Proposal Icha

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan merupakan suatu upaya yang ditujukan unt meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi s orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai pentahapannya. Sala cara meningkatkan derajat kesehatan yaitu dengan memperbaiki status gizi masyarakat khususnya pada balita yang merupakan kelompok usiarawan terhadap masalah gizi. 1,2 izi merupakan salah satu indikator untuk menilaikeberhasilan pembangunan kesehatan sebuah negara dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas.Status gizimasyarakat sering digambarkan dengan tingkat masalah gizi pada kelompok balita. Persoalan gizi pada kelompok balita ma menjadi masalah serius bagi sebagian besar kabupaten!kota di "ndonesia. #ekurangan gizi dapat berakibat pada menurunnya tingkat kecerdasan anak-a $enurunnya kualitas manusia usia muda berarti hilangnya sebagian besar po pandai yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan bangsa. %,& Permasalahan gizi yang masih menjadi masalah utama di dunia adalah malnutrisi. $alnutrisi dapat meningkatkan kerentanan anak terhadap penyak mempengaruhi tumbuh kembangnya.Pada tahun 2'1', sebanyak 1'% juta anak berusia di bawah lima tahun di negara berkembang mengalami underweight atau 1

Transcript of Proposal Icha

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGPembangunan kesehatan merupakan suatu upaya yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai pentahapannya. Salah satu cara meningkatkan derajat kesehatan yaitu dengan memperbaiki status gizi masyarakat khususnya pada balita yang merupakan kelompok usia rawan terhadap masalah gizi.1,2Gizi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan kesehatan sebuah negara dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas.Status gizi masyarakat sering digambarkan dengan tingkat masalah gizi pada kelompok balita. Persoalan gizi pada kelompok balita masih menjadi masalah serius bagi sebagian besar kabupaten/kota di Indonesia. Kekurangan gizi dapat berakibat pada menurunnya tingkat kecerdasan anak-anak. Menurunnya kualitas manusia usia muda berarti hilangnya sebagian besar potensi pandai yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan bangsa.3,4Permasalahan gizi yang masih menjadi masalah utama di dunia adalah malnutrisi. Malnutrisi dapat meningkatkan kerentanan anak terhadap penyakit dan mempengaruhi tumbuh kembangnya.Pada tahun 2010, sebanyak 103 juta anak berusia di bawah lima tahun di negara berkembang mengalami underweight atau berat badan terlalu rendah. Prevalensi balita yang mengalami masalah gizi berdasarkan berat badan per umur (BB/U) di Indonesia pada tahun 2010 meliputi kasus gizi kurang 13,0% dan gizi buruk 4,9%.3,4Hasil penelitian tahun 2011 di Daerah Jawa Barat angka prevalensi status gizi buruk (BB/U) adalah 103 balita atau sekitar 3,1%, sedangkan status gizi kurang 9,9%.6 Berdasarkan hasil pemantauan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 jumlah balita yang mengalami gizi buruk sebanyak 556 balita (12,21%) dan 601 balita gizi kurang (13,50%).4Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2012, didapatkan prevalensi balita gizi kurang dengan indikator BB/U sebesar 12% dan balita gizi buruk 3,7%.7Persentase status gizi balita berdasar berat menurutumur (BB/U) di Kota Baubau sebesar 1,2%.7Hasil analisis Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 melaporkan bahwa masalah kurang gizi balita di daerah perkotaan lebih rendah dari masalah yang ada diperdesaan, kecuali untuk masalah kegemukan pada balita yang lebih tinggi diperkotaandari diperdesaan.Masalah gizi pada balita menunjukkan ada kaitannya dengan tingkat pendidikan kepala rumahtangga, jenis pekerjaankepala rumahtangga dan keadaan ekonomi rumahtangga. Semakin baik tingkat pendidikan dan jenispekerjaan kepala rumahtangga serta keadaan ekonomi rumahtangga semakin menurunprevalensi masalah gizi pada balita dan sebaliknya.4Berdasarkan uraian latar belakang, peneliti tertatik untuk mengetahui Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Gizi Buruk Pada Anak Dibawah Lima Tahun (Balita) di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara.1.2 RUMUSAN MASALAHBerdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya dalam latar belakang masalah maka dapat dirumuskan sebagai berikut Faktor Apa Sajakah Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Gizi Buruk Pada Anak Dibawah Lima Tahun (Balita) di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara?1.3 TUJUAN PENELITIAN1.3.1 Tujuan UmumMengetahui Faktor Apa Saja Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Gizi Buruk Pada Anak Dibawah Lima Tahun (Balita) di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara.1.3.2 Tujuan Khusus1. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan gizi buruk pada balita di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara.2. Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan gizi buruk pada balita di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara.3. Mengetahui hubungan antara pendapatan keluarga dengan gizi buruk pada balita di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara.4. Mengetahui hubungan antara pola makan balita dengan gizi buruk pada balita di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara.

