Eklamsia 1

24
anggreni Rabu, 20 April 2011 ASKEP DM PADA LANSIA A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi insulin. Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000). Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002). Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia. ( Mary,2009) 2. Epidemiologi Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia lebih dari 65 tahun, 8,6% menderita

Transcript of Eklamsia 1

Page 1: Eklamsia 1

anggreni

Rabu, 20 April 2011

ASKEP DM PADA LANSIA

A.      Konsep Dasar Penyakit

1.         Definisi

Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi insulin atau

retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan

glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan

hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan

dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi

insulin.

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan

kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000).

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan

kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).

Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial yang dicirikan

dengan hiperglikemia dan hipoglikemia. ( Mary,2009)

2.      Epidemiologi

Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia lebih

dari 65 tahun, 8,6% menderita diabetes tipe II. Angka ini mencakup 15% populasi pada panti

lansia.

3.      Etiologi

Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena mengkonsumsi kalori

berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan penurunan laju metabolisme basal.

Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes

mellitus pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua besar:

         Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan fungsi

pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi dengan baik).

         Gaya hidup(life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum alkohol, dll.)

Page 2: Eklamsia 1

Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab terjadinya

diabetes mellitus.

Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda dan

gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu

bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan indikator

diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya karena

mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri.

4.         Klasifikasi

         Diabetes melitus tipe I:

Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik melalui proses

imunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus tipe I:

         Mudah terjadi ketoasidosis

         Pengobatan harus dengan insulin

         Onset akut

         Biasanya kurus

         Biasanya terjadi pada umur yang masih muda

         Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4

         Didapatkan antibodi sel islet

         10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga

         Diabetes melitus tipe II:

Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai

yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Karakteristik DM tipe

II:

         Sukar terjadi ketoasidosis

         Pengobatan tidak harus dengan insulin

         Onset lambat

         Gemuk atau tidak gemuk

         Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun

         Tidak berhubungan dengan HLA

         Tidak ada antibodi sel islet

         30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga

         ± 100% kembar identik terkena

5.         Manifestasi Klinis

Page 3: Eklamsia 1

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia umumnya

tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi,

dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin.

Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi

adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium

lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi

degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.

Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga

gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang

luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa

kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang

sukar sembuh dengan pengobatan lazim.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan

adalah :

a.       Katarak                                     

b.      Glaukoma

c.       Retinopati

d.      Gatal seluruh badan

e.       Pruritus Vulvae

f.       Infeksi bakteri kulit

g.      Infeksi jamur di kulit

h.      Dermatopati

i.        Neuropati perifer

j.        Neuropati viseral

k.      Amiotropi

l.        Ulkus Neurotropik

m.    Penyakit ginjal

n.      Penyakit pembuluh darah perifer

o.      Penyakit koroner

p.      Penyakit pembuluh darah otak

q.      Hipertensi

6.         Patofisiologi

Page 4: Eklamsia 1

Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan

glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau

hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak

dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya

kadar glukosa di dalam darah meningkat.

Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.

Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi untuk

kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit,

antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.

Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin normal 

tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga

glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.

7.         Pathway

Terlampir

8.         Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin

dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati.

Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :

a.         Diet

Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75% Karbohidrat

kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet

ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin.

b.        Latihan

Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan sebelum latihan

sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara fisik mampu mengikuti

program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas klien yang terbaru dan pilihan

gaya hidup dapat membantu menentukan jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan

atau berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik

untuk para pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung

meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan

Page 5: Eklamsia 1

stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta membantu

menurunkan berat badan.

c.         Pemantauan

Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa secara rutin. Selain

itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas

yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.

d.        Terapi (jika diperlukan)

Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif hanya untuk

penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk mepertahankan kadar

glukosa darah dalam parameter yang  telah ditentukan untuk membatasi komplikasi penyakit

yang membahayakan.

e.         Pendidikan

         Diet yang harus dikomsumsi

         Latihan

         Penggunaan insulin

9.         Pemeriksaan Diagnostik

           Glukosa darah sewaktu

           Kadar glukosa darah puasa

           Tes toleransi glukosa

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:

-            Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

-            Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

-            Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr

karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

10.         Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang termasuk

dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis (DKA), dan hyperglycemic

hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah

retinopati diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.

