presentasi jurnal widya

download presentasi jurnal widya

of 7

Transcript of presentasi jurnal widya

Pasien mengatakan alergi antibiotik Asesmen tentang asal mula reaksi Riwayat mendukung untuk alergi penisilin yang diperantarai IgE Skin tes sebelum memberikan antibiotik beta laktam negatif Beri antibiotik beta laktam positif desensitisasi

Reaksi merugikan terhadap antibiotik Gali riwayat dan pemeriksaan fisik

Suspek alergi Tidak Ya Reaksi cepat Reaksi merugikan obat yang tidak diperantarai imun

Reaksi lambat

Diduga reaksi diperantarai Ig-E Anafilaksis, angioedema, urtikaria, bronkospasme

Reaksi makulopapular ringan Reaksi kutaneus

Reaksi berat

Penyelidikan yang mungkin Pengukuran serum triptase (anafilaksis) Skin tes Pilihan penatalaksanaan Hindari obat Desensitisasi Edukasi komunikasi

Pilihan penatalaksanaan Hindari obat Graded challenge Edukasi komunikasi

Pilihan penatalaksanaan Hindari obat Edukasi komunikasi

Desensitisasi

Dilakukan oleh tenaga terlatih meningkatkan jumlah obat secara pelan-pelan dalam satu periode jam hingga tercapai dosis terapi (4 hingga 5 jam) Dosis awal dalam microgram. Dosis didobel setiap 15 hingga 30 menit Rute administrasi dapat oral atau intravena Pasien dimonitor ketat selama prosedur, dan antihistamin dan beta agonis inhalasi diberikan untuk merespon reaksi urtikaria dan bronkospasme. Jika reaksi ringan terjadi (contoh kemerahan dan urtikaria), prosedur dapat diulang pada dosis terakhir yang ditoleransi, jika reaksi berat (hipotensi dan bronkospasme berat), prosedur harus dihentikan dan dipilih antibiotik alternatif. Diulang jika antibiotik dibutuhkan kembali

Graded Challenge Untuk reaksi yang diperkirakan tidak dipeantarai Ig E Untuk erupsi makulopapular para spesialis dapat mempertimbangkan graded challenge yang setrara dengan tes profokasi.29 dosis inisial secara umum lebih tinggi daripada yang digunakan untuk desensitisasi (milligram hingga microgram), dan interval antara variasi dosis antara jam atau hari bahkan minggu. Pasien diawasi untuk reaksi merugikan, yang kebanyakan kutaneus. Keputusan untuk menghentikan penggunaan antibiotik jika terjadi reaksi tergantung pada asal mula reaksi.

Pada laporan retrospektif terakhir,43 desensitisasi alergi

yang diperantarai Ig-

E berhasil pada 43 dari 57 kasus (75 persen). Sebelas desensitisasi (19 persen)mempunyai komplikasi reaksi alergi berat, baik selama prosedur (anafilaksis) maupun hari-hari setelah penyelesaian ( serum sickness); telah dihentikan karena alasan selain reaksi alergi. Pada kebanyakan kasus kegagalan desensitisasi, reaksi obat tidak tampak semata-mata diperantarai Ig-E. Desensitisasi tampak lebih mungkin gagal pada pasien dengan fibrosis kistik.

Analisis dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa readministrsi sulfameroksazol dengan penggunaan regimen dosis incremental memperbolehkan penggunaan obat lebih dari 75 persen dari pasien yang diobati.43

Data yang tersedia, walaupun tidak banyak, mendukung peningkatan resiko terjadinya reaksi terhadap sefalosporin pada pasien yang positif skin tes penisilin. Pada sebuah pengkajian ulang terhadap data gabungan dari 11 penelitian tentang administrasi sefalosporin terhadap pasien yang alergi penisilin, reaksi sefalosporin ditemukan pada 6 dari 135 pasien yang positif terhadap skin tes terhadap alergi penisilin (4,4 persen), sebagaimana dibandingkan dengan hanya 2 dari 351 yang skintes nya negative (0.6 persen).

Sebagaimana kebanyakan pasien yang riwayat alergi penisilinnya positif akan mentoleransi sefalosporin, administrasi tanpa membedakan tidak dapat direkomendasikan , kecuali untuk pasien yang mengalami reaksi yang mengancam nyawa.29 Pada 12 kasus anafilaksis fatal yang disebabkan antibiotik di Inggris dari 1992 hingga 1997, 6 kasus terjadi setelah dosis awal sefalosporin, dan 3 dari 6 pasien diketahui alergi terhadap penisilin.46

Untuk pasien dengan riwayat alergi penisilin yang membutuhkan sefalosporin, pengobatan tergantung pada apakah reaksi sebelumnya dimediasi Ig E.29,47 Skin tes menjamin bila reaksi konsisten dengan mekanisme yang dimediasi Ig E atau jika riwayatnya kurang jelas.