MATERNITAS LAGI

49
1. LOKASI PEMERIKSAAN JANTUNG DAN PARU Pemeriksaan Thorax a) memperkenalkan diri pada pasien dan jelaskan tindakan yang akan dilakukan *minta persetujuan pasien b) minta pasien melepas baju, perhiasan, dan alat lain yang terbuat dari logam (misalnya, ikat pinggang) Pemeriksaan Thorax saat pasien duduk Inspeksi melihat bentuk dada anterior dan posterior melihat ada tidaknya deviasi melihat ada tidaknya bendungan vena pada dinding dada Palpasi NOTE : Mulai dari palpasi hingga auskultasi, Posisi kedua skapula harus dalam keadaan terbuka untuk memperluas lapang pemeriksaan. *minta pasien untuk meletakkan kedua tangannya pada bahu membandingkan gerakan dada posterior kanan - kiri merasakan fremitus taktil suara dengan cara meminta pasien mengucapkan "tujuh - tujuh" 1

description

maternitas

Transcript of MATERNITAS LAGI

Page 1: MATERNITAS LAGI

1. LOKASI PEMERIKSAAN JANTUNG DAN PARU

Pemeriksaan Thorax

a) memperkenalkan diri pada pasien dan jelaskan tindakan yang akan dilakukan *minta

persetujuan pasien

b) minta pasien melepas baju, perhiasan, dan alat lain yang terbuat dari logam (misalnya,

ikat pinggang)

Pemeriksaan Thorax saat pasien duduk

Inspeksi

melihat bentuk dada anterior dan posterior

melihat ada tidaknya deviasi

melihat ada tidaknya bendungan vena pada dinding dada

Palpasi

NOTE : Mulai dari palpasi hingga auskultasi, Posisi kedua skapula harus dalam

keadaan terbuka untuk memperluas lapang pemeriksaan. *minta pasien untuk

meletakkan kedua tangannya pada bahu

membandingkan gerakan dada posterior kanan - kiri

merasakan fremitus taktil suara dengan cara meminta pasien mengucapkan "tujuh -

tujuh"

posisi kedua tangan pada pemeriksaan dada posterior :

1

Page 2: MATERNITAS LAGI

Perkusi

Tujuan dari perkusi adalah berusaha menangkap getaran suara yang dihasilkan dari

phalange (tulang jari). ada beberapa jenis suara yang mungkin dihasilkan dari perkusi

NOTE : Jurnal Kedokteran di Indonesia menggunakan istilah dull sebagai "pekak",

karena itu pekak hati bukan di terjemahkan menjadi liver flatness melainkan liver

dullness.

Prosedur perkusi

Tempatkan jari pleksimeter pada dinding dada yang akan diperiksa *untuk

menghasilkan bunyi perkusi yang lebih keras, tekan jari dengan kuat. Cara ini lebih

baik daripada melakukan pengetukan lebih keras

pada tangan lainnya, lakukan pengetukan tanpa pergerakan siku (lakukan pengetukan

dengan cepat dan seperti refleks)

2

Page 3: MATERNITAS LAGI

pengetukan dilakukan di bagian paling ujung (pada gambar), kemudian pindahkan jari

dengan cepat agar getaran tidak teredam.

Pemeriksaan :

membandingkan bunyi perkusi paru kanan dan kiri secara berurutan

Pemeriksaan :

menentukan batas bawah paru

NOTE (secara normal : orang Indonesia batas bawah pulmo

dextra posterior terletak sejajar dengan processus spinosus thoracal IX atau thoracal X,

batas bawah pulmo sinistra posterior terletak sejajar dengan processus spinosus thoracal

VIII atau IX)

3

Page 4: MATERNITAS LAGI

Auskultasi

Auskultasi dinding dada posterior kurang kuat terdengar dibandingkan auskultasi

anterior. (kecuali di triangle of auscultation) walau begitu biasanya, pemeriksaan ini

tetap dilakukan oleh para dokter muda.

Posisi steshoscope sewaktu auscultasi adalah sama seperti pada palpasi fremitus suara

Pemeriksaan yang dilakukan sewaktu pasien berbaring

ada dua jenis pemeriksaan yang dilakukan sewaktu pasien berbaring, yaitu :

1. Pemeriksaan Paru anterior

2. Pemeriksaan Jantung

1. Pemeriksaan Paru Anterior

Inspeksi

melihat keadaan sela iga sewaktu bernafas (secara normal : sela iga akan ekspansi

atau meregang saat inspirasi dan kembali ke posisi semula sewaktu ekspirasi)

Palpasi

membandngkan gerakan dinding dada sewaktu bernafas

merasakan getaran fremitus suara

Posisi kedua tangan sewaktu palpasi thorax anterior

4

Page 5: MATERNITAS LAGI

Perkusi

membandingkan bunyi perkusi paru kanan - kiri anterior secara berurutan

menentukan batas paru - hepar

perkusi dilakukan di sepanjang garis midklavikula dextra. Batas paru hepar ditentukan

setelah terjadi perubahan suara dari sonor ke pekak

menentukan batas paru - lambung

5

Page 6: MATERNITAS LAGI

perkusi dilakukan di sepanjang garis axilla anterior sinistra. Batas paru - lambung

ditentukan setelah terjadi perubahan suara dari sonor ke timpani. (secara normal : batas

paru - lambung orang Indonesia berada di Intercostae VII atau intercostae VIII)

menentukan batas peranjakan paru

perkusi dilakukan di batas paru - hepar. setelah pasien diminta untuk menahan nafas,

batas paru- hepar yang semula berbunyi perkusi "pekak" akan berganti menjadi

"sonor". Perkusi dilanjutkan sampai ditemukan batas paru - hepar yang baru, kemudian

tentukan seberapa besar batas peranjakan paru. (secara normal : batas peranjakan paru

adalah 2 cm atau sebesar 2 jari orang dewasa)

Auskultasi

membandingkan bunyi nafas dasar paru anterior dan bronkial pada pasien

.

