Halaman Inti

24
1 A. JUDUL Pemanfaatan Bioetanol dari Limbah Tapioka dengan Agens Biofermentor Saccharomyces cerevisiae sebagai Sumber Energi Listrik Terbaharukan di Desa Sidomukti, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati. B. LATAR BELAKANG Industri tapioka merupakan salah satu industri kecil yang berkembang di Kabupaten Pati. Di Kabupaten Pati sendiri setidaknya terdapat lima desa yang menjadi sentra penghasil tapioka, salah satunya adalah klaster industi tapioka Desa Sidomukti (Rachmah, 2008). Selain menghasilkan tepung, industri tapioka juga menghasilkan hasil samping berupa limbah. Dari proses pengolahan singkong menjadi tepung tapioka, dihasilkan limbah sekitar 2/3 bagian atau sekitar 75% dari bahan mentahnya. Dimana limbah tersebut berupa limbah padat yang biasa disebut onggok (ampas singkong) dan lindur (Retnowati dan Susanti, 2009). Sebagian besar industri tapioka berlokasi dekat pemukiman berpenduduk padat dan di tepi sungai sehingga onggok yang dibuang disekitar lokasi industri akan berakibat fatal bagi lingkungan dan makhluk hidup yang mendiami daerah sekitar (Purwanti, 2009). Purwanti (2009) juga menyatakan bahwa limbah cair sebagian besar langsung dibuang ke sungai sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap.

description

Halaman Inti

Transcript of Halaman Inti

Page 1: Halaman Inti

1

A. JUDUL

Pemanfaatan Bioetanol dari Limbah Tapioka dengan Agens Biofermentor

Saccharomyces cerevisiae sebagai Sumber Energi Listrik Terbaharukan di Desa

Sidomukti, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati.

B. LATAR BELAKANG

Industri tapioka merupakan salah satu industri kecil yang berkembang di

Kabupaten Pati. Di Kabupaten Pati sendiri setidaknya terdapat lima desa yang

menjadi sentra penghasil tapioka, salah satunya adalah klaster industi tapioka

Desa Sidomukti (Rachmah, 2008). Selain menghasilkan tepung, industri tapioka

juga menghasilkan hasil samping berupa limbah. Dari proses pengolahan

singkong menjadi tepung tapioka, dihasilkan limbah sekitar 2/3 bagian atau

sekitar 75% dari bahan mentahnya. Dimana limbah tersebut berupa limbah padat

yang biasa disebut onggok (ampas singkong) dan lindur (Retnowati dan Susanti,

2009).

Sebagian besar industri tapioka berlokasi dekat pemukiman berpenduduk

padat dan di tepi sungai sehingga onggok yang dibuang disekitar lokasi industri

akan berakibat fatal bagi lingkungan dan makhluk hidup yang mendiami daerah

sekitar (Purwanti, 2009). Purwanti (2009) juga menyatakan bahwa limbah cair

sebagian besar langsung dibuang ke sungai sehingga menimbulkan bau yang

tidak sedap.

Dalam keadaan kering onggok mengeluarkan bau tidak sedap, apalagi dalam

keadaan basah saat musim hujan. Bau tidak sedap ini muncul akibat terjadinya

proses pembusukkan onggok yang sangat cepat (Purwanti, 2009). Di sisi lain

limbah cair tapioka sangat mencemari lingkungan, antara lain di Sungai Sat,

Suwatu, tercemar berat oleh BOD, COD, Fenol, total coliform tinja (Kajian

Peruntukan Sungai Kab. Pati, 2004) dalam (Prayitno, 2008). Sungai Pangkalan

yang menjadi muara limbah cair tapioka Desa Sidomukti juga tercemar dengan

COD 13.413 mg/l, BOD 645 mg/l (SLHD Kab. Pati, 2007) dalam (Prayitno,

2008).

