Pre Eklamsia (LP)

download Pre Eklamsia (LP)

of 14

Transcript of Pre Eklamsia (LP)

LAPORAN PENDAHULUANPRE EKLAMSIA

I. KONSEP PENYAKITA. PengertianPre eklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah disertai proteinuria pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengalami hipertensi (Wang, 2000 dalam Dahrma, 2005). Sedangkan menurut Farrer (1999), Pre eklamsia yang juga disebut hipertensi karena kehamilan merupakan keadaan keadaan yang khas pada kehamilan, dan keadaan ini ditandai oleh gejala edema, hipertensi serta proteinuria.Pre eklamsia merupakan suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria (Bobak, 2004). Diagnosis pre eklamsia secara tradisional didasarkan pada adanya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema (Willis, 1990 dalam Bobak, 2004).

B. Epidemiologi/Insiden Kasus

Pre Eklamsia Pre eklamsia berperan dalam kematian intrauterin dan mortalitas perinatal. Penyebab utama kematian neonatus akibat pre eklamsia ialah insufisiensi plasenta dan solusio plasenta. Retardasi pertumbuhan dalam rahim juga sering dijumpai pada bayi yang ibunya menderita pre eklamsia (Robberts, 1990: Sibai, 1990 dalam Bobak, 2004). Menurut Handaya (2001) dalam Dahrma (2005), angka kejadian pre eklamsia berikasar antara 5-15% dari seluruh kehamilan diseluruh dunia. Pre eklamsia atau hipertensi karena kehamilan terjadi dalam 5% sampai 7% dari semua kehamilan. Remaja, primipara muda, dan pasien dengan pendapatan rendah memiliki risiko 10% sampai 30%. Pasien yang pernah mengalami hipertensi karena kehamilan atau bagi mereka yang mengalami penyakit hipertensi kronik memiliki kecenderungan 25% sampai 35% untuk mengalami hipertensi karena kehamilan. Dari mereka yang mengalami pre eklamsia, 5% terus berkembang menjadi eklamsia. Kematian janin dengan pre eklamsia sekitar 10% dan dengan eklamsia sekitar 20%. Walaupun insiden eklamsia jarang, namun hipertensi karena kehamilan tetap menjadi penyebab ketiga kematian maternal di USA (Hamilton, 1995). Di rumah sakit Cipto Mangunkusumo ditemukan 400-500 kasus/4000-5000 persalinan per tahun (Dahrma, 2005).

C. Etiologi dan KlasifikasiPenyebab pre eklamsia tidak diketahui, tetapi terdapat faktor tertentu sebagai predisposisi menurut Farrer (1999), yaitu:1. Kekhasan pada kehamilan2. Terutama mengenai primigravida3. Pre Eklamsia Overdistensi uterus (seperti pada kehamilan kembar, polihidramnios, abnormalitas janin) 4. Penyulit beberapa kondisi medis seperti penyakit ginjal, hipertensi esensial, diabetes5. Disfungsi plasenta, misalnya infark atau degenerasi6. Insidensi lebih tinggi kalau makanan ibu mempunyai mutu yang burukMenurut Farrer (1999) dan Bobak (2004), pre eklamsia diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pre eklamsia ringan dan berat. Sedangkan menurut Hamilton (1995), pre eklamsia dibagi menjadi dua, yaitu pre eklamsia sedang dan berat. Pre eklamsia ringan ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau sistolik 15 mmHg, proteinuria +2, dan penambahan berat badan selama trimester kedua lebih dari 1,3 kilogram setiap minggu dan selama trimester ketiga lebih dari 0,45 kilogram setiap minggu. Pre eklamsia berat ditandai dengan tekanan darah 160/100 atau lebih, albuminuria +3 atau +4, edema umum, penambahan berat badan 0,9 kilogram kurang dari satu minggu, sakit kepala, penglihatan ganda, oliguria, dan peningkatan nitrogen urea darah, asam urat dan serum keratinin.

D. Manifestasi KlinikTanda-tanda klinis biasanya terlihat jelas sebelum pasien menyampaikan keluhan, dan pengobatan dimulai segera setelah ditemukan dua dari tiga tanda dibawah ini:1. Pre Eklamsia Edema pada wajah, tungkai, tangan (cincin kawin yang menjadi ketat), kaki; penambahan berat badan yang mendadak 2. Tekanan darah mengalami kenaikan yang progresif sepanjang kehamilan, atau kenaikan lebih dari 20 mmHg pada tekanan sistolik atau 10 mmHg pada tekanan diastolik di atas hasil pengukuran pada awak kehamilan3. Proteinuria sesudah protein dididihkan; sebagai akibat dari kerusakan yang sebenarnya pada ginjal. Proteinuria merupakan tanda bahwa preistiwa pre eklamsia disebut seriur.Gejala-gejala timbul kemudian dalam proses perjalanan pernyakit dan merupakan tanda bahaya untuk eklamasia yang membakat:1. Gastrik: vomitus, nyeri epigastrium2. Visual: penglihatan yang kabur, bintik-bintik dan kilatan cahaya dalam penglihatan, kehilangan penglihatan3. Sakit kepala dibagian frontalis4. Oliguria(Farrer,1999)

