sel tubuh, mensirkulasikan peredaran darah, menyelaraskan

sistem pernapasan serta merespon stress. (2) Otak mammalian atau sistem limbik

berfungsi untuk menghubungkan diri pada unsur emosi dan ingatan. (3) Otak neo-

mamalian mengandung lima sampai enam otak manusia yang berfungsi untuk

memproses data-data penginderaan, logika, cara-cara berpikir, membuat

rancangan, memecahkan masalah, melihat ke depan, menyatakan pendapat,

bercakap-cakap, menulis, mengarang, bermain musik, menalar, menganalisis,

berpikir abstrak, menggunakan symbol-simbol, memahami dan mengembangkan

kebudayaan.

Teori lain mengungkapkan bahwa otak manusia itu terbagi dua bagian, yaitu

(1) belahan otak kiri, (2) belahan otak kanan. Penerapan fungsi dua otak itu dalam

belajar disebut strategi. Belahan otak kiri berfungsi menerapkan bentuk-bentuk

belajar logis, yaitu bentuk-bentuk belajar yang langkah-langkahnya mengikuti

urutan-urutan tertentu seperti dalam mempelajari ruang di bidang ilmu

pengetahuan geometri, awalnya dipelajari konsep titik, kemudian berangsur-

angsur dipelajari garis, bidang, dan ruang. Scenario belajarnya berbentuk linier

Page 2: Proposal Penelitian 2

2

dan sewuential, mengarah ke dalam sebuah pola. Cara belajar seperti itu sangat

efektif dan efisien dalam pola berpikir dan berbuat. Hasil lainnya dari penerapan

kemampuan belahan otak kiri adalah kemampuan mensintesis data menjadi

terpadu berdasarkan hubunghan ruang dan waktu.

Belahan otak kiri dan kanan dapat berfungsi sebagai komplementer, artinya

dapat saling memperkuat secara fleksibel terutama dalam memahami informasi

dari luar. Semua data diolahnya setelah informasi masuk. Implikasi dua teori di

atas menekankan bahwa fungsi kemampuan belahan otak kiri dan kanan itu harus

dipertimbangkan dalam sistem pendidikan dan pengajaran. Dalam

mempertimbangkan dua teori di atas maka sistem pendidikan dan pengajaran itu

akan menjadi serasi dan cocok dengan tingkat perkembangan anak dalam belajar.

Pelajaran akan disampaikan secara logis dan sistematis serta dipelajari sesuai

dengan minat, perhatian dan kebutuhan siswa. Dua fungsi belahan otak kiri dan

kanan yang diterapkan menjadi satu perbuatan belajar akan membantu dalam

mencapai keterampilan memecahkan masalah, mengembangkan keterampilan

berpikir kritis, kreatif dan dapat menanamkan kemampuan menguasai

pengetahuan dalam waktu lama (retensi).

Berdasarkan hasil penelitian (eksperiment) yang dilakukan di beberapa

Negara (Inggris dan Amerika) disimpulkan bahwa pemanfaatan fungsi

kemampuan belahan otak kanan (di samping pemanfaatan kemampuan belahan

otak kiri), dapat memberI kesanggupan kepada siswa dalam mempelajari

pengetahuan. Mereka menunjukkan lebih berhasil dalam pelajarannya di sekolah

jika pelajaran itu disajikan melalui kemampuan belahan otak kiri dan kanan. Hasil

Page 3: Proposal Penelitian 2

3

belajar dapat dicapai dengan baik terutama bagi siswa yang lamban belajar dan

berprestasi rendah. Harapan di atas memberi dorongan kepada guru dan tenaga

kependidikan lainnya untuk melaksanakan sistem belajar yang bersifat intuitif,

yaitu sistem belajar yang melibatkan berbagai cara logis dan psikologis, serta

keterlibatan maksimal dari semua alat penginderaan dalam menerima informasi

dari luar. Dengan cara-cara seperti itu, penyajian materi pelajaran tidak terbatas

pada penggunaan metode ceramah saja akan tetapi juga metode-metode lainnya

seperti dialog, diskusi, tanya jawab, inkuiri, diskoveri, dan lain-lain. Penyajian

materi pelajaran seperti itu sangat sesuai dengan perbedaan individu, siswa yang

satu akan lebih senang belajar dalam bentuk konkret, sedangkan yang lainnya

dalam bentuk abstrak.

Kebenaran teori kemampuan belahan otak kiri dan kanan ditentang oleh

teori umum yang berpendapat bahwa otak manusia itu adalah sesuatu yang unik

dan tidak ada dua hal yang serupa. Dengan kata lain dua fungsi belahan otak kiri

dan kanan tidak bersifat sama, dan berfungsi saling mengontrol satu sama lain.

Informasi yang datang melalui tangan, kaki dan telinga kanan akan diproses oleh

belahan otak kiri, dan sebaliknya informasi dating melalui, tangan, kaki dan

telinga kiri akan diproses oleh belahan otak kanan. Dalam beberapa hal,

penginderaan itu dikontrol dalam bentuk perbuatan yang kompleks, artinya apa

yang dilihat secara visual sebagai potongan-potongan informasi akan dikirimkan

kepada dua belahan otak di atas. Porsi visual belahan otak kiri akan dikaji oleh

belahan otak kanan dan demikian pula sebaliknya. Jadi, keduanya saling

mengontrol.

Page 4: Proposal Penelitian 2

4

Selain penelitian yang pernah dilakukan itu, terdapat pula penelitian lainnya

yang dilakukan oleh beberapa pakar psikologi antara lain oleh Paul Broca (1865).

Mereka berasumsi bahwa otak manusia itu terbagi dua bagian yang sama, yaitu

otak kiri dan kanan. Menurut Paul Borca dalam keterampilan berbicara, lain

halnya dengan belahan otak kanan, walau luka tidak akan mempengaruhinya.

Selain itu Carl Wernicke berpendapat bahwa keterampilan berbahasa itu

adalah fungsi belahan otak kiri dan jika belahan otak itu luka maka akan

mempengaruhi pada keterampilan berbahasa. Kesimpulannya fungsi dua belahan

otak di atas tidak sama,. Namun dapat dikatakan kemampuan belahan otak kiri

lebih tinggi daripada kemampuan belahan otak kanan.

Riset lainnya menyangkut penelitian kemampuan belahan otak kanan dalam

merespons objek yang pernah dan tidak pernah dikenalinya. Mereka berteori

bahwa yang pernah dikenalinya dapat diberi nama dengan sebutan-sebutan

tertentu. Pemberian nama itu adalah hasil pekerjaan belahan otak kiri. Akan tetapi,

bagi objek tertentu yang tak pernah dikenalinya, seperti dalam pola berbuat dan

bertindak (yang tak mudah untuk diberi nama padanya), maka semuanya itu akan

diproses oleh belahan otak kanan. Para peneliti menemukan keunggulan

kemampuan belahan otak kanan dalam menerka figure keseluruhan dengan cara

melihat bagian-bagian yang tampil di hadapannya. Kemampuan belahan otak

kanan memiliki peranan yang paling dominan dalam membedakan warna dan

pola, mampu memahami fungsi ruang dan waktu, memahami pola persepsi,

memahami perbedaan pola penginderaan secara tajam dan halus.

Page 5: Proposal Penelitian 2

5

Teori belahan otak kiri dan kanan di atas member petunjuk pada kita tentang

pola belajar yang harus dikembangkan di sekolah. Teori itu dapat mengarahkan

dan mengidentifikasi segala faktor yang perlu dipertimbangkan dalam proses

belajar. Selain itu perlu diperhatikan upaya pengujian kembali teknik yang

sekarang dipergunakan di sekolah, terutama teori yang dating dari daratan Eropa.

Dibidang pendidikan dan pengajaran remedial, penemuan itu dapat

mengarahkan kepada persiapan paket materi dan strategi belajar mengajar,

mencakup media dan sistem evaluasinya. Paket strategi itu dapat terdiri atas dua

bagian, yaitu paket strategi belahan otak kiri dan paket strategi belahan otak

kanan. Apabila salah satu paket tidak berjalan maka paket yang lainya akan

berfungsi, bila semuanya disediakan secara lengkap. Strategi itu akan selalu

berlindung pada strategi lainnya, keduanya akan saling melengkapi untuk tujuan

yang lebih baik. Paket strategi di atas dapat memperkaya dan memperluas

pemakaian metode belajar mengajar yang berpusat pada perbedaan individu dan

materi pelajaran, dan dalam prosesnya akan menemukan keseimbangan,

keserasian dan keterpaduan antara dua fungsi belahan otak kiri dan kanan.

Dari beberapa uraian tersebut maka penulis menganggap perlu mengadakan

suatu penilaian untuk mengetahui bagaimana Strategi Kemampuan Belahan Otak

Kanan dalam Pendidikan Remedial di SDN 033 Sungai Kapih Kecamatan

Samarinda Ilir.

B. Fokus Masalah

Page 6: Proposal Penelitian 2

6

Dari latar belakang masalah di atas dapat dibuat fokus masalah yakni

“Bagaimana guru Agama Islam mampu melaksanakan evaluasi pembelajaran

pada ranah afektif di SDN 033 Sungai Kapih Kecamatan Sambutan Samarinda”

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus masalah maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; tentang Bagaiana

kemampuan guru Agama Islam dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran

paada ranah afektif di SDN 033 Sungai Kapih Kecamatan Sambutan

Samarinda?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang diutarakan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang kemampuan guru Agama Islam

dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pada ranah afektif di SDN 033 Sungai

Kapih Kecamatan Sambutan Samarinda.

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat terungkap sejumlah informasi

yang bermanfaat. Untuk itu, peneliti akan menguaraikan beberapa manfaat dari

hasil penelitian ini:

Page 7: Proposal Penelitian 2

7

1. Memberikan informasi tentang evaluasi pembelajaran pada ranah afektif

di SDN 033 Sungai Kapih SDN 033 Sungai Kapih Kecamatan

Sambutan Samarinda.

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran di

sekolah.

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

A. Teori Pendidikan Remedial

1. Pengertian Remedial

Page 8: Proposal Penelitian 2

8

2. Sejarah Perkembangan Pendidikan dan Pengajaran Remedial

Pendidikan pada masa lampau diartikan sebagai proses individual

bukan proses kelompok. Pengajaran yang dilakukan guru untuk murid-

muridnya diselenggarakan secara perseorangan. Oleh karena itu, siswa

yang mendapat kesulitan belajar di sekolah dan di rumah tidak terlalu

menonjol sebab semuanya telah dapat dipecahkan oleh gurunya pada saat

berlangsungnya pengajaran di sekolah. Berlainan dengan realita, saat itu

pada satu segi pengajaran di kelas dilakukan secara individual, pada segi

lain kurikulum masih dibuat secara umum, artinya, kurikulum yang

disediakan itu tidak memuat program khusus yang diarahkan untuk

kepentingan pengembangan potensi perseorangan, sedangkan kenyataan

di kelas sebaliknya. Keberadaan kasus pada saat itu hanya dapat

dirasakan oleh adanya perbedaan-perbedaan dan kesenjangan-

kesenjangan tingkah laku yang muncul sewaktu-waktu. Untuk

menjembatani perbedaan-perbedaan dan kesenjangan-kesenjangan itu

diciptakan pelayanan sistematis dan terarah untuk kepentingan

penanggulangan kasus. Pelayanan itu bersifat mendadak dengan

kurikulumnya juga dibuat secara mendadak, diberi nama kurikulum

muatan kecelakaan (accident prone curriculum). Bantuan yang diberikan

berupa pelayanan ambulan untuk kepentingan individu yang mendapat

kecelakaan.

