POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

69
POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA BONTOLEMPANGAN KECAMATAN BONTOLEMPANGAN KABUPATEN GOWA MUSLIMIN 105 96 00622 10 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

Transcript of POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

Page 1: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONGDI DESA BONTOLEMPANGAN KECAMATAN

BONTOLEMPANGAN KABUPATEN GOWA

MUSLIMIN105 96 00622 10

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2015

Page 2: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONGDI DESA BONTOLEMPANGAN KECAMATAN

BONTOLEMPANGAN KABUPATEN GOWA

MUSLIMIN105 96 00622 10

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana PertanianStrata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2015

Page 3: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSIDAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA

BONTOLEMPANGAN KECAMATAN BONTOLEMPANGAN KABUPATEN

GOWA

Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, Februari 2015

Page 4: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Potensi Pengembangan Usaha Sapi Potong Di DesaBontolempangan Kecamatan Bontolempangan KabupatenGowa

Nama : Muslimin

Nim : 105 96 00622 10

Program Studi : Agribisnis

Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian

Fakultas : Pertanian

Telah diperiksa dan disetujuiDosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Amruddin, S.Pt, M.Si Rahmawati, S.Pi,M.Si

Diketahui Oleh

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi

Ir. Saleh Molla, M.M. Amruddin, SPt, M.Si.

Page 5: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul : Potensi Pengembangan Usaha Sapi Potong Di DesaBontolempangan Kecamatan Bontolempangan KabupatenGowa

Nama : Muslimin

Nim : 105 96 00622 10

Program Studi : Agribisnis

Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian

Fakultas : Pertanian

Susunan Tim Penguji

Nama TANDA TANGAN

1. Amruddin, S.Pt, M.Si (.……………….)Ketua

2. Rahmawati, SPi,M.Si (……………......)Sekertaris

3. Ir. Arifin Fattah, M.Si (..……………....)Penguji 1

4. Isnam Djunaid, S.TP, M.Si (….……….…….)Penguji II

Page 6: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT, karena atas berkat

rahmat dan hidayah_nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik guna memenuhi salah satu syarat studi pada Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar,

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak terutama kepada pembimbing yakni Bapak

Amruddin, SPt., M.Si selaku pembimbing I dan Ibu Rahmawati, S.Pi., M.Si

selaku pembimbing II yang bersedia meluangkan waktunya membimbing dan

mengarahkan penulis, serta kepada kedua tim penguji yang telah memberikan

kritikan dan saran dalam penyempurnaan hasil akhir laporan penelitian ini.

Penulis mengucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya.

Ungkapan terima kasih kepada ibu, kakak, serta pacarku yg tercinta atas

segala doa dan motivasinya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari

kesempurnaan,karena itu diharapkan komentarnya yang sifatnya membangun

demi kesempurnaan skripsi selanjutnya. Akhirnya semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan setiap orang yang membacanya.

Makassar, November 2014

Page 7: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. ii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ..................................................... iii

KATA PENGANTAR ....................................................................... iv

ABSTRAK .............................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x

I. PENDAHULUAN ……………………………………………. 1

1.1. Latar Belakang …………………………………………. 1

1.2. Rumusan Masalah …………………………………………… 3

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 4

1.4. Kegunaan Penelitian ………………………. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 5

2.1. Tinjauan Umum Sapi .................................................................. 5

2.2. Pengembangan Sapi Potong ................................................... 7

2.3. Potensi Usaha Sapi Potong ............................................. 9

2.4. Kerangka Pikir ........................................................ 13

III. METODE PENELITIAN …………………………………….. 15.

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………… 15

3.2. Teknik Penetuan Sampel ………………………….. 15

3.3. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 15

3.4. Jenis dan Sumber Data .................................... 16

Page 8: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

3.5. Analisis Data ................................................... 17

3.6. Definisi Operasional ............................................... 17

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.................................... 19

4.1 Letak Geografis dan Tofografi.............................................. ...... 19

4.2 Keadaan Iklim ..................................................................... 19

4.3 Keadaan Penduduk ................................................................... 20

4.4 Sarana dan Prasarana ................................................................ 22

4.5 Kondisi Peternak Sapi ................................................................. 23

V. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 25

5.1. Identifikasi Responden ............................................................... 25

5.2. Potensi Pengembangan Usaha Sapi Potong.......................................... 30

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 39

6.1. Kesimpulan ................................................................................ .... 39

6.2. Saran................................................................................................. 39

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 41

LAMPIRAN ............................................................................................... 42

RIWAYAT HIDUP

Page 9: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

DAFTAR TABEL

No Halaman

Teks

1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin diDesa Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa 21

2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikandi Desa Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa 21

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencahariandi Desa Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa 22

4. Sarana dan Prasarana di di Desa BontolempanganKecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa ............................... 23

5. Kondisi Peternak Sapi di Desa BontolempanganKecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa……………………….. 23

6. Tingkat Umur Responden di Desa BontolempanganKecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa …………………….. 25

7. Tingkat Pendidikan Responden di Desa BontolempanganKecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa ………………….. 27

8. Pengalaman Petemak Responden di Desa BontolempanganKecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa …………………… 28

9. Tanggungan Keluarga Petemak Responden di DesaBontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa …. 29

10. Potensi Pengembangan Usaha Sapi Potong di DesaBontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa. … 30

Page 10: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

Teks

1. Kerangka Pikir Penelitian …………………………………………… 14

Page 11: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

Teks

1. Kuesioner Penelitian…………………………………………………… 42

2. Identitas Responden……………………………………………………. 45

3. Rekapitulasi Hasil Penelitian Kondisi Biologis dan Geografis Sapi PotongDesa Bontolempangan ......................................................................... 46

4. Rekapitulasi Hasil Penelitian Sumberdaya Peternak dan Kelembagaan SapiPotong Desa Bontolempangan ............................................................. 46

5. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 47

Page 12: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daging merupakan salah satu sumber protein hewani yang bersumber dari

hewan ternak. Daging dapat dihasilkan dari berbagai komoditas peternakan seperti

ternak besar, ternak kecil dan ternak unggas. Ternak besar seperti sapi merupakan

salah satu jenis ternak yang memilki peranan penting sebagai penghasil daging

dengan kualitas dan kuantitas cukup baik. Jenis atau bangsa sapi yang terdapat di

Indonesia sebagai penghasil daging adalah sapi potong seperti bangsa sapi Bali,

sapi Madura, sapi Peranakan Ongole (PO), dan sapi Brahman Cross (Rianto dan

Purbowati, 2009).

Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya

penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan

penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Sebab seekor sapi atau kelompok

ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai

bahan makanan berupa daging (Riano& Purbowati,2009).

Prospek beternak sapi potong di Indonesia masih tetap terbuka lebar dalam

waktu yang lama. Hal ini disebabkan kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun

terus menunjukkan peningkatan. Peningkatan ini memang sejalan dengan

peningkatan taraf ekonomi dan kesadaran akan gizi dari masyarakat. Selain itu,

dengan semakin bertambahnya penduduk berarti akan semakin bertambah pula

konsumsi daging sapi. Namun peningkatan permintaan daging sapi ini tidak

diikuti oleh jumlah populasi ternak sapi potong (Yusuf & Nulik, 2008).

Page 13: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

2

Perkembangan usaha sapi potong didorong oleh permintaan daging yang

terus menerus meningkat dari tahun ke tahun dan timbulnya keinginan sebagian

besar peternak sapi untuk menjual sapi-sapinya dengan harga yang lebih pantas.

Perkembangan usaha sapi potong juga tidak lepas dari upaya pemerintah yang

telah mendukung. Kondisi ini dapat menjadi motivasi dari para peternak untuk

lebih mengembangkan usaha peternakan sapi potong sebagai upaya pemenuhan

permintaan dan peningkatan pendapatan masyarakat (Siregar, 2008).

Usaha peternakan sapi potong bagi masyarakat di Kabupaten Gowa

khususnya petani peternak bukanlah suatu hal yang baru. Di setiap nagari, banyak

warga masyarakat mengembangkan usaha memelihara ternak. Namun demikian

dilihat dari pola usaha yang berkembang, ternyata masih bersifat tradisional dan

berskala usaha rumah tangga dengan rata-rata usahanya sekitar 1-3 ekor per

rumah tangga.

Pengembangan usaha diarahkan untuk memfasilitasi kegiatan yang

beriorentasi agribisnis dan memperluas kegiatan ekonomi produktif petani, serta

meningkatkan efesiensi dan daya saing. Upaya peningkatan daya saing usaha

ternak sapi potong rakyat secara teknis dapat dilakukan dengan meningkatkan

produktivitas sehingga produknya dapat dijual pada tingkat harga yang cukup

murah tanpa mengurangi keuntungan peternak. Dalam pengembangan sapi

potong, pemerintah menempuh dua kebijakan, yaitu ekstensifikasi

menitikberatkan pada peningkatan populasi ternak yang didukung oleh pengadaan

dan peningkatan mutu bibit, penanggulangan penyakit, perbaikan reproduksi

dilakukan dengan IB dengan penyapihan dini bebet, penyuluhan dapat

Page 14: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

3

pembinahan usaha, bantuan perkreditan, pengadaan dan peningkatan mutu pakan

genetik (intensifikasi), dan pemasaran, dan mutu genetik (Suryana dalam

Kuswaryan, dkk, 2003).

Kebutuhan sapi potong untuk Kabupaten Gowa hingga saat ini masih

dipenuhi dengan mendatangkan ternak dari luar daerah. Program pengembangan

sapi potong saat ini belum dapat menjadikan daerah ini sebagai daerah

swasembada. Beberapa faktor yang menjadi penyebabnya antara lain : laju

pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan perkembangan populasi

ternak sapi; terjadinya pengurasan sapi bakalan dari beberapa sentra

pengembangan yang ada ke luar daerah; sulitnya merubah tradisi pemeliharaan

ekstensif menjadi intensif; dan rendahnya tingkat adopsi teknologi.

