Proposal Jadi
-
Upload
hilma-yusuf -
Category
Documents
-
view
725 -
download
2
Transcript of Proposal Jadi
A. Judul Penelitian
“Pengembangan Perangkat Model Pengajaran Langsung untuk
materi Kesetimbangan Benda Tegar di Kelas XI IPA SMA Islam Athirah
Makassar”
B. Latar Belakang Penelitian
Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
didasarkan pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Permendiknas No. 22, dan 23 Tahun 2006 tentang standar isi dan standar
kompetensi lulusan dan pemberlakuan UU Republik Indonesia No. 32
tahun 2004 tentang otonomi daerah, memberikan kewewenang kepada
satuan pendidikan untuk menyusun kurikulumnya sendiri yang harus
mengacu pada standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara
berencana dan berkala. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
suatu satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.
Setiap satuan pendidikan diberikan kewenangan untuk
merencanakan desain pembelajarannya sendiri diantaranya adalahi
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, dalam
mendukung pelaksanaan pembelajaran di kelas diperlukan bahan ajar
yang relevan dengan materi pembelajaran yang terdapat dalam silabus
1
dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan bahan ajar
diharapkan dapat dilakukan oleh guru dengan mempertimbangkan kondisi
kemampuan siswa, sarana pendukung belajar siswa, dan hal lain yang
dapat mempengaruhi siswa dalam mempelajari materi.
Silabus dan RPP merupakan dokumen perencanaan pembelajaran
dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Dengan adanya dokumen
perencanaan ini, guru dapat mengetahui tujuan yang ingin dicapai,
strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, dan sumber
daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini sesuai
dengan pendapat Terry (dalam Sanjaya, 2008:24) yang mengatakan
bahwa perencanaan itu pada dasarnya adalah penetapan pekerjaan yang
harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan, dan pendapat Ely dan Kaufman (dalam Sanjaya, 2008:24)
yang mengatakan bahwa perencanaan pada dasarnya adalah proses
berpikir untuk menetapkan tujuan dan cara yang paling efektif dan efisien
untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Clark (dalam Sudjana, 1987:39) mengemukakan bahwa hasil
belajar siswa di sekolah, 70 persen dipengaruhi oleh kemampuan siswa
dan 30 persen dipengaruhi oleh lingkungan. Di samping kemampuan yang
dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan
perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor
fisik dan psikis. Sungguhpun demikian, hasil yang dapat diraih masih juga
bergantung dari lingkungan. Artinya, ada faktor-faktor yang berada di luar
2
dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang
dicapai, salah satunya adalah kualitas pengajaran. Yang dimaksud
dengan kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya
proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Hal ini
sejalan dengan teori belajar di sekolah (theory of school learning) dari
Bloom (dalam Sudjana, 1987:40) yang mengatakan bahwa ada tiga
variabel utama dalam teori belajar disekolah yaitu, karakteristik individu,
kualitas pengajaran dan hasil belajar siswa.
Kedua faktor di atas (kemampuan siswa dan kualitas
pembelajaran) mempunyai hubungan berbanding lurus dengan hasil
belajar siswa. Artinya, makin tinggi kemampuan siswa dan kualitas
pengajaran, makin tinggi pula hasil belajar siswa. Khusus untuk kualitas
pembelajaran, guru merupakan salah satu yang diduga mempengaruhi
kualitas pembelajaran, karena guru adalah sutradara dan sekaligus aktor
dalam proses pengajaran. Pendapat ini sesuai dengan hasil penelitian
Sudjana (dalam Sudjana, 1987:42) yang menunjukkan bahwa 76,6 persen
hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kompetensi guru, dengan rincian;
kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32,43 persen,
penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,58 persen, dan
sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60 persen.
Menurut Sanjaya (2006:52) keberhasilan pelaksanaan sistem
pembelajaran dalam dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu guru, siswa,
sarana, alat media yang tersedia, dan lingkungan belajar. Beberapa faktor
3
ini merupakan kunci keberhasilan dalam pembelajaran, dimana faktor
yang satu dengan yang lainnya saling mendukung, berpengaruh dan tidak
dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran.
Faktor guru, seperti guru harus dapat merencanakan pembelajaran
yang berorientasi untuk membelajarkan siswa, penguasaan materi ajar
yang baik, penggunaan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan
karakter siswa, dan teknik mengevaluasi hasil pembelajaran dapat menilai
apa yang seharusnya dinilai pada siswa merupakan faktor-faktor sangat
penting yang harus dimiliki dan dilaksananakan dengan baik oleh guru.
Faktor siswa seperti, latar belakang pribadi, kemampuan dasar, kebiasaan
belajar, motivasi belajar, dan minat belajar setiap siswa merupakan faktor
yang sangat penting diketahui oleh guru terutama dalam hal perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran. Faktor lingkungan belajar seperti,
lingkungan sekolah dalam hal ini adalah ketersediaan sarana dan
prasarana pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran, lingkungan
keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan pribadi pribadi siswa
merupakan faktor yang harus dapat mendukung dalam proses belajar
siswa tersebut.
Dalam pelaksanaannya, praktik pembelajaran yang terjadi di
sebagian besar sekolah khususnya dalam hal perencaaan, guru telah
memiliki sejumlah perangkat pembelajaran seperti silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran, dan buku paket. Ketersediaan perangkat ini
tentunya sudah dapat mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran di
4
kelas, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat banyak ketimpangan
dari tujuan yang diharapkan.
Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
dimiliki sebagian besar guru hanya merupakan hasil copy dari guru lain,
instruktur atau hasil download melalui internet. Silabus dan RPP yang
dimiliki tidak dikembangkan sebagaimana dalam PP Republik Indonesia
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 17 dan
pasal 20 yaitu sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite
madrasah, pengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar
kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang
bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK,
dan departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama
untuk MI. MTs, MA, dan MAK dan mengembangkan perencanaan proses
pembelajaran yang meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,
materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil
belajar.
Dengan demikian perencanaan berupa silabus dan RPP yang ada
selama ini, sebenarnya tidak dikembangkan, hal ini tentunya akan
berdampak kurang baik pada pelaksanaan pembelajaran di kelas. Untuk
memperbaiki kondisi itu, maka seorang guru harus dapat menyusun atau
5
mengembangkan silabus dan RPP sendiri untuk digunakan di sekolah
masing-masing.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
dikelas, bahan yang dimaksud dapat berupa tertutlis maupun bahan yang
tidak tertulis. Bahan ajar yang dimiliki oleh guru sebagian besar adalah
media presentasi, buku paket (buku siswa), dan lembar kerja siswa. Buku
paket (buku siswa) dan lembar kerja siswa (LKS) secara umum yang
digunakan sebagian besar adalah buku mata pelajaran dan lembar kerja
dari penerbit, yang dalam pengembangannya tidak memperhatikan
karakter, kemampuan dasar, cara belajar, motivasi belajar, dan minat
belajar setiap siswa di sekolah tersebut. Sehingga, buku paket dan LKS
tersebut tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk memperbaiki
keadaan tersebut guru dituntut untuk dapat menyusun buku siswa dan
LKS untuk digunakan sendiri, karena yang paling mengetahui apa yang
diperlukan siswa untuk belajar adalah guru yang mengajar. Buku paket
dan LKS yang sudah ada, adalah referensi yang dapat digunakan dalam
menyusun buku siswa dan LKS untuk digunakan di sekolah tersebut.
Hal lain yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan
adalah bagaimana menilai hasil pembelajaran yang telah dicapai oleh
siswa. Prinsip dasar penilian adalah menilai apa yang seharusnya dinilai
dengan alat ukur yang sesuai. Penilaian adalah proses sistematis meliputi
pengumpulan informasi (angka, deskripsi (verbal), analisis, interpretasi
6
informasi untuk membuat keputusan, proses pengumpulan penggunaan
informasi oleh guru melalui sejumlah bukti untuk membuat keputusan
tentang pencapaian hasil belajar/kompetensi siswa.
Teknik dasar atau cara dalam melakukan penilaian dapat berupa
unjuk kerja, penugasan, hasil keja, tertulis, portofolio, sikap, dan penilaian
diri. Tes tertulis adalah salah satu yang selalu digunakan dalam menilai
hasil belajar siswa, tes tertulis ini biasanya disebut tes hasil belajar (THB).
Penyusunan tes ini dimulai dengan menetapkan indikator, memetakan SK,
KD, dan indikator, menetapkan teknik penilaian dan terakhir adalah
membuat alat penilaian. Tes yang telah di kembangkan harus memenuhi
kriteria valid dan reliabel. Pengembangan tes hasil belajar oleh guru
sebagian besar disusun setelah semua proses pembelajaran yang akan
dinilai ketercapaiannya pada siswa selesai dilaksanakan. Seharusnya
pengembangan tes hasil belajar dilakukan pada saat merencakan
pembelajaran, hal ini untuk menyesuaikan antara perencanaan
pembelajaran, proses pembelajaran, dan apa yang seharusnya dinilai dari
hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. Untuk itu seorang guru harus
menyusun tes hasil belajar (THB) bersamaan dengan penyusunan
perangkat pembelajaran yang lain.
Dalam pelaksanaan pembelajaran sebagian besar guru mengajar
tanpa menggunakan perangkat yang telah direncakanakan, sehingga ada
kecenderungan pembelajaran yang berlangsung tidak terencana dengan
baik. Guru menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode
7
ceramah atau ekspositori, sesuai dengan apa yang dipikirkan pada saat
itu, sementara siswa mencatatnya pada buku catatan. Dalam proses
pembelajaran yang demikian, guru dianggap berhasil apabila dapat
mengelola kelas sedemikian rupa sehingga siswa tertib dan tenang
mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran dianggap
sebagai proses penyampaian fakta-fakta kepada siswa. Guru sendiri
merasa belum mengajar kalau tidak menjelaskan materi pelajaran kepada
siswa, ada anggapan bahwa guru yang baik adalah guru yang menguasai
bahan, dan selama proses belajar mengajar mampu menyampaikan
materi tanpa melihat buku pelajaran. Guru yang baik adalah guru yang
selama proses belajar mengajar dapat menguasai kelas dan berceramah
dengan suara yang lantang.
Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab dari kondisi di
atas. Pertama, model pembelajaran tersebut diwariskan secara tidak
langsung oleh tenaga pendidik sebelumnya, padahal kondisi peserta didik,
fasilitas belajar dan lingkungan belajar yang dihadapi sekarang ini sudah
jauh berbeda. Pada saat itu, program komputer belum dikenal, fasilitas
laboratorium sangat minim, dan pengaruh lingkungan peserta didik seperti
radio, televisi, surat kabar, internet, tempat hiburan, alat komunikasi yang
masih minim.
Kedua, faktor kemudahan mengajar, yaitu mengajar tanpa
menggunakan model pembelajaran yang jelas, menyampaikan materi
sesuai dengan apa yang dipikirkan, arah dan tujuan pembelajaran yang
8
tidak tertata dengan teratur dan baik, ini terjadi karena pembelajaran ini
model ini paling mudah dilaksanakan dan pelaksanaannya tidak
memerlukan persiapan yang bagus.
Ketiga, karakter pendidik dan peserta didik yang sudah jauh
berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan suatu model
pembelajaran melalui metode, pendekatan, startegi, dan teknik tertentu
yang dapat membuat pembelajaran menjadi berkualitas dan terarah pada
tujuan yang jelas. Untuk itu pemilihan pendekatan, metode, strategi, dan
teknik yang digunakan harus dipikirkan secara mendalam oleh guru,
karena sebaik-baiknya perangkat yang digunakan jika cara menyampaian
dan pengelolaan dalam pembelajaran tidak baik, maka hasil yang
diharapkan tidak akan tercapai.
