Preeklamsia dan Eklamsia

36
HUBUNGAN USIA IBU HAMIL DENGAN ANGKA KEJADIAN PREEKLAMPSIA DI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Oleh: CUT MEURAH INTAN 0907101010159 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH 2013

description

Skripsi

Transcript of Preeklamsia dan Eklamsia

  • HUBUNGAN USIA IBU HAMIL DENGAN ANGKA KEJADIAN PREEKLAMPSIA DI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

    SKRIPSI

    Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh

    gelar Sarjana Kedokteran

    Oleh:

    CUT MEURAH INTAN 0907101010159

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH

    2013

  • ABSTRAK

    Preeklampsia dan eklampsia di seluruh dunia diperkirakan menjadi penyebab kira-kira 14% (50.000-75.000) kematian maternal setiap tahunnya. usia ibu yang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya preeklampsia mempunyai pengaruh yang cukup besar. Distribusi kejadian preeklainpsia berdasarkan umur menurut beberapa referensi banyak ditemukan pada kelompok usia ibu hamil yang ekstrim yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara usia ibu hamil dengan angka kejadian preeklampsia. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan cross-sectional yang diambil secara retrospektif. Sampel penelitian adalah 142 ibu hamil penderita preeklampsia yang berobat di RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh. Data diperoleh dari rekam medis pasien penderita preeklampsia di RSUD dr.Zainoel Abidin periode 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji kemaknaan hubungan usia ibu hamil dengan angka kejadian preeklampsia didapatkan nilai p=0.043 pada derajat kepercayaan 95% dan a = 0,05. Hal ini membuktikan bahwa terdapat hubungan usia terhadap kejadian preeklampsia pada ibu hamil.

    Kata kunci Preeklampsia, Usia Ibu Hamil

  • ABSTRACT

    Preeclampsia and eclampsia is predicted as cause of 14% (50. 00075. 000) annual maternal death. Maternal age is one of preeclampsia risk factor which has great influence. Most preeclampsia occurrence distribution according to maternal age are found in high risk age (35 years old). The purpose of this research was to investigate correlation between maternal age and preeclampsia incidence. This research used an analytical method trough cross-sectional approach. Secondary data of 142 preeclampsia patients who were treated in dr. Zainoel Abidin Hospital Banda Aceh were drawn as the sample. Data were collected from patient record sets that diagnosed as preeclampsia during January December 2012. Result of this research indicate that preeclampsia at maternity to be experienced by both maternal in high risk and low risk age with p value is 0.043 while degree of freedom is 95% and a = 0, 05. This result meant there are relationship between maternal age and with the occurrence of preeclampsia.

    Keywords: Preeclampsia, Maternal age

  • KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim

    Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT karena berkat

    karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

    judul Hubungan Usia Ibu Hamil Dengan Angka Kejadian Preeklapmsia.

    Salawat dan Salam semoga tercurah kepada Nabi junjungan kita Muhammad

    SAW, beserta keluarga dan sahabat beliau yang telah membawa umat manusia ke

    alam yang penuh ilmu pengetahuan ini.

    Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter

    Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Oleh karena itu, penulis ingin

    menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Dr. dr. Mulyadi, Sp.P selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.

    2. dr. Hasanuddin Sp.OG selaku dosen pembimbing pertama yang telah

    meluangkan waktu dan membimbing penulis hingga skripsi ini dapat

    terselesaikan dengan baik.

    3. dr. Hijra Novia Suardi Sp.FK selaku dosen pembimbing kedua pada tahap

    penyusunan skripsi yang telah meluangkan waktu dan membimbing penulis

    hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

    4. dr. Abdullah Sp.PD selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan-

    masukan demi perbaikan skripsi ini.

    5. Dr.Munawar Sp.OG selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan-

    masukan demi perbaikan skripsi ini.

    6. dr. Husnah MPH selaku dosen wali yang telah mendidik penulis selama lebih

    dari 3,5 tahun ini.

    7. Seluruh dosen Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala yang telah

    memberikan ilmu yang sangat berharga dan bermanfaat bagi penulis.

    8. Tim Pengelola Skripsi (TPS) dan seluruh staf Fakultas Kedokteran Universitas

    Syiah Kuala yang selama ini sudah membantu penulis selama perkuliahan.

    9. Orang-orang terpenting dalam hidup penulis, yang tercinta Ayahanda T.M

    Sulaiman dan Ibunda Nurlela yang selalu membesarkan, mendidik,

  • memberikan kasih sayang dan mendukung member semangat penulis baik

    moral maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

    10. Untuk suami tercinta Ananda Anugrah Muktamar AD yang telah mendukung,

    memberikan motivasi agar skripsi ini cepat diselesaikan.

    11. Untuk Anak-anak tercinta yang merupakan penyemangat penulis.

    12. Untuk seluruh keluarga besar, yang telah mendoakan penulis sehingga dapat

    menyelesaikan skripsi dan pendidikan penulis.

    13. Untuk kakak tercinta Vivi Wulandari yang telah membantu, membimbing

    penulis dalam menyelesaikan skripsi.

    14. Teman-teman angkatan 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu

    yang setia menjadi teman seperjuangan.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

    banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penyajian, bahasan maupun

    dari segi materi. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

    mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak

    demi penyempurnaan tulisan ini

    Banda Aceh, Desember 2013

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK ........................................................................................................... iii

    ABSTRACT ......................................................................................................... iv

    KATA PENGANTAR ......................................................................................... v

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 2 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 2 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 3 1.5 Hipotesis ................................................................................................. 4

    BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ............................................................. 5

    2.1 Preeklampsia .............................................................................................. 5 2.1.1 Definisi ........................................................................................... 5 2.1.2 Insidensi dan Etiologi .................................................................... 6 2.1.3 Faktor Risiko .................................................................................. 6 2.1.4 Manifestasi Klinis .......................................................................... 7 2.1.5 Diagnosa ........................................................................................ 8 2.1.6 Penatalaksanaan ............................................................................. 8 2.2 Karakteristik Ibu Hamil .......................................................................... 11 2.2.1 Usia ................................................................................................ 11 2.2.2 Paritas ............................................................................................. 12 2.2.3 Usia Kehamilan .............................................................................. 12 2.2.4 Pekerjaan ........................................................................................ 12 2.3 Kerangka Teori ....................................................................................... 13

    BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 14

    3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................. 14 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 14 3.3 Populasi Penelitian .................................................................................. 14 3.4 Sampel Penelitian ................................................................................... 15 3.4.1 Kriteria Inklusi ............................................................................... 15 3.4.2 Kriteria Eksklusi ............................................................................ 15 3.5 Kerangka Konsep dan Variabel Penelitian ............................................. 15 3.6 Definisi Operasional ............................................................................... 15

  • 3.7 Pengumpulan Data .................................................................................. 16 3.7.1 Sumber Data .................................................................................. 16 3.7.2 Instrumen Penelitian ...................................................................... 16 3.8 Pengolahan dan Penyajian Data .............................................................. 17 3.9 Analisa Data ............................................................................................ 17 3.10 Alur Penelitian ...................................................................................... 17

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 18

    4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 18 4.2 Pembahasan ............................................................................................ 19 4.3 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 21

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 22

    5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 22 5.2 Saran ....................................................................................................... 22

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Perbedaan Preeklampsia Ringan dan Berat .......................................... 8 Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Penelitian ............................................................ 18 Tabel 4.2 Hasil Uji Tabel Silang ........................................................................... 19

  • DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Kerangka Teori .................................................................................. 13 Gambar 3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 15 Gambar 3.2 Alur Penelitian................................................................................... 17

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Preeklampsia merupakan kelainan yang ditemukan pada waktu kehamilan yang biasanya terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu sampai 48 jam setelah persalinan. Sindrom preeklampsia ringan ditandai dengan hipertensi, edema dan proteinuria sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan. Sehingga tanpa disadari preeklampsia ringan akan berlanjut menjadi preeklampsia berat, bahkan eklampsia pada ibu hamil (Winkjosastro et al., 2007).

    Preeklampsia pada ibu hamil jika tidak segera ditangani akan berdampak pertumbuhan janin terhambat, kematian janin, pendarahan serebral, gagal jantung, ginjal, hati, trombolisme, gangguan pembekuan darah, dan trauma karena kejang. Pada bayi preeklampsia dapat mencegah plasenta (jalur penyaluran udara dan makanan untuk janin) mendapat asupan darah yang cukup, sehingga bayi preeclampsia bisa kekurangan oksigen (hypoksia), dapat mengakibatkan prematuritas, Intrauterine Growth Retardation (IUGR), gawat janin, kematian janin dalam rahim, lahir dengan kondisi gangguan nutrisi dan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen (asfiksia), sampai dengan kematian pada saat kelahiran (Winkjosastro et al., 2007).

    World Health Organization (WHO, 2001) menyatakan bahwa angka

    kejadian preeklampsia berkisar antara 0,51% - 38,4%. Preeklampsia dan

    eklampsia di seluruh dunia diperkirakan menjadi penyebab kira-kira 14% (50.000-

    75.000) kematian maternal setiap tahunnya (Lim, 2009). Angka kejadian

    preeklampsia di Amerika Serikat sendiri kira-kira 5% dari semua kehamilan,

    dengan gambaran insidensinya 23 kasus preeklampsia ditemukan per 1.000

    kehamilan setiap tahunnya (Joseph et al, 2008). Kematian ibu akibat preeklampsia

    mencapai 12% di negara berkembang (Perez-Cuevas et al., 2007).

    Cunningham (2007) menyebutkan terjadinya preeklampsia dipengaruhi oleh

    beberapa faktor predisposisi antara lain usia ibu, paritas, usia kehamilan, status ekonomi, dan hiperplasentosis. Bila ditinjau dari usia ibu yang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya preeklampsia mempunyai pengaruh yang cukup besar. Distribusi kejadian preeklampsia berdasarkan umur menurut beberapa referensi banyak ditemukan pada kelompok usia ibu hamil yang ekstrim yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun (Dechorney et al., 2006).

  • Penelitian yang dilakukan Bahari (2009) menunjukkan bahwa terdapat 81,82% ibu hamil pada kelompok usia kurang dari 20 tahun menderita preeklampsia. Pada usia muda, keadaan alat-alat reproduksi pada ibu hamil belum siap untuk menerima kehamilan. Hal ini akan meningkatkan terjadinya keracunan kehamilan dalam bentuk preeklampsia dan eklampsia (Manuaba, 1998). Pada kelompok usia ibu hamil antara 20 tahun hingga 35 tahun hanya terdapat 44,17% penderita preeklampsia. Kenaikan angka kejadian preeklampsia terjadi lagi pada kelompok usia ibu hamil lebih dari 35 tahun yaitu sebesar 66,15%. Pada usia 35 tahun atau lebih, rentan terjadinya berbagai penyakit dalam bentuk hipertensi, dan eklampsia. Hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir yang sudah tidak lentur lagi (Potter, 2005). Rumah sakit umum sebagai institusi kesehatan yang langsung berhubungan dengan masyarakat, menjadi ujung tombak dalam upaya menurunkan angka kematian ibu, salah satunya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.Zainoel Abidin yang sekaligus menjadi rumah sakit rujukan di Provinsi Aceh. Di sisi lain, begitu pentingnya mengetahui bagaimana hubungan usia ibu hamil dengan angka kejadian preeklampsia sehingga dapat dilakukan berbagai upaya preventif dan kuratif. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Usia Ibu Hamil dengan Angka Kejadian Preeklampsia di RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 1.2 Rumusan Masalah

    Bagaimana hubungan antara usia ibu hamil dengan angka kejadian preeklampsia di RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh? 1.3 Tujuan Penelitian

    a. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui hubungan antara usia ibu hamil dengan angka kejadian preeklampsia di RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh.

    b. Tujuan Khusus

    1. Untuk mengetahui usia ibu hamil dengan angka kejadian preeklampsia di

    RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh.

    2. Untuk mengetahui rata-rata usia ibu hamil yang menderita preeklampsia di

    RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh.

    1.4 Manfaat Penelitian

  • 1.4.1 Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan literatur keilmuan lebih lanjut kepada penelitian di bidang kedokteran khususnya kedokteran kandungan dan kebidanan mengenai hubungan usia ibu hamil dengan angka kejadian preeklampsia. 1.4.2 Praktis

    a. Penelitian ini dapat menjadi masukan dan rujukan tambahan kepada

    pengambil kebijakan pelayanan kesehatan masyarakat mengenai hubungan

    usia ibu hamil dengan angka kejadian preekampsia sehingga dapat dilakukan

    upaya-upaya untuk menurunkan angka kejadian preeklampsia.

    b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi mengenai hubungan usia

    ibu hamil dengan angka kejadian preeklampsia serta dapat memberikan

    kontribusi kepada penelitian selanjutnya.

    c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan khususnya

    bagi ibu hamil terutama yang berada pada usia berisiko untuk mengenal

    preeklampsia sehingga dapat melakukan upaya pengontrolan preeklampsia.

