Proposal Inti Lenglengan

16
BAB I PENDAHULUAN Tumbuhan merupakan bahan alam yang banyak digunakan sebagai bahan obat tradisional dan telah digunakan sejak lama oleh masyarakat Indonesia, bahkan sampai sekarang pengobatan ini terus berkembang dan mengalami peningkatan baik untuk pemeliharaan kesehatan, pengobatan gangguan kesehatan maupun kecantikan (1). Besarnya manfaat yang terdapat pada ekstrak tanaman obat tradisional maka perlu dilakukan standarisasi terhadap ekstrak dari tanaman ini, mengingat perkembangan produk fitoterapi tergantung pada ketersediaan ekstrak standar. Hal ini berarti standarisasi merupakan proses yang menjamin bahwa produk akhir (obat, ekstrak, atau produk ekstrak) mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan terlebih dahulu (2).

Transcript of Proposal Inti Lenglengan

Page 1: Proposal Inti Lenglengan

BAB I

PENDAHULUAN

Tumbuhan merupakan bahan alam yang banyak digunakan sebagai

bahan obat tradisional dan telah digunakan sejak lama oleh masyarakat

Indonesia, bahkan sampai sekarang pengobatan ini terus berkembang dan

mengalami peningkatan baik untuk pemeliharaan kesehatan, pengobatan

gangguan kesehatan maupun kecantikan (1).

Besarnya manfaat yang terdapat pada ekstrak tanaman obat

tradisional maka perlu dilakukan standarisasi terhadap ekstrak dari tanaman

ini, mengingat perkembangan produk fitoterapi tergantung pada ketersediaan

ekstrak standar. Hal ini berarti standarisasi merupakan proses yang

menjamin bahwa produk akhir (obat, ekstrak, atau produk ekstrak)

mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan terlebih

dahulu (2).

Secara umum dikenal berbagai cara yang dapat dilakukan dalam

standarisasi ekstrak, tergantung dari parameter yang diinginkan. Salah

satunya didasarkan pada penentuan senyawa identitas (senyawa penanda)

suau ekstrak. Senyawa penanda dapat berupa senyawa aktif farmakologis

atau spesifik yang nampak pada profil KLT dan merupakan senyawa murni

yang stabil, terkarakterisasi dan terdapat secara alami dalam tanaman obat,

ekstrak dan produk bahan alam yang digunakan untuk pengawasan mutu (3).

Page 2: Proposal Inti Lenglengan

Marker merupakan ciri khas dari spesies tertentu tanaman obat,

simplisia tanaman obat, ekstrak tanaman obat dan produk bahan obat alam.

Marker jenis ini digunakan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif dalam

pengawasan mutu obat bahan alam (4).

Salah satu tanaman yang digunakan dalam pengobatan tradisional

adalah Lenglengan (Leucas lavandulifolia J. E. Smith) yang tergolong suku

Labiatae/Lamiaceae. (5).

Secara radisional tanaman ini difungsikan sebagai obat sakit kepala,

kejang panas pada anak, batuk rejan, influenza, difteri, cacing kremi, susah

tidur, terlambat datang bulan, jantung berdebar, luka, koreng dan kudis (6).

Manfaat yang besar dari tanaman ini menjadikannya berpotensi untuk

dikembangkan sebagai tanaman obat untuk memenuhi kebutuhan

pengobatan masyarakat yang tentunya memerlukan standarisasi karena

merupakan kontrol kualitas terhadap produk fitoterapi, dan untuk membuat

keseragaman produk dalam penetapan standar sebuah produk sediaan obat

standarisasi ekstrak yaitu dengan identifikasi dan pemeriksaan senyawa

penanda (marker) ekstrak tumbuhan.

Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk

melakukan isolasi dan karakterisasi senyawa penanda (marker) dari daun

Lenglengan (Leucas lavandulifolia J. E. Smith).

Page 3: Proposal Inti Lenglengan

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1 Alat dan Bahan Yang Digunakan.

Alat-alat yang digunakan adalah chamber, seperangkat alat

kromatografi kolom cair vakum, labu erlenmeyer (Pyrex), magnetik stirer

(Nouva II Stirer), mikropipet (Socorex), neraca analitik (Sartorius), oven listrik

Page 4: Proposal Inti Lenglengan

(Memmert), vorteks, rotavapor (Buchii), sentrifuge (Hettich), spektrofotometer

UV-VIS (Hewlett Packard), wadah maserasi, lampu UV panjang gelombang

254 nm dan 366 nm.