Ditinjau dari jumlah pelajaran, diantara sekian banyak mata
pelajaran yang diberikan, pelajaran fisika yang masih terasa sulit untuk
dipahami. Untuk itu perlu mendapat perhatian yang sungguh–sungguh.
Kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari bidang studi fisika,
karena ilmu fisika menuntuk siswa untuk berpikir secara logis mendalam,
dan harus mampu diterapkan dalam menyelesaikan masalah yang
diberikan. Tidak dipungkiri bahwa, ada beberapa materi dalam pelajaran
fisika yang tingkat kesulitannya lebih tinggi dari pada materi lain, sebut
saja dinamika rotasi, kesitimbangan benda tegar, dan listrik magnet. Dari
beberapa materi tersebut, materi kesetimbangan benda tegar yang secara
kebetulan adalah materi yang sedang berlangsung pada semester genap
9
tahun pelajaran 2009/2010 merupakan salah satu materi yang peneliti sulit
untuk mengajarkannya.
Kesetimbangan benda tegar adalah materi dalam pelajaran fisika
semerter dua, pada standar kompetensi menerapkan konsep dan prinsip
mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah dan
kompetensi dasar menformulasikan hubungan antara konsep torsi,
momentum sudut, dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton
serta penerapannya dalam masalah benda tegar. Sub materi dalam
kesetimbangan benda tegar yaitu kesetimbangan titik, pusat massa dan
titik berat. Kesetimbangan titik berisi materi tentang gaya resultan, syarat
kesetimbangan, gaya resultan pada benda tegar, dan syarat
kesetimbangan pada benda tegar. Pusat massa dan titik berat berisi
materi tentang konsep pusat massa, konsep tentang titik berat, dan titik
berat pada benda tegar.
Dari hasil analisis materi dalam kesetimbangan beda tegar yang
dilakukan oleh peneliti, dapat dikemukakan bahwa isi muatan materi
mempersyaratkan pengetahuan dasar seperti konsep gaya (hukum
newton), konsep dinamika rotasi (momen gaya), dan kemampuan dalam
konsep trigonometri, dan operasi matematik dasar. Materi kesetimbangan
benda tegar memiliki isi materi yang sangat sederhana yaitu jumlah gaya
dan momen gaya yang bekerja pada sistem (benda yang ditinjau) adalah
nol, sehingga dalam pembelajaran lebih ditekankan pada aplikasi
konsepnya. Dalam aplikasi konsep khususnya dalam penyelesaian
10
permasalahan (soal) pada materi kesetimbangan benda tegar,
menekankan pada urutan hirarki dalam setiap langkah penyelesaiannya,
artinya diperlukan syarat awal yang harus dipenuhi untuk melanjutkan
kepada tahap-tahap berikutnya. Sebagai contoh konsep dasar, perhatikan
buku yang diam di atas meja, bagaimana menjelaskannya secara fisika?.
Untuk menjelaskannya maka, harus diawali dengan pengetahuan tentang
gaya-gaya yang bekerja terhadap buku, selanjutnya melihat kondisi
apakah buku tersebut diam atau bergerak, setelah itu menetapkan hukum
newton yang berlaku dalam kasus ini, menganalisis secara matematis
gaya-gaya yang bekerja, dan yang terakhir menarik kesimpulan.
Aplikasi lebih kompleks biasanya mempersyaratkan pengetahuan
trigonometri, khususnya dalam melakukan proyeksi gaya pada sumbu-
sumbu dalam sistem kartesian yang dibuat. Dari pengalaman peneliti
selama mengajar kesulitan siswa ada pada saat melakukan proyeksi gaya
terhadap setiap sumbu, siswa biasanya menghafal penggunaan sinus
atau cosinus, tanpa mengetahui kenapa sinus dan cosinus yang
digunakan.
Hirarki atau langkah-langkah yang penulis dapat simpulkan dalam
menyelesaikan permasalahan pada materi kesetimbangan benda tegar
yaitu: (1) analisis soal yaitu mengetahui apa yang diketahui dan
ditanyakan dalam soal, (2) mengetahui gaya-gaya yang bekerja,
(3) memproyeksikan gaya pada setiap sumbu, (4) menetapkan kosep
hukum newton dan atau konsep momen gaya yang berlaku,
11
(5) melakukan analisis matematik, dan (6) menuliskan hasil yang
diperoleh.
Untuk mengajarkan suatu materi diperlukan model pembelajaran
yang sesuai dan tidak semua model pembelajaran cocok untuk semua
materi pembelajaran. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan termasuk didalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Hasil penelitian dibidang pendidikan dalam dekade tahun 1970-an
sampai 1990-an dapat dipergunakan petunjuk pengelolaan kelas untuk
semua model pembelajaran. Hal ini meliputi upaya untuk menarik
perhatian siswa, kerjasama siswa, cara dan sarana untuk memotivasi
siswa, cara guru menciptakan dan mengajarkan aturan-aturan dan
prosedur yang jelas, dan langkah-langkah yang diambil oleh guru pada
awal tahun pelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung
dengan lancar dikemudian hari.
Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk
menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan
dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Dari hasil kajian teori belajar
yang ada peneliti berkesimpulan bahwa materi kesetimbangan benda
tegar akan baik diajarkan dengan model pengajaran langsung.
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang
12
sangat hati-hati dan dapat direncanakan oleh guru dan siswa. Fase-fase
dalam pengajaran langsung yaitu: (1) menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa, (2) mendemonstrasikan pengetahuan atau
keterampilan, (3) membimbing pelatihan, (4) mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik, dan (5) memberikan kesempatan untuk
pelatihan lanjutan dan penerapan.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang bercirikan pengajaran
langsung, pada umumnya guru merencanakan kegiatan pembelajaran
secara terstruktur dan ketat. Pada awal pembelajaran guru merupakan
pemberi informasi dan pendemonstrasi yang aktif, dan mengharapkan
siswa menjadi pendengar yang aktif dan baik.
Hakekat pengajaran langsung memerlukan kaedah yang mengatur
siswa berbicara, prosedur untuk menjamin pembelajaran yang baik,
strategi-strategi khusus untuk mengatur giliran keterlibatan siswa dan
untuk menanggulangi tingkah laku yang menyimpang. Kesesuaian antara
analisis materi dan sintaks (fase) dalam model pengajaran langsung
menjadi dasar dalam penerapannya.
Dari uraian di atas, faktor penting dalam menunjang pelaksanaan
pembelajaran adalah perencanaan yang baik, termasuk didalamnya
perencanaan perangkat pembelajaran yang akan digunakan, sehingga
proses pembelajaran diharapkan dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan dan tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dengan
perangkat pembelajaran ini memungkinkan terjadinya interaksi belajar
13
mengajar yang optimal. Guru akan lebih mudah mengajarkan suatu
materi, sedangkan siswa akan lebih mudah untuk memahami materi yang
dipelajarinya. Jadi jelas bahwa dengan adanya perangkat pembelajaran
akan mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas.
Pendekatan model pengajaran langsung dalam penerapannya
membutuhkan perangkat yang sesuai dengan pendekatan tersebut. Di sisi
lain pembelajaran model pengajaran langsung yang tidak asing lagi bagi
sebagian besar guru fisika khususnya dimakassar menjadi pendukung
dalam penerapan perangkat yang dihasilkan nantinya. Hal ini mendorong
peneliti untuk mengembangkan perangkat model pengajaran langsung
untuk materi kesetimbangan benda tegar di kelas XI IPA SMA Islam
Athirah Makassar.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas,
maka pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana profil perangkat model
pengajaran langsung yang valid, praktis dan efektif untuk materi
kesetimbangan benda tegar di Kelas XI IPA SMA Islam Athirah
Makassar?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk menghasilkan perangkat model pengajaran
14
langsung untuk materi kesetimbangan benda tegar yang valid, praktis dan
efektif di Kelas XI IPA SMA Islam Athirah Makassar.
E. Batasan Istilah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan batasan istilah sebagai
berikut:
1. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan
sumber belajar yang memungkinkan siswa dan guru melakukan
kegiatan pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang
dikembangkan dalam penelitian ini meliputi rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan buku siswa (BS).
2. Perangkat pembelajaran dikatakan valid jika
penilaian ahli dan praktisi menunjukkan bahwa pengembangan
perangkat pembelajaran didasarkan pada rasional teoritik yang
kuat dan memiliki konsistensi internal, yakni terjadi saling
keterkaitan antar komponen dalam perangkat tersebut.
3. Perangkat pembelajaran dikatakan praktis
apabila menurut penilaian ahli dan praktisi perangkat tersebut
dinyatakan dapat diterapkan, menurut hasil pengamatan
keterlaksanaan perangkat pembelajaran di kelas termasuk
dalam kategori baik atau sangat baik.
4. Perangkat pembelajaran dikatakan efektif
apabila memenuhi 3 dari 4 kriteria keefektifan tetapi kriteria
15
pertama harus dipenuhi. Kriteria-kriteria tersebut yaitu: (1)
ketercapaian hasil belajar yaitu minimal 85% siswa mencapai
penguasaan bahan ajar minimal 65% (mencapai skor minimal
65 untuk rentang skor 0-100), (Depdiknas, 2006), (2) aktivitas
siswa selama kegiatan belajar memenuhi kriteria toleransi
waktu yang telah ditetapkan, (3) lebih dari 50% siswa
memberikan respon positif terhadap perangkat model
pengajaran langsung yaitu respons terhadap buku siswa, dan
(4) kemampuan guru mengelola pembelajaran dengan
menggunakan perangkat model pengajaran langsung berada
dalam kategori tinggi.
5. Model pengembangan adalah acuan yang
digunakan dalam merancang perangkat model pengajaran
langsung.
6. Pengajaran langsung adalah pengajaran yang
dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar
siswa berkenaan dengan pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah, yang terdiri dari lima fase
yaitu: (1) menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa, (2) mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan, (3) membimbing
pelatihan, (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan
16
balik, dan (5) memberikan kesempatan untuk pelatihan
lanjutan.
F. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Pokok bahasan dalam penelitian ini terbatas
pada pokok bahasan Kesetimbangan Benda Tegar yang
dilaksanakan hanya pada Kelas XI IPA SMA Islam Athirah
Makassar tahun pelajaran 2009/2010.
2. Pengembangan perangkat yang hanya
diorientasikan pada model pengajaran langsung.
G. Asumsi dalam Penelitian
Pada penelitian ini diasumsikan sebagai berikut:
1. Guru sebagai peneliti telah memahami prinsip, karakteristik,
serta langkah-langkah dalam model pengajaran langsung yang
didasarkan pada kemampuan dasar siswa.
2. Siswa mengerjakan tes hasil belajar dengan sungguh-sungguh,
sehingga hasil tes mencerminkan kemampuan siswa yang
sebenarnya.
3. Siswa mengisi angket respon siswa dengan jujur, sehingga
hasil angket mencerminkan tanggapan siswa terhadap
pembelajaran.
17
4. Para validator memberi penilaian dengan objektif, sehingga
hasil validasi mencerminkan kualitas perangkat dan instrumen
berdasarkan teori yang digunakan.
5. Pengamat benar-benar mengamati dan mengisi data dengan
sesungguhnya sehingga data pengamatan menunjukkan
kondisi lapangan sesungguhnya.
H. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian ini, maka diharapkan hasil
penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Perangkat pembelajaran yang telah
dikembangkan dapat digunakan sebagai alternatif rujukan
dalam pembelajaran fisika untuk materi kesetimbangan benda
tegar di SMA
2. Sebagai acuan bagi guru-guru fisika SMA yang
ingin mengembangkan perangkat model pengajaran langsung
yang didasarkan pada kemampuan dasar siswa, ataupun
perangkat untuk model pembelajaran yang lain.
3. Sebagai masukan bagi guru-guru fisika tentang
alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan
dalam pembelajaran fisika.
