Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

38
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia melalui pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental, maupun sosial budaya dan ekonomi. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terarah dan berkesinambungan (Kemenkes, 2007). Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan dengan perencanaan terpadu, maka pendidikan kesehatan merupakan bagian penting dalam pembangunan kesehatan guna menghasilkan sumber daya manusia kesehatan sebagai penggerak pembangunan kesehatan. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang mencerminkan status kesehatan masyarakat, upaya peningkatan derajat KIA perlu dilakukan guna menekan angka kematian 1

description

kebijakan publik

Transcript of Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

Page 1: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang perlu

diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia melalui pembangunan

nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, menyangkut

fisik, mental, maupun sosial budaya dan ekonomi. Untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimal dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan yang

menyeluruh, terarah dan berkesinambungan (Kemenkes, 2007).

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh

tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun

dalam satu program kesehatan dengan perencanaan terpadu, maka pendidikan

kesehatan merupakan bagian penting dalam pembangunan kesehatan guna

menghasilkan sumber daya manusia kesehatan sebagai penggerak pembangunan

kesehatan. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

merupakan indikator yang mencerminkan status kesehatan masyarakat, upaya

peningkatan derajat KIA perlu dilakukan guna menekan angka kematian

tersebut, termasuk dengan menyediakan tenaga Bidan profesional yang

mencukupi. Guna mencetak yang professional maka diperlukan suatu

pengelolaan pendidikan kebidanan yang berkualitas pula (Depkes, 2000).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Propinsi Jawa Tengah mengalami

peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Pada tahun 2010, angka kematian

ibu di Jawa Tengah sebesar 104,97 per 100.000 KH dan meningkat menjadi

116,01 per 100.000 KH pada tahun 2011. Pada tahun 2012, angka kematian ibu

meningkat menjadi 116,36 per 100.000 KH. Angka kematian ibu tertinggi di

Propinsi Jawa Tengah dikontribusi dari daerah Brebes, Tegal, Pemalang,

Cilacap, Grobogan, Banyumas, Pekalongan dan Batang. (Dinas Kesehatan

Propinsi Jateng, 2012).

1

Page 2: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

Cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan Provinsi Jawa Tengah

tahun 2012 sebesar 97,14% yang berarti telah mencapai target renstra 2012 yang

sebesar 88%. Hampir seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah telah mencapai

target Renstra kecuali satu yaitu Kabupaten Boyolali. (Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, 2012). Selain itu, sumber pembiayaan kesehatan untuk

kesehatan ibu dan anak juga didukung dengan adanya program Jaminan

Persalinan (Jampersal) seharusnya sudah dapat menekan jumlah Angka

Kematian Ibu yang ada di Jawa Tengah.

Sesuai juknis Jampersal tahun 2012, menyatakan bahwa dana

penggantian persalinan normal sebesar Rp. 500.000,00. (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2011). Namun, pada kenyataannya masih banyak bidan

yang melakukan pungutan liar pada pasien jampersal. Kasus praktek korupsi

yang pernah terjadi di beberapa daerah yaitu dugaan praktek pungutan liar

(pungli) oleh bidan desa terjadi di Desa Waru Kecamatan Baki. Kasus

menyebabkan seorang warga miskin setempat ditarik uang Rp 200.000 saat

melahirkan melalui program jaminan persalinan (jampersal). Padahal sesuai

program pemerintah jampersal gratis. (Anonim, Jogja).

Selain itu kasus yang terjadi di Riau terkait jampersal, yaitu bidan R.

Eriani bidan Pustu Sungai Raya, memungut biaya persalinan dari Rp 400,000 s.d

Rp 700,000 walaupun Jampersal (Jaminan Persalinan), padahal miskin dan kaya

sudah didanai pemerintah Rp 420 ribu. Begitu juga di desa Sungai Baung juga

dipungut biaya persalinan oleh bidan desa.(Hermanto, Riau). Adapun kasus

kematian remaja karena praktik aborsi yang dilakukan oleh bidan di Kediri.

Bidan diduga menyanggupi melakukan aborsi dengan imbalan senilai Rp.

2.100.000,00.(Hari Tri Warsono, 2008). Kasus tersebut merupakan tindakan

profesi bidan yang tidak berintegritas. Cerminan perilaku tersebut merupakan

realita yang selama ini terjadi pada profesi bidan.

Korupsi sering dilihat sebagai salah satu alasan utama peningkatan dalam

pembiayaan kesehatan tidak selalu memberikan output kesehatan yang lebih

baik. Hal tersebut yang menjadi penyebab inefisiensi yang mempengaruhi

pembiayaan kesehatan dan kinerja sistem kesehatan. Korupsi skala besar

maupun skala kecil akan meracuni sumber daya dan memperburuk outcome 2

Page 3: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

kesehatan dan dapat menyebabkan morbiditas serta mortalitas yang lebih besar.

(WHO, 2010).

Berbagai studi menunjukkan bahwa tenaga kesehatan merupakan kunci

utama dalam keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Tenaga

kesehatan memberikan kontribusi hingga 80% dalam keberhasilan pembangunan

kesehatan. Dalam laporan WHO tahun 2009, Indonesia termasuk salah satu dari

57 negara yang menghadapi krisis SDM kesehatan, baik jumlahnya yang kurang

maupun distribusinya. Guna mengatasi krisis tersebut, pengembangan tenaga

kesehatan perlu lebih ditingkatkan yang melibatkan semua komponen bangsa.