      Komplikasi akut

a.         Diabetes ketoasidosis

Page 6: Eklamsia 1

       Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang berat pada jaringan

adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk sangat sensitive terhadap

kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)

      Komplikasi kronis:

a.       Retinopati diabetic

Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina. Terdapat pula

bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah retina. Respon terhadap

iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh darah tersebut

sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat mengakibatkan perdarahan vitreous.

Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan

kebutaan permanen.

b.      Nefropati diabetic

Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang nodular yang

tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson. Glomeruloskleriosis

nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-

Wilson ditemukan hanya pada DM.

c.       Neuropati

Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic yang paling sering

ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.

d.      Displidemia

Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.

e.       Hipertensi

Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal, mikroalbuminuria,

atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial.

Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa memperberat

retinopati, nepropati, dan penyakit makrovaskular.

f.       Kaki diabetic

Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia, dan sepsis.

Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada kaki mengakibatkan trauma dan

potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat mengakibatkan

iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan

amputasi.

g.      Hipoglikemia

Page 7: Eklamsia 1

Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl, yang

merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral. Penyebab

hipoglikemia pada pasien sedang menerima pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemik

oral.

B.     Konsep Asuhan Keperawatan

1.         Pengkajian

a.    Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?

b.    Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya

Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis

apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien

untuk menanggulangi penyakitnya.

c.    Aktivitas/ Istirahat :

Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

d.   Sirkulasi

Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada

kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah

e.    Integritas Ego

Stress, ansietas

f.     Eliminasi

Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare

g.    Makanan / Cairan

Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan

diuretik.

h.    Neurosensori

Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia, gangguan

penglihatan.

i.      Nyeri / Kenyamanan

Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)

j.      Pernapasan

Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)

k.    Keamanan

Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

Page 8: Eklamsia 1

2.         Diagnosa Keperawatan

a.    Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan

metabolisme protein, lemak.

b.    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan  osmotik diuresis ditandai dengan tugor

kulit menurun dan membran mukasa kering.

c.    Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati

perifer) ditandai dengan gangren pada extremitas.

d.   Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.

e.    Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.

f.     Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan penglihatan.

3.         Perencanaan Keperawatan

a.       Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan

metabolisme protein, lemak.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien dapat

terpenuhi.

Dengan Kriteria Hasil :

  Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat

  Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya

Tindakan / intervensi Rasional

Mandiri

1.      Timbang berat badan sesuai indikasi. Mengkaji pemasukan makanan yang

adekuat.

2.      Tentukan program diet, pola makan, dan

bandingkan dengan makanan yang dapat

dihabiskan klien.

Mengidentifikasikan kekurangan dan

penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.

3.      Auskultrasi bising usus, catat nyeri

abdomen atau perut kembung, mual,

muntah dan pertahankan keadaan puasa

sesuai inndikasi.

Hiperglikemi, gangguan keseimbangan

cairan dan elektrolit menurunkan

motilitas atau fungsi lambung (distensi

atau ileus paralitik).

4.       Berikan makanan cair yang mengandung Pemberian makanan melalui oral lebih

Page 9: Eklamsia 1

nutrisi dan elektrolit. Selanjutnya

memberikan makanan yang lebih padat.

baik diberikan pada klien sadar dan

fungsi gastrointestinal baik.

5.      Identifikasi makanan yang disukai. Kerja sama dalam perencanaan makanan.

6.      Libatkan keluarga dalam perencanaan

makan.

Meningkatkan rasa keterlibatannya,

memberi informasi pada keluarga untuk

memahami kebutuhan nutrisi klien.

7.      Observasi tanda hipoglikemia (perubahan

tingkat kesadaran, kulit lembap atau

dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka

rangsang, cemas, sakit kepala, pusing).

Pada metabolism kaborhidrat (gula darah

akan berkurang dan sementara tetap

diberikan tetap diberikan insulin, maka

terjadi hipoglikemia terjadi tanpa

memperlihatkan perubahan tingkat

kesadaran.

Kolaborasi

8.      Lakukan pemeriksaan gula darah dengan

finger stick.

