@Inti Makalah

download @Inti Makalah

of 23

Transcript of @Inti Makalah

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Mungkin karena rasa ingin tahu dan mungkin dikarenakan tugas pula yang mendasari kami menyusun makalah ini, agar orang awam seperti kami bisa mengerti dan mengetahui di dalam pernikahan atau MUNAKAHAT terdapat manfaat dan Fungsi yang tak bisa terhitung nilainya dan menikah adalah ada yang berkata sunnah Rassullulah dan mungkin beberapa menyebutkan wajib pula, mungkin dari hal itu juga yang mendasari rasa keinginan tahu kami untuk menulis dan membuat makalah ini pernikahan. Menurut beberapa para ulama dan ahli di bidang keagamaan para suami yang menikah apabila niatnya benar akan memperoleh pahala yang tidak terhitung besarnya (subhannallah).

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa hikmah dari suatu pernikahan ?2. Hal Apa saja yang didapat setelah melangsungkan pernikahan ? 3. Apa hukum melangsungkan pernikahan munurut syariat agama Islam ?

1.3 Tujuan Penulisan 1. Agar kita dapat memahami arti pentingnya sebuah pernikahan. 2. Dapat mengetahui manfaat dan fungsi dari pernikahan.

1

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian, Hukum, dan Tujuan PernikahanA. Pengertian

Munakahat berarti pernikahan atau perkawinan, kata dasar dari pernikahan adalah nikah jika menurut bahasa berarti menghimpun sedangkan menurut terminologis adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mukhrim menjadi sepasang yang sah atau mukhrim sehingga menimbulkan hak dan kewajiban di antara keduanya. Pernikahan dalam arti luas adalah suatu ikatan lahir dan batin antara laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam suatu hubungan rumah tangga. Pernikahan dilakukan untuk mendapatkan keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan islam. Nikah termasuk perbuatan yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhamad SAW Atau sunah Rasul. Dalam hal ini disebutkan dalam hadis Rasullullah SAW yang artinya, Dari anas bin malik r.a., bahwasannya Nabi Muhammad SAW memuji Allah SWT dan menyanjungnya, beliau bersabda, akan tetapi aku salat, tidur, berpuasa, makan, dan menikahi wanita, barang siapa yang tidak suka dengan perbuatanku, maka dia bukanlah dari golonganku. (H.R Bukhari dan muslim).

B. Hukum Pernikahan

Asal hukum pernikahan adalah mubah (boleh). Kemudian hukumnya bergantung pada kondisi atau keadaan orang yang bersangkutan, karena itu hukum nikah bisa wajib, sunah, mubah, makruh, atau haram tergantung niat dan maksud atau tujuannya.

2

Adapun penjelasannya sebagai berikut : a. Wajib Nikah yang hukumnya wajib adalah nikah bagi orang yang ingin menikah yang telah cukup sandang pangan, dan dikhawatirkan terjerumus pada perzinahanjika tidak segera menikah, maka hukumnya adalah wajib.

b. Sunah Nikah yang hukumnya sunah adalah nikah bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan mampu pula mengendalikan diri dari perzinahaan, walaupun tidak segera menikah , maka hukum nikah adalah sunah. c. Makruh Nikah yang hukumnya makruh adalah nikah bagi orang yang ingin menikah, tetapi belum mampu . memberi nafkah terhadap istri dan anak-anaknya, maka hukum nikah adalah makruh. d. Haram. Nikah yang hukumnya haram adalah nikah bagi orang yang bermaksud menyakiti orang yang akan dinikahinya, maka hukum nikah adalah haram. Nabi Muhammad SAW bersabda, wahai para pemuda, jika di antara kamu sudah memiliki kemampuan untuk menikah, hendaklah ia menikah,karena pernikahan itu dapat menjaga pandangan mata dan lebih memelihara kelamin (kehormatan); dan barang siapa tidak mampu menikah, hendaklah ia berpuasa, sebab puasa itu menjadi penjaga baginya.(H.R.Bukhari dan Muslim)