Bahan-bahan yang digunakan adalah daun Lenglengan (Leucas

lavandulifolia J. E. Smith), air suling, n-heksan, metanol (teknis), asam asetat

glasial ( E. Marck), asam sulfat 10%, etanol (E. Marck), etil asetat, kloroform,

lempeng KLT G-60 F254 (E. Marck) silika gel 60 PF 254 (E. Marck).

II.2 Penyiapan Sampel

II.2.1 Penyiapan Sampel Penelitian

Sampel daun Lenglengan yang telah dikumpulkan dibersihkan dari

kotoran, lalu dicuci dengan air bersih. Setelah itu sampel dikeringkan dengan

cara diangin-anginkan tanpa sinar matahari langsung. Kemudian dipotong

kecil-kecil, selanjunya sampel siap diestraksi.

II.2.2 Skrining Sampel dengan Beberapa Cairan Penyari

Sampel simplisia daun Lenglengan ditimbang sebanyak beberapa

gram lalau dilakukan dua metode ekstraksi yaitu infus dan maserasi. Secara

infus, sampel ditambahkan dengan air, lalu dididihkan selama 15 menit pada

suhu 90oC, lalu dipartisi dengan etil asetat sehingga dihasilkan ekstrak etil

asetat, sedangkan secara maserasi, cairan pengekstraksi yang digunakan

antara lain n-heksan, kloroform, etanol 70%, dan metanol dimasukkan

Page 5: Proposal Inti Lenglengan

kedalam masing-masing bejana maserasi yang telah berisi serbuk sampel

hingga seluruh serbuk sampel terendam, lalu ditutup rapat. Bejana maserasi

disimpan dalam tempat yang gelap dan terhindar dari cahaya matahari

langsung selama 3 hari sambil dilakukan pengadukan beberapa kali (minimal

2 kali sehari). Ekstrak cair yang diperoleh kemudian diuapkan sehingga

diperoleh ekstrak kental. Kemudian didentifikasi secara KLT dengan

menggunakan heksan-etil (3:1). Bercak diamati dibawah sinar UV 254 nm

dan 366 nm dan reagen semprot H2SO4 10%. Dari hasil skrining, didapatkan

metanol sebagai cairan pengekstraksi.

II.2.3 Ekstraksi Sampel

Sampel serbuk daun Lenglengan ditimbang sebanyak 500 g kemudian

dimasukkan dalam bejana maserasi, cairan pengekstraksi berupa metanol

(2,5 liter) dimasukkan ke dalam bejana hingga seluruh bagian sampel

terendam, lalu ditutup rapat. Bejana maserasi disimpan selama 5 hari sambil

sesekali diaduk di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung.

Campuran kemudian disaring dan ampasnya ditambah lagi dengan pelarut.

Proses penyarian dilakukan sebanyak 3 kali. Ekstrak cair yang diperoleh

kemudian dikumpulkan dan diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental.

II.3 Partisi Ekstrak Metanol

Ekstrak kental metanol yang diperoleh dipartisi dengan pelarut n-

heksan. Kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer lalu diaduk dengan

bantuan magnetik stirer kemudian disentrifuge selama 5-10 menit sehingga

Page 6: Proposal Inti Lenglengan

terpisah menjadi dua bagian yaitu endapan (ekstrak tidak larut n-heksan) dan

supernatan (ekstrak larut n-heksan), masing-masing ekstrak kemudian

diuapkan hingga kental, dibuat profil KLTnya dengan menggunakan fase

gerak campuran n-heksan – etil asetat (3:1). Bercak diamati di bawah sinar

UV 254 nm, 366 nm dan reagen semprot H2SO4 10%.

II.4 Fraksinasi dan Isolasi

II.4.1 Penyiapan Kolom Kromatografi Cair Vakum.

Kolom kromatografi cair vakum terlebih dahulu dibilas dengan

kloroform-metanol (1:1), selanjutnya dipasang tegak lurus pada statif dan ke

dalam klororform dimasukkan silika gel PF 254 dan dihubungkan dengan

pompa vakum, kemudian pompa vakum dinyalakan hingga silika gel mampat.

II.4.2 Penyiapan Sampel

Ekstrak larut n-eksan daun Lenglengan yang diperoleh dari hasil

partisi ditimbang sebanyak 3 g, kemudian ditambahkan silika gel PF 254 sedikit

demi sedikit sambil diaduk hingga merata dan kering, kemudian sampel

dimasukkan ke dalam kolom dan diletakkan kertas saring di bagian atas

sampel dalam kolom.

