Ppt a6 Sk 1 Endokrin baru
-
Upload
fauzanemir3 -
Category
Documents
-
view
19 -
download
4
description
Transcript of Ppt a6 Sk 1 Endokrin baru
Sasaran Belajar1. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi dan Biokimia Pankreas2. Memahami dan Menjelaskan Retinopati Diabetikum
2.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Retinopati Diabetikum2.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Retinopati Diabetikum2.3. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Retinopati Diabetikum2.4. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Retinopati Diabetikum2.5. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Retinopati Diabetikum2.6. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Retinopati Diabetikum2.7. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Retinopati Diabetikum2.8. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Retinopati Diabetikum2.9. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Retinopati Diabetikum2.10. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Retinopati Diabetikum
3. Memahami dan Menjelaskan Diabetes Mellitus3.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Diabetes Melitus3.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Diabetes Melitus3.3. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Diabetes Melitus3.4. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Diabetes Melitus3.5. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Diabetes Melitus3.6. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Diabetes Melitus3.7. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Diabetes Melitus3.8. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Diabetes Melitus3.9. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Diabetes Melitus
4. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Diabetes Melitus5. Memahami dan Menjelaskan Gizi Bagi Penderita Diabetes Melitus6. Memahami dan Menjelaskan Pola Makan dan Olahraga yang Baik Bagi Islam
1. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi dan Biokimia Pankreas
Efek insulin pada metabolisme karbohidrat– Meningkatkan metabolisme dan ambilan glukosa otot– Menyimpan glikogen di dalam otot – Meningkatkan transport gluksa melalui membrane sel otot– Meningkatkan ambilan, penyimpanan, dan penggunaan glukosa oleh hati– Melepas glikogen dari hati diantara waktu makan– Meningkatkan konversi glukosa hati menjadi asam lemak– Menurunkan jumlah & aktivitas enzim hati untuk menghambat glukoneogenesis– Kurangnya efek insulin terhadap ambilan & penggunaan glukosa oleh otak
Efek insulin pada metabolisme lemak– Meningkatkan sintesis asam lemak di dalam hati– Menyimpan lemak di dalam sel-sel adipose– Peningkatan katabolisme lemak karena defisiensi insulin
1. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi dan Biokimia Pankreas
Efek insulin pada metabolisme protein dan pertumbuhan– Meningkatkan sintesis dan penyimpanan protein– Tidak adanya insulin menyebabkan berkurangnya protein & peningkatan asam amino
plasma– Insulin dan hormon pertumbuhan berinteraksi secara sinergis untuk memacu
pertumbuhan
Mekanisme sekresi Insulin
2. Memahami dan Menjelaskan Retinopati Diabetikum
Definisi
Retinopati diabetikum adalah retinopati (kerusakan retina) hasil dari perubahan retina mikrovaskuler yang disebabkan oleh komplikasi diabetes mellitus, yang akhirnya dapat menyebabkan kebutaan
2. Memahami dan Menjelaskan Retinopati Diabetikum
Faktor-faktor yang mendorong terjadinya retinopati adalah :– Terjadi karena adanya perubahan dinding arteri– Adanya komposisi darah abnormal– Meningkatnya agregasi platelet dari plasma menyebabkan terbentuknya
mikrothrombin– Gangguan endothelium kapiler menyebabkan terjadinya kebocoran kapiler,
selanjutnyaterjadi insudasi dinding kapiler dan penebalan membran dasar dan diikuti dengan eksudasidinding haemorhagic dengan udem perikapiler
– Perdarahan kapiler dapat terjadi di retina dalam sybhyaloid dimana letaknya di depan jaringan retina. Hemoraghi tidak terjadi intravitreal tetapi terdapat dalam ruangvitreo retinal yang tersisa karena vitreus mengalami retraksi
– Aliran darah yang kurang lancar dalam kapiler-kapiler, sehingga terjadi hipoksiarelatif di retina yang merangsang pertumbuhan pembuluh-pembuluh darah yang baru.
– Perubahan arteriosklerotik dan insufisiensi koroidal– Hipertensi yang kadang-kadang mengiringi diabetes
2. Memahami dan Menjelaskan Retinopati Diabetikum
Epidemiologi
Penelitian epidemiologis di Amerika, Australia, Eropa, dan Asia melaporkan bahwa jumlah penderita retinopati DM akan meningkat dari 100,8 juta pada tahun 2010 menjadi 154,9 juta pada tahun 2030 dengan 30% di antaranya terancam mengalami kebutaan.4 The DiabCare Asia 2008 Study melibatkan 1 785 penderita DM pada 18 pusat kesehatan primer dan sekunder di Indonesia dan melaporkan bahwa 42% penderita DM mengalami komplikasi retinopati, dan 6,4% di antaranya merupakan retinopati DM proliferatif.