C. Kedudukan dan Tujuan Pernikahan pernikahan di dalam ajaran islam berada pada tempat yang tinggi dan mulia. Karena itu , Islam menganjurkan agar perkawinan itu di persiapkan secara matang,

3

sebab pernikahan bukan sekedar mengesahkan hubungan badan antara laki-laki dan perempuan, atau memuaskan kebutuhan seksual semata-mata. Pernikahan memiliki arti yang luas, tinggi, dan mulia. Dari perkawinan akan lahir generasi penerus, baik atau buruknya perilaku mereka sangat di pengaruhi oleh peristiwa yang mulia di dalam pernikahan. Kedudukan pernikahan yang tinggi tersebut dijelaskan oleh Rasulallah : Nikah itu sunahku, barang siapa membenci pernikahan, maka ia bukanlah tergolong umatku. Dalam hadis yang lain Rasulallah bersabda : Nikah itu adalah setengah iman. Pernikahan menurut ajaran islam bertujuan untuk menciptakan keluarga yang tentram, damai dan sejahtera lahir batin. Hal ini, di ungkapkan dalam Firman Allah:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri untukmu sendiri,supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Q.S Ar-Ruum, 30:21)

4

2.2 Persiapan Nikah atau Khitbah

Kriteria mencari calon pasangann yang di anjurkan Rasulallah di ungkapkan dalam hadis berikut :Perempuan dinikahi karena empat hal: karena cantiknya,hartanya, keturunnya, dan agamanya, niscaya engkau mendapat keuntungan. (HR.Bukhari dan Muslim)

Dalam persiapan pernikahan pihak laki-laki melamar kepada pihak perempuan yang di sebut Khitbah, yaitu pihak laki-laki menyatakan keinginannya untuk menikahi perempuan. Apabila seorang perempuan sudah di lamar oleh seorang laki-laki, ia diharamkan untuk menerima lamaran laki-laki lain.

2.3 Muhrim. Menurut pengertian bahasa, muhrim berarti yang diharamkan. Dalam ilmu fikihmuhrim adalah wanita yangharam dinikahi. Adapun penyebab seorang wanita haram untuk dinikahi ada empat macam, yaitu sebagai berikut : 1. Wanita yang haram dinikahi karena keturunan : a) Ibu kandung danseterusnya ke bawah (nenek dari ibu dan nenek dari ayah). b) Anak perempuan kandung danseterusnya ke bawah (cucu dst). c) Saudara perempuan (sekandung, sebapak atau seibu). d) Saudara perempuan dari bapak. e) Saudara dari ibu. f) Anak perempuan dari saudara laki-laki dan seterusnya ke bawah. g) Anak perempuan dari saudara peremouan dan seterusnya ke bawah.

5

2. Wanita yang haram di nikahi karena hubungan sesusuan : a) Ibu yang menyusui. b) Saudara perempuan sesusuan. 3. Wanita yang haram dinikahi karena perkawinan : a) Ibu dari istri (mertua) b) Anak tiri (anak dari istri dengan suami lain), apabila suami sudah berkumpul sengan ibunya. c) Ibu tiri (istri dari ayah), baik sudah di cerai atau belum. Allah SWT berfirman yang artinya,

Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah di kawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan di benci Allah dan seburuk-buruknya jalan (yang ditempuh). (Q.S.An-Nisa, 4:22)

4. Wanita yang haram dinikahi karena mempunyai pertalian muhrim dengan istri. Misalnya melakukan poligami (memperistri sekaligus) terhadap dua orang

6

bersaudara, terhadap seorang perempuan dengan bibinya, terhadap seseorang perempuan dengan kemenakanya. 2.4 Rukun Nikah

Rukun nikah berarti ketentuan-ketentuan dalam pernikahan yang harus dipenuhi agar pernikahan itu sah. Rukun nikah tersebut ada lima macam yakni sebagai berikut :

A.