Potensi sumberdaya pakan yang ada terutama berupa limbah pertanian

tanaman pangan dan berintegrasi dengan tanaman perkebunan lainnya belum

termanfaatkan. Potensi pengembangan sapi potong yang cukup besar di

Kabupaten Gowa memerlukan dukungan kebijakan yang tepat dari pemerintah.

Selain program pemberdayaan pakan inkonvensional yang melimpah, juga

pembinaan yang intensif pada daerah-daerah sentra hendaknya menjadi prioritas.

Introduksi teknologi yang sesuai dengan potensi daerah serta pewilayahan sentra

pengembangan yang memperhatikan alur pemasaran yang ada merupakan langkah

penting di Desa Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa

menuju daerah swasembada daging sapi potong.

Page 15: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

4

Masalah yang sering dihadapi peternak antara lain adalah tingkat

pengetahuan dan keterampilan petani peternak yang masih rendah, perkembangan

harga yang tidak stabil, ketersediaan bibit yang tidak bermutu, permodalan yang

masih kecil, dan kelembagaan peternak sapi potong belum berjalan dengan baik.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk pengembangan peternakan

sapi potong agar berkesinambungan dan dapat meningkatkan perekonomian

masyarakat petani peternak sapi potong adalah perlunya suatu strategi dalam

pengembangan peternakan sapi potong ini lebih lanjut. Hal inilah yang melatar

belakangi penelitian mengenai “Potensi Pengembangan usaha Sapi Potong di

Desa Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa”.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yakni bagaimana potensi

pengembangan usaha sapi potong di Desa Bontolempangan Kecamatan

Bontolempangan Kabupaten Gowa ?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui potensi pengembangan

usaha sapi potong di Desa Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan

Kabupaten Gowa

Kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai informasi bagi instansi setempat dalam pengembangan sapi

potong di Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa.

2. Sebagai bahan informasi bagi pengambil kebijakan dalam pengembangan

usaha sapi potong.

Page 16: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

5

I. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Sapi Potong

Sejarah pemeliharaan sapi dan perkembangan populasinya di Indonesia,

terutama sapi potong, mengalami pasang surut yang fluktuatif. Hal ini dipengaruhi

oleh berbagai kebijakan pemerintah dan kondisi perekonomian masyarakat secara

global. Sejak zaman kolonial Belanda, terutama sejak didirikan pabrik-pabrik gula

(1830-1835), telah dilakukan pemeliharaan sapi yang tujuan utamanya sebagai

sumber tenaga kerja untuk menggarap lahan pertanian dan penarik kendaraan

pengangkut tebu.

Sapi potong adalah sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena

karakteristik yang dimilikinya, seperti tingkat pertumbuhannya cepat dan kualitas

daging dan cukup baik. Sapi-sapi inilah yang umumnya dijadikan sebagai sapi

bakalan yang dipelihara secara intensif selama beberapa bulan, sehingga diperoleh

pertambahan berat badan yang ideal untuk dipotong. Pemilihan bakalan yang baik

menjadi langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan usaha. Salah satu

tolak ukur penampilan produksi sapi potong adalah pertambahan berat badan

harian (Abidin, 2002).

Penyebaran ternak sapi di negara kita ini belum merata. Ada beberapa

daerah yang sangat padat, ada yang sedang, tetapi ada yang sangat jarang atau

terbatas populasinya. Tentu saja hal ini ada beberapa faktor penyebab, antara lain

faktor pertanian dan kepadatan penduduk, iklim dan daya aklimatisasi, serta adat

istiadat (Sugeng, 2008).

Page 17: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

6

Ternak sapi, khususnya sapi potong, merupakan salah satu sumber daya

penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan penting artinya di

dalam kehidupan masyarakat. Seekor atau sekelompok ternak sapi bias

menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan

berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, dan

tulang (Sudarmono,2008)

Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein

hewani. Sapi potong sebagai salah satu hewan pemakan rumput sangat berperan

sebagai pengumpul bahan bergizi rendah yang diubah menjadi bahan bergizi

tinggi, kemudian diteruskan kepada manusia dalam bentuk daging. Daging untuk

pemenuhan gizi mulai meningkat dengan adanya istilah “balita” dan terangkatnya

peranan gizi terhadap kualitas generasi penerus. Konsumsi protein hewani yang

rendah pada anak-anak pra sekolah dapat menyebabkan anak-anak yang berbakat

normal menjadi subnormal. Oleh karena itu, protein hewani sangat menunjang

kecerdasan, disamping diperlukan untuk daya tahan tubuh.( Sugeng, 2008)

Sapi potong adalah salah satu ternak ruminansia sebagai penghasil daging

di dunia khususnya Indonesia. Namun, produksi daging dalam negeri belum

mampu memenuhi kebutuhan karena populasi dan tingkat produktivitas ternak

rendah. Rendahnya populasi sapi potong antara lain disebabkan sebagian besar

ternak dipelihara oleh peternak berskala kecil dengan lahan dan modal terbatas

(Suryana dalam Rosida, 2009).

Page 18: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

7

2.2 Pengembangan Sapi Potong

Pengembangan sapi potong di Indonesia pada masa lalu sangat minim.

Tulang punggung dalam penyediaan daging sapi di indonesia hampir seluruhnya

ditangan peternak rakyat yang umumnya skala kecil,hanya sebagai usaha

sambilan atau cabang usaha dan tersebar mengikuti penyebaran penduduk.Selain

investasi pemerintah dalam pembangunan sarana dan prasarana agribisnis sapi

potong, hampir tidan ada investasi swasta (pengusaha swasta) dalam agribisnis

sapi potong baru muncul tahun 1990 pada usaha penggemukan dan perdagangan

daging sapi,setelah pemerintah membuka import sapi bakalan secara terbatas

(Haris, 2010).

Dalam upaya mendorong pertumbuhan populasi sekaligus untuk perbaikan

mutu genetik sapi potong, maka pemerintah telah memasyarakatkan teknologi

inseminasi buatan. Namun karena keterbatasan yang dimiliki pemerintah,

jangkauan inseminasi buatan masih terbatas.

Hasil evaluasi sosial ekonomi pelaksanaan inseminasi buatan sapi potong

di beberapa wilayah seperti lampung, jawa barat, dan jawa timur menunjukkan

bahwa realisasi inseminasi buatan sapi potong masih sekitar 30-50 persen dari

potensi akseptor (PSP-IPB,1986).Selain itu pada wilayah-wilayah pelayanan

inseminasi buatan tersebut, ditemukan bahwa efisiensi reproduksi dari sapi potong

masih relatif rendah (sekitar 60 persen dari potensi efisiensi reproduksi).Hal ini

disebabkan karena berbagai faktor seperti keterlambatan diagnosa birahi dari

peternak, gangguan organ reproduksi,kualitas pakan yang rendah, dan kesalahan

teknis dari para inseminator (Sudarmono, 2008).

Page 19: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

8

Rendahnya efisiensi reproduksi dan terbatasnya jangkauan inseminasi

buatan menyebabkan pertumbuhan populasi sapi potong di indonesia

rendah.Akibatnya laju pertumbuhan produksi daging sapi domestik juga relatif

lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan permintaan daging sapi domestik.

Ketidak seimbangan ini telah ikut menyebabkan relatif mahalnya harga sapi di

pasar domestik.

Dalam keadaan demikian, pemerintah menghadapi masalah yang dilematis

antara membela konsumen atau produsen.Dari sudut kepentingan konsumen,

seharusnya pemerintah membebaskan import daging atau sapi bakalan, namun

harus mengorbankan kepentingan agribisnis sapi potong domestik. Bila

pemerintah melarang import daging dan sapi bakalan, harga daging sapi di pasar

domestik akan melambung tinggi, sehingga merugikan konsumen. Tampaknya

pilihan yang dilakukan oleh pemerintah adalah berpihak pada kepentingan

agribisnis sapi potong domestik sembari mencegah kenaikan harga daging sapi

yang terlalu tinggi, dengan cara mengimport daging sapi dan sapi bakalan secara

terkontrol.

Secara teoritis,relatif mahalnya harga daging sapi di pasar domestik akan

merangsang produsen sapi potong untuk meningkatkan produksinya. Fenomena

ekonomi ini tampaknya tidak berjalan pada peternak rakyat. Hal ini banyak

disebabkan karena usaha sapi potong bagi peternak rakyat masih bersifat sambilan

dan cenderung berfungsi sebagai tabungan dan atau status sosial. Pada Pola dan

peran usaha sapi potong peternak rakyat yang pengambilan keputusan bagi

Page 20: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

9

peternak rakyat, melainkan lebih banyak ditentukan oleh pertimbangan non

ekonomi. (Rahadi, dan Hartono, 2003).

Dengan usaha sapi potong yang demikian,jelas sulit diharapkan menjadi

andalan penyedian daging sapi dalam perdagangan bebas. Kalau kondisi

agribisnis sapi potong yang demikian tetap berlangsung,dikhawatirkan akan

terdersak oleh daging sapi import. Sebaliknya,bila pengadaan daging sapi

dipenuhi sebagian besar oleh import akan menghadapi resiko dan mengorbankan

devisa yang besar. Dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah sekitar 220

juta jiwa dan konsumsi daging 2 kg saja, maka kita memerlukan sekitar 4 juta

ekor sapi potong setiap tahunnya.Bila separuhnya saja dipenuhi oleh import,maka

seluruh produksi sapi potong dari australia harus kita import.jelas hal ini

mengorbankan devisa negara yang cukup besar. Selain itu untuk memperoleh

sekitar 2 juta ekor sapi setiap tahun dari pasar internasional tidaklah mudah

dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu, pilihan terbaik adalah mempercepat

pertumbuhah agribisnis sapi potong di Indonesia. (Parimartha dan Cyrilla, 2002).