2. Pemeriksaan Jantung

Inspeksi

Melihat ada tidaknya bendungan vena pada dinding dada

Melihat pulsasi iktus cordis

Palpasi

6

Page 7: MATERNITAS LAGI

mencari pulsasi iktus cordis (secara normal : iktus cordis terletak di garis

midklavikula sinistra Intercostae V)

denyut jantung dapat dihitung pada iktus cordis (walaupun cara ini tidak lazim

dilakukan)

Perkusi

menentukan batas kanan jantung

Batas kanan jantung ditentukan setelah batas paru hepar ditemukan

menentukan batas kiri jantung

Batas kiri jantung ditentukan setelah batas paru - lambung ditemukan

Auskultasi

mendengarkan bunyi jantung I (saat katup mitral dan trikuspidal menutup) dan bunyi

jantung 2 (saat katup aorta dan pulmonal menutup) pada masing - masing katup

jantung.

NOTE :

katup mitral terletak di garis midklavikula sinistra intercostae V

katup trikuspidal terletak di garis parasternal sinistra intercostae IV

katup aorta terletak di garis sternalis dextra intercostae II

katup pulmonal terletak di garis sternalis sinistra intercostae II

2. SUARA NAFAS ABNORMAL

1. Wheezing

Kondisi yang disertai dengan wheezing

Wheezing adalah suara pernapasan frekuensi tinggi nyaring yang terdengar di akhir ekspirasi.

Hal ini disebabkan penyempitan saluran respiratorik distal. Untuk mendengarkan wheezing,

7

Page 8: MATERNITAS LAGI

bahkan pada kasus ringan, letakkan telinga di dekat mulut anak dan dengarkan suara napas

sewaktu anak tenang, atau menggunakan stetoskop untuk mendengarkan wheezing atau

crackles/ ronki.

Pada umur dua tahun pertama, wheezing pada umumnya disebabkan oleh infeksi saluran

respiratorik akut akibat virus, seperti bronkiolitis atau batuk dan pilek. Setelah umur dua

tahun, hampir semua wheezing disebabkan oleh asma. Kadang-kadang anak dengan

pneumonia disertai dengan wheezing. Diagnosis pneumonia harus selalu dipertimbangkan

terutama pada umur dua tahun pertama.

Anamnesis

Sebelumnya pernah terdapat wheezing

Memberi respons terhadap bronkodilator

Diagnosis asma atau terapi asma jangka panjang.

Pemeriksaan

wheezing pada saat ekspirasi

ekspirasi memanjang

hipersonor pada perkusi

hiperinflasi dada

crackles/ronki pada auskultasi.

Respons terhadap bronkodilator kerja cepat

Jika penyebab wheezing tidak jelas, atau jika anak bernapas cepat atau terdapat tarikan

dinding dada bagian bawah ke dalam selain wheezing, beri bronkodilator kerja cepat dan

lakukan penilaian setelah 20 menit. Respons terhadap bronkodilator kerja cepat dapat

membantu menentukan diagnosis dan terapi.

Berikan bronkodilator kerja-cepat dengan salah satu cara berikut:

Salbutamol nebulisasi

Salbutamol dengan MDI (metered dose inhaler) dengan spacer

Jika kedua cara tidak tersedia, beri suntikan epinefrin (adrenalin) secara subkutan.

8

Page 9: MATERNITAS LAGI

Lihat respons setelah 20 menit. Tanda adanya perbaikan:

distres pernapasan berkurang (bernapas lebih mudah)

tarikan dinding dada bagian bawah berkurang.

Anak yang masih menunjukkan tanda hipoksia (misalnya: sianosis sentral, tidak bisa minum

karena distres pernapasan, tarikan dinding dada bagian bawah sangat dalam) atau bernapas

cepat, harus dirawat di rumah sakit.

Tabel 10. Diagnosis Banding Anak dengan Wheezing

DIAGNOSIS GEJALA

Asma

Riwayat wheezing berulang, kadang tidak

berhubungan dengan batuk dan pilek

Hiperinflasi dinding dada

Ekspirasi memanjang

Berespons baik terhadap bronkodilator

Bronkiolitis

Episode pertama wheezing pada anak umur

< 2 tahun

Hiperinflasi dinding dada

Ekspirasi memanjang

Gejala pada pneumonia juga dapat dijumpai

Respons kurang/tidak ada respons dengan

bronkodilator

Wheezing berkaitan

dengan batuk dan pilek

Wheezing selalu berkaitan dengan batuk dan

pilek

Tidak ada riwayat keluarga dengan

asma/eksem/hay fever

Ekspirasi memanjang

Cenderung lebih ringan dibandingkan

dengan wheezing akibat asma

Berespons baik terhadap bronkodilator

9

Page 10: MATERNITAS LAGI

Benda asing

Riwayat tersedak atau wheezing tiba-tiba

Wheezing umumnya unilateral

Air trapping dengan hipersonor dan

pergeseran mediastinum

Tanda kolaps paru

Pneumonia

Batuk dengan napas cepat

Tarikan dinding dada bagian bawah ke

dalam

Demam

Crackles/ ronki

Pernapasan cuping hidung

Merintih/grunting

2. Ronchi

a. Ronchi basah (rales)

Merupakan suara nafas seperti vibrasi putus-putus dan tidak terus menerus. Yang

terjadi karena adanya getaran pada cairan dalam jalan nafas yang didahului udara.

Terdengar diatas trakea dan  bronkus

b. Ronchi kering (ronchi),

Merupakan suara terus menerus yang terjadi karena udara melalui jalan nafas yang

menyempit karena penyempitan jalan nafas, dan lebih terdengar saat ekspirasi

daripada inspirasi.

3. S1

Bunyi jantung pertama (S1) muncul akibat 2 penyebab yaitu : penutupan katub

atrioventrikular (katub mitral dan trikuspidalis) dan kontraksi otot-otot jantung. Bunyi

jantung pertama memiliki frekuensi yang lebih rendah dan waktu yang sedikit lebih

lama dibandingkan dengan bunyi jantung kedua. Suaranya :” lup”…..

4. S2

10

Page 11: MATERNITAS LAGI

Bunyi jantung kedua disebabkan dari penutupan katub semilunaris (katub

aorta dan pulmonal). Bunyi jantung kedua memiliki frekuensi nada yang lebih tinggi

dan memiliki intensitas yang maksimum di daerah aorta. Suaranya : “dup”…..

3. INTERVENSI PASIEN SIAP MENYUSUI

1. Pengertian Puting Susu Terbenam

Puting susu terbenam adalah kelainan anatomis pada puting susu dimana puting susu

tidak menonjol keluar.

2.    Cara Mengetahui Puting Susu Tenggelam

Untuk mengetahui apakah puting susu datar atau terbenam yaitu dengan cara menjepit

areola antara ibu jari dan telunjuk di belakang puting susu. Bila puting menonjol berarti

puting tersebut normal, namun bila puting tidak menonjol berarti puting susu datar atau

terbenam.

