Proposal Jadi

109
A. Judul Penelitian “Pengembangan Perangkat Model Pengajaran Langsung untuk materi Kesetimbangan Benda Tegar di Kelas XI IPA SMA Islam Athirah Makassar” B. Latar Belakang Penelitian Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang didasarkan pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 22, dan 23 Tahun 2006 tentang standar isi dan standar kompetensi lulusan dan pemberlakuan UU Republik Indonesia No. 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah, memberikan kewewenang kepada satuan pendidikan untuk menyusun kurikulumnya sendiri yang harus mengacu pada standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) suatu satuan 1

Transcript of Proposal Jadi

Page 1: Proposal Jadi

A. Judul Penelitian

“Pengembangan Perangkat Model Pengajaran Langsung untuk

materi Kesetimbangan Benda Tegar di Kelas XI IPA SMA Islam Athirah

Makassar”

B. Latar Belakang Penelitian

Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

didasarkan pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,

Permendiknas No. 22, dan 23 Tahun 2006 tentang standar isi dan standar

kompetensi lulusan dan pemberlakuan UU Republik Indonesia No. 32

tahun 2004 tentang otonomi daerah, memberikan kewewenang kepada

satuan pendidikan untuk menyusun kurikulumnya sendiri yang harus

mengacu pada standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidik

dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,

pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara

berencana dan berkala. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

suatu satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun dan

dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.

Setiap satuan pendidikan diberikan kewenangan untuk

merencanakan desain pembelajarannya sendiri diantaranya adalahi

silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, dalam

mendukung pelaksanaan pembelajaran di kelas diperlukan bahan ajar

yang relevan dengan materi pembelajaran yang terdapat dalam silabus

1

Page 2: Proposal Jadi

dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan bahan ajar

diharapkan dapat dilakukan oleh guru dengan mempertimbangkan kondisi

kemampuan siswa, sarana pendukung belajar siswa, dan hal lain yang

dapat mempengaruhi siswa dalam mempelajari materi.

Silabus dan RPP merupakan dokumen perencanaan pembelajaran

dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Dengan adanya dokumen

perencanaan ini, guru dapat mengetahui tujuan yang ingin dicapai,

strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, dan sumber

daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini sesuai

dengan pendapat Terry (dalam Sanjaya, 2008:24) yang mengatakan

bahwa perencanaan itu pada dasarnya adalah penetapan pekerjaan yang

harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan, dan pendapat Ely dan Kaufman (dalam Sanjaya, 2008:24)

yang mengatakan bahwa perencanaan pada dasarnya adalah proses

berpikir untuk menetapkan tujuan dan cara yang paling efektif dan efisien

untuk mencapai hasil yang diharapkan.

Clark (dalam Sudjana, 1987:39) mengemukakan bahwa hasil

belajar siswa di sekolah, 70 persen dipengaruhi oleh kemampuan siswa

dan 30 persen dipengaruhi oleh lingkungan. Di samping kemampuan yang

dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan

perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor

fisik dan psikis. Sungguhpun demikian, hasil yang dapat diraih masih juga

bergantung dari lingkungan. Artinya, ada faktor-faktor yang berada di luar

2

Page 3: Proposal Jadi

dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang

dicapai, salah satunya adalah kualitas pengajaran. Yang dimaksud

dengan kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya

proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Hal ini

sejalan dengan teori belajar di sekolah (theory of school learning) dari

Bloom (dalam Sudjana, 1987:40) yang mengatakan bahwa ada tiga

variabel utama dalam teori belajar disekolah yaitu, karakteristik individu,

kualitas pengajaran dan hasil belajar siswa.

Kedua faktor di atas (kemampuan siswa dan kualitas

pembelajaran) mempunyai hubungan berbanding lurus dengan hasil

belajar siswa. Artinya, makin tinggi kemampuan siswa dan kualitas

pengajaran, makin tinggi pula hasil belajar siswa. Khusus untuk kualitas

pembelajaran, guru merupakan salah satu yang diduga mempengaruhi

kualitas pembelajaran, karena guru adalah sutradara dan sekaligus aktor

dalam proses pengajaran. Pendapat ini sesuai dengan hasil penelitian

Sudjana (dalam Sudjana, 1987:42) yang menunjukkan bahwa 76,6 persen

hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kompetensi guru, dengan rincian;

kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32,43 persen,

penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,58 persen, dan

sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60 persen.

Menurut Sanjaya (2006:52) keberhasilan pelaksanaan sistem

pembelajaran dalam dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu guru, siswa,

sarana, alat media yang tersedia, dan lingkungan belajar. Beberapa faktor

3

Page 4: Proposal Jadi

ini merupakan kunci keberhasilan dalam pembelajaran, dimana faktor

yang satu dengan yang lainnya saling mendukung, berpengaruh dan tidak

dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran.

Faktor guru, seperti guru harus dapat merencanakan pembelajaran

yang berorientasi untuk membelajarkan siswa, penguasaan materi ajar

yang baik, penggunaan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan

karakter siswa, dan teknik mengevaluasi hasil pembelajaran dapat menilai

apa yang seharusnya dinilai pada siswa merupakan faktor-faktor sangat

penting yang harus dimiliki dan dilaksananakan dengan baik oleh guru.

Faktor siswa seperti, latar belakang pribadi, kemampuan dasar, kebiasaan

belajar, motivasi belajar, dan minat belajar setiap siswa merupakan faktor

yang sangat penting diketahui oleh guru terutama dalam hal perencanaan

dan pelaksanaan pembelajaran. Faktor lingkungan belajar seperti,

lingkungan sekolah dalam hal ini adalah ketersediaan sarana dan

prasarana pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran, lingkungan

keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan pribadi pribadi siswa

merupakan faktor yang harus dapat mendukung dalam proses belajar

siswa tersebut.

Dalam pelaksanaannya, praktik pembelajaran yang terjadi di

sebagian besar sekolah khususnya dalam hal perencaaan, guru telah

memiliki sejumlah perangkat pembelajaran seperti silabus, rencana

pelaksanaan pembelajaran, dan buku paket. Ketersediaan perangkat ini

tentunya sudah dapat mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran di

4

Page 5: Proposal Jadi

kelas, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat banyak ketimpangan

dari tujuan yang diharapkan.

Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

dimiliki sebagian besar guru hanya merupakan hasil copy dari guru lain,

instruktur atau hasil download melalui internet. Silabus dan RPP yang

dimiliki tidak dikembangkan sebagaimana dalam PP Republik Indonesia

No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 17 dan

pasal 20 yaitu sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite

madrasah, pengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan

silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar

kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang

bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK,

dan departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama

untuk MI. MTs, MA, dan MAK dan mengembangkan perencanaan proses

pembelajaran yang meliputi silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,

materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil

belajar.

Dengan demikian perencanaan berupa silabus dan RPP yang ada

selama ini, sebenarnya tidak dikembangkan, hal ini tentunya akan

berdampak kurang baik pada pelaksanaan pembelajaran di kelas. Untuk

memperbaiki kondisi itu, maka seorang guru harus dapat menyusun atau

5

Page 6: Proposal Jadi

mengembangkan silabus dan RPP sendiri untuk digunakan di sekolah

masing-masing.

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk

membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

dikelas, bahan yang dimaksud dapat berupa tertutlis maupun bahan yang

tidak tertulis. Bahan ajar yang dimiliki oleh guru sebagian besar adalah

media presentasi, buku paket (buku siswa), dan lembar kerja siswa. Buku

paket (buku siswa) dan lembar kerja siswa (LKS) secara umum yang

digunakan sebagian besar adalah buku mata pelajaran dan lembar kerja

dari penerbit, yang dalam pengembangannya tidak memperhatikan

karakter, kemampuan dasar, cara belajar, motivasi belajar, dan minat

belajar setiap siswa di sekolah tersebut. Sehingga, buku paket dan LKS

tersebut tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk memperbaiki

keadaan tersebut guru dituntut untuk dapat menyusun buku siswa dan

LKS untuk digunakan sendiri, karena yang paling mengetahui apa yang

diperlukan siswa untuk belajar adalah guru yang mengajar. Buku paket

dan LKS yang sudah ada, adalah referensi yang dapat digunakan dalam

menyusun buku siswa dan LKS untuk digunakan di sekolah tersebut.

Hal lain yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan

adalah bagaimana menilai hasil pembelajaran yang telah dicapai oleh

siswa. Prinsip dasar penilian adalah menilai apa yang seharusnya dinilai

dengan alat ukur yang sesuai. Penilaian adalah proses sistematis meliputi

pengumpulan informasi (angka, deskripsi (verbal), analisis, interpretasi

6

Page 7: Proposal Jadi

informasi untuk membuat keputusan, proses pengumpulan penggunaan

informasi oleh guru melalui sejumlah bukti untuk membuat keputusan

tentang pencapaian hasil belajar/kompetensi siswa.

Teknik dasar atau cara dalam melakukan penilaian dapat berupa

unjuk kerja, penugasan, hasil keja, tertulis, portofolio, sikap, dan penilaian

diri. Tes tertulis adalah salah satu yang selalu digunakan dalam menilai

hasil belajar siswa, tes tertulis ini biasanya disebut tes hasil belajar (THB).

Penyusunan tes ini dimulai dengan menetapkan indikator, memetakan SK,

KD, dan indikator, menetapkan teknik penilaian dan terakhir adalah

membuat alat penilaian. Tes yang telah di kembangkan harus memenuhi

kriteria valid dan reliabel. Pengembangan tes hasil belajar oleh guru

sebagian besar disusun setelah semua proses pembelajaran yang akan

dinilai ketercapaiannya pada siswa selesai dilaksanakan. Seharusnya

pengembangan tes hasil belajar dilakukan pada saat merencakan

pembelajaran, hal ini untuk menyesuaikan antara perencanaan

pembelajaran, proses pembelajaran, dan apa yang seharusnya dinilai dari

hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. Untuk itu seorang guru harus

menyusun tes hasil belajar (THB) bersamaan dengan penyusunan

perangkat pembelajaran yang lain.

Dalam pelaksanaan pembelajaran sebagian besar guru mengajar

tanpa menggunakan perangkat yang telah direncakanakan, sehingga ada

kecenderungan pembelajaran yang berlangsung tidak terencana dengan

baik. Guru menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode

7

Page 8: Proposal Jadi

ceramah atau ekspositori, sesuai dengan apa yang dipikirkan pada saat

itu, sementara siswa mencatatnya pada buku catatan. Dalam proses

pembelajaran yang demikian, guru dianggap berhasil apabila dapat

mengelola kelas sedemikian rupa sehingga siswa tertib dan tenang

mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran dianggap

sebagai proses penyampaian fakta-fakta kepada siswa. Guru sendiri

merasa belum mengajar kalau tidak menjelaskan materi pelajaran kepada

siswa, ada anggapan bahwa guru yang baik adalah guru yang menguasai

bahan, dan selama proses belajar mengajar mampu menyampaikan

materi tanpa melihat buku pelajaran. Guru yang baik adalah guru yang

selama proses belajar mengajar dapat menguasai kelas dan berceramah

dengan suara yang lantang.

Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab dari kondisi di

atas. Pertama, model pembelajaran tersebut diwariskan secara tidak

langsung oleh tenaga pendidik sebelumnya, padahal kondisi peserta didik,

fasilitas belajar dan lingkungan belajar yang dihadapi sekarang ini sudah

jauh berbeda. Pada saat itu, program komputer belum dikenal, fasilitas

laboratorium sangat minim, dan pengaruh lingkungan peserta didik seperti

radio, televisi, surat kabar, internet, tempat hiburan, alat komunikasi yang

masih minim.

Kedua, faktor kemudahan mengajar, yaitu mengajar tanpa

menggunakan model pembelajaran yang jelas, menyampaikan materi

sesuai dengan apa yang dipikirkan, arah dan tujuan pembelajaran yang

8

Page 9: Proposal Jadi

tidak tertata dengan teratur dan baik, ini terjadi karena pembelajaran ini

model ini paling mudah dilaksanakan dan pelaksanaannya tidak

memerlukan persiapan yang bagus.