Keberadaan dan kapabilitas profesi bidan di tengah kehidupan masyarakat

Indonesia masih di pandang sebelah mata, terlebih ketika kita melihat kembali

perjalanan awal pendidikan bidan di Indonesia yang hingga saat ini telah jatuh

bangun dalam mengupayakan peningkatan peran tenaga bidan di tengah

kehidupan masyarakat (Ashari, 2011).

Sebagai produk hasil pendidikan kebidanan, Bidan merupakan salah satu

tenaga kesehatan yang ada dalam sistem kesehatan dan memiliki posisi strategis

dalam penurunan AKI, AKB dan peningkatan kesejahteraan masyarakat

khususnya perempuan dan anak. Dalam hal ini bidan sebagai tenaga profesional

yang bertanggung jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan

untuk memberikan dukungan, pendidikan dan konseling selama masa hamil,

masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab

sendiri dan memberikan manajemen kepada bayi dan anak balita (Depkes,

2000).

Kemampuan akademik dan kompetensi bidan di Indonesia harus di

tingkatkan secara bersamaan. Selain itu, seorang bidan diharapkan mampu

menguasai konsep integritas dan anti korupsi bidang kesehatan, sehingga bidan

dapat mengetahui sampai mengkreasikan tingkat kedalaman pemahaman tentang

norma, etika dan karakter atau perilaku kehidupan anti korupsi yang ada dalam

benaknya yang dapat membawa kearah perubahan kognitif (Artikel 2012).

Profesional kesehatan yang diharapkan oleh masyarakat adalah yang

memiliki standar keahlian dan etika yang tinggi. Para pengajar profesi kesehatan

harus memberikan para calon professional pengetahuan dan keahlian 3

Page 4: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

(pendidikan integritas sebagai tambahan dalam kompetensi klinis) yang

dibutuhkan untuk mewujudkan harapan masyarakat tersebut. Pengembangan

model ini merupakan metode yang sangat praktis untuk mentransfer nilai-nilai

dan sikap calon professional kesehatan.(Danielsen, R., Cawley, J., 2007).

Tanggapan ini selalu ditujukan kepada dunia pendidikan dalam hal ini

pendidikan kebidanan. Kondisi di atas dianggap salah satu pertanda kegagalan

pendidikan nasional. Meskipun tudingan tersebut tidak 100% benar karena

masih banyak faktor lain yang berpengaruh. Kemerosotan pendidikan kebidanan

di Indonesia sudah terasakan selama bertahun-tahun hal ini disebabkan semakin

menjamurnya akademi kebidanan swasta yang didirikan oleh yayasan tanpa

memikirkan kualitas lulusan tetapi hanya memikirkan benefit yang didapat,

misalnya untuk mencari mahasiswa para pengelola ini melakukan promosi

besar-besaran seperti menjanjikan lulusan segera bekerja (Departemen

Pendidikan, 2007).

Pendidikan saat ini lebih banyak menitikberatkan pada kecerdasan

intelektual padahal pendidikan karakter itu lebih penting dibandingkan

pendidikan yang hanya mengedepankan intelektual. Untuk kesekian kalinya

kurikulum dituding sebagai penyebabnya, apabila kita analisa, kemerosotan

pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya komitmen

pengelola akademi, profesionalisme dosen dan keengganan belajar siswa

(Ashari, 2011).

Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran dosen dalam

melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor

internal yang meliputi minat dan bakat dan faktor eksternal yaitu berkaitan

dengan lingkungan sekitar, sarana prasarana, serta berbagai latihan yang

dilakukan dosen. Profesionalisme dosen dan tenaga kependidikan masih belum

memadai utamanya dalam hal bidang keilmuannya. Profesionalisme guru

merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, seiring

dengan semakin meningkatnya persaingan yang semakin ketat dalam era

globalisasi, terutama dalam bidang pendidikan (Ashari, 2011).

Untuk melaksanakan suatu cita-cita menjadi tindakan yang dapat

direalisasikan pada kelompok masyarakat akademik, diperlukan perilaku aktif 4

Page 5: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

berupa integritas akademik. Integritas merupakan kualitas sikap (behavior) yang

makin sulit ditemukan pada pribadi bangsa, terutama dalam kehidupan

akademik. Integritas akademik terutama dalam kehidupan perguruan tinggi sulit

dijaga, contohnya dengan dilakukannya berbagai bentuk ketidakjujuran untuk

mencapai tujuan.(Jurnal Hadhari Bil, 2010).

Integritas seorang pengelola akademi kebidanan memang dibutuhkan

dalam pencapaian profesionalisme. Akan tetapi wujud dari integrasi diri perlu

dilihatkan. Etika karakter sebagai dasar keberhasilan adalah integritas,

kerendahan hati, kesetiaan, pengendalian diri, keberanian, keadilan, kesabaran,

kerajinan, kesederhanaan, kesopanan, dan hukum utama kemanusiaan. Untuk

itulah hal menjadi sangat urgen dimiliki oleh seorang pengelola akademi

kebidanan tidak sepantasnya membeda-bedakan peserta didik atau calon peserta

didiknya. Untuk melawan praktik pendidikan yang tak membebaskan itu,

kiranya kita memerlukan ideologi pendidikan yakni sekolah memerlukan guru

yang memandang murid sebagai manusia yang mulia, sekolah harus bisa

menangkal sistem sosial yang tidak manusiawi dan yang terpenting lagi adalah

guru harus menyediakan dan melayani (fasilitator) (Journal of Edupre,2011).