I. Tinjauan Pustaka
1. Perangkat pembelajaran
18
Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan sumber belajar yang
memungkinkan siswa dan guru melakukan kegiatan pembelajaran.
Seorang guru di dalam kelas memerlukan sejumlah piranti/perangkat
pembelajaran yang akan membantu dan memudahkan proses mengajar
belajarnya dan memberikan pengalaman kepada siswa dalam rangka
mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Perangkat pembelajaran
merupakan prasyarat bagi terjadinya interaksi belajar mengajar yang
optimal. Jadi jelas bahwa dengan adanya perangkat pembelajaran akan
mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Guru akan
lebih mudah untuk mengajarkan suatu materi, sedangkan siswa akan
lebih mudah untuk memahami materi yang diajarkan oleh guru. Oleh
sebab itu perangkat pembelajaran mutlak diperlukan oleh seorang guru
dalam mengelola pembelajaran.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan bersifat sebagai pedoman bagi
perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivistas belajar mengajar. Pada dasarnya dalam
pegembangan sistem pembelajaran memuat pengembangan perangkat
pembelajaran dalam pengembangan sistem pembelajaran tidak
disebutkan secara jelas.
Perangkat pembelajaran merupakan prasyarat bagi terjadinya
interaksi belajar mengajar yang optimal. Sehingga jelas bahwa dengan
19
adanya perangkat pembelajaran, akan mempengaruhi keberhasilan
proses pembelajaran di kelas. Guru akan lebih mudah untuk mengajarkan
suatu materi, sedangkan siswa akan lebih mudah untuk memahami materi
yang diajarkan oleh guru. Oleh sebab itu perangkat pembelajaran mutlak
diperlukan oleh seorang guru dalam mengelola pembelajaran. Perangkat
pembelajaran yang akan dikembangkan dalam penelitian ini meliputi:
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan buku siswa (BS). Secara
rinci masing-masing perangkat tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah suatu rencana
kegiatan yang disusun secara sistematis yang berisikan prosedur atau
langkah-langkah kegiatan guru dan siswa. Rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) ini digunakan guru sebagai pedoman dalam
melaksanakan proses pembelajaran di kelas. RPP terdiri atas beberapa
komponen utama, antara lain:
1. Identitas mata pelajaran, meliputi: (1) nama satuan
pendidikan, (2) nama mata pelajaran, (3) kelas dan semester,
(4) pertemuan, (5) alokasi waktu
2. Standar kompetensi (SK)
3. Kompetensi dasar (KD)
4. Indikator pencapaian hasil belajar
5. Tujuan pembelajaran
6. Materi ajar
20
7. Sumber/media pembelajaran
Dalam RPP ini, terdapat lampiran mengenai tes hasil belajar dan
petunjuk guru. Tes hasil belajar adalah seperangkat alat evaluasi tertulis
yang digunakan untuk mengukur ketercapaian indikator pencapaian hasil
belajar yang telah ditetapkan setelah siswa mengikuti proses
pembelajaran. Tes hasil belajar ini terdiri atas: kisi-kisi tes, lembar soal,
dan pedoman penskoran. Petunjuk guru berisi penjelasan mengenai
materi, komentar dan alternatif penyelesaian yang mungkin dilakukan
siswa untuk setiap masalah/soal yang terdapat dalam buku siswa.
b. Buku siswa (BS)
Buku siswa (BS) adalah buku yang digunakan siswa sebagai
sarana penunjang untuk kelancaran proses pembelajaran baik di kelas
maupun di rumah. Buku siswa ini berisikan konsep-konsep atau definisi-
definisi yang akan dikonstruksi oleh siswa melalui masalah-masalah/soal-
soal yang diberikan. Dalam buku siswa ini berisi lembar kegiatan siswa
(LKS). LKS adalah lembaran-lembaran yang berisi masalah-masalah/soal-
soal dari buku siswa yang menuntun siswa untuk dapat mengkonstruksi
fakta, konsep, prinsip atau prosedur matematik sesuai dengan materi
yang sedang dipelajari dan sekaligus sebagai temapat bagi siswa untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
LKS merupakan kelengkapan dari buku siswa. LKS terdiri dari
beberapa komponen, yaitu: (1) judul, (2) KD yang akan dicapai, (3) waktu
penyelesaian, (4) peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan
21
tugas, (5) informasi singkat, (6) langkah kerja, (7) tugas yang harus
dilakukan, (8) laporan yang harus dikerjakan.
Pada dasarnya dalam pengembangan sistem pembelajaran
memuat pengembangan perangkat pembelajaran. Menurut Ely
(dalam Wina S, 2008:32), pengembangan sistem pembelajaran
merupakan suatu proses sistematis dan logis untuk mempelajari problem-
problem pembelajaran, agar mendapat pemecahan yang teruji
validitasnya, dan praktis dapat dilaksanakan.
Terdapat dua macam prosedur dalam pengembangan sistem
pembelajaran dan perangkat pembelajaran, yaitu:
1. Pendekatan secara empiris, yaitu proses dilaksanakan tanpa
mengggunakan teori-teori dasar secara sitematis. Paket
pembelajaran disusun berdasarkan pengalaman pengembang,
siswa disuruh mempelajari lalu hasilnya diamati. Bila hasilnya
tidak sesuai dengan yang diharapkan, paket pembelajaran
tersebut direvisi dan penyusunan paket pembelajaran diulang.
2. Mengikuti atau membuat suatu model. Menurut pendekatan
ini, hasil belajar yang diharapkan dapat diklasifikasikan sesuai
dengan tipe-tipe tertentu. Untuk tiap tipe tujuan pembelajaran
dapat dipilihkan cara-cara tertentu untuk mencapainya, kondisi
tertentu untuk mengamati respon dapat diciptakan, dan
perubahan-perubahan jika perlu diadakan.
2. Validasi perangkat pembelajaran
22
Untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang baik, maka
perangkat pembelajaran yang telah dirancang divalidasi oleh para ahli
(validator) yang mencakup kebenaran substansi dan kesesuaian dengan
tingkat berpikir siswa. Indikator validasi perangkat pembelajaran yang
akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada indikator validasi
perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan sendiri.
Pemilihan indikator validasi perangkat pembelajaran tersebut
didasarkan pada pertimbangan bahwa indikator-indikator validasi yang
dikembangkan tersebut sesuai dengan pendekatan model pengajaran
langsung yang peneliti gunakan dalam pengembangan perangkat
pembelajaran. Adapun perangkat pembelajaran yang akan divalidasi
dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini adalah rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan buku siswa (BS).
Indikator validasi dari setiap perangkat pembelajaran dijelaskan
sebagai berikut:
a. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Indikator RPP dalam penelitian ini terdiri dari: format, isi, bahasa,
dan manfaat. Secara rinci indikator-indikator tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Format
Indikator format yang harus diperhatikan dalam penyusunan RPP
adalah: (1) kejelasan pembagian materi, (2) materi dalam RPP yang terdiri
23
dari: pendahuluan, sub pokok bahasan, alokasi waktu, standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, materi prasyarat,
dan kegiatan pembelajaran dikelompokkan dengan jelas, (3) pengaturan
ruang/tata letak, (4) jenis dan ukuran huruf sesuai.
2) Bahasa
Indikator bahasa yang harus diperhatikan dalam menyusun RPP
adalah:
1. Kebenaran tata bahasa
2. Kesederhanaan struktur kalimat
3. Kejelasan petunjuk atau arahan, dan
4. Sifat komunikasi bahasa yang digunakan.
3) Isi
Indikator RPP adalah:
1. Kebenaran materi/isi
2. Dikelompokkan dalam bagian-bagian
yang logis
3. Kesesuaian dengan standar isi
4. Kesesuaian dengan model pengajaran
langsung
5. Metode penyajian
6. Kelayakan sebagai perangkat, dan
24
7. Kesesuaian alokasi waktu yang
digunakan pada setiap langkah kegiatan pembelajaran.
4) Manfaat
Indikator mafaat RPP adalah:
1. Dapat digunakan sebagai pedoman bagi
guru maupun siswa dalam pembelajaran.
2. Dapat memudahkan siswa dalam
memahami konsep yang dipelajari melalui langkah-langkah
yang jelas dan terstruktur.
b. Buku siswa (BS)
Indikator buku siswa mencakup: format, isi dan bahasa. Secara
rinci indikator-indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Format
Indikator format yang harus diperhatikan dalam menyusun buku
siswa adalah:
1 Sistem penomoran jelas
2 Kejelasan pembagian materi
3 Pengaturan ruang/tata letak
4 Teks dan ilustrasi seimbang
5 Penerapan langkah-langkah kegiatan pembelajaran jelas;
6 Jenis dan ukuran huruf yang sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa SMA pada umumnya
25
7 Memiliki daya tarik
8 Kesesuaian ukuran fisik buku siswa dengan siswa
2) Isi
Indikator isi buku siswa adalah:
1 Kebenaran materi/isi
2 Sesuai dengan KTSP
3 Dukungan ilustrasi untuk memperjelas konsep
4 Memberi rangsangan secara visual
5 Kelayakan kelengkapan belajar
6 Kesesuaian alokasi waktu yang digunakan pada setiap langkah
kegiatan pembelajaran
7 Mudah dipahami
8 Menggunakan konteks lokal.
3) Bahasa
Indikator bahasa yang harus diperhatikan dalam menyusun buku
siswa adalah:
a) Kebenaran tata bahasa
b) Kesesuaian kalimat dengan tingkat perkembangan siswa
c) Kesederhanaan struktur kalimat
d) Menggunakan bahasa yang komunikatif
e) Menggunakan petunjuk atau arahan yang jelas.
3. Model pengajaran langsung
26
Teori belajar sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku
yang tradisional. Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut
Bandura sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara
selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Seseorang belajar menurut
teori ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku orang lain (model),
hasil pengamatan kemudian dimantapkan dengan cara menghubungkan
pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-
ulang kembali. Menurut Bandura (dalam Ratna, W. D, 1988:33), manusia
tidak didorong oleh kekuatan dari dalam dan juga tidak dipukul oleh
stimulus lingkungan, akan tetapi fungsi psikologi diterangkan sebagai
interaksi yang kontiniu dan timbal balik dari determinan-determinan pribadi
dan lingkungan.
Berdasarkan pola perilaku tersebut, selanjutnya Bandura (dalam
Trianto, 2007:30) mengklasifikasi empat fase belajar dari pemodelan yaitu
(1) fase perhatian, (2) fase retensi, (3) fase reproduksi, dan (4) fase
motivasi. Fase pertama dalam belajar pemodelaan adalah atensi yaitu
memberikan perhatian pada suatu model. Menurut Woolfolk (dalam
Trianto, 2007:31), suatu model harus memiliki daya tarik. seseorang
cenderung memberikan perhatian pada model-model yang menarik,
populer, atau yang dikagumi. Kaitannya dengan pembelajaran, cara
penyampaian materi pelajaran harus dilakukan dengan jelas dan menarik.
Menurut Gredler (dalam Trianto, 2007:32), fase retensi
bertanggung jawab atas pengkodean tingkah laku model dan menyimpan
27
kode-kode itu dalam ingatan (memori jangka panjang). Pengkodean
adalah proses pengubahan pengalaman yang diamati menjadi kode
memori. Pada fase reproduksi, kode-kode dalam memori membimbing
penampilan yang sebenarnya dari tingkah laku yang baru diamati. Pada
fase ini dapat dilihat apakah komponen urutan tingkah laku sudah dikuasai
oleh pembelajar.
Dalam fase motivasi, pembelajar diharapkan dapat termotivasi
untuk meniru model. Memebrikan penguatan untuk suatu tingkah laku
tertentu akan memotivasi pemebelajar untuk berbuat. Teori belajar sosial
Albert Bandura merupakan landasan pokok dalam model pengajaran
langsung.