Analisa di tempat tidur terhadap gula

darah lebih akurat daripada memantau

gula dalam urine.

9.      Pantau pemeriksaan laboratorium (glukosa

darah, aseton, pH, HCO3)

Gula darah menurun perlahan dengan

penggunaan cairan dan terapi insulin

terkontrol sehingga glukosa dapat masuk

ke dalam sel dan digunakan untuk

sumber kalori. Saat ini, kadaar aseton

menurun dan asidosis dapat dikoreksi.

10.  Berikan pengobatan insulin secara teratur

melalui iv

Insulin regular memiliki awitan cepat dan

dengan cepat pula membantu

memindahkan glukosa ke dalam sel.

Pemberian melalui IV karena absorpsi

dari jaringan subkutan sangat lambat.

11.  Berikan larutan glukosa ( destroksa,

setengah salin normal).

Larutan glukosa ditambahkan setelah

insulin dan cairan membawa gula darah

sekitar 250 mg /dl. Dengan metabolism

karbohidrat mendekati normal, perawatan

diberikan untuk menghindari

hipoglikemia.

Page 10: Eklamsia 1

12.  Konsultasi dengan ahli gizi. Bermanfaat dalam penghitungan dan

penyesuaian diet untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi.

b.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan  osmotik diuresis ditandai dengan tugor

kulit menurun dan membran mukosa kering.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan atau hidrasi

pasien terpenuhi

Dengan kriteria Hasil :

  Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat

diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar

elektrolit dalam batas normal.

Tindakan / Intervensi Rasional

Mandiri

1.      Kaji riwayat klien sehubungan dengan

lamanya atau intensitas dari gejala seperti

muntah dan pengeluaran urine yang

berlebihan.

Membantu memperkirakan kekurangan

volume total. Adanya proses infeksi

mengakibatkan demam dan keadaan

hipermetabolik yang meningkatkan

kehilangan air.

2.      Pantau tanda – tanda vital, catat adanya

perubahan tekanan darah ortostatik.

Hipovolemi dimanifestasikan oleh

hipotensi dan takikardia. Perkiraan berat

ringannya hipovolemi saat tekanan darah

sistolik turun ≥ 10 mmHg dari posisi

berbaring ke duduk atau berdiri.

3.      Pantau pola napas seperti adanya

pernapasan Kussmaul atau pernapasan

yang berbau keton.

Perlu mengeluarkan asam karbonat

melalui pernapasan yang menghasilkan

kompensasi alkalosis respiratoris terhadap

keadaan ketoasidosis. Napas bau aseton

disebabkan pemecahan asam asetoasetat

dan harus berkurang bila ketosis

terkoreksi.

Page 11: Eklamsia 1

4.      Pantau frekuensi dan kualitas pernapasan,

penggunaan otot bantu napas, adanya

periode apnea dan sianosi.

Hiperglikemia dan asidosis menyebabkan

pola dan frekuensi pernapasan normal.

Akan tetapi peningkatan kerja pernapasan,

pernapasan dangkal dan cepat serta

sianosis merupakan indikasi dari kelelahan

pernapasan atau kehilangan kemampuan

melalui kompensasi pada asidosis.`

5.      Pantau suhu, warna kulit, atau

kelembapannya.

Demam, menggigil, dan diaphoresis

adalah hal umum terjadi pada proses

infeksi, demam dengan kulit kemerahan,

kering merupakan tanda dehidrasi.

6.      Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor

kulit, dan membrane mukosa.

Merupakan indicator tingkat dehidrasi

atau volume sirkulasi yang adekuat.

7.      Pantau masukan dan pengeluaran. Memperkirakan kebutuhan cairan

pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan

terapi yang diberikan.

8.      Ukur berat badan setiap hari. Memberikan hasil pengkajian terbaik dari

status cairan yang sedang berlangsung dan

selanjutnya dalam memberikan cairan

pengganti.

9.      Pertahankan pemberian cairan minimal

2500 ml/hari.

Mempertahankan hidrasi atau volume

sirkulasi.

10.  Tingkatkan lingkungan yang menimbulkan

rasa nyaman. Selimuti klien dengan kain

yang tipis.

