Prinsip Farmakokinetik Inhalasi

2
PRINSIP FARMAKOKINETIK Pada mulanya pembahasan farmakokinetik ditujukan pada obat-obatan non-inhalasi, sebelum konsepnya diaplikasikan kepada obat-obatan anestesi inhalasi. Pada tahun 1950, Kety adalah yang pertama kali membahas farmakokinetik obat inhalasi secara sistematik. 6  Eger dkk., menyempurnakan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya pada t ahun 1974. 7  Obat-obat inhalasi berbeda dengan obat-obat lain karena diberikan dengan cara memasukkan gas melalui jalan pernapasan. Hal ini menjadikannya unik dan mendapat perhatian besar dalam  buku-buku teks utama anestesi. Namun sebelu m membahas farmakokinetik obat inhalasi, ada  baiknya ditelaah kembali mengenai konsep dasar farmakokinetik. Farmakologi obat secara umum dibagi menjadi dua bagian, yaitu farmakodinamik dan farmakokinetik.  Farmakodinamik  dapat didefinisikan sebagai bagaimana pengaruh obat terhadap tubuh kita, yang menjelaskan mengenai efek-efek obat baik yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan, juga termasuk perubahan di tingkat seluler dan molekuler. Sedangkan  Farmakokinetik  ialah bagaimana perlakuan tubuh terhadap obat, yang menjelaskan bagaimana perjalanan obat dalam tubuh, bagaimana mereka diubah bentuknya, dan mekanisme seluler dan molekuler yang mendasari proses-proses ter sebut. Farmaokinetik obat sistemik mencakup empat fase : absorpsi, distribusi, metabolisme, da ekskresi.  Absorpsi adalah fase di mana obat ditransfer dari tempat-tempat pemberian (misalnya saluran cerna, paru-paru, otot) ke dalam aliran darah.  Distribusi adalah fase di mana obat ditransfer ke jaringan-jaringan pada tubuh.  Metabolisme mengacu pada proses fisiokimiawi tentang bagaimana substansi dalam tubuh makhluk hidup disintesis (anabolisme) atau dipecah (katabolisme);tapi dalam konteks anestesi, yang dibahas adalah mengenai katabolisme. Akhirna, ekskresi ialah fase di mana obat yang telah mengalami  perubahan maupun yang tidak mengalami perubahan ditransfer dari darah atau jaringan ke dalam suatu ‘kendaraan’ (misalnya empedu, udara ekspirasi, urin) yang akan membawanya untuk dibuang keluar dari tubuh. Jaringan tubuh dikelompokkan kedalam kompartemen-kompartemen yang didasarkan pada  perfusinya. Implikasi yang terpenting dari pembagian kompartemen an perbedaan perfusi ini terletak pada mekanisme redistribusi. Setelah sejumlah obat dimasukkan ke dalam tubuh, obat itu pertama-tama akan mencapai kompartemen dengan perfusi jaringan tertinggi di mana

description

jg

Transcript of Prinsip Farmakokinetik Inhalasi

PRINSIP FARMAKOKINETIKPada mulanya pembahasan farmakokinetik ditujukan pada obat-obatan non-inhalasi, sebelum konsepnya diaplikasikan kepada obat-obatan anestesi inhalasi. Pada tahun 1950, Kety adalah yang pertama kali membahas farmakokinetik obat inhalasi secara sistematik.6 Eger dkk., menyempurnakan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya pada tahun 1974.7 Obat-obat inhalasi berbeda dengan obat-obat lain karena diberikan dengan cara memasukkan gas melalui jalan pernapasan. Hal ini menjadikannya unik dan mendapat perhatian besar dalam buku-buku teks utama anestesi. Namun sebelum membahas farmakokinetik obat inhalasi, ada baiknya ditelaah kembali mengenai konsep dasar farmakokinetik.Farmakologi obat secara umum dibagi menjadi dua bagian, yaitu farmakodinamik dan farmakokinetik. Farmakodinamik dapat didefinisikan sebagai bagaimana pengaruh obat terhadap tubuh kita, yang menjelaskan mengenai efek-efek obat baik yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan, juga termasuk perubahan di tingkat seluler dan molekuler. Sedangkan Farmakokinetik ialah bagaimana perlakuan tubuh terhadap obat, yang menjelaskan bagaimana perjalanan obat dalam tubuh, bagaimana mereka diubah bentuknya, dan mekanisme seluler dan molekuler yang mendasari proses-proses tersebut.Farmaokinetik obat sistemik mencakup empat fase : absorpsi, distribusi, metabolisme, da ekskresi. Absorpsi adalah fase di mana obat ditransfer dari tempat-tempat pemberian (misalnya saluran cerna, paru-paru, otot) ke dalam aliran darah. Distribusi adalah fase di mana obat ditransfer ke jaringan-jaringan pada tubuh. Metabolisme mengacu pada proses fisiokimiawi tentang bagaimana substansi dalam tubuh makhluk hidup disintesis (anabolisme) atau dipecah (katabolisme);tapi dalam konteks anestesi, yang dibahas adalah mengenai katabolisme. Akhirna, ekskresi ialah fase di mana obat yang telah mengalami perubahan maupun yang tidak mengalami perubahan ditransfer dari darah atau jaringan ke dalam suatu kendaraan (misalnya empedu, udara ekspirasi, urin) yang akan membawanya untuk dibuang keluar dari tubuh.Jaringan tubuh dikelompokkan kedalam kompartemen-kompartemen yang didasarkan pada perfusinya. Implikasi yang terpenting dari pembagian kompartemen an perbedaan perfusi ini terletak pada mekanisme redistribusi. Setelah sejumlah obat dimasukkan ke dalam tubuh, obat itu pertama-tama akan mencapai kompartemen dengan perfusi jaringan tertinggi di mana ia dapat mencapai titik keseimbangan secara cepat, dan mengerahkan efeknya. Sejalan dengan waktu, kompartemen dengan tingkat perfusi yang lebih rendah baru akan menerima obat itu kemudian, dengan titik keseimbangan berada di antara darah dan jaringan-jaringan ini. Dengan diabsorpsinya obat ke jaringan yang perfusinya rendah, maka untuk mempertahankan keseimbangan dalam tubuh perlu adanya perpindahan obat dari jaringan berperfusi tinggi, yaitu di mana sebelumnya telah terjadi absoprsi, kembali ke dalam aliran darah. Penurunan konsentrasi obat di suatu kompartemen dengan cara memindahkan ke kompartemen lain inilah yang disebut redistribusi.Dalam pembahasan mengenai anestesi inhalasi, terminologi-termonologi yang telah disebutkan di atas diberi nama sesuai dengan perbedaan-perbedaan yang mendasarinya. Fase absorpsi disebut uptake / pengambilan, fase metabolisme disebut biotransformasi, dan fase ekskresi disebut dengan eliminasi. Keadaan-keadaan tersebut dapat dipertukarkan.