1.4 MANFAAT PENELITIAN1. PenelitiMenjadikan sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan, pengalaman, dan wawasan penelitian dalam hal melakukan penelitian dan sebagai penerapan ilmu yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Makassar.2. PendidikanHasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau ide-ide baru dalam menerapkan pelayanan kesehatan, sebagai bahan referensi tambahan di perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Makassar, serta sebagai masukan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya.3. Ibu yang berpartisipasi dalam penelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya gizi buruk pada anak dibawah lima tahun (balita), sehingga masyarakat khususnya orangtua balita dapat mengantisipasi faktor-faktor yang memungkinkan anak mengalami gizi buruk.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 STATUS GIZI2.1.1 Pengertian Status GiziGizi merupakan suatu proses penggunaan makanan sebagai cara untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, dan dapat menghasilkan energi. Makanan yang dimakan akan melalui berbagai proses seperti digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan akhirnya akan dikeluarkan dari tubuh.5Menurut Soekirman (2009) status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia.Selanjutnya, Suhardjo, (2009) menyatakan bahwa status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan dan penggunaan makanan.5Sedangkan menurut Supariasa, IDN. Bakri, B. & Fajar, I. (2002), status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari status tubuh yang berhubungan dengan gizi dalam bentuk variable tertentu.Jadi intinya terdapat suatu variable yang diukur (misalnya berat badan dan tinggi badan) yang dapat digolongkan ke dalam kategori gizi tertentu (misalnya : baik, kurang, dan buruk).5Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan ukuran tubuh, tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan gizi (status gizi).1 Oleh karena itu pertumbuhan merupakan indikator yang baik dari perkembangan status gizi anak.1Berdasarkan Semi Loka Antropometri, Ciloto, 1991 telah direkomendasikan penggunaan baku rujukan World Health Organization-National Centre for Health Service (WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO-NCHS status gizi dibagi menjadi tiga, yaitu: 6,7a. Gizi lebih Gizi lebih adalah keadaan gizi yang melampaui batas normal dalam waktu yang cukup lama dan dapat dilihat dari berat badan yang berlebih. Kegemukan dan obesitas termasuk kedalam gizi lebih. Dampak masalah gizi lebih tampak dengan semakin meningkatnya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus (DM), hipertensi, dan penyakit hati. b. Gizi baik Gizi baik akan dicapai apabila jumlah makanan yang dimakan dan yang dibutuhkan tubuh seimbang. Keadaan fisik yang normal antara lain rambut berkilat dan tidak mudah lepas, wajah tidak bengkak, mata bercahaya dan bersih, bibir dan lidah halus dan tidak ada pembengkakan, kulit bersih dan tidak ada pembengkakan serta tidak ada bercak, tonus otot baik, irama jantung normal, pada sistem gastrointestinal tidak ada massa yang teraba, dan sistem saraf stabil serta refleks normal. c. Gizi kurang Gizi kurang merupakan kurang gizi tingkat sedang yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein yang terjadi dalam waktu yang cukup lama. Gizi kurang mencakup kurang energi protein (KEP) tingkat ringan dan sedang. Gejala klinis dari KEP tingkat ringan dan sedang pada pemeriksaan hanya tampak kurus. Balita yang mengalami gizi kurang tentunya akan berdampak pada berbagai hal, antara lain pada tumbuh kembang, organ dan sistem tubuh.1) Tumbuh kembang balita7Dampak terhadap pertumbuhannya yaitu postur tubuh kecil dan pendek sehingga merugikan performance anak. Dampak terhadap perkembangannya yaitu terhambatnya perkembangan mental dan otak. Perkembangan mental jangka pendek yang terganggu seperti anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan gangguan lainnya. Sedangkan untuk dampak jangka panjangnya yaitu penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangan kognitif, gangguan pemusatan perhatian, penurunan rasa percaya diri dan penurunan prestasi. 2) Organ dan sistem tubuh7Sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme maupun pertahanan mekanik akan melemah sehingga mudah menimbulkan infeksi. Gizi buruk Gizi buruk merupakan kurang gizi tingkat berat akibat rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari yang terjadi dalam waktu yang cukup lama. Gizi buruk mencakup KEP tingkat berat yang meliputi marasmus, kwashiorkor, dan marasmic-kwashiorkor.2.2 Klasifikasi Gizi BurukGizi buruk merupakan suatu kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwasiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya (marasmic-kwashiorkor). Gizi buruk ini biasa terjadi pada balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan zat gizi atau dengan ungkapan lain status gizinya berada dibawah standar rata-rata. Zat gizi yang di maksud berupa protein, karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun.22.2.1 MarasmusMarasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orang tua, tidak terlihat lemak dan otot bawah kulit, rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan karena masih merasa lapar.2,5Menurut Depkes RI tahun 2009, gejala pada marasmus adalah sebagai berikut:51. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-ototnya. 2. Wajah seperti orang tua3. Iga gambang dan perut cekung4. Otot paha mengendor (baggy pant)5. Cengeng dan rewel setelah mendapat makan anak masih terasa lapar.2.2.2 KwashiorkorPenampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi.Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh.2,5Adapun gejala pada penderita kwashiorkor adalah sebagai berikut:2,51. Perubahan status mental : cengeng rewel kadang apatis2. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jangung dan mudah dicabut, pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam3. Wajah membulat dan sembab4. Pandangan mata anak sayu5. Pembesaran hati, dengan mudah dapat diraba dan terasa kenyal perabaan permukaan licin dan pinggir yang tajam.6. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi coklat kehitaman dan terkelupas2.2.3 Marasmic KwashiorkorMenurut Depkes RI 2009 gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian disamping menurunnya berat badan < 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit, dan lainnya.52.3 Balita2.3.1 Pengertian BalitaBalita merupakan singkatan dari bawah lima tahun, yaitu usia 1 sampai 5 tahun. Salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi adalah balita. Lebih dari setengah kematian anak di negara berkembang disebabkan oleh kekurangan energi dan protein. Gangguan pada status gizi ini berhubungan dengan asupan makanan yang dikonsumsi balita. Usia balita adalah periode penting dalam tumbuh kembang anak.5 Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni, Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.22.3.2 Penilaian Status Gizi BalitaPenilaian status gizi (PSG) dapat diperoleh dari data yang telah diinterpretasi menggunakan berbagai metode. Tujuan dari penilaian status gizi yaitu memberikan gambaran umum mengenai metode yang digunakan dalam menilai status gizi, memberikan penjelasan mengenai kelebihan dan kekurangan dari metode-metode yang ada, dan memberikan gambaran singkat untuk menilai status gizi yang meliputi pengumpulan data, perencanaan, dan implementasi. Metode dalam PSG dibagi menjadi tiga, yaitu metode secara langsung, tidak langsung, dan penilaian dengan melihat variabel ekologi. Metode secara langsung meliputi penilaian dengan melihat tanda klinis, tes laboratorium, metode fisik, dan antropometri. Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan melihat statistik kesehatan.Penilaian dengan melihat variabel ekologi diperlukan untuk mengetahui penyebab kurang gizi seperti dengan melihat faktor sosial ekonomi, faktor yang berhubungan dengan makanan, aspek kesehatan, faktor demografi, politik dan kebijakan, budaya, geografi dan iklim.8,9a. Secara Langsung 91. AntropometriAntropometri adalah salah satu metode PSG secara langsung yangpaling sering digunakan untuk menilai dua masalah utama mengenai gizi yaitu kurang energi protein (KEP) dan obesitas. Pengukuran antropometri dapat digunakan untuk melihat pertumbuhan balita yang meliputi massa tubuh, pengukuran linear (panjang), dan komposisi tubuh. Pengukuran antropometri yang utama yaitu tinggi badan, berat badan, lingkar lengan, dan lipatan lemak. Salah satu pengukuran antropometri yang paling sering digunakan untuk melihat pertumbuhan yaitu berat badan. Untuk menilai status gizi, biasanya berat badan dikaitkan dengan umur.Secara umum bermakna ukuran tubuh manusia. Antropometri gizi berhubungan denganberbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dantingkat gizi. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalambentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagaiberikut : UmurUmur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akanmenyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badanmaupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai denganpenentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanyakecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun.Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannyaadalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalahdalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan. Berat BadanBerat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadakbaik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badanini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukanpenilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yangdalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyakdigunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung padaketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasigizi dari waktu ke waktu.