2.3 Potensi Usaha Sapi Potong

Pengertian potensi adalah sesuatu hal yang dapat dijadikan sebagai bahan

atau sumber yang akan dikelola baik melalui usaha yang dilakukan manusia

maupun yang dilakukan melalui tenaga mesin dimana dalam pengerjaannya

potensi dapat juga diartikan sebagai sumberdaya yang ada disekitar kita (Rosida,

2009).

Page 21: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

10

Potensi yang dimaksudkan penulis dalam penelitian ini adalah sumber

daya alam (SDA) yang dikelola secara cermat oleh sumberdaya manusia (SDM)

dimana potensi tersebut dapat menjadi sutau keterkaitan yang menyatu dalam

pelaksanaan pembagunan yang ada di Desa/Kelurahan maupun Kecamatan.

Potensi Desa adalah kekuatan atau sumberdaya yang dimiliki oleh desa untuk

mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakan pedesaan. Sumberdaya desa

yang dimaksud meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya

kelembagaan dan sumber daya prasarana dan sarana.

Kegiatan ekonomi berbasis sapi potong tidak terlepas dari paradigma

lama, bahwa pembangunan peternakan masih dilihat secara terbatas yaitu sebagai

usaha peternakan (on-farm), sehingga usaha pembangunan peternakan juga hanya

terbatas pada usaha peternakan. Cara pembangunan peternakan yang terbatas itu,

tidak sesuai lagi dengan perkembangan peternakan yang ada, dimana sebagian

besar sarana produksi peternakan berasal dari luar usaha peternakan dan

produksinya berorientasi pasar. Oleh sebab itu, untuk mengembangkan kegiatan

ekonomi berbasis sapi potong sebagai suatu sistem agribisnis

Usaha peternakan sapi potong pada saat ini masih tetap menguntungkan.

Pasalnya permintaan pasar akan daging sapi masih terus mengalami peningkatan.

Selain di pasar domestik, permintaan daging sapi di pasar luar negeri juga cukup

tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor daging sapi ke

Malaysia.Konsumsi daging sapi di sana cenderung mengalami peningkatan karena

bergesernya tradisi mengkonsumsi daging kambing ke daging sapi atu kerbau

pada saat perhelatan keluarga dan perayaan hari besar lainnya.

Page 22: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

11

Indonesia dengan jumlah penduduk diatas 220 jiwa, membutuhkan

pasokan daging sapi dalam jumlah cukup besar. Sejauh ini peternakan domestik

belum mampu memenuhi permintaan daging dalam negeri.Timpangnya antara

pasokan dan permintaan ternyata masih tinggi.Pemerintah (Kementrian Pertanian)

mengakui masalah utama usaha sapi potong di Indonesia terletak pada suplai yang

selalu mengalami kekurangan setiap tahunnya. Sementara laju pertumbuhan

konsumsi dan pertambahan penduduk tidak mampu diimbangi oleh laju

pertumbuhan konsumsi dan pertambahan penduduk tidak mampu diimbangi oleh

laju penngkatan populasi sapi potong. Pada gilirannya, pada kondisi seperti ini

memaksa Indonesia untuk selalu melakukan impor, baik dalam bentuk sapi hidup

maupun daging.

Banyak faktor yang turut menentukan berpotensi atau tidaknya suatu

wilayah untuk pengembangan peternakan. Faktor-faktor dimaksud antara lain

potensi daerah : keadaan alam (biologis) ; geografis : sumberdaya manusia; dan

kelembagaan peternak.

Keadaan alam atau lingkungan merupakan faktor yang sangat

menentukan dalam kehidupan makhluk hidup termasuk juga ternak sapi. Oleh

karena itu dalam usaha menentukan strategi pengembangan sapi potong perlu

diperhatikan faktor lingkungan (keadaan alam). Faktor lingkungan yang sangat

menentukan dalam pengusahaan atau pengembangan sapi potong adalah kondisi

lahan dan iklim. Kondisi lahan yang dimaksud yaitu luas lahan, jenis dan

kesuburan tanah. Sedangkan yang dimaksud iklim adalah curah hujan

hubungannya dengan ketersediaan air dan suhu. Pengembangan usaha ternak sapi

Page 23: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

12

potong adalah: mengoptimalkan pengalaman beternak dan motivasi agar dapat

menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi, menjalin kerjasama antara

kelompok tani ternak sebagai wakil dari peternak dengan lembaga

permodalan/pemerintah, memanfaatkan pakan limbah pertanian yang melimpah

(Adinata, 2012).

Untuk mengoptimalkan dan mengembangkan kemampuan internal

peternak serta memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk

meningkatkan skala usaha ternak sapi potong menjadi lebih maju; pengenalan

mengenai teknologi pengolahan pakan dan bibit ternak sapi unggul yang

disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat; menjalin usaha kemitraan bersama

pemerintah dan pihak ketiga dengan memanfaatkan interaksi masyarakat pedesaan

yang bersifat kekeluargaan dan kegotong royongan; memperkuat kelembagaan

peternak sehingga peternak memiliki daya tawar yang kuat (Adinata, 2012)

Lahan yang tersedia untuk usaha sapi potong cukup luas, sesuai dengan

sistem usaha peternakan yang akan digunakan. Selama ini bahkan sampai

sekarang pengusahaan sapi potong di Kabupaten Gowa masih bersifat sambilan,

dimana ternak diusahakan sambil mengusahakan tanaman pangan lainnya,

dengan demikian lahan persawahan dapat dikatakan juga merupakan lahan

potensial untuk pengusahaan sapi potong akan dikembangkan, maka sistem

pengusahaannya adalah sistem intensif (sistem Kreman). Jika sistem intensif

tersebut dilakukan maka banyak lahan yang bisa digunakan seperti lahan sawah,

lahan perkebunan, lahan kering/tegalan, kebun campuran dan lahan kritis/tanah

tandus.. Kondisi cuaca dan iklim pengembangan usaha sapi potong dapat

Page 24: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

13

beradaptasi pada suhu 15–330C. Sumber bibit / bakalan yang akan digemukkan

oleh petani peternak adalah dari pembelian dari pedagang setempat, pembibitan

sendiri dan di beli dari pasar ternak (Khaerunissa, 2012).

Pengembangan kualitas sumberdaya manusia peternak dapat dilakukan

melalui pelatihan dalam rangka peningkatan pengetahuan peternak dengan

kelompok dalam hal beternak sapi potong. Dalam melakukan pembinaan terhadap

kelembagaan yang ada dapat dilakukan dengan prinsip pendekatan kelompok

yaitu dengan melakukan bimbingan dan pembinaan yang dilakukan melalui

pendekatan kelompok, sehingga menumbuhkan kekuatan gerak dari petani. Pada

peternak yang tergabung dalam kelompok usaha, akan meningkatkan kekuatan

posisi tawar peternak dan sekaligus dapat meningkatkan skala usahanya menjadi

usaha ternak sapi potong yang berorientasi agribisnis. Dalam melakukan

pembinaan terhadap kelembagaan yang ada dapat dilakukan dengan prinsip

pendekatan kelompok yaitu dengan melakukan bimbingan dan pembinaan yang

dilakukan melalui pendekatan kelompok, sehingga menumbuhkan kekuatan gerak

dari petani. Pada peternak yang tergabung dalam kelompok usaha, akan

meningkatkan kekuatan posisi tawar peternak dan sekaligus dapat meningkatkan

skala usahanya menjadi usaha ternak sapi potong yang berorientasi agribisnis.

(Yusuf dan J. Nulik, 2008).

Pengembangan kelembagaan peternak untuk mendorong tercapainya

peningkatan produktifitas dan efisiensi usaha dalam usaha peternakan sapi potong,

diperlukan pembinaan kelembagaan peternak baik formal maupun non formal.

Pembinaan kelompok formal diarahkan untuk pemberdayaan anggota kelompok,

Page 25: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

14

agar memiliki kekuatan mandiri, mampu menerapkan inovasi, baik teknis, sosial,

maupun ekonomi; mampu memanfaatkan azas skala ekonomi; dan mampu

menghadapi resiko usaha, sehingga bisa memperoleh tingkat pendapatan dan

kesejahteraan yang layak (Khaerunissa, 2012)

Selain itu pengembangan usaha peternakan sapi potong komersial di

Kabupaten Gowa sangat tergantung dengan modal usaha (investor) yang

profesional dalam bidang usaha peternakan sapi potong. Pemodal kuat tersebut

dapat memanfaatkan kondisi wilayah dan bentuk usaha tani ternak di Kabupaten

Gowa dengan segala keterbatasan melalui suatu usaha kemitraan yang harmonis,

saling mendukung dan memahami permasalahan usaha peternakan sapi potong.

Pengembangan usaha peternakan sapi potong diarahkan pada peningkatan

efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam, dan pelestarian lingkungan. Dalam hal

ini pengembangan dilakukan dengan cara memanfaatkan dan mengolah

sumberdaya alam yang berupa lahan, ternak dan pakan ternak, dengan faktor

produksi lainnya. Dengan demikian tujuan untuk menjaga kelestarian ekosistem

dan peningkatan kesejahteraan masyarakat peternak dapat tercapai sekaligus

dengan baik.

2.4 Kerangka Pikir

Kegiatan ekonomi berbasis sapi potong tidak terlepas dari paradigma

lama, bahwa pembangunan peternakan masih dilihat secara terbatas yaitu sebagai

usaha peternakan, sehingga usaha pembangunan peternakan juga hanya terbatas

pada usaha peternakan. Cara pembangunan peternakan yang terbatas itu, tidak

sesuai lagi dengan perkembangan peternakan yang ada, dimana sebagian besar

Page 26: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

15

sarana produksi peternakan berasal dari luar usaha peternakan dan produksinya

berorientasi pasar. Oleh sebab itu, untuk mengembangkan kegiatan ekonomi

berbasis sapi potong sebagai suatu sistem.