Intervensi untuk mengeliminasi tindakan ketidakjujuran sangat

diharapkan oleh pemerhati dan pelaku pendidikan guna membenahi sistem

pendidikan dan kurikulum kita dengan menawarkan dan melaksanakan berbagai

solusi. Salah satunya adalah pendidikan (berbasis) karakter. Ada beberapa

pendidikan karakter yang ditawarkan, antara lain pendidikan karakter dari basis

sosial, agama, dan ideologi negara (Journal of Edupre,2011).

Pendidikan karakter sangat ditentukan oleh tegaknya pilar karakter dan

metode yang digunakan. Hal ini penting sebab tanpa identifikasi karakter,

pendidikan karakter hanya akan menjadi sebuah petualangan tanpa peta, tiada

tujuan. Selain itu, tanpa metode yang tepat, pendidikan karakter hanya akan

menjadi makanan kognisi dan hanya mampu mengisi wilayah kognisi anak

didik. Untuk membentuk manusia berkarakter, aspek kognisi harus dikuatkan

oleh aspek emosi. Pendidikan karakter dinilai berhasil apabila anak telah

menunjukkan habit atau kebiasaan berperilaku baik. Oleh karena itu, pendidikan

5

Page 6: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

karakter harus ditanamkan melalui cara-cara yang logis, rasional dan demokratis

(Koesoema, 2007).

Pendidikan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab pengelola

akademi kebidanan, dosen dll, melainkan menjadi tanggung jawab semua guru.

Pendidikan karakter sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri rupanya terlalu

mengundang masalah. Selain menambah jumlah jam pelajaran, juga berpeluang

menimbulkan pro-kontra. Oleh karena itu, pendidikan karakter lebih tepat

diberikan secara integratif dalam mata pelajaran yang sudah ada dalam

kurikulum, tetapi kita harus secara jujur mengakui bahwa selama ini sistem

pendidikan kita mengabaikan masalah pendidikan karakter (Kementrian

Pendidikan, 2007).

Dampak korupsi pada sektor kesehatan dapat mengakibatkan

menurunnya derajat kesehatan masyarakat yang berimbas pada IPM (Indeks

Pembangunan Manusia). Berbagai fenomena-fenomena korupsi dalam bidang

kesehatan dalam profesi kebidanan yang semakin meluas. Permasalahan korupsi

merupakan masalah moral yang seharusnya dapat dicegah melalui pendidikan

karakter yaitu integritas dan anti korupsi. Namun pada kenyataannya, kurikulum

pendidikan anti korupsi dan integritas bagi profesi bidan masih sangat terbatas.

Kebutuhan pendidikan integritas sebagai kurikulum bagi pengelola

akademi kebidanan untuk menyiapkan calon profesi bidan dirasakan semakin

mendesak seiring dengan makin banyaknya praktik korupsi yang dilakukan pada

sektor kesehatan. Disisi lain, upaya pengembangan modul pendidikan integritas

dan antikorupsi dalam bidang kesehatan yang dilakukan oleh Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Diponegoro (TIRI) dapat menjadi alternatif replikasi

modul untuk menjawab kebutuhan tersebut untuk seluruh akademi kebidanan di

Jawa Tengah.

B. Rumusan Masalah

Adanya praktik korupsi pada bidan terkait adanya pungutan liar dalam

program jampersal dan praktek aborsi di beberapa daerah di Indonesia

merupakan contoh kasus yang merupakan tindakan profesi bidan yang tidak

6

Page 7: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

berintegritas. Cerminan perilaku tersebut merupakan realita yang selama ini

terjadi pada profesi bidan.

Korupsi sering dilihat sebagai salah satu alasan utama peningkatan dalam

pembiayaan kesehatan tidak selalu memberikan output kesehatan yang lebih

baik. Hal tersebut yang menjadi penyebab inefisiensi yang mempengaruhi

pembiayaan kesehatan dan kinerja sistem kesehatan. Korupsi skala besar

maupun skala kecil akan meracuni sumber daya dan memperburuk outcome

kesehatan dan dapat menyebabkan morbiditas serta mortalitas yang lebih besar.

Integritas yang baik, terkonsep atas lima unsur yaitu standar dan

kebijakan pemerintah, transparansi, akuntabilitas dan efektivitas, kepesertaan

atau partisipasi aktif dan etika dan profesionalisme, termasuk pada dunia

pendidikan. Permasalahan korupsi merupakan masalah moral yang seharusnya

dapat dicegah melalui pendidikan karakter yaitu integritas dan anti korupsi.

Namun pada kenyataannya, kurikulum pendidikan anti korupsi dan integritas

bagi profesi bidan masih sangat terbatas.

Kebutuhan pendidikan integritas sebagai kurikulum bagi pengelola

akademi kebidanan untuk menyiapkan calon profesi bidan dirasakan semakin

mendesak seiring dengan makin banyaknya praktik korupsi yang dilakukan pada

sektor kesehatan. Disisi lain, upaya pengembangan modul pendidikan integritas

dan antikorupsi dalam bidang kesehatan yang dilakukan oleh Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Diponegoro (TIRI) dapat menjadi alternatif replikasi

modul untuk menjawab kebutuhan tersebut untuk seluruh akademi kebidanan di

Jawa Tengah.