    1.5 Hipotesis

    Ho : Tidak terdapat hubungan antara usia ibu hamil terhadap angka kejadian preeklampsia di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Ha : Terdapat hubungan antara usia ibu hamil terhadap terhadap angka kejadian preeklampsia di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Preeklampsia 2.1.1 Definisi

    Preeklampsia yang disebut juga Pregnancy Induced Hipertention (PIH) atau kehamilan yang menginduksi tekanan darah adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan. Definisi preeklampsia adalah hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik atau kelainan plasenta (Kyle et al., 2008; Pearlman et al., 2009).

    Preeklampsia merupakan sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Preeklampsia terjadi pada usia kehamilan diatas 20 minggu, paling banyak terlihat pada usia kehamilan 37 minggu (Cunningham et al, 2007; Winkjosastro et al., 2007).

    Menurut The Australasian Society for the Study of Hypertension in Pregnancy 2000 Classification System for Hypertensive Pregnancies preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan akan kembali normal setelah 3 bulan postpartum dengan satu atau lebih kriteria berikut ini, yaitu :

    1. Proteinuria300 mg/hari

    2. Insufisiensi ginjal kreatinin plasma 0.09 mmol/L atau oliguria

    3. Penyakit hatikenaikan serum transaminase dan atau nyeri epigastrium

    atau di regio kanan atas

    4. Masalah sarafkejang (eklampsia), hiperrefleks dengan klonus, nyeri

    kepala hebat, gangguan visual menetap (skotoma).

    5. Kelainan darahtrombositopenia, hemolisis, disseminated intravascular

    coagulation 6. Pertumbuhan janin terhambat (Belfort e al., 2003).

    2.1.2 Insidensi dan Etiologi Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak

    faktor yang mempengaruhinya; jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi,

    tingkat pendidikan, dan lain-lain. Di Indonesia frekuensi kejadian preeklampsia

    sekitar 3-10% (Winkjosastro et al., 2007), sedangkan di Amerika Serikat

  • dilaporkan bahwa kejadian preeklampsia sebanyak 20% dari semua kematian

    kehamilan setelah usia 20 minggu terkait komplikasi dari preeklampsia (Park dan

    Brewster, 2007).

    Etiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak

    teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan

    penyebabnya, oleh karena itu disebut penyakit teori; namun belum ada yang

    memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang dewasa ini banyak

    dikemukakan sebagai sebab preeklampsia adalah iskemia plasenta, akan tetapi

    teori tersebut tidak dapat menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan

    preeklampsia. Rupanya preeklampsia tidak hanya terjadi karena satu faktor,

    namun melibatkan banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

    preeklampsia. Diantara banyak faktor tersebut, sering kali sukar ditemukan mana

    yang sebab dan mana yang akibat (Winkjosastro et al., 2007).

    Adapun teori-teori tersebut adalah ketidakseimbangan prostasiklin dan

    tromboksan, peranan faktor abnormalitas imunologis, kenaikan reaktivitas dan

    agen vasoaktif vaskular, kenaikan kardiak output hiperdinamik, abnormal

    plasentasi, peran faktor genetik terhadap gen angiotensinogen, iskemik dari

    uterus, serta disfungsi dan aktivasi dari endotelial (Pearlman et al., 2009).

    2.1.3 Faktor Risiko Walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab terjadinya

    preeklampsia, tetapi beberapa penelitian menyimpulkan sejumlah faktor yang

    mempengaruhi terjadinya preeklampsia (Pearlman et al., 2009).

    Faktor risiko tersebut meliputi usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,

    nullipara, kehamilan kembar, mola hidatidosa, diabetes mellitus, penyakit tiroid,

    penyakit ginjal, hipertensi kronik, penyakit vaskular kolagen, sindrom

    antifosfolipid, dan riwayat keluarga preeklampsia (Park dan Brewster, 2007;

    Pearlman et al., 2009).

    2.1.4 Manifestasi Klinis 2.1.4.1 Gejala subjektif

    Biasanya tanda-tanda preeklampsia timbul dalam urutan pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada preeklampsia ringan tidak ditemukan gejala-gejala subjektif. Pada preeklampsia

  • berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah. Gejala-gejala ini ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul (Winkjosastro et al., 2007). 2.1.4.2. Pemeriksaan fisik

    Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan tekanan darah, proteinuria, spasme vaskular retina dari pemeriksaan funduskopi, bibasilar rales dari pemeriksaan kardiovascular, ketegangan pada abdomen kuadran kanan atas (sekunder akibat edema hepar menyebabkan peregangan kapsular hepar), ketegangan uterus atau uterus tetanik disebabkan oleh solusio plasenta pada pemeriksaan abdomen, edema wajah dan tungkai (Bankowski et al., 2002).

    2.1.4.3 Laboratorium Dari hasil laboratorium pada penderita preeklampsia dapat dijumpai peningkatan hematokrit, proteinuria lebih dari 300 mg/dL dalam 24 jam (atau 1+ atau lebih pada pemeriksaan dipstick), level asam urin lebih dari 5 mg/dL, kreatinin lebih dari 0.9 mg/dL, peningkatan enzim hepar (AST > 70 U/L), trombositopenia ( 100 mmHg pada pengukuran dua kali dengan terpisah 6 jam dan pasien dalam keadaan istirahat