Dalam pengembangan usaha peternakan sapi potong, diperlukan

sumberdaya alam. Manusia dan kelembagaan peternak yang kuat. Yang bisa

dibina dengan memperkuat kelembagaan ekonomi petani peternak.

Pengembangan ini diarahkan pada terbentuknya kelompok-kelompok peternak,

dan kerjasama antar kelompok peternak, sehingga terbentuk kelompok-kelompok

yang produktif yang berintegrasi dalam kelembagaan koperasi dibidang

peternakan.

Usaha peternakan sapi potong bagi masyarakat di Desa Bontolempangan

khususnya petani peternak bukanlah suatu hal yang baru, sebab wilayah tersebut

memiliki potensi yang cukup dalam pengembangan usaha sapi potong yang dilihat

dari beberapa aspek yakni kondisi biologis (asal bibit, pakan dan masalah

pengadaan pakan dan bibit), kondisi geografis (kondisi iklim dan cuaca),

sumbedaya peternak (peningkatan pengetahuan dan keterampilan peternak) dan

kelembagaan peternak (kepemilikan dan keberadaan lembaga) yang kesemuanya

ini merupakan aspek penting dalam pengembangan usaha sapi potong. Untuk

lebih jelasnya disajikan dalam skeme dibawah ini

Page 27: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

16

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian Potensi Pengembangan Usaha Sapi Potongdi Desa Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan KabupatenGowa

Peternak Sapi Potong Desa BontolempanganKecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa

Potensi

Pengembangan Sapi Potong

Keadaan Biologis Keadaan geografis SDM ( Peternak) Kelembagaanpeternak

Page 28: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

17

II. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yakni September sampai

November 2014 di Desa Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan

Kabupaten Gowa. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan mulai dari bulan

September sampai dengan Nopember 2014, dengan pertimbangan bahwa di

lokasi tersebut memiliki peternak usaha sapi potong yang dilakukan oleh

penduduk setempat.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu peternak sapi yang ada di Desa

Bontolempangan sebanyak 12 peternak sapi potong. Teknik pengambilan

sampelnya dilakukan secara sensus dengan mengambil semua peternak yakni 12

peternak sapi potong, jadi sampel yang diambil yaitu 12 orang peternak di Desa

Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa. Hal ini sesuai

dengan pendapat Riduwan (2005) yang menyatakan bahwa jika jumlah sampel

kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua, tetapi jika jumlah sampel lebih

dari 100 maka dapat diambil antara 10-15 % dari jumlah populasi yang ada

Page 29: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

18

3.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber pengambilan data dilakukan dengan dua cara yaitu dengan

wawancara dan observasi. Berdasarkan sumber data yang ada maka data yang

digunakan berupa:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden,

dengan cara wawancara kepada peternak karakteristik peternak, kondisi lahan,

kelembagaan peternak serta kondisi peternak.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari publikasi atau pustaka-pustaka

instansi-instansi terkait yang dapat menunjang penelitian ini guna melengkapi

data-data primer, antara lain data monografi desa, Dinas Pertanian dan

Peternakan Kabupaten Gowa.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang dilakukan dengan metode

observasi bukanlah pengamatan yang sekedar melihat-lihat langsung,

diperhatikan dan dicermati, jika perlu ditanya dan dicatat segala sesuatunya.

b. Wawancara

Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara wawancara responden,

sehingga antara peneliti dengan responden dapat berkomunikasi secara

langsung. Adapun para respondennya adalah peternak

Page 30: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

19

c. Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan meneliti dokumen-dokumen dan bahan

tulisan dari perusahaan dan data dari buku-buku, jurnal, internet dan sumber

data lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti

3.5 Analisis Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden dengan

menggunakan daftar pertanyaan atau kuisioner, sedangkan data sekunder

diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait kemudian diolah dan dianalisis.

Untuk mengetahui kondisi peternak sapi potong di Desa Bontolempangan

adalah dengan menggunakan penelitian deskriptif. Menurut Arikunto (2002),

sehubungan dengan penelitian deskriptif ini, dibedakan atas dua jenis penelitian

menurut proses sifat dan analisis datanya yaitu : (1) penelitian deskriptif yang

bersifat eksploratif; dan (2) penelitian deskriptif yang bersifat developmental.

Dalam hal ini untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi petani peternak sapi

potong di Desa Bontolempangan Kabupaten Gowa, penulis menggunakan analisis

penelitian deskriptif yang bersifat eksploratif, tujuannya adalah untuk

memaparkan keadaan atau kondisi petani peternak sapi potong di Kabupaten

Gowa saat ini dan membandingkannya menurut teknis yang seharusnya atau yang

dianjurkan., sehingga dengan demikian dari gambaran tersebut dapat dijadikan

pedoman dalam merumuskan strategi pengembangan nantinya.. Untuk

mengetahui gambaran keadaan dan situasi peternak tersebut diperoleh melalui

data kuisioner yang telah di persiapkan.

Page 31: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

20

3.5 Definisi Operasional

1. Peternak adalah seseorang yang melakukan kegiatan memeliharan ternak

sapi potong di Desa Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan

Kabupaten Gowa

2. Potensi adalah sesuatu yang dimiliki daerah/wilayah seperti penduduk,

sumber daya alam, sumberdaya manusai dan kelembagaan peternak yang

ada di Desa Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa

a. Keadaan biologis adalah keadaan sebenarnya dilapangan yang meliputi

asal bibit sapi potong, asal pakan sapi potong dan pengadaan bibit dan

pakan sapi potong

b. Keadaan geografis adalah keadaan sebenarnya yang meliputi kondisi

iklim dan cuaca dalam pengembangan usaha sapi potong

c. Keadaaan sumberdaya peternak adalah keadaan sebenarnya yang

meliputi peternak sapi potong yang melakukan kegiatan pengembangan

usaha.

d. Keadaaan lembaga peternak adalah keberadaan lembaga yang membina

dan mendorong peternak dalam pengembangan usaha sapi potong.

3. Kelompok adalah kumpulan sejumlah peternak yang terlibat langsung dalam

kegiatan pengembangan usaha sapi potong di Desa Bontolempangan

Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa

4. Pengembangan usaha sapi potong adalah suatu usaha atau proses yang

dilakukan peternak yang melihat dari sisi iklim, tanah, sumberdaya dan

kelembagaan peternak

Page 32: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

21

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Letak Wilayah

Desa Bontolempangan termasuk dalam wilayah Kecamatan

Bontolempangan Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Jarak Desa

Bontolempangan dengan Ibu Kota Kecamatan sekitar ±2 kilometer dan jarak ke

ibukota kabupaten sekitar ±30 kilometer. Secara geografis Desa Bontolempangan

memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lassa-Lassa

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tompobulu

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Julumate’ne

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bungaya

Luas wilayah desa Bontolempangan 2,28 km2 , secara administratif terdiri

dari 3 dusun yaitu Lemoa, Taipajawa dan Tanapangkaya.

4.2 Keadaan Iklim

Keadaan iklim Kecamatan Bontolempangan umunya bertipe iklim C-2

dan keadaan udara panas, sedang temperatur udara sedang berkisar 240C dengan

390C dengan demikian bulan basah (200mml/bulan) berkisar 5-6 bulan berturut-

turut dan bulan kering (100 mml/bulan berkisar antara 2-3 bulan berturut-turut.

Wilayah Desa Bontolempangan berada di daerah pegunungan sekitar 100 – 1200

meter diatas permukaan laut. Curah hujan yang terbanyak berkisar antara bulan

Desember sampai dengan Februari, sedangkan curah hujan yang sedikit berada

diantara bulan September sampai dengan November.

Page 33: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

22

4.3 Keadaan Penduduk

Penduduk merupakan salah satu syarat bagi terbentuknya sebuah negara

dan sekaligus aset atau modal bagi suksesnya permbangunan di segala bidang

kehidupan, baik dalam bentuk kehidupan, dalam bentuk pembangunan fisik dan

non fisik. Oleh karena itu, kehadiran dan peranannya sangat menentukan

perkembangan suatu wilayah, baik dalam skala kecil maupun skala besar. Untuk

mengetahui keadaan penduduk di Desa Bontolempangan dapat dilihat segi jenis

kelamin, pendidikan dan mata pencaharian.

4.3.1 Keadaan Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di Desa Bontolempangan yang terdiri dari pria 1.961

jiwa dan perempuan 2.116 jiwa. Untuk mengetahui persentase penduduk

berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini :

Tabel 1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa BontolempanganKecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa

No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1

2

Laki-laki

Perempuan

1.961

2.116

48,10

51,90

Jumlah 4.077 100,00

Sumber : Data Sekunder Setelah diolah, 2013

Page 34: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

23

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa selisih antara jenis kelamin laki-

laki dan perempuan tidak begitu jauh tapi sangat tipis, dimana jenis kelamin laki-

laki memiliki persentase 48,10% dan perempuan memiliki persentase 51,90%.

4.3.2 Keadaan Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu alat ukur untuk melihat

kemampuan masyarakat dalam hal penerimaan inovasi baru selain itu pendidikan

dan pengetahuan yang memadai atau tidak cukup memadai akan mempengaruhi

pola pikir seseorang dan pada akhirnya akan berpengaruh pula pada kinerja

seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dan sebaliknya semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mampu menata tatanan kehidupan

masyarakat desa pada umumnya jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

masyarakat desa Bontolempangan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di DesaBontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1.

2.

3.

4.

5.

Tidak Sekolah

Sekolah Dasar

Sekolah Menengah Pertama

Sekolah Menengah Atas

Sarjana

660

1356

990

975

96

16,19

33,26

24,28

23,91

2,36

Jumlah 4077 100,00

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2013.

Page 35: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

24

Berdasarkan tabel di atas masyarakat Desa Bontolempangan memiliki

tingkat pendidikan tertinggi yaitu sekolah menengah atas sebesar 23,91%,

sekolah dasar sebesar 33,26%, sekolah menengah pertama sebesar 24,28%, tidak

sekolah sebesar 16,19 % dan tingkat sarjana sebesar 2,36 %.