Sebagaimana telah diuraikan pada latar belakang diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Pengembangan Modul

Pendidikan Integritas Dan Anti Korupsi Secara Partisipatif Di Akademi

Kebidanan di Jawa Tengah ?”.

C. Tujuan :

1. Umum :

Mengembangkan modul pendidikan integritas dan anti korupsi secara

partisipatif di akademi kebidanan di Jawa Tengah.

2. Tujuan khusus7

Page 8: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

a. Menganalisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor

eksternal (peluang dan ancaman) dalam pengembangan replikasi modul

pendidikan integritas dan anti korupsi di akademi kebidanan di Jawa

Tengah.

b. Menyusun strategi pengembangan replikasi modul pendidikan integritas

dan anti korupsi berdasarkan analisis SWOT di akademi kebidanan di

Jawa Tengah.

c. Membuat prototipe modul pendidikan integritas dan anti korupsi secara

partisipatif bagi calon bidan di akademi kebidanan di Jawa Tengah.

d. Menganalisis faktor pendukung dan penghambat ujicoba penerapan

prototipe modul pendidikan integritas dan anti korupsi bagi calon bidan di

akademi kebidanan di Jawa Tengah.

e. Membuat rekomendasi untuk perbaikan dan penyelesaian akhir modul

pendidikan integritas dan anti korupsi bagi calon bidan di akademi

kebidanan di Jawa Tengah.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Integritas Akademik

1. Pengertian Integritas

8

Page 9: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

Integrasi berasal dari bahasa Inggris integrate yang artinya

mengintegrasikan, menyatupadukan, menggabungkan atau mempersatukan.

Berdasarkan pengertian istilah  tersebut, maka pendidikan integrasi di

Indonesia dikenal dengan pendidikan terpadu. Integritas berarti mutu, sifat,

atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki

potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan, kejujuran. Siswa

yang memiliki integritas lebih berhasil ketika menjadi seorang pemimpin, baik

pemimpin formal maupun pemimpin nonformal (Departemen Pendidikan,

2007).

2. Nilai Dasar Integritas Akademis

Suatu budaya pada lingkup masyarakat akademik penting untuk

memiliki integritas pencarian kebenaran dan pengetahuan dengan mengaruskan

para intelektual memiliki pribadi yang jujur dalam pelajaran, pengajaran,

penelitian dan pelayanan. Integritas akademik memiliki lima nilai dasar yang

terdiri dari kejujuran, kepercayaan, kewajaran, respect dan tanggung jawab.

Lima hal yang merupakan pilar dalam kejujuran akademik adalah :

a. Kejujuran (Honesty)

Kegiatan dalam lingkungan akademik yang terdiri dari pengajaran,

pembelajaran, penelitian, yang merupakan realisasi dari rasa hormat dan

tanggungjawab. Kebijakan institusi pendidikan diharapkan memiliki aturan

yang seragam tentang tindakan berbohong (akademik), penipuan, pencurian

dan lainnya. Kejujuran harus melingkupi mahasiswa, staf pengajar dan

dimulai dari diri sendiri.

b. Kepercayaan (Trust)

Suatu iklim saling percaya akan mendorong terjadinya pencapaian

tertinggi potensi orang-orang yang ada di dalamnya karena dapat dilakukan

pertukaran ide dengan bebas. Hanya dengan kepercayaan kita dapat percaya

atas hasil penelitian orang lain, bekerja sama dengan berbagai individu dan

berbagi informasi.

c. Kewajaran (Fairness)

9

Page 10: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

Diperlukan evaluasi yang adil dan akurat antara anggota akademi.

Bagi mahasiswa komponen yang penting dari keadilan adalah kredibilitas,

harapan yang jelas dan konsisten, adanya respon dari ketidakjujuran.

d. Respect

Sebuah komunitas akademik yang memiliki integritas mengakui

partisipasi orang lain dalam proses pembelajaran dan menghormati berbagai

pendapat serta ide.

e. Tanggung Jawab (Akuntabilitas)

Tanggung jawab dalam institusi pendidikan selayaknya dipikul

bersama, individu diharapkan bertanggung jawab atas kejujuran mereka

sendiri dan harus mencegah dan berusaha untuk mencegah pelanggaran oleh

orang lain

3. Kriteria Integritas Akademi

Pendidikan integrasi paling sedikit harus memenuhi empat kriteria,yaitu :

a. mengintegrasikan peserta didik luar biasa (penyandang ketunaan maupun

yang memiliki keunggulan) dengan peserta didik normal dalam suatu

lingkungan belajar, mencakup suatu komitmen dari integrasi lokasi hingga

integrasi penuh;

b. mengintegrasikan dan mengoptimalkan pengembangan potensi yang

mencakup kognitif, afektif, psikomotor dan interaktif;      

c. mengintegrasikan hakikat manusia sebagai makhluk sosial ke dalam suatu

bentuk strategi pembelajaran;

d. mengintegrasikan apa yang dipelajari peserta didik saat ini dengan tugas

yang harus diemban di masa mendatang.

B. Pendidikan Anti Korupsi

1. Pengertian Pendidikan Anti Korupsi

Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti

korupsi. Pendidikan anti korupsi bukan sekedar media bagi transfer 10

Page 11: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

pengalihan pengetahuan (kognitif), namun juga menekankan pada upaya

pembentukkan karakter (afektif) dan kesadaran moral dalam melakukan

perlawanan (psikomotorik).