2. Memahami dan Menjelaskan Retinopati Diabetikum
Klasifikasi
– Retinopati diabetikum non proliferatif– Retinopati diabetikum preproliferatif– Retinopati diabetikum proliferatif
2. Memahami dan Menjelaskan Retinopati Diabetikum
Manifestasi klinis• Gejala Subjektif
– Penglihatan kabur– Kesulitan membaca– Penglihatan tiba-tiba kabur pada satu mata– Melihat lingkaran-lingkaran cahaya– Melihat bintik gelap dan cahaya kelap-kelip
• Gejala Objektif– Mikroaneurisma– Dilatasi pembuluh darah balik– Perdarahan (Haemorrhages)– Hard Exudate– Edema Retina
2. Memahami dan Menjelaskan Retinopati Diabetikum
Diagnosis• Pemeriksaan Funduskopi Direk pada Retinopati DM
Pemeriksaan funduskopi direk bermanfaat untuk menilai saraf optik, retina, makula dan pembuluh darah di kutub pos- terior mata. Sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk melepaskan kaca mata atau lensa
kontak, kemudian mata yang akan diperiksa ditetesi midriatikum. Pasien duduk berhadapan sama tinggi dengan pemeriksa dan diminta untuk memakukan (fiksasi) pandangannya pada satu titik jauh. Pemeriksa kemudian mengatur oftalmoskop pada 0 dioptri dan ukuran apertur yang sesuai.
Terakhir, pasien diminta melihat langsung ke cahaya oftalmoskop agar pemeriksa dapat menilai makula.Edema makula dan eksudat adalah tanda khas makulopati dia- betikum.
2. Memahami dan Menjelaskan Retinopati Diabetikum
Tatalaksana• Retinopati DM nonproliferatif derajat ringan = evaluasi setahun sekali• Retinopati DM nonproliferatif derajat ringan-sedang = pemeriksaan rutin setiap 6-12 bulan• Retinopati DM nonproliferatif derajat ringan-sedang dengan edema makula signifikan = laser photocoagulation + evaluasi
setiap 2-4 bulan. • Retinopati DM nonproliferatif derajat berat = panretinal laser photocoagulation + evaluasi setiap 3-4 bulan pascatindakan• Retinopati DM proliferatif = Panretinal laser photocoagulation• Retinopati DM proliferatif disertai edema makula signifikan = kombinasi focal dan panretinal laser photocoagulation
2. Memahami dan Menjelaskan Retinopati Diabetikum
Prognosis
• Pasien RDNP minimal dengan hanya ditandai mikroaneurisma yang jarang : prognosis baik hanya pemeriksaan ulang setiap 1 tahun.
• Pasien RDNP sedang tanpa edem macula cukup pemeriksaan ulang setiap 6-12 bulan
• Pasien RDNP ringan-sedang dengan edem macula yang tidak signifikan perlu diperiksa kembali 4-6 bulan
• Resiko kebutaan berkurang 50% jika fotokoagulasi• Pasien RDNP berat resiko tinggi RDP• Pasien RDP tinggi harus segera fotokoagulasi.
2. Memahami dan Menjelaskan Retinopati Diabetikum
Deteksi Dini Retinopati DM
Pertama, orang dewasa dan anak berusia lebih dari 10 tahun yang menderita DM tipe I harus menjalani pemeriksaan mata lengkap oleh dokter spesialis mata dalam waktu lima tahun setelah diagnosis DM di- tegakkan.
Kedua, penderita DM tipe II harus menjalani pemeriksaan mata lengkap oleh dokter spesialis mata segera setelah didiagnosis DM.
Ketiga, pemeriksaan mata penderita DM tipe I dan II harus dilakukan secara rutin setiap tahun oleh dokter spesialis mata.
Keempat, frekuensi pemeriksaan mata dapat dikurangi apabila satu atau lebih hasil pemeriksaan menunjukkan hasil normal dan dapat ditingkatkan apabila ditemukan tanda retinopati progresif.
Kelima, perempuan hamil dengan DM harus menjalani pemeriksaan mata rutin sejak trimester pertama sampai dengan satu tahun setelah persalinan karena risiko terjadinya dan/atau perburukan retinopati DM meningkat, dan ia harus menerima penjelasan menyeluruh tentang risiko tersebut.
3. Memahami dan Menjelaskan Diabetes Mellitus
DefinisiDiabetes mellitus adalah gangguan kronis metabolism KH, protein dan lemak. Insufisiensi relative atau absolut dalam respon sekretorik insulin, yang diterjemahkan menjadi gangguan pemakaian KH (glukosa), merupakan gambaran khas pada DM, demikian juga hiperglikemia yang terjadi.