Pada tahun 1930-an, pakar psikologi berpendapat bahwa

kemampuan (ability) itu bisa diukur dan pengelompokkan siswa bisa

Page 9: Proposal Penelitian 2

9

dilakukan sehingga pengajaran klasikal dapat diselenggarakan.

Kurikulum sebagai sarana untuk mencapai tujuan dibuat sesuai dengan

kebutuhan individu dan kelompok. Konsekuensinya, pada tahun 1940,

program pendidikan dan pengajaran remedial mulai terorganisasi melalui

kebijakan-kebijakan pemerintah dan butir-butir aspirasinya dimasukkan

ke dalam UU Pendidikan. Alat ukur pendidikan dibuat sedemikian rupa

dengan maksud untuk mengembangkan cita-cita di atas. Gerakan

pendidikan dan pengajaran remedial memberi harapan baik terhadap

murid-murid yang mengalami kesulitan belajar. Apabila kesulitan belajar

itu tidak ditangani secara serius, maka kegagalan akan dialami selama-

lamanya.

Gerakan itu pula memberi kejelasan terhadap perbedaan antara anak

lemah piker dan lamban belajar yang membutuhkan latihan tertentu

dalam bidang mata pelajaran dasar. Perbedaan-perbedaan itu

membuahkan keyakinan para pakar pendidikan untuk berpendapat

sebagai berikut.

1. Abilitas manusia dapat diukur melalui alat ukur tertentu yang dibuat

dengan cermat dan memenuhi kriteria validitas, relibilitas, dan

relevansi.

2. Pengelompokkan siswa dapat dilakukan sehingga pengajaran

klasikal dapat diselenggarakan.

Page 10: Proposal Penelitian 2

10

3. Pelayanan pendidikan dan pengajaran remedial dapat dilakukan

sesuai dengan tipe belajar siswa, kemampuan, umur, mental, dan

bakat individu.

4. Pendidikan dan pengajaran remedial diselenggarakan di sekolah dan

dilakukan secara individual dengan program yang merupakan bagian

tak terpisahkan dari kurikulum sekolah.

Pada tahun 1978 Warnock melaporkan hasil penemuannya tentang

ketiadaan perbedaan antara pendidikan remedial dan pendidikan khusus.

Pada tahun 1981, UndangUndang Pendidikan di Amerika menghendaki

pengkajian yang mendalam terhadap pendidikan khusus dan kebutuhan-

kebutuhan belajar siswa, sehingga jenis dan hakikat bantuan tambahan

yang diberikan itu dapat diidentifikasi secara cermat. Sumber-sumber

belajar yang diperlukannya dapat diperoleh dengan mudah serta sesuai

dengan tujuan yang diharapkan.

Antusiasme yang disampaikan bangsa-bangsa di dunia terhadap

konsepsi pendidikan dan pengajaran remedial mengundang keinginan

untuk mendirikan organisasi dalam bidang pendidikan remedial. Usaha

mereka berfokus pada upaya pengintegrasian siswa yang lemah mental

dan fisik, di samping memberikan perhatian khusus terhadap siswa yang

mengalami kesulitan belajar.

Dapat disimpulkan bahwa (1) gerakan pendidikan dan pengajaran

remedial melejit maju dari konsepsi lama mengenai pelayanan ambulan

ke konsepsi baru mengenai pengintegrasian kembali siswa yang

Page 11: Proposal Penelitian 2

11

mendapat kesulitan belajar ke dalam kelas biasa (ordinary class), (2)

pergeseran upaya bimbingan kuratif ke preventif, (3) pengitegrasian

kembali siswa lamban belajar ke dalam kelas biasa mengundang

perhatian khusus di bidang organisasi sekolah, sistem pengelolaan kelas,

pengkajian tentnag kebutuhan siswa dan kurikulum yang relevan.

3. Perubahan Konsep Pendidikan dan Pengajaran Remedial

Latar belakang historis di atas berpengaruh terhadap perubahan

konsep pendidikan dan pengajaran remedial. Berkaitan dengan hal itum

terdapat dua aliran pemikiran yang berpengaruh.

1. Pendapat mengenai kemampuan intelektual rendah dalam diri

seseorang merupakan kondisi permanen yang tak dapat diubah.

Usaha remediasi sudah tidak mungkin dilakukan, karena itu usaha

membina siswa untuk bisa kembali menempati kedudukan yang

sejajar dengan teman sebayanya sudah tidak bisa lagi diharapkan.

2. Siswa yang lamban belajar pada umumnya sebagai akibat dari

kegagalan dalam proses belajar. Kesimpulannya terdapat salah satu

fungsi organ jasmani dan rohani yang sedang mengalami kelainan

dan dianggap sebagai sesuatu yang patologis. Menurut pendapat ini

siswa yang sedang mengalami kesulitan belajar dapat di diagnosis

dan kemudian dapat diberikan latihan-latihan khusus secara

temporer. Siswa penderita yang sedang berada di kelas dapat segera

ditarik ke kelas remedial untuk diberikan penyembuhan-

Page 12: Proposal Penelitian 2

12

penyembuhan (therapy), dan bila telah sembuh dia segera

dikembalikan ke kelas biasa (ordinary class).

Menurut konsep diatas, guru dipandang sebagai therapist dan untuk

itu mereka harus dilengkapi dengan pengetahuan dalam bidang psikologi

dan neurologi. Mereka yang terlibat langsung menangani proses

remediasi harus mempunyai kemampuan membaca dengan cermat

terhadap pelajaran-pelajaran tertentu yang akan disembuhkannya.

Dalam kontek kedua teori di atas, pendidikan dan pengajaran

remedial berfungsi untuk membantu tugas-tugas sekolah di bidang

pengajaran. Kemungkinan besar dalam pelaksanaannya akan

memerlukan waktu yang relating lama untuk kepentingan-kepentingan di

atas. Untuk itu dalam beberapa hal kurikulum yang dibuat harus

diarahkan kepada dua keperluan, pertama untuk kepentingan bersama

(comunal) dan kedua untuk kepentingan kasus, agar beban tanggung

jawabnya lebih jelas dan terarah.

4. Perubahan Kurikulum Pendidikan dan Pengajaran Remedial

Perubahan kurikulum pendidikan dan pengajaran remedial

bersumber dari dua substansi di atas, yaitu (1) latar belakang historis, (2)

perubahan konsep pendidikan dan pengajaran remedial. Berdasarkan

fakta historis, bentuk kurikulum pertama, kurikulum khusus untuk

murid-murid yang berkemampuan intelektual rendah. Kedua, untuk

kurikulum muatan ambulan untuk murid-murid yang gagal mengahadapi

kurikulum sekolah. Menurut kurikulum seperti itu keterampilan

Page 13: Proposal Penelitian 2

13

membaca dan berhitung merupakan keterampilan dasar untuk bekal

mempelajari pengetahuan lainnya. Siswa yang sedang menghadapi

kesulitan belajar dikelompokkan pada kelompok-kelompok tertentu dan

jenis remediasi yang diberikannya bergantung pada macam materi

pelajaran yang mau disembuhkannya. Setelah materi pelajaran itu

sikuasainya dengan baik maka kematangan (readiness) untuk menguasai

materi pelajaran lainnya menjadi tolok ukur dikembalikannya siswa ke

dalam kelas biasa (ordinary class)

Dewasa ini, konsep yang berpegang teguh pada prinsip pemerataan

kesempatan, maka kurikulum pendidikan remedial dibuat berdasarkan

kelompok-kelompok homogeny menurut abilitas, kelas-kelas khusus, dan

bahkan pengelompokkan murid-murid dari kelas-kelas lainnya. Efek

psikologis dan pedagogisnya dari kurikulum baru seperti itu adalah tiada

batas antara mata pelajaran-mata pelajaran yang satu dengan yang

lainnya (integrated). Kurikulum itu bercirikan pada beban belajar untuk

berbicara ketimbang beban belajar untuk membaca buku teks di sekolah.

Kegiatan berdiskusi dalam kelompok kecil diuatamakan, demikian pula

kegiatan membaca materi pelajaran dari buku teks dilakukan secara

teratur sesuai dengan minat, perhatian dan kemampuan membaca. Media

sumber-sumber belajar dipersiapkan dengan lengkap, bervariasi dan

cocok dengan pilihan mereka.

Selain itu kurikulum umum disediakan, siswa diharapkan dapat

mencapai standar minimal pengetahuan dan pemahamannya pada setiap

Page 14: Proposal Penelitian 2

14

tahapan pelajaran yang disampaikan. Kurikulum mempunyai program

inti atau program minimum yang wajib dikuasai oleh semua siswa. Di

samping itu, terdapat program wajib yangharus diikutinya dan porsinya

disesuaikan dengan tuntutan kurikulum standar. Untuk memperkaya

pengetahuan dalam bidang lapang kerja, kreasi seni, dan budaya,

disediakan program pilihan (option). Dalam kurikulum umum seperti itu

juga, kemungkinan siswa membutuhkan remediasi pendidikan tertutama

di bidang peningkatan karier di kelas. Karena itu semua guru perlu

dipersiapkan denganbaik agar mampu melaksanakan tugas-tugas

pendidikan remedial.

5. Peranan Guru Pendidikan Remedial

Sebagaimana dikemukakan sebelum ini, bahwa d guru bidang studi

harus dipersiapkan dengan baik agar kemampuan dalam melaksanakan

tugas-tugas pendidikan dan pengajaran remedial. Untuk keperluan itu

diharapkan setidak-tidaknya semua guru bidang studi dapat menjadi guru

pendidikan remedial. Mereka harus mempunyai pandangan yang sama

dengan guru pendidikan remedial lainnya dan memahami dengan baik

tentang perubahan konsep pendidikan remedial serta perubahan-

perubahan tuntutan kurikulum yang cocok dengan hakikat pendidikan

remedial. Peranan yang dipikul guru pendidikan remedial itu adalah.

1) Manusia Pelayan

Dengan terkuasainya pemahaman kesulitan-kesulitan belajar

siswa dan keterampilan mengidentifikasi kesulitan-kesulitan itu,

Page 15: Proposal Penelitian 2

15

guru pendidikan remedial diharapkan mampu menempatkan

dirinya sebagai pelayan ambulan untuk membantu siswa dalam

memecahkan kesulitan menyesuaikan daripada tuntutan

kurikulum sekolah. Manusia pelayan adalah manusia sabar,

ikhlas, dan bertanggung jawab dengan mengemban tugasnya

sebagai guru pendidikan remedial, dan memiliki keterampilan

dalam melayani setiap kebutuhan siswa yang sedang mengalami

kesulitan belajar. Manusia pelayan selalu bersedia

mengorbankan waktu sebanyak-banyaknya hanya untuk

kepentingan siswa yang dihadapinya, sehingga tugas

pekerjannnya dapat diselesaikan dengan sempurna.

Keberhasilan siswa kembali ke kelas biasa, sangat bergantung

kepada keterampilan gurunya, selain lingkungan keluarga dan

masyarakatnya.