2. Prinsip-Prinsip Antikorupsi

Prinsip-prinsip antikorupsi pada dasarnya merupakan langkah-langkah

antisipasif yang harus dilakukan agar laju pergerakan korupsi dapat dibendung

bahkan diberantas. dalam konteks korupsi ada beberapa prinsip yang harus

ditegakkan untuk mencegah terjadinya korupsi, yaitu:

a. Tanggung Jawab (Akuntabilitas)

Prinsip akuntabilitas merupakan pilar penting dalam rangka

mencegah terjadinya korupsi. Akuntabilitas dimasuksudkan agar semua

langkah dan kebijakan yang diambil oleh sebuah otoritas dapat

dipertanggungjawabkan. Otoritas tersebut dapat menjelma dalam konteks

Negara maupunlembaga-lembaga lainnya seperti lembaga pendidikan.

Akuntabilitas ini mensyaratkan adanya undang-undang yang mengatur

mekanisme pertanggungjawaban tersebut.

b. Keterbukaan (Transparansi)

Transparansi merupakan prinsip yang mengharuskan semua proses

kebijakan dilakukan secara terbuka, kedua sehingga segala bentuk

penyimpangan dapat diketahui oleh publik. Transparansi menjadi pintu

masuk, sekaligus kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural

kelembagaan. Transparansi dalam konteks ini merupakan bagian dari

kejujuran untuk saling menjunjung kepercayaan yang terbina antar

individu.

Dalam sebuah sistem yang transparan seluruh proses kehidupan

dapat diketahui oleh masyarakat, karena masyarakat menjadi bagian tak

terpisahkan dari sistem tersebut. Aktualisasi transparansi ini, disamping

dapat didorong oleh adanya peraturan, juga terkait komitmen cultural para

pejabat untuk memposisikan dirinya sebagai abdi masyarakat.

c. Kewajaran (Fairness)

Fairness merupakan salah satu prinsip antikorupsi yang

mengedepankan kepatutan atau kewajaran, ditujukan untuk mencegah 11

Page 12: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

terjadinya manipulasi dalam penganggaran proyek pembangunan, dalam

bentuk mark up maupun ketidakwajaran kekuasaan lainnya. Prinsip

fairness akan teraktualisasi secara signifikan apabila didukung oleh prinsip

meritokrasi, yaitu sebuah sistem yang menekankan pada kualitas,

kompetensi dan prestasi seseorang.

d. Kebijakan Antikorupsi

Kebijakan merupakan suatu upaya untuk mengatur tata interaksi

dalam ranah social. Korupsi sebagai bentuk kejahatan luar biasa yang

mengancam tata kehidupan berbangsa telah memaksa setiap Negara

membuat undang-undang untuk mencegahnya. Kebijakan antikorupsi

dapat dilihat dalam beberapa perspektif yaitu : isi kebijakan, pembuat

kebijakan, penengakkan kebijakan dan kultur kebijakan.

e. Kontrol Kebijakan

Kontrol kebijakan perlu dilakukan tradisi pembangunan yang

selama ini lebih bersifat sentralistik, selain itu juga kontrol kebijakan

sangat penting sebagai upaya untuk menyelaraskan antara isi kebijakan

dengan pengejawantahan kebijakan itu sendiri. Kontrol terhadap kebijakan

dapat dilakukan oleh semua lembaga control seperti legislative, yudikastif,

LSM, mahasiswa, media mass, bahkan seluruh komponen masyarakat

yang memiliki kepedulian terhadap pemberantasan korupsi.

3. Bentuk-Bentuk Korupsi

Menurut Joel Krieger, terdapat 4 bentuk korupsi yang sering

mewarnai sistem organisasi atau lembaga pemerintahan yaitu :

a. Penyuapan (Bribery)

Penyuapan merupakan sebuah bentuk perbuatan kriminal yang

melibatkan sejumlah pemberian kepada seseorang dengan maksud agar

penerimaan pemberian tersebut mengubah dengan maksud agar

penerimaan pemberian tersebut mengubah perilaku sedemikian rupa

sehingga bertentangan dengan tugas dan tanggung jawab yang dapat

12

Page 13: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

berbentuk uang, rujukan, hak-hak istimewa atau berupa barang yang

berharga.

b. Penggelapan (Embezzlement) dan pemalsuan (Fraund)

Penggelapan merupakan suatu bentuk korupsi yang melibatkan

pencurian uang, properti, atau barang berharga oleh seoerang yang

diberikan amanat untuk menjaga dan mengurus uang, properti atau barang

berharga.

c. Pemerasan (Extortion)

Pemerasan merupakan penggunaan ancaman kekerasan atau

penampilan informasi yang menghancurkan guna membujuk seseorang

agar mau bekerjasama.

d. Nepotisme (Nepotism)

Nepotisme merupakan bentuk tindak kriminal yang memilih

keluarga atau teman dekat berdasarkan pertimbangan hubungan bukan,

karena kemampuannya.

C. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan

yang baik (habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak

berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Dengan kata lain,

pendidikan karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang baik

(moral knowing), perasaan yang baik atau loving good (moral feeling) dan

perilaku yang baik (moral action) sehingga terbentuk perwujudan kesatuan

perilaku dan sikap hidup peserta didik (Artikel Pendidikan, 2012).

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang

membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi :

a. mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik,

berpikiran baik dan berprilaku baik;

b. membangun bangsa yang berkarakter Pancasila;

13

Page 14: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

c. mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya diri,

bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.

