POSTPARTUM DI RUANG NIFAS PUSKESMAS SIBELA...
Transcript of POSTPARTUM DI RUANG NIFAS PUSKESMAS SIBELA...
i
PEMBERIAN TINDAKAN TERAPI MASSAGE PAYUDARA
TERHADAP PENURUNAN INVOLUSI UTERUS PADA
ASUHAN KEPERAWATAN Ny. F DENGAN
POSTPARTUM DI RUANG NIFAS
PUSKESMAS SIBELA
SURAKARTA
DISUSUN OLEH:
AJENG SETIANINGRUM
NIM. P.13067
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
i
PEMBERIAN TINDAKAN TERAPI MASSAGE PAYUDARA
TERHADAP PENURUNAN INVOLUSI UTERUS PADA
ASUHAN KEPERAWATAN Ny. F DENGAN
POSTPARTUM DI RUANG NIFAS
PUSKESMAS SIBELA
SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH:
AJENG SETIANINGRUM
NIM. P.13 067
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul ”Pemberian Tindakan Terapi Massage Payudara
Terhadap Penurunan Involusi Uterus Pada Asuhan Keperawatan Postpartum Ny.
F Di Ruang Nifas Puskesmas Sibela Surakarta”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi - tingginya
kepada yang terhormat :
1. Ns. Wahyu Rima Agustin, M. Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
selaku Ketua STIkes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan
kesempatan untuk menimba ilmu di STIkes Kusuma Husada Surakarta.
2. Ns. Meri Oktariani, M.Kep, selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan
yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ns. Alfyana Nadya R, M.Kep, selaku Sekretaris Program studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba
ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
4. Ns. Diyah Ekarini, S.Kep, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-
v
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
penulis demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
5. Ns. Siti Mardiyah, S.Kep, selaku dosen penguji I yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
7. Kepala Puskesmas Sibela Surakarta yang telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. F di ruang
Nifas Puskesmas Sibele Surakarta.
8. Ns. Nataliana indah A N, S.Kep, selaku pembimbing lahan di Puskesmas
Sibela yang telah memberikan banyak masukkan dan membimbing penulis
dalam menyelesaikan asuhan keperawatan selama di Puskesmas Sibela
Surakarta.
9. Kedua orang tuaku (Supartono dan Maryam) beserta kakak (Adi) yang
selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan do’a serta menjadi
inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan DIII
keperawatan.
10. Sahabat-sahabat saya yang selalu memberi motivasi sehingga penulis
mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
vi
11. Mahasiswa satu angkatan khususnya kelas 3B Program Studi DIII
keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang
tidak mampu penulis sebutkan satu – persatu, yang memberikan dukungan
moril dan spiritual.
Semoga laporan karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk
perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin
Surakarta, Mei 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................................ 4
C. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TinjauanTeori
1. Konsep Postpartum ...................................................................... 7
2. Asuhan Keperawatan Postpartum ............................................... 17
3. Massage Payudara ....................................................................... 22
4. Involusi Uterus ............................................................................ 24
B. Kerangka Teori ................................................................................ 27
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek Aplikasi Riset ....................................................................... 28
B. Tempat dan Waktu ........................................................................... 28
C. Media atau Alat yang digunakan ..................................................... 28
D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset .............................. 29
E. Alat Ukur Evaluasi Tindakan Aplikasi Riset .................................. 29
viii
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ........................................................................................ 30
B. Analisa Data ..................................................................................... 35
C. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 36
D. Intervensi Keperawatan ................................................................... 37
E. Implementasi Keperawatan .............................................................. 38
F. Evaluasi ............................................................................................ 42
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ........................................................................................ 45
B. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 47
C. Intervensi Keperawatan ................................................................... 50
D. Implementasi Keperawatan .............................................................. 53
E. Evaluasi ............................................................................................ 58
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 61
B. Saran ................................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Teknik Massage Payudara ............................................................... 24
Gambar 2.2 Kerangka Teori ................................................................................. 27
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tinggi normal TFU ............................................................................... 10
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Usulan Judul Aplikasi Jurnal
Lampiran 2. Lembar konsultasi Karya tulis Ilmiah
Lampiran 3. Jurnal Utama
Lampiran 4. Asuhan Keperawatan
Lampiran 5. Loog book
Lampiran 6. Lembar Pendelegasisan
Lampiran 7. Lembar Observasi Aplikasi Jurnal
Lampiran 8. Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa nifas pada persalinan normal dimulai beberapa jam sesudah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu berikutnya. Masa nifas
(peurperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai hingga
alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8
minggu (Bahiyatun, 2009).
Dari data yang diperoleh dari Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) September 2013, diperoleh fakta yang mengejutkan
mengetahui angka kematian ibu dan anak (SDKI) memberikan hasil angka
kematian ibu (AKI) mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata ini
jauh melonjak dibandingkan hasil (SDKI) tahun 2007 yang mencatat angka
228 per 100 ribu kelahiran hidup. Angka kematian ibu (AKI) di Provinsi
Jawa Tengah 2009 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 117,02
kelahiran hidup. Angka tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan
dengan (AKI) sebelumnya pada tahun 2008 sebesar 114,50 kelahiran hidup.
Prosentase yang terendah adalah di Kota Tegal yaitu sebesar 38,91 kelahiran
hidup. Salah satu penyebab berperan dalam proses involusi uterus. Proses
involusi akan berjalan dengan bagus jika kontraksi uterus kuat sehingga harus
dilakukan tindakan untuk memperbaiki kontraksi uterus (Emi Sutrisminah dan
Nur Alfiyati (2013).
2
Angka kematian ibu melahirkan disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya karena pendarahan. Pendarahan menjadi penyebab utama
kematian ibu di Indonesia yaitu 28%. Penyebab kedua ialah eklamsia 24%
lalu infeksi 11% disusul dengan komplikasi masa peurperium 8%, abortus
5%,, partus lama/macet 5%, emboli obstentri 3% dan faktor-faktor lainnya
yang tidak diketahui sebanyak 11% (Dinkes Jawa Barat, 2011 dalam
Emi Sutrisminah dan Nur Alfiyati (2013).
Upaya untuk mengendalikan perdarahan dari tempat plasenta dengan
memperbaiki kontraksi dan retraksi serat miometrium yang kuat dengan pijat
oksitosin. Oleh karena itu, upaya mempertahankan kontraksi uterus melalui
pemijatan oksitosin untuk merangsang keluarnya hormon oksitosin merupakan
bagian penting dari perawatan postpartum (Cuningham, 2006 dalam Emi
Sutrisminah dan Nur Alfiyati (2013).
Upaya untuk mengendalikan perdarahan dari tempat plasenta dengan
memperbaiki kontraksi dan retraksi serat myometrium yang kuat dengan
massage payudara untuk merangsang keluarnya hormon oksitosin merupakan
bagian penting dari perawatan postpartum (Bobak, 2005 dalam Emi
Sutrisminah dan Nur Alfiyati (2013).
Indikator kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara menurut
WHO bisa dilihat dari angka kematian ibu selama masa perinatal, intranatal,
dan postnatal. Masa postpartum merupakan saat paling kritis untuk mencegah
kematian ibu terutama kematian yang disebabkan karena perdarahan. Angka
kematian ibu melahirkan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya karena
3
perdarahan. Perdarahan menjadi penyebab utama kematian ibu di Indonesia,
sedangkan penyebab kedua ialah eklamsi lalu infeksi. Salah satu penyebab
utama perdarahan postpartum adalah atonia uteri, yaitu kegagalan mekanisme
akibat gangguan fungsi miometrium (WHO,2012).
Menurut lowdermilk, dkk (2013) involusi uterus pada akhir tahap
ketiga persalinan, uterus berada diposisi garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah
umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada
saat ini besar uterus sewaku usia kehamilan 16 minggu (kira-kira sebesar
jeruk asam) dan beratnya kira-kira 1000 g.
Berdasarkan studi kasus yang dilakukan penulis di Puskesmas Sibela
di ruang Nifas pada Ny. F didapatkan hasil postpartum hari pertama, TFU 1
jari dibawah umbilikus atau masih tinggi. Berdasarkan hasil studi wawancara
dengan perawat tentang pelaksanaan massage payudara di Puskesmas Sibela
dilakukan untuk menurunkan tinggi fundus uterus. Berdasarkan uraian diatas
maka penulis tertarik untuk melakukan aplikasi jurnal dalam asuhan
keperawatan yang dituangkan dalam karya tulis ilmiah yang berjudul
“Pemberian tindakan terapi massage payudara terhadap penurunan involusi
uterus pada asuhan keperawatan postpartum pada Ny. F di ruang Nifas
Puskesmas Sibela Surakarta.”
4
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan tindakan terapi pemberian massage payudara
terhadap penurunan involusi uterus pada Ny. F dengan postpartum Di
Ruang Nifas Puskesmas Sibela Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan ibu
postpartum.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasein
dengan ibu postpartum.
c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan ibu postpartum.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien dengan ibu
postpartum.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan ibu
postpartum.
f. Penulis mampu menganalisa hasil tindakan terapi massage payudara
terhadap penurunan involusi uterus pada Ny. F dengan postpartum.
5
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diperoleh dari penulis adalah:
1. Bagi Penulis
Sebagai sarana yang dapat digunakan untuk menambah
pengetahuan dan menambah pengalaman dalam membuat asuhan
keperawatan dengan mengaplikasikan tindakan terapi massage payudara
terhadap involusi uterus pada ibu postpartum sehingga dapat memberikan
pelayanan yang terbaik untuk pasien.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan masukan dan menambah wawasan bagi
mahasiswa keperawatan dalam hal pemberian asuhan keperawatan
khususnya dalam keperawatan maternitas. Dapat digunakan sebagai acuhan
melaksanakan praktek klinik dalam membuat asuhan keperawatan pada ibu
postpartum.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Memberikan kontribusi dalam pengembangan profesi keperawatan
khususnya dalam bidang keperawatan maternitas dengan mengaplikasikan
tindakan terapi massage payudara terhadap penurunan involusi uterus pada
ibu postpartum.
6
4. Bagi Institusi Rumah Sakit
Sebagai masukan dalam membuat asuhan keperawatan dengan
mengaplikasikan tindakan terapi massage payudara terhadap penurunan
involusi uterus pada ibu postpartum sehingga diharapkan dapat
meningkatkan perkembangan bagi ilmu dan praktek keperawatan maternitas.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KonsepTeori
1. Konsep postpartum
a. Postpartum
Postpartum adalah suatu masa antara kelahiran sampai dengan
organ-organ reproduksi kembali kekeadaan sebelum hamil (Reeder,
2011dalam Solehati 2013).
Postpartum adalah masa-masa antara kelahiran bayi sampai
dengan kembalinya organ reproduksi seperti sebelum melahirkan.
Masa postpartum juga merupakan masa pemulihan organ reproduksi
yang lamanya antara 6-8 minggu (Solehati, 2013).
b. Masa Nifas
Nifas merupakan masa setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas dibagi menjadi 3, yaitu: (Elisabeth, 2013).