2) Agen Perubahan

Guru pendidikan remedial berperan sebagai pengembang dan

pengubah kurikulum sekolah, ia bertugas pula melakukan tugas

reformasi kelembagaan, selain menghubungkan tugasnya

dengan tugas guru bidang studi lainnya, terutama merumuskan

tujuan yang realistik. Sebagai agen perubahan, guru harus berani

memberikan pendapat, sikap, dan aspirasinya kepada aparat

kelembagaan yang terkait dengan tugas pembimbingan terhadap

siswa yang sedang dihadapinya terutama menyangkut

Page 16: Proposal Penelitian 2

16

perubahan-perubahan kurikulum dan kelembagaan yang harus

dilakukannya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakannya

tertentu di lapangan. Diharapkan juga guru pendidikan remedial

dapat menyuguhkan makalahnya dihadapan guru pendidikan

remedial dapat menyuguhkan makalahnya dihadapan guru

bidang studi dan tenaga kependidikan lainnya di forum seminar

mengenai perlunya dilakukan pembaharuan dalam bidang

kurikulum dan kelembagaan. Cara itu dapat dipandang sebagai

media pendorong untuk melahirkan kebijakan-kebijakan di

bidang reformasi kurikulum dan kelembagaan.

3) Motivator

Guru pendidikan remedial berperan pula sebagai pendorong para

ilmuwan untuk melakukan penelitian-penelitian yang dapat

membantu memudahkan mencari dan menemukan sebab-sebab

kesulitan belajar siswa, pengetahuan memprediksinya, dan

latihan-latihan yang relevan dengan kebutuhan siswa. Makalah

yang disuguhkan dalam forum seminar dapat menjadi bahan

masukan bagi para ilmuwan dalam melakukan penelitian.

4) Pencegah

Guru pendidikan remedial dapat berperan pula sebagai pencegah

terjadinya kesulitan belajar siswa. Pengetahuannya di bidang

psikometri guru harus sanggup menyampaikan pengalaman-

pengalamannya kepada guru dan anggota staf lainnya mengenai

Page 17: Proposal Penelitian 2

17

langkah-langkah yang harus dilakukannya dalam

menyembuhkan kesulitan siswa dalam menghadapi pelajaran di

sekolah, paling tidak pengetahuan tentang cara-cara mencegah

kemungkinan terjadinya kegagalan.

5) Konsultan

Menurut konsep baru pendidikan bahwa setiap guru di sekolah

berperan sebagai guru pendidikan remedial. Sebagai ahli dalam

bidang pendidikan anak-anak, guru harus siap menyampaikan

nasihat kepada guru lainnya yang membutuhkan pengetahuan

pelayanan bimbingan dan penyuluhan. Para konsultasi guru

pendidikan remedial di sekolah menjadi fokus perhatian guru

bidang studi dan tenaga kependidikan lainnya.

6) Pemberi Resep

Guru pendidikan remedial berperan juga sebagai pemberi resep

untuk meyembuhkan siswa lamban belajar. Dengan

pengalaman-pengalaman guru harus bersedia memberi catatan

penting tentang cara-cara penyembuhan siswa lamban belajar.

Catatan itu menjadi pegangan guru bidang studi lainnya dalam

menghadapi siswa yang sama di sekolah lain.

7) Ekspert

Guru pendidikan remedial berperan pula sebagai seorang

ekspert, artinya ia berfungsi sebagai peneliti, pengumpul,

pengolah dan penyimpul data hasil penelitian. Laporannya

Page 18: Proposal Penelitian 2

18

dibukukan dalam bentuk tertentu dan disuguhkan pada seminar

untuk ditanggapi dan dipedomani dalam menyelenggarakan

pendidikan dan pengajaran remedial di kemudian hari.

B. Ciri-ciri Siswa Lamban Belajar dan Berprestasi Rendah

1. Ciri-Ciri Umum Siswa Lamban Belajar

Ciri-ciri umum siswa lamban belajar dapat dipahami melalui

pengamatan fisik siswa, perkembangan mental, intelektual, sosial,

ekonomi, kepribadian, dan proses-proses belajar yang dilakukannya di

sekolah dan di rumah. Ciri-ciri itu dianalisis agar diperoleh kejelasan yang

konkret tentang gejala dan sebab-sebab kesulitan belajar siswa di sekolah

dan di rumah. Rincian analisisnya mencakup hal-hal sebagai berikut: fisik,

perkembangan mental, sosial, perkembangan kepribadian, proses-proses

belajar yang dilakukannya.

(1) Fisik

Pengamatan pertama yang dapat kita lakukan untuk menemukan

sebab-sebab kesulitan belajar siswa adalah dengan pengamatan yang

cermat terhadap keadaan fisiknya, meliputi intensitas

pendengarannya, penglihatannya, pembicaraan, vitamin dan gizi

makanan pada waktu kecil. Kerusakan fungsi pendengaran dan

penglihatan akan berpengaruh terhadap keterampilan berbicara dan

kelambanan menguasai pengetahuan dalam pelajaran. Pendengaran

dan penglihatan adalah dua fungsi alat indera yang banyak berperan

Page 19: Proposal Penelitian 2

19

dalam meraih pengetahuan empiris. Jika dua-duanya rusak maka

pengetahuan empiris itu tidak dapat diterima secara utuh dan tidak

dapat diolah dengan baik. Kadang-kadang terjadi penyimpanan kata

dan makna sehingga apa yang disampaikan dan yang diterimanya

jauh berbeda. Kerusakan mata dan telinga bisa diakibatkan oleh

penyakit yang dideritanya sejak kecil, kekurangan vitamin dan

makanan bergizi. Kelemahan fungsi pendengaran dan penglihatan

dapat pula disebabkan oleh kekurangan latihan yang diberikan oleh

ibu dan keluarganya di rumah pada saat suburnya menerima

keterampilan tertentu dalam mendengar dan melihat (development

task). Untuk memperoleh data awal tentang sebab-sebab siswa

lamban belajar dapat dilakukan dengan kegiatan wawancara guru

dan orang tua, serta usaha pemeriksaan intensif tentang kesehatan

mereka di poliklinik.

Di bawah ini dikemukakan ciri-ciri fisik siswa lamban belajar dalam

urutan terpisah, sebagai berikut.

a. Dari umur ke umur, tingg dan berat badan siswa lamban belajar

kurang berkembang, demikian pula perbandingan dan berat badan

itu tidak seimbang.

b. Siswa lamban belajar mengalami kelainan pada telinga, mata,

mulut dan gizi.

c. Siswa lamban belajar disebabkan kekurangan makanan pada

waktu kecil.

Page 20: Proposal Penelitian 2

20

d. Siswa lamban belajar pernah menderita penyakit gawat pada

waktu kecil.

e. Siswa lamban belajar pada umumnya kekurangan makanan yang

cocok dengan tuntutan fisiknya pada waktu kecil, akibatnya

mereka kekurangan tidur.

f. Siswa yang tidak mampu belajar pada umunya cenderung

bertingkah laku berlebihan.

(2) Perkembangan Mental

Kemampuan mental adalah kemampuan individu dalam berpikir dan

berbuat. Perkembangan mental dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan

fisik, peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi dalam kehidupannya

dan asuhan intensif yang diberikan lingkungannya. Cacat fisik

sebelum atau setelah kelahiran dapat berpengaruh pula terhadap

perkembangan mental seseorang. Kelemahan mental sebagai akibat

cacat fisik, akan mudah dilihat pada penampilannya, terutama dalam

reaksi terhadap lingkungannya. Selain itu, peristiwa gawat yang

menekam dirinya berpengaruh pula terhadap perkembangan mental

seseorang. Akibatnya ia menjadi gugup menghadapi lingkungan, dan

kadang-kadang bertingkah tidak normal dalam pergaulannya. Selain

itu, kelemahan mental disebabkan pula oleh kekeliruan ibu dan

keluarganya di rumah dalam mengasuh. Akibatnya, anak akan

mengalami perpanjangan waktu masa bayinya, sehingga

perkembangan mentalnya menjadi lambat. Siswa lamban belajar

Page 21: Proposal Penelitian 2

21

kemungkinan disebabkan oleh kelemahan mental yang diderita

selama hidupnya. Guru yang bermaksud mencari dan menemukan

sebab-sebab keuslitan belajar dapat dimulai dari pengamatan

fisiknya, peristiwa-peristiwa gawat yang mempengaruhinya, dan

kelemahan-kelemahan asuhan ibunya pada waktu kecil.

Di bawah ini kemukakan sebab-sebab kelemahan perkembangan

mental siswa lamban belajar dalam urutan terpisah, sebagai berikut.

a. Ia pernah menderita luka sebelum dan setelah kelahiran,

sehingga mempengaruhi perkembangan mental.

b. Ibu pernah menderita pendarahan pada saat siswa lamban

belajar masih dalam kandungan. Pendarahan itu sangat

mengganggu perkembangan mental bayi.

c. Luka di bagian otak karena pengaruh oksigen pada saat

kelahiran. Luka itu dapat mempengaruhi perkembangan mental.

d. Hilangnya kesempatan menerima tugas-tugas perkembangan

tertentu dalam hidupnya.

e. Tertundanya perkembangan motorik dalam berbicara.

(3) Perkembangan intelek

Intelek adalah kekuatan pikiran dalam menyampaikan pemikiran

(reasoning) dan pemahaman pengetahuan yang dikuasainya.

Manusia intelektual adalah manusia yang berkemampuan

menganalisis pengetahuan, menyatakannya kembali dalam bentuk

kata dan kalimat yang baik dan benar yang disampaikan secara

Page 22: Proposal Penelitian 2

22

sistematis dan logis sehingga dapat diterima oleh lingkungannya.

Perkembangan intelek dapat dipengaruhi oleh kedaan mental.

Sesorang yang memiliki IQ berkisar antara 50 sampai 69 sulit

diharapkan memiliki perkembangan intelek yang baik. Demikian

pula bagi anak yang memiliki IQ antara 70 samapai 89. Anak yang

dilahirkan lebih awal dari waktu seharusnya (prematur), rata-rata

kurang berkembang inteleknya. Siswa lamban belajar pada

umumnya kurang mampu untuk memulai belajar membaca, menulis

dan berhitung pada usia 6 tahun. Jika dipaksakan pada usia 7 sampai

8 tahun, mereka masih membutuhkan bimbingan khusus yang

intensif dari gurunya. Cara penyajiannya harus sesuai dengan

kemampuan anak. Dalam hal-hal tertentu siswa lamban belajar

karena faktor intelegensi pada umumnya disesbabkan oleh faktor

keturunan. Guru yang bermaksud mencari sebab-sebab kesulitan

belajar, dapat melakukan tes inteelgensi, sebagai alat ukur. Tes itu

disediakan oleh lembaga pendidikan tertentu. Jika diketahui

intelegensinya normal, maka kegiatan itu dilanjutkan kepada

wawancara masalah kelahiran, usia dan keadaan orang tuanya.