Pendidikan karakter berfungsi

a. membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural;

b. membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu

berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan ummat manusia;

mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan

berperilaku baik serta keteladanan baik;

c. membangun sikap warganegara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan

mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni.

3. Strategi Pembangunan Karakter Bangsa

Untuk membentuk dan membangun karakter bangsa dalam diri

masyarakat, perlu diadakan strategi yang cocok, tepat guna dan tepat sasaran

yang terangkum dalam uraian berikut:

a. Sosialisasi:  penyadaran semua pemangku kepentingan akan pentingnya

karakter bangsa.  Media cetak dan elektronik perlu berperan serta dalam

sosialisasi.

b. Pendidikan: formal (satuan pendidikan), nonformal (kegiatan keagamaan,

kursus, pramuka, PMR, etc),  informal (keluarga, masyarakat dan tempat

kerja), forum pertemuan (kepemudaan).

c. Pemberdayaan: memberdayakan semua pemangku kepentingan (orang tua,

satuan pendidikan, ormas, etc). Agar dapat berperan aktif dalam

pendidikan karakter.          

d. Pembudayaan: perilaku berkarakter dibina dan dikuatkan dengan

penanaman nilai-nilai kehidupan agar menjadi budaya (Koesoema, 2007) .

D. Pendidikan Kebidanan

1. Pendidikan Kebidanan

Pendidikan kebidanan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya sebagai bidan yang memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

14

Page 15: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

pengetahuan serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara dalam mengembangkan kemampuannya sebagai Care

Provider Communicator, Community Leader.

Pendidikan Diploma III Kebidanan adalah program pendidikan tinggi

kebidanan yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki kemampuan

dalam melaksanakan pekerjaan yang bersifat rutin, maupun tidak rutin secara

mandiri dalam pelaksanaan tanggung jawab pekerjaannya, serta mampu

melakukan pengawasan serta bimbingan atas dasar keterampilan manajerial

yang dimilikinya (Depkes, 2000).

2. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Diploma III Kebidanan

Prinsip penyelenggaraan pendidikan Diploma III Kebidanan meliputi:

a. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak

diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai

keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa, saling mendukung

dengan sumber daya kesehatan lainnya, dan berorientasi pada kepentingan

peserta didik (“student centered”).

b. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan

sistem terbuka dan multimakna

c. Menjaga integritas pendidikan melalui proses pendidikan yang konsisten,

adil dan jujur.

d. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen

masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian

mutu layanan pendidikan.

e. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun

kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses

pembelajaran.

f. Membangun kepercayaan terhadap proses pendidikan kebidanan melalui

pembentukan standar penyelenggaraan pendidikan kebidanan yang disusun

oleh bidan dan para ahli.

g. Mendorong dan mendukung peningkatan kualitas dan mutu pendidikan

kebidanan secara berkelanjutan pada proses penyelenggaraan, output dan

outcome pendidikan kebidanan.15

Page 16: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

h. Membangun iklim pendidikan yang mendukung peserta didik, lulusan,

tenaga pendidik dan civitas akademika lainnya untuk mencapai life long

learning.

i. Mempromosikan otonomi profesi bidan dan program pendidikan

kebidanan.

j. Program pendidikan harus memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat

dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

k. Program pendidikan kebidanan memfasilitasi dan menjamin adanya situasi

dan kebebasan akademik (Depkes, 2000).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan

cross sectional, dan melakukan observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada suatu saat serta untuk menganalisis SWOT pengembangan replikasi

16

Page 17: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

modul integritas dan anti korupsi di akademi kebidanan Propinsi Jawa

Tengah.

Dalam penelitian ini peneliti juga berusaha melakukan pendekatan

kualitatif yang sifatnya digunakan sebagai konfirmasi untuk mengungkapkan

peristiwa-peristiwa riil di lapangan dan mengungkapkan nilai-nilai yang

tersembunyi (hidden value). Metode pendekatan kualitatif yang dipakai untuk

penelitian adalah menggunakan metode wawancara mendalam kepada Ketua

Cabang Ikatan Bidan Indonesia di Jawa Tengah/Kabupaten/Kota.

2. Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

a. Data Primer

Penelitian ini data dikumpulkan berdasarkan dari hasil wawancara

yang dilakukan peneliti maupun pembantu peneliti dengan menggunakan

pedoman pada kuesioner yang berisi beberapa daftar pertanyaan terstruktur

untuk mengetahui kepuasan mahasiwa dan dosen tentang pemberian

materi yang relevan dengan integritas dan anti korupsi selama ini.

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dibantu oleh petugas

pewawancara yang sudah dilatih dulu sebelum turun ke lapangan agar

memiliki persamaan persepsi dengan peneliti. Sedangkan pada pendekatan

kualitatif, dikumpulkan melalui teknik wawancara mendalam (indept

interview) yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan terbuka, dengan dibantu

alat tulis dan tape recorder untuk mencatat dan merekam informasi

dilakukan kepada Ketua Ikatan Bidan Indonesia Jawa Tengah.

b. Data Sekunder

Data sekunder dipakai sebagai pendukung data primer, yang

didapatkan dari dokumentasi karakteristik pengelola, dosen dan mahasiswa

institusi akademi kebidanan dan dokumentasi pelaksanaan integritas dan

anti korupsi dalam pendidikan yang dilakukan, ini digunakan sebagai data

penunjang dan pelengkap yang ada relevansinya dengan keperluan

penelitian.