Ada calon suami, dengan syarat : laki-laki yang sudah berusia dewasa

(19 tahun), beragama islam, tidak dipaksa/terpaksa, tidak sedang dalam ihram haji atau umrah, dan bukan mahram calon istrinya.

B.

Ada calon istri, dengan syarat : wanita yang cukup umur (16 tahun):

bukan perempuan musyrik, tidak dalam ikatan perkawinan dengan orang lain bukan mahram bagi calon suami dan tidak dalam keadaan haji atau umrah.

C.

Ada wali nikah, yaitu orang yang menikahi mempelai laki-laki dengan

mempelai wanita atau mengizinkan pernikahannya. Wali nikah dapat dibagi menjadi dua macam : 1) Wali Nasab, yaitu wali yang mempunyai pertalian darah dengan mempelai wanita yang akan dinikahi. 2) Wali hakim, yaitu kepala Negara yang beragama Islam. Di Indonesia wewenang presiden sebagai wali hakim dilimpahkan kepada pembantunya, yaitu mentri Agama. Kemudian mentri Agama mengangkat pembantunya untuk bertindak sebagai wali hakim, yaitu kepala kantor Urusan Agama Islam yang berada di setiap kecamatan. Wali hakim bertindak sebagai wali nikah, jika wali nasab tidak ada atau tidak dapat memenuhi tugasnya.

7

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang wali nikah adalah sebagai berikut: a. Beragama Isalam, orang yang tidak beragama Islam tidak sah menjadi wali nikah,seperti firman Allah SWT dalam AL-Quran sunah Ali Imran ayat28.

Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu). (Q.S Ali Imran,3:28)

a. laki-laki. b. Baligh dan berakal. c. Merdeka dan bukan hamba sahaya. d. Bersifat adil. e. Tidak sedang ihram haji atau umrah.

D.

orang saksi. Selain itu, dalam pernikahan juga diperlukan dua orang

saksi, dengan syarat beragama Islam, laki-laki, baligh (dewasa) dan berakal

8

sehat, dapat mendengar dapat melihat, dapat berbicara, adil, dan tidak sedang ihram haji atau umrah. E. Ada akad nikah yakni ucapan ijab kabul. Adalah ucapan wali (dari pihak mempelai wanita), sebagai penyerahan kepada mempelai laki-laki. Qabul adalah ucapan mempelai laki-laki sebagai tanda penerimaan. Suami wajib memberikan mas kawin (mahar) kepada istrinya, karena merupakan syarat nikah, tetapi mengucapkannya dalam akad nikah hukumnya sunah. Selesai pernikahan diadakan Walimah, yaitu pesta pernikahan. Hukum mengadakan Walimah adalah sunah muakkad.

2.5 Kewajiban Suami dan Istri

Agar tujuan pernikahan tercapai, suami istri harus melaksanakan kewajiban-kewajiban hidup berumah tangga sebaik-baiknya dengan landasan niat ikhlas karena Allah SWT berfirman yang artinya,kaum lakilaki adalah pemimpin bagi kaum wanita karena allah talah melebihkan sebagian mereka atau sebagian yang lain dan karena laki-laki talah menafkahkan dari harta mereka.(Q.S.An-Nisa,4:34) Rasulullah SAW juga bersabda yang artinya ,Suami adalah penanggung jawab rumah tangga suami istri yang bersangkutan. (H.R. Bukhari dan Muslim) adalah sebagai berikut :

A. Kewajiban Suami 1). memberi nafkah,sandang,pangan, dan tempat tinggal kepada istri dan anakanaknya sesuai dengan kemampuan yang diusahakan secara maksimal.

9

hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang di berikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.(Q.S.At-Talaq, 65:7).