Model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan
pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar
siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola
kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Model pengajaran
langsung tidak sama dengan metode ceramah, tetapi ceramah dan
resitasi (mengecek pemahaman dengan tanya jawab) berhubungan erat
dengan model pengajaran langsung. Pengajaran langsung memerlukan
perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis
tugas.
Pengajaran langsung berpusat pada guru, tetapi harus tetap
menjamin keterlibatan siswa. Jadi lingkungan belajar harus diciptakan
28
yang berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan kepada siswa. Istilah
model pengajaran langsung menurut Arends (dalam Trianto, 2007:24)
antara lain training model, active teaching model, mastery teacing, explicit
instruction .
Ciri-ciri model pengajaran langsung adalah sebagai berikut:
1 Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa
termasuk prosedur penilaian belajar.
2 Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
3 Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang
diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat
berlangsung dengan berhasil.
a. Tujuan pembelajaran dan hasil belajar
Para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua acam
pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.
Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah
pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural
adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.
Menghafal hukum atau rumus tertentu dalam bidang studi fisika,
kimia, matematika merupakan contoh pngetahuan deklaratif sederhana
atau informasi faktual, pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya
memerlukan penggunaan pengetahuan dengan cara tertentu, misalnya
membandingkan dua rancangan penelitian, menilai hasil karya seni dan
29
lain-lain. Seringkali penggunaan pengetahuan prasyarat yang berupa
pengethuan deklaratif.
b. Sintaks
Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat
penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan
danlatar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk
menerima penjelasan guru. Setelah siswa telah siap untuk belajar, guru
melanjutkan dengan mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan,
membimbing pelatihan, mengecek pemahaman siswa tentang materi yang
telah dipelajari dengan pemberian umpan balik, dan memberikan
pelatihan lanjutan dalam bentuk kerja mandiri.
Sintaks Model Pengajaran langsung disajikan dalam lima fase,
seperti ditunjukkan dalam Tabel 1. berikut
Tabel 1. Sintaks model pengajaran langsung
Fase Peran Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan
dan mempersiapkan
siswa
Guru menjelaskan Tujuan
pembelajaran, Informasi latar belakang,
pentingnya pelajaran, mempersiapkan
siswa untuk belajar
Fase 2
Mendemonstrasikan
pengetahuan dan
keterampilan
Guru mendemonstrasikan
keterampilan dengan benar, atau
menyajikan informasi tahap demi tahap
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi
bimbingan pelatihan awal
30
Fase 4
Mengecek
pemahaman dan
memberikan umpan
balik
Mengecek apakah siswa telah
berhasil melakukan tugas dengan baik,
member umpan balik
Fase 5
Memberikan
kesempatan untuk
pelatihan lanjutan dan
penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan
melakukan pelatihan lanjutan, dengan
perhatian khusus pada penerapan
kepada situasi lebih kompleks dan
kehidupan sehari-hari
Pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi,
pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung
digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan
langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan
untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga
guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan.
Sebagaimana halnya setiap pendekatan mangajar, pelaksanaan
yang baik pada model pengajaran langsung memerlukan tindakan-
tindakan dan keputusan yang jelas dari guru, selama berlangsungnya
perencanaan, pada saat melaksanakan pembelajaran, dan pada waktu
menilai hasilnya.
c. Lingkungan belajar dan sistem
pengelolaan
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan
yang sangat hati-hati dipihak guru. Agar dapat berlangsung efektif,
31
pengajaran langsung mempersyaratkan tiap detail keterampilan atau isi
didefenisikan secara seksama dan demonstrasi serta jadwal pelatihan
direncanakan dan dilaksanakan secara seksama.
Tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan
siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan yang
dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa,
terutama melalui memperhatikan, mendengarkan dan resitasi (tanya
jawab) yang terencana. Ini tidak berarti bahwa lingkungan berorientasi
pada tugas dan memberikan harapan tinggi agar siswa mencapai hasil
belajar dengan baik.
d. Penelitian tentang keefektifan guru
Landasan penelitian dari model pengajaran langsung dan berbagai
komponennya, berasal dari bermacam-macam bidang. Meskipun
demikian, data penunjang empirik yang paling jelas terhadap model
pengajaran langsung berasal dari penelitian tentang keefektifan guru yang
dilakukan pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Stalling dan koleganya ingin mengungkapnya, manakah diantara
program-program itu yang dapat berfungsi dengan baik dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Perilaku guru-guru dalam 166 kelas
diamati kemudian siswa yang dijadikan subjek dites. Banyak hal yang
dapat diungkap pada penelitian tersebut, namun ada dua hal yang sangat
menonjol, yaitu alokasi waktu dan penggunaan tugas dan kegiatan yang
menggunakan model pengajaran langsung lebih berhasil dan memperoleh
32
tingkat keterlibatan yang tinggi dari pada mereka yang menggunakan
metode-metode informal dan berpusat pada siswa.
Beberapa penelitian tahun 1970, misalnya yang dilakukan oleh
Stallings dan rekan-rekannya, menunjukkan bahwa guru yang memiliki
kelas yang terorganisasi dengan baik menghasilkan rasio keterlibatan
siswa (time-task-rations) yang lebih tinggi dari pada guru yang
menggunakan pendekatan yang kurang formal dan kurang terstruktur.
Observasi terhadap guru-guru yang berhasil, menunjukkan bahwa
kebanyakan mereka menggunakan prosedur pengajaran langsung.
e. Pelaksanaan pengajaran langsung
Sebagaimana halnya setiap mengajar, pelaksanaan yang baik
model pengajaran langsung memerlukan tindakan-tindakan dan
keputusan-keputusan yang jelas dari guru selama berlangsungnya
perencanaan, pada saat melaksanakan pembelajaran, dan waktu menilai
hasilnya. Ciri utama unik yang terlihat dalam melaksanakan suatu
pengajaran langsung adalah sebagai berikut:
1) Tugas-tugas perencanaan
Pengajaran langsung dapat diterapkan di bidang studi apapun,
namun model ini paling sesuai untuk mata pelajaran yang berorientasi
pada penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca, matematika,
musik, dan pendidikan jasmani. Di samping itu pengajaran langsung juga
33
cocok untuk mengajarkan komponen-komponen keterampilan dan mata
pelajaran sejarah dan sains.
a) Merumuskan tujuan. Tujuan pembelajaran khusus harus sangat
spesifik, dalam bentuk prilaku terdiri dari tiga bagian yaitu:
1. Perilaku siswa, apa yang akan dilakukan siswa/jenis-jenis
perilaku siswa yang diharapkan guru untuk dilakukan sebagai
bukti bahwa tujuan itu telah tercapai
2. Situasi pengetesan, di bawah kondisi tertentu perilakuitu akan
teramati atau diharapkan terjadi
3. Kriteria kinerja, diterapkan standar atau tingkat kinerja sebagai
standar atau tingkat kinerja yang dapat diamati
b) Memilih isi. Kebanyakan guru pemula meskipun telah beberapa
tahu mengajar, tidak dapat diharapkan akan menguasai sepenuhnya
materi pelajaran yang diajarkan. Bagi mereka yang masih dalam proses
menguasai sepenuhnya materi ajar, disarankan agar dalam memilih
materi ajar mengacu pada Silabus yang berlaku, dan buku rujukan
tertentu.
c) Melakukan analisis tugas. Analisis tugas ialah alat yang
digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi dengan presisi yang tinggi
hakekat yang setepatnya dari suatu keterampilan atau butir pengetahuan
yang terstruktur dengan baik, yang kan diajarkan oleh guru.
34
d) Merencanakan waktu dan ruang. Pada suatu pengajaran
langsung, merencanakan dan mengelola waktu merupakan kegiatan yang
sangat penting. Ada empat hal yang perlu diperhatikan oleh guru yaitu:
1. Memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadan dengan
bakat dan kemampuan siswa
2. Memotivasi siswa agar mereka tetap melakukan tugas-
tugasnya dengan perhatian yang optimal
3. Menangani dengan baik siswa-siswa yang akan diajar sangat
bermanfaat untuk menentukan alokasi waktu pembelajaran
4. Merencanakan dan mengelola ruang untuk pengajaran
langsung juga sama pentingnya.
2) Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung
Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung pada
dasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum. Langkah-
langkah pengajaran langsung meliputi tahapan sebagai berikut:
a) Menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa. Tujuan langkah
awal ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta
memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran itu.
b) Menyampaikan tujuan. Siswa perlu mengetahui dengan jelas,
mengapa mereka berpartisipasi dalam suatupelajaran tertentu, dan
mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah
selesai berperan serta dalam pelajaran itu. Penyampaian tujuan kepada
35
siswa dapat dilakukan guru melalui rangkuman rencana pembelajaran
dengan cara menuliskan di papan tulis atau menempelkan informasi
tertulis pada papan bulletin, yang berisi tahapan-tahapan dan isinya, serta
alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahapan.
c) Menyiapkan siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk menarik
perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan,
dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yangtelah dimilikinya, yang
relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari
d) Presentasi dan demonstrasi. Fase kedua pengajaran langsung
adalah melakukan presentase atau demonstrasi pengetahuan dan
keterampilan. Kunci untuk berhasil ialah mempresentasikan informasi
sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif.
e) Mencapai kejelasan. Hasil-hasil penelitian secara konsisten
menunjukkan bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang
jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif
terhadap proses belajar siswa. Sementara itu, para peneliti dan pengamat
terhadap guru pemula dan belum berpengalaman menemukan banyak
penjelasan yang kabur dan membingungkan.
f) Melakukan demonstrasi. Pengajaran langsung berpegang teguh
pada asumsi, bahwa sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal
dari mengamati orang lain. Agar dapat mendemonstrasikan suatu konsep
atau keterampilan dengan berhasil, guru perlu dengan sepenuhnya
36
menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan
berlatih melakukan demonstrasi untuk menguasai komponen-
komponennya.
g) Mencapai pemahaman dan penguasaa. Untuk menjamin agar
siswa akan mengamati tingkah laku yang benar dan bukan sebaiknya,
guru perlu benar-benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap
tahapan demonstrasi ini berarti, bahwa jika guru menghendaki agar siswa-
siswanya dapat melakukan sesuatu yang benar, guru perlu
mengupayakan agar segala sesuatu yang didemonstrasikan juga benar.
Banyak contoh yang menunjukkan, bahwa siswa bertingkah laku yang
tidak benar karena mencontoh tingkah laku orang lain yang tidak benar.
h) Berlatih. Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar
diperlukan latihan yang intensif, dan mempersiapkan aspek-aspek penting
dari keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.
i) Memberikan latihan terbimbing. Keterlibatan siswa secara aktif
dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar
berlangsung dengan lancer, dan memungkinkan siswa menerapkan
konsep/keterampilan pada situasi baru. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan
sebagai berikut:
1. Menugasi siswa melakukan tingat singkat dan bermakna
37
2. Memberikan pelatihan kepada siswa sampai benar-benar
menguasai konsep/keterampilan yang dipelajari
3. Hati-hati terhadap latihan yang berkelanjutan, pelatihan yang
dilakukan terus-menerus dalam waktu yang lama dapat
menimbulkan kejenuhan pada siswa
4. Memperhatikan tahap-tahap awal pelatihan, yang mungkin saja
siswa melakukan keterampilan yang kurang benar atau bahkan
salah tanpa disadari
j) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Tahap ini
kadang-kadang disebut juga dengan tahap resitasi, yaitu guru
memberikan pertanyaan lisan dan tulisan kepada siswa dan guru
memberikan respon terhadap jawaban siswa. Kegiatan ini merupakan
aspek penting dalam pengajaran langsung, karena tanpa mengetahui
hasilnya, latihan tidak banyak manfaatnya bagi siswa. Guru dapat
menggunakan berbagai carauntuk memberikan umpan balik secara lisan,
tes, dan komentar tertulis. Tanpa umpan balik spesifik, siswa tidal
mungkin dapat memperbaiki kekurangannya, dan tidak dapat mencapai
tingkat penguasaan keterampilan yang mantap.
k) Memberikan kesempatan latihan mandiri. Pada tahap ini guru
memberikan tugas kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang
baru saja diperoleh secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dirumah atau
diluar jam pelajaran.