Ketiga, karakter pendidik dan peserta didik yang sudah jauh

berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan suatu model

pembelajaran melalui metode, pendekatan, startegi, dan teknik tertentu

yang dapat membuat pembelajaran menjadi berkualitas dan terarah pada

tujuan yang jelas. Untuk itu pemilihan pendekatan, metode, strategi, dan

teknik yang digunakan harus dipikirkan secara mendalam oleh guru,

karena sebaik-baiknya perangkat yang digunakan jika cara menyampaian

dan pengelolaan dalam pembelajaran tidak baik, maka hasil yang

diharapkan tidak akan tercapai.

Ditinjau dari jumlah pelajaran, diantara sekian banyak mata

pelajaran yang diberikan, pelajaran fisika yang masih terasa sulit untuk

dipahami. Untuk itu perlu mendapat perhatian yang sungguh–sungguh.

Kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari bidang studi fisika,

karena ilmu fisika menuntuk siswa untuk berpikir secara logis mendalam,

dan harus mampu diterapkan dalam menyelesaikan masalah yang

diberikan. Tidak dipungkiri bahwa, ada beberapa materi dalam pelajaran

fisika yang tingkat kesulitannya lebih tinggi dari pada materi lain, sebut

saja dinamika rotasi, kesitimbangan benda tegar, dan listrik magnet. Dari

beberapa materi tersebut, materi kesetimbangan benda tegar yang secara

kebetulan adalah materi yang sedang berlangsung pada semester genap

9

Page 10: Proposal Jadi

tahun pelajaran 2009/2010 merupakan salah satu materi yang peneliti sulit

untuk mengajarkannya.

Kesetimbangan benda tegar adalah materi dalam pelajaran fisika

semerter dua, pada standar kompetensi menerapkan konsep dan prinsip

mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah dan

kompetensi dasar menformulasikan hubungan antara konsep torsi,

momentum sudut, dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton

serta penerapannya dalam masalah benda tegar. Sub materi dalam

kesetimbangan benda tegar yaitu kesetimbangan titik, pusat massa dan

titik berat. Kesetimbangan titik berisi materi tentang gaya resultan, syarat

kesetimbangan, gaya resultan pada benda tegar, dan syarat

kesetimbangan pada benda tegar. Pusat massa dan titik berat berisi

materi tentang konsep pusat massa, konsep tentang titik berat, dan titik

berat pada benda tegar.

Dari hasil analisis materi dalam kesetimbangan beda tegar yang

dilakukan oleh peneliti, dapat dikemukakan bahwa isi muatan materi

mempersyaratkan pengetahuan dasar seperti konsep gaya (hukum

newton), konsep dinamika rotasi (momen gaya), dan kemampuan dalam

konsep trigonometri, dan operasi matematik dasar. Materi kesetimbangan

benda tegar memiliki isi materi yang sangat sederhana yaitu jumlah gaya

dan momen gaya yang bekerja pada sistem (benda yang ditinjau) adalah

nol, sehingga dalam pembelajaran lebih ditekankan pada aplikasi

konsepnya. Dalam aplikasi konsep khususnya dalam penyelesaian

10

Page 11: Proposal Jadi

permasalahan (soal) pada materi kesetimbangan benda tegar,

menekankan pada urutan hirarki dalam setiap langkah penyelesaiannya,

artinya diperlukan syarat awal yang harus dipenuhi untuk melanjutkan

kepada tahap-tahap berikutnya. Sebagai contoh konsep dasar, perhatikan

buku yang diam di atas meja, bagaimana menjelaskannya secara fisika?.

Untuk menjelaskannya maka, harus diawali dengan pengetahuan tentang

gaya-gaya yang bekerja terhadap buku, selanjutnya melihat kondisi

apakah buku tersebut diam atau bergerak, setelah itu menetapkan hukum

newton yang berlaku dalam kasus ini, menganalisis secara matematis

gaya-gaya yang bekerja, dan yang terakhir menarik kesimpulan.

Aplikasi lebih kompleks biasanya mempersyaratkan pengetahuan

trigonometri, khususnya dalam melakukan proyeksi gaya pada sumbu-

sumbu dalam sistem kartesian yang dibuat. Dari pengalaman peneliti

selama mengajar kesulitan siswa ada pada saat melakukan proyeksi gaya

terhadap setiap sumbu, siswa biasanya menghafal penggunaan sinus

atau cosinus, tanpa mengetahui kenapa sinus dan cosinus yang

digunakan.

Hirarki atau langkah-langkah yang penulis dapat simpulkan dalam

menyelesaikan permasalahan pada materi kesetimbangan benda tegar

yaitu: (1) analisis soal yaitu mengetahui apa yang diketahui dan

ditanyakan dalam soal, (2) mengetahui gaya-gaya yang bekerja,

(3) memproyeksikan gaya pada setiap sumbu, (4) menetapkan kosep

hukum newton dan atau konsep momen gaya yang berlaku,

11

Page 12: Proposal Jadi

(5) melakukan analisis matematik, dan (6) menuliskan hasil yang

diperoleh.

Untuk mengajarkan suatu materi diperlukan model pembelajaran

yang sesuai dan tidak semua model pembelajaran cocok untuk semua

materi pembelajaran. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan

pembelajaran yang akan digunakan termasuk didalamnya tujuan-tujuan

pembelajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Hasil penelitian dibidang pendidikan dalam dekade tahun 1970-an

sampai 1990-an dapat dipergunakan petunjuk pengelolaan kelas untuk

semua model pembelajaran. Hal ini meliputi upaya untuk menarik

perhatian siswa, kerjasama siswa, cara dan sarana untuk memotivasi

siswa, cara guru menciptakan dan mengajarkan aturan-aturan dan

prosedur yang jelas, dan langkah-langkah yang diambil oleh guru pada

awal tahun pelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung

dengan lancar dikemudian hari.

Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk

menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan

prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan

dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Dari hasil kajian teori belajar

yang ada peneliti berkesimpulan bahwa materi kesetimbangan benda

tegar akan baik diajarkan dengan model pengajaran langsung.

Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang

12

Page 13: Proposal Jadi

sangat hati-hati dan dapat direncanakan oleh guru dan siswa. Fase-fase

dalam pengajaran langsung yaitu: (1) menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan siswa, (2) mendemonstrasikan pengetahuan atau

keterampilan, (3) membimbing pelatihan, (4) mengecek pemahaman dan

memberikan umpan balik, dan (5) memberikan kesempatan untuk

pelatihan lanjutan dan penerapan.

Dalam kegiatan belajar mengajar yang bercirikan pengajaran

langsung, pada umumnya guru merencanakan kegiatan pembelajaran

secara terstruktur dan ketat. Pada awal pembelajaran guru merupakan

pemberi informasi dan pendemonstrasi yang aktif, dan mengharapkan

siswa menjadi pendengar yang aktif dan baik.

Hakekat pengajaran langsung memerlukan kaedah yang mengatur

siswa berbicara, prosedur untuk menjamin pembelajaran yang baik,

strategi-strategi khusus untuk mengatur giliran keterlibatan siswa dan

untuk menanggulangi tingkah laku yang menyimpang. Kesesuaian antara

analisis materi dan sintaks (fase) dalam model pengajaran langsung

menjadi dasar dalam penerapannya.

Dari uraian di atas, faktor penting dalam menunjang pelaksanaan

pembelajaran adalah perencanaan yang baik, termasuk didalamnya

perencanaan perangkat pembelajaran yang akan digunakan, sehingga

proses pembelajaran diharapkan dapat berjalan sesuai dengan yang

diharapkan dan tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dengan

perangkat pembelajaran ini memungkinkan terjadinya interaksi belajar

13

Page 14: Proposal Jadi

mengajar yang optimal. Guru akan lebih mudah mengajarkan suatu

materi, sedangkan siswa akan lebih mudah untuk memahami materi yang

dipelajarinya. Jadi jelas bahwa dengan adanya perangkat pembelajaran

akan mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas.

Pendekatan model pengajaran langsung dalam penerapannya

membutuhkan perangkat yang sesuai dengan pendekatan tersebut. Di sisi

lain pembelajaran model pengajaran langsung yang tidak asing lagi bagi

sebagian besar guru fisika khususnya dimakassar menjadi pendukung

dalam penerapan perangkat yang dihasilkan nantinya. Hal ini mendorong

peneliti untuk mengembangkan perangkat model pengajaran langsung

untuk materi kesetimbangan benda tegar di kelas XI IPA SMA Islam

Athirah Makassar.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas,

maka pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana profil perangkat model

pengajaran langsung yang valid, praktis dan efektif untuk materi

kesetimbangan benda tegar di Kelas XI IPA SMA Islam Athirah

Makassar?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk menghasilkan perangkat model pengajaran

14

Page 15: Proposal Jadi

langsung untuk materi kesetimbangan benda tegar yang valid, praktis dan

efektif di Kelas XI IPA SMA Islam Athirah Makassar.

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan batasan istilah sebagai

berikut:

1. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan

sumber belajar yang memungkinkan siswa dan guru melakukan

kegiatan pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang

dikembangkan dalam penelitian ini meliputi rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan buku siswa (BS).

2. Perangkat pembelajaran dikatakan valid jika

penilaian ahli dan praktisi menunjukkan bahwa pengembangan

perangkat pembelajaran didasarkan pada rasional teoritik yang

kuat dan memiliki konsistensi internal, yakni terjadi saling

keterkaitan antar komponen dalam perangkat tersebut.

3. Perangkat pembelajaran dikatakan praktis

apabila menurut penilaian ahli dan praktisi perangkat tersebut

dinyatakan dapat diterapkan, menurut hasil pengamatan

keterlaksanaan perangkat pembelajaran di kelas termasuk

dalam kategori baik atau sangat baik.

4. Perangkat pembelajaran dikatakan efektif

apabila memenuhi 3 dari 4 kriteria keefektifan tetapi kriteria

15

Page 16: Proposal Jadi

pertama harus dipenuhi. Kriteria-kriteria tersebut yaitu: (1)

ketercapaian hasil belajar yaitu minimal 85% siswa mencapai

penguasaan bahan ajar minimal 65% (mencapai skor minimal

65 untuk rentang skor 0-100), (Depdiknas, 2006), (2) aktivitas

siswa selama kegiatan belajar memenuhi kriteria toleransi

waktu yang telah ditetapkan, (3) lebih dari 50% siswa

memberikan respon positif terhadap perangkat model

pengajaran langsung yaitu respons terhadap buku siswa, dan

(4) kemampuan guru mengelola pembelajaran dengan

menggunakan perangkat model pengajaran langsung berada

dalam kategori tinggi.

5. Model pengembangan adalah acuan yang

digunakan dalam merancang perangkat model pengajaran

langsung.

6. Pengajaran langsung adalah pengajaran yang

dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar

siswa berkenaan dengan pengetahuan prosedural dan

pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat

dipelajari selangkah demi selangkah, yang terdiri dari lima fase

yaitu: (1) menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan siswa, (2) mendemonstrasikan

pengetahuan atau keterampilan, (3) membimbing

pelatihan, (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan

16

Page 17: Proposal Jadi

balik, dan (5) memberikan kesempatan untuk pelatihan

lanjutan.

F. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Pokok bahasan dalam penelitian ini terbatas

pada pokok bahasan Kesetimbangan Benda Tegar yang

dilaksanakan hanya pada Kelas XI IPA SMA Islam Athirah

Makassar tahun pelajaran 2009/2010.

2. Pengembangan perangkat yang hanya

diorientasikan pada model pengajaran langsung.

G. Asumsi dalam Penelitian

Pada penelitian ini diasumsikan sebagai berikut:

1. Guru sebagai peneliti telah memahami prinsip, karakteristik,

serta langkah-langkah dalam model pengajaran langsung yang

didasarkan pada kemampuan dasar siswa.

2. Siswa mengerjakan tes hasil belajar dengan sungguh-sungguh,

sehingga hasil tes mencerminkan kemampuan siswa yang

sebenarnya.

3. Siswa mengisi angket respon siswa dengan jujur, sehingga

hasil angket mencerminkan tanggapan siswa terhadap

pembelajaran.

17

Page 18: Proposal Jadi

4. Para validator memberi penilaian dengan objektif, sehingga

hasil validasi mencerminkan kualitas perangkat dan instrumen

berdasarkan teori yang digunakan.

5. Pengamat benar-benar mengamati dan mengisi data dengan

sesungguhnya sehingga data pengamatan menunjukkan

kondisi lapangan sesungguhnya.

H. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian ini, maka diharapkan hasil

penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Perangkat pembelajaran yang telah

dikembangkan dapat digunakan sebagai alternatif rujukan

dalam pembelajaran fisika untuk materi kesetimbangan benda

tegar di SMA

2. Sebagai acuan bagi guru-guru fisika SMA yang

ingin mengembangkan perangkat model pengajaran langsung

yang didasarkan pada kemampuan dasar siswa, ataupun

perangkat untuk model pembelajaran yang lain.

3. Sebagai masukan bagi guru-guru fisika tentang

alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan

dalam pembelajaran fisika.

I. Tinjauan Pustaka

1. Perangkat pembelajaran

18

Page 19: Proposal Jadi

Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan sumber belajar yang

memungkinkan siswa dan guru melakukan kegiatan pembelajaran.

Seorang guru di dalam kelas memerlukan sejumlah piranti/perangkat

pembelajaran yang akan membantu dan memudahkan proses mengajar

belajarnya dan memberikan pengalaman kepada siswa dalam rangka

mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Perangkat pembelajaran

merupakan prasyarat bagi terjadinya interaksi belajar mengajar yang

optimal. Jadi jelas bahwa dengan adanya perangkat pembelajaran akan

mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Guru akan

lebih mudah untuk mengajarkan suatu materi, sedangkan siswa akan

lebih mudah untuk memahami materi yang diajarkan oleh guru. Oleh

sebab itu perangkat pembelajaran mutlak diperlukan oleh seorang guru

dalam mengelola pembelajaran.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu dan bersifat sebagai pedoman bagi

perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan dan

melaksanakan aktivistas belajar mengajar. Pada dasarnya dalam

pegembangan sistem pembelajaran memuat pengembangan perangkat

pembelajaran dalam pengembangan sistem pembelajaran tidak

disebutkan secara jelas.

Perangkat pembelajaran merupakan prasyarat bagi terjadinya

interaksi belajar mengajar yang optimal. Sehingga jelas bahwa dengan

19

Page 20: Proposal Jadi

adanya perangkat pembelajaran, akan mempengaruhi keberhasilan

proses pembelajaran di kelas. Guru akan lebih mudah untuk mengajarkan

suatu materi, sedangkan siswa akan lebih mudah untuk memahami materi

yang diajarkan oleh guru. Oleh sebab itu perangkat pembelajaran mutlak

diperlukan oleh seorang guru dalam mengelola pembelajaran. Perangkat

pembelajaran yang akan dikembangkan dalam penelitian ini meliputi:

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan buku siswa (BS). Secara

rinci masing-masing perangkat tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah suatu rencana

kegiatan yang disusun secara sistematis yang berisikan prosedur atau

langkah-langkah kegiatan guru dan siswa. Rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) ini digunakan guru sebagai pedoman dalam

melaksanakan proses pembelajaran di kelas. RPP terdiri atas beberapa

komponen utama, antara lain:

1. Identitas mata pelajaran, meliputi: (1) nama satuan

pendidikan, (2) nama mata pelajaran, (3) kelas dan semester,

(4) pertemuan, (5) alokasi waktu

2. Standar kompetensi (SK)

3. Kompetensi dasar (KD)

4. Indikator pencapaian hasil belajar

5. Tujuan pembelajaran

6. Materi ajar

20

Page 21: Proposal Jadi

7. Sumber/media pembelajaran

Dalam RPP ini, terdapat lampiran mengenai tes hasil belajar dan

petunjuk guru. Tes hasil belajar adalah seperangkat alat evaluasi tertulis

yang digunakan untuk mengukur ketercapaian indikator pencapaian hasil

belajar yang telah ditetapkan setelah siswa mengikuti proses

pembelajaran. Tes hasil belajar ini terdiri atas: kisi-kisi tes, lembar soal,

dan pedoman penskoran. Petunjuk guru berisi penjelasan mengenai

materi, komentar dan alternatif penyelesaian yang mungkin dilakukan

siswa untuk setiap masalah/soal yang terdapat dalam buku siswa.

b. Buku siswa (BS)

Buku siswa (BS) adalah buku yang digunakan siswa sebagai

sarana penunjang untuk kelancaran proses pembelajaran baik di kelas

maupun di rumah. Buku siswa ini berisikan konsep-konsep atau definisi-

definisi yang akan dikonstruksi oleh siswa melalui masalah-masalah/soal-

soal yang diberikan. Dalam buku siswa ini berisi lembar kegiatan siswa

(LKS). LKS adalah lembaran-lembaran yang berisi masalah-masalah/soal-

soal dari buku siswa yang menuntun siswa untuk dapat mengkonstruksi

fakta, konsep, prinsip atau prosedur matematik sesuai dengan materi

yang sedang dipelajari dan sekaligus sebagai temapat bagi siswa untuk

menyelesaikan masalah tersebut.

LKS merupakan kelengkapan dari buku siswa. LKS terdiri dari

beberapa komponen, yaitu: (1) judul, (2) KD yang akan dicapai, (3) waktu

penyelesaian, (4) peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan

21

Page 22: Proposal Jadi

tugas, (5) informasi singkat, (6) langkah kerja, (7) tugas yang harus

dilakukan, (8) laporan yang harus dikerjakan.

Pada dasarnya dalam pengembangan sistem pembelajaran

memuat pengembangan perangkat pembelajaran. Menurut Ely

(dalam Wina S, 2008:32), pengembangan sistem pembelajaran

merupakan suatu proses sistematis dan logis untuk mempelajari problem-

problem pembelajaran, agar mendapat pemecahan yang teruji

validitasnya, dan praktis dapat dilaksanakan.

Terdapat dua macam prosedur dalam pengembangan sistem

pembelajaran dan perangkat pembelajaran, yaitu:

1. Pendekatan secara empiris, yaitu proses dilaksanakan tanpa

mengggunakan teori-teori dasar secara sitematis. Paket

pembelajaran disusun berdasarkan pengalaman pengembang,

siswa disuruh mempelajari lalu hasilnya diamati. Bila hasilnya

tidak sesuai dengan yang diharapkan, paket pembelajaran

tersebut direvisi dan penyusunan paket pembelajaran diulang.

2. Mengikuti atau membuat suatu model. Menurut pendekatan

ini, hasil belajar yang diharapkan dapat diklasifikasikan sesuai

dengan tipe-tipe tertentu. Untuk tiap tipe tujuan pembelajaran

dapat dipilihkan cara-cara tertentu untuk mencapainya, kondisi

tertentu untuk mengamati respon dapat diciptakan, dan

perubahan-perubahan jika perlu diadakan.

2. Validasi perangkat pembelajaran

22

Page 23: Proposal Jadi

Untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang baik, maka

perangkat pembelajaran yang telah dirancang divalidasi oleh para ahli

(validator) yang mencakup kebenaran substansi dan kesesuaian dengan

tingkat berpikir siswa. Indikator validasi perangkat pembelajaran yang

akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada indikator validasi

perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan sendiri.

Pemilihan indikator validasi perangkat pembelajaran tersebut

didasarkan pada pertimbangan bahwa indikator-indikator validasi yang

dikembangkan tersebut sesuai dengan pendekatan model pengajaran

langsung yang peneliti gunakan dalam pengembangan perangkat

pembelajaran. Adapun perangkat pembelajaran yang akan divalidasi

dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini adalah rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan buku siswa (BS).

Indikator validasi dari setiap perangkat pembelajaran dijelaskan

sebagai berikut:

a. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Indikator RPP dalam penelitian ini terdiri dari: format, isi, bahasa,

dan manfaat. Secara rinci indikator-indikator tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1) Format

Indikator format yang harus diperhatikan dalam penyusunan RPP

adalah: (1) kejelasan pembagian materi, (2) materi dalam RPP yang terdiri

23

Page 24: Proposal Jadi

dari: pendahuluan, sub pokok bahasan, alokasi waktu, standar

kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, materi prasyarat,

dan kegiatan pembelajaran dikelompokkan dengan jelas, (3) pengaturan

ruang/tata letak, (4) jenis dan ukuran huruf sesuai.

2) Bahasa

Indikator bahasa yang harus diperhatikan dalam menyusun RPP

adalah:

1. Kebenaran tata bahasa

2. Kesederhanaan struktur kalimat

3. Kejelasan petunjuk atau arahan, dan

4. Sifat komunikasi bahasa yang digunakan.

3) Isi

Indikator RPP adalah:

1. Kebenaran materi/isi

2. Dikelompokkan dalam bagian-bagian

yang logis

3. Kesesuaian dengan standar isi

4. Kesesuaian dengan model pengajaran

langsung

5. Metode penyajian

6. Kelayakan sebagai perangkat, dan

24

Page 25: Proposal Jadi

7. Kesesuaian alokasi waktu yang

digunakan pada setiap langkah kegiatan pembelajaran.

4) Manfaat

Indikator mafaat RPP adalah:

1. Dapat digunakan sebagai pedoman bagi

guru maupun siswa dalam pembelajaran.

2. Dapat memudahkan siswa dalam

memahami konsep yang dipelajari melalui langkah-langkah

yang jelas dan terstruktur.

b. Buku siswa (BS)

Indikator buku siswa mencakup: format, isi dan bahasa. Secara

rinci indikator-indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Format

Indikator format yang harus diperhatikan dalam menyusun buku

siswa adalah:

1 Sistem penomoran jelas

2 Kejelasan pembagian materi

3 Pengaturan ruang/tata letak

4 Teks dan ilustrasi seimbang

5 Penerapan langkah-langkah kegiatan pembelajaran jelas;

6 Jenis dan ukuran huruf yang sesuai dengan tingkat

perkembangan siswa SMA pada umumnya

25

Page 26: Proposal Jadi

7 Memiliki daya tarik

8 Kesesuaian ukuran fisik buku siswa dengan siswa

2) Isi

Indikator isi buku siswa adalah:

1 Kebenaran materi/isi

2 Sesuai dengan KTSP

3 Dukungan ilustrasi untuk memperjelas konsep

4 Memberi rangsangan secara visual

5 Kelayakan kelengkapan belajar

6 Kesesuaian alokasi waktu yang digunakan pada setiap langkah

kegiatan pembelajaran

7 Mudah dipahami

8 Menggunakan konteks lokal.

3) Bahasa

Indikator bahasa yang harus diperhatikan dalam menyusun buku

siswa adalah:

a) Kebenaran tata bahasa

b) Kesesuaian kalimat dengan tingkat perkembangan siswa

c) Kesederhanaan struktur kalimat

d) Menggunakan bahasa yang komunikatif

e) Menggunakan petunjuk atau arahan yang jelas.

3. Model pengajaran langsung

26

Page 27: Proposal Jadi

Teori belajar sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku

yang tradisional. Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut

Bandura sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara

selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Seseorang belajar menurut

teori ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku orang lain (model),

hasil pengamatan kemudian dimantapkan dengan cara menghubungkan

pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-

ulang kembali. Menurut Bandura (dalam Ratna, W. D, 1988:33), manusia

tidak didorong oleh kekuatan dari dalam dan juga tidak dipukul oleh

stimulus lingkungan, akan tetapi fungsi psikologi diterangkan sebagai

interaksi yang kontiniu dan timbal balik dari determinan-determinan pribadi

dan lingkungan.

Berdasarkan pola perilaku tersebut, selanjutnya Bandura (dalam

Trianto, 2007:30) mengklasifikasi empat fase belajar dari pemodelan yaitu

(1) fase perhatian, (2) fase retensi, (3) fase reproduksi, dan (4) fase

motivasi. Fase pertama dalam belajar pemodelaan adalah atensi yaitu

memberikan perhatian pada suatu model. Menurut Woolfolk (dalam

Trianto, 2007:31), suatu model harus memiliki daya tarik. seseorang

cenderung memberikan perhatian pada model-model yang menarik,

populer, atau yang dikagumi. Kaitannya dengan pembelajaran, cara

penyampaian materi pelajaran harus dilakukan dengan jelas dan menarik.

Menurut Gredler (dalam Trianto, 2007:32), fase retensi

bertanggung jawab atas pengkodean tingkah laku model dan menyimpan

27

Page 28: Proposal Jadi

kode-kode itu dalam ingatan (memori jangka panjang). Pengkodean

adalah proses pengubahan pengalaman yang diamati menjadi kode

memori. Pada fase reproduksi, kode-kode dalam memori membimbing

penampilan yang sebenarnya dari tingkah laku yang baru diamati. Pada

fase ini dapat dilihat apakah komponen urutan tingkah laku sudah dikuasai

oleh pembelajar.