B. Populasi Penelitian dan Prosedur Pemilihan Sampel

17

Page 18: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh (70) Akademi Kebidanan di

Jawa Tengah, sedangkan responden adalah dosen dan mahasiswa di Akademi

Kebidanan di Jawa Tengah. Jumlah Akademi Kebidanan di Jawa Tengah

sebanyak 70 Akademi Kebidanan yang tersebar di wilayah Jawa Tengah dan

untuk menentukan responden peneliti menggunakan simple random sampling

atau sampling acak sederhana (Nasution, 2000).

Tempat dalam penelitian ini diambil secara cluster random sampling

didapatkan 6 eks karisidenan (Surakarta, Pati, Semarang, Kedu, Banyumas dan

Pekalongan) di masing-masing cluster diambil 2 Akademi Kebidanan secara

symple random sampling dari populasi, sehingga jumlah sampel sebanyak 12

Akademi Kebidanan mewakili Jawa Tengah, dengan kriteria inklusi dalam satu

eks karisidenan diambil 1 Akademi Kebidanan milik pemerintah dan 1 milik

swasta. Namun jika kriteria tersebut tidak memenuhi syarat kriteria inklusi

dalam 1 eks karisidenan, maka sampel diambil secara random. Perincian sampel

tersebut adalah sebagai berikut :

No Eks Karesidenan Jumlah Sampel

1 Surakarta 2 Intitusi Kebidanan

2 Pati 2 Intitusi Kebidanan

3 Semarang 2 Intitusi Kebidanan

4 Kedu 2 Intitusi Kebidanan

5 Banyumas 2 Intitusi Kebidanan

6 Pekalongan 2 Intitusi Kebidanan

C. Instrumen Penelitian dan Cara Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : untuk

pendekatan kuantitatif menggunakan kuesioner mengacu pada landasan teori dan

tinjauan pustaka yang sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas

sedangkan untuk pendekatan kualitatif peneliti menggunakan pedoman

wawancara mendalam kepada Pengelola intitusi kebidanan dan Ketua IBI

setempat.

D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

1. Pengolahan dan analisis data kuantitatif18

Page 19: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

Pada pengolahan data kuantitatif, analisa yang dilakukan meliputi

analisa alat ukur kuesioner dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas.

Kemudian pengolahan data dilanjutkan dengan editing, scoring, koding,

tabulating, selanjutnya data yang diperoleh akan diolah dan dilakukan analisis

statistik yang terdiri dari analisis univariat untuk menghasilkan distribusi

frekuensi, analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel

yang berhubungan dan analisis multivariat untuk melihat adanya pengaruh di

antara ke dua variabel.

2. Pengolahan dan analisis data kualitatif

Pada pengolahan data kualitatif dilakukan guna mengkonfirmasikan

hal-hal yang memerlukan penjelasan lebih dalam sampai diperoleh data yang

kredibel selanjutnya peneliti melakukan reduksi data lalu data disajikan dalam

bentuk teks yang bersifat naratif dan langkah terakhir adalah penarikan

kesimpulan berdasarkan data yang telah disiapkan.

E. Tahapan Penelitian

1. Menganalisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal

(peluang dan ancaman) dalam pengembangan replikasi modul pendidikan

integritas dan anti korupsi di akademi kebidanan di Jawa Tengah dan

menyusun strategi pengembangan replikasi modul menggunakan Focuss

Group Discusion (FGD) dengan peserta 12 wakil dari akademi kebidanan.

2. Membuat prototipe modul pendidikan integritas dan anti korupsi secara

partisipatif bagi calon bidan di akademi kebidanan di Jawa Tengah dengan

metode workshop yang diikuti oleh 12 wakil akademi kebidanan dan 3

wakil dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Jawa Tengah.

3. Menganalisis faktor pendukung dan penghambat ujicoba penerapan

prototipe modul pendidikan integritas dan anti korupsi bagi calon bidan di

satu akademi kebidanan milik pemerintah dan satu akademi kebidanan milik

swasta di Kota Semarang yang sudah siap atau cooperative.

19

Page 20: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

BAB IV

BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

A. Biaya Penelitian

RINCIAN ANGGARAN BIAYA PENELITIANKegiatan Pra Penelitian

Uraian Belanja Volume Satuan Biaya Harga

Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

Perijinan Penelitian dan Pengumpulan Data Sekunder

       

a. ATK 10 Unit 5.000,- 50.000,-b. Fotocopy Proposal 1500 Lembar 200,- 300.000,-

20

Page 21: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

c. Jilid Proposal 25 Exemplar 10.000,- 250.000,-Akomodasi Penelitian di 6 Kabupaten        

a. Uang Harian untuk 6 orang @ 1 hari 6 OH 350.000,- 2.100.000,-

b. Transport (PP) untuk 6 orang @ 1 hari 6 OH 300.000,- 1.800.000,-

Total Biaya Kegiatan Pra Penelitian 4.500.000,-

Kegiatan Pelaksanaan Penelitian s/d Workshop Uji Coba

Uraian Belanja Volume Satuan Biaya Harga

Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

Pengumpulan Data Primer sampai dengan Penyusunan Laporan Sementara di 6 Kabupaten