1) Puerpurium dini yaitu kepulihan dimana ibu dibolehkan untuk
berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerpurium intermedial yaitu kepulihan organ-organ reproduksi
selama kurang lebih 6 minggu.
8
3) Remote puerpurium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama pada ibu hamil
atau waktu persalinan mengalami komplikasi.
c. Perubahan fisiologis pada masa nifas
1) Perubahan system reproduksi
Menurut Hutahaean (2013) selama masa nifas alat-alat
interna maupun eksterna berangsur-angsur kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genetalia ini disebut
involusi. Pada masa ini, terjadi juga perubahan penting lainnya
sebagai berikut:
a) Uterus
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang
berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih
pertengahan antara umbilikus dan simpisis atau lebih sedikit
lebih tinggi.
Kontraksi adalah sama dengan kontraksi sewaktu
persalinan, hanya saja sekarang tujuannya berbeda.
Sebagaimana diketahui, ketika uterus berkontraksi, seorang ibu
akan merasakan mules. Inilah yang disebut nyeri setelah
melahirkan. Hal ini akan berlangsung 2–3 hari setelah
melahirkan.
9
Proses involusi uterus (proses pengembalian uterus
kekeadaan sebelum hamil), adalah sebagai berikut:
(1) Iskemia miometrium
Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga
membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan
serat otot atrofi.
(2) Atrofi jaringan
Terjadi sebagai reaksi penghentian hormone ekstrogen saat
plasenta lahir.
(3) Autplysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
didalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekan
otot jaringan otot yang telah mengendurkan hingga
panjangnya 10x panjang sebelumnya 5x lebar sebelum
hamil yang terjadi selama kehamilan. Ini disebabkan karena
penurunan hormone progresteron dan estrogen.
(4) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses
ini membantu mengurangi tempat implantasi plasenta serta
mengurangi perdarahan.
10
Tabel 2.1
b) Lochea
Berikut ini adalah beberapa jenis lokea yang terdapat
pada wanita pada masa nifas:
1) Lochea rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi
darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel- sel desi dua,
vernik caseossa, lanugo, mekanium selama 2 hari pasca
persalinan.
2) Lochea sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir yang keluar pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
3) Lochea serosa mengandung darah, serum, leukosit, dan
debris jaringan. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 22-
27 pasca persalinan.
Involusi TFU Berat
Uterus
Diameter bekas
Melekat plasenta
Keadaan
Serviks
Bayi lahir Setinggi Pusat 1000
Uri Lahir 2 jari dibawah pusat 750 12,5 Lembek
1 minggu Pertengahan pusat
Sympisis 500 7,5
Beberapa
hari setelah post-
partum dapat dilalui
2 jari akhir minggu
pertama
dapat dimasuki 1
jari
2 minggu Tak teraba diatas
Sympisis 350 3-4
8 minggu Sebesa rnormal 30
11
4) Lochea alba mengandung sel epitel, mucus, serum, dan
bakteri. Lokia alba dapat berlangsung selama 6 minggu
setelah persalinan.
Umumnya jumlah lokia yang keluar lebih sedikit bila
wanita postpartum dalam posisi berbaring dari pada berdiri.
Hal ini akibat pembuangan bersatu divagina bagian atas saat
wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir
keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia
sekitar 250-300 ml.
c) Perineum
Perineum adalah daerah vulva dan anus. Biasanya
setelah melahirkan, perineum menjadi agak bengkak/edema
dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomy,
yaitu sayatan untuk memperluas pengeluaran bayi.
d) Vulva dan vagina
Setelah 3 minggu melahirkan vulva dan vagina kembali
pada keadaan semula dan rugae dalam vagina berangsur-angsur
akan muncul kembali, dalam beberapa hari pertama sesudah
proses melahirkan vulva dan vagina dalam keadaan kendur.
12
2) Perubahan system pencernaan
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem
pencernaan, antaralain:
a) Nafsu makan
Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari
sebelum fase kembali normal. Meskipun kadar estrogen dan
progesterone menurun setelah melahirkan, asupan makanan
juga mengalami penurunan selam 1-2 hari.
b) Mortalitas
Secara khas, penurunan tonus dan mortalitas otot
traktus cerna dan anastesi bisa memperlambat pengembalian
tonus ke keadan normal.
c) Pengosongan usus
Ibu sering mengalami hal ini disebabkan tonus otot usus
menurun selama proses persalinan dan awal masa postpartum,
diare sebelum persalinan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid
ataupun laserai jalan lahir.
3) Perubahan system perkemihan
Fungsi ginjal kembali normal pada waktu 1 bulan setelah
melahirkan. Urin dalam jumlah yang besarakan dihasilkan dalam
12-36 jam sesudah melahirkan. Hal yang berkaitan dengan fungsi
sytem perkemihan, antara lain :
13
a) Hemostasis internal
Beberapa hal yang berkaitan dengan cairan tubuh antara lain
edema dan dehirasi. Edema adalah tertimbunnya cairan
jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh.
Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air yang
terjadi pada tubuh karena pengeluaran yang berlebihan dan
tidak diganti.
b) Keseimbangan asam basa
Batas normal PH cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila PH ≥7,4
disebut alkalosis dan jika PH ≤ 7,35 disebut asidosis.
c) Pengeluaran sisa metabolisme, racun dan zat toksin ginjal.
Ginjal mensekresi hasil akhir metabolisme protein yang
mengandung nitrogen terutama urea, asam urat, dan kreatinin.
4) Perubahan system musculoskeletal
Adaptasi system musculoskeletal pada masa nifas, meliputi:
a) Dinding perut dan perintonium
Dinding perut akan longgar pasca persalinan akan pulih dalam
6 minggu.
b) Kulit abdomen
Lama hamil kulit abdomen akan melebar, melonggar, dan
mengendur hingga berbulan-bulan. Otot dinding abdomen akan
kembali normal dalam beberapa minggu pasca persalinan
dengan latihan postnatal.
14
c) Striae
Striae pada dinding abdomen tidak akan menghilang sempurna
melainkan akan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat
dilatasi muskulus rektum abdominis pada ibu postpartum dapat
dikaji melalui keadaan umum, aktivitas, paritas, dan jarak
kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama
pengambilan tonus otot menjadi normal.
d) Perubahan ligament
e) Setelah jalan lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis, dan fase
merengang sewaktu kehamilan dan partus berangsur- angsur
menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamen
rotundum menjadi kendor mengakibatkan letak uterus menjadi
retrofleksi.
f) Simpisis pubis
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian hal
ini dapat menyebabkan, morbiditas maternal. Gejala dari
pemisahan simpisis antara lain : nyeri tekan pada pubis disertai
peningkatan nyeri saat bergerak ditempat tidur ataupun saat
bergerak. Gejala ini dapat menghilang setelah beberapa minggu
atau bulan pasca melahirkan, bahkan ada yang menetap.
15
5) Perubahan tanda-tanda vital
a) Suhu badan
24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5
0
C-38
0
C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan
cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan
biasa lagi. Nifas dianggap terganggu kalau ada demam lebih
dari 38
0
C pada 2 hari berturut-turut pada 10 hari yang pertama
postpartum.
b) Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali/menit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nadi akan naik lebih cepat.
c) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
merendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.
Tekanan darah pada postpartum dapat menandakan terjadinya
preeklamsi postpartum.
d) Pernapasan
Keadaan pernapasan akan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak
normal pernapasan akan mengikutinya kecuali ada gangguan
khusus pada gangguan pernapasan.
16
6) Perubahan system kardiovaskuler
a) Volume darah
Perubahan volume darah bergantung pada beberapa faktor,
misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi,
serta pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema fisiologis).
Pada minggu ke 3 dan ke 4 setelah bayi lahir volume darah
biasanya menurun sampai mencapai volume darah sebelum
hamil. Pada persalinan pervagina kehilangan darah sekitar 300-
400 cc. 3 perubahan fisiologis pasca postpartum yang terjadi
pada wanita :
(1) Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran
pembuluh darah maternal l10-15%.
(2) Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan
stimulus vasodilatasi.
(3) Terjadimya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan
selama hamil.
(4) Curah jantung.
Segera setelah wanita melahirkan keadaan ini akan
meningkat bahkan lebih tiggi selama 30-60 menit karena darah
yang bias anya melintas sirkulasi uteroplasenta tiba-tiba
kembali kesirkulasi umum.
17
Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan
plasma akan sedikit lebih menurun, tetapi darah lebih
mengentak dan peningkatan viskositas sehingga meningkat
faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat faktor
pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah
sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama persalinan akan
tetap tinggi dalam beberapa hari setelah postpartum.
7) Perubahan system hematologi
Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan
sedikit menurun, tetapi darah lebih mengental dan peningkatan
viskositas sehingga meningkat faktor pembekuan darah.
Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat
mencapai 15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam
beberapa hari setelah postpartum.
2. Asuhan Keperawatan postpartum
Asuhan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan
pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan
kembalinya tubuh dalam keadaan dalam keadaan seperti hamil atau
mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2009).
18
a. Pengkajian
Tujuan anamnesa adalah merupakan kumpulan informasi
subyektif yang diperoleh dari apa yang dipaparkan oleh pasien terkait
dengan masalah kesehatan yang meyebabkan pasien melakukan
kunjungan ke pelayanan kesehatan (Niman, 2013).
1) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan bertujuan untuk mendapatkan dan mengenai
psikososial, suku dan latar belakang budaya yang berpengaruh
terhadap kondisi kesehatan pasien, sakit penyakit yang dialami dan
kebutuhan terkait pendidikan kesehatan (Niman, 2013).
Hal yang perlu dikaji dalam riwayat kesehatan adalah:
a) Keluhan yang dirasakan ibu saat ini.
b) Adakah kesulitan atau gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari misalnya pola makan, buang air kecil atau buang air
besar, kebutuhan istirahat dan mobilisasi.
c) Riwayat persalinan ini meliputi adakah komplikasi, laserasi
atau episiotomy.
d) Obat atau suplemen yang dikonsumsi saat ini misalnya
tablet zat besi.
e) Perasaan ibu saat ini berkaitan dengan kelahiran bayi,
penerimaan terhadap peran baru sebagai orang tua termasuk
suasana hati yang dirasakan ibu sekarang, kecemasan dan ke
khawatiran.
19
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan bagian dari proses assessment
yang dilakukan oleh perawat untuk mendapatkan informasi mengenai
gambaran lengkap tentang fungsi fisiologis (Niman, 2013) antara lain:
1) Keadaan umum, kesadaran.
Tanda-tanda vital : tekanan darah, suhu, nadi dan pernafasan.
2) Payudara : pembesaran, putting susu (menonjol atau mendatar,
adakah nyeri dan lecet pada putting), ASI atau kolostrum sudah
keluar, adakah pembengkakan, radang atau benjolan abnormal.
3) Abdomen : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
4) Kandung kemih kosong atau penuh.