Dalam fase motivasi, pembelajar diharapkan dapat termotivasi

untuk meniru model. Memebrikan penguatan untuk suatu tingkah laku

tertentu akan memotivasi pemebelajar untuk berbuat. Teori belajar sosial

Albert Bandura merupakan landasan pokok dalam model pengajaran

langsung.

Model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan

pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar

siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan

prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola

kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Model pengajaran

langsung tidak sama dengan metode ceramah, tetapi ceramah dan

resitasi (mengecek pemahaman dengan tanya jawab) berhubungan erat

dengan model pengajaran langsung. Pengajaran langsung memerlukan

perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis

tugas.

Pengajaran langsung berpusat pada guru, tetapi harus tetap

menjamin keterlibatan siswa. Jadi lingkungan belajar harus diciptakan

28

Page 29: Proposal Jadi

yang berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan kepada siswa. Istilah

model pengajaran langsung menurut Arends (dalam Trianto, 2007:24)

antara lain training model, active teaching model, mastery teacing, explicit

instruction .

Ciri-ciri model pengajaran langsung adalah sebagai berikut:

1 Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa

termasuk prosedur penilaian belajar.

2 Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.

3 Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang

diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat

berlangsung dengan berhasil.

a. Tujuan pembelajaran dan hasil belajar

Para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua acam

pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.

Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah

pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural

adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.

Menghafal hukum atau rumus tertentu dalam bidang studi fisika,

kimia, matematika merupakan contoh pngetahuan deklaratif sederhana

atau informasi faktual, pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya

memerlukan penggunaan pengetahuan dengan cara tertentu, misalnya

membandingkan dua rancangan penelitian, menilai hasil karya seni dan

29

Page 30: Proposal Jadi

lain-lain. Seringkali penggunaan pengetahuan prasyarat yang berupa

pengethuan deklaratif.

b. Sintaks

Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat

penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan

danlatar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk

menerima penjelasan guru. Setelah siswa telah siap untuk belajar, guru

melanjutkan dengan mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan,

membimbing pelatihan, mengecek pemahaman siswa tentang materi yang

telah dipelajari dengan pemberian umpan balik, dan memberikan

pelatihan lanjutan dalam bentuk kerja mandiri.

Sintaks Model Pengajaran langsung disajikan dalam lima fase,

seperti ditunjukkan dalam Tabel 1. berikut

Tabel 1. Sintaks model pengajaran langsung

Fase Peran Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan

dan mempersiapkan

siswa

Guru menjelaskan Tujuan

pembelajaran, Informasi latar belakang,

pentingnya pelajaran, mempersiapkan

siswa untuk belajar

Fase 2

Mendemonstrasikan

pengetahuan dan

keterampilan

Guru mendemonstrasikan

keterampilan dengan benar, atau

menyajikan informasi tahap demi tahap

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi

bimbingan pelatihan awal

30

Page 31: Proposal Jadi

Fase 4

Mengecek

pemahaman dan

memberikan umpan

balik

Mengecek apakah siswa telah

berhasil melakukan tugas dengan baik,

member umpan balik

Fase 5

Memberikan

kesempatan untuk

pelatihan lanjutan dan

penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan

melakukan pelatihan lanjutan, dengan

perhatian khusus pada penerapan

kepada situasi lebih kompleks dan

kehidupan sehari-hari

Pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi,

pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung

digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan

langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan

untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga

guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan.

Sebagaimana halnya setiap pendekatan mangajar, pelaksanaan

yang baik pada model pengajaran langsung memerlukan tindakan-

tindakan dan keputusan yang jelas dari guru, selama berlangsungnya

perencanaan, pada saat melaksanakan pembelajaran, dan pada waktu

menilai hasilnya.

c. Lingkungan belajar dan sistem

pengelolaan

Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan

yang sangat hati-hati dipihak guru. Agar dapat berlangsung efektif,

31

Page 32: Proposal Jadi

pengajaran langsung mempersyaratkan tiap detail keterampilan atau isi

didefenisikan secara seksama dan demonstrasi serta jadwal pelatihan

direncanakan dan dilaksanakan secara seksama.

Tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan

siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan yang

dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa,

terutama melalui memperhatikan, mendengarkan dan resitasi (tanya

jawab) yang terencana. Ini tidak berarti bahwa lingkungan berorientasi

pada tugas dan memberikan harapan tinggi agar siswa mencapai hasil

belajar dengan baik.

d. Penelitian tentang keefektifan guru

Landasan penelitian dari model pengajaran langsung dan berbagai

komponennya, berasal dari bermacam-macam bidang. Meskipun

demikian, data penunjang empirik yang paling jelas terhadap model

pengajaran langsung berasal dari penelitian tentang keefektifan guru yang

dilakukan pada tahun 1970-an dan 1980-an.

Stalling dan koleganya ingin mengungkapnya, manakah diantara

program-program itu yang dapat berfungsi dengan baik dalam

meningkatkan hasil belajar siswa. Perilaku guru-guru dalam 166 kelas

diamati kemudian siswa yang dijadikan subjek dites. Banyak hal yang

dapat diungkap pada penelitian tersebut, namun ada dua hal yang sangat

menonjol, yaitu alokasi waktu dan penggunaan tugas dan kegiatan yang

menggunakan model pengajaran langsung lebih berhasil dan memperoleh

32

Page 33: Proposal Jadi

tingkat keterlibatan yang tinggi dari pada mereka yang menggunakan

metode-metode informal dan berpusat pada siswa.

Beberapa penelitian tahun 1970, misalnya yang dilakukan oleh

Stallings dan rekan-rekannya, menunjukkan bahwa guru yang memiliki

kelas yang terorganisasi dengan baik menghasilkan rasio keterlibatan

siswa (time-task-rations) yang lebih tinggi dari pada guru yang

menggunakan pendekatan yang kurang formal dan kurang terstruktur.

Observasi terhadap guru-guru yang berhasil, menunjukkan bahwa

kebanyakan mereka menggunakan prosedur pengajaran langsung.

e. Pelaksanaan pengajaran langsung

Sebagaimana halnya setiap mengajar, pelaksanaan yang baik

model pengajaran langsung memerlukan tindakan-tindakan dan

keputusan-keputusan yang jelas dari guru selama berlangsungnya

perencanaan, pada saat melaksanakan pembelajaran, dan waktu menilai

hasilnya. Ciri utama unik yang terlihat dalam melaksanakan suatu

pengajaran langsung adalah sebagai berikut:

1) Tugas-tugas perencanaan

Pengajaran langsung dapat diterapkan di bidang studi apapun,

namun model ini paling sesuai untuk mata pelajaran yang berorientasi

pada penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca, matematika,

musik, dan pendidikan jasmani. Di samping itu pengajaran langsung juga

33

Page 34: Proposal Jadi

cocok untuk mengajarkan komponen-komponen keterampilan dan mata

pelajaran sejarah dan sains.

a) Merumuskan tujuan. Tujuan pembelajaran khusus harus sangat

spesifik, dalam bentuk prilaku terdiri dari tiga bagian yaitu:

1. Perilaku siswa, apa yang akan dilakukan siswa/jenis-jenis

perilaku siswa yang diharapkan guru untuk dilakukan sebagai

bukti bahwa tujuan itu telah tercapai

2. Situasi pengetesan, di bawah kondisi tertentu perilakuitu akan

teramati atau diharapkan terjadi

3. Kriteria kinerja, diterapkan standar atau tingkat kinerja sebagai

standar atau tingkat kinerja yang dapat diamati

b) Memilih isi. Kebanyakan guru pemula meskipun telah beberapa

tahu mengajar, tidak dapat diharapkan akan menguasai sepenuhnya

materi pelajaran yang diajarkan. Bagi mereka yang masih dalam proses

menguasai sepenuhnya materi ajar, disarankan agar dalam memilih

materi ajar mengacu pada Silabus yang berlaku, dan buku rujukan

tertentu.

c) Melakukan analisis tugas. Analisis tugas ialah alat yang

digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi dengan presisi yang tinggi

hakekat yang setepatnya dari suatu keterampilan atau butir pengetahuan

yang terstruktur dengan baik, yang kan diajarkan oleh guru.

34

Page 35: Proposal Jadi

d) Merencanakan waktu dan ruang. Pada suatu pengajaran

langsung, merencanakan dan mengelola waktu merupakan kegiatan yang

sangat penting. Ada empat hal yang perlu diperhatikan oleh guru yaitu:

1. Memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadan dengan

bakat dan kemampuan siswa

2. Memotivasi siswa agar mereka tetap melakukan tugas-

tugasnya dengan perhatian yang optimal

3. Menangani dengan baik siswa-siswa yang akan diajar sangat

bermanfaat untuk menentukan alokasi waktu pembelajaran

4. Merencanakan dan mengelola ruang untuk pengajaran

langsung juga sama pentingnya.

2) Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung

Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung pada

dasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum. Langkah-

langkah pengajaran langsung meliputi tahapan sebagai berikut:

a) Menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa. Tujuan langkah

awal ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta

memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran itu.

b) Menyampaikan tujuan. Siswa perlu mengetahui dengan jelas,

mengapa mereka berpartisipasi dalam suatupelajaran tertentu, dan

mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah

selesai berperan serta dalam pelajaran itu. Penyampaian tujuan kepada

35

Page 36: Proposal Jadi

siswa dapat dilakukan guru melalui rangkuman rencana pembelajaran

dengan cara menuliskan di papan tulis atau menempelkan informasi

tertulis pada papan bulletin, yang berisi tahapan-tahapan dan isinya, serta

alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahapan.

c) Menyiapkan siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk menarik

perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan,

dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yangtelah dimilikinya, yang

relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari

d) Presentasi dan demonstrasi. Fase kedua pengajaran langsung

adalah melakukan presentase atau demonstrasi pengetahuan dan

keterampilan. Kunci untuk berhasil ialah mempresentasikan informasi

sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif.

e) Mencapai kejelasan. Hasil-hasil penelitian secara konsisten

menunjukkan bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang

jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif

terhadap proses belajar siswa. Sementara itu, para peneliti dan pengamat

terhadap guru pemula dan belum berpengalaman menemukan banyak

penjelasan yang kabur dan membingungkan.

f) Melakukan demonstrasi. Pengajaran langsung berpegang teguh

pada asumsi, bahwa sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal

dari mengamati orang lain. Agar dapat mendemonstrasikan suatu konsep

atau keterampilan dengan berhasil, guru perlu dengan sepenuhnya

36

Page 37: Proposal Jadi

menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan

berlatih melakukan demonstrasi untuk menguasai komponen-

komponennya.

g) Mencapai pemahaman dan penguasaa. Untuk menjamin agar

siswa akan mengamati tingkah laku yang benar dan bukan sebaiknya,

guru perlu benar-benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap

tahapan demonstrasi ini berarti, bahwa jika guru menghendaki agar siswa-

siswanya dapat melakukan sesuatu yang benar, guru perlu

mengupayakan agar segala sesuatu yang didemonstrasikan juga benar.

Banyak contoh yang menunjukkan, bahwa siswa bertingkah laku yang

tidak benar karena mencontoh tingkah laku orang lain yang tidak benar.

h) Berlatih. Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar

diperlukan latihan yang intensif, dan mempersiapkan aspek-aspek penting

dari keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.

i) Memberikan latihan terbimbing. Keterlibatan siswa secara aktif

dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar

berlangsung dengan lancer, dan memungkinkan siswa menerapkan

konsep/keterampilan pada situasi baru. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan oleh guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan

sebagai berikut:

1. Menugasi siswa melakukan tingat singkat dan bermakna

37

Page 38: Proposal Jadi

2. Memberikan pelatihan kepada siswa sampai benar-benar

menguasai konsep/keterampilan yang dipelajari

3. Hati-hati terhadap latihan yang berkelanjutan, pelatihan yang

dilakukan terus-menerus dalam waktu yang lama dapat

menimbulkan kejenuhan pada siswa

4. Memperhatikan tahap-tahap awal pelatihan, yang mungkin saja

siswa melakukan keterampilan yang kurang benar atau bahkan

salah tanpa disadari

j) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Tahap ini

kadang-kadang disebut juga dengan tahap resitasi, yaitu guru

memberikan pertanyaan lisan dan tulisan kepada siswa dan guru

memberikan respon terhadap jawaban siswa. Kegiatan ini merupakan

aspek penting dalam pengajaran langsung, karena tanpa mengetahui

hasilnya, latihan tidak banyak manfaatnya bagi siswa. Guru dapat

menggunakan berbagai carauntuk memberikan umpan balik secara lisan,

tes, dan komentar tertulis. Tanpa umpan balik spesifik, siswa tidal

mungkin dapat memperbaiki kekurangannya, dan tidak dapat mencapai

tingkat penguasaan keterampilan yang mantap.

k) Memberikan kesempatan latihan mandiri. Pada tahap ini guru

memberikan tugas kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang

baru saja diperoleh secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dirumah atau

diluar jam pelajaran.