Bioetanol (C2H5OH) merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai

bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya yang

terbarukan (Komariyati dan Kusmailina, 2010). Sumber bioetanol dapat berupa

Page 2: Halaman Inti

2

singkong, ubi jalar, tebu, jagung, sorgum biji, sorgum manis, sagu, aren, nipah,

lontar, kelapa dan padi. Sumber bioetanol yang cukup potensial dikembangkan

di Indonesia adalah singkong (Manihot esculenta) (Yakinudin, 2010).

Energi merupakan salah satu hal yang sangat penting di dunia. Energi

menjadi syarat mutlak pemabangunan nasional setiap negara, termasuk di

Indonesia. Pemenuhan kebutuhan energi dunia selama ini sebagian besar

dipasok dari bahan bakar fosil yang tidak terbaharukan sehingga jika terus di

eksploitasi dimungkinkan akan habis dalam setengah abad mendatang. Selain

itu, menurut Komariyati dan Gusmailina (2010) menyatakan bahwa bahan bakar

fosil seperi minyak bumi saat ini harganya semakin meningkat, selain kurang

ramah lingkungan juga termasuk sumber daya yang tidak dapat diperbaharui.

Pemanfaatan sumber energi dari tanaman merupakan alternatif untuk

mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Segala macam sumber

bioenergi tanaman perlu digali, diteliti dan dikembangkan untuk menjadi sumber

bioenergi bagi masyarakat Indonesia. Bioetanol merupakan salah satu bioenergi

berasal dari tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia.

Sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan perkembangan industri

serta fasilitas lainnya, menyebabkan semakin besar pula kebutuhan akan energi

listrik, berarti semakin besar subsidi pemerintah yang harus disediakan melalui

Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai Badan Usaha Milik Negara. Sejak

tahun 2003 kebutuhan listrik di Pulau Jawa, Madura dan Bali pada jam puncak

sama dengan kapasitas terpasang pusat pembangkit listrik yang dimiliki oleh

PLN dan mulai tahun 2004 PLN perlu menambah sumber energi listrik baru

untuk memenuhi kebutuhan listrik pada beban puncak, untuk mencegah krisis

energi listrik (Suhardi, 2008).

Pemanfaatan bioetanol dari limbah industri tapioka sebagai sumber energi

listrik terbaharukan merupakan solusi cerdas menyelesaikan permasalahan

lingkungan akibat adanya pencemaran lingkungan akibat limbah tapioka di desa

Sidomukti kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati serta merupakan langkah

strategis dalam mengatasi krisis energi yang disebabkan sumber energi berbahan

bakar fosil yang mulai menipis.

Page 3: Halaman Inti

3

C. PERUMUSAN MASALAH

Desa Sidomukti yang merupakan salah satu sentra industri tapioka di

Kabupaten Pati yang mampu mengolah singkong hingga 600 ton perhari dan 2/3

dari jumlah tersebut dihasilkan limbah. Limbah industri tapioka yang belum bisa

dimanfaatkan dan dikelola secara optimal berdampak negatif berupa pencemaran

lingkungan. Sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan perkembangan

industri menyebabkan semakin besar pula kebutuhan akan energi listrik. Krisis

bahan bakar fosil yang merupakan sumber utama energi listrik menyebabkan

manusia berfikir mencari sumber energi lain yang terbaharukan. Bioetanol

merupakan sumber energi terbarukan berasal dari tumbuhan seperti tebu dan

singkong yang berpotensi sebagai bioenergi alternatif. Masalah yang dibahas

adalah apakah bioetanol dari limbah industri tapioaka bisa dijadikan sumber

energi listrik pengganti bahan bakar fosil di Desa Sidomukti, Kecamatan

Margoyoso, Kabupaten Pati.

D. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efesiensi penggunaan bioetanol

dari limbah industri tapioka di Desa Sidomukti Kecamatan Margoyoso

Kabupaten Pati sebagai sumber energi listrik terbaharukan sebagai pengganti

bahan bakar fosil.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Penelitian ini diharapakan bisa menghasilkan bioetanol dari limbah industri

tapioka di Desa Sidomukti, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati untuk

selanjutnya dapat dikembangkan sebagai alternatif sumber energi listrik

terbaharukan.