4.3.3 Keadaan Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk merupakan sumber pendapatan utama bagi

masyarakat, dimana umumnya bagi penduduk di Desa Bontolempagan dalam

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka senang tiasa melaksanakan

berbagai aktivitas, baik sektor pertanian industri kecil maupun jasa. Untuk

mengetahui lebih lanjut mengenai keadaan penduduk berdasarkan mata

pencaharian masyarakat Desa Bontolempangan dapat dilihat pada Tabel 3 di

bawah ini:

Tabel 3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di DesaBontolempangan Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa

No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1

2

3

4

5

6

Petani

Nelayan

Pegawai

Pedagang

IRT

Lain-lain

1116

8

470

198

1042

390

34,62

0,25

14,58

6,14

32,32

12,10

Jumlah 3224 100,00

Sumber : Data Sekunder Setelah diolah, 2013.

Page 36: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

25

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa mata pencaharian tertinggi

yaitu petani dengan nilai 34,62%, IRT sebesar 32,32%, pegawai sebesar 14,58%,

lain-lain sebesar 12,10%, pedagang sebesar 6,14 %serta nelayan sebesar 0,25%.

4.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan satu faktor penting dan sangat

dibutuhkan oleh masyarakat, karena amat berhubungan dengan berbagai segi

kehidupan jasmani maupun rohani. Ketersediaan sarana dan prasarana tersebut

tentu memperlancar kegiatan masyarakat, untuk jalan desa 1,5 km. Tabel 4

menunjukkan sarana dan prasarana di Desa Bontolempangan Kecamatan

Bontolempangan Kabupaten Gowa

Tabel 4. Sarana dan Prasarana di di Desa Bontolempangan KecamatanBontolempangan Kabupaten Gowa

No Sarana dan Prasarana Jumlah Persentase (%)

1

2

3

4

5

6

Sanggar Tani

Penggilingan Padi

Traktor

Hand Sprayer

Pacul

Sabit

1

15

25

102

978

1090

0,05

0,68

1,13

4,61

44,23

49,30

Jumlah 2211 100,00

Sumber : Data kantor Desa Setelah diolah, 2013.

Page 37: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

26

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sabit memiliki persentase

tertinggi yaitu 49,30 %, pacul sebesar 44,23 %, Hand Sprayer sebesar 4,61 %,

traktor sebesar 1,13 %, penggilingan padi sebesar 0,68 % dan sanggar tani yaitu

0,05 %.

4.5 Keadaan Peternak Sapi

Desa Bontolempangan merupakan lokasi potensi usaha peternakan sapi

potong. karena daerah kecamatan tersebut merupakan daerah yang memiliki

potensi untuk pengembangan sapi potong, selain dapat dijangkau oleh sarana

transportasi juga tidak mengganggu lingkungan masyarakat karena jauh dari

pemukiman penduduk. keadaan peternak disajikan sebagai berikut :

Tabel 5. Keadaan Peternak Sapi di Desa Bontolempangan KecamatanBontolempangan Kabupaten Gowa

Kondisi Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Bertani

Beternak

Lain-Lain

31

12

4

65,96

25,53

8.51

Total 47 100,00

Sumber : Data Primer Setelah, diolah, 2013.

Pekerjaan utama responden ini sebagian petani yaitu sebesar 65,96 persen,

sedangkan pekerjaan sampingan yaitu beternak sapi sebesar 25,53 persen

sedangkan pekerjaan yang lain seperti berdagang, pegawai negeri sebesar 8,51

persen. Dilihat dari pekerjaan sampingan beternak sapi atau responden ini

Page 38: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

27

menunjukkan bahwa pekerjaan beternak sapi merupakan pekerjaan sampingan

sebagai sumber penghasilan tambahan bagi petani dalam menghidupi rumah

tangga keluarga.

Page 39: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

28

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Identitas peternak di Desa Bontolempangan Kecamatan Bontolempangan

Kabupaten Gowa yang diuraikan dalam pembahasan ini memgambarkan berbagai

aspek keadaan peternak yang berhubungan dengan potensi pengembangan usaha

sapi potong yaitu umur, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, dan

pengalaman beternak

5.1.1 Tingkat Umur

Faktor umur sangat berperan dalam merubah metode-metode dalam

mengerjakan usaha peternakan sehingga usaha yang dikerjakannya akan lebih

produktif. Walaupun disisi lain, petani yang berusia tua biasanya lebih banyak

pengalaman dibandingkan petani yang relatif muda. Peternak yang berusia muda,

biasanya bersifat dinamis, yakni lebih berani menanggung resiko untuk

memperoleh pengalaman berusahatani. Peternak yang relatif tua, mempunyai

kapasitas perencanaan pengelolaan usahatani yang lebih matang dan memiliki

banyak pengalaman. Keadaan umur responden dapat disajikan pada Tabel 6.

Page 40: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

29

Tabel 6. Tingkat Umur Responden di Desa Bontolempangan KecamatanBontolempangan Kabupaten Gowa

Umur (Thn) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

32 – 37 2 16.67

38 – 44 4 33.33

45 – 51 4 33.33

≥ 52 2 16.67

Jumlah 12 100,00

Sumber ; Data Primer setelah diolah, 2014

Tabel 6 terlihat bahwa usia responden terbanyak berdasarkan tingkat umur

adalah berumur 38 - 44 tahun yaitu 4 orang (33,33) %. Sedangkan yang paling

sedikit adalah tingkat umur 32 - 37 tahun yaitu 2 orang (16,67%). Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden termasuk golongan usia

yang produktif dalam menjalankan usaha ternak sapi potong. Berdasarkan hasil

tersebut, maka dalam hubungannya dengan potensi usaha pengembangan sapi

potong sangat berperan besar dalam kondisi alam, sumberdaya peternak dan

kelembagaan.

Hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan kepada responden

menunjukkan bahwa semakin muda usia petani, maka semakin aktif pula petani

dalam kegiatan usaha pengembangan sapi potong. Hal ini sesuai pendapat,

(Ahmadi,2001), bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya

dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa

Page 41: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

30

bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan

yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia

lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

5.1.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan pada umumnya sangat berpengaruh terhadap pola pikir

peternak. Peternak yang memiliki pengetahuan yang lebih tinggi akan lebih cepat

menyerap inovasi dan perubahan teknologi. Hal ini dapat dilihat dari perilaku

pengelolaan ternak sapi potong. Yang mana peternak yang berpendidikan lebih

tinggi, sangat tanggap dalam menerapkan teknologi yang lebih maju, sehingga

perubahan cara beternak akan setting dengan kemajuan teknologi peternakan.

Tingkat pendidikan responden terdiri dari SD, SMP, dan SMA. Untuk lebih

jelasnya dapat disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Tingkat Pendidikan Responden di Desa Bontolempangan KecamatanBontolempangan Kabupaten Gowa

Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

SD 5 41,67

SMP 4 33,33

SMA 3 25,00

Jumlah 12 100,00

Sumber : Data primer setelah diolah, 2014

Page 42: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

31

Tabel 7 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden yang paling

rendah adalah SD sebanyak 5 orang ( 41,67 %). Hal ini menunjukkan bahwa

tingkat pendidikan rendah yang dimiliki peternak tidak menghalangi untuk

mampu menyerap informasi dari luar sehingga mampu melakukan inovasi-inovasi

baru dalam bidang peternakan khususnya peternakan sapi potong. Pendidikan

merupakan modal dasar bagi pengembangan sumber daya manusia dengan

menjadikan landasan mengubah tata nilai dalam meningkatkan daya pikir menuju

arah kemajuan yang lebih baik.

Modal pendidikan yang cukup dimiliki oleh peternak sudah bisa berpikir

maju atau berjalan secara dinamis dan tidaak monoton, mampu menyerap inovasi-

inovasi baru dan mampu mengembangkan usaha peternakan khususnya

peternakan sapi potong. Hal ini sesuai dengan pendapat (Hary A, 1996), bahwa

tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap

dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin

tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuanya.

5.1.3 Pengalaman Peternak

Pengalaman dapat dilihat dari lamanya seorang peternak sapi potong

menekuni suatu usaha petemakan. Semakin lama peternak melakukan usaha

ternak sapi potong, maka semakin besar pengalaman yang dimiliki. Dengan

pengalaman yang cukup besar akan berkembang suatu keterampilan dan keahlian

dalam menentukan cara yang lebih tepat untuk mengembangkan usaha petemakan

Page 43: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

32

ayam pedaging secara efektif dan efisien. Sehingga pengalaman peternak sangat

erat kaitannya dengan tingkat produktifitas sapi potong dan ini sangat berbeda

dengan peternak yang pengalamannya masih sangat minim, biasanya masih

cenderung melakukan uji coba tanpa didukung pada patokan dasar dalam

penentuan cara beternak secara lebih baik, serta dalam pengelolaannya lebih

banyak mengalami kegagalan karena kurang efisien dan kurang efektif.

Tabel 8 Pengalaman Responden di Desa Bontolempangan KecamatanBontolempangan Kabupaten Gowa

Pengalaman (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

4 – 7 6 50,00

8 – 11 4 33,33

12 – 15 2 16,67

Jumlah 12 100,00

Sumber : Data primer setelah diolah, 2014

Faktor pengalaman beternak yaitu beternak 4 - 7 tahun yaitu 6 orang

(50,00%), dengan pengalaman beternak tersebut petenak paling tidak mengenal

beberapa ilmu yang belum didapatkan, misalnya pemberian pakan yang baik dan

efisien, pencegahan penyakit, pemberian minum. Semakin lama beternak sapi

potong ini maka akan semakin tinggi hasil yang akan diperoleh dari produksi,

karena peternak mampu mengoreksi atau mengevaluasi petenakan dari hasil yang

dicapai sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat (Notoadmojo, 1997) bahwa

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan

Page 44: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

33

bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman

pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan.

