Insya Allah Proposal Firay JADI

28

Click here to load reader

Transcript of Insya Allah Proposal Firay JADI

Page 1: Insya Allah Proposal Firay JADI

PENGARUH LINGKUNGAN LEPAS PANTAI TERHADAP

PERENCANAAN PEMBORAN

PROPOSAL KOMPREHENSIF

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat pada

Kurikulum Jurusan Teknik Perminyakan

Fakultas Teknologi Mineral

Oleh:

FIRAY HASI PRATAMA

113.07.0006

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2010

Page 2: Insya Allah Proposal Firay JADI

PENGARUH LINGKUNGAN LEPAS PANTAI TERHADAP

PERENCANAAN PEMBORAN

PROPOSAL KOMPREHENSIF

Oleh:

FIRAY HASI PRATAMA

113.07.0006

Disetujui untuk

Jurusan Teknik Perminyakan

Fakultas Teknologi Mineral

UPN ”Veteran” Yogyakarta, oleh :

Dr. Ir. KRT. Nur Suhascaryo, MT

Pembimbing

Page 3: Insya Allah Proposal Firay JADI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal

komprehensif ini. Proposal komprehensif ini berjudul : “PENGARUH

LINGKUNGAN LEPAS PANTAI TERHADAP PERENCANAAN

PEMBORAN”. Proposal ini disusun untuk memberikan gambaran mengenai latar

belakang, tujuan dan materi yang akan dibahas di dalam penyusunan

komprehensif di Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral UPN

“Veteran” Yogyakarta.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

memberikan dukungan baik secara moral maupun material, sehingga penyusunan

proposal ini dapat selesai dengan baik.

Penulis meyakini sepenuhnya bahwa dalam penulisan proposal ini masih

terdapat banyak kekurangannya, sehingga kritik dan saran yang membangun akan

sangat berarti bagi penulis.

Akhirnya, semoga proposal komprehensif ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan semua pihak yang memerlukannya.

Jogjakarta, November 2010

Penulis

Page 4: Insya Allah Proposal Firay JADI

I. JUDUL

“PENGARUH LINGKUNGAN LEPAS PANTAI TERHADAP

PERENCANAAN PEMBORAN”

II. LATAR BELAKANG

Dengan semakin berkurangnya jumlah cadangan hidrokarbon di darat, maka

kegiatan pencarian lebih ditingkatkan lagi di daerah lepas pantai. Kondisi yang

demikian menuntut para ahli rekayasa dan perminyakan untuk merancang

peralatan yang lebih canggih untuk dapat dioperasikan di lepas pantai, yang

mempunyai tantangan ataupun resiko yang jauh lebih besar daripada di darat, hal

ini disebabkan selain karena kondisi lingkungan alamnya yang berbeda, juga

persediaan yang terbatas.

Peralatan mutlak yang harus ada dalam operasi pemboran lepas pantai

adalah sebuah strutur anjungan (platform) sebagai tempat untuk meletakkan

peralatan pemboran dan produksi. Berbagai macam anjungan telah dibuat, seperti

anjungan permanen (fixed platform) dan anjungan tidak permanen (mobile

platform). Anjungan permanen terdiri atas kaki-kaki beton bertulang. Jenis ini

umumnya digunakan pada laut dangkal dan pada lapangan pengembangan

sehingga dapat sekaligus menjadi anjungan pemboran dan produksi. Sedangkan

anjungan yang tidak permanen meliputi anjungan yang bertumpu pada dasar laut

dan anjungan yang terapung.

Berbagai hambatan alam yang harus diatasi bagi pengoperasian unit lepas

pantai antara lain : angin, gelombang laut, kedalaman air laut, morfologi dasar

laut, dan pengaruh iklim. Khusus untuk unit terapung yang amat peka terhadap

pengaruh kondisi laut, maka terciptalah peralatan khusus, yaitu peralatan peredam

gerak vertikal akibat ombak dan peralatan pengendalian posisi pada unit terapung.

Untuk pengendalian posisi pada unit terapung dikenal dengan mooring system dan

sistem pengendalian posisi dinamik, dan untuk mengatasi gerak vertikal keatas

dan kebawah umumnya digunakan Drill String Compensator (DSC).