Tinggi BadanTinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaankurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizimasa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kuranggizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U (tinggibadan menurut umur), atau juga indeks BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan)jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanyadilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambarankeadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun. Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter pentinguntuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan denganstatus gizi.Menurut Wiku Adisasmito (2007) dalam system kesehatan, ada beberapa cara untuk mengetahui atau mengkatagorikan status gizi pada anak, yaitu sebagai berikut:21. Berat Badan/ Umur (BB/U) Gizi Lebih: > 2.0 SD Baku WHO-NCHS Gizi Baik: -2.0 SD s/d +2.0 SD Gizi Kurang: < -2.0 SD Gizi Buruk: < -3.0 SDBerat Badan/ Umur yang rendah tidak selalu dapat kita definisikan sebagai berat badannya kurang, tetapi harus diidentifikasikan kemungkinan ada penyebab-penyebab lainnya seperti secara genetik keturunan anaknya pendek.2. Tinggi Badan/ Umur (TB/U) Normal: -2.0 SD Baku WHO NCHS Pendek/ Stunted: < -2.0 SDTinggi Badan/ Umur merupakan hal yang dapat digunakan untuk mengetahui indeks status gizi pada populasi karena merupakan estimasi keadaan pada yang telah lalu. Sedangkan stunting rate terdapat pada anak dibawah usia enam bulan dan ini menunjukan bahwa kebutuhan usia 4 s/d 6 bulan masih dapat dipenuhi dengan menggunakan air susu ibu (ASI). Gangguan pertumbuhan atau stunting terjadi pada usia diatas 6 bulan kareana berasal dari makanan pendamping.3. Berat Badan/ Tinggi Badan (BB/TB) Gemuk: > 2.0 SD Baku WHO NCHS Normal: -2.0 SD s/d +2.0 SD Kurus: < -2.0 SD Sangat Kurus: < -3.0 SDBerat Badan/Tinggi Badan merupakan indikator yang lebih baik untuk proses nutrisi yang sedang terjadi pada anak yang menunjukan status gizi pada saat sedang berlangsung atau pada saat ini. BB/TB juga bermanfaat untuk mengevaluasi suatu program intervensi karena lebih sensitive dibandingkan terhadap stunting terhadap perubahan gizi yang sering terjadi, efektivitas dari program dan keberhasilan program yang dijalankan.2. Klinis9Metode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan denganketidakcukupan zat gizi. Hal tersebut dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata,rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.3. Biokimia9Adalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagaimacam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: urine, tinja, darah, beberapa jaringan tubuh lain seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk mendeteksi keadaan terjadinya malnutrisi berat.b. Secara tidak Langsung9Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3 yaitu: survey konsumsi makanan,statistik vital dan faktor ekologi. Adapun uraian dari ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut: 91. Survey konsumsi makananAdalah suatu metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah danjenis zat gizi yang dikonsumsi.2. Statistik vitalAdalah dengan cara menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematianberdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yangberhubungan dengan gizi.

3. EkologiBerdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologisebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi BalitaUNICEF (1990) telah mengembangkan kerangka konsep makro sebagai salah satu strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi. Dalam kerangka tersebut di tunjukan bahwa masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh sebagai berikut: 2,101. Penyebab LangsungPenyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yangmungkin diderita anak. Timbulnya gizi kurang tidak hanya karenamakanan yang kurang, tetapi juga karena penyakit. Anak yangmendapatkan makanan cukup baik, tetapi sering diserang diare ataudemam, akhirnya dapat menderita kurang gizi. Demikian juga pada anakyang makan tidak cukup baik, maka daya tahan tubuhnya akan melemah.Dalam keadaan demikian mudah diserang infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan dan akhirnya dapat menderita kurang gizi. Pada kenyataannya keduanya baik makanan dan penyakit infeksi secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi.Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.2. Penyebab tidak Langsung2,5Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu sebagai berikut: Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan masyarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik, baik fisik, mental dan sosial. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.Masalah gizi makro adalah masalah yang utamanya disebabkan kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Manifestasi dari masalah gizi makro bila terjadi pada wanita usia subur dan ibu hamil yang Kurang Energi Kronis (KEK) adalah berat badan bayi lahir rendah (BBLR). Bila terjadi pada anak balita akan mengakibatkan marasmus, kwashiorkor, atau marasmus-kwashiorkor dan selanjutnya akan terjadi gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah. Anak balita yang sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur atau berat badan menurut tinggi, apabila sesuai dengan standar anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang, sedangakan jika jauh dibawah standar disebut gizi buruk. Bila gizi buruk disertai dengan tanda-tanda klinis seperti wajah sangat kurus, muka seperti orang tua, perut cekung, kulit keriput disebut marasmus, dan bila ada bengkak terutama pada kaki, wajah membulat dan sembab disebutkwashiorkor. Marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor dikenal di masyarakat sebagai busung lapar.5Adapun yang menyebabkan gizi kurang di masyarakat adalah sebagai berikut:5 Akses terhadap pangan rendah Makanan ibu hamil kurang kalori dan protein, atau terserang penyakit Bayi baru lahir tidak diberi kolesterum Bayi sudah di beri MP ASI sebelum usia 6 bulan Pemberian makanan padat pada bayi terlalu lambat Anak dibawah umur < 2 tahun, kurang diberi makanan atau densitas energi kurang Makanan tidak mempunyai zat gizi mikro yang cukup Penanganan diare tidak benar Makanan kotor atau terkontaminasi Kemiskinan Kurangnya pendidikan dan keterampilan Krisis EkonomiFaktor-faktor tersebut merupakan hal-hal yang sangat kompleks dan berkaitan antara faktor yang satu dengan faktor yang lainnya. Jika dilihat pada skema adalah sebagai berikut2,5