38

Page 39: Proposal Jadi

4 Kajian teori kesetimbangan benda tegar

Kesetimbangan benda tegar adalah salah satu kajian materi dalam

mata pelajaran fisika yang diajarkan pada semester genap kelas XI SMA

program IPA tahun pelajaran 2009/2010. Setelah siswa mempelajari

materi ini diharapkan siswa dapat mencapai standar kompetensi dan

kompetensi dasar, seperti pada Tabel 2. berikut:

Tabel 2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Menerapkan konsep

dan prinsip mekanika

klasik sistem kontinu

dalam menyelesaikan

masalah

2.1. Menformulasikan hubungan antara

konsep torsi, momentum sudut, dan

momen inersia, berdasarkan hukum II

Newton serta penerapannya dalam

masalah benda tegar

Indikator pencapaian yang diharapkan muncul setelah dilakukan

proses pembelajaran yaitu siswa dapat:

1 Memformulasikan pengaruh torsi pada sebuah benda dalam

kaitannya dengan gerak rotasi benda tersebut

2 Mengungkap analogi hukum II Newton tentang gerak translasi

dan gerak rotasi

3 Menggunakan konsep momen inersia untuk berbagai bentuk

benda tegar

4 Memformulasikan hukum kekekalan momentum sudut pada

gerak rotasi

39

Page 40: Proposal Jadi

5 Menerapkan konsep titik berat benda dalam kehidupan sehari-

hari

a. Peta konsep materi kesetimbangan benda tegar

Peta konsep dalam materi kesetimbangan benda tegar diberikan

dalam Gambar 1. di bawah ini:

Gambar 1 . Peta konsep kesetimbangan benda tegar

b. Materi dalam kesetimbangan benda tegar

Materi dan sub materi pembelajaran yang akan dikaji dalam

penelitian ini antara lain adalah:

1 Kesetimbangan partikel dan gerak translasi

40

Page 41: Proposal Jadi

2 Gerak rotasi, terdiri dari: (1) momen gaya

(torsi), (2) momen inersia, (3) momentum sudut, dan (4) momen

kopel

3 Gerak mengelinding, terdiri dari gerak

menggelinding pada bidang datar dan bidang miring

4 Kesetimbangan benda tegar dan hukum

kekekalan mementum sudut

5 Titik berat, terdiri dari: (1) titik berat pada

benda yang bentuknya tidak teratur, (2) titik berat pada benda

yang bentuknya teratur, dan (3) titik berat pada gabungan

beberapa benda (benda-benda homogen berbentuk ruang,

luasan dan garis).

Dari analisis isi materi dan sub materi di atas, tampak bahwa ada

hal menarik dalam materi tersebut yang cocok diajarkan dengan prosedur-

prosedur yang jelas. Hal ini memberikan dasar kepaada peneliti untuk

memilih pendekatan yang cocok untuk mengajarkan materi tersebut.

Sebagai contoh, untuk materi kesetimbangan partikel pada bidang x-y.

dimana syarat kesetimbangan partikel ditulis dalam persamaan (1).

dan (1)

Dalam menyelesaikan suatu masalah yang berhubungan dengan

kajian ini maka secara umum diperlukan pamahaman dan keterampilan

tertentu yang menjadi prasyarat. Misalnya, mengetahui gaya-gaya yang

bekerja, besar gaya-gaya yang bekerja, melakukan proyeksi setiap gaya

41

Page 42: Proposal Jadi

ke sumbu-sumbu acuan, menganalisis nilai-nilai gaya di setiap sumbu

acuan, dan menentukan nilai analisis akhir semua sumbu. Penyelesaian

ini sangat prosedural, sehingga dimana setiap langkah merupakan syarat

untuk melanjutkan kelangkah berikutnya. Kegiatan ini sesuai dengan

kegiatan prosedural dalam model pengajaran langsung.

Untuk gerak rotasi, penyelesaian masalahnya bukan hanya

mengetahui persamaan apa yang bisa digunakan, akan tetapi diperlukan

suatu langkah dan pemaknaan setiap variabel yang diketahui ataupun

yang ditanyakan dalam soal.

Gambar 2. Momen gaya yang bekerja pada benda menyebabkan benda berotasi.

Misalnya dalam momen gaya (torsi), yang secara matematis dinyatakan

dalam persamaan (2) dibawah ini:

(2)

gaya yang dimaksud dalam persamaan (2), adalah gaya yang bekerja

secara tegak lurus terhadap lengan gaya . Selain itu diperlukan

pengetahuan mengenai bagaimana melakukan proyeksi gaya seperti

dalam Gambar 2, hal ini dilakukan jika arah gaya yang bekerja tidak tegak

42

F

d r

Lengan kerja gaya

Lengan gaya

Page 43: Proposal Jadi

lurus terhadap lengan gayanya. Untuk itu diperlukan proyeksi gaya

tersebut agar tepat tegak lurus terhadap lengan gaya, tentunya ini

memerlukan pengetahuan tentang konsep trigonometri.

Untuk momen inersia misalnya, yang secara matematis ditulis

dalam persamaan (3)

(3)

dan untuk susunan partikel (titik), jika melakukan gerak rotasi memiliki

momen inersia sama dengan hasil jumlah dari momen inersia partikel

penyusunnya diberikan dalam persamaan (4).

(4)

Persamaan (3) dan (4) adalah dua persamaan dapat digunakan untuk

menentukan momen inersia dua kasus yang berbeda, namun dalam tahap

penyelesaiannya akan lebih mudah jika diberikan pola, atau langkah-

langkah yang jelas. Misalnya untuk persamaan (4) terlebih dahulu harus

diketahui nilai masing-masing jari-jari putar (R) dan massa (m) setiap

benda atau partikel yang berputar

Pada gerak menggelinding khususnya pada bidang datar,

contohnya, silinder pejal pejal bermassa m dan berjari-jari R didorong

dengan gaya F sehingga menggelinding sepanjang bidang datar

horizontal. Jika silinder bergulir tanpa selip, maka silinder tersebut

bergerak secara translasi dan rotasi. Kedua gerak ini terjadi bersamaan

sehingga diperlukan pengetahuan mengenai perpaduan gerak tranlasi dan

gerak rotasi, dan konsep yang menggabungkan keduanya. Sehingga

43

Page 44: Proposal Jadi

pengetahuan tentang aplikasi hukum newton, dan konsep gerak rotasi

menjadi prasyarat.

Jika silinder menggelinding pada bidang miring, tentu akan lain

masalahnya, disini akan dituntut ada pengetahuan tentang proyeksi gaya-

gaya yang bekerja, hukum newton, konsep gerak rotasi, dan gabungan

dari gerak translasi dan rotasi.

Kasus yang sama akan terjadi pada topik lain khususnya dalam

memahami atau menyelesaikan suatu masalah (soal), baik dalam kajian

hukum kekekalan momentum sudut, dan titik berat benda. Pada titik berat

yang terdiri dari penentuan titik berat benda yang bentuknya tidak teratur,

menentukan titik berat benda yang bentuknya teratur, dan menentukan

titik berat benda dari gabungan beberapa benda (benda homogen

berbentuk ruang, luasan, dan garis) memerlukan satu prosedur yang

pengerjaan yang dilaksanakan tahap demi tahap.

Berdasarkan argumen di atas maka model pengajaran yang cocok

adalah model pengajaran langsung.

J. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian dan variabel penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan karena pada

penelitian ini dikembangkan perangat pembelajaran model pengajaran

langsung untuk materi kesetimbangan benda tegar. Model pengembangan

yang digunakan adalah model 4-D dari Thiagarajan, Semmel dan Semmel

44

Page 45: Proposal Jadi

(1974). Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan buku siswa (BS).

2. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas XI IPA SMA Islam

Athirah. Subjek yang dimaksud adalah siswa pada kelas untuk ujicoba.

3. Prosedur pengembangan perangkat

pembelajaran

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

mengikuti suatu model. Ada beberapa model yang telah dikenal dalam

pengembangan sistem dan perangkat pembelajaran diantaranya adalah

model Kemp, model PPSI, model Dick & Carey, dan model 4-D.

Persamaan yang paling mendasar dari keempat model tersebut adalah

masing-masing model memuat prosedur pengembangan perangkat

pembelajaran. Kelebihan dari model Kemp antara lain: (a) diagram

pengembangannya berbentuk bulat telur yang tidak memiliki titik awal

tertentu, sehingga dapat memulai perancangan secara bebas, (b) bentuk

bulat telur itu juga menunjukkan adanya saling ketergantungan di antara

unsur-unsur yang terlibat, (c) Dalam setiap unsur ada kemungkinan untuk

dilakukan revisi, sehingga memungkinkan terjadinya sejumlah perubahan

dari segi isi maupun perlakuan terhadap semua unsur tersebut selama

pelaksanaan program.

45

Page 46: Proposal Jadi

Kelebihan dari model PPSI antara lain adanya empat kriteria yang

harus dipenuhi dalam merumuskan TPK, yaitu (a) menggunakan istilah

yang operasional, (b) berbentuk hasil belajar, (c) berbentuk tingkah laku

dan (d) hanya berisi satu tingkah laku. Kekurangan dari pengembangan

sistem pembelajaran model PPSI, meskipun memuat bagian

pengembangan perangkat pembelajaran, yaitu pada tahap I, II, III dan IV

namun, pada bagian pengembangan perangkatnya, tidak menggunakan

identifikasi pokok bahasan serta analisis konsep, hal ini dapat menyulitkan

dalam penyusunan tujuan pembelajaran.

Kelebihan dari model Dick & Carey terletak pada analisis tugas

yang tersusun secara terperinci dan tujuan pembelajaran khusus secara

hirarkis sehingga langkah-langkah yang harus dilakukan siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran umum dapat diketahui dengan jelas,

sedangkan kekurangan dari model ini adalah mendahulukan analisis

tujuan pembelajaran umum dan tidak melibatkan analisis materi dan

analisis tugas sehingga menyulitkan dalam merumuskan tujuan

pembelajaran khusus dan perencanaan pembelajaran. Langkah-langkah

pengembangan perangkat pembelajaran kurang mendapat penekanan

sehingga perangkat pembelajaran yang dikembangkan tidak jelas.

Kelebihan dari model 4-D antara lain: (a) lebih tepat digunakan

sebagai dasar untuk mengembangkan perangkat pembelajaran bukan

untuk mengembangkan sistem pembelajaran, (b) uraiannya tampak lebih

lengkap dan sistematis, (c) dalam pengembangannya melibatkan

46

Page 47: Proposal Jadi

penilaian ahli, sehingga sebelum dilakukan uji coba di lapangan perangkat

pembelajaran telah dilakukan revisi berdasarkan penilaian, saran dan

masukan para ahli. Dari uraian tentang beberapa model pengembangan

sistem dan perangkat pembelajaran yang dikemukakan di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa ketiga model yang lain merupakan

pengembangan sistem pembelajaran, bukan merupakan pengembangan

perangkat, seperti yang disarankan oleh Tiagarajan, Semmel dan

Semmel.

Berdasarkan pertimbangan dan ulasan di atas maka peneliti

memilih Model Thiagarajan, Semmel dan Semmel (model 4-D) sebagai

acuan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran dalam penelitian

ini. Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan adalah perangkat

model pengajaran langsung untuk materi kesetimbangan benda tegar.

Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model

Thiagarajan, Semmel dan Semmel yang dikenal dengan 4-D yaitu

pendefenisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop),

dan penyebaran (disseminate). Selanjutnya tahap-tahap model

pengembangan perangkat pembelajaran yang dikemukan oleh

Thiagarajan diuraikan sebagai berikut:

a. Tahap pendefenisian (define)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan dan menentukan

syarat-syarat pembelajaran yang meliputi tujuan pembelajaran dan

47

Page 48: Proposal Jadi

batasan materi pembelajaran. Adapun langkah-langkah dalam tahap ini

adalah sebagai berikut:

1) Analisis awal-akhir

Langkah pertama dalam tahap pendefenisian (define) adalah

melakukan analisis awal-akhir. Peneliti dapat melakukan diskusi dengan

guru tekait mengenai pelaksanaan pembelajaran fisika di sekolah tempat

akan dilakukannya penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti akan banyak

melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran fisika untuk mengetahui

bagaimana kondisi proses pembelajaran, dan masalah mendasar yang

perlu diupayakan pemecahannya di sekolah tersebut.

2) Analisis siswa

Analisis siswa dilakukan untuk menelaah tentang karakteristik

siswa. Karakteristik siswa yang dimaksud meliputi latar belakang

pengetahuan siswa khususnya kemampuan dasar matematik. Bahasa

yang digunakan dan perkembangan kognitif siswa. Hasil telaah tersebut

digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan

perangkat model pengajaran langsung yang didasarkan pada kemampuan

dasar siswa.

3) Analisis materi

Pada langkah ini dilakukan kegiatan yaitu mengidentifikasi, merinci,

dan menyusun secara sistematis materi-materi utama yang akan dipelajari

oleh siswa, selanjutnya materi tersebut disusun secara hirarkis. Materi

48

Page 49: Proposal Jadi

pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah kesetimbangan

benda tegar pada kelas XI IPA semester genap 2009/2010 yang sesuai

dengan standar KTSP.

4) Analisis tugas

Analisis tugas dilakukan setelah mengetahui materi yang akan

diajarkan sehingga dapat diketahui tugas-tugas yang harus diselesaikan

siswa selama pembelajaran dilaksanakan. Analisis tugas juga dapat

memudahkan guru untuk merumuskan tujuan-tujuan khusus yang akan

dicapai.

5) Spesifikasi tujuan pembelajaran

Dari analisis materi dan analisis tugas yang telah dilakukan,

diharapkan dapat dihasilkan tujuan pembelajaran khusus yang merupakan

dasar untuk menyusun tes dan merancang perangkat pembelajaran

materi kesetimbangan benda tegar. Kegiatan yang dilakukan pada

langkah ini adalah merumuskan tujuan-tujuan pembelajaran khusus

(indikator pencapaian) berdasarkan analisis materi dan analisis tugas.

Perincian tujuan pembelajaran khusus tersebut merupakan dasar dalam

penyusunan rancangan perangkat model pengajaran langsung pada

materi kesetimbangan benda tegar.

b. Tahap perancangan (design)

49

Page 50: Proposal Jadi

Tahap ini bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran dan

instrumen penelitian sehingga diperoleh prototipe (perangkat

pembelajaran dan instrumen penelitian contoh). Kegiatan yang

dilaksanakan pada tahap ini terdiri atas tiga kegiatan, yaitu: (1) pemilihan

media, (2) pemilihan format dan (3) perencanaan awal perangkat

pembelajaran. Secara singkat masing-masing kegiatan pada tahap ini

dijelaskan sebagai berikut:

1) Pemilihan media

Kegiatan ini dilakukan untuk menetukan media dan alat

pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam pelaksanaan

pembelajaran. Proses pemilihan media ini disesuaikan dengan hasil

analisis tugas, analisis materi dan analisis siswa. Selain itu, media yang

dipilih harus disesuikan dengan karakteristik siswa dan fasislitas yang

tersedia atau yang dapat disediakan di sekolah.

2) Pemilihan format

Kegiatan pada tahap ini meliputi pemilihan format untuk mendesain

atau merancang isi pembelajaran, pemilihan strategi, pendekatan, metode

pembelajaran dan sumber belajar.

3) Perancangan awal

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah penulisan

perangkat pembelajaran, yang meliputi: (1) rencana pelaksanaan

50

Page 51: Proposal Jadi

pembelajaran dan (2) buku siswa. Semua perangkat yang akan dihasilkan

dalam tahap ini disebut draft awal.

c. Tahap pengembangan (develop)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghasilkan draf perangkat

pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan masukan para ahli dan data

yang diperoleh dari hasil uji keterbacaan dan data hasil ujicoba. Kegiatan

yang akan dilakukan pada tahap ini adalah penilaian ahli, uji keterbacaan

dan simulasi dan uji coba di kelas XI IPA SMA Islam Athirah Makassar.

Stage III: Develop

Criterion-test construction

Initial design

Expert appraisal

Developmental testing

Gambar 3. Tahap Pengembangan dalam Model 4-D

(Sumber: Thiagarajan, dkk., 1974: 8)

Secara singkat masing-masing kegiatan pada tahap ini dijelaskan

sebagai berikut:

1) Penilaian ahli

Setelah semua perangkat draft awal selesai, pada tahap

perancangan, selanjutnya dilakukan penilaian (divalidasi) oleh beberapa

orang yang dipandang ahli (expert judgment). Yang dimaksud ahli dalam

hal ini adalah para validator yang berkompeten untuk melakukan penilaian

terhadap perangkat pembelajaran. Saran dari para validator digunakan

51

Page 52: Proposal Jadi

sebagai bahan untuk melakukan revisi perangkat hasil pengembangan

yang dilakukan pada tahap perancangan (draft awal). Secara umum

validasi ahli mencakup:

1. Isi dari perangkat pembelajaran, apakah isi dari

perangkat pembelajaran sesuai dengan materi, serta tujuan

yang akan diukur (validasi materi)?.

2. Bahasa: (1) apakah kalimat pada perangkat

pembelajaran menggunakan bahasa yang sesuai kaidah

bahasa indonesia?, (2) apakah kalimat pada perangkat

pembelajaran tidak menimbulkan penafsiran ganda?.

2) Uji keterbacaan dan simulasi RPP tertentu

Draft awal perangkat yang telah dikembangkan, lembar observasi

dan angket respon siswa dilakukan uji keterbacaan dan simulasi RPP

tertentu. Tujuan kegiatan ini untuk memperoleh masukan apakah semua

perangkat pembelajaran dan angket respon siswa dapat jelas dibaca dan

dipahami serta dapat dilaksanakan di lapangan. Pada kegiatan ini

dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:

1. Dipilih satu kelas, yaitu kelas XI IPA 1 SMA Islam

Athirah Makassar sebagai subjek uji keterbacaan dan simulasi

RPP tertentu. Pemilihan subjek ini dilakukan dengan

memperhatikan heterogenitas siswa di kelas ditinjau dari

kemampuan akademik dan jenis kelamin.

52

Page 53: Proposal Jadi

2. Seluruh siswa diminta untuk membaca seluruh isi

buku siswa dan lembar angket respon siswa.

3. Calon observer (pengamat) sebanyak dua orang

yang dipilih diminta untuk membaca dan mempelajari lembar

observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran, lembar

observasi aktivitas siswa, dan lembar observasi keterlaksanaan

perangkat perangkat (satu orang guru).

4. Peneliti melakukan simulasi terhadap satu atau dua

RPP di kelas XI IPA 1 SMA Islam Athirah Makassar, sedangkan

dua orang calon observer yang telah ditunjuk bertindak sebagai

pengamat.

5. Melakukan revisi terhadap perangkat

pembelajaran, lembar observasi dan angket respon siswa

berdasarkan masukan dari kegiatan di atas.

3) Uji coba perangkat pembelajaran

Uji coba perangkat pembelajaran dilapangan bertujuan untuk

memperoleh data atau masukan dari guru, siswa dan para pengamat

(observer) terhadap semua perangkat pembelajaran yang telah disusun

sebagai dasar untuk melakukan revisi (penyempurnaan) terhadap

perangkat pembelajaran tersebut. Bila tidak terjadi siklus maka hasil revisi

ini akan menjadi draft final. Subjek, pelaksanaan dan tujuan ujicoba

perangkat pembelajaran ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Subjek uji coba perangkat pembelajaran

53

Page 54: Proposal Jadi

Subjek uji coba perangkat pembelajaran adalah siswa Kelas XI

IPA SMA Islam Athirah Makassar. Pemilihan subjek ini

dilakukan dengan mempertimbangkan perbedaan kemampuan

fisika dan jenis kelamin siswa, sehingga terdapat

keseimbangan antara siswa laki-laki dan perempuan, serta

siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.

2. Pelaksanaan uji coba perangkat pembelajaran

Uji coba perangkat perangkat pembelajaran dilaksanakan pada

semester genap tahun pelajaran 2009/2010 dengan melibatkan

dua orang pengamat, satu orang guru mengamati aktivitas

siswa selama mengikuti proses pembelajaran dan satu guru

yang lain mengamati kemampuan guru mengelola

pembelajaran dan keterlaksanaan perangkat pembelajaran.

Sebagai guru model adalah peneliti sendiri.

3. Tujuan pelaksanaan uji coba perangkat

pembelajaran

Tujuan pelaksanaan uji coba perangkat (buku siswa dan

rencana pelaksanaan pembelajaran) adalah untuk mengetahui

kejelasan, keterbacaan perangkat pembelajaran dan untuk

melihat kesesuaian waktu yang direncanakan dalam RPP

dengan pelaksanaan di lapangan.

d. Tahap penyebaran (disseminate)

54

Page 55: Proposal Jadi

Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah

dikembangkan pada skala yang lebih luas, tetapi dalam penelitian ini

hanya sebatas sosialisasi atau penyebaran perangkat pembelajaran untuk

memperoleh masukan atau saran-saran yang dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam merevisi perangkat pembelajaran yang telah

dikembangkan. Hasil revisi pada tahap ini menghasilkan draft final

perangkat pembelajaran materi Kesetimbangan Benda Tegar.

Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian

ini dapat dilihat pada Gambar 5. sebagai berikut:

55

Analisis Awal-Akhir

Analisis Siswa

Analisis Materi

Analisis Tugas

Spesifikasi Tujuan Pembelajaran

Pemilihan Media

Pemilihan Format

Perancangan Awal Perangkat Pembelajaran Draft Awal

Validasi AhliAnalisis Data Hasil ValidasiValid?

Revisi 1

Uji Keterbacaan + Simulasi

Tidak

YaAda revisi

?Revisi 2

Tidak

Ya

Ujicoba

Analisis Data Hasil UjicobaPraktis,

efektif? Revisi n, n 3

Penyebaran Pada Guru-guru Ada

revisi?

Revisi n + 1

Darft Final

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Gambar 4. Modifikasi model pengembangan perangkat pembelajaran 4-D Thiagarajan

Keterangan : : Urutan Kegiatan : Hasil Kegiatan : Jenis Kegiatan

Analisis Awal-Akhir

Analisis Siswa

Analisis Materi

Analisis Tugas

Spesifikasi Tujuan Pembelajaran

Pemilihan Media

Pemilihan Format

Perancangan Awal Perangkat Pembelajaran Draft Awal

Validasi AhliAnalisis Data Hasil ValidasiValid?

Revisi 1

Uji Keterbacaan + Simulasi

Tidak

YaAda revisi

?Revisi 2

Tidak

Ya

Ujicoba

Analisis Data Hasil UjicobaPraktis,

efektif? Revisi n, n 3

Penyebaran Pada Guru-guru Ada

revisi?

Revisi n + 1

Darft Final

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Gambar 4. Modifikasi model pengembangan perangkat pembelajaran 4-D Thiagarajan

Keterangan : : Urutan Kegiatan : Hasil Kegiatan : Jenis Kegiatan

Page 56: Proposal Jadi

Hasil pengembangan menghasilkan naskah final (draft final)

sedangkan untuk tahap penyebaran (disseminate) berupa sosialisasi

kepada guru-guru fisika, melalui musyawarah guru mata pelajaran

(MGMP) Fisika kota Makassar, untuk memperoleh masukan dan saran-

saran sebagai bahan pertimbangan dalam merevisi perangkat

pembelajaran yang dikembangkan. Penyebaran perangkat pembelajaran

secara luas belum dapat dilakukan mengingat keterbatasan waktu dan

biaya peneliti.