5) Genetalia dan perineum : pengeluaran lochea (jenis, warna, jumlah,
bau), udema, peradangan, keadaan jahitan, nanah, tanda-tanda
infeksi pada luka jahitan, kebersihan perineum dan hemmoroid
pada anus (Suherni, 2008).
c. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan
respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi
aktual/potensial) dari individu atau kelompok tempat perawat secara
legal mengidentifkasi dan perawat dapat memberikan intervensi secara
pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi,
menyingkirkan, atau mencegah perubahan (Rohmah, dkk.2014).
20
Menurut Solehati, dkk (2015) diagnosa yang sering muncul
pada asuhan keperawatan postpartum adalah:
1) Nyeri akut berhubungan dengan involusi uterus.
2) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan lingkungan,
missal keadaan yang ribut.
4) Resiko terjadinya defisiensi volume cairan berhubungan dengan
adanya perdarahan.
5) Resiko terjadinya konstipasi berhubungan dengan ketidaknyamanan
setelah melahirkan.
d. Perencanaan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah di
identifikasikan dalam diagnosa keperawatan (Rohmah, dkk.2014).
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensif meliputi lokasi,
karakteristik, awalan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau
keparahan nyeri, dan factor presipitasinya. Observasi isyarat non
verbal.
a) Ajarkan penggunaan teknik farmakologi.
b) Pemberian analgesik.
c) Observasi TTV.
21
2) Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
a) Pantau tanda dan gejala infeksi (misal, suhu tubuh, denyut
jantung, drainase, penampilan luka, sekresi urine, suhu kulit,
keletihan, dan malaise).
b) Pantau hasil laboratorium.
c) Perawatan luka insisi.
d) Berikan terapi antobiotik bila diperlukan (Wilkinson, 2011).
3) Resiko terjadinya defisiensi volume cairan berhubungan dengan
adanya perdarahan
a) Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur
keseimbangan elektrolit.
b) Memberikan dan memantau cairan dan obat intravena
(Wilkinson, 2011).
4) Resiko terjadinya konstipasi berhubungan dengan ketidaknyamanan
setelah melahirkan.
a) Kumpulkan data dasar mengenai program defekasi, aktivitas,
dan pengobatan.
b) Kaji dan dokumentasikan keadaan pasca postpartum : warna
dan konsistensi feses pertama, keluarnya flatus, dan ada
tidaknya bising usus dan distensi abdomen (Wilkinson, 2011).
22
e. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah, dkk.2014).
3. Massage payudara
a. Pengertian
Memperlancar sirkulasi darah dan merangsang reseptor di
system duktus, menyebabkan duktus menjadi lebar dan lunak,
sehingga secara reflekstoris dikeluarkannya oksitosin dari kelenjar
hipofisis posterior. Oksitosin yang dikeluarkan melalui rangsangan
breast massage, selain untuk kontraksi otot-otot payudara yang
berguna mempercepat produksi ASI juga merangsang kontraksi dan
retraksi pada otot-otot uterus sehingga perdarahan postpartum dini
dapat dicegah, dan proses involusi dapat berjalan dengan cepat. Agar
ketegangan saat melakukan breast massage menurun, terlebih dahulu
melakukan rangsangan reflex oksitosin dengan cara teknik relaksasi
wajah, kompres hangat pada payudara secara bergantian untuk
meningkatkan sirkulasi darah dan aliran ASI, massage dan punggung
belakang (sejajar daerah payudara) dengan lembut (Emi Sutrisminah
dan Nur Alfiyati, 2013).
23
b. Teknik Massage Payudara
1) Ibu duduk dengan rileks bersandar ke depan, tangan dilipat diatas
meja dengan kepala diletakkan diatasnya.
2) Payudara tergantung lepas tanpa bra.
3) Penolong memijat sepanjang sisi tulang belakang.
4) Menggunakan dua kepalan tangan dengan ibu jari menunjuk ke
depan.
5) Tekan kuat membentuk gerakan melingkar-lingkar kecil.
6) Lakukan pemijatan hingga sebatas tali bra.
7) Lakukan selama 2-3 menit.
c. Penatalaksanaan massage payudara terhadap involusi uterus
Pemijatan dari Efek fisiologis dari massage payudara ini
adalah merangsang kontraksi otot polos uterus baik pada proses saat
persalinan maupun setelah persalinan sehingga bisa mempercepat
proses involusi uterus. (Cuningham, 2006 dalam junal Wada 2012).
24
Gambar 2.1
Teknik Massage Payudara
Emi Sutrisminah dan Nur Alfiyati, 2013
4. Involusi uterus
a. Pengertian
Menurut lowdermilk, dkk (2013) involusi uterus pada akhir
tahap ketiga persalinan, uterus berada diposisi garis tengah, kira-kira 2
cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus sewaku usia
kehamilan 16 minggu (kira-kira sebesar jeruk asam) dan beratnya kira-
kira 1000 g.
Massage Payudara
25
Tinggi fundus uterus dalam waktu 12jam, TFU mencapai
kurang lebih 1 cm diatas umbilikus. Beberapa hari kemudian,
perubahan involusi berlangsung cepat. Fundus kira-kira turun 1-2 cm
setiap 24 jam. Pada hari pasca partum ke 6 fundus normal akan berada
dipertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis. Uterus tidak
dipalpasi pada abdomen pada hari ke 9 pasca partum.
Uterus pada waktu hamil penuh beratnya 11x berat sebelum
hamil, berinvolusi kira-kira menjadi 500 g 1 minggu setelah
melahirkan dan 350 g (11-12 ons) 2 minggu setelah lahir. Seminggu
setelah melahirkan uterus berada didalam panggul sejati lagi. Pada
minggu ke 6 , beratnya menjadi 50-60 g (Emi Sutrisminah dan Nur
Alfiyati, 2013).
Peningkatan kadar esterogen dan progresteron bertanggung
jawab untuk pertumbuhan massif uterus selama masa hamil.
Pertumbuhan uterus prenatal tergantung pada hiperplasia, peningkatan
jumlah sel-sel otot, dan hipertrofi, pembesaran sel-sel yang sudah ada.
Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon-hormon ini
menyebabkan terjadinya outolisis, perusakan secara langsung jaringan
hipertrofi yang berlebihan (Bobak, Lowdermilk, Jensen 2005).
Sel-sel tambahan berbentuk selama masa hamil menetap. Inilah
penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil. Subinvolusi
merupakan kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil.
26
Penyebab subinvolusi uterus yang paling sering ialah fragmen plasenta
dan infeksi (Bobak, Lowdermilk, Jensen 2005).
b. Mekanisme
Farrer dalam Hamranani (2007) menjelaskan bahwa involusi
uterus disebabkan oleh beberapa hal yaitu pertama akibat dari
keluarnya hormone oksitosin yang menyebabkan terjadinya kontraksi
dan retraksi otot miometrium uterus. Kontraksi otot miometrium akan
menekan pembuluh darah sehingga suplay darah ke uterus menjadi
berkurang.
Kedua yaitu adanya kontraksi dan retraksi otot miometrium
yang terjadi terus menerus akan menekan pembuluh darah daerah
penempelan plasenta, proses ini akan membantu mengurangi
terjadinya perdarahan. Ketiga yaitu otolisis, pada proses ini sitoplasma
sel yang jumlahnya banyak selama kehamilan akan mengalami
proliferasi karena pengaruh peningkatan hormon estrogen dalam tubuh
selama hamil akan mengalami atrofi seiring dengan penurunan jumlah
estrogen setelah pelepasan plasenta.
27
B. Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Sumber : Emi Sutrismiah dan Nur Alfiyati, 2013).
Postpartum
Perubahan fisiologi pada ibu
postpartum :
- Involusi uterus
- Involusi tempat plasenta
- Perubahan ligament
- Perubahaan pada serviks
- Lochea
Massage Payudara
Penurunan involusi uterus
28
BAB III
METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI JURNAL
A. Subjek Aplikasi Riset (Berdasarkan Jurnal)
Subjek dari aplikasi riset keperawatan maternitas adalah pada pasien
Postpartum Ny. F berusia 21 tahun dengan status obstetric P2 A0.
B. Tempat dan Waktu
Aplikasi riset keperawatan maternitas dilakukan diruang nifas
Puskesmas Sibela Surakarta pada tanggal 09 Januari 2016 sampai tanggal 11
Januari 2016 dengan 3 hari kelolaan kasus.
C. Media dan Alat yang digunakan
Alat yang digunakan :
1. Meadline.
2. Minyak kelapa atau baby oil sebagai pelicin.
3. Handuk atau tissue untuk membersihkan baby oil.
4. Kertas.
5. Bolpoin.
6. Lembar observasi.
29
D. Prosedur Tindakan
Massage payudara segera dilakukan setelah kala empat berakhir. Cara
pemijatan payudara menurut Emi Sutrisminah dan Nur Alfiyati (2013) yaitu
ibu duduk dengan rileks bersandar ke depan tangan dilipat diatas meja dengan
kepala diletakkan diatasnya, payudara tergantung lepas tanpa bra, penolong
memijat sepanjang sisi tulang belakang, menggunakan dua kepalan tangan
dengan ibu jari menunjuk ke depan, tekan kuat membentuk gerakan
melingkar-lingkar kecil, lakukan pemijatan hingga sebatas tali bra, lakukan
selama 2-3 menit. Lakukan beberapa kali sampai ibu merasakan rileks.
E. Alat Ukur
Pengukuran tinggi fundus uterus dapat dilakukan dengan menggunakan
metersan kertas atau pelvimeter. Untuk meningkatkan ketepatan pengukuran,
sebaiknya dilakukan oleh orang yang sama (Bobak, 2006 dalam martini).
30
BAB IV
LAPORAN KASUS
Pada bab ini menjelaskan tentang kasus asuhan keperawatan postpartum
pada Ny. F dengan pemberian massage payudara terhadap penurunan involusi
uterus di ruang Nifas Puskesmas Sibela Surakarta. Pengelolaan asuhan
keperawatan ini dilakukan selama 3 hari pada tanggal 09 Januari 2016 sampai
tanggal 11 Januari 2016 pada pukul 10.00 WIB. Laporan kasus ini meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi dari
tindakan keperawatan. Pasien masuk puskesmas pada tanggal 09 Januari 2016
pukul 07.15 WIB, pengkajian dilakukan dengan metode anamnesa, observasi,
catatan keperawatan, catatan medis.
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Pasien bernama Ny. F yang beralamat di Bibis Baru Surakarta.
Pasien berusia 21 tahun dengan berjenis kelamin perempuan beragama
islam dengan pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga, dan berpendidikan
terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA).
Suami pasien yang bernama Tn. Z yang beralamat di Bibis Baru
Surakarta. Berumur 29 tahun dan pekerjaan sebagai wiraswasta dengan
pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA).