5.1.4 Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga adalah semua anggota keluarga yang biaya

hidupnya ditanggung oleh responden. Jumlah tanggungan keluarga petani

cenderung turut berpengaruh pada kegiatan operasional usahatani, karena keluarga

yang relatif besar merupakan sumber tenaga keluarga. Jumlah tanggungan

keluarga adalah semua orang serumah atau tidak serumah dengan responden

yang biaya hidupnya ditanggung oleh responden. Jumlah tanggungan keluarga

responden merupakan kondisi sosial yang perlu untuk diidentifikasikan karena

turut berpengaruh pada kegiatan operasional usahatani.

Tabel 9 Tanggungan Keluarga Petemak Responden di Desa BontolempanganKecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa

Tanggungan Keluarga Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 – 2 4 33,33

3 – 4 6 50,00

5 – 6 2 16,67

Jumlah 12 100,00

Sumber : Data primer setelah diolah, 2014

Page 45: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

34

Tabel 9 menunjukkan bahwa tanggungan keluarga pada umumnya banyak,

dimana jumlah peternak responden dengan tanggungan keluarga antara 3 – 4

orang sebanyak 6 orang (50,00)%, dan tanggungan keluarga 5 – 6 orang sebanyak

2 orang (16,67%). Hal ini menunjukkan seorang peternak guna memenuhi

kebutuhan keluarga berusaha untuk meningkatkan kesejahteraannya melalu usaha

sapi potong. Keadaan demikian sangat mempengaruhi terhadap tingkat

kesejahteraan keluarga dan untuk peningkatan produksi dalam memenuhi

kebutuhannya. Hal ini sesuai dengan pendapat (Nicholson, 2001) menyatakan

bahwa rumah tangga yang mempunyai upah atau pendapatan rendah akan

mengeluarkan sebagian besar pendapatannya untuk membeli kebutuhan pokok.

Sebaliknya, rumah tangga yang berpendapatan tinggi akan membelanjakan

sebagian kecil saja dari total pengeluaran untuk kebutuhan pokok.

5.2 Potensi Pengembangan Usaha Sapi Potong

Salah satu sektor pertanian yang memiliki potensi besar untuk dapat

dikembangkan adalah peternakan sapi potong yang merupakan bagian dari sub

sektor peternakan. Menurut Sugeng (2007), kebutuhan akan daging sapi di

Indonesia menunjukkan trend yang meningkat setiap tahunnya, demikian pula

importasi terus bertambah dengan laju yang semakin tinggi, baik impor daging

maupun impor sapi bakalan. Kondisi yang demikian menuntut para pemangku

kepentingan (stakeholder) untuk segera menerapkan suatu strategi pengembangan

peternakan sapi potong nasional untuk mengurangi ketergantungan pada impor,

dan secara bertahap serta berkelanjutan mampu berswasembada dalam

menyediakan kebutuhan daging sapi secara nasional.

Page 46: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

35

Potensi usaha pengembangan merupakan suatu proses, mengenai individu

itu kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikannya sehingga individu

menyadari tentang apa yang diketahuinya. Ketika individu petani mendengar atau

melihat suatu inovasi teknologi, maka muncul stimulus yang diterima alat

inderanya, kemuadian melalui proses persepsi suatu inovasi teknologi baru yang

ditangkap oleh indera sebagai sesuatu yang berarti dan bermanfaat baginya.

Melalui suatu interpretasi dan pemaknaan dari suatu teknologi maka muncul

keyakinan dan kepercayaan terhadap inovasi teknologi tersebut. Akan tetapi

individu petani masih memerlukan pembuktian terhadap kebenaran inovasi

tersebut melalui uji coba atau melihat kepada sesama petaninya yang telah

mencoba.

Pengembangan usaha sapi potong diarahkan untuk memfasilitasi kegiatan

yang beriorentasi agribisnis dan memperluas kegiatan ekonomi produktif petani,

serta meningkatkan efesiensi dan daya saing. Upaya peningkatan daya saing usaha

ternak sapi potong rakyat secara teknis dapat dilakukan dengan meningkatkan

produktivitas sehingga produknya dapat dijual pada tingkat harga yang cukup

murah tanpa mengurangi keuntungan peternak. Dalam pengembangan sapi

potong, pemerintah menempuh dua kebijakan, yaitu ekstensifikasi

menitikberatkan pada peningkatan populasi ternak yang didukung oleh pengadaan

dan peningkatan mutu bibit, penanggulangan penyakit, perbaikan reproduksi

dilakukan dengan IB dengan penyapihan dini bebet, penyuluhan dapat

pembinahan usaha, bantuan perkreditan, pengadaan dan peningkatan mutu pakan

genetik (intensifikasi), dan pemasaran.

Page 47: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

36

Usaha sapi potong merupakan kegiatan yang mengintegrasikan

pembangunan sektor pertanian secara simultan dengan pembangunan sektor

industri dan jasa yang terkait dalam suatu kluster industri sapi potong. Kegiatan

tersebut mencakup empat subsistem, yaitu subsistem agribisnis hulu, subsistem

agribisnis budi daya, subsistem agribisnis hilir, subsistansi agrbisnis jasa

penunjang.

Model pengembanagn yang dapat menjadi alternatif dalam usaha sapi

potong, dengan membentuk wadah/organisasi/koperasi sebagai inti dan anggota

kelompok ternak sebagai plasma. Inti memiliki peran utama dan pendampingan

kelompok ternak berupa bimbinan teknis dan bimbinan manajemen, selain itu

memfasilitasi akses permodalan, pasar baru, sapronak, dan teknologi. Anggota

kelompok berperan sebagai plasma yang memiliki kewajiban budidaya (on

Farm), dan menjual hasil produksi kepada inti.

Masyarakat di Desa Bontolempangan menganggap pengembangan usaha

sapi potong sangat memiliki potensi dikembangkan lebih lanjut, karena melihat

dari kondisi alam, sumberdaya peternak dan kelembagaan peternak. Dengan

demikian, masyarakat seharusnya dapat ikut memanfaatkan secara langsung.

Usaha meningkatkan potensi pengembangan usaha sapi potong, dimungkinkan

dapat dilakukan dengan cara pemberian motivasi yang tepat dari instansi

setempat, guna memanfaatkan kondisi lingkungan yang sebenarnya di Desa

Bontolempangan, sehingga peternak dapat memanfaatkan wilayahnya untuk usaha

sapi potong Berdasarkan jawaban responden tentang potensi pengembangan usaha

sapi potong disajikan dalam tabel 10:

Page 48: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

37

Tabel 10 Potensi Pengembangan Usaha Sapi Potong di Desa BontolempanganKecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa.

No Indikator Potensi Kriteria Frekuensi

(org)

Persentase

(%)

1 Potensi Biologis

a. Bibit Sapi Potong Peternakan sendiri Peternakan orang lain Dinas Peteernakan

4

7

1

33,33

58,33

8,34

b. Asal pakan ternak Lahan sendiriLahan milik orang

lain

7

5

58,33

41,67

c. Pengadaan bibit Terbatasanya pasokanbibitKurangnya modal

dalam pengadaanbibit

4

8

33,33

66,67

d. Pengadaan pakan Terbatasnya jumlahstok pakanKurangnya modal 6

6

50,00

50,00

2 Potensi Geografis

a. Iklim KeringBasah

6

6

50,00

50,00

b. Cuaca Selalu turun hujanKadang-kadang hujanTidak pernah

1

11

0

8,33

91,67

0,00

Page 49: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

38

3 Potensi Sumberdayamanusia

Peternak

a. PengetahuanYa, menguasaiTidak, menguasai

10

2

83,33

16,67

b. Pelatihan Ya, mengikutiTidak, mengikuti

5

7

41,67

58,33

4 PotensiKelembagaan

a. Memiliki lembaga Ya, pernah Tidak, pernah

9

3

75,00

25,00

b. Pengaruh lembaga Ya, mempengaruhiTidak, mempengaruhi

6

6

50,00

50,00

Sumber : Data primer setelah diolah, 2014.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk pengembangan peternakan

sapi potong agar berkesinambungan dan dapat meningkatkan perekonomian

masyarakat petani peternak sapi potong adalah perlunya suatu pengembangan

peternakan sapi potong ini lebih lanjut. Banyak faktor yang turut menentukan

berpotensi atau tidaknya suatu wilayah untuk pengembangan peternakan di Desa

Bontolempangan Faktor-faktor dimaksud antara lain : (1) potensi biologis, (2)

potensi geografis, (3) sumberdaya manusia (peternak) dan (4) kelembagaan

peternak. Berdasarkan hasil jawaban dari responden peternak dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Potensi Biologis

Page 50: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

39

Keadaan biologis merupakan faktor yang sangat menentukan dalam

memperoleh bibit sapi potong, pakan, serta pengadaannya. Oleh karena itu

dalam usaha menentukan potensi pengembangan usaha sapi potong perlu

diperhatikan faktor biologis. Berdasarkan hasil jawaban responden, dimana

asal bibit sapi potong menurut petani sebanyak 7 orang (58,33%), diperoleh

dari peternakan orang lain karena bibit sapi yang diperoleh dari peternakan lain

adalah bibit unggul, sedangkan 4 orang (33,33%) memperoleh bibit sapi

potong dari peternakan sendiri, karena peternak memiliki dana terbatas untuk

mengambil bibit sapi potong dari tempat lain, sehingga peternak mengambil

dari miliknya sendiri untuk dikembangbiakkan lagi.

Pakan ternak menurut peternak lebih banyak diperoleh lahan sendiri

sebanyak 7 orang (58,33%), karena peternak memiliki cukup pakan dilahan

sendiri berupa rumput yang tumbuh dilahannya, sedangkan sebanyak 5

orang(41,67%) mengambil pakan dari lahan milik orang lain, karena peternak

tidak memiliki pakan berupa rumput, disebabkan lahannya sudah ditanami

jenis tanaman pangan.