Etiologi• Usia diatas 45 tahun• Obesitas atau kegemukan• Pola makan• Riwayat Diabetes Melitus pada keluarga• Kurang berolahraga atau beraktivitas• Infeksi
3. Memahami dan Menjelaskan Diabetes Mellitus
Epidemiologi
Tingkat prevalensi DM tipe 2 cukup tinggi, diperkirakan sekitar 16 juta kasus DM di Amerika Serikat dan setiap tahunnya didiagnosis 600.000 kasus baru. DM merupakan penyebab kematian di Amerika Serikat dan merupakan penyebab utama kebutaan pada orang dewasa akibat retinopati diabetik. Pada usia yang sama, penderita DM paling sedikit 2,5 kali lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan mereka yang tidak menderita DM. Tujuh puluh lima persen penderita DM akhirnya meninggal karena penyakit vaskular. Serangan jantung, gagal jantung, gagal ginjal, stroke, dan gangren adalah komplikasi utama.Selain itu kematian fetus intrauterine pada ibu penderita DM yang tidak terkontrol juga meningkat. Dampak ekonomi pada DM jelas terlihat akibat biaya pengobatan dan hilangnya pendapatan, selain konsekwensi finansial karena banyaknya komplikasi seperti kebutaan dan penyakit vaskuler
3. Memahami dan Menjelaskan Diabetes Mellitus
Klaisfikasi Diabetes Melitus (ADA 2009)• Diabetes Meltisu Tipe I (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin
absolut)– a. Melalui proses imunologik– b. Idiopatik
• Diabetes Melitus Tipe II• Diabetes Kehamilan• Diabetes Tipe Lain
– Defek genetik fungsi sel beta– Defek genetik kerja insulin (Sindrom Rabson Mendenhall)– Penyakit eksokrin pankreas– Endokrinopati– Obat-obatan– Infeksi
3. Memahami dan Menjelaskan Diabetes Mellitus
Gejala khas DM• Polyuria• Polydipsia• Polifagia• BB turun tanpa sebab
Gejala tidak khas DM• Lemas• Kesemutan• Luka yang sulit sembuh• Gatal• Mata kabur• Disfungsi ereksi (pria)• Pruritus vulva (wanita)
3. Memahami dan Menjelaskan Diabetes Mellitus
• Diagnosis
• Diagnosis Banding– Hiperglikemi reaktif– Toleransi glukosa terganggu (TGT)– Gula darah puasa terganggu (GDPT)
Jenis Pemeriksaan Bukan DM Belum pasti DM DM
Konsentrasi glukosa darah sewaktu
Plasma vena
Darah kapiler
< 100 mg/dl
< 9 mg/dl
100-199 mg/dl
90-199 mg/dl
>200 mg/dl
>200 mg/dl
Konsentrasi glukosa darah puasa
Plasma vena
Darah kapiler
<100 mg/dl
<90 mg/dl
100-125 mg/dl
90-99 mg/dl
>126 mg/dl
>100 mg/dl
3. Memahami dan Menjelaskan Diabetes Mellitus
Prognosis
Prognosis Diabetes Melitus usia lanjut tergantung pada beberapa hal dan tidak selamanya buruk, pasien usia lanjut dengan Diabetes Melitus tri II (Diabetes Melitus III) yang terawat baik prognosisnya baik pada pasien Diabetes Melitus usia lanjut yang jatuh dalam keadaan koma hipoklikemik atau hiperosmolas, prognosisnya kurang baik. Hipoklikemik pada pasien usia lanjut biasanya berlangsung lama dan serius dengan akibat kerusakan otak yang permanen. Karena hiporesmolas adalah komplikasi yang sering ditemukan pada usia lanjut dan angka kematiannya tinggi.
3. Memahami dan Menjelaskan Diabetes Mellitus
• Pencegahan PrimerPencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki faktor risiko, yakni mereka yang belum terkena, tetapi berpotensi untuk mendapat DM dan kelompok intoleransi glukosa.
• Pencegahan SekunderPencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada pasien yang telah menderita DM. Dilakukan dengan pemberian pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan penyakit DM. Dalam upaya pencegahan sekunder program penyuluhan memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani program pengobatan dan dalam menuju perilaku sehat.
• Pencegahan TersierUpaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan menetap. Sebagai contoh aspirin dosis rendah (80-325 mg/hari) dapat diberikan secara rutin bagi penyandang diabetes yang sudah mempunyai penyulit makroangiopati.
4. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Diabetes Melitus
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :1. Diet2. Latihan3. Pemantauan4. Terapi (jika diperlukan)5. Pendidikan
4. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Diabetes Melitus
Farmakologi• Golongan Sulfonilurea• Golongan Tiazolidinedion• α-Glikosidase Inhibitor
Obat Hiperglikemik• Glukagon• Diazoksid
4. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Diabetes Melitus
TERAPI INSULIN• KLASIFIKASI INSULIN
Jenis sediaan Bufer Mula kerja Puncak (jam) Masa kerja (jam)Kombinasi
dengan (jam)
Kerja cepat Regular solube
(kristal) Lispro
-Fosfat
0,1-0,70,25
1,5-40,5-1,5
5-82-5
Semua jenislente
Kerja sedang NPH (isophan)
LenteFosfatAsetat
1-21-2
6-126-12
18-2418-24
RegularSenilente
Kerja panjang Protamin zinc
Ultralente Glargin
Fosfat asetat-
4-64-62-5
14-2016-185-24
24-3620-3618-24
Regular
5. Memahami dan Menjelaskan Gizi Bagi Penderita Diabetes Melitus
MACAM DIET UNTUK PENDERITA DM
Macam Diet
I II III IV V VI VII VIII
Energi (Kal)
1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Protein (gr)
50 55 60 65 70 75 80 85
Lemak (gr)
30 35 40 45 50 55 60 65
Hidrataran (gr)
160 195 225 260 300 325 350 390
6. Memahami dan Menjelaskan Pola Makan dan Olahraga yang Baik Bagi Islam
Prinsip• Diniatkan bahwa tujuan makan dan minum adalah untuk menambah
ketaqwaan kepada Allah SWT.• Makanan dan minuman yang dikonsumsi adalah yang halal dan baik
(halalanthoyyiban) serta bersih. Larangan.• Apabila makanan dan minuman dalam keadaan panas, tunggulah sampai
dingin dan jangan ditiup• Tidak menggunakan peralatan makanan/ minuman berupa bejana dari
emas atau perak.• Jangan makan sambil berdiri.
6. Memahami dan Menjelaskan Pola Makan dan Olahraga yang Baik Bagi Islam
Tata caramakan Rasulullah SAW.• Cara/adab makan:• Mencuci (wudhu) tangan terlebih dahulu.• Duduk, tidak bersandar pada punggung atau bersila. Cara duduk nabi saw adalah duduk berlutut, duduk diatas kaki
yang kiri dan menegakkan kaki kanannya.• Meletakkan makanan di sebelah kanan.• Makan bersama keluarga dan mengajak orang banyak, dengan duduk mengitari makanan.• Mengambil makanan yang terdekat.• Tidak mencela makanan.• Menggunakan tangan kanan.• Hanya menggunakan 3 jari: ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah.• Membaca bismillah ( بسمالله ) setiap kali memasukkan makanan atau minuman kedalam mulut, ; apabila lupa
sewaktu teringat bacalah “bismillahiawwallohuwaaakhirohu”.• Menjilati jari-jari tangan atas makanan yang menempel dijari tersebut.• Makan ketika terasa lapar dan berhenti sebelum kenyang, prinsipnya ruang lambung dibagi 3 bagian: yaitu 1/3 air, 1/3
makanan, dan 1/3 udara.• Bersyukur dan berdo’a sesudah makan, mengucapkan: “alhamdulillahiladziiath’amanawasaqoonawaja’alanamuslimin”.• Mencuci tangan sesudah makan.• Berkumur-kumur dan bersiwak (menyikat gigi) sesudah makan.• Mencuci bejana bekas makanan dan minuman.• Menutup kembali wadah tempat makanan dan minuman.
6. Memahami dan Menjelaskan Pola Makan dan Olahraga yang Baik Bagi Islam
Sifat makanan.• Berimbang, maksudnya: setiap jenis makanan yang dimakan disesuaikan dengan kebutuhan porsi/ gizinya
masing-masing, dan tidak berlebihan.• Makanan dapat berupa apa saja, asalkan terhindar dari hal yang diharamkan,
Jenis makanan yang pernah dimakan Rasulullah SAW:• Roti dan kue (makanan yang terbuat dari tepung dan rempah-rempah)• Bubur• Mentimun• Semangka• Kurma, ruthab, tamar (kurma kering)• Labu (dicampur roti atau tidak• Keju• Gula-gula dan madu• Mentega • Daging kelinci• Daging kambing (bagianlenganataupunggung)• Daging burung hubara (burung yang panjang lehernya)• Dendeng• Belalang
Daftar Pustaka• Ganong, W.F.. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed 22. Jakarta : EGC• Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem Edisi 2.
Jakarta : EGC• Gunawan, Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI• Sudoyo, Aru W. 2010. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 5. Jakarta:
InternaPublishing• Price, Sylvia Anderson (2005), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit edisi6,ab. Huriawati Hartanto, Jakarta, EGC.