31
2. Riwayat Persalianan Lalu
Persalinan pada anak pertama Ny. F yaitu Postpartum spontan
berjenis kelamin perempuan dengan berat badan lahir 2800 gram, keadaan
bayi saat lahir sehat atau normal, umur sekarang 2 tahun. Sedangkan anak
ke dua lahir persalinan postpartum spontan pada tanggal 09 Januari 2016
pada pukul 12.15 WIB, jenis kelamin perempuan, berat badan 2800
gram, keadaan bayi saat lahir sehat, umur 1 hari. Status obstetric P2 A0.
Keluhan utama pada pasien mengatakan nyeri. Nyeri dirasakan setelah
melahirkan nyeri karena kontraksi uterus, nyeri seperti tertusuk-tusuk di
perut bagian bawah, nyeri kadang-kadang, skala nyeri 4, nyeri terasa saat
digerakkan ± 1 menit.
3. Riwayat Kehamilan Saat Ini
Pasien periksa kehamilan sebanyak 5 kali yaitu pada trimester I
pada tanggal 10 Agutus 2015, pemeriksaan kedua pada trimester ke II
tanggal 11 September 2015, 18 Oktober 2015, 21 November 2015 dan
pemeriksaan ke tiga pada trimester ke III pada tanggal 12 Desember 2015.
Riwayat kehamilan adalah bahwa Ny. F ada masalah dari trimester ke I
sampai trimester ke III mengalami mual, muntah dalam kehamilan yang
ke 2 ini jenis persalinan yang dilakukan anak ke 2 ini adalah normal dan
berjenis kelamin bayi perempuan berat badan bayi tersebut 2.800 gr,
panjang bayi 49 cm, lingkar kepala bayi : 33 cm, lingkar dada bayi :
34 cm. Pada pasien ada pengeluaran darah dari vagina ± 1 0 0 cc. Pada
pasien tidak ada masalah dalam persalinan. Pasien mengatakan nyeri
32
pada perut bagian bawah, nyeri karena kontraksi uterus. P: nyeri karena
kontraksi uterus, Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk , R: nyeri pada perut
bagian bawah, S: skala nyeri 4, T: nyeri terasa saat digerakkan ± 1 menit.
4. Riwayat Ginekologi
Pasien Ny. F tidak memiliki masalah dalam kehamilannya dan
pasien juga mengatakan sejak menikah dan mempunyai anak pertamanya
pasien belum menggunakan KB baik suntik atau pil.
5. Data postnatal
Pasien Ny. F dalam riwayat persalinan dengan kelahiran ke 2 anak
ke 2 abortus 0 dengan bayi rawat gabung, keadaan pasien baik dan
kesadaran pasien composmentis atau kesadaran penuh. Ny. F memiliki
berat badan 54 kg dan tinggi badan 144 cm. TTV pasien adalah tekanan
darah : 120/70 mmHg, suhu :36,5
0C, nadi :80
x/menit, respiratory: 20
x/menit.
Pemeriksaan fisik pasien di kepala bentuk mesochepal, warna
rambut hitam, panjang, dan tidak ada ketombe dan rambut terikat. Lalu
mata simetris ka/ki dengan konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,
pupil isokor. Hidung simetris ka/ki, bersih, tidak ada secret, tidak ada
pernafasan cupping hidung, tidak ada polip. Mulut gigi dan mulut
bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada sumbing. Telinga pasien simetris
ka/ki, bersih, tidak ada serume, tidak ada gangguan pendengaran dan
Leher tidak ada pembesaran JVP, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
33
Pada pemeriksaan fisik dada terdapat jantung dengan inspeksi
bentuk dada simetris ka/ki, ictus cordis tidak nampak, palpasi ictus cordis
teraba pada ICS V, perkusi bunyi jantung terdengar suara pekak dan
auskultasi suara regular, tidak ada suara tambahan. Lalu pada paru
terdapat inspeksi simetris, palpasi vocal premitus ka/ki sama, perkusi
terdengar suara sonor, auskultasi : suara vesikuler, tidak ada suara
tambahan. Pembesaran payudara sesuai dengan usia kehamilan, tidak ada
oedema, tidak ada lesi. Pengeluaran ASI sudah keluar.
Pemeriksaan abdomen tidak ada bekas operasi, striae livide TFU 1
jari dibawah umbilikus, kontraksiu terus baik, teraba keras dan bundar,
posisi preskep.
Pada pemeriksaan fisik perineum dan genetalia pasien
didapatkan pada vagina elastis, tidak terjadi oedema dan tidak ada
hematoma. Perineum terdapat luka episiotomy ± 3 cm dengan 5 jahitan.
Tanda REEDA hasilnya tidak ditemukan R: tanda kemerahan (redness), E:
tidak ada bengkak (oedema), E: tidak ada kebiruan (echimosis), D: tidak
ada nanah/pus (discharge), A: dan pada (approximate). Lalu untuk
kebersihan perineum pasien bersih dengan lochea : ± 150 cc yang berbau
khas dan berwarna merah segar, pasien juga tidak ada hemoriod.
Ekstremitas pada pasien dibagi menjadi 2 yaitu Ekstremitas
atas terdapat hasil pengkajian dengan kekuatan otot ka/ki sama, tidak ada
oedema, capilary refil ≤ 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang.
34
Ekstremitas bawah tidak terdapat kekuatan otot ka/ki sama, oedema, tidak
ada varises pada kaki, tidak ada tanda homan.
Eliminasi selama di rumah sakit buang air kecil pasien ± 200 cc
pada jam 18.30 WIB ± 150 cc pada jam 23.15 WIB berwarna jernih. Lalu
untuk BAB pasien mengatakan setelah melahirkan sampai sekarang pasien
belum BAB, BAB terakhir tanggal 07-01-2016.
Istirahat dan kenyamanan pasien mengatakan setelah melahirkan
anak ke 2 nya pasien mengatakan dapat tidur siang selama ± 1-2 jam,
tidur malam ± 5-6 jam. Keluhan pada ketidaknyamanan saat nyeri akibat
kontraksi uterus, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada perut bagian
bawah, skala nyeri 4, nyeri terasa saat digerakkan ± 1 menit. Mobilisasi
sudah dilakukan secara mandiri, bisa melakukan miring ka/ki dan duduk,
lalu pasien sudah belajar berjalan.
Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam kebutuhan nutrisi.
Pasien makan 3 x sehari sesuai dengan menu yang diberikan dari
puskesmas dengan jenis makanan nasi, sayur, lauk pauk satu porsi habis.
Dan pasien mengatakan tidak ada masalah pada asupan cairan. Pasien
minum sehari ± 5-6 gelas dengan jenis air putih 3 gelas dan teh manis 2
gelas.
Keadaan mental pasien tampak senang melihat kehadiran putrinya
yang kedua, sangat mengerti dan penerimaan anak ke 2 nya pasien
mengatakan bahagia.
35
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang tanggal : 09 Januari 2016 yaitu HB 11,4 g/dl
(normal 11-16,1), HT, leukosit 10,8 juta/mm (normal 4,4-11), golongan
darah B.
7. Terapi Obat
Terapi yang diberikan pada tanggal 09 Januari 2016 mendapatkan
asam mefenamat dengan dosis 1gr/8 jam dengan golongan dan kandungan
berupa analgesik non narkotika yang berfungsi sebagai meredakan nyeri
ringan sampai sedang karena sakit nyeri otot, amoksilin dengan dosis
1gr/8 jam dengan golongan dan kandungan berupa antimikroba antibakteri
golongan penisilin yang berfungsi sebagai infeksi saluran pernafasan
kemih dan kelamin, fe (zat besi) dengan dosis 1gr/24 jam dengan golongan
dan kandungan berupa obat bebas yang berfungsi sebagai suatu suplemen
panambah darah yang sangat dibutuhkan oleh ibu hamil guna mencegah
terjadinya anemia selama kehamilan. Zat besi merupakan mineral yang
dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin), Vit A
dengan dosis 1gr/24 jam dengan golongan dan kandungan berupa obat
bebas yang berfungsi sebagai berperan dalam penglihatan, merupakan
salah satu komponen penyusun pigmen mata. Penting menjaga kesehatan,
kekebalan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan dan sangat baik untuk
menjaga kesehatan kulit.
36
B. Analisa Data
Berdasarkan data yang diperoleh dari penulis pada hari/tgl Sabtu, 09
Januari 2016 jam 13.30 WIB pada Ny. F yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera biologis (involusi uterus). Data-data menunjang di tegakkan
diagnosa diatas yaitu data subjektif : pasien mengatakan nyeri pada perut
bagian bawah, nyeri karena kontraksi uterus. P: nyeri karena kontraksi uterus,
Q: nyeri tersebut seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri pada perut bagian bawah, S:
skala nyeri 4, T: nyeri terasa saat digerakkan ± 1 menit, lalu pada data objektif
: pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak memegangi perut bagian
bawah, dan TTV : tekanan darah 120/70 mmhg, respiratory 20 x/menit,
nadi 80
x/menit, suhu 36,5 0C. Dari data tersebut dapat ditegakkan
diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis (involusi uterus).
Pada jam 13.45 WIB diperoleh hasil data subyektif : pasien
mengatakan terdapat luka jahitan akibat persalinan, lalu pada data objektif :
terdapat luka jahitan episiotomy. Luka episiotomy ± 3cm dengan 5 jahitan,
tidak ada kemerahan, pasien kurang mengerti tentang perawatan luka,
leukosit : 1 0.8 ribu/uL, suhu 36,5 0
C. Dari data tersebut dapat ditegakkan
untuk diagnosa ke dua yaitu resiko infeksi berhubungan dengan trauma
jaringan.
37
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang telah didapatkan dari hasil analisa data dapat
diprioritaskan, yaitu yang pertama nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera biologis (involusi uterus). Diagnosa yang ke dua yaitu resiko infeksi
berhubungan dengan trauma jaringan.
D. Intervensi Keperawatan
Setelah ditemukan diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus). Penulis membuat
intervensi dengan tujuan dari tindakan yang akan dilakukan adalah setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri dapat
hilang/teratasi dengan kriteria hasil : pasien melaporkan nyeri
berkurang/terkontrol, skala nyeri berkurang dari skala 4 menjadi 0, pasien
tampak rileks, ekspresi wajah pasien tampak tidak meringis kesakitan,
TFU bisa cepat kembali normal, tekanan darah dalam batas normal sistol
≤140, ≥ 90 diastol, ≤ 90 mmhg, nadi 60-100 x/menit, suhu 36
0C, respiratory
16-24 x/menit.
Penulis membuat intervensi yang dilakukan untuk diagnosa pertama
yaitu : observasi keadaan pasien dan skala nyeri dengan rasional untuk
mengetahui kualitas nyeri dan mengurangi nyeri pada pasien. Observasi tanda-
tanda vital dengan rasional untuk memantau keadaan umum pasien. Ajarkan
teknik relaksasi nafas dalam dengan rasional untuk menurunkan intensitas
nyeri. Berikan massage payudara dengan rasional untuk mempercepat
38
penurunan TFU pada Ny. F. Kalaborasi dengan dokter/tim medis lainnya
untuk pemberian obat analgesik (asam mefenamat 1gr/8 jam) dengan rasional
untuk mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman.