3.    Cara Mengatasi Puting Susu Tenggelam

a.    Sejak kehamilan trimester terakhir, ibu yang tidak mempunyai resiko kelahiran

prematur, dapat diusahakan mengeluarkan puting susu datar atau terbenam dengan:

1)    Teknik atau gerakan Hoffman yang dikerjakan 2 x sehari.

2)    Dibantu dengan jarum suntik yang dipotong ujungnya atau dengan pompa ASI.

b.    Setelah bayi lahir puting susu datar atau terbenam dapat dikeluarkan dengan cara :

1)    Susui bayi secepatnya segera setelah lahir saat bayi aktif dan ingin menyusu.

2)   Susui bayi sesering mungkin (misalnya tiap 2 – 2,5 jam), ini akan

menghindarkan payudara terisi terlalu penuh dan memudahkan bayi untuk

menyusu.

3)   Massage payudara dan mengeluarkan ASI secara manual sebelum menyusui

dapat membantu bila terdapat bendungan payudara dan puting susu tertarik ke

dalam.

Pengurutan :

a) Basahi kedua telapak tangan dengan minyak , letakan antara kedua

payudara.

b) Kedua telapak tangan diurutkan dari tengah, ke atas, ke samping dan ke

bawah. Payudara diangkat terus dilepas. Lakukan 20 – 30 kali pada setiap

payudara.

11

Page 12: MATERNITAS LAGI

c) Telapak tangan kiri menopang payudara kiri, dengan jari-jari tangan kanan

sisi kelingking urut payudara ke arah puting, lakukan 20- 30 kali setiap

payudara.

d) Sama dengan pengurutan yang kedua tadi, tetapi tangan kanan digenggam

dan dengan tulang sendi jari, payudara diurut dari pangkal payudara kearah

puting susu lakukan 20 – 30 kali setiap payudara.

Perangsangan

Selesai pengurutan diteruskan dengan penyiraman payudara dengan air hangat

kuku dahulu, lalu dengan air dingin bergantian selama 5 menit. Setelah itu

pakailah BH yang menopang.

4)    Dengan menggunakan pompa puting. Puting susu yang terbenam dapat dibantu

agar menonjol dan dapat dihisap oleh mulut bayi. Upaya ini dapat dimulai sejak

kehamilan trimester III dan biasanya hanya perlu dibantu hingga perlu dibantu

hingga bayi berusia 5 – 7 hari.

5)    Puting juga bisa ditarik keluar secara teratur hingga puting akan sedikit

menonjol dan dapat dihisapkan ke mulut bayi, puting akan lebih menonjol lagi.

4.    Manfaat Perawatan Puting Susu Tenggelam

-    Menjaga kebersihan putting susu agar terhindar dari infeksi

-    Melunakkan serta memperbaiki bentuk putting susu sehingga bayi dapat menyusu

dengan baik

-    Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi asi lancar

-    Mengetahui secara dini kelainan putting susu dan melakukan usaha-usaha untuk

mengatasinya

-    Persiapan psikis ibu menyusui

-    Melancarkan sirkulasi darah

-    Mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI

5.    Langkah – langkah Perawatan Puting Susu Tenggelam

Menurut Hoffman :

1. Dengan jari telunjuk / ibu jari mengurut disekitar puting susu ke arah

berlawanan sampai merata.

2. Basahi kedua telapak tangan dengan minyak kelapa. Tarik kedua puting

bersama-sama dan putar ke dalam kemudian keluar selama 20 kali.

12

Page 13: MATERNITAS LAGI

3. Puting susu dirangsang dengan ujung waslap / handuk kering yang digerakan

ke atas bawah beberapa kali.

4. TERMINOLOGI DALAM KEHAMILAN

a) Partus Immaturus : Proses pengeluaran hasil konsepsi < 28 minggu dengan berat janin

500-1000 gram

b) Partus Prematurus : Proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi belum

aterm (cukup bulan) pada usia kehamilan 28-36 minggu, dengan berat janin 1000-2500

gram

c) Partus Postmaturus/Serotinus : Proses pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi 2 minggu

atau lebih dari waktu persalinan yang diperkirakan

d) Partus Presipitatus : Persalinan yang berlangsung sangat cepat (<3jam)

e) Partus Biasa/Spontan/Normal : Bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa

memakai alat-alat istimewa dan tidak melukai ibu dan bayi, umumnya berlangsung <24

jam

f) Partus Luar Biasa/Abnormal : Bila bayi dilahirkan pervaginam dengan menggunakan

cunam/forcep, ekstraktor vakum, versi dan ekstraksi, dekapitasi, embriotomi dsb

g) Partus Aterm : Terjadinya persalinan pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat

janin di atas 2500 gram.

h) Gravida (G) : seorang wanita yang sedang hamil

i) Primigravida : Seseorang wanita yang sedang hamil untuk pertama kalinya

j) Para : Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable) (P)

k) Nullipara : Seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang viable untuk

pertama kalinya

l) Multipara/Pleuripara : Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi viable < 5 kali

m) Grande Multipara : Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi aterm > 5 kali

n) Abortus : Penghentian kehamilan sebelum janin viable dengan berat janin dibawah 500

gram atau tua kehamilan < 20 minggu

o) In Partu : Seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan

p) ANC (ante natal care) : asuhan yang diberikan untuk ibu sebelum persalinan; prenatal

care

q) Kehamilan Ektopik : suatu kehamilan yang terjadi diluar Rahim

r) Gestasi : usia kehamilan. Lamanya waktu sejak konsepsi sampai janin berkembang.

s) Gravida : jumlah berapa kali seseorang wanita hamil

13

Page 14: MATERNITAS LAGI

t) IUFD (Intrauterine Fetal Death) : kematian janin dalam Rahim

u) IUGR (intrauterine growth retardation) : pertumbuhan janin yang terlambat di dalam

Rahim

v) Multigravida : seorang wanita yang sudah pernah hamil dua kali atau lebih

w) Multipara / Pleuripara: seorang wanita yang sudah mengalami hamil dengan usia

kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya dua kali atau

lebih(< 5 kali)

x) Neonatal : 28 hari pertama setelah bayi lahir (0-28 hari )

y) Paritas/para : jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar

rahim (28 minggu)

z) Parturient : seorang wanita yang sedang dalam proses persalinan

5. ADAPTASI PERSALINAN

Pada persalinan normal, persalinan dibagi menjadi 4 kala :

1. Persalinan Kala I (Pembukaan Serviks)

Menurut azwar (2004), persalinan kala I adalah pembukaan yang berlangsung

antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.