F. KEGUNAAN

Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan acuan dalam pengembangan

bioetanol sebagai sumber energi listrik alternatif terbaharukan sebagai pengganti

bahan bakar fosil.

Page 4: Halaman Inti

4

G. TINJAUAN PUSTAKA

G.1 Singkong

Menurut Anonim (2012) klasifikasi singkong adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot utilissima

Singkong atau ubikayu (Manihot esculenta) merupakan salah satu

sumber karbohidrat lokal Indonesia yang menduduki urutan ketiga terbesar

setelah padi dan jagung. Tanaman ini merupakan bahan baku yang paling

potensial untuk diolah menjadi tepung (Balai Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, 2011).

Singkong merupakan bahan nabati mengandung pati yang paling

banyak digunakan sebagai sumber penghasil bioetanol karena harganya

yang relatif murah dan mudah diperoleh (Krismatuti, 2009). Krismatuti

(2009) juga menyatakan bahwa singkong mengandung glukosa sebagai

bentuk penyimpanan kelebihan makananya, sehingga singkong dapat

difermentasi dengan menggunakan enzim tertentu untuk menghasilkan

bioetanol.

G.2 Bioetanol

Bioetanol (etil alkohol) adalah alkohol (etanol atau C2H5OH) yang

dibuat dari sumber daya alam (sumber nabati) yang dapat diperbahrui dan

atau hasil degradasi bagian dari limbah dan ditujukan untuk digunakan

sebagai biofuel (Krismatuti, 2009).

Menurut Aisyah dan Sembiring (2009), bioetanol biasanya diproduksi

secara fermentasi dari bahan yang mengandung glukosa atau polimer

Page 5: Halaman Inti

5

glukosa (polisakarida). Pembentukan bioetanol dilakukan dalam kondisi

anaerob oleh Saccharomyces cerevisiae yang merupakan jenis mikroba

fakultatif anaerob (Asngad dan Triyani, 2009).

Bioetanol dapat dimanfaatkan sebagai agen untuk meningkatkan

angka oktan pada bensin karena angka etanol cukup tinggi (135) sedangkan

oktan premium yang dijual sebagai bahan bakar adalah 98 (Aisyah dan

Sembiring, 2009).

Bioetanol sebagai sumber energi banyak menarik perhatian seluruh

dunia, ongkos produksinya lebih murah dan proses produksinya lebih

sederhana dari pada bensin (Asngad dan Triyani, 2010).

G.3 Saccharomyces cerevisiae

S. cerevisiae merupakan khamir yang banyak digunakan dalam

industri fermentasi bioetanol sebagai industri modern, khamir tersebut

dalam bioteknologi konvensional telah digunakan untuk memproduksi

beberapa pangan tradisional seperti: bir, anggur, wiski, sake, pengembangan

roti, tempe dan sebagainya (Asngad dan Triana, 2010).

S. cerevisiae merupakan khamir yang paling penting pada fermentasi

utama dan akhir, karena mampu memproduksi alkohol dengan konsentrasi

tinggi dan fermentasi spontan (Suparti, 2011).

G.4 Fermentasi

Fermentasi menurut Suparti (2011) dapat didefinisikan perubahan

kimia dalam bahan pangan yang disebabkan oleh enzim. Enzim yang

berperan dapat dihasilkan oleh makroorganisme. Meidyawati (1997) dalam

Suparti (2011) menyatkan bahwa pada umumnya fermentasi alkohol

melibatkan khamir dari genus Saccharomyces, masing-masing spesies

masih terbagi menjadi beberapa galur yang memiliki sifat berbeda, yaitu

kemampuan dalam fermentasi, serta toleransi terhadap alkohol.

Pada proses fermentasi etanol, khamir terutama akan memetabolisme

glukosa dan fruktosa membentuk asam piruvat melalui tahapan reaksi pada

jalur Embden-Meyerhof-Parnas, sedangkan asam piruvat yang dihasilkan

akan didekarboksilasi menjadi asetaldehida yang kemudian mengalami

dehidrogenasi menjadi etanol (Amerine et al., 1987) dalam Musanif (T.T).