Pengadaan bibit sapi potong menurut peternak lebih banyak mengemukakan

bahwa kurangnya modal dalam pengadaan bibit sebanyak 8 orang (66,67%), hal

ini dikarenakan peternak memiliki modal terbatas dalam pengadaan bibit sapi

potong, disamping itu kurangnya bantuan instansi setempat dalam pengadaan bibit

sapi potong, sedangkan sebanyak 4 orang (33,33%) peternak menyatakan

terbatasnya pasokan bibit sapi potong karena kurangnya perhatian dari instansi

setempat melihat langsung kondisi dan situasi bibit sapi potong milik peternak,

Page 51: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

40

sehingga petani belum maksimal mengembangkan dengan baik usaha bibit sapi

potong.

Pengadaan pakan ternak sapi potong menurut peternak, diakibatkan

kurangnya modal peternak dalam pengadaan pakan sebanyak 6 orang

(50,00%). Hal ini menunjukkan bahwa untuk menggemukkan sapi potong

diperlukan pakan tambahan selain pakan rumput, sehingga peternak masih

memerlukan biaya tambahan untuk membeli pakan, sedangkan terbatasanya

jumlah stok pakan sebanyak 6 orang(50%), menurut peternak ketersediaan

pakan memang terbatas karena mengandalkan rumput dan sisa hasil panen

padi, sehingga peternak sering mengalami keterbatasan dalam stok pakan

peternak sapi potong. Peternakan sapi potong di Desa Botolempangan

sebagian besar hanya memberikan rumput lapangan, tanpa memberikan rumput

unggul dengan pemberian <10% dari berat badan. Disamping itu juga sebagian

besar tanpa memberikan konsentrat untuk ternak sapinya. Hal ini sesuai

dengan pendapat (Adinata, 2012), bahwa Pengembangan usaha ternak sapi

potong perlu mengoptimalkan pengalaman beternak dan motivasi agar dapat

menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi, menjalin kerjasama antara

kelompok tani ternak sebagai wakil dari peternak dengan lembaga

permodalan/pemerintah, memanfaatkan pakan limbah pertanian yang

melimpah dan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk

meningkatkan skala usaha ternak sapi potong menjadi lebih maju; pengenalan

mengenai teknologi pengolahan pakan dan bibit ternak sapi unggul yang

disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat.

Page 52: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

41

2. Potensi Geografis

Keadaan geografis merupakan faktor yang sangat menentukan dalam

kehidupan makhluk hidup termasuk juga ternak sapi. Oleh karena itu dalam

usaha menentukan pengembangan sapi potong perlu diperhatikan faktor

lingkungan (keadaan alam). Faktor lingkungan yang sangat menentukan

dalam pengusahaan atau pengembangan sapi potong adalah kondisi lahan dan

iklim. Keadaan lahan yang dimaksud yaitu luas lahan, jenis dan kesuburan

tanah. Sedangkan yang dimaksud iklim adalah curah hujan hubungannya

dengan ketersediaan air dan suhu.

Berdasarkan jawaban responden tentang keadaan geografis Desa

Botolempangan, mengenai kondisi iklim basah sebanyak 6 orang (50%). Hal

ini menunjukkan bahwa wilayah usaha sapi potong milik peternak berada pada

ketinggian 100 meter – 1200 meter diatas permukaan laut. Sedangakan yang

menjawab kondisi iklim kering sebanyak 6 orang (50,00%). Hal ini disebabkan

menurut peternak, sapi potong yang diusahakan tidak tahan dengan iklim yang

basah sehingga lebik cocok pada iklim yang kering.

Keadaan cuaca di Desa Bontolempangan menurut peternak kadang-kadang

turun hujan sebayak 11 orang (91,67%). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi di

wilayah tersebut sangat cocok dikembangkan usaha sapi potong, dimana usaha

sapi potong memerlukan iklim yang kering. Hal ini sejalan dengan pendapat

(Khaerunissa, 2012) bahwa sapi potong dapat beradaptasi pada suhu 15–330C.

Page 53: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

42

Sumber bibit / bakalan yang akan digemukkan oleh petani peternak adalah dari

pembelian dari pedagang setempat, pembibitan sendiri dan di beli dari pasar

ternak.

3. Potensi Sumberdaya manusia (peternak)

Keadaan sumberdaya peternak merupakan kegiatan yang diikuti peternak

baik berupa pelatihan atan sekolah lapang mengenai sapi potong.

Pengembangan kualitas sumberdaya manusia peternak dapat dilakukan melalui

pelatihan dalam rangka peningkatan pengetahuan peternak dengan kelompok

dalam hal beternak sapi potong.

Berdasarkan kondisi dilapangan menunjukkan bahwa penguasaan

pengetahuan dalam usaha sapi potong, dimana peternak memberikan

tanggapan menguasai pengetahuai dalam usaha sapi potong sebanyak 10 orang

(83,33%). Hal ini disebabkan karena adanya lembaga kelompok tani yang

membawahi peternak guna berdiskusi, temu lapang dan membimbing peternak

dalam menguasahakan sapi potong, disamping itu adanya penyuluh peternakan

memberikan pengetahuan tentang usaha sapi potong. Sedangkan yang tidak

menguasai pengetahuan sebanyak 2 orang (16,67%). Hal ini disebabkan

peternak jarang mengikuti kegiatan penyuluhan dan temu lapang yang

diadakan oleh instansi setempat tentang cara mengusahakan sapi potong yang

benar.

Pelatihan peternakan sapi potong yang diikuti oleh peternak, dimana yang

mengikuti pelatihan sebanyak 5 orang (41,67%). Hal ini menunjukkan bahwa

Page 54: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

43

dengan mengikuti pelatihan, peternak memperoleh tambahan pengetahuan dan

keterampilan dalam mengelola usaha sapi potong, sehingga nantinya usaha sapi

potong dapat berjalan dengan lancar, sedangkan yang tidak mengikuti pelatihan

sebanyak 7 orang (58,33%), hal ini disebabkan penyuluh peternakan jarang

melaksanakan penyuluhan dilapangan melalui pelatihan usaha sapi potong,

disamping itu peternak juga sibuk dengan pekerjaan lain, sehingga peternak

tidak mengikuti penyuluhan. Hal ini sesuai dengan pendapat (Yusuf dan Nulik,

2008), bahwa dalam melakukan pembinaan terhadap kelembagaan yang ada

dapat dilakukan dengan prinsip pendekatan kelompok yaitu dengan melakukan

bimbingan dan pembinaan yang dilakukan melalui pendekatan kelompok,

sehingga menumbuhkan kekuatan gerak dari petani. Pada peternak yang

tergabung dalam kelompok usaha, akan meningkatkan kekuatan posisi tawar

peternak dan sekaligus dapat meningkatkan skala usahanya menjadi usaha

ternak sapi potong yang berorientasi agribisnis.

4. Potensi Kelembagaan Peternak

Kelembagaan peternak merupakan sebagai institusi atau organisasi baik

teknis atau keuangan yang bersama-ama membangun suasana kondusif dan

memfasilitasi pengembangan usaha peternakan sapi potong yang terdiri dari

kelembagaan teknis peternakan

Berdasarkan jawaban peternak tentang kepemilikan lembagan dalam

mengembangkan usaha sapi potong, dimana peternak yang pernah memiliki

lembaga sebanyak 9 orang (75,00%). Hal ini menunjukkan bahwa peternak

Page 55: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

44

memerlukan lembaga guna membantu peternak dalam pengadaan bibit sapi

potong dan sarana lainnya dalam penyediaan usaha sapi potong serta informasi

tentang pengelolaan sapi potong. Sedangkan yang tidak pernah memiliki

lembaga sebanyak 3 orang (25.00%). Hal ini disebabkan peternak lebih

memilih jalan sendiri dalam pengelolaan bibit sapi potong serta sarana lainnya,

disamping itu peternak belum bias menyesuaikan waktunya dalam mengikuti

kegiatan lembaga (kelompok tani) dalam pengelolaan sapi potong.

Kelembagaan peternakan yang ada di Desa Bontolempangan dapat diketahui

bahwa keberadaan kelembagaan tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh

peternak di Desa Bontolempangan untuk pengembangan usahanya.

Pengaruh kelembagaan dalam potensi usaha sapi potong, menurut

jawaban peternak sebanyak 6 orang (50,00%) dalam pengelolaan usaha sapi

potong, dimana menurut peternak dengan adanya lembaga (kelompok tani)

sebagai wadah bertukar informasi dalam usaha sapi potong, sehingga antar

anggota kelompok saling memberikan informasi tentang pengembangan usaha

sapi potong, disamping itu dengan adanya lembaga dapat memperlancar

bantuan kepada peternak. Sedangkan peternak lainnnya memberikan tanggapan

bahwa keberadaan lembaga tidak mempengaruhi usaha sapi potong sebanyak 6

orang (50,00%). Di mana menurut peternak keberadaan lembaga tidak

memberikan nilai tambah bagi peternak, misalnya pelatihan mengenai usaha

sapi potong jarang dilakukan, tidak adanya bantuan bibit sapi potong dan

kurang motivasi yang diberikan dari instansi setempat. Produktifitas dan

efisiensi usaha dapat ditingkatkan melalui usaha peternakan sapi potong,

Page 56: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

45

diperlukan pembinaan kelembagaan peternak baik formal maupun non formal.

Pembinaan kelompok formal diarahkan untuk pemberdayaan anggota

kelompok, agar memiliki kekuatan mandiri, mampu menerapkan inovasi, baik

teknis, sosial, maupun ekonomi; mampu memanfaatkan azas skala ekonomi;

dan mampu menghadapi resiko usaha, sehingga bisa memperoleh tingkat

pendapatan dan kesejahteraan yang layak (Khaerunissa, 2012).