Dengan ditandai dengan : Penipisan dan pembukaan serviks.,Kontraksi uterus yang

mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2  kali dalam 10 menit),

Keluarnya lendir bercampur darah.

a. Adaptasi Fisiologis

Kantraksi uterus sedang terjadi setiap 2,5-5 menit dan berlangsung 30-45

detik

 Pembukaan serviks kira-kira 4-7 cm

Terdapat “bloody show” dalam jumlah yang sedang

Bayi turun 1-2 cm di bawah spina iliaca

b. Adaptasi psikologis

Pada kala I fase aktif, klien akan tampak lebih serius, dan terhanyut pada

proses persalinan

Ketakutan pada klien tentang kemampuan mengendalikan pernafasan

dan atau melakukan tekhnik relaksasi.

Menurut Wiknjosasto, kala pembukaan di bagi atas 2 fase yaitu :

a. Fase laten

14

Page 15: MATERNITAS LAGI

 Pembukaan serviks berlangsung lambat, di mulai dari pembukaan 0 sampai

pembukaan 3 cm, berlangsung kira – kira 8 jam.

b. Fase aktif

 Dari pembukaan 3 cm sampai pembukaan 10 cm, belangsung kira – kira 7 cm.

Di bagi atas :

1) Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm menjadi 4.

2) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat

cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm

3) Fase deselarasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10

cm.   

Kontraksi  menjadi lebih kuat dan sering pada fase aktif. Keadaan

tersebut dapat dijumpai pada primigravida maupun multigravida, tetapi pada

multigravida fase laten, fase aktif das fase deselerasi terjadi lebih pendek.

1) Primigravida

Osteum uteri internum akan membuka terlebih dahulu sehingga serviks akan

mendatar dan menipis. Keadaan osteum uteri eksternal membuka,

berlangsung kira – kira 13 – 14 jam.

2) Multigravida

Osteu uteri internum sudah membuka sedikit sehingga osteum uteri internum

dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu

yang bersama

2. Kala II (kala pengeluaran)

Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)

dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua disebut juga kala pengeluaran bayi

(JNPK-KR Depkes RI, 2008).

a. Adaptasi fisiologis

Terjadi kontraksi setiap 1,5-2 menit dan berlangsung 60-90 detik

Dilatasi serviks penuh (10cm) dan penonjolan 100%

Rata-rata kecepatan turunnya janin adalah 1 cm/jam untuk nulipara,

sedangkan untuk multipara 2 cm atau lebih per satu jam

Peningkatan penumpukan perdarahan di vagina

Membrane mungkin rupture pada saat ini, terutama bila masih utuh

15

Page 16: MATERNITAS LAGI

Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

Crowning terjadi, caput tampak tepat sebelum kelahiran pada presentasi

vertex

Tekanan darah dapat meningkat 5-10 mmHg diantara kontraksi

Keinginan defekasi involunter pada kontraksi disertasi tekanan intra

abdomen dan tekanan uterus

Peningkatan frekuensi pernafasan

Peningkatan produksi keringat, terlihat pada bibir atas.

Adanya mual dan muntah

b. Adaptasi psikologis

Klien gelisah, biasanya mengatakan “saya tidak tahan “

Dapat merasa kehilangan control/kebalikannya, klien terlibat mengeran

secara aktif

Setelah serviks membuka lengkap, janin akan segera keluar. His terjadi tiap

2-3 menit, lamanya 60-90 detik. His sempurna dan efektif bila ada koordinasi

gelombang kontraksi sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di fundus

uteri, mempunyai ampitudo 40-60 mmHg, berlangsung 60-90 detik dengan

jangka waktu 2-4 menit dan tonus uterus saat relaksasi kurang dari 12

mmHg. Pada primigravida kala II berlangsung kira-kira sau setengah jam dan

pada multi gravida setengah jam.

Tanda obyektif yang menunjukkan tahap kedua dimulai adalah sebagai

berikut:

a. Muncul keringat tiba-tiba diatas bibir

b. Adanya muntah

c. Aliran darah ( show ) meningkat

d. Ekstremitas bergetar

e. Semakin gelisah

f. Usaha ingin mengedan

Tanda-tanda ini seringkali muncul pada saat serviks berdilatasi lengkap.

Pemantauan yang kontinyu pada tahap kedua dan mekanisme persalinan, respons

fisiologis dan respons emosi ibu serta respons janin terhadap stres.

16

Page 17: MATERNITAS LAGI

3. Kala III (kala uri / kala pengeluaran plasenta)

Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengluaran uri (mochtar, 1998). Di

mulai segera setelah bayi baru lahir samapi lahirnya plasenta ysng berlangsung tidak

lebih dari 30 menit (saifudin, 2001)

a. Adaptasi fisiologis

Pengeluaran darah yang berwarna hitam dari vagina, terjadi saat plasenta

lepas dari endometrium, biasanya dalam 15 menit setelah melahirkan bayi.

Kontraksi uterus kuat, terjadi 5-7 menit setelah bayi lahir

Perluasan episiotomy dan laserasi jalan lahir  jika ada

Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat, kemudian kembali

ke tingkat normal dengan cepat

Hipertensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesic dan anastesi

Frekuensi nadi melambat sebagi respon terhadap perubahan curah jantung

Dapat mengeluh tremor pada kaki, dan jari menggigil

Klien terlihat letih

b. Adabtasi psikologis

Ekspresi ibu ketika melihat bayinya yang baru lahir dengan tertawa,

berbicara dan kadang-kadang menangis

Klien juga terlihat kecewa ketika melihat bayinya yang baru lahir karena

ternyata tidak sesuai dengan harapannya, dan dapat juga ditunjukkan dengan

tidak adanya kontak mata dengan bayi, marah, berpaling dari bayi dan

kadang-kadang membuat komentar yang buruk

Berlangsung 6-15 menit setelah janin dikeluarkan. Tahap ketiga persalinan

berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir, tujuan penanganan kala

III adalah pelepasan dan pengeluaran plasenta yang aman.