Page 5: Insya Allah Proposal Firay JADI

Operasi pemboran lepas pantai dimulai dari pengembangan teknologi

pemboran darat dengan menggunakan casing konduktor yang ditanam atau dibor

dan disemen, kemudian meningkat dengan digunakan mud-line suspention system,

dan terus meningkat dengan menggunakan riser system. Penggunaan BOP

konventional terus dimodifikasi agar mampu beroperasi di bawah air. Kondisi

lingkungan laut juga sangat berpengaruh terhadap pemilihan jenis platform.

III. TUJUAN PENULISAN

Penulisan komprehensif ini bertujuan untuk merencanakan pemboran yang

sesuai dengan kondisi lingkungan lepas pantai, mulai dari pemilihan platform dan

peralatan khusus untuk mengatasi berbagai hambatan alam.

IV. TINJAUAN PUSTAKA

4. 1. Pertimbangan Perencanaan Pemboran Lepas Pantai

Dalam perencanaan suatu pemboran lepas pantai ada beberapa hal yang

perlu dipertimbangkan, antara lain : kondisi lingkungan yang tidak bisa di

tentukan atau di pilih sesuai dengan yang diinginkan. Untuk mengatasi itu semua

maka cara yang dilakukan adalah mencegah supaya kondisi lingkungan tersebut

tidak menghambat jalannya operasi pemboran tersebut.

Adapun faktor-faktor yang dapat menghambat jalannya operasi pemboran

lepas pantai adalah angin, gelombang laut, kedalaman air laut, morfologi dasar

laut dan pengaruh iklim.

A. Angin

Angin di definisikan sebagai pergerakan udara dari daerah yang bertekanan

rendah. Angin terjadi sebagai akibat perbedaan tekanan udara, adapun tekanan

udara terjadi sebagai akibat perbedaan pemanasan matahari terhadap permukaan

bumi. Karakteristik angin yang sering diperhitungkan dalam segala aspek, pada

umumnya ada 3 macam, yaitu : kekuatan angin, kecepatan angin dan arah angin.

Page 6: Insya Allah Proposal Firay JADI

B. Gelombang Laut

Gelombang akan selalu menimbulkan ayunan air yang bergerak terus pada

lapisan permukaan air laut dan jarang dalam keadaan diam sama sekali.

Hembusan angin yang lemah dan cuaca yang tenang pun dapat menimbulkan

ombak yang besar yang dapat mengakibatkan kerusakan pada kapal, struktur di

lepas pantai dan segala sesuatu yang ada di daerah pantai.

C. Kedalaman Air Laut

Kedalaman laut adalah jarak vertikal yang terukur dari permukaan air laut

sampai dasar laut dan bervariasi dalam setiap kondisinya. Berdasarkan kondisi

fisik, kimiawi maupun kondisi yang berbeda pula, berdasarkan hal tersebut diatas

dapat diklasifikasikan beberapa zona kedalaman yang meliputi : zona neuritic,

zona bathyal, zona abisal.

Zona Neuritic

Karakteristik utama yang terdapat pada zona ini adalah meliputi :

Zona ini kedalaman antara 0-200 meter.

Pengaruh sinar matahari terhadap dasar laut sangat kecil sekali dan

hampir dikatakan tidak ada, sehingga kondisi temperature sudah

cukup stabil.

Terdapat efek gerakan air laut seperti arus, pasang surut, gelombang

sangat besar sehingga menimbulkan pengaruh abrasi yang intensif.

Kondisi geologi dasar laut masih dipengaruhi oleh darat sehingga

seolah-olah sebagai zona transisi.

Zona Bathyal

Karakteristik utama pada zona bathyal ini meliputi hal-hal sebagai

berikut :

Zona ini berada pada kedalaman 200-1000 meter.

Pengaruh sinar matahari terhadap dasar laut sengat kecil sekali dan

hampir dikatakan tidak ada, sehingga kondisi temperatur sudah

cukup stabil.

Page 7: Insya Allah Proposal Firay JADI

Efek kondisi air secara praktis hampir tidak bergerak atau cukup

tenang.

Zona Abisal

Karakteristik utama pada zona abisal meliputi :

Zona ini berada pada kedalaman lebih dari 1000 meter.