Gambar 1. Penyebab Kurang Gizi Sumber: (UNICEF, 1990) di sesuaikan dengan kondisi Indonesia Dalam Rancangan Aksi Pangan Dan Gizi 2011-2015oleh Direktorat Gizi Masyarakat2,5

2.3.3.1 Asupan Nutrisi Pada BalitaPemberian nutrisi atau asupan nutrisi adalah memberikan zat gizi melalui makanandan minuman untuk energi dan perbaikan jaringan yang diperlukan untuk pertumbuhanyang melibatkan penambahan ukuran dari semua jaringan dalam tubuh. Kualitas dan kuantitas makanan ditentukan dengan kadar zat gizi yangdikandung makanan tersebut, yaitu kalori, protein, karbohidrat, lemak, mineral danvitamin.5a. Kalori5Kalori merupakan satuan panas dalam proses metabolisme dan dipakai untukmenyatakan besarnya energi yang terkandung dalam bahan makanan. Batasan untuksatu kalori adalah jumlah yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg air dari 14.5 Cmenjadi 15.5 C, ternyata terdapat variasi yang luas mengenai keperluan danpengeluaran energi pada anak, selain tergantung dari faktor umur juga dari keadaananak pada saat itu. Secara garis besar penggunaan energi rata-rata pada anak 6-12 tahunadalah untuk metabolisme basal, pertumbuhan 12%, aktivitas jasmasi 25% daneliminasi sebesar 8-10%. Secara umum kalori yang diberikan akan dimanfaatkanuntuk: metabolisme basal, SDA, Aktivitas jasmani, proses elimiasi biasanya melebihi10% energi untuk pertumbuhan.b. Protein5Secara biokima, susunan tubuh manusia terdiri dari protein. Pada waktu ini dikenal 24jenis merupakan asam amino yang essensial untuk bayi (treonin, valin, leusin,isoleusin, lisin, triptofan, fenilalain, metionin, dan histidin) dengan tambahan 3 jenisdiperkirakan esensial untuk BBLR (arginin, sistin dan taurin). Kekhususan asam aminoesensial ini adalah tidak dapat disintesis dalam tubuh dan jaringan baru hanya akanterbentuk bila seluruh asam amino esensial tersedia dalam satu saat yang bersamaan.Umumnya protein hewani memiliki nilai gizi protein yang lebih tinggi dibandingkandengan protein nabati. Nilai gizi protein nabati ditentukan oleh asam amino yangkurang. Protein telur dan protein susu biasanya dipakai sebagai pembanding baku.c. Lemak5Lemak bersama bahan metabolismenya merupakan bagian penunjang membran sel.Dalam masa pertumbuhan anak yang cepat, lemak dalam makanan mempunyai peransebagai berikut : 1) tempat menyimpan energi yang efisien, 2) sumber asam lemakesensial, 3) sumber gliserida dan kolesterol yang tidak dapat dibuat dari karbohidratoleh bayi sekurang-kurangnya sampai umur 3 bulan, 4) penambah lezat rasa makanan,bahkan juga bayi, 5) bahan perantara bagi absorpsi vitamin yang larut dalam lemak antara lain A,D,E dan K.d. Mineral5Meskipun hanya terdapat dalam jumlah yang kecil, mineral mempunyai fungsi yangpenting terhadap pertumbuhan dan homesotasis tubuh. Bobot mineral pada fetus lebihkurang 3% dari berat badan lahir, kemudian jumlahnya akan meningkat pada masapertumbuhan anak berikutnya, sehingga pada orang dewasa mencapai bobot sebesar4,35% dari berat badan. Distribusi dalam tubuh adalah 83% dalam kerangka, 10%dalam jaringan otot dan sisanya pada jaringan tubuh lainnya.e. Vitamin5Vitamin merupakan senyawa organik yang jumlah sangat kecil diperlukan untukterjadinya proses metabolisme sel sebagai bagian dalam kelangsungan hidup suatuorganisme. Di Indonesia, salah satu diantara 4 jenis masalah utama gizi adalahdefisiensi vitamin A.f. Karbohidrat5Dalam bahan makanan karbohidrat didapatkan dalam bentuk monosakarida (glukosa,fruktosa, galaktosa), disakarida (laktosa, sukrosa, maltose, dan isomaltosa), danpolisakarida (tepung, dekstrin, glikogen, selulosa).