2). Memimpin serta membimbing istri dan anak-anaknya, agar menjadi orang yang berguna bagi diri sendiri, keluarga,Agama, masyarakat, serta bangsa dan negaranya. 3). Bergaul dengan istri dan anak-anaknya dengan baik ( makruf ). Misalnya, sopan dan hormat kepada istri dan keluarganya, menyayangi istri dan anak-anaknya dengan niat ikhlas karena allah serta untuk rhido-Nya. 4) Memelihara istri dan anak-anak dari bencana, baik lahir maupun bathin,duniawi maupun ukhrawi. 5) Membantu istri dalam tugas sehari-hari, terutama dalam mengasuh dan mendidik anak-anak agar menjadi anak yang saleh. Allah SWT berfirman :

1 0

Hai orang-orang yang beriman , peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu :penjaganya malaikat-malaiakat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang di perintah-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang di perintahkan..(Q.S.At-Tahriim, 66:6)

B. Kewajiban istri 1. Taat kepada suami dalam batas-batas yang sesuai dengan ajaran Islam. Adapun suruhan suami yang bertentangan dengan Islam tidak wajib di taati. 2. Memelihara diri serta kehormatan dan harta benda suami, baik di hadapan maupun di belakangnya. 3. Membantu suami dalam memimpin kesejahteraan dan keselamatan keluarganya. 4. Menerima dan menghormati pemberian suami walaupun sedikit, serta mencukupkan nafkah yang diberikan suami, sesuai dengan kekuatan dan kemampuannya, hemat, cermat, dan bijaksana. 5. Hormat dan sopan kepada suami dan keluarganya. 6. Memelihara, mengasuh, dan mendidik anak agar menjadi anak yang saleh.

1 1

2.6 Perceraian Perceraian berarti pemutusan hubungan ikatan perkawinan antara suami dan istri. Salah satu sebab Perceraian adalah perselisihan atau pertengkaran suami istri yang sudah tidak dapat di damaiakan lagi, walaupun sudah di datangkan hakim (juru damai) dari pihak suami maupun pihak istri. Pada dasarnya, perceraian merupakan perbuatan yang tidak terpuji,karena dapat menimbulkan akibat-akibat yang negatif, terutama apabila suami dan istri yang bercerai itu sudah mempunyai anak. Rasulullah SAW bersabda yang artinya Perbuatan yang halal, tetapi paling dibenci Allah ialah talak. (H.R.Abu Dawud dan Ibnu Majah) Rasulullah SAW juga bersabda, Setiap wanita (istri) yang meminta cerai kepada suaminya tanpa alasan,haramlah baginya wangi-wangia surga.(H.R. Ashabus Sunan kecuali An-Nasai). Pada kondosi-kondisi tertentu, mungkin lebih baik dilakukan, karena apabila tidak dilakukan menyebabkan penderitaan, baik bagi istri maupun suami atau akan menyebabkan kedurhakaan kepada Allah SWT. Hal-hal yang dapat memutuskan ikatan perkawinan adalah meninggalnya salah satu pihak suami atau istri, talak, fasakh,khulul,lian,ila dan zihar. Penjelasannya sebagai berikut :

A. Talak

Talak berarti melepaskan ikatan perkawinan dengan mengucapkan secara sukarela ucapan talak dari pihak suami kepada istrinya. Asal hukum talak adalah makruh ( sesuatu yang dibenci atau tidak disenangi ). Hal ini sesuai dengan penegasan Rasulullah SAW dalam hadisnya, sebagaimana telah dikemukakan.

1 2

Macam-macam talak : 1. Talak Sunni dan Talak Bidhi. Ditinjau dari segi keadaan istri, talak terdiri atas talak Sunni dan talak bidhi. Talak Sunni adalah talak yang di jatuhkan suami ketika istrinya sedang suci,tidak sedang haid atau tidak di campuri. Sedangkan talak bidhi adlah talak yang di jatuhkan suami ketika istrinya sedang haid, atau telah di campuri talak bidhi hukumnya haram. 2. Talak Sarih dan talak Kinayah Ditinjau dari cara menjatuhkannya, talak terdiri atas talak sarih dan talak kinayah . Talak sarih adalah talak yang diucapakan suami dengan menggunakan kata talak (cerai, firak (pisah), atau sarah (lepas). Talak dengan menggunakan katakata tersebut dinyatakan sah. Talak kinayah adalah ucapan yang tidak jelas namun mengarah kepada talak. Misalnya ucapan yang bernada mengusir, menyuruh pulang, atau yang bernada tidak memerlukan lagi dan sejenisnya.