4. Kala IV (observasi )

Menurut saifudin (2002), kala IV dimulai dari saat lahirnya plasena sampai 2

jam pertama post partum. Merupakan fase pengawasan hingga satu jam setelah

plasenta lahir

a. Adaptasi fisologis

Fundus keras, berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi umbilicus

Klien tampak kelelahan dan keletihan dan mengantuk

Nadi biasanya lambat karena hiversensitifitas vagal.

17

Page 18: MATERNITAS LAGI

Tekanan darah bervariasi, mungkin lebih kecil terhadap respon analgesia /

analgetik atau meningkat pada respon pemberian oksitoksin atau

hipertensiakarena kehamilan

Merasa haus, lapar atau mual

Kemungkinan terdapat haemoroid

Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit ( pengerahan tenaga, dehidrasi )

b. Adaptasi psikologis

Reaksi emosional bervariasi, dan dapat berubah-rubah, misalnya eksitasi atau

kurangnya pendekatan, kurang minat karena kelelahan atau kecewa.

Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf atas sikap dan perilaku

selama intrapartum atau saat kehilangan control

Dapat mengekspresikan rasa takut mengenai kondisi bayi dan perawatan

segera pada neonatal

Kala ini sangat penting untuk menilai perdarahan (maks 500 ml) dan baik

tidaknya kontraksi uterus. Hingga lahirnya uri sampai dengan 1-2 jam setelah

uri lahir. Tanda kala IV adalah banyaknya darah yang keluar.

6. PENGKAJIAN KALA I, II, III, IV

1. Kala I (kala Pembukaan)

Permulaan persalinan ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah

karena serviks mulai mendatar dan membuka. Kala pembuka dibagi menjadi du

fase (mochtar, 1994).

a.    Fase laten: pembukaan serviks berlangsung lambbat, sampai pembukaan 3 cm

yang berlangsung dalam tujuh sampai delapan jam.

b.    Fase aktif: berlangsung selanma enam jam yang dibagi atas tiga subvase, antara

lain.

a. periode akselerasi, pembukaan menjadi 4 cm yang berllangsung selam dua

jam.

b. periode dilatasi maksimal, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 9 cm.

c. periode deselerasi, yaitu pembukaan berlansung llambat kembali dalam waktu

dua jam pembukaan dari 9 cm mencapai lengkap 10 cm. Lamanya kala I untuk

primigravida berlangsung selama 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8

18

Page 19: MATERNITAS LAGI

jam. Bardasarkan kurva Friedman diperhitungkan pembukaan primigravida

adalah 1 cm tiap jam dan untuk multigravida 2 cm tiap jam. Dengan

perhitungan tersebut, maka waktu pembuaan lengkkap dapat diperkirakan.

Pengkajian Kala I

a. Riwayat ANC

b. Status fisik dan enpsi ibu

c. Dilatasi serviks

d. Membran amnion

e. Pola kontraksi

f. Pemeriksaan Fisik

g. Pemeriksaan laboratonum

h. Respon klien dan keluarga terhadap persalinan

2. Kala II (kala Pengeluaran)

Menurut mochtar (1994), pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir,

kuat, interval 2-3 menit dengan durasi 50 sampai 100 detik. Pada akhir kala I

ketuban akan pecah disertai pengeluaran cairan mendada, kepala janin turun masuk

ruang panggul, sehingga terjadi tekanan pada otot dasar panggul yang akan

menimbulkan keinginan untuk mengejan. Oleh karena tertekannya fleksus Franken

Hauser, ibu merasa seperti ingin buang air besar karena adanya tekanan pada

rektum. Tanda-tanda kala II (Farrer, 2001) antara lain:

a.     Pemeriksaan vaginal serviks sudah dilatasi penuh.

b.    Selaput amnion biasanya sudah pecah.

c.    His atau kontraksi uterus yang berlangsung panjang kuat, dan tidak begitu sering

bukan 2-3 menit lagi, melainkan sekitar 3-5 menit sekali.

d.    Mungkin terdapat tetesan darah dari vagina.

e.     Ibu mengalami desakan kuat untuk mengejan.

f.     Sfingter ani terlihat berlilatasi.

19

Page 20: MATERNITAS LAGI

g.    Perineum tampak menonjol.

Pengkajian Kala II

a. Vital sign

b. Bladder

c. Urine

d. Hidrasi

e. Keadaan umum

f. Tenaga mengejan ibu

g. Kebutuhanakananalgetik atau anestesi

h. Integritas perineum

Penilaian kemajuan kala II meliputi :

a. Keadaan kontraksi uterus

b. Lama persalinan kala II

c. Penunrnan bagian presentasi

d. Kemajuan dari mekanisme persalinan

3. Kala III (Pelepasan Uri)

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit.

Lepasnya plasenta secara Schultze yang biasanya tidak ada perarahan sebelum

plasenta lahir dan banyak mengeluarkan darah setelah plasenta lahir. Sedangkan

pengeluaran plasenta cara Duncan yaitu plasenta lepas dari pinggir, biasanya darah

mengalir keluar antara selaput ketuan (Mochtar 1994). Lepasnya plasenta sudah

dapat diperkirakan dengan memerhatikan tanda-tanda:

20

Page 21: MATERNITAS LAGI

a.       uterus menjadi bundar;

b.      fundus uterus mengalami kontraksi kuat;

c.       uterus terdorong ke atas karena plasenta lepass ke segmen bawah  rahim;

d.      tali pusat bertambah panjang;

e.       terjadi perdarah

4.      Kala IV (Observasi)

Pengkajian Kala III

a. Keadaan kontraksi uterus

b. Lama pengeluaran plasenta

4. Kala IV

Kala IV dimaksudkan untuk observasi pendarahan postpartun. Paling sering

terjadi pendarhan pad dua jam pertama, yang perlu diobservasi adalah:

a.       Tingkat kesadaran;

b.      Tanda tanda vital;

c.       Kontrasi uterus;

d.      Terjadinya pendarahan pendarahan dikatakan normal jika jumlahnya tidak lebih

dari 500 ml.