E. Patofisiologi/Penyimpangan KDMPatofisiologi pre eklamsia berkaitan dengan fisiologis kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskular sistemik, peningkatan curah jantung dan penurunan tekanan osmotik koloid.

Pre Eklamsia Pada pre eklamsia, volume darah yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun.Vasospasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang menyertai pre eklamsia. Vasospasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas terhadap tekanan peredarah darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu ketidakseimbangan antara prostasiklin prostaglandin dan tromboksan A2 (Consensus Report, 1990 dalam Bobak, 2004).Salain kerusakan endothelial, vasospasme arterial turut menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan volume intravascular, mempredisposisi pasien yang mengalami pre eklamsia mudah menderita edema paru (Didly dkk, 1991 dalam Bobak, 2004).Easterling dan Benedetti (1989) dalam Bobak (2004) menyatakan bahwa pre eklamsia ialah suatu keadaan hiperdinamik di mana temuan khas hipertensi dan proteinuria merupakan akibat hiperdisfungsi ginjal. Untuk mengendalikan sejumlah besar darah yang berperfusi di ginjal, timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme protektif, tetapi hal ini akhirnya akan mengakibatkan proteinuria dan hipertensi yang khas untuk pre eklamsia.

Pre Eklamsia Hubungan sistem imun dengan pre eklamsia menunjukkan bahwa faktor-faktor imunologi memainkan peranan penting dalam perkembangan pre eklamsia (Sibai, 1991 dalam Bobak, 2004). Keberadaan protein asing, plasenta, atau janin bisa membangkitkan respons imunologis lanjut. Teori ini didukung oleh peningkatan insiden pre eklamsia dan eklamsia pada ibu baru (pertama kali terpapar jaringan janin) dan pada ibu hamil dari pasangan yang baru (materi genetik yang berbeda.Predisposisi genetik dapat merupakan faktor imunologi lain (Chesley, 1984 dalam Bobak, 2004). Sibai (1991) dalam Bobak (2004) mengemukakan adanya frekuensi pre eklamsia dan eklamsia pada anak dan cucu wanita yang memiliki riwayat eklamsia, yang menunjukan suatu gen resesif autosom yang mengatur respons imun maternal.

Pre Eklamsia

PENYIMPANGAN KDM

Vasospasme

Risiko cedera ibu dan janinNyeri akutGangguan pada penglihatanSpasme arterial retinaNyeri kepalaSpasme korteks otakKapasitas oksigen maternal Hemoglobin Menghancurkan sel darah merahPerfusi ke organ maternal Hematokrit maternalHemokonsentrasiPenurunan curah jantungVolume darah yang beredar ProteinuriaOliguriaHiperdisfungsi ginjalPerpindahan cairan dari intravascular ke intraselular Permeabilitas kapiler

Tekanan Darah

Pre Eklamsia F. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis pre eklamsia dapat mencakup:1. Pemeriksaan spesimen urin mid-stream untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi urin2. Pemeriksaan darah, khususnya untuk mengetahui kadar ureum darah (untuk menilai kerusakan pada ginjal) dan kadar hemoglobin3. Pemeriksaan retina untuk mendeteksi perubahan pada pembuluh darah retina4. Pemeriksaan kadar human laktogen plasental (HLP) dan estriol di dalam plasma serta urin untuk menilai faal unit fetoplasental.(Farrer, 1999).Kemudian menurut Doenges (2001), pemeriksaan penunjang lainnya terdiri dari:1. Tes presor supine (tes rovoller): dapat digunakan untuk memeriksa klien-klien berisiko terhadap hipertensi, antara gestasi minggu ke- 28-32, meskipun keakuratan diragukan; peningkatan 20-30 mmHg pada tekanan sistolik dan 15-20 mmHg pada tekanan diastolik menandakan tes positif.2. Tekanan arteri rerata (MAP): 90 mmHg pada trimester kedua menandakan hipertensi.3. Hematokrit (Ht): meningkat pada perpindahan cairan. 4. Hemoglobin (Hb): rendah bila terjadi hemolisis.5. Kadar kreatinin serum: meningkat.6. Pre Eklamsia Kadar asam urat: setinggi 7mg/100ml, bila masalah ginjal berat. 7. Berat jenis urin: meningkat, menunjukkan perpindahan cairan/dehidrasi vaskular.8. Proteinuria: dengan menggunakan dipstick pengukuran 1+ ke 2+ (sedang), 3+ ke 4+ (berat), atau lebih besar dari 5g/l dalam 24 jam.9. Kadar etrisol urin/plasma: menurun menandakan penurunan fungsi plasenta. 10. Kadar laktogen plasenta manusia: kurang dari 4mEq/ml menunjukkan fungsi plasenta abnormal (tidak sering dilakukan pada skrining hipertensi pada kehamilan).11. Ultrasonografi : pada gestasi minggu ke-20 sampai ke-26 dan diulang 6-10 minggu kemudian, menentukan usia gestasi dan mendekati retardasi pertumbuhan intrauterus (IUGR).12. Tes cairan amniotic (rasio lesitin terhadap sfingomielin (L/S), fosfatidilgliserol (pg), kadar fosfatidikolin tersaturasi): menggambarkan maturitas paru janin.13. BPP (biophysical profile), termasuk volume cairan amniotik, fetal tone, pergerakan pernapasan janin (FBM), pergerakan janin dan denyut jantung janin reaktif/tes nonstres: menentukan kesejahteraan/risiko janin.14. Tes stress kontraksi (CST): mengkaji respons janin terhadap stress kontraksi uterus.