Diagnosa yang kedua yaitu resiko infeksi berhubungan dengan trauma
jaringan. Penulis membuat intervensi dengan tujuan dari tindakan yang akan
dilakukan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan resiko infeksi dapat teratasi dengan kriteria hasil : suhu tubuh
normal (36 0C -37
0C) , tidak terjadi rubor, kolor, dolor, tumor, fungsi laesa,
dan tidak terjadi infeksi.
Penulis membuat intervensi yang dilakukan untuk diagnosa ke dua
yaitu : kaji luka pasien dengan rasional untuk mengetahui tingkat luka pada
pasien, berikan perawatan luka dengan rasional mencegah terjadinya infeksi,
ajarkan cara pencegahan infeksi dengan rasional untuk pasien dapat mengerti
adanya tanda-tanda infeksi, observasi tanda-tanda vital dengan rasional untuk
memantau keadaan umum pasien, kalaborasi dengan dokter/tim medis lainya
untuk pemberian obat antibiotik (amoksilin 1gr/8 jam) untuk mempercepat
proses penyembuhan.
E. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan untuk diagnosa yang pertama nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus). Pada hari/tgl
Sabtu, 09 Januari 2016 jam 12.30 WIB yaitu : mengobservasi keadaan pasien
dan skala nyeri, pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah, nyeri
39
karena kontraksi uterus. P: nyeri karena kontraksi uterus, Q: nyeri tersebut
seperti tertusuk-tusuk R: nyeri pada perut bagian bawah, S: skala nyeri 4, T:
nyeri terasa saat digerakkan ± 1 menit, pasien tampak meringis kesakitan,
pasien tampak memegangi perut bagian bawah. Pada jam 12.40 WIB
mengobservasi tanda-tanda vital, pasien mengatakan mau untuk diperiksa
didapati keadaan pasien baik, pasien tampak lemas, tekanan darah 120/70
mmHg, suhu 36,5 0C, nadi 80 x/menit, respiratory 20
x/menit. Lalu pada
jam 12.50 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, dan pasien pun
mengatakan mau untuk diberi posisi yang nyaman, pasien tampak lebih
tenang. Setelah itu pada jam 13.00 WIB memberikan massage payudara,
pasien mengatakan mau untuk diberi tindakan tersebut, TFU berada di 1 jari
dibawah umbilikus. Jam 13.10 WIB mengkalaborasi dengan dokter/tim medis
lainnya untuk pemberian obat analgetik (asam mefenamat 1gr/8 jam), pasien
mengatakan mau untuk minum obat dan pasien tampak meminum obatnya.
Diagnosa yang ke dua adalah resiko infeksi berhubungan dengan
trauma jaringan. Pada hari/tgl Sabtu, 09 Januari 2016 jam 13.20 WIB yaitu :
mengkaji luka pasien, pasien mengatakan mau untuk diobservasi didapati
luka episiotomy ± 3cm di perineum. Pada jam 13.30 WIB memberikan
perawatan luka, pasien mengatakan mau untuk dilakukan tindakan
keperawatan, tidak terjadi rubor, kolor, dolor, tumor, fungsi laesa. Pada
jam 13.40 WIB mengajarkan cara pencegahan infeksi, pasien mengatakan
mau untuk dijelaskan tentang pencegahan infeksi, pasien tampak
mendengarkan penjelasan perawat. Suhu: 36,5 0C, leukosit : 10,8 ribu/Ul.
40
Pada jam 13.50 WIB mengkalaborasi dengan dokter/tim medis lainnya untuk
pemberian obat antibiotik (amoksilin 1gr/8 jam), pasien mengatakan mau
untuk minum obat dan pasien tampak meminum obatnya.
Implementasi pada hari ke dua hari/tgl Minggu, 10 Januari 2016 jam
07.15 WIB yaitu : dengan diagnosa yang pertama nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis (involusi uterus) adalah mengobservasi keadaan
umum pasien dan skala pasien, pasien mengatakan nyeri pada perut bagian
bawah sudah sedikit berkurang, P: nyeri karena kontraksi uterus, Q: nyeri
tersebut seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri pada perut bagian bawah, S: skala
nyeri 3, T: nyeri terasa saat digerakkan ± 1 menit, pasien tampak lemah, dan
sudah tidak meringis kesakitan. Pada jam 07.30 WIB mengobservasi tanda-
tanda vital, pasien mengatakan mau untuk diperiksa didapati keadaan pasien
baik, pasien tampak lemas, tekanan darah 110/80 mmHg, suhu 36,8 0C, nadi
81 x/menit, respiratory 21 x/menit. Pada jam 07.40 WIB mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam, dan pasien pun mengatakan mau untuk diberi posisi
yang nyaman, pasien tampak lebih tenang. Setelah itu pada jam 07.50 WIB
memberikan massage payudara, pasien mengatakan mau untuk diberi
tindakan tersebut, TFU berada di 2 jari dibawah umbilikus. Jam 08.00 WIB
mengkalaborasi dengan dokter/tim medis lainnya untuk pemberian obat
analgetik (asam mefenamat 1gr/8 jam), pasien mengatakan mau untuk minum
obat dan pasien tampak meminum obatnya.
41
Diagnosa yang ke dua adalah resiko infeksi berhubungan dengan
trauma jaringan. Pada hari/tgl Minggu, 10 Januari 2016 jam 08.45 WIB
yaitu : mengkaji luka pasien, pasien mengatakan mau untuk diobservasi
didapati luka episiotomy ± 3cm di perineum. Pada jam 09.15 WIB
memberikan perawatan luka, pasien mengatakan mau untuk dilakukan
tindakan keperawatan, terdapat luka episiotomy sudah bersih dan lukanya
tidak basah dan tidak terjadi rubor, kolor, dolor, tumor, fungsi laesa. Pada
jam 10.15 WIB mengajarkan cara pencegahan infeksi, pasien mengatakan
mau untuk dijelaskan tentang pencegahan infeksi, pasien tampak
mendengarkan penjelasan perawat. Suhu: 36,8 0C. Pada jam 12.00 WIB
mengkalaborasi dengan dokter/tim medis lainnya untuk pemberian obat
antibiotik (amoksilin 1gr/8 jam), pasien mengatakan mau untuk minum obat
dan pasien tampak meminum obatnya.
Implementasi pada hari ke 3 hari/tgl Senin, 11 Januari 2016 jam
07.10 WIB yaitu : dengan diagnosa yang pertama nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis (involusi uterus) adalah mengobservasi keadaan
umum pasien dan skala pasien, pasien mengatakan mau untuk diperiksa lalu
didapati keadaan umum pasien baik, pasien tidak meringis kesakitan, pasien
tampak tersenyum, tanda-tanda vital pasien tekanan darah 120/70 mmHg,
suhu 36,5 0C, nadi 79 x/menit, respiratory 20
x/menit, skala nyeri 1. Pada
jam 07.45 WIB memberikan massage payudara ulang, pasien mengatakan
mau melakukan tindakan massage payudara mandiri dengan suaminya,
pasien tampak senang dan bisa melakukan tindakan tersebut, TFU 3 jari
42
dibawah umbilikus. Pada jam 08.00 WIB mengkalaborasi dengan dokter/tim
medis lainnya untuk pemberian obat analgetik (asam mefenamat 1gr/8 jam),
pasien mengatakan mau untuk minum obat dan pasien tampak meminum
obatnya. Pada jam 09.30 WIB.
Pasien dilakukan tindakan diagnosa yang ke dua resiko infeksi
berhubungan dengan trauma jaringan yaitu : mengkaji luka pasien, pasien
mengatakan mau untuk diperiksa, terdapat luka episiotomy di perineum. Pada
jam 10.25 WIB mengajarkan cara pencegahan infeksi, pasien mengatakan
mau untuk dijelaskan tentang pencegahan infeksi, pasien tampak
mendengarkan penjelasan perawat. Suhu: 36,5 0C. Pada jam 12.00 WIB
mengkalaborasi dengan dokter/tim medis lainnya untuk pemberian obat
antibiotik (amoksilin 1gr/8 jam), pasien mengatakan mau untuk minum obat
dan pasien tampak meminum obatnya.
F. EVALUASI
Evaluasi dari implementasi pada tanggal 09 Januari 2016 pukul
13.10 WIB dengan diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis (involusi uterus). Terdapat data subyektif : pasien
mengatakan nyeri pada perut bagian bawah, nyeri karena kontraksi uterus. P:
nyeri karena kontraksi uterus, Q: nyeri tersebut seperti tertusuk-tusuk, R:
nyeri pada perut bagian bawah, S: skala nyeri 4, T: nyeri terasa saat
digerakkan ± 1 menit. Obyektif : pasien tampak meringis kesakitan, pasien
tampak memegangi perut bagian bawah, TFU berada di 1 jari di bawah
43
umbilikus, tanda-tanda vital tekanan darah 120/70 mmhg, respiratory 20
x/menit, nadi 80 x/menit, suhu 36,5
0C. Assesment masalah belum teratasi.
Planning Intervensi dilanjutkan.
Evaluasi dari implementasi pada tanggal 09 Januari 2016 pukul
13.25 WIB dengan diagnosa yang ke dua yaitu resiko infeksi berhubungan
dengan trauma jaringan. Terdapat data subyektif : pasien mengatakan terdapat
luka jahitan akibat persalinan. Obyektif : terdapat luka jahitan episiotomy
± 3cm dengan 5 jahitan, leukosit : 10.8 ribu/uL, suhu36,5 0C. Assesment
masalah belum teratasi. Planning lanjutkan intervensi.
Evaluasi pada hari ke dua tanggal 10 Januari 2016 pada jam 13.00
WIB dengan diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera biologis (involusi uterus). Terdapat data subyektif : pasien
mengatakan nyeri pada perut bagian bawah sudah sedikit berkurang, P: nyeri
karena kontraksi uterus, Q: nyeri tersebut seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri pada
perut bagian bawah, S: skala nyeri 3, T: nyeri terasa saat digerakkan
± 1 menit. Obyektif : pasien tampak tidak meringis kesakitan, TFU berada di 2
jari di bawah umbilikus, tanda-tanda vital tekanan darah 110/80 mmhg,
respiratory 21 x/menit, nadi 81 x/menit, suhu 36,8
0C. Assesment masalah
teratasi sebagian. Planning lanjutkan intervensi.
Evaluasi pada hari ke dua tanggal 10 Januari 2016 pada jam 13.15
WIB dengan diagnosa yang ke dua yaitu resiko infeksi berhubungan dengan
trauma jaringan. Terdapat data subyektif : pasien mengatakan terdapat luka
jahitan akibat persalinan. Obyektif : terdapat luka jahitan episiotomy sudah
44
bersih dan lukanya tidak basah dan tidak terjadi rubor, kolor, dolor, tumor,
fungsi laesa. Suhu 36,8 0C. Assesment masalah teratasi sebagian. Planning
lanjutkan intervensi.