Menghindari pemanasan yang berlebihan

terhadap klien lebih lanjut dapat

menimbulkan kehilangan cairan.

11.  Kaji adanya perubahan mental atau

sensori.

Perubahan mental berhubungan dengan

hiperglikemi atau hipoglikemi, elektrolit

abnormal, asidosis, penurunan perfusi

serebral, dan hipoksia. Penyebab yang

tidak tertangani, gangguan kesadaran

menjadi predisposisi aspirasi pada klien.

12.  Observasi mual, nyeri abdomen, muntah,

dan distensi lambung.

Kekurangan cairan dan elektrolit

mengubah motilitas lambung sehinnga

Page 12: Eklamsia 1

sering menimbulkan muntah dan secara

potensial menimbulkan kekurangan cairan

dan elektrolit.

13.  Observasi adanya perasaan kelelahan yang

meningkat, edema, peningkatan berat

badan, nadi tidak teratur, dan distensi

vaskuler.

Pemberian cairan untuk perbaikan yang

cepat berpotensi menimbulkan kelebihan

cairan dan gagal jantung kronis.

Kolaborasi

14.  Berikan terapi cairan sesuai indikasi:

11.    Normal salin atau setengah normal salin

dengan atau tanpa dekstrosa.

12.    Albumin, plasma, atau dekstran.

Tipe dan jumlah cairan tergantung pada

derajat kekurangan cairan dan respon

klien secara individual.

Plasma ekspander (pengganti) dibutuhkan

jika mengancam jiwa atau tekanan darah

sudah tidak dapat kembali normal dengan

usaha rehidrasi yang telah dilakukan.

15.  Pasang kateter urine. Memberikan pengukuran yang tepat

terhadap pengeluaran urine terutama jika

neuropati otonom menimbulkan retensi

atau inkontinensia.

c.       Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati

perifer) ditandai dengan gangren pada extremitas.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidakterjadi komplikasi.

Dengan Kriteria Hasil : - menunjukan peningkatan integritas kulit

       Menghindari cidera kulit

Tindakan  / intervensi Rasional

Mandiri

1.         Inspeksi kulit terhadap perubahan

warna,turgor,vaskuler,perhatikan

kemerahan.

Menandakan aliran sirkulasi buruk yang

dapat menimbulkan infeksi

 

Page 13: Eklamsia 1

2.      Ubah posisi setiap 2 jam beri bantalan

pada tonjolan tulang

Menurunkan tekanan pada edema dan

menurunkan iskemia

3.      Pertahankan alas kering dan bebas lipatan Menurunkan iritasi dermal

4.      Beri perawatan kulit seperti penggunaan 

lotion

Menghilangkan kekeringan pada kulit dan

robekan pada kulit

5.      Lakukan perawatan luka dengan teknik

aseptik

Mencegah terjadinya infeksi

6.      Anjurkan pasien untuk menjaga agar kuku

tetap pendek

Menurunkan resiko cedera pada kulit oleh

karena garukan

7.      Motivasi klien untuk makan makanan

TKTP

Makanan TKTP dapat membantu

penyembuhan jaringan kulit  yang rusak

d.      Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kelelahan dapat teratasi.

Kriteria hasil klien dapat:

         Mengidentifikasikan pola keletihan setiap hari.

         Mengidentifikasi tanda dan gejala peningkatan aktivitas penyakit yang mempengaruhi

toleransi aktivitas.

         Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.

         Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.

Tindakan / intervensi Rasional

Mandiri

1.      Diskusikan kebutuhan akan aktivitas. Buat

jadwal perencanaan dan identifikasi

aktivitas yang menimbulkan kelelahan.

Pendidikan dapat memberikan motivasi

untuk meningkatkan tingkat aktivitas

meskipun klien sangat lemah.

2.      Diskusikan penyebab keletihan seperti

nyeri sendi, penurunan efisiensi tidur,

peningkatan upaya yang diperlukan untuk

ADL.

Dengan mengetahui penyebab keletihan,

dapat menyusun jadwal aktivitas.

3.      Bantu mengidentivikasi pola energi dan

buat rentang keletihan. Skala 0-10 (0=tidak

Mengidentifikasi waktu puncak energi dan

kelelahan membantu dalam merencanakan

Page 14: Eklamsia 1

lelah, 10= sangat kelelahan) akivitas untuk memaksimalkan konserfasi

energi dan produktivitas.