Anjuran pemberian makanan anak balita (Depkes RI, 1999): 11a. 0-6 bulan : ASI, frekuensi sesuai keinginan anak. Paling sedikit 8 kali sehari. Jangan diberi makanan atau minuman lain selain ASI.b. 6-12 bulan : ASI frekuensi sesuai dengan keinginan anak. Paling sedikit 8 kali sehari. Makanan pendamping ASI 2 kali sehari tiap kali 2 sendok makan. Yang diberikan setelah pemberian ASI. Jenis makanan ini adalah bubur tim lumat ditambah kuning telur/ayam/ikan/tempe/tahu/daging sapi/wortel/bayam/ kacang hijau/santan/minyak. Kemudian berangsur-angsur bubur nasi ditambah telur/ayam/ikan/tempe/tahu/daging sapi/ wortel/ bayam/ kacang hijau/ santan/minyak. Makanan tersbut diberikan 3 kali sehari. Pemberian makan sebagai berikut: umur 6 bulan : 6 sendok makan; 7 bulan : 7 bulan sendok makan; 8 bulan : 8 sendok makan; 9 bulan: 9 sendok makan; 10 bulan: 10 sendok makan; 11 bulan: 11 sendok makan. Makan selingan 2 kali sehari seperti bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dsb, diantara waktu makan.c. 12-24 bulan : ASI sesuai keinginan anak. Nasi lembek yang ditambah kuning telur, ayam, ikan, tempe, tahu, daging sapi, wortel, bayam, bubur kacang hijau, santan dan minyak, diberikan 3 kali sehari. Makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan. d. 24-51 bulan: makanan yang biasa dimakan dalam keluarga 3 kali sehari. Makanan sampingan 2 kali sehari diberikan diantara waktu makan.2.3.3.2 Penyakit InfeksiPenyakit infeksi adalah penyakit yang terdapat dalam hospes hidup akibatterdapatnya mikroorganisme dalam jaringan hidup.Penyakit infeksi dapat menyebabkan gizi kurang dan sebaliknya, yaitugizi kurang akan semakin memperberat sistem pertahanan tubuh yang selanjutnyadapat menyebabkan seorang anak lebih rentan terkena penyakit infeksi. Penyakitinfeksi yang paling sering menyebabkan gangguan gizi dan sebaliknya adalah infeksisaluran nafas akut (ISPA) terutama pneumonia, tuberkulosis dan diare.Infeksi saluran pernafasan akut, merupakan kelainan saluran napas karena infeksidan yang tersering diakibatkan oleh virus. Penyakit ini paling sulit dicegah dari semuamacam infeksi dan bervariasi dalam berat penyakitnya, mulai dari batuk pilek biasasampai pneumonia.Selain itu, diare juga merupakan penyakit tersering yang diderita oleh anak. Diarepaling banyak disebabkan oleh enteritis virus, hal ini akan mengakibatkan malabsorpsinatrium dan air oleh karena menumpuk dan rusaknya sel epitel vili. Penyebab lain diarepada anak adalah E.Coli dan shigella Spp.32.3.3.3 Pengetahuan Ibu Tentang GiziPengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untukterbentuknya tindakan seseorang. Menurut Notoatmodjo (2010), perilaku yang didasarioleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasarioleh pengetahuan. Pengetahuan orangtua terutama ibu, tentang gizi sangat berpengaruhterhadap tingkat kecukupan gizi yang diperoleh oleh balita. Pengetahuan tentang gizi yang penting diketahui oleh ibu adalah berkaitan dengan kandungan makanan, carapengolahan makanan, kebersihan makanan dan lain-lain.122.3.3.4 Status Sosial EkonomiStatus sosial ekonomi menggambarakan tingkat penghidupan seseorang ataukeluarga yang ditentukan oleh unsur pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.Status ekonomi juga berkaitan dengan konsumsi (pengeluaran) danproduksi (pendapatan). Indikator status ekonomi bisa diukur melalui berbagai caraantara lain dengan menghitung tingkat pengeluaran perkapita. Statusekonomi mempengaruhi kebutuhan seseorang karena menentukan kemampuankeluarga untuk memperoleh makanan, karena pemenuhan kebutuhan hidupnyatergantung dari penghasilannya. Juga berpengaruh terhadap penyediaan bahan pangan,baik kuantitas maupun kualitas. Keluarga dengan status ekonomi rendah kemampuanuntuk mempengaruhi konsumsi makanan keluarga yang berkaitan erat dengan statusgizi keluarga.12

BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL3.1 Kerangka KonsepBerdasarkan kepustakaan diatas, diketahui bahwa banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk, namun dalam penelitian ini tidak semua faktor dapat dianalisis. Dalam penelitian ini yang dianalisis hanya pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang gizi, pekerjaanibu, pendapatan keluarga, dan penyakit infeksi. Maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut:

Pendidikan ibu

Pengetahuan Ibu tentang GiziGizi Buruk pada Balita

Pendapatan keluarga

Pola Makan Balita

Keterangan:Variabel dependen: Variabel Independen:

3.2 HipotesisBerdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan kerangka konsep penelitian maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut:1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan gizi buruk pada balita di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara.2. Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan gizi buruk pada balita di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara.3. Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan gizi buruk pada balita di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara.4. Ada hubungan antara pola makan balita dengan gizi buruk pada balita di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara.3.3 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif3.3.1 Gizi BurukGizi buruk merupakan salah satu status gizi, dimana gizi buruk adalah kelainan gizi berdasarkan BB/U (indikator WHO-NCHS) yang diakibatkan kurang seimbangnya keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan dan penggunaan makanan.Kriteria Objektif: Gizi Baik : -2.0 SD s/d +2.0 SD Gizi Kurang : < -2.0 SD Gizi Buruk : < -3.0 SD

3.3.2 Pendidikan IbuYang dimaksud dengan pendidikan ibu dalam penelitian ini yaitu pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti/diselesaikan oleh ibu pada institusi atau lembaga pendidikan yang diakui oleh pemerintah.Kriteria Objektif: Pendidikan rendah: SD dan SMP Pendidikan tinggi: SMA/PT/Akademi3.3.3 Pengetahuan Ibu tentang GiziYang dimaksud dengan pengetahuan dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman ibu mengenai gizi pada anak balita.Kriteria Objektif: Baik: 67%-100% Sedang: 33%-67% Kurang: < 33%3.3.4 Pendapatan KeluargaYang dimaksud dengan pendapatan keluarga dalam penelitian ini adalah rata-rata penghasilan keluarga per bulan. Berdasarkan Upah Kelayakan Hidup.Kriteria Objektif: Rendah:< Rp. 1.400.000 Tinggi: Rp. 1.400.0003.3.5 Pola Makan BalitaYang dimaksud pola makan balita dalam penelitian ini adalah kebiasaan makan balita, baik jumlah, jenis dan frekuensi pemberiannya per hari.Kriteria Objektif: Baik (Sesuai jenis, jumlah dan frekuensinya) Tidak Baik (Tidak sesuai jenis, jumlah dan frekuensinya)

BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN4.1 Desain PenelitianDesain penelitian merupakan bentuk rancangan yang akan digunakan dalam melakukan prosedur penelitian. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan desain penelitiancross sectional yaitu penelitian untuk menentukan faktor yang berhubungan dengan terjadinya gizi buruk pada balita. Dalam penelitian ini variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau disebut juga variabel dependent dan independent akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan secara langsung.4.2 Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini bertempat di wilayah Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari tahun 2015.4.3 Populasi dan sampel1. PopulasiPopulasi dalam penelitian ini adalah ibu balita pada umur 0-59 bulan yang berada dibawah garis merah di wilayah kerja Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara. Adapun populasi balita di wilayah Puskesmas Pasarwajo adalah 102 orang. Data populasi ini diambil berdasarkan data sekunder dari puskesmas Pasarwajo. Begitu juga dalam pengambilan sampel data yang digunakan bersumber dari pihak puskesmas Pasarwajo.2. SampelDalam penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling. Sampel pada penelitian ini adalahibu yang memiliki balita umur 0-59 bulan dengan status gizi yang berada dibawah garis merah yang datang ke Posyandu dan Puskesmas Pasarwajo selama kurun waktu Bulan Februari 2015. Sampel dalam penelitian ini 50 orang.Kriteria Inklusi dalam penelitian ini: Pasien yang memiliki status gizi kurang dan gizi buruk dan berkunjung di Posyandu dan Puskesmas Bersedia berpartisipasi Menandatangani lembar persetujuanKriteria eksklusi dalam penelitian ini: Pasien yang tidak mengembalikan kuisioner dan tidak bersedia di wawancarai

= Keterangan:n = Jumlah sampelN = Jumlah populasipada Januari2013-Januari 2015d = Penyimpangan 0,1

4.4 Jenis Data dan Instrumen Penelitian1. Jenis DataData primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara kepadaresponden berdasarkan kuesioner yang telah disediakan.2. Instrumen PenelitianKuisioner digunakan sebagai alat pengumpulan data untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian.4.5 Manajemen Data1. Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan secara observasi dan menggunakan kuisioner.2. Pengeditan DataPengeditan data dilakukan dengan mempertimbangkan, memilih dan memasukkan data yang penting dan benar-benar diperlukan. 3. Pengolahan DataData yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan SPSS.4. Penyajian DataData yang telah diolah disajikan dalam bentuk table dan narasi.5. Etika Penelitiana. Sebelum memberikan persetujuan tertulis peneliti akan memberikan penjelasan secara lisanb. Setiap subjek akan dijamin kerahasiaan akan informasi yang diberikan.c. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta izin institusi terkait.4.6 Pengujian Hipotesa Analisa UnivariatAnalisa ini dilakukan secara deskriptif pada tiap-tiap variabel penelitian untuk melihat tampilan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap-tiap variabel yang diteliti. Analisa BivariatAnalisa ini dilakukan untuk mengetahui uji statistik hubungan antara variable dependen dan independen. Pada analisa data hubungan tersebut dengan menggunakan program SPSS.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. (2009). Sistem kesehatan nasional. Jakarta. Retrieved 25 gustus 2014, from http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/KEPMENKES_374-2009_TTG_SKN-2009.pdf2. JIPG. 2009. Gizi Baik Modal Kehidupan Manusia. Jaringan Informasi Pangan dan Gizi, Volume XII, No. 2. Jakarta : Direktorat Gizi Masyarakat.3. Caulfield, L. E., Onis, M. D., Blossner, M. & Black, R. E. (2004). Undernutrition as an underlying cause of child deaths associated with diarrhea, pneumonia, malaria, and measles. The American Journal of Clinical Nutrition, 2004(80), 193-198. Retrieved 25 Agustus 2014, from http://ajcn.nutrition.org/content/80/1/193.full.pdf+html4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2010). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010. Kementerian Kesehatan RI. Retrieved 25 Agustus2014,fromhttp://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/download/TabelRiskesdas2010.pdf5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2010). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2010.Kementerian Kesehatan RI. Retrieved 25 Agustus 2014, from https://www.k4health.org/.../laporanNasional%20Riskesdas%202010.pdf.6. Proverawati, A., & Asfuah, S. (2011). Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.7. Kementerian Kesehatan RI. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang standar antropometri penilaian status gizi anak. Retrieved 25 Agustus 2014, from http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/11/buku-sk-antropometri-2010.pdf8. Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pedoman kader seri kesehatan anak. Retrieved 25Agustus 2014, from http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2011/01/Buku-Kader-Seri-Kesehatan-Anak.pdf9. Sediaoetama, A. D. (2009). Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi jilid I. Jakarta: Dian Rakyat.10. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. (2010). Gizi dan kesehatan masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers.11. Munthofiah S. (2008). Hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan status gizi anak balita. Surakarta: Program Studi Kedokteran Keluarga, Universitas Sebelas Maret.12. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.34