Pengkajian Kala IV

a. Pengkajian pada jam pertama :

1) Fundus uteri : kontraksi dan tinggi fundus

2) Perdarahan per vaginam : jumlah, warna, dan konsistensi

b. Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan adalah :

1) Vital sign

2) Perineum

3) Distensi bladder

21

Page 22: MATERNITAS LAGI

4) Interaksi keluarga

7. BAGIAN-BAGIAN PANGGUL

OS PELVIS (TULANG PANGGUL)

Selama ini kita tahu bahwa bidan merupakan tenaga kesehatan yang memegang peranan

penting dalam pelayanan maternal dan perinatal. Keberadaan bidan memiliki posisi strategis,

mengingat sebagian besar persoalan reproduksi berhubungan dengan kaum perempuan. Salah

satu tantangan yang harus dihadapi adalah tuntutan masyarakat terhadap pelayanan

berkualitas. Untuk dapat memberikan pelayanan berkualitas, bidan harus terlebih dahulu

terampil serta memiliki kompetensi yang luas termasuk dalam anatomi khususnya wanita

dalam memberikan asuhan kebidanan yang bekualitas.

Untuk dapat memberikan asuhan persalinan, terlebih dahulu bidan harus menguasai anatomi

panggul.

KERANGKA PELVIS

Pada manusia dewasa, panggul terbentuk di punggung posterior (belakang) olehsakrum dan

tulang ekor (bagian ekor dari kerangka axial), lateral dan anterior oleh sepasang tulang

pinggul (bagian dari kerangka apendikularis). Pada manusia dewasa,panggul normal terdiri

dari tiga tulang besar dan tulang ekor (3-5 tulang). Namun,sebelum masa pubertas tulang

pinggul terdiri dari tiga tulang yang terpisah yaitu ilium, ichium, dan pubis.

Jadi, sebelum pubertas panggul dapat terdiri dari lebih dari sepuluh tulang, tergantung pada

komposisi tulang ekor. Pinggul ini dibagi menjadi 2, satu di sebelah kanan dan satu di

sebelah kiri tubuh. Kedua tulang pinggul yang terdiri dari 3 bagian, ilium, ichium dan pubis.

22

Page 23: MATERNITAS LAGI

Bagian-bagian ini digabungkan bersama selama pubertas, yang berarti di masa kanak-kanak

mereka adalah tulang terpisah.

Tulang sacrum merupakan penghubung tulang belakang ke panggul dan juga menjadi tempat

yang memungkinkan bagi sepasang pinggul kita untuk melekat.

Pelvis merupakan cincin cekung berbentuk tulang yang menghubungkan kolomvertebral ke

femurs. Fungsi utamanya untuk menyangga berat tubuh bagian atas ketikakita sedang duduk,

berdiri dan beraktivitas. Fungsi sekundernya adalah untuk mengandung (pada wanita) ketika

hamil dan melindungi viscera pelvis dan abdominopelvic viscera (bagian inferior saluran

kemih,organ reproduksi internal). Tulang pinggul saling terhubung satu sama lain pada

anterior pubis symphysis,dan posterior dengan sacrum pada sendi sacroiliac untuk

membentuk cincin panggul. Cincin ini sangat stabil sehingga menyebabkan sedikitnya

mobilitas/pergerakan.

Ligamen yang paling penting dari sendi sacroiliac adalah ligamen sacrospinous dan

sacrotuberous yang menstabilkan tulang pinggul pada sacrum dan mencegah promonotory

dari miring ke depan. Sendi antara sacrum dan tulang ekor, sacrococcygeal symphysis.

diperkuat oleh serangkaian ligamen.

Ligamen sacrococcygeal anterior merupakan perpanjangan dari anterior longitudinal ligament

(ALL) yang berjalan di sisi anterior dari badan vertebra. Serat tidak teratur tersebut menyatu

dengan periosteum. Setiap sisi panggul terbentuk sebagai tulang rawan, yang mengeras

sebagai tiga tulang utama yang tinggal terpisah melalui masa kanak-kanak:: ilium, ichium,

pubis. Saat kelahiran seluruh sendi pinggul (area acetabulum dan bagian atas femur) masih

terbuat dari tulang dan otot. Gerakkan trunk/batang (bending forward) pada dasarnya adalah

sebuah gerakan dari otot-otot rektus, sementara flexi lateral (bending menyamping) dicapai

oleh kontraksi obliques bersama dengan lumborum kuadratus dan otot punggung intrinsic.

Dasar panggul memiliki dua fungsi: Salah satunya adalah untuk menutup ronggapanggul dan

perut, serta menanggung beban dari organ visceral, yang lain adalahuntuk mengontrol bukaan

rektum dan organ urogenital yang menembus dasar pangguldan membuatnya lebih lemah.

Untuk melakukan keduanya, dasar panggul terdiri daribeberapa lembar otot dan jaringan ikat.

A. Panggul wanita terdiri dari :

1. Panggul besar (Pelvis Mayor)

23

Page 24: MATERNITAS LAGI

Panggul besar dibentuk oleh 4 buah tulang :

a. 2 tulang pangkal paha (Os Coxae), terdiri dari tiga buah tulang :

1. Tulang Usus (Os. Ilium)

- Merupakan tulang terbesar dari panggul dan membentuk bagian

atas dan bagian belakang tulang panggul

- Batas atasnya merupakan penebalan tulang yang disebut crista

iliaca

- Ujung depan dan belakang crista iliaca menonjol : spina iliaca

anterior superior dan spina iliaca posterior superior

2. Tulang Duduk (Os. Ischium)

- Terdapat disebelah bawah tulang usus

- Pinggir belakang menonjol : spina ischiadica

- Pinggir bawah tulang duduk sangat tebal, yang mendukung badan

saat duduk disebut tuber ischiadicum

3. Tulang Kemaluan (Os. Pubis)

- Terdapat disebelah bawah dan depan tulang usus

- Dengan tulang duduk dibatasi foramen obturatum

- Tangkai tulang kemaluan yang berhubungan dengan tulang usus:

ramus superior ossis pubis

b. 1 tulang kelangkang (Os. Sacrum)

Os sacrum terdiri dari lima vertebrae rudimenter yang bersatu membentuk tulang

berbentuk baji yang cekung kearah anterior. Pinggir atas atau basis ossis sacri

bersendi dengan vertebra lumbalis V. Pinggir inferior yang sempit bersendi dengan os

coceygis. Di lateral, os sacrum bersendi dengan kedua os coxae membentuk ar

24

Page 25: MATERNITAS LAGI

ticulation sacroiliaca. Pinggir anterior dan atas vertebra sacralis pertama menonjol ke

depan sebagai batas posterior apertura pelvis superior, disebut promontorium os

sacrum, yang merupakan bagian penting bagi ahli kandungan untuk menentukan

ukuran pelvis. Foramina vertebralia bersama-sama membentuk canalis sacralis.