    Proteinuria 300 mg/24 jam tapi

  • Preeklampsia ringan Preeklampsia berat Edema pulmonum atau sianosis

    Nyeri epigastirum atau regio kanan atas

    Gangguan fungsi hepar

    Trombositopenia

    Pertumbuhan janin terhambat Sumber : Dechorney et al., 2006

    2.1.6 Penatalaksanaan Terapi definitif untuk preeklampsia adalah persalinan. Untuk pasien yang usia kehamilannya mencapai 34 minggu, persalinan harus segera dilakukan. Kesegeraan untuk persalinan sangatlah bergantung pada progresivitas peyakit. 1. Preeklampsia Ringan Jika usia kehamilan belum mencapai aterm ketika preeklampsia ringan ditemukan, maka pasien dapat diterapi secara ekspektatif. Pembatasan garam, penggunaan sedatif, dan terapi antihipertensi tidak dapat menambah outcome janin. a.Terapi Rawat Jalan. Beberapa pasien dengan preeklampsia ringan dapat diterapi dirumah dengan pemantauan tekanan darah pemantauan janin dua kali seminggu. b. Terapi Rawat Inap. Terapi rawat inap mencakup beberapa hal berikut tirah baring, diet reguler (tanpa pembatasan garam), pengukuran tekanan darah setiap 4 jam selama terjaga, penilaian berat badan, output urin, gejala-gejala, pemeriksaan edema, pemeriksaan refleks tendon, dan pengukuran pergerakan janin harian, pengukuran protein urin per 24 jam, pengukuran hematokrit, trombosit, kadar SGOT dua kali seminggu, sonogram pertumbuhan janin tidak lebih dari 2 minggu sekali. 2. Preeklampsia Berat a. Keselamatan ibu hamil harus lebih utama dari segalanya. Prioritas pertama adalah untuk menilai dan menstabilkan kondisi ibu, dan kemungkinan adanya koagulopati parsial. b. Pada usia kehamilan 34 minggu atau lebih, persalinan adalah terapi paling ideal. Persalinan segera secara seksio sesarea bukanlah indikasi pada setiap kasus. Pasien dalam persalinan, atau dengan kondisi serviks memungkinkan inisiasi persalinan dengan oksitosin, dapat melakukan persalinan per vaginam. Keadaan ibu dan janin harus dipantau secara berkelanjutan, dengan penilaian dan perhatian penuh input dan output berjam-jam. c. Sebelum usia kehamilan mencapai 34 minggu. Pasien dapat diterapi secara ekspektatid jika tekanan darahnya terkontrol secara adekuat tanpa penggunaan

  • obat antihipertensi dan jika tirah baring mengurangi keluhan dan gejala serta meningkatkan diuresis (Bankowski et al., 2002). 1. Usia kehamilan antara 28-34 minggu. Pasien dengan tatalaksana ekspektatif harus mendapatkan terapi steroid untuk pematangan paru. 2.Usia kehamilan 24 minggu atau kurang. Prognosis keselamatan janin perinatal buruk, dan terminasi kehamilan harus dipikirkan untuk keselamatan ibu. 3. usia kehamilan antara 25-27 minggu, pada beberapa kasus, pemberian terapi uterus pada pusat perawatan tersier dengan konsultasi konsultan feto-maternal dapat memberikan janin kesempatan lebih untuk keselamatan perinatal dibandingkan persalinan segera. Jika tidak ada indikasi harus dilakukan persalinan segera pada pasien tersebut, maka terapi antihipertensi dapat digunakan secara agresif untuk menjaga agar tekanan darah diastolik dibawah 100 mmHg hingga hipertensi tidak dapat lagi dikontrol atau penilaian janin (yang dilakukan dua kali sehari) menunjukkkan perburukan janin (Bankowski et al., 2002). d. Manajemen rawat inap pada preeklampsia berat. Pada pasien yang direncakan mendapat terapi ekspektatif, maka harus mendapatkan hal-hal berikut yaitu tirah baring, profilaksis kejang selama 24 jam pertama rawat inap, pengukuran tekanan darah setiap 4 jam, penilaian berat badan, output urin per 24 jam, gejala-gejala, pemeriksaan edema, pemeriksaan refleks tendon, pemeriksaan trombosit, pengukuran SGOT/SGPT, LDH, dan kadar bilirubin setiap hari (Bankowski et al., 2002). 5. Pemeriksaan kesejahteraan janin setiap hari

    Profilaksis kejang selama persalinan dan 24 jam postpartum harus diberikan pada seluruh pasien dengan preeklampsia. Beberapa pasien dengan preeklampsia berat membutuhkan profilaksis untuk periode yang lebih lama setelah persalinan dibandingkan dengan pasien preeklampsia ringan. a. Magnesium sulfate (MgSO4)

    Dosis inisial adalah 6 gram IV dibolus pelan sekitar 1520 menit. Dosis maintenance adalah 1 g/1 jam IV. Kadar magnesium terapetik adalah 46 mEq/L. Kadar magnesium harus diperiksa setiap 4 jam setelah pemberian dosis inisial dan setiap 6 jam seperti dibutuhkan (Bankowski et al., 2002)

    Kondisi yang membutuhkan terminasi kehamilan tanpa melihat usia kehamilan yaitu eklampsia, thrombositopenia dengan nilai kurang dari 100.000/mm3, hemolisis, peningkatan kadar enzim hepar, edema pulmonum, oliguria, membutuhkan terapi antihipertensi persisten, kecuali pada kasus tertentu pada usia kehamilan 25-27 minggu (Bankowski et al., 2002).

    Terapi antihipertensi diindikasikan pada pasien antepartum, intrapartum, dan postpartum dengan tekanan darah diastol > 105 mm Hg or higher. Terapi akut pada preeklampsia berat mencakup penurunan tekanan darah dengan cara terkontrol tanpa menurunkan perfusi utero-placenta. Tujuannya bukanlah untuk membuat tekanan darah pasien menjadi normotensi tetapi lebih untuk menurunkan tekanan darah diastol pasien hingga 90100 mmHg. Penurunan

  • tekanan darah secara signifikan akan menyebabkan gangguan uteroplasenta dan dapat mengakibatkan deselerasi denyut jntung janin (Bankowski et al., 2002).

    Penurunan tekanan darah akut dapat diperoleh dari hydralazine, labetalol, atau nifedipine. Tujuan terapi antihipertensi adalah untuk memperoleh tekanan darah sistol < 160 mmHg dan tekanan darah diastol < 105 mmHg. Penurunan tekanan darah berlebihan dapat mengganggu perfusi celah intervilosus maternal dan secara nyata dapat mengganggu oksigenasi janin. Hydralazine adalah vasodilator perofer yang dapat diberikan dalam dosis 510 mg IV. Waktu kerjanya adalah 1020 menit, daan dosisnya dapat diulang dalam 2030 menit jika dibutuhkan. Labetalol dapat diberikan dalam dosis 520 mg dalam bolus IV secara pelan. Dosis dapat diulang dalam 1020 menit. Nifedipine adalah calcium channel blocker yang dapat diberikan dalam dosis 510 mg per oral. Rute sublingual tidak boleh digunakan. Dosis dapat diulang dalam 2030 menit jika dibutuhkan (Bankowski et al., 2002).