Pengaruh sinar matahari terhadap dasar laut sudah tidak ada lagi

sehingga temperatur sangat rendah yaitu hanya beberapa derajat

celcius diatas nol. Temperatur ini selalu konstan tidak dipengaruhi

siang maupun malam hari.

Efek kondisi gerakan air sudah tidak ada karena baik ombak maupun

arus laut terjadi pada permukaan air laut sampai beberapa puluh

meter saja.

D. Morfologi Dasar Laut

Dengan berkembangnya eksplorasi bawah laut, dapat diketahui bahwa

permukaan bawah laut tidak rata. Untuk itu dapat dikelompokan menjadi dua

bentuk, yaitu bentuk dasar laut tidak rata dan bentuk dasar laut relatif rata.

Bentuk Dasar Laut Tidak Rata

- Ridge atau Rise adalah suatu peninggian dasar laut yang hampir serupa

dengan pegunungan di daratan. Membentuk rangkaian panjang yang di

kenal sebagai mid oceanic ridge.

- Trench adalah bagian laut yang terdalam yang terdapat di perbatasan

benua dengan kepulauan.

- Seamount dan Guyot adalah gunung-gunung berapi yang muncul dari

dasar laut tetapi tidak dapat mencapai permukaan lautan.

Bentuk Dasar Laut Relatif Rata

- Daratan abisal merupakan daratan yang luas di dasar laut dalam dengan

kemiringan yang kurang dari satu meter tiap kilometernya.

- Continental island merupakan daratan benua besar kemudian terpisah.

- Island arc merupakan kumpulan pulau-pulau yang terdiri dari batuan

vulkanik dan sisa-sisa sedimen pada bagian permukaan kulit lautan.

Page 8: Insya Allah Proposal Firay JADI

- Atol merupakan kumpulan pulau-pulau yang sebagian tenggelam di

dasar air.

E. Pengaruh Iklim

Untuk di Indonesia pengaruh iklim terbatas pada musim hujan dan musim

panas serta lamanya penyinaran matahari terhadap bumi. Musim berpengaruh

pada kekuatan angin, arus dan gelombang sedangkan lamanya penyinaran

berpengaruh pada effektifitas kerja dan biaya penerangan.

4. 2. Peralatan Pemboran Lepas Pantai

Dalam perencanaan pemboran lepas pantai dibutuhkan peralatan meliputi

pemilihan jenis Rig atau Platform (anjungan) yang akan digunakan, Marine Riser

System, BOP (Blow Out Preventer) System, Mooring System, Motion

Compensator.

A. Platform Pemboran Lepas Pantai

Pada pemilihan platform lepas pantai beberapa hal yang perlu

dipertimbangkan, antara lain :

1. Kedalaman pemboran yang akan dicapai

2. Kriteria lingkungan dan kedalaman air laut

3. Mobilitas dari kegiatan pemboran

4. Batas waktu operasional dan penarikan unit

5. Hilangnya waktu persiapan untuk berpindah

6. Kemampuan untuk beroperasi dengan support yang minimum

Jenis Platform dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok :

1. Fixed Platform

Merupakan platform lepas pantai yang cukup stabil dan tidak

terpengaruh oleh cuaca. Platform ini biasa digunakan pada laut dangkal

tapi sekarang sudah dikembangkan untuk laut dalam dan platform ini sulit

untuk dipindahkan.

2. Mobile Platform

Page 9: Insya Allah Proposal Firay JADI

Mobile Platform dapat dibedakan menjadi dua kelompok menurut

kegunaannya, antara lain :

Bottom Supported Platform

Platform yang mempunyai kaki sampai ke dasar laut yang mudah

dipasang sehingga platform ini bertumpu pada dasar laut dan tidak

terpengaruh oleh gerakan air laut. Beberapa jenis-jenis platform dari

Bottom Supported Platform, antara lain :

Drilling Barge

Drilling Barge biasa dioperasikan pada kegiatan pemboran

di daerah sungai, rawa-rawa dan laut dangkal.

Submersible

Submersible sering di operasikan pada laut-laut dangkal

dan sungai-sungai yang mempunyai kedalaman 50 ft, meskipun

dengan demikian Submersible ada yang dirancang sampai 175

ft.