Page 57: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

46

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa potensi pengembangan usaha sapi potong di Desa

Bontolempangan dari segi keadaan biologis sangat cocok usahakan karena bibit

sapi potong diperoleh peternakan orang lain, pakan ternak diperoleh berupa

rumput diperoleh dari peternakan orang lain serta pakan tambahan dan pengadaan

pakan sapi potong lebih banyak diperoleh dengan sisa hasil panen. Keadaan

geografis peternakan usaha sapi potong sangat potensial dikembangkan karena

berada pada kondisi iklim kering. Sumberdaya manusia (peternak) dengan

mengikuti pelatihan dan diskusi tentang usaha sapi potong dapat memberikan

tambahan pengetahuan dan keterampilan bagi peternak dalam mengelola

usahanya. Keberadaan lembaga peternak sangat mempengaruhi usaha sapi potong

karena peternak memerlukan lembaga guna membantu peternak dalam pengadaan

bibit sapi potong dan sarana lainnya dalam penyediaan usaha sapi potong serta

informasi tentang pengelolaan sapi potong di Desa Bontolempangan.

6.2 Saran

1. Disamping tujuan meningkatkan produksi daging sapi potong, peternak sapi

potong selaku pelaku proses produksi harus ditunjang dengan peningkatan

kualitas sumberdaya peternak dan peningkatan pengetahuan manajemen

agribisnis melalui berbagai pelatihan dan penyuluhan

Page 58: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

47

2. Peternak sebagai pelaksana proses budidaya harus merubah sistem usaha

taninya dari yang sistem yang ada sekarang ke sistem yang lebih intensif dan

berorientasi agribisnis dengan memanfaatkan secara optimal potensi yang ada.

Pemerintah Daerah harus konsisten dalam melaksanakan perencanaan

pembangunan yang telah disusun dan fungsi instansi pemerintah dituntut

harus lebih profesional seperti keberadaan penyuluh pertanian lapangan

(PPL) yang sebenarnya harus terus memberikan pendidikan dan pelatihan

dilapangan tentang tata laksana, pengelolaan usaha, paket-paket teknologi

baru dalam pengembangan usaha sehingga mampu meningkatkan

produktifitas usaha.

Page 59: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

48

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2002, Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Adinata, K, I, 2012. Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong di KecamatanMojolaban Kabupaten Sukoharjo. Jurnal. Tropical Animal HusbandryVol. 1 (1), Oktober 2012. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Ahmadi, Abu, 2001. Psikologi Manusia. Rineka Cipta. Jakarta.

Arikunto, 2002. Metode Penelitian Sosial. Alfa Beta, Jakarta.

Haris Budiyono,2010.Analisis Neraca Perdagangan Peternakan danSwasembada daging sapi 2014. Jurnal Agribisnis dan Pengembanganwilayah Vol.1 No.2,Juli 2010

Hary, A, 1996. Karaktersitik Manusia dalam Berbagai Aspek. Indeks. Jakarta.

Khaerunissa, 2012. Strategi Pengembangan Peternakan Sapi Potong DiKabupaten Tanah Datar Jurnal Forum Penelitian Agri Ekonomi Volume23 No.1, Juli 2012. Surabaya

Nicholson, 2001. Pengantar Manajeman Sumberdaya Manusia. Jakarta.

Notoadmojo, 1997. Manajemen Sumberdaya Manusia. Rajawali Press. Jakarta

Parimartha.K.W,Cyrilla.L,Perjaman.HP.2002.Analisis Strategi Bisnis Sapi PotongPada PT.Lembu Jantan Perkasa, Laporan Akhir Mahasiswa. UniversitasBrawijaya.

Rahadi, F dan Hartono, R. 2003. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya.Jakarta.

Riduwan, 2005. Metode Penelitian Sosial. Alfabeta. Bandung.

Rianto dan Purbowati. 2009. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya.Jakarta.

Rasyaf. M 1996. Memasarkan Hasil Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rosida, 2009. Strategi Pengembangan Ternak Sapi dan Kerbau dalamMendukung PSDS Tahun 2014. Jurnal Penelitian dan PengembanganPertanian. Balai Penelitian Ternak, Bogor. 30(3): 108-116.

Page 60: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

49

Siregar, 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta.Suarda, 2009. Saluran Pemasaran Sapi Potong di Sulawesi Selatan. Jurnal Sains

& Teknologi. Vol IX (2), Agustus 2009.

Sudarmono. 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sugeng, B. 2007. Agribisni Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Yusuf dan J. Nulik, 2008. Kelembagaan Pemasaran Ternak Sapi Potong di TimurBarat,NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur.

Page 61: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

50

Page 62: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

51

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONGDI DESA BONTOLEMPANGAN

KECAMATAN BONTOLEMPANGAN KABUPATEN GOWA

No Responden :

Tgl Wawancara :

I. Identitas RespondenNama Peternak :

Umur :

Pendidikan :

Luas Lahan :

Pengalaman Usaha Tani :

II. Potensi Pengembangan Usaha Sapi Potong

a. Keadaan Biologis

1. Dari mana asal bibit sapi potong yang dikembangkan oleh peternak?

( ) Peternakan sendiri

( ) Peternakan orang lain

( ) Dinas Peternakan

2. Dari mana asal pakan ternak untuk sapi potong ?( ) Lahan Sendiri

( ) Lahan milik orang lain

3. Masalah dalam pengelolaan bibit sapi potong

( ) Terbatasnya pasokan bibit

( ) Kurangnya modal dalam pengadaan bibit

Page 63: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

52

4. Masalah dalam pengadaan pakan ternak sapi potonh

( ) Terbatasnya jumlah stok pakan

( ) Kurangnya modal dalam pengadaan pakan

b. Keadaan Geografis

1. Keadaan iklim yang sesuai dalam pengembangan sapi potong?

( ) Kering

( ) Basah

2. Keadaan cuaca yang sesuai dalam pengembangan sapi potong?

( ) Selalu turun hujan

( ) Kadang-kadang turun hujan

( ) Tidak pernah turun hujan

c. Keadaan Sumberdaya manusia (peternak)

1. Apakah bapak menguasai pengetahuan peternak yang baik dalam

usaha sapi potong ?

( ) ya, menguasai

( ) tidak menguasai

2. Apakah bapak sering mengikuti pelatihan peternakan sapi potong yang

dilakukan oleh instansi setempat

( ) ya, sering mengikuti

( ) tidak, pernah mengikuti

d. Keadaan Kelembagaan (peternak)

1. Apakah peternak selama ini memiliki lembaga dalam mengembangkan

usaha sapi potong ?

( ) ya, pernah

( ) tidak, pernah

Page 64: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

53

2. Apakah selama ini usaha sapi potong mempengaruhi keberadaaan lembaga

yang ditawarkan ke petani untuk penguatan peternak?

( ) ya, sangat mempengaruhi

( ) tidak, mempengaruhi

Lampiran 2 Identifikasi Responden Peternak Sapi Potong.

No Nama umur (thn)Tingkatpendidikan

Pengalamanbeternak (thn)

TanggunganKeluarga (org)

1 Sudirman 35 SMP 5 22 Dg Hamid 50 SD 15 53 Dg. Baso 46 SMP 12 44 M. Tahir 55 SMP 10 65 Sahuman 44 SMA 8 46 Alamsyah 32 SMA 4 17 Dg. Sumang 42 SD 6 38 Syafaruddin 40 SD 7 39 Dg. Ma'di 45 SD 8 410 Dg. Lau 39 SMA 4 211 Rusman 48 SMP 7 212 Dg. Baddu 52 SMA 11 4

Page 65: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

54

Lampiran 3 Rekapitulasi Hasil Penelitian Kondisi Biologis dan Geografis SapiPotong Desa Bontolempangan

No Nama Kondisi Biologis Geografis1 2 3 4 1 2

1 Sudirman b A b a b b2 Dg Hamid b B b b a a3 Dg. Baso b B b a b b4 M. Tahir b A b b b b5 Sahuman a B a a a b6 Alamsyah c A a b a b7 Dg. Sumang b A b a a b8 Syafaruddin a A b a a b9 Dg. Ma'di b B a a b b

10 Dg. Lau a A b b b b11 Rusman b B a b a b12 Dg. Baddu a A b b b b

Lampiran 4 Rekapitulasi Hasil Penelitian Sumberdaya Peternak dan KelembagaanSapi Potong Desa Bontolempangan

No NamaSumberdaya Peternak Kelembagaan

1 2 1 21 Sudirman a b b b2 Dg Hamid b b a b3 Dg. Baso a b a b4 M. Tahir a a a a5 Sahuman a a a b6 Alamsyah a a a a7 Dg. Sumang a a a a8 Syafaruddin a b a a9 Dg. Ma'di b b b b

10 Dg. Lau a a a a11 Rusman a b b b12 Dg. Baddu a b a a

Keterangan : a = Ya

b = Tidak

Page 66: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

55

Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian

Kantor Desa Bontolempangan

Wawancara dengan Peternak

Page 67: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

56

Peternakan Sapi

Page 68: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

57

Wawancara dengan responden

Peternakan Sapi Potong

Page 69: POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI DESA ...

58

RIWAYAT HIDUP

Muslimin, lahir di Lemoa pada tanggal 20 Maret 1990 anak

ke 2 dari tiga bersaudara dari pasangan H. Abd Jhalil dg

Lawa dan H.Phia. Penulis mulai masuk pendidikan formal

yakni Sekolah Dasar Negeri Inpres Lemoa Kabupaten

Gowa dari tahun 1998-2004 dan Pada tahun yang sama

melanjutkan pendidikan di Mts Al-Hidayah Lemoa dari tahun 2004 – 2007.

Selanjutnya pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke MA Al-

Hidayah Lemoa dari tahun 2007-2010. Selanjutnya pada tahun 2010 penulis

terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar dan berhasil memperoleh sarjana pertanian tahun 2014.