Canalis sacralis berisi radix anterior dan posterior nervi lumbales, sacrales, dan

coccygeus filum terminale dan lemak fibrosa.

Tulang ini berbentuk segitiga dengan lebar dibagian atas dan mengecil

dibagian bawahnya. Tulang kelangkang terletak di antara kedua

tulang pangkal paha. Terdiri dari lima ruas tulang yang berhubungan

erat.

c. 1 tulang tungging (Os. Coccygis)

Os coccygis berartikulasi dengan sacrum di superior. Tulang ini terdiri dari

empat vertebra rudimenter yang bersatu membentuk tulang segitiga kecil yang

basisnya bersendi dengan ujung bawah sacrum.Vertebra coccygea hanya terdiri atas

corpus, namun vertebra pertama mempunyai pr ocessus transverses rudimenter dan

cornu coccygeum. Cornu adalah sisa pediculus dan processus articularis superior yang

menonjol ke atas untuk bersendi dengan cornu sacrale.

Berbentuk segitiga dengan ruas tiga sampai lima buah dan bersatu.

Pada saat persalinan tulang tungging dapat didorong ke belakang

sehingga memperluas jalan lahir

2. Panggul kecil (Pelvis Minor) terbentuk oleh 4 buah tulang

Panggul kecil dalam ilmu kebidanan mempunyai arti yang penting

karena merupakan tempat alat reproduksi wanita yang membentuk

jalan lahir. Panggul kecil dibentuk oleh 4 buah bidang yaitu :

a. Pintu atas panggul (PAP)/ Inlet

25

Page 26: MATERNITAS LAGI

Pap dibentuk oleh :

1. Promontorium

2. Sayap Os. Sacrum

3. Linea terminalis/ I

nominata kanan dan kiri

4. Ramus superior Ossis

Pubis kanan dan kiri

5. Pinggir atas simfisis

pubis

b. Pintu tengah panggul

(PTP)/ Midlet

PTP dibentuk oleh 2 buah

bidang yaitu :

1. Bidang luas panggul

Bidang luas panggul

dibentuk oleh pertengahan

simfisis menuju pertemuan

Os. Sacrum 2 dan 3.

2. Bidang sempit panggul

Bidang sempit panggul

dibentuk oleh tepi bawah simfisis menuju kedua spina ischiadica dan memotong

Os. Sacrum setinggi 1-2 cm diatas ujungnya.

c. Pintu bawah panggul (PBP)/ Outlet

26

Page 27: MATERNITAS LAGI

Pintu bawah panggul bukanlah merupakan satu bidang tetapi terdiri dari dua segitiga

dengan dasar yang sama. Segitiga depan dasarnya tuber ossis ischiadica dengan

dibatasi arcus pubis, sedangkan segitiga belakang dasarnya tuber ossis ischiadica

denga dibatasi oleh ligamentum sacrotuberosum kiri dan kanan.

B. Fungsi Panggul Wanita

Fungsi umum panggul wanita adalah :

a. Panggul besar (Pelvis Mayor)

Fungsi dari panggul besar adalah menyangga isi abdomen

b. Panggul kecil (Pelvis Minor)

Fungsi panggul kecil adalah :

1. Membentuk jalan lahir

2. Tempat alat genitalia

C. Bentuk-bentuk Panggul Wanita

bentuk panggul

Menurut Caldwell-Moloy ada 4 bentuk panggul :

a. Panggul Gynecoid : bentuk panggul

27

Page 28: MATERNITAS LAGI

ideal, bulat dan merupakan jenis

panggul tipikal wanita

b. Panggul Android : bentuk PAP seperti

segitiga, merupakan jenis jenis panggul

tipikal pria

c. Panggul Antropoid : bentuk PAP

seperti elips, agak lonjong seperti

telur

d. Panggul Platipeloid : bentuk PAP

seperti kacang atau ginjal, picak,

menyempit arah muka belakang.

C. Perkiraan Ukuran Rata-rata Panggul Wanita Normal

1. Pintu atas panggul (pelvic inlet)

Diameter transversa (DT) + 13.5 cm. Conjugata vera (CV) + 12.0 cm. Jumlah rata-

rata kedua diameter minimal 22.0 cm.

2. Pintu tengah panggul (mid pelvis).

Distansia interspinarum (DI) + 10.5 cm. Diameter anterior posterior (AP) + 11.0

cm. .Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 20.0 cm

3. Pintu bawah panggul (pelvic outlet)

Diameter anterior posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum + 10.5 cm.

Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 16.0 cm

28

Page 29: MATERNITAS LAGI

D. Otot – otot pelvis

1. M. piriformis

insersi : trokhanter mayor femur

origo : bagian depan sacrum

persyarafan : pleksus sakralis. Fungsi : memutar keluar femur pada artikulatio koksa

2. M. obturatorius

origo : membran obturatoria dan bagian tulang panggul

insersi : trokhanter minor femur

persyarafan : nervus obturatorius internus fleksus sakralis

fungsi : memutar keluar femur pada sendi koksae

3. M. levator ani

origo : korpus pubis, fasia

insersi : korpus periniale, korpus ano koksigis kanalis ani.

persyarafan : nervus sakralis IV

fungsi : menyokong visera pubis spingter anorektal dan vagina

4. splingter ani ekterus

a.pars subkutanea,

b. pars duperfisialis

29

Page 30: MATERNITAS LAGI

c. pars profunda

insersi : os kogsigis

persyarafan : nervus rektalis interior

fungsi : membentuk splingter kanalis ani

5. M. koksigeus

insersi : ujung bawah os sakrum dan os kogsigeus

origus : spina ikadia

persarafan : nervus sakralis IV – V

fungsi : membantu muskulus elevator ani menyokong visera

6. M. pubo reektalis

insersi : sekitar perbatasan rektum dan kanalis ani

origo : os pubis

persarafan : nervus sakralis IV

fungsi : bersama splingter ani membentuk splingter volunter kanalis ani

7. otot urogenital pria

a.muskulus bulbo spengosus,

b. muskulus iskiokavernosus

c. muskulus splingter uretra

d. muskulus tranvesus perenei profundus

e. otot urogenital wanita

f. bulbo spengosus

g. iskiokavernosus

8. ANATOMI KEPALA JANIN

Kepala janin terdiri dari bagian muka dan bagian tengkorak

1. Bagian muka terdiri dari :

a. Tulang hidung (os. Nassal)

b. Tulang pipi (os. Zigomatikum)

c. Tulang rahang atas (os. Maxillare)

d. Tulang rahang bawah (os. Mandibulare)

30

Page 31: MATERNITAS LAGI

Susunan tulang muka dan dasar kepala sangat rapat sehingga tidak dapat melakukan atau

terjadi moulage. Kedudukan tulang muka ditentukan dengan meraba hidung, dagu, mulut,

dan rongga mata.