    Pada ibu hamil dengan preeklampsia tanpa kontraindikasi persalinan, pendekatan persalinan per vaginam lebih dipilih. Agen penipisan serviks dan oksitosin diberikan seperti dibutuhkan. Selama persalinan, Magnesium sulfat diberikan untuk profilaksis kejang dalam dosis inisial yaitu 46 gram selama 2060 menit IV, diikuti dengan dosis maintenance dalam dosis 12 gram/jam. Output urin dan kadar kreatinine harus dipantau, kadar magnesium dipantau ketat untuk mencegah tejadinya hipermagnesemia. Refleks pattela dan frekuensi pernafasan harus dinilai secara berkala. Kadar terapetik magnesium yaitu 48 mg/dL. Kehilangan refleks pattela terjadi pada kadar magnesium > 10 mg/dL, paralisis respirasi dapat terjadi pada > 15 mg/dL, dan cardiac arrest terjadi jika kadar magnesium melebihi 25 mg/dL. Calcium glukonat (10 mL dalam 10% pelarut) harus tersedia dalam mencegah hipermagnesemia (Dechorney et al., 2006).

    Pasien dengan preeklampsia biasanya hipervolemik dikarenakan kehilangan cairan ke celah interstitial dikarenakan rendahnya kadar tekanan onkotik dan peningkatan permeabilitas kapiler. Abnormalitas ini juga membuat pasien mengalami peningkatan terjadinya edema pulmonum. Cairan IV harus dibatasi diantara 84125 mL/jam (Bankowski et al., 2002).

    Oliguria didefinisikan sebagai produksi urin yang kurang dari 100 mL dalam 4 jam. Kondisi ini dapat diterapi dengan 500 mL cairan kristaloid jika paru-paru dalam keadaan baik. Jika tidak ada respon dengan terapi ini, maka pemberian bolus 500 mL lain dapat diulang. Jika masih tetap tidak ada respon dan cairan telah diberikan sejumlah 1 L, maka pemantauan hemodinamik pusat harus membutuhkan terapi lanjut (Bankowski et al., 2002). 2.2 Karakteristik Ibu Hamil

    1) Usia

  • Umur reproduksi optimal bagi seorang ibu antara tahun 20-35 tahun, di bawah atau di atas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan persalinannya. Pada wanita usia muda organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan dan kejiwaannya belum bersedia menjadi ibu, sehingga kehamilan sering diakhiri dengan komplikasi obstetrik salah satunya preeklampsia (Royston, 1994).

    Peningkatan kejadian preeklampsia pada usia lebih dari 35 tahun dapat disebabkan karena adanya hipertensi kronik yang tidak terdiagnosa dengan superimposed PIH (Amber et al., 2011). Preeklampsia pada ibu hamil jika tidak segera ditangani akan berdampak pertumbuhan janin terhambat, kematian janin, pendarahan serebral, gagal jantung, ginjal, hati, trombolisme, gangguan pembekuan darah, dan trauma karena kejang. Pada bayi preeklampsia dapat mencegah plasenta (jalur penyaluran udara dan makanan untuk janin) mendapat asupan darah yang cukup, sehingga bayi preeklampsia bisa kekurangan oksigen (hypoksia), dapat mengakibatkan prematuritas, Intrauterine Growth Retardation (IUGR), gawat janin, kematian janin dalam rahim, lahir dengan kondisi gangguan nutrisi dan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen (asfiksia), sampai dengan kematian pada saat kelahiran (Saifuddin, 2002). 2) Paritas

    Kasus preeklampsia yang paling banyak terjadi pada ibu yang melahirkan

    anak pertama dimana pada primigravida pembentukan antibodi penghambat

    (blocking antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan risiko terjadinya

    preeklampsia. Hal ini relatif akan cenderung menurun pada paritas ke 2 dan 3

    (Berzerra et al., 2010).

    3) Usia kehamilan

    Kasus preeklampsia dapat timbul pada usia kehamilan 20 minggu. Faktor risiko metabolik maternal diketahui dapat meningkatkan risiko preeklampsia onset awal dan lanjut, tapi tidak ada perbedaan di antara keduanya. Preeklampsia pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan penyakit plasenta dan lebih bergantung dengan abrnomal plasentasi. Sementara preklampsia pada usia kehamilan lanjut sering dikaitkan dengan penyakit metabolik maternal (Sohlberg et al., 2011).

    4) Pekerjaan

    Menurut Newburn (2003) yang mengutip hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Journal of Epidemiology and Community Health Inggris, bekerja ketika hamil meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia. Wanita hamil yang bekerja perlu mengurangi stress akibat kerja yang mereka alami. Kondisi di

  • tempat kerja sangat rawan memicu terjadinya stress yang dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi. Akibatnya dapat terjadi komplikasi seperti hambatan aliran darah serta memicu terjadinya preeklampsia. 2.3 Kerangka Teori

    Kerangka teori dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini.

    Faktor predisposisi preeklampsia :

    1) usia ibu a. Risiko tinggi (35 tahun) b. Risiko rendah

    (20-35 tahun) (Royston, 1994; Pearlman et al, 2009).

    1. Preeklampsia ringan bila tekanan darah sistol >140 hingga

  • BAB III

    METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan cross-sectional yang diambil secara retrospektif. Data diperoleh dari rekam medis pasien penderita preeklampsia di RSUD dr.Zainoel Abidin periode 2012.