Di bawah ini dikemukakan ciri-ciri perkembangan intelektual siswa

lamban belajar dalam urutan terpisah sebagai berikut:

a. Siswa lemah mental pada umumnya memiliki IQ antara 50

sampai 69. Mereka adalah siswa yang lamban belajar

Page 23: Proposal Penelitian 2

23

b. Siswa yang memiliki IQ antara 70 sampai 89 adalah siswa yang

mungkin bisa dididik dengan cara pengajaran yang cocok

dengan kemampuannya. Mereka memperoleh kemajuan-

kemajuan belajar di sekolah sesuai dengan keadaan umur

mentalnya.

c. Siswa yang mengalami kelahiran premature berkecenderungan

tinggi menjadi siswa yang lamban belajar.

d. Siswa lamban belajar berkembang lebih lambat daripada siswa

rata-rata atau cepat dan tidak bisa diharapkan memiliki

kematangan membaca pada usia 6 tahun.

e. Pada umumnya kelemahan intelegensi siswa lamban belajar

disebabkan oleh faktor keturunan.

(4) Sosial

Keadaan sosial ekonomi manusia berpengaruh terhadap kemajuan

belajar siswa dis ekolah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Kirk pada tahun 1962, terdapat lima kali lipat jumlah siswa lamban

belajar yang berasal dari keluarga ekonomi lemah dibandingkan

dengan siswa yang berasal dari keluarga ekonomi tinggi. Penelitian

ini menerminkan betapa besarnya pengaruh status sosial ekonomi

orang tua terhadap kemajuan-kemajuan belajar anak-anaknya di

sekolah. Kesimpulan yang dapat kita petik dari hasil penelitian Kirk

itu bahwa penemuan itu dapat mendorong motivasii masyarakat

dalam membantu program pemerintah mengentaskan kemiskinan.

Page 24: Proposal Penelitian 2

24

Selain itu, anak yang berasal dari keluarga besar (beranak banyak)

berkecenderungan memiliki intelegensi rendah dibandingkan dengan

anak yang dating dari keluarga kecil. Penelitian itu mencerminkan

pula betapa tingginya pengaruh keluarga besar terhadap kemajuan-

kemajuan belajar anak-anaknya di sekolah. Hasil penelitian itu dapat

mendorong motivasi masyarakat melaksanakan gagasan pemerintah

tentang Keluarga Kecil Bahagia. Hasil penelitian lainnya

mengemukakan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin

cenderung bertingkah brutal dibandingkan dengan anak yang berasal

dari keluarga yang berkecukupan. Berkaitan dengan ini, perubahan

masyarakat dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, ilmu

pengetahuan dan teknologi berpengaruh besar terhadap

pertumubuhan kehidupan masyarakat sekelilingnya, terutama

terhadap ekonomi yang tidak seimbang yang membuat penduduk

terjerembab ke dalam jurang perbedaan status kekuatan ekonominya,

menjadi tiga golongan yaitu penduduk golongan ekonomi lemah,

menengah, dan tinggi. Sebagai akibat dari perbedaan-perbedaan itu

muncullah konflik psikologis di kalangan mereka. Aksi

kekesalannya itu kadang-kadang disalurkan melalui pertengkaran,

perkelahian, dan pembunuhan. Siswa lamban belajar, dalam arti luas,

dapat saja diakibatkan faktor-faktor seperti di atas dan jika demikian

kenyatannya maka upaya pendidikan dan pengajaran remedial itu

tidak hanya diartikan sebatas upaya melatih siswa untuk menguasai

Page 25: Proposal Penelitian 2

25

pengetahuan dan keterampilan dasar tertentu dalam pelajaran. Akan

tetapi, juga upaya menyelenggarakan bimbingan dan penyuluhan

terhadap siswa yang mengalami konflik psikologis. Selain faktor

diatas terdapat pula faktor lain yang dapat menjadi siswa lamban

belajar, antara lain latar belakang pendidikan ibu di rumah. Ibu

adalah tangan pertama yang membentuk masa depan pendidikan

anak-anaknya. Jika latar belakang pendidikan ibu rendah, apalagi

tuna baca dan tuna tulis, maka akan berpengaruh besar terhadap

masa depan pendidikan anak-anaknya. Ibu di rumah tidak akan

mampu membimbing anaknya dalam mengerjakan tugas-tugas

rumah yang diberikan gurunya di sekolah. Akhirnya anak itu tidak

mempunyai tempat bertanya dalam menyelesaikan pelajaran, kecuali

ayah yang selalu sibuk dengan pekerjannya. Hasil belajarnya

menjadi jelek. Keadaan seperti ini akan semakin parah apabila

pendidikan kedua orangtuanya kurang.

(5) Perkembangan Kepribadian

Di atas telah dikemukakan bahwa ciri-ciri siswa lamban belajar dan

berprestasi rendah dapat diamati dari keadaan fisiknya,

perkembangan mental dan intelektualnya, status sosial ekonomi

orang tuanya, perkembangan kepribadiannya, dan proses-proses

belajar yang dilakukannya. Sekarang akan dibahas ciri-ciri siswa

lamban belajar dilihat dari sudut perkembangan kepribadiannya.

Page 26: Proposal Penelitian 2

26

Berdasarkan hasil penelitian siswa yang mengalami kesulitan belajar

di sekolah disebabkan pula oleh masalah-masalah emosional.

Emosi adalah gocangan pikiran dan perasaan sebagai akibat dari

peris tertentu yang ialaminya. Seperti curahan air mata dan ratap

tangis seorang anak yang ditinggalkan mati oleh orang tuanya,

tertawa terbahak-bahak sambil berangkul-rangkulan karena

mendapat keuntungan yang tidak disangka-sangka, suara bersorak-

sorai saat menyaksikan serunya suatu pertandingan. Wujud emosi

bisa berbentuk gembira dan sedih. Yang berkaitan dengan cir-ciri

siswa lamban belajar, yang penting untuk dibahas adalah wujud

emosi dalam bentuk sedih. Emosi sedih berpengaruh terhadap

intensitas kegiatan seseourang dalam lingkungan, bahkan kadang-

kadang bisa mematikan motivasi berkarya, jika keadaan emosinya

sangat mendalam (frustasi dalam kehidupannya).

Siswa lamban belajar dapat disebabkan oleh keadaan emosi seperti

itu sehingga menjadi gangguan psikologis dalam hidupnya.

Gangguan psikologis itu dapat berpengaruh terhadap perkembangan

kepribadian seseorang, seperti dalam hal kecemasan, ketakutan,

kegirisan, keraguan-keraguan, dan nervous. Konflik psikologis yang

terjadi di kalangan siswa di sekolah, atau antara anak dan orang

tuanya bisa menyebabkan lamban belajar. Gejala-gejala kecemasan,

ketakutan, gangguan jaringan syaraf, agresif, malu-malu, giris, ragu-

ragu adalah sebagaian dari ciri-ciri siswa lamban belajar.

Page 27: Proposal Penelitian 2

27

Selain itu, kadang-kadang kesulitan belajar itu merupakan gla

emosional, ketidakmampuan individu dalam menyesuaikan diri

dengan lingkungan sekitarnya. Demikian pula bertambahnya

kegagalan siswa belajar di sekolah karena ketidak berhasilan meraih

prestasi belajar yang baik, membuat dirinya tidak mampu

berkonsentrasi menghadapi pelajaran. Akibatnya siswa itu cenderung

memiliki kepribadian gugup dalam pergaulannya.

Dibawah ini dikemukakan ciri-ciri perkembangan kepribadian siswa

lamban belajar dalam urutan terpisah sebagai berikut.

a. Siswa yang mengalami kesulitan belajar pada umunya berkaitan

erat dengan masalah-masalah emosional, agresif, takut, malu-

malu dan nakal.

b. Kadang-kadang siswa mengalami kesulitan belajar itu

menunjukkan ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan

lingkungan sekitarnya. Hal itu bisa disebabkan oleh kegagalan

belajar di sekolah.

c. Jika kegagalan itu bertambah banyak maka akan mengakibatkan

kelesuan konsentrasi dalam belajar.

d. Telah diteliti oleh tenaga paramedik bahwa siswa lamban belajar

cenderung bertingkah laku gugup, takut tanpa alas an, suka

kencing di tempat tidur. Jika usianya bertambah tua, cenderung

menderita penyakit kejiwaan, penolakan lingkungan, sampai

akhirnya tingkah lakunya itu agresif.

Page 28: Proposal Penelitian 2

28

(6) Proses Belajar yang Dilakukannya

Ciri-ciri siswa lamban belajar dilihat dari sisi proses belajar yang

dilakukannya adalah sebagai berikut.

a. Lamban mengamati dan mereaksi peristiwa yang terjadi dalam

lingkungan. Strategi belajar-mengajar yang dianjurkan untuk

melatih keterampilan itu adalah stratefi belajar-mengajar

keterampilan proses. Pelaksanaan strategi ini dimulai dari

kegiatan mengamati lingkungan sekitar dan kemudian diikuti

oleh kegiatan menyusun hipotesis, merencanakan penelitian,

mengendalikan variable, menginterpretasi data, menarik

kesimpulan, meramalkan, menerapkan dan memanjangkan hasil

belajar.

Siswa lamban belajar sangat sulit mengikuti urutan-urutan

belajar di atas. Ia sangar lamban mengamati dan mereaksi

peristiwa yang terjadi dalam lingkungan, apalagi sampai kepada

pembuatan hipotesis, pengumpulan dan pengolahan data yang

didapatnya dari lingkungan. Data-data pengamatan yang

dikumpulkan dari lapangan bisa bersumber dari kebun sekolah,

perpustakaan, laboratorium, rumah sakit, kebun binatang, dan

lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya, yang harus dikuasai

dengan baik oleh siswa yang sedang mempelajarinya.

b. Kurang bernafsu untuk melakukan penelitian terhadap hal-hal

yang baru dalam lingkungan. Berdasarkan kodrat manusia yang

Page 29: Proposal Penelitian 2

29

diturunkan Tuhan Yang Maha Esa, kelahiran anak senantiasa

dilengkapi dengan nafsu untuk mengamati lingkungan

sekitarnya. Anak yang lahir normal pada umumnya lincah dan

bereaksi terhadap benda-benda yang ada disekitarnya. Kadang-

kadang mudah beralih perhatian terhadap benda-benda yang ada

di hadapannya. Mainan yang dibeli orang tua dari took,

dimainkannya sepuas-puasnya sampai rusak. Ia senang bermain

dengan alat itu dan kalau rusak segera ia meminta lagi kepada

orang tuanya. Nafsunya melakukan penelitian besar sekali, ia

tidak merasa takut jika ada ulat merayap di hadapannya, ditatap

dan dilihatnya kemurian dirabanya untuk mengetahui dan

meyakini benda apa yang ada di hadapannya itu. Anak yang

tergolong lamban belajar kurang berkembang di dalam

melakukan penelitian, ia lebih senang menerima apa adanya dari

pada menemukan sesuatu yang baru. Cirri siswa lamban belajar

dilihat dari segi aktivitasnya dalam melakukan penelitian,

ternyata siswa itu lebih banyak bertingkah diam dari pada

bertingkah lincah. Ia kurang bernafsu untuk menemukan sesuatu

yang baru yang terdapat dalam lingkungan. Ia tidak menyadari

bahwa sesuatu yang aru itu penting bagi dirinya untuk

perkembangan kehidupan selanjutnya.