Page 6: Halaman Inti

6

Kriteria pemilihan khamir untuk produksi bioetanol adalah

mempunyai laju fermentasi dan laju pertumbuhan cepat, perolehan bioetanol

banyak, tahan terhadap konsentrasi bioetanol dan glukosa tinggi, tahan

terhadap konsentrasi garam tinggi, pH optimum fermentasi rendah,

temperatur optimum fermentasi sekitar 25-30 oC ( Setyawati dan Rahman,

2011).

Proses fermentasi umumnya dipilih Saccharomyces cerevisiae, karena

dapat tumbuh dengan baik dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap

alkohol serta mampu menghasilkan alkohol dalam jumlah yang banyak

(Suparti, 2011). Selain itu menurut Setyawati dan Rahman (2011)

Saccharomyces cerevisiae menghasilkan enzim zimase dan invertase. Enzim

zimase berfungsi sebagai pemecah sukrosa menjadi monosakarida (glukosa

dan fruktosa). Enzim invertase selanjutnya mengubah glukosa menjadi

bioetanol (Judoamidjojo dkk, 1992) dalam Setyawati dan Rahman (2011).

Faktor yang dapat mempengaruhi jumlah bioetanol yang dihasilkan

dari fermentasi adalah mikroorganisme dan media yang digunakan (Astuty,

1991) dalam (Setyawati dan Rahman, 2011). Suhu yang baik untuk proses

fermentasi berkisar antara 25-30 °C. Derajat keasaman (pH) optimum untuk

proses fermentasi sama dengan pH optimum untuk proses pertumbuhan

khamir yaitu pH 4,0-4,5 (Setyawati dan Rahman, 2011).

Waktu fermentasi berpengaruh terhadap hasil karena semakin lama

waktu fermentasi akan meningkatkan kadar bioetanol. Namun bila

fermentasi terlalu lama nutrisi dalam substrat akan habis dan khamir

Saccaromyces cerevisiae tidak lagi dapat memfermentasi bahan (Setyawati

dan Rahman, 2011).

G.5 Distilasi

Distilasi merupakan suatu proses pemisahan dua atau lebih komponen

zat cair berdasarkan pada titik didih. Secara sederhana destisi dilakukan

dengan memanaskan/ menguapkan zat cair lalu uap tersebut didinginkan

kembali supaya jadi cair dengan bantuan kondensor (Anonim, 2010).

Distilasi bioetanol dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer

(sebagian besar adalah air dan etanol). Titik didih etanol murni adalah 78oC

Page 7: Halaman Inti

7

sedangkan air adalah 100oC (kondisi standar). Krismatutin (2009)

mengatakan bahwa memanaskan pada rentang suhu mengakibatkan

sebagian besar etanol menguap dan melalui unit kondensasi akan bisa

dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95% volume.

Distilasi bertingkat mampu menghasilkan etanol dengan kemurnian

maksimum 95,6%, karena pada kemurnian tersebut etanol membentuk

azeotrop dengan air sehingga tidak dapat dipisahkan lagi dengan pemisahan

biasa. Untuk mendapatkan etanol standar bahan bakar, kemurnian 99%

dapat dilakukan dengan menambahkan entrainer, pemisahan dengan

membrane secara evaporasi, ataupun dengan menggunakan moleculer sieve

(Frings, 2006) dalam Aisyah dan Sembiring (2009) .

G.6 Mesin Konversi Energi

Mesin Konversi Energi adalah suatu pesawat yang mengubah suatu

energi menjadi energi yang lain sehingga menghasilkan suatu kerja atau

usaha yang dimanfaatkan untuk kepentingan manusia (Anonim, 2012).

H. METODE PELAKSANAAN

H.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Sample limbah tapioka diambil dari salah satu industri pembuatan

tepung tapioka di Desa Sidomukti, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati.

Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioproses Jurusan

Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dan di Laboratorium

Konversi Energi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Diponegoro. Penelitian direncanakan dilakukan selama 5 bulan.