3. Talak raji dan talak bain

a. Talak raji yaitu talak yang di jatuhkan suami terhadap istrinya untuk pertama kali atau kedua kalinya, suami boleh rujuk (kembali) kepada istrinya yang telah di talaknya selama masih dalam masa iddah. Juga masih dapat menikah kembali setelah masa iddah-nya .

b. Talak bain, yaitu talak yang suami tidak boleh rujuk (kembali) kepada istri yang di talaknya itu, melainkan mesti dengan akad nikah baru.

1 3

B. Fasakh

Fasakh adalah pembatalan pernikahan antara suami-istri karena sebab tertentu. Fasakh di lakukan oleh hakim Agama, karena adanya pengaduan dari istri atau suami dengan alasan yang dapat di benarkan. Akibat perceraian dengan Fasakh, suami tidak boleh rujuk kepada bekas istrinya. Namun, kalau ia ingin kembali dengan suami istri harus melalui akad nikah baru. Berbeda dengan khulu, fasakh tidak mempengaruhi bilangan talak Artinya, walaupun fasakh dilakukan lebih dari tiga kali, bekas suami istri itu boleh menikah kembali, tanpa bekas istrinya itu menikah dulu dengan laki-laki lain.

C. Khulul

Menurut istilah bahasa, khulul berarti tanggal dalam ilmu fikih, khulul adalah talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya, dengan jalan tebusan dari pihak istri, baik jalan mengembalian mas kawin kepada suaminya, atau dengan memberikan sejumlah uang (harta) yang di setujui oleh mereka berdua. Khulul di perkenankan dalam islam, dengan maksud untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang di hadapi istri, karena adanya tindakan-tindakan suami yang tidak wajar (umum). Allah SWT berfirman artinya : jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami istri ) tidak dapat menjalankan hoku-hokum Allah makatidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya.(Q.S.Al-Baqarah,2:229) Akibat perceraian dengan cara khulul , suami tidak dapat rujuk ,walaupun bekas istrinya masi dalam masa ddah. Akan tetapi, kalau bekas suami istri itu ingin kembali, harus melalui akad nikah baru.

1 4

Berbeda dengan fasakh, khulul dapat memengaruhi bilangan talak. Artinya, kalau sudah tiga kali dianggap tiga kali talak ( talak bain kubra ), sehingga suami tidak boleh menikah lagi dengan bekas istrinya, sebelum bekas istrinya itu menikah dulu dengan laki-laki lain, bercerai,dan habis masa iddah-Nya.

D. Lian

Lian adalah sumpah suami yang menuduh istrinya berzinah (karena suami tidak dapat mengajukan 4 orang saksi yang melihat istrinya berzinah). Dengan mengangkat sumpah 4 kali di dpan hakim, dan pada ucapan kelima kalinya dia mengatakan ,laknat (kutukan) Allah akan ditimpahkan atas diriku, apabila tuduhan itu dusta. Apabila suami sudah mengajukan lian, berlakulah hukum rajam terhadap istrinya, yaitu dilempari batu yang sedang sampai mati, agar istrinya terlepas dari hukum rajam karena merasa tidak berzinah, ia harus menolak tuduhan suaminya dengan mengangkat sumpah sebanyak 4 kali di depan hakim, dan pada kali kelimanya ia mengatakan,laknat (kutukan) Allah akan menimpa diriku apabila tuduhan itu benar. Sumpah suami istri seperti di atas, secara otomatis menyebabkan mereka bercerai serta tidak boleh rujuk atau menikah kembali untuk selamalamnya. Bahkan , kalau setelah itu si istri hamil, anak tersebut tidak boleh diakui sebagai anak bekas suaminya. Ayat AL-Quran yang menjelaskan tentang lian ini terdapat dalam surat An-Nur,24:6-10.