    3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21-30 Juni 2013. Time table penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Tempat penelitian ini adalah di Bagian Rekam Medik RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh. Pemilihan RSUD dr.Zainoel Abidin sebagai tempat penelitian dikarenakan rumah sakit ini adalah rumah sakit pusat rujukan di Provinsi Aceh. 3.3 Populasi Penelitian Ibu hamil penderita preeklampsia yang berobat di RSUD dr.Zainoel Abidin periode 2012. 3.4 Sampel Penelitian Ibu hamil penderita preeklampsia di RSUD dr.Zainoel Abidin periode 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. 3.4.1 Kriteria Inklusi

    Semua rekam medik pasien di RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh yang telah didiagnosis oleh dokter ahli kandungan dan kebidanan sebagai preeklampsia. 3.4.2 Kriteria Eksklusi

    Rekam medik kasus preeklampsia yang tidak memiliki kelengkapan data medik yang di dalamnya mencakup variabel penelitian. 3.5 Kerangka Konsep dan Variabel Penelitian Kerangka konsep dan variabel penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini :

  • Variabel Independen Variabel Dependen

    Preeklampsia ringan bila

    tekanan darah sistol di atas 140 dan kurang dari 160, disertai proteinuria

    usia ibu hamil a. Risiko tinggi

    (35 tahun)

    b. Risiko rendah (20-35 tahun) (Royston, 1994)

    +1 (Dechorney et al 2006Preeklampsia berat bila tekanan darah lebih dari 160/100 mmHg, proteinuria +3 dan terdapat gejala gangguan serebral dan visual, edema paru, nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas, gangguan fungsi hepar, trombositopenia, dan pertumbuhan janin terhambat (Dechorney et al., 2006 )

    Gambar 3.1

    Kerangka Konsep

    3.6 Definisi Operasional 3.6.1 Usia ibu hamil adalah usia ibu hamil yang tercatat di status pemeriksaan

    pasien dinyatakan dalam tahun. Penilaian usia berdasarkan klasifikasi usia

    ibu hamil yaitu risiko tinggi jika usia ibu hamil 35 tahun

    dan risiko ringan bila antara 20-35 tahun dengan pengambilan data

    sekunder dari rekam medik, skala pengukuran variabel dalam penelitian ini

    adalah ordinal.

    3.6.2 Preeklampsia adalah kejadian dimana penderita dengan ciri-ciri hipertensi,

    proteinuria, edema atau tanpa edema (Winkjosastro et al., 2007) yang

    sudah didiagnosa sebagai preeklampsia oleh dokter ahli kandungan dan

    kebidanan RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh. Penilaian kriteria

    preeklampsia terbagi dua yaitu :

    d. preeklampsia ringan bila tekanan darah sistol di atas 140 dan kurang dari

    160, disertai proteinuria +1 (Dechorney et al., 2006).

    e. preeklampsia berat bila tekanan darah lebih dari 160/100 mmHg, proteinuria

    +3 dan terdapat gejala gangguan serebral da visual, edema paru, nyeri

    epigastrium atau kuadran kanan atas, gangguan fungsi hepar,

  • trombositopenia, dan pertumbuhan janin terhambat (Dechorney et al.,

    2006).

    Pengambilan data sekunder dari rekam medik dan skala pengukuran variabel ini adalah ordinal.

    3.7 Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melihat rekam medis pasien yang didiagnosa menderita preeklampsia. 3.7.1 Sumber Data

    Sumber data digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari rekam medik di ruang rekam medik RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh periode 2012, meliputi data pasien preeklampsia yang terdiri dari usia dan diagnosa. 3.7.2 Instrumen Penelitian

    Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah rekam medik. 3.8 Pengolahan dan Penyajian Data

    1) Colecting

    Colecting yaitu mengumpulkan set status pemeriksaan pasien yang telah didiagnosa menderita preeklampsia periode 2012.

    2) Editing

    Editing yaitu melakukan pengecekan terhadap variabel karakteristik penelitian sebelum dilakukan input data sehingga bila ada kesalahan atau kekurangan data segera diklarifikasi.

    3) Tabulating

    Tabulating yaitu mengelompokkan data sesuai dengan klasifikasi yang telah dibuat untuk tiap-tiap subvariabel yang diukur dan selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi.

    4) Cleaning

    Cleaning yaitu mengevaluasi kembali data untuk menghindari kesalahan dalam data (Notoatmojo, 2005).

    3.9 Analisis Data

    Data yang dikumpulkan secara kuantitatif dianalisis secara univariat. Data setelah dikuantifikasi akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase untuk setiap variabel yang diteliti. Analisis bivariat dilakukan untuk mengukur hubungan antar dua variabel untuk menilai hubungan usia ibu hamil

  • dengan angka kejadian preeklampsia dengan menggunakan Chi Square menggunakan Statistic Package for the Social Science (SPSS) 17.0. dengan angka kejadian preeklampsia dengan menggunakan Chi Square menggunakan Statistic Package for the Social Science (SPSS) 17.0. Uji Chi-Square dengan kriteria hubungan ditetapkan berdasarkan p value (probabilitas) yang dihasilkan pada 95%- CI dan = 0,05 dengan kriteria sebagai berikut.

    Uji Chi-Square dengan kriteria hubungan ditetapkan berdasarkan p value (probabilitas) yang dihasilkan pada 95%- CI dan = 0,05 dengan kriteria sebagai berikut. 1. Jika p value > 0,05 maka hubungan kedua variabel adalah tidak signifikan. 1. Jika p value > 0,05 maka hubungan kedua variabel adalah tidak signifikan. 2. Jika p value 0,05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan. 2. Jika p value 0,05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan. 3.10 Alur Penelitian 3.10 Alur Penelitian

    Alur dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini: Alur dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini:

    Rekam medik pasien kebidanan di RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh periode

    2012

    SUD

    2012

    dr.Zainoel Abidin Banda Aceh periode

    Penderita preeklampsia

    Klasifikasi usia

    Analisa data

    Gambar 3.2 Alur Penelitian Gambar 3.2 Alur Penelitian

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil Penelitian Penelitian mengenai data ibu hamil penderita preeklampsia dikumpulkan dari tanggal 21 30 Juni 2013. Pada akhir penelitian diperoleh jumlah kasus preeklampsia yang didiagnosis di RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh sebanyak 144 kasus untuk dilakukan pengolahan data dengan kasus terbanyak adalah preeklampsia berat yaitu 135 kasus (95%). Sebanyak 2 kasus dikeluarkan karena tidak memiliki kelengkapan data medik yang dibutuhkan di dalam penelitian sehingga pada akhir penelitian diperoleh 142 sampel untuk dilakukan pengolahan data.

    Data yang tercatat disajikan dalam bentuk tabel dan gambar menurut klasifikasinya. Data kuantitatif kelompok usia dan jenis preeklampsia dianalisis dengan rumus frekuensi, sedangkan uji kemaknaan hubungan usia dengan preeklampsia digunakan chi-square.