H.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol air mineral

600 ml, gelas plastik, timbangan, gelas arloji, gelas ukur, beaker glass,

thermometer, pengaduk, kompor, panci, pipet tetes, piknometer, kertas pH,

wadah air, labu leher tiga, pendingin liebig, fermentor, erlenmeyer, kompor

listrik, selang, corong pemisah, corong, gelas ukur dan mesin konversi

energi.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Lindur

kering, Saccharomyces cerevisiae, enzim α-amilase, enzim Glukoamilase,

Page 8: Halaman Inti

8

urea, NPK, aquadest, NaOH, Antifoem, Amonium sulfat, dan Natrium

karbonat.

H.3 Variabel

a. Variabel bebas

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah lama

fermentasi bioetanol dan konsentrasi bioetanol terhadap bensin dalam

menghasilkan listrik.

b. Variabel tetap

Variabel tetap yang digunakan adalah bioetanol yang dihasilkan

dari perbedaan lama fermentasi dan energi listrik yang dihasilkan dari

perbedaan variasi perbandingan bioetanol dengan bahan bakar bensin.

H.4 Cara Kerja

Cara kerja penelitian ini adalah sebagaimana skema dibawah:

Page 9: Halaman Inti

9

I. JADWAL KEGIATAN

Tabel 1. Jadwal Kegiatan

NoURAIAN

KEGIATAN

BULAN

1 2 3 4 5

1.Analisis Situasi

Lapangan                                       

2.Persiapan Alat dan

Bahan                        

3.Perijinan Tempat

Penelitian

4.Penelitian Produksi

Bioetanol                           

5.

Penelitian Konversi

Bioetanol Menjadi

Listrik

                                 

6. Analisis Data

7.Pembuatan Laporan

Akhir

J. RANCANGAN BIAYA

Rekapitulasi Biaya Pelaksanaan Program:

1. Bahan habis pakai : Rp. 6.448.000,00

2. Peralatan penunjang PKM : Rp. 4.537.000,00

3. Biaya Kesekretariatan dan dokumentasi : Rp. 95.000,00

4. Biaya perjalanan : Rp. 800.000,00

Jumlah : Rp.11.880.000,00

Tabel 2. Rancangan Biaya

No. Bahan Rincian BiayaJ.1. Bahan Habis Pakaia. Lindur Kering 100 kg x 130.000 Rp. 1.300.000,00b. Saccharomyces Rp. 500.000,00

Page 10: Halaman Inti

10

cerevisiaec. Alpha Amilase 10 L x Rp. 100.000 Rp.1.000.000,00d. Gluko Amilase 15 L x Rp. 130.000,00 Rp.1.950.000,00e. NPK 20 kg x Rp. 5.000,00 Rp.100.000,00f. Urea 40 Kg x Rp. 13000,00 Rp. 520.000,00g. NaOH 15 Kg x Rp. 20.000,00 Rp. 300.000,00h Antifoam 3 mL x Rp. 40.000,00 Rp. 120.000,00i Aquades 20 L x Rp. 700,00 Rp. 14.000,00j H2SO4 2 Kg x Rp. 12.000,00 Rp. 24.000,00k Amonium Sulfat 200 g x Rp. 1.000,00 Rp. 200.000,00l Natrium Karbonat 200 g x Rp. 2.100,00 Rp. 420.000,00

Subtotal Rp. 6.448.000,00J.2. Peralatan Penunjanga. Laboratorium

Bioproses Teknik Kimia Undip

Rp. 500.000,00

b. Laboratorium Konversi Energi Teknik Elektro Undip

Rp. 500.000,00

c. Drum Air 3 x Rp. 200.000,00 Rp. 600.000,00d. Dandang Besar 4 x Rp. 100.000,00 Rp.400.000,00e. Selang 10 m x Rp. 10.000,00 Rp.100.000,00f. Gayung 4 x Rp. 10.000,00 Rp. 40.000,00g. Sarung Tangan 4 x Rp. 10.000,00 Rp. 40.000,00h. Masker 20 x Rp. 10.000,00 Rp. 200.000,00i. Kapas 1 Kg x Rp. 10.000,00 Rp. 10.000,00l. Sikat 4 x Rp. 5.000,00 Rp. 20.000,00m. Spiritus 1 L x Rp. 85.000,00 Rp. 85.000,00n. Alkohol 76 % 1 L x Rp. 42.000,00 Rp. 42.000,00i Mesin Konversi 1x Rp. 2.000.000 Rp. 2.000.000,00