c. Siswa lamban belajar tidak banyak mengajukan pertanyaan-

pertanyaan. Ia kurang berkeinginan untuk mengikuti

Page 30: Proposal Penelitian 2

30

jawabannya. Ia juga kurang berinisiatif untuk mengajukan

pertanyaan tentang pelajaran yang belum dipahaminya, apalagi

pertanyaan yang mengandung masalah. Kelihatannya ia sangat

sulit mengikuti pelajaran yang disamapaikan gurunya, apalagi

mencerna dan mengkajinya seperti yang diharapkan kurikulum

sekolah. Jika didorong oleh keberaniannya untuk mengajukan

suatu pertanyaan, ia sangat gugup untuk menyampaikannya.

d. Siswa lamban belajar kurang memperlihatkan perhatiannya

terhadap apa dan bagaimana tugas itu dapat diselesaikan dengan

baik. Untuk memperdalam pengetahuan yang diberikan di

sekolah, guru memberi latihan kepada murid-muridnya untuk

dikerjakan di sekolah dan di rumah. Bagi siswa cepat dan rata-

rata tugas seperti itu bukan merupakan beban berat, namun

sebaliknya bagi siswa lamban belajar tugas itu merupakan

momok yang mencekam dirinya. Dalam menyelesaikan tugas ia

kurang memahami betul tentang isi tugas yang harus

dikerjakannya, apalagi memikirkan tentang cara-cara

penyelesaiannya. Dalam hal ini, pikiran yang muncul adalah

bagaimana menyalin hasil pelerjaan teman-temannya.

e. Siswa lamban belajar, dalam belajarnya banyak menggunakan

ingatan (hapalan) dari pada logika (reasoning). Penguasaan

pengetahuan dilakukan dengan cara menghapal dan mengingat-

ingat kembali pelajaran yang dibacanya terutama pelajaran

Page 31: Proposal Penelitian 2

31

fakta. Fungsi recall dalam mempelajari pengetahuan itu

digunakan semaksimal mungkin, sehingga pada akhirnya yang

dipelajarinya itu adalah pengetahuan yang bersifat lepas-lepas.

Dampak yang terjadi pada diri siswa adalah kurang pandainya

menghubung-hubungkan pengetahuan ke dalam fungsi

pemahaman, aplikasi, analisis, sintetis, dan evaluasi, sehingga

mereka tidak mampu lagi membuat reasoning menurut logika

tertentu. Siswa lamban belajar mengerjakan tugas-tugas

belajarnya sebatas kemampuan dirinya dalam ukuran waktu

yang telah ditentukan. Waktu belajar itu disediakan lebih lama

dari pada seharusnya. Latihan yang dilakukannya tidak cukup

sekali. Target waktu yadigunakannya adalah sampai

pengetahuan itu terkuasai dengan tuntas. Hal itu mungkin terjadi

karena kebiasaan menguasai pengetahuan dengan ingatan atau

hapalan, bukan dengan reasoning.

f. Siswa lamban belajar tidak mampu menggunakan cara-cara

tertentu dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Mereka tidak

bisa mengendalikan bagian-bagian pengetahuan dengan

pengetahuan lainnya dalam berpikir, sehingga cara-cara belajar

terpadu itu tidak terkuasai dengan baik. Mereka menguasai

pengetahuan itu bersifat lepas-lepas, tidak mampu

menghubungkannya satu sama lain. Cara-cara mempelajari

pengetahuan itu berlainan satu sama lain di samping ada pula

Page 32: Proposal Penelitian 2

32

persamaan-persamannya. Cara-cara mempelajari pengetahuan

dakta berbeda dengan cara-cara mempelajari pengetahuan

problematic, demikian pula metode dan strategi belajar yang

digunakannya. Siswa lamban belajar hanya mengenal satu dua

cara saja mempelajari pengetahuan, yaitu menghapal dan

mengingat-ingat, selain dari itu kurang dikuasainya.

g. Siswa lamban belajar kurang lancer berbicara, tidak jelas, dan

gagap. Ketidaklancaran berbicara itu kemungkinan disebabkan

oleh kekurangan penguasaan pengetahuan tertentu dalam

pelajaran sehingga curahan pembicaraannya tidak sempurna dan

tidak jelas. Selain itu dapat pula disebabkan oleh kerusakan

pendengaran, penglihatan, dan organ tenggorokan. Seorang ibu

yang kurang melatih anak-anaknya berbicara, dapat

menyebabkan ketidaklancaran berbicara dalam pergaulan.

h. Siswa lamvban belajar sangat tergantung kepada guru dan orang

tuanya, terutama dalam membuktikan kebenaran pengetahuan

yang sedang dipelajarinya. Kurikulum baru menghendaki proses

pembelajaran di sekolah dilakukan melalui strategi belajar-

mengajar keterampilan proses, artinya pembelajaran itu

diselenggarakan secara berurutan, dimulai dari pengamatan

lingkungan, pembuatan hipotesis, pengumpulan data,

pengolahan data, penarikan kesimpulan, dan memajangkan hasil

belajar. Dalam melaksanakan urutan0urutan belajar di atas,

Page 33: Proposal Penelitian 2

33

siswa diharapkan dapat berbuat aktif mengolah bahan pelajaran

dengan baik tanpa bimbingan maksimal dari gurunya.

Siswa lamban belajar sangat sulit mengikuti urutran-urutan

belajar di atas, mereka membutuhkan bimbingan maksimal dari

gurunya meskipun demikian kadang-kadang hasilnya tidak

memuaskan. Hasil belajar yang dipajangkan pada umumnya

bukan buatan siswa sendiri, melainkan hasil buatan siswa

lainnya. Ia hanya pendengar dan pencatat saja. Akibatnya pada

sat barang-barang hasil belajar itu dipamerkan, siswa lamban

belajar tidak mampu memberikan penjelasan di hadapan para

pengunjung, ia hanya mendengarkan penjelasan yang

disampaikan teman-temanya.

i. Siswa lamban belajar sulit memahami konsep abstrak. Semua

pelajaran yang disampaikan akan mudah diterima jika pelajaran

itu divisualisasikan dalam bentuk konkret. Siswa lamban belajar

dapat memahami konsep abstark jika pelajaran disampaikan

secara bertahap dari yamg konkret ke yang abstrak. Siswa

lamban belajar tidak mungkin mampu memahami pengertian

titik, jika tidak lebih dulu memahami ruang, bidang, dan garis.

Karena itu urutan-urutan belajarnya harus dilakukan secara

psikologis.

j. Siswa lamban belajar sulit memindahkan kecakapan tertentu

yang telah dikuasainya ke dalam kecakapan lainnya (transfer)

Page 34: Proposal Penelitian 2

34

sekalipun dalam mata pelajaran yang sama, seperti kecakapan

mengali dan membagi. Menurut ukuran normal, seseorang yang

telah menguasai keterampulan mengali akan dengan mudah

menguasai keterampilan membagi, sebab dua keterampilan di

atas dikembangkan bersama-sama dalam waktu yang berurutan

dan saling mendukung. Siswa lamban belajar mengalami

kesulitan dalam mentransfer kecakapan yang satu ke kecakapan

lainnya walaupun dua pengetahuan iru berada dalam urutan

yang beriringan. Ketidakmampuannya mentransfer pengetahuan

yang satu ke dalam pengetahuan yang lain, siswa lamban

belajar akan mengalami kesulitan dalam menguasai pengetahuan

baru dalam pelajaran, dan akibatnya memerlukan latihan lama

dan berulang-ulang.

k. Siswa lamban belajar lebih sering berbuat salah. Jika siswa

lamban belajar dihadapkan kepada tugas membuka pintu-pintu

di sebuah hotel, dia cenderung mencobakan sejumlah kunci

yang ada di tangannya, daripada mencocokkan kuncinya.

Demikian pula dalam hal pelajaran menggambar, siswa lamban

belajar lebih cenderung menentukan warna tertentu dengan

mencampur dua warna yang berlainan secara berulang-ulang

daripada menggunakan resep.

l. Siswa lamban belajar mengalami kesulitan membuat

generalisasi pengetahuan secara terurai, bahkan tidak mampu

Page 35: Proposal Penelitian 2

35

menarik kesimpulan. Kurikulum 1994 menuntut siswa untuk

melakukan proses belajar menggeneralisasi pengetahuan hasil

pengamatan lingkungan, dikelompokannya menurut bentuk,

jenis dan sifatnya, ditafsirkannya ke dalam konsep dan prinsip,

dipraktikan, kemudian ditarik kesimpulannya dengan baik dan

hasil belajarnya dikomunikasikan pada orang tua dan

masyarakat sekelilingnya. Siswa lamban belajar sangat sulit

mengikuti urutan-urutan belajar seperti itu, apalagi juka sudah

dihadapkan kepada keterampilan menguraiakan dan menarik

keismpulan-kesimpulan.

m. Siswa lamaban belajar daya ingatnya lemah (retensi), mudah

lupa dan gampang menghilang. Pengetahuan yang masuk ke

dalam pikiran dan perasaan melalui alat indera pendengaran,

penglihatan, perabaan dan lain-lain. Diharapkan dapat tersimpan

dengan baik dalam ingatannya. Siswa lamban belajar yang

karena kegiatan belajarnya melalui proses menghapal dan

mengingat-ingat, maka daya lekat pengetahuan dalam

ingatannya menjadi lemah, mudah lupa dan gampang hilang.

Akibatnya mereka mendapat kesulitan mencurahkan

pengetahuan, sikap dan keterampilannya dalam bentuk kata dan

kalimat.

n. Siswa lamban belajar, mengalami kesulitan saat menuliskan

pengetahuan dalam bentuk karangan-karangan lainnya,

Page 36: Proposal Penelitian 2

36

sekalipun menggunakan kata dan kalimat sederhana. Sedangkan

kurikulum baru menuntut siswa untuk mampu menuslikan

pengetahuan dan mengarang sebuah cerita hasil pengalamnnya

dalam bentuk kata dan kalimat sederhana. Menulis dan

mengarang itu penting dilakukan untuk mengukur kemampuan

siswa dalam menucrahkan pikirannya secara logis dan

sistematis. Tulisan dan karangan itu dikomunikasikan kepada

guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya dalam pameran.

Guru, orang tua, dan masyarakat itu akan merasa senang

terhadap hasil karya siswa dan putra-putranya yang dipajangkan

itu. Siswa lamban belajar pada umumnya sulit diharapkan

mampu mencapai prestasi belajar seperti itu karena keterampilan

menulis dan mengarang sangat rendah. Paling tidak ia sebagai

pendengar dan penglihat saja.

o. Siswa lamban belajar lemah dalam mengerjakan tugas-tugas

latihan dis ekolah dan di rumah. Tugas yang diberikan guru pada

umumnya sama bagi semuanya. Siswa ada yang senang

menerima tugas dan ada pula yang tidak senang. Siswa lamban

belajar pada umumnya tidak senang menerima tugas, sebab

kemampuannya lemah dalam mengerjakannya, kadang-kadang

mereka tidak tahu apa yang harus dikerjakannya. Sehingga tugas

itu dirasakan sebagai beban yang membuat lebih malas untuk

mengerjakannya.

Page 37: Proposal Penelitian 2

37

2. Kerusakan-kerusakan Dalam Proses Belajar Pada Anak

3.