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil Penelitian Penelitian mengenai data ibu hamil penderita preeklampsia dikumpulkan dari tanggal 21-30 Juni 2013. Pada akhir penelitian diperoleh jumlah kasus preeklampsia yang didiagnosis di RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh sebanyak 144 kasus untuk dilakukan pengolahan data dengan kasus terbanyak adalah preeklampsia berat yaitu 135 kasus (95%). Sebanyak 2 kasus dikeluarkan karena tidak memiliki kelengkapan data medik yang dibutuhkan di dalam penelitian sehingga pada akhir penelitian diperoleh 142 sampel untuk dilakukan pengolahan data.

    Data yang tercatat disajikan dalam bentuk tabel dan gambar menurut klasifikasinya. Data kuantitatif kelompok usia dan jenis preeklampsia dianalisis dengan rumus frekuensi, sedangkan uji kemaknaan hubungan usia dengan preeklampsia digunakan Chi-Square

    . 1) Karakteristik Sampel

    Karakteristik sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1 Karakteristik Sampel No. Kriteria Klasifikasi Frekuensi Presentase 1. Jenis Preeklampsia Ringan 7 5%

    Berat 135 95%2. Umur Berisiko 62 44%

    Tidak berisiko 80 56% Jumlah 142 100%

    Sumber : Rekam Medik RSUDZA (2012)

  • Kriteria Usia

    Jumlah % P Value

    Berisiko % Tidak Berisiko %

    0,043 Preeklampsia Ringan 6 4 1 1 7 5

    Preeklampsia Berat 56 39 79 56 135 95

    Jumlah 62 43 80 57 142 100 Sumber : Rekam Medik RSUDZA (2012) Hasil uji statistik chi-square dengan menggunakan SPSS Statistic 17.0 diperoleh p=0.043 (Tabel 4.2). 4.2. Pembahasan

    Dari hasil penelitian dalam kurun waktu 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2012 terdapat 142 kasus preeklampsia dengan jenis preeklampsia terbanyak adalah preeklampsia berat yaitu sebesar 135 kasus (95%) dan sebagian kecil yaitu 7 kasus (5%) adalah jenis preeklampsia ringan yang dialami oleh itu hamil di RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh sebagaimana terlihat pada Tabel 4.1. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Rinayati et al yang melakukan penelitian terhadap karakteristik ibu hamil di RSUD Kodya Semarang pada Tahun 2008 mendapatkan bahwa kasus preeklampsia terbanyak adalah kasus preeklampsia berat yaitu 75% kasus dan preeklampsia ringan yaitu 25% kasus. Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa kasus preeklampsia terbanyak dialami oleh usia ibu tidak berisiko yaitu 20-34 tahun sebanyak 80 kasus (56%), namun tidak terlalu berbeda jauh dengan jumlah ibu yang berada dalam usia berisiko tinggi menderita preeklampsia yaitu usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu sebanyak 62 kasus (44%). Perbedaan ini kemudian menjadi tidak terlalu bermakna menurut statistik dikarenakan hasil uji kemaknaan hubungan usia ibu hamil dengan angka kejadian preeklampsia didapatkan nilai p=0.043 pada derajat kepercayaan 95% dan = 0,05. Berdasarkan hasil uji ini maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan usia terhadap kejadian preeklampsia pada ibu hamil. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa usia yang berisiko terkena preeklampsia adalah usia

  • meningkatkan keracunan kehamilan dalam bentuk preeklampsia. Usia reproduksi sehat adalah usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan. Usia reproduksi sehat adalah 20-30 tahun (Winkjosastro, 2006). Sedangkan pada usia ibu hamil 35 tahun atau lebih, akan terjadi perubahan pada jaringan dan organ reproduksi serta jalan lahir yang mengalami penurunan kelenturan. Pada usia tersebut cenderung pula didapatkan penyakit lain di dalam tubuh ibu seperti hipertensi (Rochjati, 2003). 4.3 Keterbatasan Penelitian 1. Ketidaksesuaian hasil penelitian dengan teori yang menunjukkan mayoritas

    penderita preeklampsia adalah ibu hamil usia produktif dapat disebabkan oleh

    karena data seluruh respoden yang rata-rata merupakan ibu hamil primigravida

    yang kebanyakan memang masih dalam rentang usia produktif serta dapat

    terjadi akibat multifaktorial lain seperti riwayat mengalami hipertensi kronis

    sebelumnya, riwayat kencing manis, riwayat preeklampsia sebelumnya,

    riwayat preeklampsia pada ibu atau saudari kandung, obesitas, dan gemeli yang

    merupakan faktor risiko lain untuk terjadinya preeklampsia/eklampsia yang

    tidak ikut diteliti.

    2. Jumlah sampel masih sedikit sehingga apabila terdapat bias dalam penelitian

    maka akan menjadi bermakna dalam mempengaruhi terhadap hasil penelitian

    yang diperoleh.

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    1. Kejadian preeklampsia pada ibu hamil di RSUD dr Zainoel Abidin Banda

    Aceh tahun 2012 adalah 142 kasus dengan kasus preeklampsia berat sebanyak

    135 kasus (95%).

    2. Usia ibu hamil yang menderita preeklampsia yaitu pada kelompok usia berisiko

    yaitu 35 tahun mencapai 62 kasus (44%) dan pada kelompok

    usia tidak berisiko yaitu 80 kasus (56%).

    3. Terdapat hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian preeklampsia.

    5.2 Saran

    1. Jumlah sampel yang lebih besar sehingga dapat memberikan hasil penelitian

    yang lebih komprehensif.

    2. Diperlukan edukasi kepada penderita preeklampsia mengenai yang dialami dan

    pentingnya melakukan pemeriksaan secara berkala.