Evaluasi pada hari ke tiga tanggal 11 Januari 2016 pada jam 13.15
WIB dengan diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera biologis (involusi uterus). Terdapat data subyektif : pasien
mengatakan sudah tidak terasa nyeri pada perut bagian bawah. S: nyeri 1,
Obyektif : pasien tampak nyaman dan rileks, TFU berada di 3 jari di bawah
umbilikus, tanda-tanda vital tekanan darah 120/70 mmhg, respiratory 20
x/menit, nadi 79 x/menit, suhu 36,5
0C. Assesment masalah sudah teratasi.
Planning lanjutkan intervensi.
Evaluasi pada hari ke tiga tanggal 11 Januari 2016 pada jam 13.35
WIB dengan diagnosa yang ke dua yaitu resiko infeksi berhubungan dengan
trauma jaringan. Terdapat data subyektif : pasien mengatakan mengerti
tentang cara pencegahan infeksi dan tanda-tanda infeksi. Obyektif : pasien
tampak paham, tidak terjadi rubor, kolor, dolor,tumor, fungsi laesa. Suhu 36,5
0C. Assesment masalah sudah teratasi. Planning lanjutkan intervensi.
45
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai pemberian massage
payudara terhadap penurunan involusi uterus pada asuhan keperawatan Ny. F
dengan postpartum di ruang Nifas Puskesmas Sibela Surakarta. Disamping itu
penulis juga akan membahas tentang kesesuaian dan kesenjangan antara teori dan
kenyataan dengan memperhatikan aspek kehidupan proses keperawatan yang
terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi keperawatan.
Massage payudara adalah tindakan yang merangsang kontraksi otot polos
uterus baik pada proses saat persalinan maupun setelah persalinan sehingga bisa
mempercepat proses involusi uterus (Emi Sutrisminah dan Nur Alfiyati, 2013).
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.
Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya
(Rohmah, 2014).
Langkah pertama dari proses keperawatan yaitu pengkajian, dimulai
perawat dengan menerapkan pengetahuan. Pengkajian keperawatan adalah
proses sistematis dari pengumpulan dan komunikasi data tentang pasien. Fase
proses keperawatan ini mencakup dua langkah pengumpulan data yaitu
pengumpulan data primer (pasien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga
46
kesehatan) dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan
(Potter dan Perry, 2005).
Pada tanggal 09 Januari 2016 dari hasil pengkajian dan observasi
penulis menemukan masalah, subjektif : pasien mengatakan nyeri pada perut
bagian bawah, nyeri karena kontraksi uterus. P: nyeri karena kontraksi uterus,
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri pada perut bagian bawah, S: skala
nyeri 4, T: nyeri terasa saat digerakkan ± 1 menit. Data obyektif : yang di
dapat adalah pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak memegangi
perut bagian bawah, TFU berada di 1 jari dibawah umbilikus, tanda-tanda
vital tekanan darah 120/70 mmHg, suhu 36,5 0C, nadi 80 x/menit,
respiratory 20 x/menit..
Pengkajian pada pemeriksaan abdomen, pasien mengatakan nyeri
dibagian perut bawah setelah melahirkan, kesan umum tampak kontraksi
uterus baik teraba keras dan bundar TFU 1 jari dibawah pusat tampak
pengeluaran lochea rubra. Nyeri persalinan merupakan pengalaman sensori
dan emosional yang ridak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang
aktual dan potensial (Judha, dkk. 2012). Data tersebut sudah sesuai dengan
teori yang menyebutkan bahwa kontraksi involusi uterus dapat menyebabkan
nyeri (Emi Sutrisminah dan Nur Alfiyati, 2013).
Pengkajian merupakan inti dari berfikir kritis dan pemecahan masalah
klinik. Setelah mengumpulkan dan memvalidasi data subjektif dan objektif
serta menginterpretasikan data, penulis melakukan analisa data dan
47
mengelompokkan sesuai dengan data yang di dapatkan dari hasil pengkajian
(Potter dan Perry, 2005).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan
respons manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual atau
potensial) dari individu atau kelompok tempat perawat secara legal
mengidentifikasi dan perawat dapat memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan, atau
mencegah (Rohmah, dkk. 2014).
Pada Ny. F di temukan diagnosa keperawatan nyeri akut, resiko
infeksi. Tidak terjadi kesenjangan antara di tinjuan teori dan asuhan
keperawatan pada pasien. Penulis mengangkat nyeri sebagai diagnosa
sebagai diagnosa utama mengacu pada teori hierarki maslow dimana setiap
mana kebutuhan rasa aman nyaman setelah kebutuhan fisiologis, karena pada
kebutuhan fisiologis tidak terjadi gangguan maka penulis menetapkan nyeri
sebagai diagnosa utama (Mubarak, 2007). Selain itu menurut Roito (2013)
nyeri juga sebagai diagnosa utama dan prioritas diagnosa.
Diagnosa yang diambil penulis yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera biologis (involusi uterus). Nyeri akut adalah pengalaman sensorik
dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan
jaringan aktual atau potensial atau gambaran dalam hal kerusakan yang
sedemikian rupa (International for the study of paint), awalan yang tiba-tiba
48
atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan (nanda,
2009-2011). Menurut Lowdermilk, dkk (2013) involusi uterus pada akhir
tahap ketiga persalinan, uterus berada di posisi garis tengah, kira-kira 2 cm di
bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium
sakralis. Pada saat ini besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu
(kira-kira sebesar jeruk asam) dan beratnya kira- kira 1000 g.
Penulis memprioritaskan diagnosa nyeri akut berdasarkan hierarki
kebutuhan menurut maslow yaitu masuk dalam kebutuhan tingkat kedua
mencakup kebutuhan keamanan dan keselamatan (fisik dan psikologis) yang
merupakan kebutuhan paling dasar kedua yang harus diprioritaskan (Potter
dan Perry, 2005).
Data subyektif : pasien mengatakan nyeri pada bagian perut bawa,
nyeri karena kontraksi uterus. P: nyeri karena kontraksi uterus, Q: nyeri
seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri pada perut bagian bawah, S: skala nyeri 4, T:
nyeri terasa saat digerakkan ± 1 menit. Data obyektif : pasien tampak meringis
kesakitan, pasien tampak memegangi perut bagian bawah. Tanda-tanda vital
tekanan darah 120/70 mmHg, suhu 36,5 0C, nadi 80 x/menit, respiratory 20
x/menit. TFU berada di 1 jari bawah umbiliku. Tinggi fundus uterus 1 cm di
bawah pusat pada hari pertama postpartum dikatakan normal sesuai dengan
teori yang diungkapkan Prawirohardjo (2006). Batasan karakteristik
mengungkapkan secara verbal atau melaporan (nyeri) dengan isyarat, posisi
untuk menghindar nyeri, respons autonomik (misalnya, diaphoresis ;
49
perubahan tekanan darah, pernapasan, atau nadi; dilatasi pupil),
(Wilkinson, 2012).
Diagnosa yang ke dua yaitu resiko infeksi merupakan mengalami
peningkatan resiko terhadap serangan patogen (NANDA, 2009-2011).
Diagnosa kedua yang diambil dari penulis yaitu resiko infeksi berhubungan
dengan trauma jaringan. Data subyektif : Pasien mengatakan terdapat luka
jahitan akibat persalinan, dari data obyektif : terdapat luka jahitan episiotomy.
Luka episiotomy ±3 cm dengan 5 jahitan, tidak ada kemerahan, pasien kurang
mengerti tentang perawatan luka, leukosit : 10.8 ribu/uL, suhu 36,5 0C.
Faktor resiko infeksi yang muncul adalah penyakit kronis, imunitas didapat
yang tidak adekuat, trauma jaringan (misal : integritas kulit tidak utuh,
jaringan yang mengalami trauma, penurunan kerja siliaris, stasis cairan tubuh,
perubahan sekresi pH, gangguan peristaltis), pertahanan tubuh sekunder
yang tidak adekuat, peningkatan lingkungan terhadap patogen, prosedur
invasif, ketuban pecah dini, trauma dan kerusakan jaringan (NANDA, 2009-
2011).
Infeksi terjadi bila terdapat tanda-tanda seperti kulit kemerahan,
demam, atau panas, rasa nyeri dan timbul bengkak, jaringan disekitar luka
mengeras, serta adanya kenaikan leukosit (Hartono, 2013).
50
Infeksi luka oleh bakteri akan menghambat penyembuhan luka. Luka
terkontaminasi atau luka traumatik akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
lebih awal yaitu dalam waktu 2-3 hari. Ditandai dengan demam, nyeri tekan
dan nyeri pada daerah luka serta sel darah putih meningkat. Tepi luka terlihat
mengalami inflamasi dan terdapat purulen (Potter & Perry, 2006).
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan
dengan tujuan dan kriteria hasil dapat dilaksanakan dengan SMART, Spesifik,
Measurable, Acceptance, Rasional dan Timing (NANDA, 2013).
Masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis (involusi uterus) pada Ny. F. Penulis membuat intervensi dengan
tujuan, setelah tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan nyeri dapat
hilang/teratasi dengan kriteria hasil : pasien melaporkan nyeri
berkurang/terkontrol, skala nyeri berkurang dari skala 4 menjadi 0, pasien
tampak rileks, ekspresi wajah pasien tampak tidak meringis kesakitan,
TFU bisa cepat kembali normal, tekanan darah dalam batas normal sistol
≤ 140, ≥ 90 diastol, ≤ 90 mmhg, nadi 60-100 x/menit, suhu 36
0C, respiratory
16-24 x/menit.
Penulis memberikan intervensi dalam diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus). Yang pertama
penulis memberikan intervensi kaji skala nyeri dengan menggunakan PQRST,
merupakan provocate palatif yaitu apa penyebabnya, quality yaitu kulitas
51
nyeri tersebut seperti apa, region yaitu dimana tempat nyeri, skala yaitu
bagaimana intensitas nyeri nya menggunakan skala dari 1-10, time yaitu
kapan nyeri itu terjadi dengan rasional untuk mengetahui tingkat nyeri pasien
(Judha, dkk. 2012).
Intervensi ke dua dari diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis (involusi uterus) adalah ajarkan teknik relaksasi
nafas dalam. Ketegangan otot, kecemasan dan nyeri adalah perasaan yang
tidak nyaman. Masing-masing perasaan secara individu dapat memperhebat
perasaan yang lain dan menciptakan suatu siklus hebat. Teknik relaksasi dapat
membantu memutuskan siklus hebat. Teknik ini meliputi meditasi, yoga,
musik, dan ritual keagamaan. Penggunaan teknik relaksasi tidak menyiratkan
bahwa nyeri itu tidak nyata, tetapi hanya membantu menurunkan ketakutan
atau kecemasan berhubungan dengan nyeri sedemikian rupa sehingga tidak
bertambah buruk (Judha, dkk. 2012).