Jack Up

Platform ini konstruksinya hampir sama dengan kapal atau

barge dan mempunyai tonggak penyangga yang dapat diatur

ketinggiannya sesuai kedalaman laut. Platform ini mempunyai

tiga sampai empat belas tiang penyangga, hingga tahun 1974

kedalaman laut maksimum dapat dicapai adalah 350 ft. Pada

platform jenis ini bagian dasarnya tonggak penyangga di

pasang Spud can, yaitu berupa landasan yang berfungsi untuk

memindahkan dan menembus lapisan dasar laut yang lunak

sampai ke lapisan yang keras. Menurut kegunaannya Jack-up

dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu : Independent

Leg Jack-up dan Mat Supported Jack-up.

Page 10: Insya Allah Proposal Firay JADI

Gambar 4-2. Jack-up Platform

Floating Platform

Pada platform ini memiliki dua macam jenis, yaitu Semi

Submersible dan Drill Ship. Kedua jenis platform tersebut benar-benar

mengapung sehingga kedudukannya tidak stabil. Untuk mengatasi hal

tersebut perlu beberapa peralatan khusus, antara lain Convention

Mooring System, Dynamic System, Sub Sea BOP Stack, Control

System, Accumulator, Riser System, Motion Compensator dan Well

Head.

Drill Ship

Drill Ship merupakan bentuk kapal sepenuhnya yang

dilengkapi dengan propeller sendiri. Karena sifatnya

mengapung, sehingga sangat dipengaruhi oleh arus, ombak dan

pasang surut. Untuk mengatasi pengaruh tersebut maka

digunakan system penjangkaran. Untuk penyelesaian sumur

dapat dilakukan dengan Chrismas Tree didasar laut atau

Chrismas Tree pada platform.

Semi Submersible

Semi Submersible adalah perkembangan dari submersible,

yang dirangcang untuk operasi pemboran laut yang lebih

Page 11: Insya Allah Proposal Firay JADI

dalam. Keuntungan dari platform ini, yaitu dapat digunakan

pada kedalaman laut lebih dari 500 meter dan sangat aman.

Sedangkan kerugiaan dari penggunaaan dari platform ini

adalah harganya relative mahal, daya angkut lebih kecil dan

untuk operasi pemborannya diperlukan Riser sebagai

pengganti Conductor Casing.

B. Marine Riser System

Marine Riser System adalah rangkaian yang menghubungkan antara BOP

Stack yang ada di dasar laut dengan peralatan yang ada di permukaan yang dapat

bergerak Fleksibel. Marine Riser System mempunyai komponen-komponen yang

sangat penting, yaitu :

Riser Joint, berfungsi untuk mengalirkan lumpur ke permukaan dan

untuk mempermudah dalam memasukan peralatan pemboran.

Slip Joint.

Ball Joint, berfungsi untuk menghilangkan stress pada riser pipe.

Hidraulic Connector, berfungsi menghubungkan casing head atau well

head dengan BOP dan BOP stack dengan riser system.

C. Sub Sea BOP Stack

Pada BOP Stack di lepas pantai biasanya dipasang lebih banyak dari BOP

Stack pada operasi pemboran di darat. Untuk letak BOP pada lepas pantai

biasanya berada di dasar laut. Pada Sub Sea BOP Stack memiliki beberapa

komponen yang sangat penting, yaitu :

o Rams

o Annular Preventer

o Hydraulic Connector

o Kill and Choke Valve

Page 12: Insya Allah Proposal Firay JADI

D. Mooring System

Mooring System adalah menghubungkan vessel (struktur) dengan lantai dasar

laut dengan menggunakan kawat atau tali rantai yang ditancapkan (dijangkar)

kedasar laut, sehingga vessel tidak bisa bergerak secara lateral. Mooring System

memiliki dua jenis system yang sering digunakan, yaitu :

oSystem Mooring Conventional

oSystem Turrent Mooring

E. Motion Compensator

Motion Compensator mempunyai fungsi untuk menetralkan berat beban pada

pahat (WOB) agar tetap konstan akibat gerak platform karena ombak atau pasang

surut.