38
4 Kajian teori kesetimbangan benda tegar
Kesetimbangan benda tegar adalah salah satu kajian materi dalam
mata pelajaran fisika yang diajarkan pada semester genap kelas XI SMA
program IPA tahun pelajaran 2009/2010. Setelah siswa mempelajari
materi ini diharapkan siswa dapat mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar, seperti pada Tabel 2. berikut:
Tabel 2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Menerapkan konsep
dan prinsip mekanika
klasik sistem kontinu
dalam menyelesaikan
masalah
2.1. Menformulasikan hubungan antara
konsep torsi, momentum sudut, dan
momen inersia, berdasarkan hukum II
Newton serta penerapannya dalam
masalah benda tegar
Indikator pencapaian yang diharapkan muncul setelah dilakukan
proses pembelajaran yaitu siswa dapat:
1 Memformulasikan pengaruh torsi pada sebuah benda dalam
kaitannya dengan gerak rotasi benda tersebut
2 Mengungkap analogi hukum II Newton tentang gerak translasi
dan gerak rotasi
3 Menggunakan konsep momen inersia untuk berbagai bentuk
benda tegar
4 Memformulasikan hukum kekekalan momentum sudut pada
gerak rotasi
39
5 Menerapkan konsep titik berat benda dalam kehidupan sehari-
hari
a. Peta konsep materi kesetimbangan benda tegar
Peta konsep dalam materi kesetimbangan benda tegar diberikan
dalam Gambar 1. di bawah ini:
Gambar 1 . Peta konsep kesetimbangan benda tegar
b. Materi dalam kesetimbangan benda tegar
Materi dan sub materi pembelajaran yang akan dikaji dalam
penelitian ini antara lain adalah:
1 Kesetimbangan partikel dan gerak translasi
40
2 Gerak rotasi, terdiri dari: (1) momen gaya
(torsi), (2) momen inersia, (3) momentum sudut, dan (4) momen
kopel
3 Gerak mengelinding, terdiri dari gerak
menggelinding pada bidang datar dan bidang miring
4 Kesetimbangan benda tegar dan hukum
kekekalan mementum sudut
5 Titik berat, terdiri dari: (1) titik berat pada
benda yang bentuknya tidak teratur, (2) titik berat pada benda
yang bentuknya teratur, dan (3) titik berat pada gabungan
beberapa benda (benda-benda homogen berbentuk ruang,
luasan dan garis).
Dari analisis isi materi dan sub materi di atas, tampak bahwa ada
hal menarik dalam materi tersebut yang cocok diajarkan dengan prosedur-
prosedur yang jelas. Hal ini memberikan dasar kepaada peneliti untuk
memilih pendekatan yang cocok untuk mengajarkan materi tersebut.
Sebagai contoh, untuk materi kesetimbangan partikel pada bidang x-y.
dimana syarat kesetimbangan partikel ditulis dalam persamaan (1).
dan (1)
Dalam menyelesaikan suatu masalah yang berhubungan dengan
kajian ini maka secara umum diperlukan pamahaman dan keterampilan
tertentu yang menjadi prasyarat. Misalnya, mengetahui gaya-gaya yang
bekerja, besar gaya-gaya yang bekerja, melakukan proyeksi setiap gaya
41
ke sumbu-sumbu acuan, menganalisis nilai-nilai gaya di setiap sumbu
acuan, dan menentukan nilai analisis akhir semua sumbu. Penyelesaian
ini sangat prosedural, sehingga dimana setiap langkah merupakan syarat
untuk melanjutkan kelangkah berikutnya. Kegiatan ini sesuai dengan
kegiatan prosedural dalam model pengajaran langsung.
Untuk gerak rotasi, penyelesaian masalahnya bukan hanya
mengetahui persamaan apa yang bisa digunakan, akan tetapi diperlukan
suatu langkah dan pemaknaan setiap variabel yang diketahui ataupun
yang ditanyakan dalam soal.
Gambar 2. Momen gaya yang bekerja pada benda menyebabkan benda berotasi.
Misalnya dalam momen gaya (torsi), yang secara matematis dinyatakan
dalam persamaan (2) dibawah ini:
(2)
gaya yang dimaksud dalam persamaan (2), adalah gaya yang bekerja
secara tegak lurus terhadap lengan gaya . Selain itu diperlukan
pengetahuan mengenai bagaimana melakukan proyeksi gaya seperti
dalam Gambar 2, hal ini dilakukan jika arah gaya yang bekerja tidak tegak
42
F
d r
Lengan kerja gaya
Lengan gaya
lurus terhadap lengan gayanya. Untuk itu diperlukan proyeksi gaya
tersebut agar tepat tegak lurus terhadap lengan gaya, tentunya ini
memerlukan pengetahuan tentang konsep trigonometri.
Untuk momen inersia misalnya, yang secara matematis ditulis
dalam persamaan (3)
(3)
dan untuk susunan partikel (titik), jika melakukan gerak rotasi memiliki
momen inersia sama dengan hasil jumlah dari momen inersia partikel
penyusunnya diberikan dalam persamaan (4).
(4)
Persamaan (3) dan (4) adalah dua persamaan dapat digunakan untuk
menentukan momen inersia dua kasus yang berbeda, namun dalam tahap
penyelesaiannya akan lebih mudah jika diberikan pola, atau langkah-
langkah yang jelas. Misalnya untuk persamaan (4) terlebih dahulu harus
diketahui nilai masing-masing jari-jari putar (R) dan massa (m) setiap
benda atau partikel yang berputar
Pada gerak menggelinding khususnya pada bidang datar,
contohnya, silinder pejal pejal bermassa m dan berjari-jari R didorong
dengan gaya F sehingga menggelinding sepanjang bidang datar
horizontal. Jika silinder bergulir tanpa selip, maka silinder tersebut
bergerak secara translasi dan rotasi. Kedua gerak ini terjadi bersamaan
sehingga diperlukan pengetahuan mengenai perpaduan gerak tranlasi dan
gerak rotasi, dan konsep yang menggabungkan keduanya. Sehingga
43
pengetahuan tentang aplikasi hukum newton, dan konsep gerak rotasi
menjadi prasyarat.
Jika silinder menggelinding pada bidang miring, tentu akan lain
masalahnya, disini akan dituntut ada pengetahuan tentang proyeksi gaya-
gaya yang bekerja, hukum newton, konsep gerak rotasi, dan gabungan
dari gerak translasi dan rotasi.
Kasus yang sama akan terjadi pada topik lain khususnya dalam
memahami atau menyelesaikan suatu masalah (soal), baik dalam kajian
hukum kekekalan momentum sudut, dan titik berat benda. Pada titik berat
yang terdiri dari penentuan titik berat benda yang bentuknya tidak teratur,
menentukan titik berat benda yang bentuknya teratur, dan menentukan
titik berat benda dari gabungan beberapa benda (benda homogen
berbentuk ruang, luasan, dan garis) memerlukan satu prosedur yang
pengerjaan yang dilaksanakan tahap demi tahap.
Berdasarkan argumen di atas maka model pengajaran yang cocok
adalah model pengajaran langsung.
J. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian dan variabel penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan karena pada
penelitian ini dikembangkan perangat pembelajaran model pengajaran
langsung untuk materi kesetimbangan benda tegar. Model pengembangan
yang digunakan adalah model 4-D dari Thiagarajan, Semmel dan Semmel
44
(1974). Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan buku siswa (BS).
2. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas XI IPA SMA Islam
Athirah. Subjek yang dimaksud adalah siswa pada kelas untuk ujicoba.
3. Prosedur pengembangan perangkat
pembelajaran
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
mengikuti suatu model. Ada beberapa model yang telah dikenal dalam
pengembangan sistem dan perangkat pembelajaran diantaranya adalah
model Kemp, model PPSI, model Dick & Carey, dan model 4-D.
Persamaan yang paling mendasar dari keempat model tersebut adalah
masing-masing model memuat prosedur pengembangan perangkat
pembelajaran. Kelebihan dari model Kemp antara lain: (a) diagram
pengembangannya berbentuk bulat telur yang tidak memiliki titik awal
tertentu, sehingga dapat memulai perancangan secara bebas, (b) bentuk
bulat telur itu juga menunjukkan adanya saling ketergantungan di antara
unsur-unsur yang terlibat, (c) Dalam setiap unsur ada kemungkinan untuk
dilakukan revisi, sehingga memungkinkan terjadinya sejumlah perubahan
dari segi isi maupun perlakuan terhadap semua unsur tersebut selama
pelaksanaan program.
45
Kelebihan dari model PPSI antara lain adanya empat kriteria yang
harus dipenuhi dalam merumuskan TPK, yaitu (a) menggunakan istilah
yang operasional, (b) berbentuk hasil belajar, (c) berbentuk tingkah laku
dan (d) hanya berisi satu tingkah laku. Kekurangan dari pengembangan
sistem pembelajaran model PPSI, meskipun memuat bagian
pengembangan perangkat pembelajaran, yaitu pada tahap I, II, III dan IV
namun, pada bagian pengembangan perangkatnya, tidak menggunakan
identifikasi pokok bahasan serta analisis konsep, hal ini dapat menyulitkan
dalam penyusunan tujuan pembelajaran.
Kelebihan dari model Dick & Carey terletak pada analisis tugas
yang tersusun secara terperinci dan tujuan pembelajaran khusus secara
hirarkis sehingga langkah-langkah yang harus dilakukan siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran umum dapat diketahui dengan jelas,
sedangkan kekurangan dari model ini adalah mendahulukan analisis
tujuan pembelajaran umum dan tidak melibatkan analisis materi dan
analisis tugas sehingga menyulitkan dalam merumuskan tujuan
pembelajaran khusus dan perencanaan pembelajaran. Langkah-langkah
pengembangan perangkat pembelajaran kurang mendapat penekanan
sehingga perangkat pembelajaran yang dikembangkan tidak jelas.
Kelebihan dari model 4-D antara lain: (a) lebih tepat digunakan
sebagai dasar untuk mengembangkan perangkat pembelajaran bukan
untuk mengembangkan sistem pembelajaran, (b) uraiannya tampak lebih
lengkap dan sistematis, (c) dalam pengembangannya melibatkan
46
penilaian ahli, sehingga sebelum dilakukan uji coba di lapangan perangkat
pembelajaran telah dilakukan revisi berdasarkan penilaian, saran dan
masukan para ahli. Dari uraian tentang beberapa model pengembangan
sistem dan perangkat pembelajaran yang dikemukakan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa ketiga model yang lain merupakan
pengembangan sistem pembelajaran, bukan merupakan pengembangan
perangkat, seperti yang disarankan oleh Tiagarajan, Semmel dan
Semmel.
Berdasarkan pertimbangan dan ulasan di atas maka peneliti
memilih Model Thiagarajan, Semmel dan Semmel (model 4-D) sebagai
acuan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran dalam penelitian
ini. Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan adalah perangkat
model pengajaran langsung untuk materi kesetimbangan benda tegar.
Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model
Thiagarajan, Semmel dan Semmel yang dikenal dengan 4-D yaitu
pendefenisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop),
dan penyebaran (disseminate). Selanjutnya tahap-tahap model
pengembangan perangkat pembelajaran yang dikemukan oleh
Thiagarajan diuraikan sebagai berikut:
a. Tahap pendefenisian (define)
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan dan menentukan
syarat-syarat pembelajaran yang meliputi tujuan pembelajaran dan
47
batasan materi pembelajaran. Adapun langkah-langkah dalam tahap ini
adalah sebagai berikut:
1) Analisis awal-akhir
Langkah pertama dalam tahap pendefenisian (define) adalah
melakukan analisis awal-akhir. Peneliti dapat melakukan diskusi dengan
guru tekait mengenai pelaksanaan pembelajaran fisika di sekolah tempat
akan dilakukannya penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti akan banyak
melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran fisika untuk mengetahui
bagaimana kondisi proses pembelajaran, dan masalah mendasar yang
perlu diupayakan pemecahannya di sekolah tersebut.
2) Analisis siswa
Analisis siswa dilakukan untuk menelaah tentang karakteristik
siswa. Karakteristik siswa yang dimaksud meliputi latar belakang
pengetahuan siswa khususnya kemampuan dasar matematik. Bahasa
yang digunakan dan perkembangan kognitif siswa. Hasil telaah tersebut
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan
perangkat model pengajaran langsung yang didasarkan pada kemampuan
dasar siswa.
3) Analisis materi
Pada langkah ini dilakukan kegiatan yaitu mengidentifikasi, merinci,
dan menyusun secara sistematis materi-materi utama yang akan dipelajari
oleh siswa, selanjutnya materi tersebut disusun secara hirarkis. Materi
48
pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah kesetimbangan
benda tegar pada kelas XI IPA semester genap 2009/2010 yang sesuai
dengan standar KTSP.
4) Analisis tugas
Analisis tugas dilakukan setelah mengetahui materi yang akan
diajarkan sehingga dapat diketahui tugas-tugas yang harus diselesaikan
siswa selama pembelajaran dilaksanakan. Analisis tugas juga dapat
memudahkan guru untuk merumuskan tujuan-tujuan khusus yang akan
dicapai.
5) Spesifikasi tujuan pembelajaran
Dari analisis materi dan analisis tugas yang telah dilakukan,
diharapkan dapat dihasilkan tujuan pembelajaran khusus yang merupakan
dasar untuk menyusun tes dan merancang perangkat pembelajaran
materi kesetimbangan benda tegar. Kegiatan yang dilakukan pada
langkah ini adalah merumuskan tujuan-tujuan pembelajaran khusus
(indikator pencapaian) berdasarkan analisis materi dan analisis tugas.
Perincian tujuan pembelajaran khusus tersebut merupakan dasar dalam
penyusunan rancangan perangkat model pengajaran langsung pada
materi kesetimbangan benda tegar.
b. Tahap perancangan (design)
49
Tahap ini bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran dan
instrumen penelitian sehingga diperoleh prototipe (perangkat
pembelajaran dan instrumen penelitian contoh). Kegiatan yang
dilaksanakan pada tahap ini terdiri atas tiga kegiatan, yaitu: (1) pemilihan
media, (2) pemilihan format dan (3) perencanaan awal perangkat
pembelajaran. Secara singkat masing-masing kegiatan pada tahap ini
dijelaskan sebagai berikut:
1) Pemilihan media
Kegiatan ini dilakukan untuk menetukan media dan alat
pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran. Proses pemilihan media ini disesuaikan dengan hasil
analisis tugas, analisis materi dan analisis siswa. Selain itu, media yang
dipilih harus disesuikan dengan karakteristik siswa dan fasislitas yang
tersedia atau yang dapat disediakan di sekolah.
2) Pemilihan format
Kegiatan pada tahap ini meliputi pemilihan format untuk mendesain
atau merancang isi pembelajaran, pemilihan strategi, pendekatan, metode
pembelajaran dan sumber belajar.
3) Perancangan awal
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah penulisan
perangkat pembelajaran, yang meliputi: (1) rencana pelaksanaan
50
pembelajaran dan (2) buku siswa. Semua perangkat yang akan dihasilkan
dalam tahap ini disebut draft awal.
c. Tahap pengembangan (develop)
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghasilkan draf perangkat
pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan masukan para ahli dan data
yang diperoleh dari hasil uji keterbacaan dan data hasil ujicoba. Kegiatan
yang akan dilakukan pada tahap ini adalah penilaian ahli, uji keterbacaan
dan simulasi dan uji coba di kelas XI IPA SMA Islam Athirah Makassar.
Stage III: Develop
Criterion-test construction
Initial design
Expert appraisal
Developmental testing
Gambar 3. Tahap Pengembangan dalam Model 4-D
(Sumber: Thiagarajan, dkk., 1974: 8)
Secara singkat masing-masing kegiatan pada tahap ini dijelaskan
sebagai berikut:
1) Penilaian ahli
Setelah semua perangkat draft awal selesai, pada tahap
perancangan, selanjutnya dilakukan penilaian (divalidasi) oleh beberapa
orang yang dipandang ahli (expert judgment). Yang dimaksud ahli dalam
hal ini adalah para validator yang berkompeten untuk melakukan penilaian
terhadap perangkat pembelajaran. Saran dari para validator digunakan
51
sebagai bahan untuk melakukan revisi perangkat hasil pengembangan
yang dilakukan pada tahap perancangan (draft awal). Secara umum
validasi ahli mencakup:
1. Isi dari perangkat pembelajaran, apakah isi dari
perangkat pembelajaran sesuai dengan materi, serta tujuan
yang akan diukur (validasi materi)?.
2. Bahasa: (1) apakah kalimat pada perangkat
pembelajaran menggunakan bahasa yang sesuai kaidah
bahasa indonesia?, (2) apakah kalimat pada perangkat
pembelajaran tidak menimbulkan penafsiran ganda?.
2) Uji keterbacaan dan simulasi RPP tertentu
Draft awal perangkat yang telah dikembangkan, lembar observasi
dan angket respon siswa dilakukan uji keterbacaan dan simulasi RPP
tertentu. Tujuan kegiatan ini untuk memperoleh masukan apakah semua
perangkat pembelajaran dan angket respon siswa dapat jelas dibaca dan
dipahami serta dapat dilaksanakan di lapangan. Pada kegiatan ini
dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Dipilih satu kelas, yaitu kelas XI IPA 1 SMA Islam
Athirah Makassar sebagai subjek uji keterbacaan dan simulasi
RPP tertentu. Pemilihan subjek ini dilakukan dengan
memperhatikan heterogenitas siswa di kelas ditinjau dari
kemampuan akademik dan jenis kelamin.
52
2. Seluruh siswa diminta untuk membaca seluruh isi
buku siswa dan lembar angket respon siswa.
3. Calon observer (pengamat) sebanyak dua orang
yang dipilih diminta untuk membaca dan mempelajari lembar
observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran, lembar
observasi aktivitas siswa, dan lembar observasi keterlaksanaan
perangkat perangkat (satu orang guru).
4. Peneliti melakukan simulasi terhadap satu atau dua
RPP di kelas XI IPA 1 SMA Islam Athirah Makassar, sedangkan
dua orang calon observer yang telah ditunjuk bertindak sebagai
pengamat.
5. Melakukan revisi terhadap perangkat
pembelajaran, lembar observasi dan angket respon siswa
berdasarkan masukan dari kegiatan di atas.
3) Uji coba perangkat pembelajaran
Uji coba perangkat pembelajaran dilapangan bertujuan untuk
memperoleh data atau masukan dari guru, siswa dan para pengamat
(observer) terhadap semua perangkat pembelajaran yang telah disusun
sebagai dasar untuk melakukan revisi (penyempurnaan) terhadap
perangkat pembelajaran tersebut. Bila tidak terjadi siklus maka hasil revisi
ini akan menjadi draft final. Subjek, pelaksanaan dan tujuan ujicoba
perangkat pembelajaran ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Subjek uji coba perangkat pembelajaran
53
Subjek uji coba perangkat pembelajaran adalah siswa Kelas XI
IPA SMA Islam Athirah Makassar. Pemilihan subjek ini
dilakukan dengan mempertimbangkan perbedaan kemampuan
fisika dan jenis kelamin siswa, sehingga terdapat
keseimbangan antara siswa laki-laki dan perempuan, serta
siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.
2. Pelaksanaan uji coba perangkat pembelajaran
Uji coba perangkat perangkat pembelajaran dilaksanakan pada
semester genap tahun pelajaran 2009/2010 dengan melibatkan
dua orang pengamat, satu orang guru mengamati aktivitas
siswa selama mengikuti proses pembelajaran dan satu guru
yang lain mengamati kemampuan guru mengelola
pembelajaran dan keterlaksanaan perangkat pembelajaran.
Sebagai guru model adalah peneliti sendiri.
3. Tujuan pelaksanaan uji coba perangkat
pembelajaran
Tujuan pelaksanaan uji coba perangkat (buku siswa dan
rencana pelaksanaan pembelajaran) adalah untuk mengetahui
kejelasan, keterbacaan perangkat pembelajaran dan untuk
melihat kesesuaian waktu yang direncanakan dalam RPP
dengan pelaksanaan di lapangan.
d. Tahap penyebaran (disseminate)
54
Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah
dikembangkan pada skala yang lebih luas, tetapi dalam penelitian ini
hanya sebatas sosialisasi atau penyebaran perangkat pembelajaran untuk
memperoleh masukan atau saran-saran yang dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam merevisi perangkat pembelajaran yang telah
dikembangkan. Hasil revisi pada tahap ini menghasilkan draft final
perangkat pembelajaran materi Kesetimbangan Benda Tegar.
Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian
ini dapat dilihat pada Gambar 5. sebagai berikut:
55
Analisis Awal-Akhir
Analisis Siswa
Analisis Materi
Analisis Tugas
Spesifikasi Tujuan Pembelajaran
Pemilihan Media
Pemilihan Format
Perancangan Awal Perangkat Pembelajaran Draft Awal
Validasi AhliAnalisis Data Hasil ValidasiValid?
Revisi 1
Uji Keterbacaan + Simulasi
Tidak
YaAda revisi
?Revisi 2
Tidak
Ya
Ujicoba
Analisis Data Hasil UjicobaPraktis,
efektif? Revisi n, n 3
Penyebaran Pada Guru-guru Ada
revisi?
Revisi n + 1
Darft Final
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Gambar 4. Modifikasi model pengembangan perangkat pembelajaran 4-D Thiagarajan
Keterangan : : Urutan Kegiatan : Hasil Kegiatan : Jenis Kegiatan
Analisis Awal-Akhir
Analisis Siswa
Analisis Materi
Analisis Tugas
Spesifikasi Tujuan Pembelajaran
Pemilihan Media
Pemilihan Format
Perancangan Awal Perangkat Pembelajaran Draft Awal
Validasi AhliAnalisis Data Hasil ValidasiValid?
Revisi 1
Uji Keterbacaan + Simulasi
Tidak
YaAda revisi
?Revisi 2
Tidak
Ya
Ujicoba
Analisis Data Hasil UjicobaPraktis,
efektif? Revisi n, n 3
Penyebaran Pada Guru-guru Ada
revisi?
Revisi n + 1
Darft Final
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Gambar 4. Modifikasi model pengembangan perangkat pembelajaran 4-D Thiagarajan
Keterangan : : Urutan Kegiatan : Hasil Kegiatan : Jenis Kegiatan
Hasil pengembangan menghasilkan naskah final (draft final)
sedangkan untuk tahap penyebaran (disseminate) berupa sosialisasi
kepada guru-guru fisika, melalui musyawarah guru mata pelajaran
(MGMP) Fisika kota Makassar, untuk memperoleh masukan dan saran-
saran sebagai bahan pertimbangan dalam merevisi perangkat
pembelajaran yang dikembangkan. Penyebaran perangkat pembelajaran
secara luas belum dapat dilakukan mengingat keterbatasan waktu dan
biaya peneliti.
4. Pengembangan instrumen
Untuk mengukur apakah perangkat yang akan digunakan valid,
praktis dan efektif dalam penelitian ini, maka dikembangkan instrumen-
instrumen yaitu: (a) lembar validasi perangkat pembelajaran, (b) lembar
observasi, (c) angket respon siswa, dan (d) tes penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran (tes hasil belajar).