       

a. ATK 120 Unit 5.000,- 600.000,-b. Fotocopy Referensi dan Proposal 9000 Lembar 200,- 1.800.000,-

c. Jilid Proposal 60 Exemplar 10.000,- 600.000,-Akomodasi Penelitian di 6 Kabupaten        

a. Uang Harian untuk 6 orang @ 3 hari 18 OH 350.000,- 6.300.000,-

b. Transport (PP) untuk 6 orang @ 3 hari 18 OH 300.000,- 5.400.000,-

Supervisi Dosen Lapangan        

a. Uang Harian untuk 6 orang @ 1 hari 6 OH 350.000,- 2.100.000,-

b. Transport (PP) untuk 6 orang @ 1 hari 6 OH 300.000,- 1.800.000,-

c. Penginapan untuk 6 orang @ 1 hari 6 OH 400.000,- 2.400.000,-

Workshop Penyusunan Prototipe Modul        

a. ATK 30 Unit 5.000,- 150.000,-

b. Fotocopy Materi 12000 Lembar 200,- 2.400.000,-

c. Jilid Materi 50 Exemplar 10.000,- 500.000,-d. Konsumsi 40 Orang 30.000,- 1.200.000,-e. Sewa Ruang Pertemuan 1 Unit 250.000,- 250.000,-

Total Biaya Kegiatan Penelitian s/d Workshop Uji Coba 25.500.000,-

Total Biaya I dan II 30.000.000,-

21

Page 22: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

B. Jadwal Penelitian

Rencana Kegiatan Tahun 2014Mei Juni Juli Agustus September Oktober

Penyusunan ProposalPengumpulan DataPengolahan DataNeed Assesment

Analisis SWOT dengan metode FGDMembuat Prototipe modul dengan metode WorkshopAnalisis pendukung dan penghambat ujicoba replikasi modul

DAFTAR PUSTAKA

1. Anwar. 2006. Pendidikan Kecakapan Hidup (life skill education), Bandung: CV

Alfabeta.

2. Anonim. 2013. Ada Bidan Desa Lakukan Pungli. (online),

(http://www.koruptorindonesia.com/lintas-daerah/ada-bidan-desa-lakukan-

pungli, diakses pada tanggal 20 September 2013).

3. Artikel Pendidikan Kebidanan. 2012. Pendidikan Karakter Bangsa

4. Ashari, Y. 2011. Pendidikan Holistik Berbasis Life Skills: “Kunci Sukses

Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN 2015”, Prosiding seminar Nasional

Competitive Advantage I, Jombang : Unipdu Press.

22

Page 23: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

5. Danielsen, R., Cawley, J. Compassion And Integrity in Health Professions

Education. The Internet Journal of Allied Health Sciences and Practice. April,

2007, Volume 5, Number 2.

6. Departemen Kesehatan RI. 2000. Standar Profesi Kebidanan. Ikatan Bidan

Indonesia. Jakarta.

7. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Konsep Pengembangan Model

Integrasi Kurikulum Pendidikan Kecakapan Hidup, Jakarta: Depdiknas.

8. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. 2012. Buku Saku Kesehatan Propinsi

Jawa Tengah, Jawa Tengah: Dinkes Jateng.

9. Hermanto. 2013. Membongkar Dugaan Korupsi Dana Kesehatan di Inhu (Riau),

(online), (http://buserkriminal.com/?p=2745, diakses pada tanggal 20 September

2013).

10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan.

11. Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan

Karakter, Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Jakarta.

12. Kementerian Kesehatan RI. 2012. Ringkasan Eksekutif Data dan Informasi

Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, Jakarta: Kemenkes.

13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

2562/MENKES/PER/XII/2011 Tentang Petunjuk Tenkis Jaminan Persalinan.

14. Jurnal Hadhari Bil. Gambaran Integrasi Antara Kaum Di Malaysia: Perspektif

Sejarah, Keluarga Dan Pendidikan, volume 3 halaman 61-84, tahun 2010.

15. Journal of Edupre. Satu Integrasi : Pendidikan, Kurikulum dan Masyarakat di

Malaysia. Volume 1 halaman 350-356, 2011.

16. Koesoema, D. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman

Global. Jakarta : PT Grasindo.

17. Machfoedz, I. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan Keperawatan dan

Kebidanan. Fitramaya. Yogyakarta, 2006.

18. Nata, A. 2003. “Manajemen Pendidikan; Mengatasi Kelemahan Pendidikan di

Indonesia”. Jakarta: Prenada Media.

19. Nasution. 2000. Metode Research (Penelitian Ilmiah). PT Bumi Aksara. Jakarta.

23

Page 24: Proposal Penelitian Integritas.revisi-2

20. Notoatmodjo, S. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Cetakan

Kedua. PT Rineka Cipta. Jakarta.

21. Riwidikdo H. 2010. Statistik untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi

Program R dan SPSS. Cetakan II. Pustaka Rihama. Yogyakarta.

22. Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. Cetakan IV. CV Alfabeta. Bandung.

23. Sungkar, Saleha, Prof. 2012. Integritas Akademik “Sekedar Kata atau Nyata”.

Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

24. Tri, Hari. 2011. Remaja Aborsi Tewas Usai Disuntik Bidan, (online),

(http://news.okezone.com/read/2008/05/18/1/110398/1/remaja-aborsi-tewas-

usai-disuntik-bidan, diakses pada tanggal 22 September 2012).

25. WHO. The World Health Report: Health Systems Financing, The Path to

Universal Coverage. 2010.

24