Intervensi ketiga dari diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis (involusi uterus) adalah berikan massage
payudara. Massage payudara adalah suatu tindakan pemijatan payudara
dengan menggunakan telapak tangan dari arah luar ke dalam dengan
teknik memijat memutar akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk
menyampaikan perintah ke otak bagian belakang (Suherni, 2008).
Intervensi ketiga dari diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis (involusi uterus) adalah kalaborasi dengan
dokter/tim medis untuk pemberian obat secara farmakologi sedangkan
52
menurut Dongoes (2007) obat antibiotik diberikan secara profilaktik dan
untuk mengatasi infeksi.
Masalah keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan trauma
jaringan. Pada Ny. F, penulis membuat intervensi dengan tujuan, setelah
tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan resiko infeksi dapat teratasi
dengan kriteria hasil : suhu tubuh normal (36 0C -37
0C) , tidak terjadi rubor,
kolor, dolor, tumor, fungsi laesa, dan tidak terjadi infeksi.
Intervensi pertama pada diagnosa kedua yaitu kaji luka pasien untuk
mengetahui tingkat luka pasien. Memberikan informasi dasar tentang status
luka, sehingga proses penyembuhan dapat dimonitor (Suriadi, 2007).
Intervensi ke dua dari diagnosa ke dua pada masalah resiko infeksi
berhubungan dengan trauma jaringan adalah observasi tanda-tanda vital.
Menurut Dongoes (2007) rasionalnya adalah untuk memantau keadaan umum
pasien.
Intervensi ke dua dari diagnosa ke tiga pada masalah resiko infeksi
berhubungan dengan trauma jaringan adalah berikan perawatan luka.
Menurut Dongoes (2007) adalah melindungi pasien dari kontaminasi
selama penggantian balut, balutan basah bertindak sebagai sumbu retrigad,
menyerap kontaminan eksternal.
Intervensi ke dua dari diagnosa ke empat pada masalah resiko infeksi
berhubungan dengan trauma jaringan adalah ajarkan cara pencegahan infeksi
sedangkan menurut Dngoes (2007) rasionalnya adalah mungkin indikatif
53
dari pembentukan hematoma atau terjadinya infeksi yang menunjang
perlambatan pemulihan luka dan meningkatkan resiko pemisahan luka.
Intervensi ke dua dari diagnosa ke lima pada masalah resiko infeksi
berhubungan dengan pertahanan tubuh yang tidak adekuat adalah kalaborasi
dengan dokter untuk pemberian obat menurut Dongoes (2007) obat antibiotik
diberikan secara profilaktik dan untuk mengatasi infeksi.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah diciptakan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respons pasien selama dan
sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah, dkk.
2014).
Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses
keperawatan yang merupakan katagori dan perilaku keperawatan dimana
tindakan yang diperluhkan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan
dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Andarmoyo, 2013).
Implementasi yang penulis lakukan pada Ny. F pada diagnosa
keperawatan yang pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis (involusi uterus) implementasi yang dilakukan penulis adalah
mengkaji nyeri pasien dengan PQRST untuk mengetahui tindakan skala nyeri
pasien. Keuntungan kajian nyeri bagi pasien adalah nyeri diidentifikasi,
54
dikenali sebagai sesuatu yang nyata yang dapat diukur, dan dijelaskan, serta
digunakan untuk mengevaluasi perawatan (Potter & Perry, 2005).
Implementasi yang penulis lakukan pada Ny. F pada diagnosa
keperawatan yang pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis (involusi uterus) implementasi yang dilakukan penulis adalah
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk menurunkan intensitas nyeri.
Menganjurkan relaksasi nafas dalam untuk menurunkan nyeri pasien yang
melibatkan teknik pernafasaan dalam efektif dan kata-kata atau ungkapan
yang diyakini oleh seseorang dapat menurunkan beban yang dirasakan atau
dapat meningkatkan kesehatan (Suherni, 2008).
Implementasi yang ketiga adalah melakukan massage payudara pada
pasien. Massage payudara untuk mempercepat involusi uterus tindakan
diberikan selama 6 jam pertama didapatkan data subyektif : pasien masih
mengatakan nyeri, data obyektif : pasien meringis kesakitan, TFU pasien
masih berada pada 1 jari dibawah umbilicus (Emi Sutrisminah dan Nur
Alfiyati, 2013).
Massage payudara dapat mempengaruhi involusi uterus
dikarenakan :
1. Iskemia miometrium
Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus
setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif
anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
55
2. Atrofi jaringan
Terjadi sebagai reaksi penghentian hormone ekstrogen saat plasenta lahir.
3. Autplysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterus.
Enzim proteolitik akan memendekan otot jaringan otot yang telah
mengendurkan hingga panjangnya 10x panjang sebelumnya 5x lebar
sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Ini disebabkan karena
penurunan hormone progresteron dan estrogen.
Uterus dalam 12 jam, TFU mencapai kurang lebih 1 cm diatas
umbilikus. Beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung cepat,
fundus kira-kira turu 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum ke 6
fundus normal akan berada pada pertengahan antara umbilikus dan simpisis
pubis (Lowdermilk, dkk 2013).
Uterus pada waktu hamil penuh beratnya 11x berat sebelum hamil,
berinvolusi kira-kira menjadi 500 g 1 minggu setelah melahirkan 350 g (11-
12 ons) 2 minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus
berada didalam panggul sejati lagi. Pada minggu ke 6 beratnya menjadi
50-60 g (Lowdermilk, dkk 2005).
Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa
fundus uteri dengan cara:
1. Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm di bawah pusat, 12
jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1 cm
setiap hari.
56
2. Pada hari kedua setelah persalinan, tinggi fundus uteri 1 cm dibawah
pusat. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat atau pada
hari ke 5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat simpisis. Pada hari ke-10
tinggi fundus uteri tidak teraba.
Cara pemijatan payudara menurut (Emi Sutrisminah dan Nur Alfiyati,
2013) yaitu ibu duduk dengan rileks bersandar ke depan tangan dilipat diatas
meja dengan kepala diletakkan diatasnya, payudara tergantung lepas tanpa bra,
penolong memijat sepanjang sisi tulang belakang, menggunakan dua kepalan
tangan dengan ibu jari menunjuk ke depan, tekan kuat membentuk gerakan
melingkar-lingkar kecil, lakukan pemijatan hingga sebatas tali bra, lakukan
selama 2-3 menit. Lakukan beberapa kali sampai ibu merasakan rileks.
Implementasi yang penulis lakukan pada Ny. F pada diagnosa
keperawatan yang pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis (involusi uterus) implementasi yang dilakukan penulis adalah
mengkalaborasi dengan dokter/tim medis lainnya untuk pemberian obat
analgesik (asam mefenamat 1gr/8 jam) untuk mengurangi rasa nyeri dan
memberikan rasa nyaman.
Implementasi pertama yang penulis lakukan pada Ny. F pada diagnosa
keperawatan yang ke dua resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
implementasi yang dilakukan penulis adalah mengkaji luka pasien untuk
mengetahui tingkat luka pada pasien. Memberikan informasi dasar tentang
status luka, sehingga proses penyembuhan dapat dimonitor (Suriadi, 2007).
57
Implementasi kedua yang penulis lakukan pada Ny. F pada diagnosa
keperawatan yang ke dua resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
implementasi yang dilakukan penulis adalah memberikan perawatan luka
untuk mencegah terjadinya infeksi. Perawatan luka dengan NaCl 0,9%
merupakan cairan fisiologis yang efektif untuk perawatan luka karena sesuai
dengan kandungan garam tubuh (Kristiyaningrum, 2013).
Implementasi ke tiga yang penulis lakukan pada Ny. F pada diagnosa
keperawatan yang ke dua resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
implementasi yang dilakukan penulis adalah mengajarkan cara pencegahan
infeksi untuk dapat mengerti tanda-tanda infeksi. Tanda bahaya infeksi pada
nifas. Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genetalia
pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu
badan melebihi 39 0C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut
selama dua hari (Prawirohardjo, 2006).
Implementasi ke empat yang penulis lakukan pada Ny. F pada
diagnosa keperawatan yang ke dua resiko infeksi berhubungan dengan trauma
jaringan, implementasi yang dilakukan penulis adalah mengkalaborasi dengan
dokter/tim medis lainnya untuk pemberian obat antibiotik (amoksilin 1gr/8
jam). Fungsi dari amoksilin itu sendiri adalah untuk infeksi saluran
pernafasan, kemih dan kelamin (Kasim, 2013).
58
E. EVALUASI
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. (Rohmah, 2014).
Evaluasi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan tujuan
dan kriteria hasil dapat dilaksanakan dengan SOAP, Subyektif, Obyektif,
Assesment, Planning (Deden, 2012).
Evaluasi hari pertama pada tanggal 09 Januari 2016 jam 13.10 WIB
dengan masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
(involusi uterus). Terdapat data subyektif : pasien mengatakan nyeri pada
perut bagian bawah, nyeri karena kontraksi uterus. P: nyeri karena kontraksi
uterus, Q: nyeri tersebut seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri pada perut bagian
bawah, S: skala nyeri 4, T: nyeri terasa saat digerakkan ± 1 menit. Obyektif :
pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak memegangi perut bagian
bawah, TFU berada di 1 jari di bawah umbilikus, tanda-tanda vital tekanan
darah : 120/70 mmHg, suhu : 36,5
0C, nadi : 80
x/menit, respiratory: 20
x/menit. Assesment masalah belum teratasi. Planning Intervensi dilanjutkan.
Evaluasi hari pertama pada tanggal 09 Januari 2016 pukul 13.25 WIB
dengan masalah resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
Terdapat data subyektif : pasien mengatakan terdapat luka jahitan akibat
persalinan. Obyektif : terdapat luka jahitan episiotomy ±3 cm dengan 5 jahitan,
59
suhu: 36,5
0C, leukosit : 10.8 ribu/uL. Assesment masalah belum teratasi.
Planning lanjutkan intervensi.
Evaluasi hari kedua pada tanggal 10 Januari 2016 pada jam 13.00
WIB dengan diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera biologis (involusi uterus). Terdapat data subyektif : pasien
mengatakan nyeri pada perut bagian bawah sadah sedikit berkurang, P: nyeri
karena kontraksi uterus, Q: nyeri tersebut seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri pada
perut bagian bawah, S: skala nyeri 3, T: nyeri terasa saat digerakkan ± 1 menit.
Obyektif : pasien tampak tidak meringis kesakitan, TFU berada di 2 jari di
bawah umbilikus, tanda-tanda vital tekanan darah 110/80 mmhg, respiratory
21 x/menit, nadi 81
x/menit, suhu 36,8 0C. Assesment masalah teratasi
sebagian. Planning lanjutkan intervensi.
Evaluasi hari kedua pada tanggal 10 Januari 2016 pada jam 13.15
WIB dengan diagnosa yang ke dua yaitu resiko infeksi berhubungan dengan
trauma jaringan. Terdapat data subyektif : pasien mengatakan terdapat luka
jahitan akibat persalinan. Obyektif : terdapat luka jahitan episiotomy sudah
bersih dan lukanya tidak basah dan tidak terjadi rubor, kolor, dolor, tumor,
fungsi laesa. Suhu 36,8 0C. Assesment masalah teratasi sebagian. Planning
lanjutkan intervensi.