V. Metodologi Penulisan

Metode penyusunan komprehensif ini berasal dari pustaka buku-buku

literatur, handbook dan majalah perminyakan yang berhubungan dengan tema.

VI. PEMBAHASAN

Pada perancanaan program pemboran di lepas pantai ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan, karena kondisi lingkungan laut yang berbeda dengan

lingkungan darat.

Masalah kondisi lingkungan laut perlu juga dipertimbangkan karena

berhubungan dengan operasi pemboran yaitu yang menyangkut struktur anjungan

lepas pantai. Pengaruh lingkungan ini agak sukar dideteksi karena sifatnya yang

tidak menerus setiap saat, karena tergantung keadaan iklim setiap tahunnya.

Dalam memperhitungkan pengaruh lingkungan alam data yang digunakan adalah

data yang berasal dari data statistik yang diambil nilai rata-ratanya. Pengaruh

lingkungan alam yang dominan terhadap struktur anjungan adalah angin, ombak

dan arus laut.

Page 13: Insya Allah Proposal Firay JADI

Dalam suatu operasi pemboran perlu dilakukan perencanaan mengenai

program pemboran terlebih dahulu, karena akan berpengaruh terhadap pemilihan

jenis kontruksi anjungan lepas pantai dan target kedalaman pemboran.

Pada prinsipnya operasi pemboran di lepas pantai merupakan perkembangan

dari sistem di darat, hanya saja pemboran di lepas pantai memiliki kondisi

lingkungan yang dinamis serta terbatasnya tempat operasional.

Operasi-operasi utama yang umum dilakukan pada bangunan kontruksi

lepas pantai, yaitu Penarikan, Ballasting (pembebanan), penanganan peralatan

dengan beban berat dan operasional transfer. Kondisi lingkungan laut disini

memegang peranan penting. Mooring system atau penjangkaran adalah

menghubungkan vessel (struktur) dengan lantai dasar laut dengan menggunakan

kawat atau tali rantai yang ditancapkan (dijangkar) ke dasar laut sehingga struktur

tidak bisa bergerak secara lateral. Penanganan beban berat biasanya termasuk

peralatan pengangkat (crane) yang dipakai untuk mengangkat dan meletakan

module atau benda-benda berat lainnya.

Beberapa kriteria yang dijadikan dasar pemilihan jenis platform, yaitu :

kedalaman air laut, mobilitas dari air laut tersebut, posisi yang harus ditahan serta

kebutuhan dan fungsi peralatan yang digunakan.

Mobilitas dari struktur anjungan terlihat dari berbagai macam anjungan

yang telah dibuat, seperti anjungan permanen (fixed platform) yang berdiri diatas

kaki-kaki baja atau beton bertulang. Dan jenis kedua adalah jenis yang tidak

permanen (mobile platform).

Untuk menjaga posisi yang harus ditahan maka harus diperhatikan adanya

berbagai hambatan alam yang harus diatasi bagi pengoperasian unit lepas pantai.

Hambatan tersebut antara lain : angin, gelombang laut, kedalaman air laut,

morfologi dasar laut, dan pengaruh iklim. Pada operasi pemboran terapung perlu

diperhatikan adanya respon gerakan terhadap ombak pada saat operasi pemboran.

Untuk itu memerlukan suatu sistim pemipaan untuk menghubungkan antara unit

terapung dengan dasar laut yang menetap. Sistem ini disebut dengan Marine Riser

System. Marine Riser System adalah suatu sistem rangkaian yang menghubungkan

Page 14: Insya Allah Proposal Firay JADI

antara BOP Stack di dasar laut dengan peralatan yang berada di permukaan laut

yang dapat bergerak dengan fleksibel.

Untuk pengendalian posisi pada unit terapung karena pengaruh gaya vertikal

dan horizontal, dapat dilakukan dengan cara, yaitu :

Untuk gerakan vertikal diakibatkan karena pasang surut diatasi dengan Riser

Tensioning System dan Drill String Compensator, Yang mana Drill String

Compensator terdiri dari tiga jenis alat yaitu Tensioner, Crown Block, Traveling

Block Compensator.