56
a. Instrumen validasi perangkat pembelajaran
Jenis instrumen yang akan dikembangkan untuk menilai kevalidan
perangkat yang telah disusun adalah lembar validasi perangkat
pembelajaran. Masing-masing perangkat pembelajaran akan dibuatkan
lembar validasi yang nantinya akan digunakan oleh para ahli dan praktisi
untuk menilai perangkat yang telah disusun. Indikator yang akan dinilai
dari masing-masing perangkat adalah: (1) format penulisan, (2) Bahasa,
(3) Isi, dan (4) manfaat/kegunaan. Masing-masing indikator akan
dikembangkan lagi indikatornya dengan mengikuti kriteria perangkat
pembelajaran yang baik. Penilaian ahli dan praktisi terhadap perangkat
pembelajaran terdiri dari 4 kategori, yaitu sangat kurang (nilai 1), kurang
(nilai 2), baik (nilai 3), dan baik sekali (nilai 4).
b. Instrumen kepraktisan perangkat pembelajaran
Jenis instrumen yang akan dikembangkan untuk menilai
kepraktisan perangkat yang telah disusun adalah lembar observasi
keterlaksanaan perangkat pembelajaran. Lembar observasi ini disusun
untuk melihat tingkat kepraktisan perangkat pembelajaran yang telah
disusun. Adapun aspek yang akan dinilai yaitu: (1) komponen sintaks, (2)
interaksi sosial, dan (3) prinsip reaksi. Aspek pengamatan yang akan
dikembangkan pada setiap aspek dapat dilihat pada Tabel 3. di bawah.
Penilaian dilakukan untuk melihat apakah ada, sebagian ada, dan tidak
ada.
Tabel 3. Aspek keterlaksanaan perangkat
57
Aspek Aspek pengamatan
1) K
omponen
Sintaks
Fase menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa.
Fase mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan
Fase membimbing pelatihan
Fase mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik
Fase Memberikan kesempatan untuk pelatihan
lanjutan dan penerapan
Lanjutan Tabel 3. Aspek keterlaksanaan perangkat
Aspek Aspek pengamatan
2) In
teraksi sosial
Interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan
guru dalam mempersiapkan diri dalam belajar.
Keaktifan siswa bertanya/menjawab terhadap
informasi yang disampaikan oleh guru dan
masalah yang ditemukan pada buku siswa
Keaktifan siswa dalam menyelesaikan masalah
dan memberikan/meminta bantuan dalam
menyelesaikan suatu masalah (soal) pada buku
siswa
Keaktifan siswa dalam menyelesaikan latihan
lanjutan yang diberikan dalam buku siswa
Keaktifan siswa untuk bertanya mengenai
masalah yang diberikan pada tugas mandiri pada
buku siswa
a. Pr
insip reaksi
Guru membangkitkan motivasi siswa,
menciptakan suasana yang nyaman untuk belajar,
dan menyediakan sumber belajar yang sesuai
dengan rencana pembelajaran
58
Guru meyampaikan informasi tahap demi
tahap (terstruktur) dalam menyelesaikan masalah
(soal) yang sesuai dengan isi buku siswa
Guru membimbing siswa dalam menyelesaikan
atau memecahkan masalah pada buku siswa
Guru mengecek pemahaman siswa dengan
pemberian latihan lanjutan dalam buku siswa dan
memberikan umpan balik
Guru memberikan latihan mandiri dan
terstruktur yang terdapat pada buku siswa
c. Instrumen keefektifan penggunaan perangkat
Jenis instrumen yang akan dikembangkan untuk menilai keefektifan
penggunaan perangkat pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran
adalah: (1) tes hasil belajar, (2) lembar observasi aktivitas siswa,
(3) lembar observasi pengelolaan pembelajaran, dan (4) angket respon
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Keempat instrumen tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
1) Tes hasil belajar
Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang
telah diajarkan, guru perlu menyusun suatu tes yang berdasarkan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Tes itu kemudian diberikan ke siswa.
Penskoran hasil tes siswa menggunakan skala bebas yang tergantung
dari bobot butir soal tersebut
2) Lembar observasi aktivitas siswa
59
Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas
siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Pada lembar observasi aktivitas siswa pengamat menuliskan
nomor-nomor kategori aktivitas siswa yang dominan muncul saat kegiatan
pembelajaran berlangsung dalam selang waktu 5 menit. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaring semua jenis aktivitas siswa yang mungkin
selama proses pembelajaran di kelas. Adapun indikator yang akan diamati
adalah:
1. Mempersiapkan alat tulis menulis, dan diri
untuk mengikuti pelajaran
2. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan
guru/teman mengenai tujuan pembelajaran
3. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan
guru/teman mengenai pembahasan materi setahap demi
setahap
4. Membaca/memahami konsep, penjelasan, dan
masalah yang terdapat dalam buku siswa
5. Menyelesaikan masalah dalam buku siswa
melalui bantuan guru/teman
6. Bertanya/menyampaikan pendapat/ide kepada
teman/guru
7. Menyelesaikan masalah secara mandiri dalam
buku siswa, dan
60
8. Perilaku yang tidak relevan deng KBM, yaitu
percakapan di luar pembelajaran, berjalan-jalan di luar
kelompoknya, mengerjakan sesuatu di luar topik pembelajaran.
3) Lembar observasi pengelolaan pembelajaran
Lembar ini digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan perangkat
model pengajaran langsung. Penilaian pengelolaan pembelajaran di
dasarkan pada indikator-indikator seperti dalam Tabel 3. di bawah ini,
kriteria ini akan dinilai apakah terlaksana atau tidak. Kriteria
keterlaksanaan terdiri dari 4 kriteria penilaian, yaitu: 1 = tidak baik, 2 =
kurang baik, 3 = baik, dan 4 = sangat baik.
Tabel 4. Aspek pengelolaan pembelajaran
Kegiatan Belajar Mengajar
Aspek pengamatan
b. Kegiat
an Awal
Kemampuan mengkomunikasikan tujuan
pembelajaran.
Kemampuan menghubungkan antara
pelajaran saat itu dengan pelajaran
sebelumnya
Kemampuan memberikan motivasi
c. Kegiat
an Inti
Kemampuan menginformasikan langkah-
langkah pembelajaran
Kemampuan mengarahkan siswa
terhadap satu masalah yang dibahas
Kemampuan menjelaskan tahap demi
tahap dalam menyelesaian suatu masalah
61
(soal)
Kemampuan mengarahkan siswa untuk
menemukan cara menjawab dan jawaban
suatu masalah (soal) dengan memberikan
bantuan terbatas
Kemampuan mengarahkan siswa untuk
menemukan sendiri dan menarik
kesimpulan tentang konsep/prosedur
matematika
Kemampuan mendorong siswa untuk
membandingkan jawaban satu siswa
dengan siswa yang lain
Kemampuan mendorong siswa untuk
mau bertanya, mengeluarkan pendapat atau
menjawab pertanyaan
Lanjutan Tabel 4. Aspek pengelolaan pembelajaran
Kegiatan Belajar Mengajar
Aspek pengamatan
d. Kegiat
an Akhir
Kemampuan memberikan penghargaan
Kemampuan memberikan tugas mandiri
(PR)
Kemampuan menyampaikan materi yang
akan dipelajari pada pertemuan berikutnya
Suasan Kelas Siswa antusias
Guru antusias
Kegiatan sesuai alokasi waktu
Kegiatan sesuai skenario pada RPP
4) Angket respon siswa
62
Angket ini, digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang
respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran dan perangkat
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik.
Data ini akan dikumpulkan dengan menggunakan angket yang diberikan
kepada siswa. Siswa memberikan tanda cek list () pada kolom yang
tersedia untuk setiap pertanyaan yang diajukan. Angket tersebut diberikan
kepada siswa pada akhir kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
instrumen yang telah disediakan.
Angket respon siswa yang akan digunakan adalah angket resspon
siswa terhadap buku siswa, dan respon siswa terhadap pelaksanaan
pembelajaran model pengajaran langsung.
5. Teknik pengumpulan data
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a. Data hasil validasi ahli
Untuk memperoleh data validasi ahli dilakukan penyebaran
perangkat pembelajaran yang telah dirancang kepada dua orang ahli
(validator) untuk dinilai dan diberi masukan berupa saran-saran dan
kritikan. Penilaian dari validator menggunakan lembar validasi.
b. Data hasil belajar
Untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa diberikan tes
kepada siswa setelah pelaksanaan pembelajaran. Tes yang diberikan
63
adalah tes hasil belajar yang disusun dan telah direvisi berdasarkan
validasi beberapa ahli dan uji keterbacaan.
c. Data aktivitas siswa
Untuk memperoleh data aktivitas siswa dalam pembelajaran
dilakukan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas
siswa selama mengikuti proses pembelajaran yang telah direvisi
berdasarkan penilaian, koreksi dan saran perbaikan dari para ahli
(validator). Pengamat menuliskan nomor-nomor kategori aktivitas siswa
yang dominan muncul dalam setiap 5 menit berlangsung (3 menit
mengamati, 2 menit menulis nomor kategori) mulai dari awal hingga
berakhirnya proses pembelajaran di kelas.
d. Data kemampuan guru mengelola pembelajaran
Untuk memperoleh data tentang kemampuan guru mengelola
pembelajaran, dilakukan pengamatan dengan menggunakan lembar
observasi pengelolaan pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan
penilaian, koreksi dan saran perbaikan dari para ahli (validator).
Pengamatan dilakukan oleh satu orang guru pengamat dari awal hingga
berakhirnya proses pembelajaran. Pengamat menuliskan kategori-kategori
skor yang muncul dengan menggunakan tanda cek () pada lembar
observasi pengelolaan pembelajaran.
e. Data respon siswa
64
Untuk memperoleh data respon siswa terhadap pembelajaran
matematika dengan pendekatan realistik menggunakan angket respon
siswa yang telah direvisi berdasarkan penilaian, koreksi dan saran
perbaikan dari para ahli (validator). Angket respon siswa diberikan kepada
seluruh siswa yang menjadi subjek penelitian. Pemberian angket tersebut
dilakukan setelah berakhirnya seluruh proses pembelajaran.