4. Pengembangan instrumen

Untuk mengukur apakah perangkat yang akan digunakan valid,

praktis dan efektif dalam penelitian ini, maka dikembangkan instrumen-

instrumen yaitu: (a) lembar validasi perangkat pembelajaran, (b) lembar

observasi, (c) angket respon siswa, dan (d) tes penguasaan siswa

terhadap materi pelajaran (tes hasil belajar).

56

Page 57: Proposal Jadi

a. Instrumen validasi perangkat pembelajaran

Jenis instrumen yang akan dikembangkan untuk menilai kevalidan

perangkat yang telah disusun adalah lembar validasi perangkat

pembelajaran. Masing-masing perangkat pembelajaran akan dibuatkan

lembar validasi yang nantinya akan digunakan oleh para ahli dan praktisi

untuk menilai perangkat yang telah disusun. Indikator yang akan dinilai

dari masing-masing perangkat adalah: (1) format penulisan, (2) Bahasa,

(3) Isi, dan (4) manfaat/kegunaan. Masing-masing indikator akan

dikembangkan lagi indikatornya dengan mengikuti kriteria perangkat

pembelajaran yang baik. Penilaian ahli dan praktisi terhadap perangkat

pembelajaran terdiri dari 4 kategori, yaitu sangat kurang (nilai 1), kurang

(nilai 2), baik (nilai 3), dan baik sekali (nilai 4).

b. Instrumen kepraktisan perangkat pembelajaran

Jenis instrumen yang akan dikembangkan untuk menilai

kepraktisan perangkat yang telah disusun adalah lembar observasi

keterlaksanaan perangkat pembelajaran. Lembar observasi ini disusun

untuk melihat tingkat kepraktisan perangkat pembelajaran yang telah

disusun. Adapun aspek yang akan dinilai yaitu: (1) komponen sintaks, (2)

interaksi sosial, dan (3) prinsip reaksi. Aspek pengamatan yang akan

dikembangkan pada setiap aspek dapat dilihat pada Tabel 3. di bawah.

Penilaian dilakukan untuk melihat apakah ada, sebagian ada, dan tidak

ada.

Tabel 3. Aspek keterlaksanaan perangkat

57

Page 58: Proposal Jadi

Aspek Aspek pengamatan

1) K

omponen

Sintaks

Fase menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan siswa.

Fase mendemonstrasikan pengetahuan dan

keterampilan

Fase membimbing pelatihan

Fase mengecek pemahaman dan memberikan

umpan balik

Fase Memberikan kesempatan untuk pelatihan

lanjutan dan penerapan

Lanjutan Tabel 3. Aspek keterlaksanaan perangkat

Aspek Aspek pengamatan

2) In

teraksi sosial

Interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan

guru dalam mempersiapkan diri dalam belajar.

Keaktifan siswa bertanya/menjawab terhadap

informasi yang disampaikan oleh guru dan

masalah yang ditemukan pada buku siswa

Keaktifan siswa dalam menyelesaikan masalah

dan memberikan/meminta bantuan dalam

menyelesaikan suatu masalah (soal) pada buku

siswa

Keaktifan siswa dalam menyelesaikan latihan

lanjutan yang diberikan dalam buku siswa

Keaktifan siswa untuk bertanya mengenai

masalah yang diberikan pada tugas mandiri pada

buku siswa

a. Pr

insip reaksi

Guru membangkitkan motivasi siswa,

menciptakan suasana yang nyaman untuk belajar,

dan menyediakan sumber belajar yang sesuai

dengan rencana pembelajaran

58

Page 59: Proposal Jadi

Guru meyampaikan informasi tahap demi

tahap (terstruktur) dalam menyelesaikan masalah

(soal) yang sesuai dengan isi buku siswa

Guru membimbing siswa dalam menyelesaikan

atau memecahkan masalah pada buku siswa

Guru mengecek pemahaman siswa dengan

pemberian latihan lanjutan dalam buku siswa dan

memberikan umpan balik

Guru memberikan latihan mandiri dan

terstruktur yang terdapat pada buku siswa

c. Instrumen keefektifan penggunaan perangkat

Jenis instrumen yang akan dikembangkan untuk menilai keefektifan

penggunaan perangkat pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran

adalah: (1) tes hasil belajar, (2) lembar observasi aktivitas siswa,

(3) lembar observasi pengelolaan pembelajaran, dan (4) angket respon

siswa dalam kegiatan pembelajaran. Keempat instrumen tersebut

dijelaskan sebagai berikut:

1) Tes hasil belajar

Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang

telah diajarkan, guru perlu menyusun suatu tes yang berdasarkan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai. Tes itu kemudian diberikan ke siswa.

Penskoran hasil tes siswa menggunakan skala bebas yang tergantung

dari bobot butir soal tersebut

2) Lembar observasi aktivitas siswa

59

Page 60: Proposal Jadi

Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas

siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Pada lembar observasi aktivitas siswa pengamat menuliskan

nomor-nomor kategori aktivitas siswa yang dominan muncul saat kegiatan

pembelajaran berlangsung dalam selang waktu 5 menit. Hal ini

dimaksudkan untuk menjaring semua jenis aktivitas siswa yang mungkin

selama proses pembelajaran di kelas. Adapun indikator yang akan diamati

adalah:

1. Mempersiapkan alat tulis menulis, dan diri

untuk mengikuti pelajaran

2. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan

guru/teman mengenai tujuan pembelajaran

3. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan

guru/teman mengenai pembahasan materi setahap demi

setahap

4. Membaca/memahami konsep, penjelasan, dan

masalah yang terdapat dalam buku siswa

5. Menyelesaikan masalah dalam buku siswa

melalui bantuan guru/teman

6. Bertanya/menyampaikan pendapat/ide kepada

teman/guru

7. Menyelesaikan masalah secara mandiri dalam

buku siswa, dan

60

Page 61: Proposal Jadi

8. Perilaku yang tidak relevan deng KBM, yaitu

percakapan di luar pembelajaran, berjalan-jalan di luar

kelompoknya, mengerjakan sesuatu di luar topik pembelajaran.

3) Lembar observasi pengelolaan pembelajaran

Lembar ini digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan

guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan perangkat

model pengajaran langsung. Penilaian pengelolaan pembelajaran di

dasarkan pada indikator-indikator seperti dalam Tabel 3. di bawah ini,

kriteria ini akan dinilai apakah terlaksana atau tidak. Kriteria

keterlaksanaan terdiri dari 4 kriteria penilaian, yaitu: 1 = tidak baik, 2 =

kurang baik, 3 = baik, dan 4 = sangat baik.

Tabel 4. Aspek pengelolaan pembelajaran

Kegiatan Belajar Mengajar

Aspek pengamatan

b. Kegiat

an Awal

Kemampuan mengkomunikasikan tujuan

pembelajaran.

Kemampuan menghubungkan antara

pelajaran saat itu dengan pelajaran

sebelumnya

Kemampuan memberikan motivasi

c. Kegiat

an Inti

Kemampuan menginformasikan langkah-

langkah pembelajaran

Kemampuan mengarahkan siswa

terhadap satu masalah yang dibahas

Kemampuan menjelaskan tahap demi

tahap dalam menyelesaian suatu masalah

61

Page 62: Proposal Jadi

(soal)

Kemampuan mengarahkan siswa untuk

menemukan cara menjawab dan jawaban

suatu masalah (soal) dengan memberikan

bantuan terbatas

Kemampuan mengarahkan siswa untuk

menemukan sendiri dan menarik

kesimpulan tentang konsep/prosedur

matematika

Kemampuan mendorong siswa untuk

membandingkan jawaban satu siswa

dengan siswa yang lain

Kemampuan mendorong siswa untuk

mau bertanya, mengeluarkan pendapat atau

menjawab pertanyaan

Lanjutan Tabel 4. Aspek pengelolaan pembelajaran

Kegiatan Belajar Mengajar

Aspek pengamatan

d. Kegiat

an Akhir

Kemampuan memberikan penghargaan

Kemampuan memberikan tugas mandiri

(PR)

Kemampuan menyampaikan materi yang

akan dipelajari pada pertemuan berikutnya

Suasan Kelas Siswa antusias

Guru antusias

Kegiatan sesuai alokasi waktu

Kegiatan sesuai skenario pada RPP

4) Angket respon siswa

62

Page 63: Proposal Jadi

Angket ini, digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang

respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran dan perangkat

pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik.

Data ini akan dikumpulkan dengan menggunakan angket yang diberikan

kepada siswa. Siswa memberikan tanda cek list () pada kolom yang

tersedia untuk setiap pertanyaan yang diajukan. Angket tersebut diberikan

kepada siswa pada akhir kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

instrumen yang telah disediakan.

Angket respon siswa yang akan digunakan adalah angket resspon

siswa terhadap buku siswa, dan respon siswa terhadap pelaksanaan

pembelajaran model pengajaran langsung.

5. Teknik pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

a. Data hasil validasi ahli

Untuk memperoleh data validasi ahli dilakukan penyebaran

perangkat pembelajaran yang telah dirancang kepada dua orang ahli

(validator) untuk dinilai dan diberi masukan berupa saran-saran dan

kritikan. Penilaian dari validator menggunakan lembar validasi.

b. Data hasil belajar

Untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa diberikan tes

kepada siswa setelah pelaksanaan pembelajaran. Tes yang diberikan

63

Page 64: Proposal Jadi

adalah tes hasil belajar yang disusun dan telah direvisi berdasarkan

validasi beberapa ahli dan uji keterbacaan.

c. Data aktivitas siswa

Untuk memperoleh data aktivitas siswa dalam pembelajaran

dilakukan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas

siswa selama mengikuti proses pembelajaran yang telah direvisi

berdasarkan penilaian, koreksi dan saran perbaikan dari para ahli

(validator). Pengamat menuliskan nomor-nomor kategori aktivitas siswa

yang dominan muncul dalam setiap 5 menit berlangsung (3 menit

mengamati, 2 menit menulis nomor kategori) mulai dari awal hingga

berakhirnya proses pembelajaran di kelas.

d. Data kemampuan guru mengelola pembelajaran

Untuk memperoleh data tentang kemampuan guru mengelola

pembelajaran, dilakukan pengamatan dengan menggunakan lembar

observasi pengelolaan pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan

penilaian, koreksi dan saran perbaikan dari para ahli (validator).

Pengamatan dilakukan oleh satu orang guru pengamat dari awal hingga

berakhirnya proses pembelajaran. Pengamat menuliskan kategori-kategori

skor yang muncul dengan menggunakan tanda cek () pada lembar

observasi pengelolaan pembelajaran.

e. Data respon siswa

64

Page 65: Proposal Jadi

Untuk memperoleh data respon siswa terhadap pembelajaran

matematika dengan pendekatan realistik menggunakan angket respon

siswa yang telah direvisi berdasarkan penilaian, koreksi dan saran

perbaikan dari para ahli (validator). Angket respon siswa diberikan kepada

seluruh siswa yang menjadi subjek penelitian. Pemberian angket tersebut

dilakukan setelah berakhirnya seluruh proses pembelajaran.