Untuk gerakan horizontal yang disebabkan karena pengaruh ombak dan arus

laut, dilakukan dengan sistem penambatan dengan tali dan jangkar yang dikenal

dengan Mooring System dan pengendali posisi dinamik

(Dynamic Positiong).

VII. KESIMPULAN

1. Di dalam perencanaan operasi pemboran di lepas pantai faktor yang perlu di

perhatikan adalah pemilihan jenis platform yang berkaitan dengan kedalaman

air laut, perencanaan alat dan kedalaman target pemboran.

2. Yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan pemboran di lepas pantai

adalah pengaruh gelombang laut yang menjadi faktor yang paling sering

diperhatikan dalam pembangunan kontruksi lepas pantai, karena dapat

menggerakan suatu kontruksi yang dapat mengakibatkan gangguan kestabilan.

3. Pergerakan vertikal akibat pasang surut dapat diatasi dengan Riser

Tensioning System dan Drill String Compensator, sedangkan pergerakan

horizontal akibat pengaruh ombak dan arus dapat diatasi dengan Mooring

System (penjangkaran) dan  Dynamic Positioning.

4. Pemilihan type anjungan ditentukan melalui beberapa pertimbangan yaitu :

pertimbangan operasional, pertimbangan keamanan, pertimbangan instalasi

dan pertimbangan lingkungan alam.