C. Teori Otak Kanan dan Orak Kiri Manusia

Setiap manusia pasti memiliki otak. Meski kecil ukurannya, peranannya

sangat vital. Ukurannya yang jauh lebih kecil dari sebuah kol ini bersemayam

di kepala. Dengan munculnya mikroskop electron yang sangat peka, ditemukan

bahwa otak terdiri atas sel-sel kecil yang disebut neuron. Berapa jumlah sel

dalam otak manusia? Ada yang memperkirakan 10-15 miliar, dan ada pula

yang memperkirakan seratus miliar. Ajaibnya, menurut berita terakhir,

disebutkan bahwa sel-sel dalam otak berjumlah saatu triliun, termasuk seratus

miliar sel saraf aktif atau neuron, dan Sembilan ratus miliar sel lain yang

merekatkan, memelihara, dan menyelebungi sel-sel aktif. Setiap satu dari

seratus miliar neuron tersebut dapat tumbuh bercabang hingga sebanyak dua

ratus ribu.

Miliaran sel otak aktif yang ada semenjak lahir merupakan kunci

kekuatan otak. Jumlah sel otak aktif ini jauh lebih banyak dibandingkan jumlah

sel otak aktif yang ada pada binatang. Sel otak berbentuk seperti gurita mini.

Sel terletak di tengah dan memiliki cabang-cabang berupa benang-benang kecil

yang disebut dendrit. Masing-masing inti sel serta dendrite memiliki struktur

yang rumit. Sel-sel otak ini saling berhubungan satu dengan lainnya. Para ahli

menyebutkan bahwa sel otak manusia beroperasi dengan membentuk kaitan

Page 38: Proposal Penelitian 2

38

yang sangat kompleks dengan puluhan ribu sel otak. Setiap kali sesuatu

mencapai indra manusia, maka sel otak menciptakan kesan yang keluar dari sel

otak dan menelusuri salah satu dendrit. Sel tersebut akan menyeberang ke sel

otak lainnya melalui dendritnya pula. Proses ini berlanjut dengan melibatkan

jutaan sel otak yang terhubung berurutan. Reaksi berantai ini berlangsung

secepat kilat dengan dihantarkan oleh aktivitas listrik. Ingatan manusia dicatat

dalam bentuk pola-pola sel yang dibentuk oleh sel-sel otak. Setiap sel otak

mampu berhubungan dengan sekitar sepuluh ribu sel otak yang ada di

dekatnya. Para ahli menyatakan bahwa kemungkinan jalinan ini lebih banyak

jika dibandingkan dengan banyaknya jumlah atom yang terdapat di dalam

semesta ini.

Semenjak hari-hari pertama bayi dilahirkan, sel-sel otaknya membentuk

koneksi belajar dengan kecepatan yang luar biasa, tiga miliar per detik.

Koneksi ini merupakan kunci kekuatan otak. Dan ternyata, kehebatan otak ini

jauh lebih hebat daripada computer yang canggih sekalipun. Sebagai

pembanding kehebatan otak dengan computer adalah bahwa pada tiga hari

pertama dalam perjalanan angkasa di atas permukaan planet Mars pada 1997,

jutaan pemakai internet membentuk dua ratus juta hit untuk mengikuti

perkembangannya. Namun, otak mampu membuat koneksi lima belas kali

lebih banyak dalam satu detik dibandingkan dengan yang dibuat oleh pemakai

internet di seluruh dunia dalam tiga hari. Namun, orang hanya menggunakan

bagian yang sangat kecil dari kemampuan yang sangat mengagumkan itu.

Page 39: Proposal Penelitian 2

39

Untuk itu, para ahli berusaha terus mempelajari cara memperbaiki proses

tersebut.

Secara garis besar, otak manusia mempunyai tiga bagian dasar yang

seluruhnya biasa dikenal dengan sebutan three in one. Tiga bagian dasar otak

tersebut meliputi batang atau otak reptil, sistem limbic atau otak manusia, dan

neokorteks atau otak berpikir. Masing-masing bagian ini memiliki struktur

saraf tertentu dan mengatur tuas-tugas yang harus dilakukan. Dari ketiga

bagian dasar otak ini, neokorteks merupakan tempat bersemayamnya

kecerdasan manusia. Neokorteks yang membungkus di sekitar bagian atas dan

sisi sistem limbic yang membentuk sekitar delapan puluh persen materi dalam

otak ini berfungsi mengatur pesan-pesan yang diterima melalui pancaindera.

Proses yang berasal dari pengaturan ini meliputi perilaku sehat, bahasa,

penalaran, berpikir intelektual, penciptaan gagasan nonverbal, dan kendali

motorik sadar

1. Otak Kanan dan Otak Kiri

Ada seitar tahun 1960 dan 1970, teori tentang fungsi otak dibagi

menjadi otak kiri dan otak kanan. Otak belahan bagian kanan biasa

disebut “otak kanan”, dan otak belahan bagian kiri disebut “otak kiri”.

Masing-masing belahan otak bertanggung jawab terhadap cara berpikir.

Otak kanan maupun otak kiri masing-masing mempunyai spesialisasi

dalam kemampuan-kemampuan tertentu, walaupun ada beberapa

persilangan dan interaksi antara kedua sisi.

Page 40: Proposal Penelitian 2

40

Penelitian mengenai perbedaan antara otak kanan dan otak kiri

berkembang pesat semenjak Roger Sperry menemukan bahwa otak

manusia terdiri dari dua bagian, yakni otak kanan dan otak kiri, yang

memiliki fungsi berbeda. Roger Sperry juga menemukan bahwa ketika

otak kanan sedang aktif, maka otak kiri cenderung tenang. Demikian pula

sebaliknya. Atas penemuannya ini, maka Roger Sperry mendapatkan

hadiah Nobel pada 1981.

Berikut ini gambaran dari masing-masing belahan otak manusia.

Daya ingat pada otak kiri bersifat jangka pendek (short term memory),

sedangkan daya ingat pada otak kanan bersifat jangka panjang (long term

memory). Cara berpikir otak kanan bersifat holistik, acak, tidak teratur,

dan intuituf. Cara berpikir otak kiri bersifat rasional, linier, logis dan

sekuensial. Cara berpikir otak kanan sesuai dengan cara-cara untuk

mengetahui hal-hal yang bersifat nonverbal seperti perasaan dan emosi,

kesadaran yang berkaitan dengan perasaan, kesadaran spasial,

pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kreativitas, visualisasi dan

kepekaan warna. Cara berpikir otak kiri sesuai untuk tugas-tugas teratur

ekspresi verbal, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta,

membaca dan menulis serta simbolisme.

Kedua belahan otak ini berperan sama pentingnya. Orang yang dapat

memanfaatkan kedua belahan otaknya menjadi seimbang dalam setiap

aspek kehidupannya. Orang yang mempunyai kecenderungan berpikir

dengan otak kiri hendaknya mengimbanginya dengan aktivitas berpikir

Page 41: Proposal Penelitian 2

41

menggunakan otak kanan agar tidak mudah stress dan kesehatan mental

serta fisiknya tidak memburuk. Sebaliknya, orang cenderung

menggunakan otak kanannya, hendaknya berusaha mengimbanginya

dengan menggunakan aktivitas berpikir dengan menggunakan otak

kirinya.

Bagian otak yang lebih banyak digunakan dapat diketahui dari

dominasi kemampuan yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih jelas lagi bahaimana mengetahui seseorang menggunakan sisi otak

yang mana, hal ini di antaranya dapat dilihat dari dominasi telinga, mata,

kaki dan tangan. Mereka yang lebih banyak menggunakan otak kiri,

telinga kanannya cenderung lebih tajam, kaki dan tangan kanannya

cenderung lebih kuat dibanding tangan dan kaki kirinya. Demikian

sebaliknya. Dalam bentuk yang lain bisa juga ditandai dengan

penampilan meja kerja seseorang. Kalau yang dominan adalah otak

kanan , maka ciri meja kerjanya cenderung berantakan. Meski demikian,

orang tersebut mengetahui dengan pasti di mana letak barang-barang

yang akan dicari serta apa yang saat itu sedang dikerjakan.

Proses berpikir pengguna otak biasanya paralel, sedangkan otak kiri

biasanya serial. Kalau ditanya mana yang lebih baik, menggunakan otak

kanan atau kiri jawabannya semuanya sama baiknya. Mengapa? Sebab

masing-masing belahan mempunyai ciri khas dan fungsi yang berbeda-

beda. Namun, yang paling baik adalah orang yang mampu menggunakan

kedua belah otaknya, baik otak kanan maupun otak kiri, secara seimbang.

Page 42: Proposal Penelitian 2

42

Menggunakan otak kanan dan otak kiri secara seimbang tidak begitu

saja dapat dilakukan tanpa adanya usaha. Sekitar 80% dari masyarakat

dunia hanya menggunakan otak kirinya saja. Sebagian diantaranya

memang tidak didominasi otak kiri saja, tetapi campuran antara

keduanya. Sisanya, 15-20%, adalah para pengguna otak kanan.

2. Mengenal Dominasi Otak Anak

Mengapa kebanyakan orang hanya menggunakan kemampuan otak

kirinya saja? Salah satu jawabannya adalah karena cara mengajar

tradisional di sekolah cenderung menekankan pada kegiatan-kegiatan

yang didominasi oleh otak kiri yang lebih kaku. Kalau kita perhatikan,

semenjak kecil hingga duduk di perkuliahan kita diajari untuk cenderung

menekankan otak kiri kita. Bidang akademis diutamakan, sementara

bidang-bidang lain yang menekankan perkembangan belahan otak kanan

kurang atau tidak mendapatkan perhatian. Ujian sekolah dan tes IQ pun

dirancang lebih banyak bagi otak kiri daripada otak kanan.

Banyak kalangan yang mengkhawatirkan kondisi tersebut. Sebagian

psikolog mempercayai bahwa jika kegiatan otak kanan tidak dilatih

secara teratur, maka otak kanan tidak akan berkembang semestinya

karena prestasi kreatif membutuhkan kedua belah otak. Sedangkan

pendidikan yang terlalu akademis dapat mengurangi potensi kreatif anak

(Freeman dan Munandar, 2001:114). Kurang adanya perhatian terhadap

otak kanan tentu saja sangat merugikan perkembangan otak kanan.

Padahal, jika kita mampu memberdayakan otak kanan yang sarat akan

Page 43: Proposal Penelitian 2

43

hal-hal yang bersifat eksperimental, divergen, bukan penilaian,

metaforikal, ontuitif, difusi, holistic, reseptif, dan nonverbal ini, maka

ada kecenderungan bahwa kita mampu menyelesaikan berbagai

permasalahn yang ada. Perlu diingat bahwa ketika anak masih bayi,

pemikiran mereka biasanya belum didominasi oleh salah satu belahan

otak. Oleh karenanya bayi belum memiliki tanda-tanda spesialisasi, dan

spesialisasi akan meningkat dengan bertambahnya umur anak. Ini berarti

kesempatan untuk merangsang otak anak agar otak kanan maupun otak

kirinya dapat berkembang secara optimal. Berikut adalah ciri-ciri anak

yang didominasi oleh salah satu belahan otak menurut Joan Freeman dan

Utami Munandar:

a. Otak Kanan

1) Senang belajar berkelompok

2) Tidak senang duduk dan kurang giat belajar

3) Senang bergerak, memegang, menyentuh, dan mengerjakan

sesuatu

4) Prestasi di sekolah tidak cemerlang

5) Menyenangi cahaya yang temaram dan kehangatan

b. Otak Kiri

1) Senang belajar sendiri

2) Mandiri

3) Gigih, keras hati

4) Duduk tenang ketika belajar

Page 44: Proposal Penelitian 2

44

5) Prestasi di sekolah baik

6) Senang pengajaran formal

Apabila anak didominasi leh otak kirinya, maka hal yang dilakukan

adalah merangsang belahan otak kanannya. Berikan mainan seperti teka-

teki, misalnya. Apabila merasa bahwa anak didominasi oleh otak

kanannya, maka tugas yang lain adalah merangsang belahan otak kirinya

agar belahan ini dapat berkembang secara optimal.