6. Teknik analisis data ujicoba

Sesuai dengan tujuan utama penelitian ini adalah untuk

menghasilkan perangkat model pengajaran langsung untuk materi

kesetimbangan benda tegar siswa yang valid, praktis dan efektif, maka

analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis untuk

memperbaiki sekaligus merevisi sebelum dilakukan uji coba

pengembangan sebagaimana akan dijelaskan secara singkat berikut ini.

a. Analisis data validasi ahli

Data hasil validasi para ahli untuk masing-masing perangkat

pembelajaran dianalisis. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam proses

analisis data kevalidan perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Melakukan rekapitulasi hasil penilaian ahli ke dalam tabel

yang meliputi: (a) aspek (Ai), (b) kriteria (Ki), (c) hasil penilaian

validator (Vji);

65

Page 66: Proposal Jadi

2. Mencari rerata hasil penilaian ahli untuk setiap kriteria

dengan rumus: , dengan:

iK = rerata kriteria ke-i

jiV = skor hasil penilaian terhadap kriteria ke-i oleh penilai ke-j

n = banyaknya penilai

3. Mencari rerata tiap aspek dengan rumus:

1

n

ij

ji

K

An

, dengan:

iA = rerata aspek ke-i

jiK = rerata unntuk aspek ke-i kriteria ke-j

n = banyaknya kriteria dalam aspek ke-i

4. Mencari rerata total ( X ) dengan rumus:

1

n

i

i

AX

n , dengan :

X = rerata total

iA = rerata aspek ke-i

n = banyaknya aspek

5. Menentukan kategori validitas setiap kriteria iK atau rerata

aspek iA atau rerata total X dengan kategori validasi yang

telah ditetapkan;

66

Page 67: Proposal Jadi

6. Kategori validitas Nurdin (dalam Sahid, 2009:176) sebagai

berikut:

3,5 4M sangat valid

2,5 3,5M valid

1,5 2,5M cukup valid

1,5M tidak valid

M = iK untuk mencari validitas setiap kriteria

M = iA untuk mencari validitas setiap aspek

M = X untuk mencari validitas keseluruhan aspek

Kriteria yang digunakan untuk menyatakan perangkat

pembelajaran memiliki derajat validitas yang memadai adalah nilai rata-

rata validitas untuk keseluruhan aspek minimal berada pada kategori

cukup valid dan nilai validitas untuk setiap aspek minimal berada dalam

kategori valid. Jika tidak memenuhi kriteria tersebut, maka perlu dilakukan

revisi berdasarkan saran dari para validator atau dengan melihat kembali

aspek-aspek yang nilainya kurang.

b. Aktivitas siswa

Data hasil pengamatan aktivitas siswa meliputi menghitung

frekuensi rata-rata aspek tiap pertemuan dilakukan dengan cara

menjumlahkan frekuensi aspek yang dimaksud dibagi banyak siswa yang

diamati dan menghitung persentase aspek tiap pertemuan

67

Page 68: Proposal Jadi

Kriteria batas efektivitas aktivitas siswa untuk setiap aspek dapat

dilihat pada Tabel 5. berikut ini:

Tabel 5. Kriteria efektivitas aktivitas siswa

Aspek pengamatanWaktu ideal (%)

Kriteria batasan efektif

(%) Mendengarkan/memperhatikan

penjelasan tujuan pembelajaran

5 0 % P 10 %

Memperhatikan dengan seksama

penjelasan guru tahap demi tahap dan

aktif bertanya/menjawab

30 25 % P 35

%

Melakukan latihan singkat dan

bermakna melalui bimbingan dan contoh

40 35 % P 45

%

Melakukan latihan lanjutan sendiri

tanpa bimbingan.

20 15 % P 25

%

Mempersiapkan diri menyelesaikan

tugas mandiri

5 0 % P 10 %

c. Kemampuan guru mengelola pembelajaran

Kriteria batas efektivitas guru dalam mengelola pembelajaran untuk

setiap tahap dilsajikan pada Tabel 6. berikut ini:

Tabel 6. Kriteria efektivitas guru mengelola pembelajaran

Aspek pengamatanWaktu ideal (%)

Kriteria batasan efektif

(%) Menjelaskan indikator pencapaian

hasil belajar, mempersiapkan siswa untuk

belajar.

5 0 % P 10 %

Menyatakan indikator pencapaian

hasil belajar pada satu ide pokok,

30 25 % P 35

68

Page 69: Proposal Jadi

mempersentasekan selangkah demi

selangkah, dan mengecek pemahaman

terhadap setiap penjelasan.

%

Menugasi siswa latihan singkat dan

bermakna, melakukan bimbingan

langsung, dan memberikan pengulangan

latihan untuk memastikan penguasaan

konsep.

40 35 % P 45

%

Mengecek pemahaman siswa dengan

latihan lanjutan, memberikan umpan balik.

20 15 % P 25

%

Memberikan latihan mandiri untuk

diselesaikan dirumah atau di kelas.

5 0 % P 10 %

Penilaian dilakukan untuk mengetahui kemampuan guru dalam

mengelola kegiatan pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan atau

observasi Kegiatan yang dilakukan guru setiap pertemuan dihitung

dengan cara menjumlahkan nilai setiap aspek kemudian membaginya

dengan banyaknya aspek yang dinilai. Untuk pengkategoriannya menurut

Nurdin (dalam Sahid, 2009:179) digunakan kategori pada Tabel 7. berikut

ini:

Tabel 7. Kategori kemampuan guru mengelola pembelajaran

Tingkat Kemampuan Guru (TKG) Kriteria

0,00 TKG <1,00 Tidak Baik

1,00 TKG < 2,00 Kurang

2,00 TKG < 3,00 Cukup

3,00 TKG < 4,00 Baik

TKG = 4,00 Sangat Baik

69

Page 70: Proposal Jadi

d. Lembar pengamatan keterlaksanaan perangkat pembelajaran

Kegiatan yang dilakukan dalam proses analisis data keterlaksanaan

perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Melakukan rekapitulasi hasil pengamatan

keterlaksanaan perangkat pembelajaran yang meliputi: (1)

aspek (Ai), (2) kriteria (Ki);

2. Mencari rerata setiap aspek pengamatan

setiap pertemuan dengan rumus: 1

n

ij

jmi

K

An

, dengan:

miA = rerata aspek ke-i pertemuan ke-m

iK = hasil pengamatan untuk aspek ke-i kriteria ke-j

n = banyaknya kriteria dalam aspek ke-i

3. Mencari rerata tiap aspek pengamatan untuk t

kali pertemuan dengan rumus:

1

t

mi

mi

AA

t , dengan:

iA = rerata aspek ke-i

miA = rerata unntuk aspek ke-i pertemuan ke-m

4. Mencari rerata total ( X ) dengan rumus:

1

n

i

i

AX

n , dengan :

70

Page 71: Proposal Jadi

X = rerata total,

iA = rerata aspek ke-i,

n = banyaknya aspek.

5. Menentukan kategori keterlaksanaan setiap

aspek atau keseluruhan aspek dengan mencocokkan rerata

setiap aspek iA atau rerata total X dengan kategori yang

telah ditetapkan;

6. Kategori keterlaksanaan setiap aspek atau

keseluruhan aspek keterlaksanaan perangkat Nurdin (dalam

Sahid, 2009:180):

1,5 2M terlaksana seluruhnya

0,5 1,5M terlaksana sebagian

0,0 0,5M tidak terlaksana

Keterangan:

M = iA untuk mencari keterlaksanaan setiap aspek

M = X untuk mencari keterlaksanaan keseluruhan aspek

Kriteria yang digunakan untuk memutuskan bahwa perangkat

pembelajaran memiliki derajat keterlaksanaan yang memadai adalah nilai

X dan iA minimal berada dalam kategori terlaksana sebagian. Jika nilai

M berada di dalam ketegori lainnya, maka perlu dilakukan revisi dengan

melihat kembali aspek-aspek yang nilainya kurang.

e. Data respon siswa terhadap pembelajaran.

71

Page 72: Proposal Jadi

Data tentang respon siswa diperoleh dari angket respon siswa

terhadap kegiatan pembelajaran, dan selanjutnya dianalisis dengan

persentase. Kegiatan yang dilakukan untuk menganalisis data respons

siswa adalah:

1. Menghitung banyaknya siswa yang memberi respons positif

sesuai dengan aspek yang ditanyakan, kemudian menghitung

persentasenya.

2. Menentukan kategori untuk respons positif siswa dengan

cara mencocokkan hasil persentase dengan kriteria yang

ditetapkan.

3. Jika hasil analisis menunjukkan bahwa respons siswa belum

positif, maka dilakukan revisi terhadap perangkat yang tengah

dikembangkan.

Kriteria yang ditetapkan untuk mengatakan bahwa para siswa

memiliki respons positif terhadap buku siswa adalah lebih dari 50% dari

mereka memberi respons positif terhadap minimal 70% jumlah aspek yang

ditanyakan. Respons positif siswa terhadap pembelajaran dikatakan

tercapai apabila kriteria respons positif siswa untuk aspek buku siswa dan

LKS terpenuhi.

f. Analisis tes penguasaan siswa terhadap materi pelajaran

Data mengenai tes penguasaan fisika siswa dianalisis secara

kuantitatif. Untuk analisis data secara kuantitatif digunakan statistik

deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan pemahaman materi fisika siswa

72

Page 73: Proposal Jadi

setelah dilakukan pembelajaran. Kemampuan siswa dapat dikelompokkan

dalam skala lima berdasarkan teknik kategorisasi standar yang ditetapkan

oleh departemen pendidikan dan kebudayaan (Depdikbud, 1999) yaitu:

1. Kemampuan 85% - 100% atau skor 85 - 100

dikategorikan sangat tinggi

2. Kemampuan 65% - 84% atau skor 65 – 84

dikategorikan tinggi

3. Kemampuan 55% - 64% atau skor 55 – 64

dikategorikan sedang

4. Kemampuan 35% - 44% atau skor 35 – 44

dikategorikan rendah

5. Kemampuan 0% - 34% atau skor 0 – 34

dikategorikan sangat rendah

J. Jadwal Penelitian

Adapun jadwal pelaksanaan penelitian ini di uraikan seperti pada

Tabel 8.

Tabel 8. Jadwal penelitian yang akan dilakukan

No Tahap Kegiatan PenelitianPelaksanaan Bulan Ke

…Ket.

1 2 3 4 5 61 Persiapan

- Penyusunan

proposal

- Pelaksanaan

seminar propo-sal

X X

X

X X

73

Page 74: Proposal Jadi

- Perbaikan / revisi

proposal

- Pengurusan izin

penelitian

- Penyusunan

instrumen pembe-lajaran

- Pengujicobaan

instrumen

X

X X

X

2 Pengumpulan data X X X

3 Penyusunan dan analisis data X X

4 Pelaksanaan seminar hasil peneli-

tian

X

5 Penyusunan laporan penelitian X X

6 Perbaikan laporan peneli-tian X

7 Penyajian Laporan (Uji Tesis) X X

K. Rencana Biaya Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini akan direcanakan dengan biaya

penelitian seperti pada Tabel 9.

Tabel 9. Rincian biaya penelitian

No Perincian Biaya Biaya (Rp)

1 Biaya persiapan 2.500.000,00

2 Biaya pengumpulan data 4.500.000,00

3 Biaya pengolahan dan Analisis data 750.000,00

4 Biaya penyusunan proposal 1.000.000,00

5 Biaya seminar hasil 2.000.000,00

74

Page 75: Proposal Jadi

6 Biaya perbaikan dan penggandaan hasil

penelitian

2.000.000,00

JUMLAH 12.750.000,00

L. Daftar Pustaka

Agus Martawijaya, M. 2004. Dasar-Dasar Pendidikan MIPA (Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional Melalui Program SP4 Tahun 2004 Jurusan Fisika). Makassar: Jurusan Fisika FMIPA UNM Makassar

Ahmad Sabri. 2007. Strategi Belajar Mengajar & Mikroteaching. Padang: Quantum Teaching.

Depdikbud.1999. Penelitian Tindakan. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. 2007. Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta.

Badan Standar Nasinal Pendidikan. 2007. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Hamzah B. Uno. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

______. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasibuan, J.J. & Moedjiono. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Khaeruddin. dan Eko H. Sujiono. 2005. Pembelajran Sains (IPA) Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makassar: Badan Penerbit UNM.

Margono, S. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Muhammad Natsir. 2004. Strategi Pembelajaran Fisika (dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional Melalui Program SP4 tahun 2004 Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar). Makassar: Jurusan Fisika FMIPA UNM Makassar

75

Page 76: Proposal Jadi

Mukhtar & Martinus Yasmin. 2001. Metode Pembelajaran yang Berhasil. Jakarta: Sasama Mitra Suksesa.

Nana S.1998. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Nasution, S. 2009. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo.

Oemar, H. 2008. Perencanaan Pengajaran berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Ratna, W, D,. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Sahid. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Aritmetika Sosial dengan Pendekatan Realistik Setting Kooperatif di Kelas VII SMP. Tesis tidak diterbitkan. Makassar: PPs UNM

Suharsimi Arikunto. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara

Thiagarajan, S. Semmel, DS. Semmel, M. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. A Sourse Book. Blomington: Central for Innovation on Teaching The Handicapped.

Tim Instruktur Jurusan Matematika. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Assesmen Pembelajaran Matematika (Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 24). Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Berorientasi konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritis-praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka

______. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

______. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana

76

Page 77: Proposal Jadi

Yohannes Surya. 2006. Fisika Itu Mudah untuk SMU Kelas XII. Jakarta: PT. Sumber Daya MAIPA.

Zuhdan K. Prasetyo dkk. 2004. Kapita Selekta Pembelajaran Fisika (Buku Materi Pokok Modul 1-12). Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

77