Evaluasi hari ketiga pada tanggal 11 Januari 2016 pada jam 13.15
WIB dengan diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera biologis (involusi uterus). Terdapat data subyektif : pasien
mengatakan sudah tidak terasa nyeri pada perut bagian bawah. skala nyeri 1,
60
obyektif : pasien tampak nyaman dan rileks, TFU berada di 3 jari dibawah
umbilikus, tanda-tanda vital tekanan darah 120/70 mmhg, respiratory 20
x/menit, nadi 79 x/menit, suhu 36,5
0C. Assesment masalah sudah teratasi.
Planning lanjutkan intervensi.
Hasil akhir implementasi aplikasi jurnal penelitian yang telah
dilakukan oleh Emi Sutrisminah dkk (2013), dengan judul “Pemberian
Tindakan Terapi Massage Payudara terhadap Penurunan Involusi Uterus Pada
Asuhan Keperawatan Ny. F dengan Postpartum di Ruang Nifas Puskesmas
Sibella Surakarta. Penulis mendapatkan hasil analisa dari implementasi yang
dilakukan selama 3 hari kelolaan yaitu terjadi penurunan involusi uterus.
Tindakan massage payudara dilakukan secara rutin 2 kali sehari terjadi
penurunan involusi uterus pada ny. F terbukti efektif karena massage
payudara pada jam ke 6-12 TFU turun dan menjadi 3 jari dibawah
pusat/umbilikus. Hasil tersebut sesaui dengan kriteria hasil yang diharapkan
dan terbukti sesuai teori yang ada terjadi penurunan involusi uterus setelah
dilakukan tindakan massage payudara.
Evaluasi hari ketiga pada tanggal 11 Januari 2016 pada jam 13.35
WIB dengan diagnosa yang ke dua yaitu resiko infeksi berhubungan dengan
trauma jaringan. Terdapat data subyektif : pasien mengatakan mengerti
tentang cara pencegahan infeksi dan tanda-tanda infeksi. Obyektif : pasien
tampak paham, tidak terjadi rubor, kolor,dolor, tumor, fungsi laesa. Suhu 36,5
0C. Assesment masalah sudah teratasi. Planning lanjutkan intervensi.
61
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. F yang
meliputi pengkajian, analisa data, intervensi, implementasi, evaluasi serta
pengaplikasikan massage payudara terhadap penurunan involusi uterus pada
asuhan keperawatan pada Ny. F postpartum diruang Nifas Puskesmas Sibela
Surakarta, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pada Ny. F dengan postpartum P2A0 berdasarkan hasil pengkajian
didapatkan data subjektif : pasien mengatakan nyeri pada perut bagian
bawah, nyeri karena kontraksi uterus. P: nyeri karena kontraksi uterus, Q:
nyeri seperti tertusuk-tusuk , R: nyeri pada perut bagian bawah, S: skala
nyeri 4, T: nyeri terasa saat digerakkan ± 1 menit. Data obyektif : yang
didapat adalah pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak
memegangi perut bagian bawah,TFU berada di 1 jari dibawah umbilikus,
tanda-tanda vital tekanan darah: 120/70 mmHg, suhu: 36,5
0C, nadi: 80
x/menit, respiratory: 20 x/menit.
2. Diagnosa Keperawatan
Prioritas utama pada pasien yang muncul pertama adalah nyeri
akut berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus).
62
3. Intervensi Keperawatan
Penulis membuat intervensi dengan diagnosa pertama yaitu nyeri
akut berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus) yaitu
observasi karakteristik nyeri (penyebab nyeri, kualitas nyeri, letak
nyeri, skala nyeri, dan waktu munculnya nyeri) dengan rasional untuk
mengetahui tingkat nyeri pasien, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
dengan rasional untuk menurunkan intensitas nyeri, observasi tanda-
tanda vital dengan rasional untuk mengetahui keadaan umum pasien,
lakukan massage payudara dengan rasional untuk mempercepat proses
involusi uterus, kalaborasi dengan dokter/tim medis lainnya untuk
pemberian obat analgesik (asam mefenamat 1gr/8 jam) dengan rasional
untuk mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman.
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis mulai hari sabtu
tanggal09 Januari 2016 sampai dengan senin11 Januari 2016 dengan
mengkaji skala nyeri dengan PQRST, mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam, observasi tanda-tanda vital, melakukan massage payudara
bertujuan untuk menurunkan tinggi fundus uterus, mengkalaborasi
dengan dokter/tim medis lainnya untuk pemberian obat analgesik (asam
mefenamat 1gr/8 jam).
63
5. Evaluasi
Hasil evaluasi diagnosa pertama pada Ny. F yaitu nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis (involusi uterus) sudah teratasi
karena jurnal tersebut menyatakan massage payudara pada pasien
dengan postpartum akan lebih cepat menurun jika pemijatan dilakukan
setiap 6-12 jam perhari, skala nyeri turun menjadi 1.
6. Analisa
Analisa hasil implementasi aplikasi jurnal penelitian yang telah
dilakukan oleh Emi Sutrisminah dkk (2013), dengan judul “Pemberian
Tindakan Terapi Massage Payudara terhadap Penurunan Involusi Uterus
Pada Asuhan Keperawatan Ny. F dengan postpartum di Ruang Nifas
Puskesmas Sibella Surakarta. Penulis mendapatkan hasil analisa dari
implementasi yang dilakukan selama 3 hari kelolaan yaitu terjadi
penurunan involusi uterus. Tindakan massage payudara dilakukan secara
rutin 2 kali sehari terjadi penurunan involusi uterus pada ny. F terbukti
efektif karena massage payudara pada jam ke 6-12 TFU turun dan
menjadi 3 jari dibawah pusat/umbilikus. Hasil tersebut sesaui dengan
kriteria hasil yang diharapkan dan terbukti sesuai teori yang ada terjadi
penurunan involusi uterus setelah dilakukan tindakan massage payudara.
64
B. Saran
1. Instansi
a. Bagi institusi pendidikan
Dapat memberikan/meningkatan fasilitas, sarana, dan prasana
dalam proses pendidikan dari apa yang sudah ada saat ini, melengkapi
perpustakaan dengan buku-buku keperawatan khususnya massage
payudara terhadap penurunan involusi uterus sebagai pilihan terapi
modalitas keperawatan dalam managemen involusi uterus salah satu
contoh asuhan keperawatan dengan involusi uterus.
b. Bagi institusi pelayan kesehatan (Rumah Sakit)
Diharapkan Puskesmas khususnya Puskesmas Sibela Surakarta
dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan
hubungan kerja sama baik antara tim kesehatan maupun pasien serta
keluarga pasien. Khususnya dalam proses rehabilitasi medik dengan
melibatkan keluarga pasien untuk berperan aktif sehingga pasien dan
keluarga mengerti perawatan lanjutan dirumah.
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat
Perlu adanya peningkatan pelayanan kesehatan dengan cara
menganalisa jurnal khususnya pemberian massage payudara terhadap
penurunan involusi uterus pada asuhan keperawatan dengan P2A0.
65
3. Bagi pembaca
Diharapkan bisa memberikan tindakan massage payudara terhadap
penurunan involusi uterus pada ibu postpartum.
4. Bagi penulis
Memberikan ilmu dan menambah wawasan penulis mengenai
konsep fraktur dan pelaksanaan dalam asuhan keperawatan yang
komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Bahiyatun, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika
Bobak, dkk. (2005). Buku Ajar Keperawatan Materinitas, edisi 4.Jakarta :
Buku Kedokteran : EGC
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2009. Buku Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2009. September. Dinkesjateng. Semarang.
Doenges, Marylin, E.2007. Perencanaan & Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta
Cuningham, 2006 dalam Emi Sutrisminah dan Nur Alfiyati (2013. Obstetric
William edisi 21. Jakarta:EGC
Elisabeth, 2013. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas Yogyakarta:
CV. Andi Offset
Emi Sutrisminah dan Nur Alfiyati (2013). Benefits Of Breast Massage On
Postpartum Uterine Involution.
Ferial, E.W.(2013).Biologi Reproduksi : Jakarta : Erlangga
Handayani (2008). Gangguan Pola Tidur Ibu Post Partum. Jakarta : Buku
Kedokteran : EGC
Hartono, 2013. Pengertian Infeksi pada ibu post partum. Jakarta, EGC
Herdman. T.H. 2010. Nanda International Diagnosis Keperawatan Defini dan
Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Hutahaean (2013). Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan edisi 3.
Jakarta: EGC
ISO. 2013. Iso_informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.
Judha, dkk. (2012). Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Kasim, (2013). Penggunaan Obat Dosis Dengan Tepat. Jakarta, EGC
Khairani, dkk. (2012). Pengkajian Pada Pemeriksaan Abdomen Pada Ibu Post
Partum. EGC, Jakarta
Kristiyaningrum, dkk. 2013. Efektifitas Penggunaan Larutan NaCl dibandingkan
dengan D40% terhadap proses penyembuhan luka perineum. Jakarta,
EGC
Lawrence Green, Notoatmodjo (2005). Kerangka Teori Pada Post Partum.
Jakarta: EGC
Lowdermilk, dkk (2013). Uterus Pada Ibu Post Partum. Jakarta, EGC
NANDA. (2011). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-
2011.Jakarta : Buku Kedokteran: EGC
Niman.S (2013). Pengkajian Kesehatan Untuk Perawat Anamnesis,
Pemeriksaan Tanda Vital dan Pemeriksaan Fisk. Jakarta ; Trans Info Media
Noor, 2007. Pemeliharaan Pasien Dengan Rutinitas Tidur. Jakarta, EGC
Nurarif Huda Amin & Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC_NOC. Edisi Revisi. Jilid 2.
Medi Action. Yogyakarta.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses &
Praktik.Vol. edisi 4.Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC
Prawirohardjo, 2006. Mengajarkan cara pencegahan infeksi. Jakarta, EGC
Ramli, 2005. Pengertian Involusi uterus. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC
Rohmah, dkk. (2014) Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Buku Kesehatan EGC
Roito, dkk.(2013). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas & Deteksi Dini Komplikasi.
Jakarta : Buku Kesehatan EGC
Soleha, Teth, dkk. 2013. Relaksasi dalam post partum.Penerbit : Jakarta
Suherni, (2008; Suradi, 2006). Teknik Pemijatan Payudara. Jakarta : Buku
Kesehatan EGC
Sunadi. 2007. Manajemen Luka. Jakarta : Buku Kedokteran : EGC
Walyani,. (2015). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Widuri., (2013). Cara Tindakan Pemijatan Payudara. Yogyakarta : Gosyen
Publisting
Wilkinson. J & Ahern. N.R (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan , Edisi
9.Jakarta ; Buku Kedokteran