Subtotal Rp. 4.537.000,00J.3 Kesekretariatan dan Dokumentasia. Print proposal 3 x Rp. 10.000,00 Rp.30.000,00b. Penjilidan Proposal 3 x Rp. 5000,00 Rp. 15.000,00c. Dokumentasi Rp. 50.000,00 Rp. 50.000,00 Subtotal Rp. 95.000,00J.4. Biaya Perjalanana. Transportasi

Semarang-Pati4 x Rp. 100.000,00 Rp. 400.000,00

b. Transportasi Angkut Sampel Pati-Semarang

Rp. 300.000,00 Rp. 300.000,00

c. Lain-lain Rp. 100.000,00 Subtotal Rp. 800.000,00

Total Biaya Rp.11.880.000,00

Page 11: Halaman Inti

11

K. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Distilasi Uap.

http://lifechemicals.blogspot.com/2010/12/destilasi-uap.html. Diakses 16

Oktober 2012.

Anonim. 2012. Mesin Konversi Energi. novrizalbinmuslim.files.wordpress.com.

Diakses 21 Oktober 2012.

Anonim. 2012. Informasi Spesies. http://www.plantamor.com/index.php?

plant=815. Diakses 16 Oktober 2012.

Asngad, A dan Triyani. 2010. Kadar Bioetanol Limbah Tapioka Padat Kering

Dengan Penambahan Ragi Dan H2SO4 Pada Lama Fermentasi Yang

Berbeda. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi.11(2): 156-166.

Komariyati, S. dan Gusmailina. 2010. Prospek Bioetanol Sebagai Pengganti

Minyak Tanah. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hutan Bogor.

Krismatuti, F.S.H. 2009. Sumber Penghasil Energi Alternatif Bioetanol. Berita

IPTEK LIPI.

Pawirohaesono, Suyanto. 2007. Potensi Pengembangan Industri dan

Bioekonomi Berbasis Makanan Fermentasi Tradisional. Jurnal Ilmu

Kefarmasian Indonesia.5(2): 85-91: Semarang

Prayitno, H.T. 2008. Pemisahan Padatan Tersuspensi Limbah Cair Tapioka

Dengan Teknologi Membran Sebagai Upaya pemanfaatn Dan

Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Fakultas Teknik Universitas

Diponegoro: Semarang

Purwanti. 2009. Kualitas Bioetanol Limbah padat Basah Tapioka Dengan

Penambahan Ragi Dan Waktu Fermentasi Yang Berbeda. Fakultas

Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah: Surakarta.

Page 12: Halaman Inti

12

Retnowati, D dan Susanti, R. Pemanfaatan Limbah Padat Ampas Singkong Dan

Lindur Sebagai Bahan Baku Pembuat Etanol. Makalah Penelitian

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro di

Semarang.

Sari, R. P. P. 2009. Pembuatan Bioetnaol dari Limbah Sorgum dengan Proses

Fermentasi. Seminar Tugas Akhir Fakultas Teknik Universitas

Diponegoro di Semarang.

Setyawati, H dan Rahmana, N.A. 2011. Bioetnaol dari Kulit Nanas dengan

Variasi Massa Saccharomtces cerevisiae dan waktu Fermentasi. Teknik

Kimia ITN: Malang.

Yakinudin, Andal. 2010. Bioetanol Singkong Sebagai Sumber Bahan Bakar

Terbaharukan dan Solusi Untuk Meningkatkan Penghasilan Petani

Singkong. IPB.

.