    3. Dibutuhkan program-program promosi kesehatan ibu hamil agar lebih waspada

    dan menjaga kesehatan dan kehamilannya.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Amber S, Lin C, Parviainen E, Arun J. 2011. Expectant Management of Preeclampsia Superimposed on Chronic Hypertension. The Journal of Maternal-Neonatal Medicine. Informa Healthcare. Vol 24 (7) p : 907-911

    Bahari J. 2009. Hubungan Usia dan Paritas terhadap Preeklampsia Pada Ibu Bersalin. Buletin Penelitian RSUD dr.Soetomo. Vol.11 No.4

    Bankowski BJ, Hearne AE, Lambrou NC, Fox HE, Wallach EE. 2002. Hypertensive Disorders of Pregnancy. Dalam : The Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics. 2nd Edition. The Johns Hopkins University Departement by Lippincott Williams and Wilkins Publishers

    Belfort MA, Steven T, George RS. 2003. Hypertension in Pregnancy. New York : Marcel Dekker Inc

    Bezerra PCM, Marcos DL, Queiroz JW, Edailna MDM, Flavio VMP, Maria HN, Jeronimo AK, Ferreira LC, Selma MBJ, Ana CPA. 2010. Family History of Hypertension as an Important Risk Factor for the Development of Severe Preeclampsia. Acta Obstetricia et Gynecologica. Vol. 89 p. 612617

    Bobak L. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternal. Jakarta : EGC

    Cunningham, G.F., Gant, N.F, Leveno, K.J., Gilstrap, L.C., Hauth, J.C., Wenstrom, K.D. 2007. Hypertensive Disorders in Pregnancy. Dalam : Obstetri Williams. Jakarta : EGC

    Djannah SN, Arianti IS. 2010. Gambaran Epidemiologi Kejadian

    Preeklampsia/Eklampsia di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2007-2009. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol.13 No.4. p 378-385

    Dechorney AH, Nathan L, Godain TM, Neri L. 2006. Hypertension in

    Pregnancy. Dalam : Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and Gynecology. USA : McGraw-Hills Access Medicine Companies

    Joseph, J.M., William, S.K., Daniel, L. 2008. Beyond the basics preeclampsia and eclampsia.http://www.emsworld.com/print/EMS-World/Beyond-the-BasicsPreeclampsia and-Eclampsia/1$8649.

    Kyle P, Moore P, Ruth H, Pullar B. 2008. Management of Severe Hypertension/Preeclampsia/Eclampsia. Canterbury DHB Womens and Childrens Health

  • Lim KH. 2001. Preeclampsia. Available at http:/as.medscape.com/html.ng/transactionID=48981397&site=1&affiliate=2&ssp=0&artid=10031476 [diakses tanggal 10 Januari 2013]

    Manuaba IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

    Newburn M. 2003. Bekerja saat hamil perbesar resiko preeklampsia. http://www.cyberwoman.cbn.net.id/detil.asp?kategori-mother&newsno=565

    Notoatmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Ketiga. Jakarta : PT. Rineka Cipta

    Park M, Brewster U. 2007. Management of Preeclampsia. Hospital Physician. Turner White Communications Wayne Inc

    Pearlman MD, Judith ET, Pamela LD. 2009. Problems After 20 Weeks of Pregnancy. Dalam : Obstetrics and Gynecology Emergencies Diagnosis and Treatment. American College of Emergencies Physician

    Perez-Cuevas K, Hortensia RB, Doubova SV, Vitelio VMS. 2007. Development and Use of Quality of Care Indicators for Obstetrics Care in Women Preeclampsia and Severe Morbidity Hypertension In Pregnancy. Informa Healthcare. Vol 26 p 241-257

    Potter PA. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

    Rinayati, Sri W, Taryunah. 2010. Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil di RSUD Kodya Semarang Tahun 2008. J. Ilmu dan Tek. Kesehatan (JITK) Vol.1.p 1-7

    Rochjati P. 2003. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil, Pengendalian Faktor Risiko, Deteksi Ibu Hamil Risiko Tinggi. Surabaya : Airlangga University Press.

    Royston E. 1994. Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Binarupa Aksara : Jakarta

    Saifuddin AB. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

  • Sohlberg S, Olof S, Sven C, Winstrom AK. 2012. Maternal Body Mass Index, Height, and Risk of Preeclampsia. American Journal of Hypertension. Vol 25 Number 1. P 120-125

    WHO. 2001. Safe motherhood modul eklampsia materi pendidikan kebidanan (Safe Motherhood Eclampsia Module Education Material for Teachers of Midwifery). Jakarta : EGC pp. 11

    Winkjosastro H, Saifuddin AB, Trijatmo R. 2007. Preeklampsia dan Eklampsia. Dalam : Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Halaman 281-301

  • Lampiran 2.

    Hasil pengolahan data penelitian dengan menggunakan SPSS 17.0

    Case Processing Summary

    Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent

    jenis preeklampsia * usia 142 100.0% 0 .0% 142 100.0%

    Chi-Square Tests

    Value df

    Asymp. Sig. (2-

    sided)

    Exact Sig. (2-

    sided)

    Exact Sig. (1-

    sided)

    Pearson Chi-Square 5.293a 1 .021

    Continuity Correctionb 3.648 1 .056

    Likelihood Ratio 5.612 1 .018

    Fisher's Exact Test .043 .027Linear-by-Linear Association 5.256 1 .022

    N of Valid Cases 142

    a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,06.

    b. Computed only for a 2x2 table

    jenis preeklampsia * usia Crosstabulation

    Count

    usia

    Total 1.00 2.00

    jenis preeklampsia 1.00 6 1 7

    2.00 56 79 135

    Total 62 80 142

  • Nov Des Jan Feb Mar Apr-Mei Jun Jul-Sept Okt Nov Des

    2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013

    Studi pustaka

    Penyusunan proposal

    Seminar proposal

    Persiapan penelitian

    Pengumpulan data

    Pengolahan data

    Penyajian data

    Penyusunan skripsi

    Sidang skripsi

  • BIODATA PENULIS

    Nama : Cut Meurah Intan

    Tempat/Tanggal Lahir : Bireuen/18 Agustus 1991

    Riwayat Pendidikan :

    a. SD : SDN Darul Aman, Matang

    b. SMP : MTsS Syamsuddhuha Aceh Utara

    c. SMA : MAN Bireuen

    Tahun Masuk Universitas : 2009

    Nomor Mahasiswa : 0907101010159

    Alamat Sekarang : Jl.Nirbaya 2 No.54 Lamprit

    Agama : Islam

    Nomor HP : 081362316391

    Nama Ayah : T.M Sulaiman

    Pekerjaan : Wiraswasta

    Nama Ibu :Nurlela

    Pekerjaan : IRT

    Alamat Lengkap Orang Tua : Jl.Pulo Kiton, Kampung Baru, Bireuen

    CoverPengesahan_21. cover