3. Masa Berkembangnya Kecerdasan

Sejak lahir ke dunia di dalam otak manusia sudah terdapat semua

kecerdasan yang tinggi. Dengan perawatan yang baik, selama lebih dari

tujuh tahun pertama kehidupan manusia dapat mengungkap kecerdasan

tersebut. Beberapa hal yang harus dipenuhi agar kecerdasan tersebut

dapat dikembangkan dengan baik meliputi:

1. Struktur saraf bagian bawah harus cukup berkembang agar energy

dapat mengalir ke tingkatan yang lebih tinggi.

2. Anak harus merasa aman dan tidak tertekan, baik secara fisik

maupun emosional.

3. Harus ada model yang dapat memberikan rangsangan yang wajar.

Pada bayi yang tengah mengalami kehidupannya dalam tahun-tahun

pertama kehidupannya, fungsi sensomotoriknya sudah bekerja. Bayi

sudah dapat melakukan kontak langsung dengan lingkungannya. Seorang

bayi sudah dapat memukul-mukulkan benda pada benda yang lain.

Selanjutnya, pada saat anak berusia satu sampai dua tahun, fungsi senso-

Page 45: Proposal Penelitian 2

45

motorik tersebut terus berkembang, dan terjadilah peningkatan yang

sungguh luar biasa dalam jalinan-jalinan neuron. Selain berkembang

secara emosional, anak sedang bersiap kea rah kecerdasan intelektual

yang lebih tinggi melalui bermain. Pada saat anak berusia empat tahun,

struktur neuro motor sensorik dan kognitif emosionalnya berkembang

pesat hingga mencapau delapan puluh persen. Setelah itu, alam

berpengaruh mengalirkan energi untuk bergerak ke cara berpikir yang

lebih tinggi. Inilah saat-saat ketika kecerdasan yang lain terbuka untuk

perkembangan yang lebih tinggi. Apabila kecerdasan ini dirawat dengan

baik, maka semua kecerdasan akan berkembang dengan baik. Sebaliknya,

apabila anak tidak memiliki rasa aman dan tidak ada orang yang

dijadikan teladan baginya, maka kecerdasannya akan berhenti pada usia

sekitar tujuh tahun.

4. Tahap-tahap Penting Perkembangan Otak Anak

a. Usia 0 – 2 tahun

Otal selalu berkembang. Perkembangan otak anak, khususnya

pada tahun-tahun awal kehidupannya, sangat pesat dan besar

pengaruhnya bagi kehidupannya kelak. Secara garis besar,

perkembangan otak anak yang perlu orang tua ketahui adalah bahwa

otak anak berkembang secara luar biasa pada enam bulan pertama

kehidupannya. Jendela paling penting pada tahap ini adalah

penglihatan, kosakata, dan perkembangan emosi. Karena jendela

penglihatan dan emosi tertutup begitu cepat, maka sangat penting

Page 46: Proposal Penelitian 2

46

untuk memerhatikan hal itu selama tahap ini. Enam hingga dua belas

bulan adalah terjadinya koneksi yang terutama terjadi pada

penglihatan, sebagai jendela yang penting pada tahap ini untuk

perkembangan bicara dan perkembangan emosi.

Kemampuan berbahasa tuimbuh dengan pesat selama periode

ini, dan inilah saat yang baik untuk memperkenalkan suara-suara

yang alami dari bahasa lain. Pada 12 hingga 18 bulan, hampir semua

jendela penting otak manusia berkembang secara terbuka. Pada

waktu selanjutnya, otak tidak begitu reseptif dan responsive. Pada

umur inilah terjadi koneksi saraf yang menentukan potensi dan

keterampilan dalam hidupnya. Pada 18 hingga 24 bulan, anak-anak

lebih mampu mengendalikan tubuhnya dan kemampuan motoriknya

mulai berkembang. Mereka mulai lebih memahami perasaan orang

lain dan mulai belajar berbagi. Pada umur ini, pengembangan bahasa

dan kosakata tetap penting. Perhatian hendaknya juga diberikan

terhadap matematika dan logika.

b. 2 – 3 tahun

Pada usia 2 hingga 3 tahun, yakni sebelum berusia 3 tahun,

kebanyakan perkembangan otak anak sudah sempurna. Pola otak

yang akan membimbing perkembangan seorang anak sudah

diletakkan dengan baik. Jendela penting bagi beberapa keterampilan

seperti berbicara mulai tertutup, sehingga membangun kosakata

Page 47: Proposal Penelitian 2

47

sangatlah penting. Pola otak bagi musik berkembang pada akhir

tahap ini.

c. 3 – 5 tahun

Antara umur 3 – 5 tahun, hampir semua jendela penting dalam

perkembangan otak anak mulai tertutup. Kemudian muncullah

koneksi antara pola otak yang distimulasi oleh musik dan bagian

otak mulai memahami konsep spasial dalam matematika. Pola otak

tercipta ketika mendengarkan instrument music antara umur 3 – 10

tahun.

Hal-hal yang perlu diajarkan pada usia penting bagi

perkembangan otak anak usia 3 – 5 tahun meliputi:

1) Bahasa

- Mengenal bunyi konsonan (awal, tengah, akhir).

- Mulai mengenal suara vocal (panjang dan pendek).

- Menggabungkan bunyi tersebut untuk membentuk kata

sederhana.

- Mengenali bahwa kalimat itu tersusun atas beberapa kata.

- Memahami aturan dasar fonik.

- Mulai menulis huruf dan kata-kata.

- Mengingat apa yang telah didengar atau dilihat.

- Menyusun peristiwa dalam cerita.

- Memulai proses membaca.

2) Matematika dan Logika

Page 48: Proposal Penelitian 2

48

- Mengenali bahwa angka itu memiliki bentuk dasar dan

mewakili kelompok benda.

- Menghitung dari 2, 5, 10 hingga 100.

- Menghubungkan angka dengan benda.

- Mengenali angka ordinal dari kesatu hingga kesepuluh.

- Mengenali symbol (+), minus (-), persamaan (=).

- Memahami konsep >,<,=.

- Melakukan perhitungan dengan menggunakan campuran

tambahan dan pengurangan.

- Meningkatkan perkembangan matematika dan logika

melalui keterampilan mengingat dan berpikir.

- Mengidentifikasi mata uang seperti rupiah, dolar dan

sebagainya.

- Merangkai peristiwa: sebelum, sesudah, mula-mula,

selanjutnya, dan sebagainya.

3) Spasial/Seni Visual

Mengenali warna merah, kuning, biru sebagai warna primer.

- Menggunakan warna putih untuk mencampur warna lain

agar lebih muda.

- Membedakan antara berbagai tingkatan warna.

- Mengenali bahwa garis itu dapat menciptakan bentuk.

- Mengenali dan memilih bentuk-bentuk dasar; segiempat,

segitiga, lingkaran.

Page 49: Proposal Penelitian 2

49

- Mengenali kesamaan dan perbedaan antara benda dan

gambar.

- Mengenali gambar yang utuh meskipun yang ditampilkan

hanya bagian.

- Mengenali pola-pola dan memprediksikan pengembangan

pola.

4) Musik

- Mengembangkan ritme, tangga, nada, dan mengapresiasi

melodi.

- Mengenali ketukan.

- Dapat membedakan antara irama cepat dan irama lambat.

- Dapat membedakan antara tangga nada yang tinggi dan

rendah.

- Mulai mengenal not musik.

5) Keterampilan Motorik

- Mengembangkan koordinasi tangan-mata.

- Mengembangkan kemampuan menarik dan menjatuhkan.

6) Emosional/Sosial

- Meningkatkan konsentrasi dan perhatian.

- Menaati petunjuk.

- Mengembangkan kepercayaan diri.

- Melakukan tugas sesuai dengan urutannya.

- Berbagi dengan orang lain.

Page 50: Proposal Penelitian 2

50

7) Bahasa Asing

- Mulai dikenalkan dengan bahasa asing.

5.

D. Strategi Kemampuan Belahan Otak Kanan dalam Pendidikan Remedial

Berikut ini dibahas secara tersendiri tentang strategi belajar belahan otak

kanan dengan maksud mengarahkan diri pada setiap usaha penanganan siswa

lamban belajar dan berprestasi rendah. Pembahasan tidak dimaksudkan untuk

menempatkan strategi belajar belahan otak kanan berada lebih atas dari strategi

belajar belahan otak kiri, namun perannya sangat penting bagi pelaksanaan

strategi belajar yang variatif dan cocok dengan perkembangan jiwa anak-anak

di sekolah. Strategi belajar belahan otak kanan lebih cenderung bersifat

psikologis daripada strategi belajar belahan otak kiri. Dengan kata lain

penyampaian materi pelajaran bagi siswa lamban belajar akan lebih mudah

melalui cara-cara psikologis daripada melalui cara-cara logis.

Strategi belajar belahan otak kanan itu mencakup:

1. Strategi Berpikir Visual

Strategi itu dapat memudahkan siswa dalam mengetahui dan memahami

serta menyerapi pengetahuan yang disampaikan gurunya melalui gambar,

peta, diagram, charts, dan model. Strategi visual itu menyediakan

bayangan yang konkret yang dapat mengintegrasikan informasi dalam

cara yang mudah dimengerti. Strategi itu dapat membantu siswa dan guru

dalam meneliti dan menyatakan informasi. Strategi itu dapat membantu

Page 51: Proposal Penelitian 2

51

siswa dan guru dalam meneliti dan menyatakan informasi. Strategi itu

mencakup kegiatan menggambar, membuat chart, membuat peta,

membuat kartun, membuat sket, dan lain-lain. Peran berpikir visual

dalam kelas dimulai dari kegiatan melihat dan mengobservasi.

Keterampilan yang dibutuhkan dalam kegiatan itu adalah keterampilan

mengidentifikasi objek yang dilihat, dicari, dan diketahui, mencakup

keterampilan menginterpretasi terhadap apa yang pernah dilihatnya. Pada

akhirnya siswa harus dibantu dalam mengembangkan penglihatan

batinnya atau kemampuan memanipulasi bayangan visual dengan

mengingat-ingat informasi, tulisan, hitungan, dan memecahkan masalah-

masalah praktis sehari-hari menurut hubungan tempat dan ruang.

Menggambar

Menggambar adalah satu cara untuk mengembangkan keterampilan

mengamati. Perbuatannya terpusat pada figur atau fakta. Pekerjaan

menggambar itu merupakan alat untuk melihat keseluruhan. Sebagai

strategi visual, gambar dapat membantu menguasai pemahaman terhadap

apa yang dilihatnya dan yang sedang digambarnya. Sebagai alat berpikir,

pekerjaan menggambar menuntut koordinasi yang baik dengan guru

kesenia dan tenaga kependidikan lainnya. Yang menjadi pusat perhatian

dalam menggambar bukan pada produknya akan tetapi pada prosesnya,

yaitu pada proses melihat dan mengamati dan kemudian

menggambarnya.