4.      Berikan aktivitas alternatif dengan periode

istirahat yang cukup/ tanpa diganggu.

Mencegah kelelahan yang berlebih.

5.      Pantau nadi , frekuensi nafas, serta tekanan

darah sebelum dan seudah melakukan

aktivitas.

Mengindikasikan tingkat aktivitas yang

dapat ditoleransi secara fisiologis.

6.      Tingkatkan partisipasi klien dalam

melakukan aktivitas sehari-hari sesuai

kebutuhan.

Memungkinkan kepercayaan diri/ harga

diri yang positif sesuai tingkat aktivitas

yang dapat ditoleransi.

7.      Ajarkan untuk mengidentifikasi tanda dan

gejala yang menunjukkan peningkatan

aktivitas penyakit dan mengurangi

aktivitas, seperti demam, penurunan berat

badan, keletihan makin memburuk.

Membantu dalam mengantisipasi

terjadinya keletihan yang berlebihan.

e.       Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi tanda-tanda infeksi

Dengan Kriteria hasil :

      Tidak ada rubor, kalor, dolor, tumor, fungsiolesia.

      Terjadi perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.

Rencana / intervensi Rasional

Mandiri

1.     Observasi tanda-tanda infeksi dan

peradangan sperti demam, kemerahan,

adanya pus pada luka, sputum purulen,

urine warna keruh atau berkabut.

Pasien mungkin masuk dengan infeksi

yang biasanya telah mencetuskan keadaan

ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi

nosokomial.

2.      Tingkatkan upaya pencegahan dengan

melakukan cuci tangan yang baik pada

semua orang yang berhubungan dengan

pasien termasuk pasiennya sendiri.

Mencegah timbulnya infeksi nosokomial.

Page 15: Eklamsia 1

3.      Pertahankan teknik aseptik pada prosedur

invasif.

Kadar glukosa yang tinggi dalam darah

akan menjadi meddia terbaik dalam

pertumbuhan kuman.

4.      Berikan perawatan kulit dengan teratur

dan sungguh-sungguh, masase daerah

tulang yang tertekan, jaga kulit tetap

kering, linen kering dan tetap kencang.

Sirkulasi perifer bisa terganggu dan

menempatkan pasien pada peningkatan

risiko terjadinya kerusakan pada kulit.

5.      Berikan tisue dan tempat sputum pada

tempat yang mudah dijangkau untuk

penampungan sputum atau secret yang

lainnya.

Mengurangi penyebaran infeksi.

Kolaborasi

6.      Lakukan pemeriksaan kultur dan

sensitifitas sesuai dengan indikasi.

Untuk mengidentifikasi adanya organisme

sehingga dapat memilih atau memberikan

terapi antibiotik yang terbaik.

7.      Berikan obat antibiotik yang sesuai Penanganan awal dapat mambantu

mencegah timbulnya sepsis.

f.       Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan penglihatan.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi injuri

Dengan Kriteria hasil :

         Dapat menunjukkan terjadinya perubahan perilaku untuk menurunkan factor risiko dan untuk

melindungi diri dari cidera.

         Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.

Rencana / Intervensi Rasional

Mandiri

1.      Hindarkan lantai yang licin. Lantai licin dapat menyebabkan risiko

jatuh pada pasien.

2.      Gunakan bed yang rendah. Mempermudah pasien untuk naik dan

turun dari tempat tidur.

3.      Orientasikan klien dengan ruangan. Lansia daya ingatnya sudah menurun,

sehingga diperlukan orientasi ruangan

Page 16: Eklamsia 1

agar lansia bisa menyesuaikan diri

terhadap ruangan.

4.      Bantu klien dalam melakukan aktivitas

sehari-hari

Lansia sudah mengalami penurunan dalam

fisik, sehingga dalam melakukan aktivitas

sehari diperlukan bantuan dari orang

lainsesuai dengan yang dapat ditoleransi

5.      Bantu pasien dalam ambulasi atau

perubahan posisi

Keterbatasan aktivitas tergantung pada

kondisi lansia.