E. lla

1 5

lla berarti sumpah suami yang mengatakan bahwa ia tidak akan meniduri istrinya selama empat bulan atau lebih, atau dalam masa yang tidak ditentukan. Sumpah suami tersebut hendaknya ditunggu sampai empat bulan. Jika sebelum empat bulan dia kembali kepada istrinya dengan baik, maka dia diwajibkan membayar denda sumpah (kafarat). Akan tetapi, jika sampai empat bulan dia tidak kembali pada istrinya, maka hakim berhak menyuruhnya untuk memilih di antara dua hal, yaitu kembali kepada istrinya dengan membayar kafarat sumpah atau mentalak istrinya dengan. Apabila suami tidak mentalak istrinya dengan talak bain sugra, sehingga ia tidak dapat rujuk lagi. Ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang llaialah surat Al-Baqarah,2:226 dan 227.

F. Zihar Zihar adalah ucapan suami yang menyarupakan istrinya dengan ibunya, seperti suami berkata kepada istrinya,pungungmu sama dengan pungung ibuku. jika suami mengucapkan kata-kata tersebut, dan tidak melanjutkan dengan mentalak istrinya, wajib baginya membayar kafarat, dan haram meniduri istrinya sebelum kafarat di bayar. Ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang zihar ialah surah Al-Mujadilah,58: 1-6.

2.7 Iddah

1 6

Iddah berarti masa menunggu bagi istri yang ditinggal mati atau bercerai dari suaminya untuk di bolehkan menikah dengan laki-laki lain. Tujuan iddah antara lain untuk melihat perkembangan, apakah istri yang bercerai itu hamil atau tidak. Kalau ternyata hamil, maka anak yang dikandungnya berarti anak suami yang baru saja bercerai dengannya. Bagi suami yang mempunyai hak rujuk,masa iddah merupakan masa untuk berpikir ulang, apakah ia akan kembali (rujuk) pada istrinya atau mau meneruskan perceraiannya. Lama masa iddah adalah sebagai berikut : 1. Iddah karena suami wafat a. Bagi istri yang tidak sedang hamil. Baik sudah campur dengan suaminya yang wafat atau belum, masa iddah-Nya adalah empat bulan sepuluhhari.Ketentuan ini berdasarkan Al-Quran surah Al-Baqarah,2:234 b. Bagi istri yang sedang hamil, masa iddah-Nya adalah sampai melahirkan ketentuan ini berdasarkan Al-Quran surah At-Talaq, 65 :4. 2. Iddah karena talak,fasakh,dan khulul a. Bagi istri yang belum campur dengan suami yang baru saja bercerai dengannya, tidak ada masa iddah.ketentuan ini berdasarkan Al-Quran surah Al-Azhab, 33: 49 b. Bagi istri yang sudah campur masa iddah-Nya adalah : 1). Bagi yang masih mengalami menstruasi, masa iddah-Nya ialah tiga kali suci ketentuan ini berdasarkan Al-Quran surah Al= Baqarah,2 228 2). Bagi istri yang tidak mengalami menstruasi,misalnya karena

1 7

usia tua (menopause), masa iddah-nya ialah tiga bulan ketentuan itu berdasarkan Al-Quran surah At-Talaq, 65 :4. 3). Bagi istri yang sedang mengandung,masa iddah-nya ialah sampai dengan ia melahirkan kendungan-nya. Ketentuan ini berdasarkan Al-Quran surah At-Talaq, 65 :4.