G. Penatalaksanaan Medis

Pre Eklamsia Jika pre eklamsianya ringan, pengobatan dengan preparat sedative seperti sodium amital 50 mg tds plus preparat sedative pada malam hari biasanya sudah cukup untuk menurunkan tekanan darah sampai tingkat yang aman. Kalau keadaannya lebih berat, penyuntikan sodium fenobartial (200 mg setiap 8 jam) dan diazepam (10 mg setiap 6 hingga 8 jam) dapat dilakukan dengan pemberian tunggal atau kombinasi.Obat-obat hipotensi seperti propranolol reserpin dan metildopa kadang-kadang diberikan. Diuretik tidak diberikan karena obat-obat diuretik dapat berbahaya pada keadaan ini.(Farrer, 1999)

F. Prognosis/KomplikasiMenurut Farrer (1999), pre eklamsia yang tidak terkontrol atau tidak diatasi dapat menimbulkan eklamsia, abrutio plasenta, gagal ginjal dan hipertensi permanen. Plasenta dapat mengalami infark sehingga membatasi jumlah oksigen dan nutrient yang tersedia bagi bayi. Retardasi pertumbuhan intrauteri dapat terjadi dan keadaan hipoksia dapat membuat janin tidak mampu untuk menahan stress persalinan yang normal. Pada kasus-kasus berat, janin meninggal akibat anoksia sebelum persalinan.

Pre Eklamsia II. PENDEKATAN PROSES KEPERAWATANA. Pengkajian berdasarkan Pola Kesehatan Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan Remaja (dibawah usia 15 tahun) dan primigravida lansia (usia 35 tahun atau lebih) berisiko tinggi Riwayat hipertensi kronis Riwayat keluarga hipertensi karena kehamilan Pola Nutrisi Metabolik Mual Muntah Penambahan berat badan 0,9072 kilogram atau lebih dalam 1 minggu, 2,27 kilogram atau lebih per bulan Malnutrisi (kelebihan atau kurang berat badan 20% atau lebih besar); masukan protein/kalori kurang Edema pada wajah, tungkai, tangan (cincin kawin yang menjadi ketat), kaki Nyeri epigastrik (region kuadran atas kanan) Pola Eliminasi Penurunan fungsi ginjal: oliguria (kurang dari 400 ml/ 24 jam). Pemeriksaan laboratorium urin: terdapat protein 2+ dalam urin Pola Aktivitas dan Latihan Peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg Pre Eklamsia Pernapasan kurang dari 14x/menit Krekels mungkin ada Pemeriksaan laboratorium: hematokrit meningkat > 46% Pola Persepsi Kognitif Pusing Sakit kepala di daerah frontalis Penglihatan kabur, pandangan ganda pada satu objek Hiperrefleksia Kacau mental-tonik, kemudian fase tonik-klonik, diikuti dengan periode kehilangan kesadaran Pemeriksaan funduskopi: Edema atau spasme vaskular Pola Reproduksi-Seksualitas Gerakan bayi berkurang Tanda-tanda abrubsi plasenta

Pre Eklamsia B. Analisa DataNODATAETIOLOGIMASALAH

1DS:Klien mengatakan jarang buang air kecil dan jumlah urin yang keluar hanya sedikit.DO: Tekanan darah > 140/90 mmHg Hematokrit meningkat > 46% Oliguria,