Page 15: Insya Allah Proposal Firay JADI

RENCANA DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

HALAMAN PERSEMBAHAN

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

BAB I. PENDAHULUAN

BAB II. PERENCANAAN PEMBORAN

2.1. Tujuan Pemboran

2.2. Perencanaan Pemboran

2.2.1. Perencanaan Peralatan Pemboran

2.2.1.1. Sistem Tenaga

2.2.1.2. Sistem Angkat

2.2.1.3. Sistem Putar

2.2.1.4. Sistem Sirkulasi

2.2.1.5. Sistem Pencegahan Sembur Liar

2.2.2. Perencanaan String Dan Bottom Hole Assembly

2.2.2.1. Perencanaan String

2.2.2.2. Perencanaan Bottom Hole Assembly (BHA)

2.2.2.3. Pembebanan Pada Saat Operasi

2.2.3. Perencanaan Pahat

2.2.3.1. Jenis-Jenis Pahat

2.2.3.2. Penentuan Jenis Pahat

2.2.3.3. Penentuan WOB Dan RPM

2.2.4. Perencanaan Sistem Lumpur

2.2.4.1. Fungsi Lumpur

2.2.4.2. Sifat Lumpur Pemboran

2.2.4.3. Komposisi Lumpur Pemboran

Page 16: Insya Allah Proposal Firay JADI

2.2.4.4. Jenis-Jenis Lumpur Pemboran

2.2.4.5. Perhitungan Dan Desain Lumpur Pemboran

2.2.4.6. Hidrolika Lumpur Pemboran

2.2.5. Perencanaan Casing

2.2.5.1. Fungsi Casing

2.2.5.2. Sifat-Sifat Casing

2.2.5.3. Pembebanan Pada Casing

2.2.5.4. Komposisi Bahan Casing

2.2.5.5. Jenis-Jenis Casing

2.2.5.6. Perhitungan Desain Casing

2.2.6. Perencanaan Penyemenan

2.2.6.1. Fungsi Penyemenan

2.2.6.2. Sifat-Sifat Semen

2.2.6.3. Jenis-Jenis Semen

2.2.6.4. Additive Semen

2.2.6.5. Operasi Penyemenan

2.3. Pertimbangan Perencanaan Pemboran Lepas Pantai

2.3.1. Angin

2.3.1.1. Kekuatan Angin

2.3.1.2. Kecepatan Angin

2.3.1.3. Arah Angin

2.3.1.4. Gelombang Laut

2.3.2. Kedalaman Air Laut

2.3.2.1. Zona Neuritic

2.3.2.2. Zona Bathyal

2.3.2.2. Zona Abisal

2.3.3. Morfologi Dasar Laut

2.3.4. Pengaruh Iklim

BAB III. KONDISI LINGKUNGAN LAUT

3.1. Udara Di atas Permukaan Air Laut

3.1.1. Komposisi Kimia Udara

Page 17: Insya Allah Proposal Firay JADI

3.1.2. Sifat-Sifat Fisik Udara

3.1.2.1. Tekanan Udara

3.1.2.2. Penyinaran dan Temperatur

3.1.2.3. Kelembaban Udara

3.1.3. Proses Fisis yang Terjadi di Udara

3.1.3.1. Gerakan Udara

3.1.3.2. Penguapan

3.1.3.3. Kondensasi

3.1.3.4. Presipitasi

3.2. Air Laut

3.2.1. Komposisi Kimia Air Laut

3.2.2. Sifat-Sifat Fisik Air Laut

3.2.2.1. Kadar Garam

3.2.2.2. Cahaya

3.2.2.3. Temperatur Air Laut

3.2.2.4. Densitas Air Laut

3.2.3. Gerakan Air Laut

3.2.3.1. Ombak

3.2.3.2. Arus Pantai

3.2.3.3. Arus Pasang Surut

3.2.3.4. Arus Permukaan Laut

3.2.3.5. Arus Densitas

3.3. Karakteristik Dasar Laut

3.3.1. Batas-Batas Pantai

3.3.2. Morfologi Dasar Laut

3.3.3. Sedimen Dasar Laut

3.3.3.1. Sedimen Lithogenous

3.3.3.2. Sedimen Biogenous

3.3.3.3. Sedimen Hidrogenous

3.3.3.4. Arus-arus Turbidity

3.4. Daerah Es

Page 18: Insya Allah Proposal Firay JADI

3.5. Persiapan Peralatan Dan Anjungan

3.5.1. Dasar Kontruksi Lepas Pantai

3.5.1.1. Buoyancy, Stability, dan Trim

3.5.1.2. Aplikasi Pada Operasi Pemboran

3.5.2. Aspek Lingkungan Terhadap Kontruksi Lepas Pantai

3.5.3. Material Kontruksi Struktur Lepas Pantai

3.5.4. Baja

3.5.4.1. Material Baja

3.5.4.2. Fabrikasi dan Pengelasan

3.5.4.3. Coating dan Corosion Protection

3.5.5. Concrete

3.6.6. Pemilihan Anjungan Pemboran

3.6.6.1. Fixed Platform

3.6.6.2. Mobile Platform

3.6.6.3. Anjungan Yang Terapung

3.6.7. Kompensasi Gerakan Horizontal

3.6.7.1. Mooring System

3.6.7.2. Dinamic Positioning

3.6.8. Kompensasi Gerakan Vertikal

3.6.8.1. Tensioner

3.6.8.2. Crow Block DSC

3.6.8.3. Traveling Block DSC

3.6.9. Marine Riser System

3.6.10. Motion Compensator

3.6.11. Subsea BOP System

3.6.11.1. Komponen-Kompenen BOP

3.6.11.2. Pengontrol BOP

3.6.12. Drilling Template

3.6.13. Guide Line System

3.6.13. Marine Conductor Instalation

3.6.14. Mud Line Suspension System

Page 19: Insya Allah Proposal Firay JADI

BAB IV. PEMBAHASAN

BAB V. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: Insya Allah Proposal Firay JADI

VIII. RENCANA DAFTAR PUSTAKA

1. NN. The Technology of Offshore Drilling, Completion and Production,

ETA Offshore Inc, Penn Well Publishing Company, Tulsa Oklahoma.

2. Rubiandini Rudi R.S. Dr. Ir., ”Operasi Migas Lepas Pantai”, Jurusan

Teknik Perminyakan, ITB Bandung 1993.

3. Royani Ida, ”Pemilihan Fasilitas Anjungan Lepas Pantai Untuk

Operasi Pemboran dan Produksi Berdasarkan Kondisi Kelautan”,

Komprehensif Jurusan Teknik Perminyakan UPN ”Veteran”

Yogyakarta, 2004.

4. Sudarsono. Ir., ”Diktat Kuliah Operasi Pemboran Lepas Pantai”, PPT

MIGAS. Cepu, October 1987.

5. Soeroto, B., Prof. Drs., ”Hand Out Oceanografi dan Geologi Marine”,

Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas

Pembangunan Nasional ”Veteran”, Yogyakarta, 1991.