2.8 Rujuk

Rujuk berarti kembali,yaitu kembalinya suami kepada ikatan nikah dengan istrinya sebagaimana semula, selama istrinya masih berada dalam masa iddah rajiyah. Hukum rujuk adalah mubah, artinya boleh rujuk dan boleh juga tidak. Akan tetapi, hukum rujuk bisa berubah, sebagai berikut : 1). Sunah, misalnya apabila rujuknya suami kepada istrinya dengan niat karena Allah, untuk memperbaiki sikap dan prilaku serta bertekad untuk menjadikan rumah tangganya menjadi rumah tangga bahagia. 2). Wajib, misalnya bagi suami mentalaknya,ia belum menyempurnakan pembagian waktunya. 3). Makruh (dibenci) apabila meneruskan perceraian lebih baik daripada rujuk. 4). Haram,misalnya jika maksud rujuknya suami adalah untuk menyakiti istri atau mendurhakai Allah SWT. Rukun rujuk ada empat macam,yaitu sebagai berikut :

1 8

1. Istri sudah bercampur dengan suami yang mentalaknya dan masih berada pada masa iddah rajiyah. 2. Keinginan rujuk suami atas kehandak sendiri bukan kerena di paksa. 3. Ada dua orang saksi, yaitu dua orang laki-laki yang adil. Ketentuan itu berdasarkan Al-Quran surah At-Talak, 65:2. 4. Ada sigat atau ucapan rujuk,misalnya suami berkata kepada istri yang diceraiakannya selama masih berada dalam masa iddah rajiyah, saya rujuk kepada engkau!

2.9 Hikmah Pernikahan

A. Memelihara Derajat Manusia Manusia sebagai makhluk Allah memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar untuk mempertahankan hidupnya, seperti makan dan minum serta kebutuhan seksual untuk mempertahankan keturunannya. Seksual merupakan kebutuhan dasar yang tidak bisa digantikan dengan yang lain. Karena itu, Islam memberikan jalan untuk menyalurkan kebutuhan tersebut melalui pernikahan. Pengaturan pernikahan merupakan upaya agar manusia dapat memenuhi kebutuhannya tanpa kehilangan derajat kemanusiannya yang tinggi dan mulia. Manusia adalah makhluk yang mulia. Karena itu, pernikahan merupakan upaya memelihara kemuliaan manusia sebagai pemegang amanat Allah di muka bumi.

B. Menjaga Garis Keturunan

1 9

Pernikahan juga berarti memelihara, garis keturunan dalam proses regenerasi manusia. Dengan pernikahan, kekerabatan dan status-status orang menjadi jelas, istilah dan fungsi suami,istri, ayah, ibu, saudara dan sebagiannya. Jika pernikahan tidak di atur, garis keturunan manusia akan kacau. Dengan demikian, arah kehancuran budaya manusia semakin dekat.

C. Mengembangkan Kasih Sayang Melalui pernikahan, rasa kasih sayang itu akan dapat diterima dan diberikan secara nyata dan tuntas. Manusia dapat memiliki dorongan jiwa yang kuat untuk berinteraksi dan berkreasi dalam kehidupannya. Kasih sayang adalah hal yang paling asasi bagi manusia dan pernikahan merupakan tempat yang baik bagi persemaian kasih sayang tersebut, tanpa merusak nilai-nilai kemanusiaan yang suci.