6. Teknik analisis data ujicoba
Sesuai dengan tujuan utama penelitian ini adalah untuk
menghasilkan perangkat model pengajaran langsung untuk materi
kesetimbangan benda tegar siswa yang valid, praktis dan efektif, maka
analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis untuk
memperbaiki sekaligus merevisi sebelum dilakukan uji coba
pengembangan sebagaimana akan dijelaskan secara singkat berikut ini.
a. Analisis data validasi ahli
Data hasil validasi para ahli untuk masing-masing perangkat
pembelajaran dianalisis. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam proses
analisis data kevalidan perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Melakukan rekapitulasi hasil penilaian ahli ke dalam tabel
yang meliputi: (a) aspek (Ai), (b) kriteria (Ki), (c) hasil penilaian
validator (Vji);
65
2. Mencari rerata hasil penilaian ahli untuk setiap kriteria
dengan rumus: , dengan:
iK = rerata kriteria ke-i
jiV = skor hasil penilaian terhadap kriteria ke-i oleh penilai ke-j
n = banyaknya penilai
3. Mencari rerata tiap aspek dengan rumus:
1
n
ij
ji
K
An
, dengan:
iA = rerata aspek ke-i
jiK = rerata unntuk aspek ke-i kriteria ke-j
n = banyaknya kriteria dalam aspek ke-i
4. Mencari rerata total ( X ) dengan rumus:
1
n
i
i
AX
n , dengan :
X = rerata total
iA = rerata aspek ke-i
n = banyaknya aspek
5. Menentukan kategori validitas setiap kriteria iK atau rerata
aspek iA atau rerata total X dengan kategori validasi yang
telah ditetapkan;
66
6. Kategori validitas Nurdin (dalam Sahid, 2009:176) sebagai
berikut:
3,5 4M sangat valid
2,5 3,5M valid
1,5 2,5M cukup valid
1,5M tidak valid
M = iK untuk mencari validitas setiap kriteria
M = iA untuk mencari validitas setiap aspek
M = X untuk mencari validitas keseluruhan aspek
Kriteria yang digunakan untuk menyatakan perangkat
pembelajaran memiliki derajat validitas yang memadai adalah nilai rata-
rata validitas untuk keseluruhan aspek minimal berada pada kategori
cukup valid dan nilai validitas untuk setiap aspek minimal berada dalam
kategori valid. Jika tidak memenuhi kriteria tersebut, maka perlu dilakukan
revisi berdasarkan saran dari para validator atau dengan melihat kembali
aspek-aspek yang nilainya kurang.
b. Aktivitas siswa
Data hasil pengamatan aktivitas siswa meliputi menghitung
frekuensi rata-rata aspek tiap pertemuan dilakukan dengan cara
menjumlahkan frekuensi aspek yang dimaksud dibagi banyak siswa yang
diamati dan menghitung persentase aspek tiap pertemuan
67
Kriteria batas efektivitas aktivitas siswa untuk setiap aspek dapat
dilihat pada Tabel 5. berikut ini:
Tabel 5. Kriteria efektivitas aktivitas siswa
Aspek pengamatanWaktu ideal (%)
Kriteria batasan efektif
(%) Mendengarkan/memperhatikan
penjelasan tujuan pembelajaran
5 0 % P 10 %
Memperhatikan dengan seksama
penjelasan guru tahap demi tahap dan
aktif bertanya/menjawab
30 25 % P 35
%
Melakukan latihan singkat dan
bermakna melalui bimbingan dan contoh
40 35 % P 45
%
Melakukan latihan lanjutan sendiri
tanpa bimbingan.
20 15 % P 25
%
Mempersiapkan diri menyelesaikan
tugas mandiri
5 0 % P 10 %
c. Kemampuan guru mengelola pembelajaran
Kriteria batas efektivitas guru dalam mengelola pembelajaran untuk
setiap tahap dilsajikan pada Tabel 6. berikut ini:
Tabel 6. Kriteria efektivitas guru mengelola pembelajaran
Aspek pengamatanWaktu ideal (%)
Kriteria batasan efektif
(%) Menjelaskan indikator pencapaian
hasil belajar, mempersiapkan siswa untuk
belajar.
5 0 % P 10 %
Menyatakan indikator pencapaian
hasil belajar pada satu ide pokok,
30 25 % P 35
68
mempersentasekan selangkah demi
selangkah, dan mengecek pemahaman
terhadap setiap penjelasan.
%
Menugasi siswa latihan singkat dan
bermakna, melakukan bimbingan
langsung, dan memberikan pengulangan
latihan untuk memastikan penguasaan
konsep.
40 35 % P 45
%
Mengecek pemahaman siswa dengan
latihan lanjutan, memberikan umpan balik.
20 15 % P 25
%
Memberikan latihan mandiri untuk
diselesaikan dirumah atau di kelas.
5 0 % P 10 %
Penilaian dilakukan untuk mengetahui kemampuan guru dalam
mengelola kegiatan pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan atau
observasi Kegiatan yang dilakukan guru setiap pertemuan dihitung
dengan cara menjumlahkan nilai setiap aspek kemudian membaginya
dengan banyaknya aspek yang dinilai. Untuk pengkategoriannya menurut
Nurdin (dalam Sahid, 2009:179) digunakan kategori pada Tabel 7. berikut
ini:
Tabel 7. Kategori kemampuan guru mengelola pembelajaran
Tingkat Kemampuan Guru (TKG) Kriteria
0,00 TKG <1,00 Tidak Baik
1,00 TKG < 2,00 Kurang
2,00 TKG < 3,00 Cukup
3,00 TKG < 4,00 Baik
TKG = 4,00 Sangat Baik
69
d. Lembar pengamatan keterlaksanaan perangkat pembelajaran
Kegiatan yang dilakukan dalam proses analisis data keterlaksanaan
perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Melakukan rekapitulasi hasil pengamatan
keterlaksanaan perangkat pembelajaran yang meliputi: (1)
aspek (Ai), (2) kriteria (Ki);
2. Mencari rerata setiap aspek pengamatan
setiap pertemuan dengan rumus: 1
n
ij
jmi
K
An
, dengan:
miA = rerata aspek ke-i pertemuan ke-m
iK = hasil pengamatan untuk aspek ke-i kriteria ke-j
n = banyaknya kriteria dalam aspek ke-i
3. Mencari rerata tiap aspek pengamatan untuk t
kali pertemuan dengan rumus:
1
t
mi
mi
AA
t , dengan:
iA = rerata aspek ke-i
miA = rerata unntuk aspek ke-i pertemuan ke-m
4. Mencari rerata total ( X ) dengan rumus:
1
n
i
i
AX
n , dengan :
70
X = rerata total,
iA = rerata aspek ke-i,
n = banyaknya aspek.
5. Menentukan kategori keterlaksanaan setiap
aspek atau keseluruhan aspek dengan mencocokkan rerata
setiap aspek iA atau rerata total X dengan kategori yang
telah ditetapkan;
6. Kategori keterlaksanaan setiap aspek atau
keseluruhan aspek keterlaksanaan perangkat Nurdin (dalam
Sahid, 2009:180):
1,5 2M terlaksana seluruhnya
0,5 1,5M terlaksana sebagian
0,0 0,5M tidak terlaksana
Keterangan:
M = iA untuk mencari keterlaksanaan setiap aspek
M = X untuk mencari keterlaksanaan keseluruhan aspek
Kriteria yang digunakan untuk memutuskan bahwa perangkat
pembelajaran memiliki derajat keterlaksanaan yang memadai adalah nilai
X dan iA minimal berada dalam kategori terlaksana sebagian. Jika nilai
M berada di dalam ketegori lainnya, maka perlu dilakukan revisi dengan
melihat kembali aspek-aspek yang nilainya kurang.
e. Data respon siswa terhadap pembelajaran.
71
Data tentang respon siswa diperoleh dari angket respon siswa
terhadap kegiatan pembelajaran, dan selanjutnya dianalisis dengan
persentase. Kegiatan yang dilakukan untuk menganalisis data respons
siswa adalah:
1. Menghitung banyaknya siswa yang memberi respons positif
sesuai dengan aspek yang ditanyakan, kemudian menghitung
persentasenya.
2. Menentukan kategori untuk respons positif siswa dengan
cara mencocokkan hasil persentase dengan kriteria yang
ditetapkan.
3. Jika hasil analisis menunjukkan bahwa respons siswa belum
positif, maka dilakukan revisi terhadap perangkat yang tengah
dikembangkan.
Kriteria yang ditetapkan untuk mengatakan bahwa para siswa
memiliki respons positif terhadap buku siswa adalah lebih dari 50% dari
mereka memberi respons positif terhadap minimal 70% jumlah aspek yang
ditanyakan. Respons positif siswa terhadap pembelajaran dikatakan
tercapai apabila kriteria respons positif siswa untuk aspek buku siswa dan
LKS terpenuhi.
f. Analisis tes penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
Data mengenai tes penguasaan fisika siswa dianalisis secara
kuantitatif. Untuk analisis data secara kuantitatif digunakan statistik
deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan pemahaman materi fisika siswa
72
setelah dilakukan pembelajaran. Kemampuan siswa dapat dikelompokkan
dalam skala lima berdasarkan teknik kategorisasi standar yang ditetapkan
oleh departemen pendidikan dan kebudayaan (Depdikbud, 1999) yaitu:
1. Kemampuan 85% - 100% atau skor 85 - 100
dikategorikan sangat tinggi
2. Kemampuan 65% - 84% atau skor 65 – 84
dikategorikan tinggi
3. Kemampuan 55% - 64% atau skor 55 – 64
dikategorikan sedang
4. Kemampuan 35% - 44% atau skor 35 – 44
dikategorikan rendah
5. Kemampuan 0% - 34% atau skor 0 – 34
dikategorikan sangat rendah
J. Jadwal Penelitian
Adapun jadwal pelaksanaan penelitian ini di uraikan seperti pada
Tabel 8.
Tabel 8. Jadwal penelitian yang akan dilakukan
No Tahap Kegiatan PenelitianPelaksanaan Bulan Ke
…Ket.
1 2 3 4 5 61 Persiapan
- Penyusunan
proposal
- Pelaksanaan
seminar propo-sal
X X
X
X X
73
- Perbaikan / revisi
proposal
- Pengurusan izin
penelitian
- Penyusunan
instrumen pembe-lajaran
- Pengujicobaan
instrumen
X
X X
X
2 Pengumpulan data X X X
3 Penyusunan dan analisis data X X
4 Pelaksanaan seminar hasil peneli-
tian
X
5 Penyusunan laporan penelitian X X
6 Perbaikan laporan peneli-tian X
7 Penyajian Laporan (Uji Tesis) X X
K. Rencana Biaya Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini akan direcanakan dengan biaya
penelitian seperti pada Tabel 9.
Tabel 9. Rincian biaya penelitian
No Perincian Biaya Biaya (Rp)
1 Biaya persiapan 2.500.000,00
2 Biaya pengumpulan data 4.500.000,00
3 Biaya pengolahan dan Analisis data 750.000,00
4 Biaya penyusunan proposal 1.000.000,00
5 Biaya seminar hasil 2.000.000,00
74
6 Biaya perbaikan dan penggandaan hasil
penelitian
2.000.000,00
JUMLAH 12.750.000,00
L. Daftar Pustaka
Agus Martawijaya, M. 2004. Dasar-Dasar Pendidikan MIPA (Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional Melalui Program SP4 Tahun 2004 Jurusan Fisika). Makassar: Jurusan Fisika FMIPA UNM Makassar
Ahmad Sabri. 2007. Strategi Belajar Mengajar & Mikroteaching. Padang: Quantum Teaching.
Depdikbud.1999. Penelitian Tindakan. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. 2007. Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta.
Badan Standar Nasinal Pendidikan. 2007. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Hamzah B. Uno. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
______. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan, J.J. & Moedjiono. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Khaeruddin. dan Eko H. Sujiono. 2005. Pembelajran Sains (IPA) Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Margono, S. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Muhammad Natsir. 2004. Strategi Pembelajaran Fisika (dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional Melalui Program SP4 tahun 2004 Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar). Makassar: Jurusan Fisika FMIPA UNM Makassar
75
Mukhtar & Martinus Yasmin. 2001. Metode Pembelajaran yang Berhasil. Jakarta: Sasama Mitra Suksesa.
Nana S.1998. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Nasution, S. 2009. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo.
Oemar, H. 2008. Perencanaan Pengajaran berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Ratna, W, D,. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Sahid. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Aritmetika Sosial dengan Pendekatan Realistik Setting Kooperatif di Kelas VII SMP. Tesis tidak diterbitkan. Makassar: PPs UNM
Suharsimi Arikunto. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara
Thiagarajan, S. Semmel, DS. Semmel, M. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. A Sourse Book. Blomington: Central for Innovation on Teaching The Handicapped.
Tim Instruktur Jurusan Matematika. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Assesmen Pembelajaran Matematika (Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 24). Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Berorientasi konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritis-praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka
______. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
______. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana
76
Yohannes Surya. 2006. Fisika Itu Mudah untuk SMU Kelas XII. Jakarta: PT. Sumber Daya MAIPA.
Zuhdan K. Prasetyo dkk. 2004. Kapita Selekta Pembelajaran Fisika (Buku Materi Pokok Modul 1-12). Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
77