Lukisan Verbal

Page 52: Proposal Penelitian 2

52

Kegiatan itu dapat membantu memperbaiki dan mempertajam

keterampilan mengamati. Selain itu lukisan verbal dapat memperluas

perngetahuan dan mencermatkan pengamatan. Menurut parameter,

terdapat tiga fungsi lukisan verbal. Pertama, dapat memperkuat

pengetahuan yang melekat lama di otak manusia. Kekuatan itu berkat

adanya hubungan erat antara bayangan visual dengan pengetahuan verbal

yang telah ada. Kedua, dapat memperkuat disiplin pengamatan dengan

cara menggabungkan kata-kata verbal dengan pengamatan visual. Ketiga,

dapat membina ketangkasan berpikir

Strategi diatas dapat melatih siswa menjadi seorang pengamat yang

tangkas dan seorang yang pandai membaca selain keterampilan

mengelompokkan, menjabarkan, dan mengabstraksi objek.

2. Strategi Penyampaian Grafis

Strategi ini merupakan alat yang sangat berguna dalam keterampilan

menerima dan mencatat informasi. Di dalamnya terselubung dua cara

penyampaian informasi yang akurat, yaitu penyajian lisan dan grapis.

Cara-cara itu sangat bermanfaat dalam: (1) penyerapan pengetahuan yang

disampaikan gurunya, (2) penguasaan pemahaman yang baik karena

meteri pelajaran disajikan melalui gambar grafis di depan kelas, sehingga

pelajaran menjadi lebih jelas dan mudah dipahami. Ada sejumlah cara

dalam strategi itu, ialah (1) kata-kata kunci, (2) diagram, (3) charts, (4)

grafik, (5) peta, (6) peta timbul atau peta kelompok, (7) sketsa, (8)

kartun, (9) gambar ekspresi, (10) wujud bangun atau kontruksi.

Page 53: Proposal Penelitian 2

53

Kata-Kata Kunci

Kata-kata kunci adalah kata inti yang digunakan guru dalam

menyampaikan informasi. Penggunaan akta-kata kunci dapat membantu

siswa mengorganisasi keterampilan mendengar dan memusatkan

perhatiannya pada informasi. Kata-kata yang ditulis di papan tulis dapat

memperkuat penyajian lisan, sehingga siswa memperoleh kejelasan

informasi dengan sempurna. Selain itu penggunaan kata-kata kunci dapat

mempertajam keterampilan mengorganisasi dan menganalisis sesuatu,

memberi kesanggupan kepada siswa dalam melihat ide atau informasi

dalam bentuk non-llinier serta dapat mengembangkan pemahaman

tentang arti keseluruhan.

Charts, Diagram, dan Grafik

Penyuguhan pelajaran melalui charts, diagram dan grafik dapat

membantu siswa dalam membayangkan imajinasi bermacam-macam

bentuk, disampaikan mulai dari grafik matematis ke grafik bentuk. Isi

lukisannya mencakup curahan hubungan sebab-akibat, seperti ddiagram

dapat membantu memperjelas konsep yang rumit. Penggunaan charts,

diagram, dan grafik sangat tepat untuk pelajaran ilmu pengetahuan alam

dan matematika.

Gambar Ekspresi, Konstruksi dan Bermacam-macam Aktivitas Seni

Pada umumnya pemyampaian pelajaran melalui gambar ekspresi,

konstruksi, dan aktivitas seni dapat dilakukan di berbagai bidang studi

yang diajarkan di sekolah. Maksud penyuguhan pelajaran melalui tiga

Page 54: Proposal Penelitian 2

54

alat peraga di atas adalah untuk memperkuat dan memperkaya

pengetahuan. Kita berkeyakinan bahwa siswa memiliki kapasitas dalm

mencurahkan ide sendiri melalui berbagai kegiatan seni di sekolah.

Apabila kapasitas itu dapat diwujudkan secara optimal dalam setiap

pelajaran di sekolah maka hal itu dapat membantu mengembangkan

perasaan dihargai oleh orang lain.

Penggunaan Warna

Warna adalah sarana yang sangat penting dalam kegiatan berpikir visual.

Warna dapat mengundang perhatian orang dalam mengamati informasi

atau ide. Selain itu warna dapat menumbuhakan kreativitas dalam

pelajaran. Oleh karena itu, idealnya charts, gambar, diagram, grafik,

konstruksi, dan alat-alat peraga lainnya diberi warna agar dapat menarik

perhatian bagi setiap orang yang melihatnya.

3.

Page 55: Proposal Penelitian 2

55

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi

sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode penelitian kualitatif deskriptif adalah

metode penelitian yang peneliti gunakan. Peneliti harus mampu mengungkap

gejala sosial di lapangan dengan menggunakan segenap fungsi indrawinya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDN No. 033 Sungai Kapih Kec. Sambutan

Samarinda Tahun Ajaran 2012/2013 pada bulan Juni sampai penelitian selesai

dilakukan.

C. Instrumen Penelitian

Instrurnen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis dan dipermudah olehnya. Yang menjadi instrument dalam melakukan

penelitian adalah peneliti itu sendiri.

Page 56: Proposal Penelitian 2

56

D. Sumber Data

Penelitian kualitatif lebih menekankan pada penggunaan diri si peneliti

sebagai alat. Yang akan peneliti jadikan sumber data adalah siswa kelas V A di

SDN No. 033 yang berjumlah 3 orang dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah

serta wali kelas V A yang bernama ibu Rinduwati, S.Pd.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam

penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang

memiliki kredibilitas tinggi dan sebaliknya. Untuk memperoleh data dan

informasi yang diperlukan, penulis dalam penelitian ini menggunakan beberapa

teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Menurut Kartono (1980: 142) pengertian observasi diberi batasan sebagai

berikut: “studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-

gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan”. Observasi dilakukan

setiap pertemuan selama 2 jam pelajaran. Observasi dilakukan selama proses

pembelajaran Agama Islam yang berlangsung di kelas VA SDN No. 033 Sungai

Kapih Kec. Sambutan Samarinda.

2. Wawancara

Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan

informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informasi atau subjek

Page 57: Proposal Penelitian 2

57

penelitian. Agar wawancara efektif efektif, maka terdapat beberapa tahapan yang

harus dilalui, yakni :

a. Mengenalkan diri

b. Menjelaskan maksud kedatangan

c. Menjelaskan materi wawancara

d. Mengajukan pertanyaan (Yunus, 2010)

Jadi, teknik ini digunakan oleh peneliti untuk mengungkap kejadian-kejadian yang

mungkin tidak didapat ketika observasi dilakukan. Wawancara diberikan kepada

siswa SDN No. 033 Sungai Kapih Kec. Sambutan Samarinda Kelas V A sebanyak

3 orang yang memiliki prestasi tinggi, sedang, dan rendah serta wali kelas V A.

3. Dokumen

Selain melalui wawancara dan observasi, peneliti juga memperoleh data

lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil

rapat, cendramata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti

ini dapat dipakai untuk menggali informasi yang terjadi dimasa silam. Peneliti

perlu memiliki kepakaan teoritik untuk memaknai semua dokumen tersebut.

F. Teknik Analisis Data

Terdapat tiga jalur analisis data kualitatif, yiatu reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992). Reduksi data

adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian

Page 58: Proposal Penelitian 2

58

berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sebagaimana terlihat

dari kerangka konseptual penelitian, permasalahan studi, dan pendekatan

pengumpulan data yang dipilih peneliti.

Reduksi data meliputi:

1. Meringkas data

2. Mengkode

3. Menelusur tema

4. Membuat gugus-gugus

Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara

sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak perlu

diartikan sebagai kuantifikasi data. Cara reduksi data:

1. seleksi ketat atas data

2. ringkasan atau uraian singkat

3. menggolongkannya dalam pola yang lebih luas

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga

memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif:

1. teks naratif: berbentuk catatan lapangan

2. matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Bentuk-bentuk ini menggabungkan

informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih,

sehingga memudahkan untuk melihat apa yang sedang terjadi, apakah

kesimpulan sudah tepat atau sebaliknya melakukan analisis kembali.

Page 59: Proposal Penelitian 2

59

Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus-menerus selama

berada di lapangan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatid mulai

mencari arti benda- benda, mencatat keteraturan pola-pola (dalam catatan teori),

penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat,

dan proposisi. Kesimpulan- kesimpulan ini ditangani secara longgar, tetap

terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan. Mula-mula belum jelas,

namun kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh.

Kesimpulan-kesimpulan itu juga diverifikasi selama penelitian berlangsung,

dengan cara:

1. memikir ulang selama penulisan.

2. tinjauan ulang catatan lapangan

3. tinjauan kembali dan tukar pikiran antar teman sejawat untuk

mengembangkan kesepakatan intersubyektif.

4. upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam

seperangkat data yang lain.

G. Pengujian Keabsahan Data

Dalam hal ini pemeriksaan keabsahan data ada beberapa hal yang harus

diperhatikan, yaitu:

1. Menambah waktu pengamatan yang akan membuat derajat kepercayaan data

yang dikumpulkan meningkat, mampu mempelajari informasi yang berasal

dari responden-responden terhadap peneliti dan membangun kepercayaan diri

peneliti sendiri.

Page 60: Proposal Penelitian 2

60

2. Melakukan pengamatan terus menerus untuk mengetahui ciri-ciri serta unsur-

unsur dalam keadaan yang relevan sekali dengan masalah atau isu yang

diteliti. Selain itu, juga untuk memusatkan diri terhadap hal-hal tadi secara

detail.

3. Triangulasi. Pengecekan keabsahan data penelitian kualitatif dengan

memanfaatkan sesuatu yang di luar data untuk kepentingan pemeriksaan

ataupun sebagai pembanding data tersebut.

4. Peer debriefing (membicarakannya bersama orang lain). Artinya,

menginformasikan hail sementara atau hasil akhir penelitian kualitatif yang

didapat dengan cara diskusi analitik bersama rekan-rekan lainnya.

5. Melakukan member check. Artinya, menguji kemungkinan prasangka-

prasangka yang tidak sama dan mengembangkan beberapa pengujian untuk

mengecek analisis. Dengan cara mengaplikasikannya terhadap data dan

dengan membuat pertanyaan-pertanyaan terkait data tersebut.

Page 61: Proposal Penelitian 2

61

JADWAL PENELITIAN

No Uraian Kegiatan Mei Juni Juli Agustus September

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

1 Pembuatan Proposal x x

2 Seminar Proposal x

3 Penyempurnaan Proposal x x x

4 Pelaksanaan Penelitian x x x x x x

5 Pengolahan data dan analisis data x x

6 Penysunan dan Revisi Laporan x x x x x

7 Pertanggung Jawaban Laporan x

Page 62: Proposal Penelitian 2

62

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, M. 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya..

Thoha, Chabib. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer.

Yogyakarta: Pustakan Pelajar.

Kartawidjaja, Eddy Soewardi. 1987. Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar.

Bandung: CV. Sinar Baru

Arifin, Zaenal. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Bandung. PT. Remaja Rosadakarya

Offset.

Imron Arifin. 1996. Penelitian Kualitatif dalam ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan.

Malang: Kalimasahada

Moleong, LJ. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja

Rosdakarya.