BAB III PEMBAHASAN

2 0

3.1 Hikmah Melangsungkan Pernikahan Dalam hal mendapatkan hikmah yang ada setelah melangsungkan pernikahan ialah banyak sekali yang didapat, mungkin menurut sudut pandang aspek yang ada di masyarakat yaitu manusia dapat memenuhi kebutuhannya tanpa kehilangan derajat kemanusiannya yang tinggi dan mulia. Manusia adalah makhluk yang mulia. Karena itu, pernikahan merupakan upaya memelihara kemuliaan manusia sebagai pemegang amanat Allah di muka bumi. Pernikahan juga berarti memelihara, garis keturunan dalam proses regenerasi manusia. Dengan pernikahan, kekerabatan dan status-status orang menjadi jelas, istilah dan fungsi suami,istri, ayah, ibu, saudara dan sebagiannya. Jika pernikahan tidak di atur, garis keturunan manusia akan kacau. Dengan demikian, arah kehancuran budaya manusia semakin dekat. Melalui pernikahan, rasa kasih sayang itu akan dapat diterima dan diberikan secara nyata dan tuntas. Manusia dapat memiliki dorongan jiwa yang kuat untuk berinteraksi dan berkreasi dalam kehidupannya. Kasih sayang adalah hal yang paling asasi bagi manusia dan pernikahan merupakan tempat yang baik bagi persemaian kasih sayang tersebut, tanpa merusak nilai-nilai kemanusiaan yang suci.

3.2 Hal Yang didapat Setelah Melangsungkan Pernikahan Mungkin lebih condong kepada hubungan intim yang telah sah lalu menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mukhrim menjadi sepasang yang sah atau mukhrim sehingga menimbulkan hak dan kewajiban di antara keduanya. Hidup menjadi lebih berarti dengan hadirnya pasangan yang akan menemani kita kelak sampai akhir hayat kita (jika kita bisa mempertahankan perkawinan atau pernikahan kita). Apalagi jika dalam pernikahan dikaruniai seorang putra atau putri yang hadir melengkapi kebahagian disisi kita. Kelak jika keturunan hadir disisi kita berikan lah segala hal terbaik yang kita punya

2 1

dalam segala aspek kehidupan termasuk memberikan pelajaran tentang hal keagamaan.

3.3 Hukum Melangsungkan Pernikahan Munurut Syariat Agama Islam hukum pernikahan adalah mubah (boleh). Kemudian hukumnya bergantung pada kondisi atau keadaan orang yang bersangkutan, karena itu hukum nikah bisa wajib, sunah, mubah, makruh, atau haram tergantung niat dan maksud atau tujuannya. wajib apabila pernikahan bagi orang yang ingin menikah yang telah cukup sandang pangan, dan niatnya khawatirkan terjerumus pada perzinahan jika tidak segera menikah, maka hukumnya adalah wajib. sedangkan sunah apabila pernikahan bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan mampu pula mengendalikan diri dari perzinahaan, dan dalam dirinya terdapat niat walaupun tidak segera menikah juga tidak apa-apa , maka hukum nikah adalah sunah. Pernikahan yang hukumnya makruh mungkin bagi orang yang ingin menikah, tetapi belum mampu memberi nafkah terhadap istri dan anak-anaknya, maka hukum nikah adalah makruh niat pernikahan initerlalu dipaksakan. Dan yang terakhir mungkin pernikahan yang hukumnya haram adalah pernikahan bagi orang yang bermaksud menyakiti orang yang akan dinikahinya, maka hukum nikah adalah haram karena niat yang dimaksudkan Buruk.

BAB IV PENUTUP4.1 Kesimpulan

2 2

Pernikahan dalam pandangan islam mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dan mulia, dalam pandangan ada beberapa ketentuan paernikahan, diantaranya adalah : Rukun islam Syariat islam Hukum nikah Hikmah nikah Wanita yang tidak boleh dinikahi

Talak adalah melepasnya ikatan pernikahan , macamnya : Talak Sunni, Talak Bidhi, Talak Sahi, Talak Kinayah, Talak Raji, Talak Bain. Sedangkan idahnya adalah masa menunggu wanita setelah di cerai suaminya, untuk menerima lamaran dari laki-laki lain.

4.2 Saran

Untuk melakukannya pernikahan seharusnya :

A. Pilihlah pasangan yang benar-benar cocok, seiman, seagama yang setia lahir dan batin. B. Persiapkanlah segala sesuatunya, baik diri sendiri (Moral) maupun materi C. Bentuklah suatu keluarga bahagia dan hindarilah perceraian.

2 3