II.4.3 Fraksinasi Komponen Kimia

Kedalam kolom dimasukkan n-heksan sebanyak 50 ml selanjutnya

pompa vakum dinyalakan, fase gerak dibiarkan mengelusi sampel yang ada

dalam kolom. Cairan yang keluar ditampung sebagai fraksi, dengan cara

yang sama menggunakan fase gerak heksan – etil asetat (20:1; 15:1; 10:1;

Page 7: Proposal Inti Lenglengan

5:1), fase gerak yang digunakan dilihat berdasarkan profil KLT. Fraksi-fraksi

yang diperoleh diuapkan kemudian di KLT menggunakan fase gerak

heksan – etil asetat (3:1), fraksi yang memiliki kesamaan profil KLT digabung.

II.5 Karakterisasi dan Pemurnian

II.5.1 Karakterisasi dengan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

II.5.1.1 Penyiapan Lempeng KLT Preparatif

Dibuat suspensi silika gel : air (35 g : 75 ml) dalam erlenmeyer

kemudian dimasukkan dalam alat penyalut dan diatur ketebalannya 0,05 mm.

Lempeng kaca dan alat pembuat lempeng terlebih dahulu dibebas-lemakkan

dengan alkohol, selanjutnya suspensi tersebut disalutkan di atas lempeng

kaca tersebut, kemudian lempeng KLT preparatif tersebut dikeringkan pada

suhu kamar lalu diaktifkan dalam oven pada suhu 105oC – 110oC selama 30

menit.

II.5.1.2 Isolasi Komponen Kimia

Sampel hasil fraksi ditotolkan pada lempeng KLTP secara tegak lurus,

setelah kering lempeng dielusi dalam chamber yang berisi eluen heksan – etil

asetat (3:1) yang telah dijenuhkan, selanjutnya diamati penampakan noda di

bawah sinar UV 254 nm, 366 nm dan pereaksi semprot H2SO4 10%. Pita-pita

noda yang nampak berwarna kemudian dikeruk dengan spatula dan

dilarutkan dengan pelarut kloroform – metanol (1:1) kemudian dihomogenkan

Page 8: Proposal Inti Lenglengan

dengan alat vortex lalu disentrifuge selama 5-10 menit dan filtratnya

ditampung, dilakukan uji kemurnian dengan beberapa fase gerak yang

berbeda dan menggunakan pereaksi semprot H2SO4 10%.

II.6 Analisis Hasil

Identifikasi golongan senyawa dilakukan dengan menggunakan

berbagai reagen semprot pada lempeng KLT dan analisis data spektro UV-

VIS dan IR.

II.7 Pembahasan Hasil

Pembahasan dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil

penelitian.

II.8 Kesimpulan

Kesimpulan diambil berdasarkan hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ditjen POM, 2000, Acuan Sediaan Herbal, Cetakan Pertama, Depkes

RI, Jakarta.

2. Ditjen POM, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat, Depkes RI, Jakarta.

Page 9: Proposal Inti Lenglengan

3. Alam G., Wahyuono S dan Sari D., 2005, Isolasi Senyawa Penanada

(Marker) Daun Ungu, pada seminar nasional PERHIPBA, Semarang.

4. Badan POM, 2006, Naskah Kesepakatan Nasional Marker Tanaman

Obat, Jakarta.

5. Heyne K, 1987, Tumbuhan Berguna di Indonesia, Cetakan Pertama,

Jilid IV, Terjemahan Badan Litbag Kehutanan, Penerbit Departemen

Kehutanan, Jakarta.

6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 1989, Materi Medika

Indonesia Jilid V, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan,

Jakarta..

LAMPIRAN

Skema Kerja Skrining Daun Lenglengan

(Leucas lavandulifolia J. E. Smith) dengan beberapa penyari

Daun LenglenganLeucas lavandulifolia)

Page 10: Proposal Inti Lenglengan

Keringanginkan

Skema Kerja Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Penanda (Marker)

Ekstrak Metanol Daun Lenglengan (Leucas lavandulifolia J. E. Smith)

Partisi n-heksan

Sampel daun 500 g

Ekstrak metanol kental

Simplisia Serbuk

Infus

n-heksan Kloroform Etanol 70% Metanol

Etil Asetat Sisa

Maserasi

KLT

Hasil (lihat noda dominan)

Penentuan pelarut untuk ekstraksi

Maserasi dengan metanol

Page 11: Proposal Inti Lenglengan

KCV

Isolasi dengan KLTP

Ekstrak tidak larut n-heksanEkstrak larut n-heksan

Fraksi Fraksi Fraksi Fraksi

Isolat murni

Identifikasi

KLT :

N-heksan - etil asetat (3:1)

N-heksan - etil asetat (5:1)

Kloroform - etil asetat (5:1)

N-heksan - aseton (4:1)

Reagen semprot :

H2SO4 10%

Vanilin - H2SO4

Liebermann – bouchardat

Dragendorf

Spektrofotometer :

UV

IR

Analisis Hasil

Pembahasan

Kesimpulan