Page 13: Halaman Inti

13

L. LAMPIRAN

Biodata Singkat Ketua Program dan Anggota

1. Ketua Pelaksana Kegiatan

Nama : Mohamad Ridwan Tsanitya

Tempat/ tanggal lahir : Purbalingga/ 25 Mei 1994

Alamat : Jl. Angsana Raya No. 99 Teluk Purwokerto

Waktu kegiatan : 10 jam/ minggu

Riwayat Pendidikan :

2012-sekarang Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Diponegoro

2009-2012 SMA N 5 Purwokerto

Pengalaman Organisasi :

2010-2011 Sekretaris I ROHIS SMA N 5 Purwokerto

Semarang, 15 Oktober 2012

(Mohamad Ridwan Tsanitya)

21060112130073

2. Anggota Pelaksana Kegiatan 1

Nama : Khoirul Huda

Tempat/ tanggal lahir : Pati/ 2 Mei 1992

Alamat : Desa Suwaduk RT 07/RW 03 Wesarijaksa Pati

Waktu kegiatan : 8 jam/ minggu

Riwayat Pendidikan :

2010-sekarang Mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Diponegoro

2007-2010 MA Raudlatul Ulum

Pengalaman Organisasi :

2011-Sekarang Ketua Kelompok Mahasiswa Peduli Lingkungan

Biologi

Semarang, 15 Oktober 2012

(Khoirul Huda)

24020110130060

Page 14: Halaman Inti

14

3. Anggota Pelaksana Kegiatan 2

Nama : Didi Romadi

Tempat/ tanggal lahir : Demak/ 30 Agustus 1992

Alamat : Desa Wilalung RT 07/RW 03 Kec. Gajah Kab.

Demak

Waktu kegiatan : 8 jam/ minggu

Riwayat Pendidikan :

2010-sekarang Mahasiswa D3 Teknik Kimia Universitas Diponegoro

2007-2010 MAN 2 Kudus

Pengalaman Organisasi :

2007-2008 Anggota Sie. Keagamaan OSIS MAN 2 Kudus

Semarang, 15 Oktober 2012

(Didi Romadi)

21030110060042

4. Anggota Pelaksana Kegiatan 3

Nama : Muhammad Luqman Hakim

Tempat/ tanggal lahir : Jepara/ 11 Januari 1994

Alamat : Welahan, RT 04/ RW 02, Kec. Welahan, Jepara

Waktu kegiatan : 8 jam/ minggu

Riwayat Pendidikan :

2011-sekarang Mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Diponegoro

2008-2011 SMA N 1 Welahan

Pengalaman Organisasi :

2008-2010 OSIS SMA N 1 Welahan

Semarang, 15 Oktober 2012

(Muhammad Luqman Hakim)

24020111130036

Page 15: Halaman Inti

15

Biodata Dosen Pendamping

Nama : Dr. Aris Triwiyatno, ST. MT

Tempat/tanggal lahir : Rembang / 8 September 1975

Alamat : Desa Warugung RT 06/RW 02 Kecamatan Pancur

Kabupaten Rembang

Riwayat Pendidikan :

1. SD N 3 Sale di Rembang lulus tahun 1987

2. SMP N 1 Lasem di Rembang lulus tahun 1990

3. SMA Taruna Nusantara lulus tahun 1993

4. ITS Program Sarjana Teknik Elektro 1998

5. ITS Program Magister Teknik Elektro 2005

6. ITS Program Doktor Teknik Elektro 2011

Pengalaman Penelitian :

1. Fuel Saving Strategy in Spark Ignition Engine Using Fuzzy Logic

Engine Torque Control, Makara, Teknologi, Vol. 16, No. 1, April 2012:

35-42.

2. Optimal Fuzzy Control Design: Case Study of Engine Torque Control of

Spark Ignition Engine, Proceeding of International Conference on

Informatics for Development – ICID 2011, UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 26 Nopember 2011.

3. Perancangan Simulasi Supervisory Control and Data Acquisition pada

Prototipe Sistem Listrik Redundant, Transmisi, Vol. 14, No. 1, Januari

2012.

Semarang, 15 Oktober 2012

(Dr. Aris Triwiyatno, ST., MT)

NIDN. 0008097504