2. Bagian tengkorak

Tengkorak merupakan bagian terpenting dalam persalianan, yang terdiri dari:

a. Tulang dahi (os. Frontale) 2 buah

b. Tulang ubun-ubun (os. Parietale) 2 buah

c. Tulang pelipis (os. Temporal) 2 buah

d. Tulang belakang kepala (os. Occipital)

3. Hubungan antara tulang tengkorak

Hubungan tulang tengkorak janin belum rapat

sehingga kemungkinan mendekat saat persalinan

tanpa membahayakan jaringan otak, disebut

moulage. Celah-celah diantara tulang tengkorak

yang ditutup dengan jaringan ikat disebut sutura.

1. Sutura sagitalis (selah panah) antara tulang

parietal.

2. Sutura koronaria (sela mahkota) antara tulang

frontalis dan tulang parietalis.

3. Sutura lamboidea antara tulang occipitalis dan tulang parietalis.

4. Sutura frontalis : antara kedua frontalis.

Disamping itu terdapat pertemuan antara sutura-sutura yang membentuk ubun-ubun

(fontanella).

1. Ubun-ubun besar (fontanella mayor)

31

Page 32: MATERNITAS LAGI

a. Bentuk segi empat laying merupakan pertemuan antara sutura sagitalis, dan sutura

koronaria, dan sutura frontalis.

b. Sudut lancipnya terletak di sutura sagitalis.

c. Sebagai petunjuk letak puncak kepala.

2. Ubun-ubun kecil (fontanella minor)

a. Dibentuk oleh sutura sagitalis dan sutura lamboidea.

b. Sebagai petunjuk letak belakang kepala.

4. Ukuran Tulang Kepala Bayi Aterm

a. Ukuran muka belakang

1. Diameter suboksipito-bregmatika

2. Antara foramen magnum ke ubun-ubun basar.

3. Jaraknya 9,5 cm

4. Akan melalui jalan lahir pada letak belakang kepala, dengan lingkaran sirkumferensia

suboksipito-bregmatika dengan ukuran 32cm.

b. Diameter suboksipito-frontalis

32

Page 33: MATERNITAS LAGI

1. Antara foramen magnum ke pngkal hidung

2. Jaraknya 11cm

3. Ukuran yang melalui jalan lahir sirkumferensia suboksipito-frontalis dengan

kedudukan fleksi sedang, belakang kepala.

c. Diameter fronto-oksipitalis

1. Antara titik pangkal hidung ke jarak terjauh pada belakang kepala

2. Jaraknya 12cm

3. Lingkaran fronto-oksipitalis dengan sirkumferensia 34cm melalui jalan lahir pada letak

puncak kepala.

d. Diameter mento-oksipitalis

1. Antara dagu ke titik terjauh belakang kepala.

2. Jaraknya 13,5cm

3. Dengan sirkumferensia 35cm. melalui jalan lahir pada letak dahi.

e. Diameter submento-bregmatika

1. Antara os hyoid ke ubun-ubun besar.

2. Jaraknya 9,5cm.

3. Dengan sirkumferensia 32cm. melalui jalan lahir pada letak muka.

4. Ukuran Melintang

a. Diameter biparietalis, antara kedua parietalis dengan ukuran 9cm.

b. Diameter bitemporalis, antara kedua tulang temporalis dengan ukuran 8cm.

5. Persendian Tulang Leher

Dalam persalinan letak kepala persendian tulang leher berperan penting karena

33

Page 34: MATERNITAS LAGI

1. Bentuk kepala ovale (telur) sehingga setelah bagian besar lahir maka bagian kepala

lainnya mudah melalui jalan lahir.

2. Persendian tulang leher dalam bentuk persendian kogel sehingga dapat berputar

kesegala arah yamg memberikan kemungkinan untuk melakukan putaran paksi

dalam, dan letak persendian leher agak kebelakang di tulang oksipitalis sehingga

memberikan kemungkinan fleksi kearah dada.

9. CARA MENENTUKAN UBUN-UBUN, SUTURA SAGITALIS, SPINA ISIADIKA

1. Ubun-ubun besar (fontanella mayor)

a. Bentuk segi empat laying merupakan pertemuan antara sutura sagitalis, dan sutura

koronaria, dan sutura frontalis.

b. Sudut lancipnya terletak di sutura sagitalis.

c. Sebagai petunjuk letak puncak kepala.

2. Ubun-ubun kecil (fontanella minor)

a. Dibentuk oleh sutura sagitalis dan sutura lamboidea.

b. Sebagai petunjuk letak belakang kepala.

3. Sutura sagitalis (selah panah) antara tulang parietal.

10. PUTAR PAKSI

Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian

terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis. Pada presentasi

belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang

akan memutar ke depan kearah simpisis. Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan

persalinan, karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala

dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul.

Putar paksi dalam- internal rotation

• Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah janin mengalami putar paksi dalam

pada level setinggi spina ischiadica (bidang tengah panggul).

34

Page 35: MATERNITAS LAGI

• Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi posisi anterior (kadang-kadang kearah

posterior).

• Putar paksi dalam berakhir setelah kepala mencapai dasar panggul.

Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)

Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar kembali

ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran

paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu

akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul

setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa

kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.

Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala

berhadapan dengan tuber ischiadikum sepihak.

DAFTAR PUSTAKA

Mochtar R. 2001.Sinopsis obstetri. Jakarta : EGC.

Manuaba. 2005 .Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga berencana. Jakarta :

EGC

35

Page 36: MATERNITAS LAGI

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Prawirohardjo

Kusyati, Eni.dkk.(2006). Keterampilan dan Prosedur Laboratorium.Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Bicklei S, Lynn. (2008).Pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan Bates. Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Niluh Gede Yasmin Asih, S.kep dan Christantie Effeendy, S.kep (2006). Keperawatan

Medikal Bedah Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta.

Sulistyowati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.

http://bidanrianasudibyo.blogspot.com/2012/01/proses-adaptasi-fisiologi-ibu-hamil.html

36